Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Peledakan
Pada dasarnya tujuan utama dalam melakukan suatu proses peledakan
ialah untuk melakukan pembongkaran pada suatu material batuan yang
tergolong kompak ataupun sangat keras dari batuan induknya menjadi suatu
material yang sesuai dengan kriteria produksi.
Dalam peledakan sendiri terdapat beberapa tahapan yang harus dipenuhi
dalam upaya melakukan peledakan (blasting) hala hal tersebut dilakukan demi
mendapatkan hasil dari peledakan yang optimal, hasil tersebut merupakan hasil
dari endapan yang diledakan yang berupa ukuran fragmen yang dihasilkan
dalam peledakan itu sendiri. Dalam peledakan sendiri dikatakan suatu peledakan
berhasil pada saat peledakan tersebut berjalan dengan lancar dimana semua
bahan peledak yang sudah disiapkan dalam lubang ledak berhasil meledak
dengan sempurna dan juga hasil dari ledakan tersebut ataupun hasil dari
endapan yang telah diledakan tersebut tercipta fragmen – fragmen yang memiliki
ukuran yang sesuai ataupun diharapkan. Dalam peldakan juga terkadang
dijumpai peledakan yang tidak berhasil, dikatakan tidak berhasil disebabkan
akibat dari bahan ledak yang telah dipasang dalam luabang ledak tidak
semuanya berhasil meledak, hal ini sangat membahayakan karena tidaka ada
yang mengetahui bahan peledak yang masih belum meledak dalam lubang ledak
akan meledak kapanpun sehingga harus ditunggu hingga bahan peledak yang
gagal tersebut hingga meledak. Selain itu dalam menangani bahan peledak yang
gagal ledak diharuskan melakukan second blasting dimana kegiatan ini dilakukan
untuk mendapatkan ukuran fragmen yang diinginkan ataupun sesuai dengan
kriteria dari produksi. Dalam melakukan peledakan sendiri memiliki tahapan yang
harus dilakukan . hal yang harus dilakukan dan sangat menentukan hasil dari
ledakan itu sendiri yaitu pemboran, diman pemboran disini dimaksudkan untuk
membuat lubang ledak, dimana lubang ledak tersebut nantinya akan dimasukan
bahan peledak. Dalam melekukan peledakan sendiri dibutuhkan bahan – bahan
peledak yang akan digunakan saat akan melakukan peledakan tersebut, dimana
2
3

bahan – bahan peledak yang biasanya digunakan yaitu seperti dinamite, TNT,
ataupun ANFO. Bahan bahan peledak tersebut kemudian dirangkai sedemikian
rupa dan dilengkapi oleh nonel. Nonel disini difungsikan sebagai reaktor dalam
meledakan bahan peledak yang telah dipasang. Setelah itu dilanjutkan dengan
melakukan penutupan lubang ledak dengan tanah penutup atau yang biasa
disebut steamming, hal ini dimaksudkan untuk menahan tekanan yang diasilkan
dari bahan peledak tersebut pada saat meledak sehingga distribusi dalam energi
ledak ke segala arah sehingga dapat menghancurkan batu ataupun ednapan
yang terdapat disekitar area blasting.

Sumber : Joshep,2015
Foto 2.1
Peledakan
Bahan peledak sendiri memiliki definisi suatu bahan ataupun zat kimia
yang berbentukcair, padat, ataupun campuran dimana pada saat bahan bahan
tersebut terkana suatu tekanan, benturan, hentakan, ataupun panas yang terjadi
secara kontak fisik langsung akan mengakibatkan perubahan zat kimia dalam
bahan tersebut menjadi zat lain yang dimana zat tersebut memiliki sifat yang
stabil dan juga dalam bentuk gas dengan tekanan yang sangat tinggi sehingga
akan menimbulkan ledakan dengan diiringi suara dan getaran yang cukup besar
ataupun keras.

