Anda di halaman 1dari 28

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK BIO-BATTERY

DENGAN PEMANFAATAN SAMPAH KULIT PISANG KEPOK (Musa


Acuminata Barbasiliana) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN
(RENEWABLE ENERGY)

PROPOSAL

Disusun Oleh:

KASWAN HARUSIA

NIM. 201677024

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal : “FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT


LISTRIK BIO-BATTERY DENGAN PEMANFAATAN
SAMPAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Acuminata
Barbasiliana) SEBAGAI SUMBER ENERGI
TERBARUKAN (RENEWABLE ENERGY)”

Telah diperiksa dan diterima oleh pembimbing sebagai proposal penelitian untuk
mahasiswa yang namanya tercantum dibawah ini:

a. Nama Lengkap : Kaswan Harusia


b. NIM : 201677024
c. Tempat/Tanggal Lahir : Amaholu, 17 Oktober 1998
d. Tanggal Seminar :
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan inayah-Nya sehingga
penulisan karya ilmiah dengan judul “FABRIKASI DAN KARAKTERISASI
SIFAT LISTRIK BIO-BATTERY DENGAN PEMANFAATAN SAMPAH
KULIT PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATA BALBISIANA) SEBAGAI
SUMBER ENERGI TERBARUKAN (RENEWABLE ENERGY)” dapat
diselesaikan. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kepada dosen yang telah
menyumbangkan ilmunya dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
proposal ini, semoga menjadi amal soleh bagi beliau.

Proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam mengikuti ujian sarjana di Jurusan Fisika, sekaligus meningkatkan
pemahaman dan pengalaman penulis dan riset.

Penulisan proposal ini merupakan aktualisasi dari kegundahan penulis


akan masalah sampah dan energi. Dua hal ini sangat kontradiktif dan terus
menjadi perhatian publik karena keberadaannya terus ada dan ini sengaja penulis
tuangkan dalam proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Akhir kata terima kasih penulis sampaikan kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan kontribusi yang baik selama penyusunan
proposal penelitian ini.

Ambon, 3 November 2020


Penulis

Kaswan Harusia
NIM. 201677024
iv

DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………... 2
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13


2.1 Pisang…..………………………………………………………….... 14
2.2 Energi Listrik ……………………………………………………….
2.3 Microbial Fuel Cell (MFC) ……………………………………....... 14
2.4 Bio-Baterai Sel Bahan Bakar Mikroba (Microbial Fuel Cell) ….….. 17
2.5 Sampah Pisanng Sebagai Bahan Bio-Baterai ………………………. 18
2.6 Komponen bio-batt …………………………………………………. 20

BAB III METODE PENELITIAN 21


3.1 Alat dan Bahan …………………………………………………….. 22
3.2 Tempat Penelitian …………………………………………………. 23
3.3 Proses Penelitian …………………………………………………… 34

DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap aktifitas
makhluk hidup. Kebutuhan energi sangat berpengaruh pada angka pertumbuhan
sosial ekonomi dan standar kehidupan masyarakat. Akibat kebutuhan energi
global yang semakin meningkat permintaan energi juga ikut melonjak.
Perkembangan dan kemajuan teknologi telah membuat permintaan pembangkit
energi terus meningkat tajam. Saat ini produksi energi dunia bergantung semata-
mata pada energi yang berasal dari bahan bakar energi fosil [1] dan batubara [2-3]
dimana seluruh cadangan minyaknya diperkirakan akan terus menipis. Akibat dari
kemajuan teknologi ini, kebutuhan energi dunia meningkat dan permintaan pada
energi baru terbarukan akan melonjak sekitar 50% padal 2025, sebagian besar
pertambahan minyak ini di import dari negara-negara maju [4]. Saat ini
penggunaan energi dunia terus terfokus pada energi bersih, hal ini didasarkan
pada data yang menunjukan bahwa pengembangan energi baru terbarukan
meningkat sekitar 60-80% sedangkan penggunaan energi fosil sekitar 0%-60%,
sementara energi nuklir berkisar 85% - 100%. Disisi lain penggunaan energi fosil
telah mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca dan terjadinya pemanasan
global yang berlebih mengakibatkan suhu bumi semakin tidak kondusif. Maka
tidak salah jika masyarakat dunia beralih pada energi baru terbarukan.
Berbeda dengan energi fosil, energi baru terbarukan merupakan energi
bersih dan terbukti mampu mereduksi emisi karbon. Setidaknya ada sekitar 25
negara telah beralih untuk mengunakan EBT ini [5]. Diantara material EBT yang
digunakan adalah limbah. Saat ini telah banyak dikembangkan beberapa
pengolahan limbah menjadi energi baru terbarukan (EBT) untuk meningkatkan
pasokan energi. Bagaimanapun, krisis energi ini harus dicarikan solusi dari
sumber energi altermatif, yang mana energi tersebut tidak hanya dapat
diperbaharui tetapi juga aman bagi kehidupan manusia dan ekologi. Sebab yang
2

timbul dari limbah hasil pertanian pada lingkungan bukan saja karena kuantitas
bahan baku tetapi juga pada metode pengolahan yang digunakan. Beberapa
praktik pengolahan malah mencemari lingkungan [6].
Indonesia merupakan Negara terbesar keempat dengan jumlah penduduk
terbanyak pada 2018 setelah China, India dan Amerika [7]. Hal ini yang
menjadikan Indonesia berpotensi menghasilkan sampah dengan kapasitas dan
jumlah yang besar. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta,
sampah menjadi masalah serius bagi Indonesia. Kapasitas dan volume sampah
yang terus meningkat memerlukan sistem penanganan dan teknologi yang tepat
terutama dalam penyediaan energi listrik bagi masyarakat. Berdasarkan data dari
Dewan Energi Nasional Indonesia (DEN) mencatat tingkat konsumsi listrik di
beberapa sektor di Indonesia pada 2018 meningkat disejumlah sektor yaitu
industri konsumsi listrik lebih