2.2 Jenis Bahan Peledak


Dalam melekukan peledakan sendiri dibutuhkan perlengkapan yang
diwajibkan ada pada saat akan melekukan peledakan. Salah satu hal ataupun
perlengkapan yang wajib ada dalam melakukan peledakan yaitu bahan peledak,
dimana bahan peledak disini memiliki peranan yang sangat penting dalam
peledakan. Bahan peledak sendiri memiliki beberapa jenis yang dapat
4

digunakan dalam melakukan peledakan dalam dunia pertambangan. Bahan


peledak juga disesuaikan penggunaannya dilihat dari tempat ataupun area yang
akan diledakan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dari ledakan yang
maksimal dan juga memperhatikan nilai keselamatan pada saat melakukan
peledakan itu sendiri.Menurut J.J Marnon (1978), bahan peledak dapat
digolongkan menjadi tiga jenis bahan peledak, jenis jenis bahan peledak tersebut
ialah :
1. Bahan peledak mekanis
2. Bahan peledak kimia, dan
3. Bahan peledak nuklir
Sedangkan menurut Mke Smith (1988) bahan peledak dapat digolongkan
kedalam empat golongan bahan peledak, bahan – bahan peledak tersebut
digolongkan menjadi :
1. Bahan peledak kuat seperti TNT, dinamite, dan gelatine
2. Bahan peledak khusus seperti seismik, trimming, permisible, shaped,
charges, binary, LOX, dan juga liquid.
3. Agen peledakan seperti ANFO, slurries, emulsi, hybrid ANFO, dan juga
slurry mixtures.
4. Bahan peledak pengganti seperti compressed air, expansion agents,
mechanical methode, waterjets, dan juga jet percing.

Sumber : Rasyid, 2015


Foto 2.2
Dinamite

2.3 Metode Peledakan


Suatu peledakan dikatakan berhasil jika material yang dihasilkan ataupun
ukuran fragmen yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan
5

peledakan itu sendiri. Selainitu peledakan dikatakan berhasil ketika tidak ada
bahan peledak yang gagal meledak pada saat peledakan, hal – hal tersebut
merupakan tujuan dilakukannya peledakan dalam dunia pertambangan. Dalam
menentukan keberhasilan dalam peledakan tidak hanya dari faktor bahan
peledak yang digunakan, melainkan terdapat faktor – faktor lain juga yang tidak
kalah penting dalam menentukan keberhasilan dari sebuah peledakan tersebut.
Salah satu penentu keberhasilan peledakan yaitu metode dalam melakukan
peledakan itu sendiri. Metode peledakan disini difungsikan untuk menentukan
hasil dari peledakan tersebut mencapai target yang optimal, dimana metode –
metode dalam peledakan dilakukan dengan melihat beberapa parameter yang
dipertimbangkan terlebih dahulu, seperti material apa yang akan diledakan dan
juga lingkup area yang akan dijadikan area ledak. Dalam melakukan peleakan
terapat beberapa metode yang digunakan dalam melakukan peledakan di area
pertambangan, metode – metode tersebut yaitu :
1. Metode Non – listrik (metode Sumbu Api)
Metode sumbu api ialah salah satu metode dalam peledakan yang
memiliki prinsip merambatkan api dengan kecepatan tinggi dimana api
tersebut akan memberikan aksi terhadap detonator yang akan
merambatkan atau memeicu bahan peledak sehingga bahan peledak
tersebut akan mengalami reaksi yang akan menimbulkan ledakan
2. Metode listrik (Metode Sumbu Ledak)
Metode sumbu ledak merupakan salah satu metode peledakan yang
dilakukan menggunakan rangkaian listrik dimana rangkaian tersebut
terdiri dari beberapa elemen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Elemen – elemen tersebut ialah:
a. Detonator listrik
b. Blasting machine dan AC – power line (sumber tenaga)
c. Kawat rangkaian (leg wire, conecting wire, firing line, dan bus wire)
Dalam peledakan tersebut metode peledakan merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dimana metode peledakan merupakan salah satu
penentu dari keberhasilan sebuah peledakan, dimana dari metode ini akan
menentukan hasil dari fargmen yang dihasilkan dan juga arah dari lemparan
fragmen – fragmen tersebut. selain itu sebelum memutuskan metode peledakan
yang akan dilakukan langkah awal yang harus diketahui yaitu mengenali jenis
6

dari batuan yang akan diledakan tersebut dan juga mengenali lingkunan sekitar
area ledak, hal ini ditujukan untuk meminimalisir nilai kecelakaan yang bisa saja
terjadi dan juga untuk mengoptimalkan kegiatan peledakan tersebut.

Sumber : Iskra, 2015


Foto 2.3
Detonator

2.4 Kriteria Kemampugalian


Pada dasarnya kegiatan penambangan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mendapatkan bahan galian dari dalam permukaan bumi,
endapan – endapan bahan galian terrsebut merupakan bahan galian ataupun
material berharga yang memiliki nilai ekonomis. Dalam penambangan sendiri
tersiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Pemberaian / pembongkaran
2. Pemuatan
3. Pengangkutan
Dalam pemberaian sendiri dapat dikelompokan menjadi dua metode
pemberaian. Yaitu pemberaian mekanis dan juga pemberaian kimiawi. Dalam
pemberaian mekanis pemberaian dilakukan menggaunakan alat mekanis diaman
pemberaian yang biasa dilakukan dalam pemberaian ini terhadap batuan
ataupun endapan sedimen. Sedangkan pada pemberaian kimiawi (peledakan)
yaitu metode pemberaian batuan ataupun endapan yang dilakukan
menggunakan peledakan. Dalam pemeberaian kimiawi batuan ataupun endapan
yang diledakan yaitu batuan atau endapan yang bersifat keras, keras disini
diaksudkan yaitu pemberaian batualn ataupun endapan yang tidak mampu
dilakukan oleh alat mekanis. Dalam kemampugalian sendiri memiliki kriteria
tersendiri dalam menentukan pembongkaran. Kemampugalian disini
7

dimaksudkan yaitu parameter atau tingkatan kemudahan suatu batuan untuk


didapatkan dengan cara digaru dimana data tersebut diperoleh dari hasil studi
lapangan, geologi maupun geoteknik. Dalam kemampugalian sendiri ada tiga
faktor yang sanagat mempengaruhi yaitu :
1. Kuat tekan batuan
2. Struktur batuan
3. Pelapukan.
Dalam penentuan kemampugalian dari sebuah endapan sendiri diperlukan
perhitungan yang difungsikan untuk menentukan endapan tersebut diberaikan
menggunakan pemberaian mekanis ataupun pemberaian kimiawi. Dalam
perhitungan yang dilakukan terdapat dua metode penentuan kemampugalian,
yaitu :
1. Metode Grafis
Metode grafis merupakan metode untuk menentukan metode penggalian
yang cocok terhadap sebuah endapan ataupun bahan galian yang akan
ditambang. Metode ini menggunakan parameter ketidakmenerusan dan
juga nilai Point Load Test. Metode ini ditemukan oleh beberapa peneliti
yaitu :
a. Franklin (1971)
Dalam menentukan suatu metode penggalian, Franklin menggunakan
parameter spasi kekar dan juga Point Load Index dimana parameter
tersebut digunakan sebagai nilai acuan dalam menentukan
penggalian yang cocok. Dalam menentukan spasi kekar yang akan
digunakan dilakukan penghitungan spasi kekar rata – rata dapa suatu
massa batuan. Sedangkan nilai Point Load Index didapatkan dari
hasil pengukuran yang dilkaukan terhadap batuan yang presentatif
kemudian di uji menggunakan alat Point Load sehingga didapatkan
nilai Point Load dari batuan yang akan dilakukan penggalian.
b. Pettifer dan Fookes (1994)
Sama halnya dengan Franklin, Pettifer dan Fookes menentukan
metode penggalian sebuah batuan ataupun endapan berdasarkan
parameter kekuatan batuan dan juga spasi kekar dalam sebuah
batuan, dimana kedua hal tersebut sangatlah penting pengaruhnya
terhadap kemampugalian batuan.
8

Sumber: Raudin, 2015


Gambar 2.1
Grafik Kemampugalian (Franklin et al, 1971)
Grafik diatas merupakan grafik kemampugalian berdasarkan Franklin.
Dimana pada grafik tersebut dapat terlihat penentuan kemampugalian sangat
ditentukan berdasarkan kekuatan btuan dan juga spasi kekar rata – rata pada
massa batuan. Dari nilai tersebut akan menunjukan bahan galian yang akan
digali menggunakan metode seperti apa. Pada grafik tersebut metode
penggalian dibagi kedalam empat kelompok dimana kelompok tersebut ialah
metode dengan cara gali bebas, penggaruan, peledakan retakan, dan juga
peledakan pembongkaran.
10

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Analisis Kemampugalian dengan Metode Grafis
PT. Agincord Resources Martabe Gold Mine merupakan perusahaan
pertambangan yang bergerak di bidang komoditas emas dan perak. Kegiatan
penambangan yang dilakukan oleh PT. Agincord Resources Martabe Gold
Mine merupakan sistem tambang terbuka dengan metode open pit. Proses
penambangan yang dilakukan terdiri dari kegiatan land clearing, removal top soil,
RC GC drilling, drilling & blasting, loading & hauling. Dalam menentukan metode
pemberaian, diperlukan analisis kemampugalian berdasarkan sifat dan
karakteristik batuan, serta memperhatikan kehadiran bidang diskontinu pada
batuan. Berdasarkan kajian sampling batuan yang oleh mine geology
departement, maka dapat diketahui nilai Point Load Index dan Joint Spacing
Index adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data Kuat tekan dan Joint Spacing
No. Litologi PLI (Mpa) Js (m)
1. Hydrothermal Breccia (BHX) 7.13 1.24
2. Meta Sediments (PUT) 2.38 1.83
Phreatomagmatic Breccia
3. 8.52 1.79
(BPM)
4. Hornblende Andecite (VANh) 6.45 1.46
5. Dacite (VDA) 5.72 1.99
6. Volcanic Breccia (VBX) 6.89 1.43
7. Porphyry Andesite (VAN) 7.23 1.52
8. Basaltic Andesite (VBS) 8.81 2.34
9. Granites (IGR) 9.32 1.46
10. Multi Phase Breccia (BPM) 5.83 2.43
Sumber : Praktikum Peledakan, 2019
Ket: Angka di belakang koma ke dua diganti dengan NPM terakhir.
Berdasarkan data tersebut maka tentukan sistem penggalian yang
digunakan sebaiknya dengan menggunakan sistem mekanis atau kimiawi
dengan metode Franklin dan metode Pettifer dan Fookes. Setelah diketahui
pemberaian yang efektif digunakan, maka selanjutnya praktikan diharapkan
11

membuat kesimpulan dan menganalisis mengapa sistem tersebut efektik


digunakan.
2. Analisis Kemampugalian dengan Metode Grading
PT. SIS melakukan suatu projek untuk mengetahui kemampugalian dari
batuan yang akan ditambang nantinya. Setelah dilakukan beberapa pengujian
diketahui batuan tersebut memiliki kekerasan sangat keras dengan kecepatan
rambatan seismic pada 2550 m/s. Batuan agak lapuk dengan adanya kekar yang
tidak menerus, jarak antar kekar 1.1 m dan kekar tersebut tidak terisi alterasi.
Dari hasil uji geotek diketahui bahwa kekar tersebut sangat menguntungkan.
3. Analisis kemampugalian dengan cara Kirsten
PT. GSM merupakan melakukan analisis kemampugalian dengan cara
kirsten. Panjang sampel hasil pengeboran yang lebih dari 10 cm adalah 1.8 m
dengan total panjang sampel 3 m. Kemudian diperoleh data seperti berikut ini.
Tentukan metode pemberaian bahan galian yang tepat dengan cara Kirsten
(1982).

3.2. Pembahasan
1. Pada hasil data yang didapatkan dari PT. Agincord Resources Martabe
Gold Mine kemudian dilakukan pengolahan data, setelah melakukan
pengolahan data kemudian proses pengeplotan data – data tersebut
kedalam grafik Franklin. Berikut ini merupakan beberapa pengolahan data
sebelum proses pengeplotan kedalam diagram Franklin.
a. Hydrothermal Breccia (BHX)
PLI = (10 - 7,16) x 0,3 = 0,852 JS = (2 - 1,26) x 1,21 = 0,895
b. Meta Sediments (Put)
PLI = (3 - 2,36) x 1,05 = 0,672 JS = (2 - 1,86) x 1,21 = 0,1694
c. Phreamagmatic Breccia (BPM)
PLI =(10 - 8,56) x 0,3 = 0,432 JS = (2 - 1,76) x 1,21 = 0,2904
Sedangkan untuk metode Pettifer sendiri dilakukan perhitungan dimana
perhitungan tersebut diplot kedapal grafik Pettifer, berikut beberapa contoh
perhituangan.

a. Hydrothermal Breccia (BHX)


12

( 7,16 - 3) ( 1,26 - 1)
PLI = x 2,4= 1,42 cm JS = x 1 = 0,65 cn
7 0,4
b. Meta Sediments (Put)
( 2,36 - 1) ( 1,86 - 1)
PLI = 2
x 2,2= 1,5 cm JS = x 1 = 2,16 cm
0,4
Dari hasil pengolahan data baik itu pengolahan data menurut Franklin
ataupun pengolahan data untuk grafik Pettifer dan Fookes, kemudian dari hasil
masing – masing perhitungan diplot kedalam grafik dimana pada hasil ploting
tersebut akan menunjukan metode terbaik yang dapat digunakan dalam proses
pembongkaran. Berikut ini merupakan hasil dari pengeplotan yang telah
dilakukan.

Sumber : Givano, 2019


Gambar 3.1
Grafik Franklin
Dari hasil pengeplotan yang telah dilakukan berdasarkan metode Franklin
didapatkan data – data seperti diatas. Dimana data – data tersebut menunjukan
metode pembongkaran yang cocok untuk membongkar material yang ada pada
PT. Argincord Resources Martabe Gold Mine berdasarkan data- data yang telah
ada sebelumnya yang telah dilakukan proses pengolahan data sebelunya yang
di contohkan pada perhitungan yang telah ada sebelumnya.
13

Sumber :Givano, 2019


Gambar 3.2
Grafik Pettifer dan Fookes
Dari hasil pengeplotan yang telah dilakukan berdasarkan metode Pettifer
dan Fookes didapatkan data – data seperti diatas. Dimana data – data tersebut
menunjukan metode pembongkaran yang cocok untuk membongkar material
yang ada pada PT. Argincord Resources Martabe Gold Mine berdasarkan data-
data yang telah ada sebelumnya yang telah dilakukan proses pengolahan data
sebelunya yang di contohkan pada perhitungan yang telah ada sebelumnya.
2. Pada tugas nomor 2 ini didapatkan data dari PT. SIS yang bertujuan
untuk mengetahui potensi ataupun mengetahui kemampugalian dari
batuan yang terdapat diperusahaan ini dimana pada kasus kali ini metode
dalam menentukan metode dalam proses pembongkaran dilakukan
dengan metode grading, dimana dalam metode kali ini data yang
diberikan berupa data – data yang sudah ada sebelumnya kemudian cara
pengeplotan pada klasifikasi ini mencocokan data yang ada dengan
parameter – parameter yang ada pada klasifikasi ini.
14

Tabel 3.2
Metode Grading
Kelas batuan I II III IV V
Deskripsi Sangat
Sangat Baik Baik Sedang Buruk
Buruk
Kecepatan 2150 1500 –
2150 – 1850 1850 – 1500 1200 -450
seismik (m/s) 26 1200
24 20 5
Bobot 12
Eks. Keras Sangat Sangat
Kekerasan Keras Lunak
10 Keras Lunak
Bobot 2 1
5 0
Agak Sangat
Pelapukan Tdk lapuk Lapuk Lapuk total
Lapuk Lapuk
Batuan 9 5 1
7 3
Jarak Kekar >3000 3000-1000 1000-300 300-50 <50
(mm) bobot 30 25 20 10 5
Menerus
Kemenerusa Tdk Agak Menerus tdk Menerus
Beberapa
n kekar menerus Menerus ada gouge Dgn gouge
Gouge
Bobot 5 5 3 0
0
Tdk ada Agak Pemisahan Gouge <5 Gouge >5
Gauge Kekar
pemisahan pemisahan <1mm mm mm
Bobot
5 5 4 3 1
Sgt Agak tdk Tdk Sgt
Menguntung
Orientasi menguntun menguntung menguntun menguntung
kan
Kekar Bobot gkan kan kan kan
13
15 10 5 3
Bobot total 100 - 90 90 – 70 70 – 50 50 - 25 <25
Penaksiran Eks Susah
Sgt susah Susah
Kemampuga Peledakan Garu Dan Mudah Garu
Garu Garu
ruan ledak
Pemilihan
- D9G D9/D8 D8/D7 D7
traktor
Horse power 770-385 385-270 270-180 180
Kilowatt 575-290 290-200 200-135 135
Sumber : Praktikum Peledakan, 2019
Dari hasil yang diapatkan berdasarka parameter – parameter yang telah
ada dan telah di tentukan hasil akhir ataupun metode yang paling baik digunakan
yaitu dengan menggunakan metode Eks. Susah garu dan ledak dengan
pemilihan traktor D9G dengan Horse Powe sebesar 770 – 385 dengan
membutuhkan daya sebesar 575 – 290 Kw
3. Pada soal ini yang ingin dicari ialah nilai n, maka sebelumnya dilakukan
perhitungan RQD, dengan cara seperti berikut ini :
1,8 m
RQD = x 100% = 60%
3m
RQD Jr
N = Ms 𝑥 𝐽𝑠
Jn Ja
15

60% 4
N = 70 𝑥 1
1 0,75
N = 224
Klasifikasi kemampugalian berdasarkan excanablity kirsten sebesar 10<N<1000.

Anda mungkin juga menyukai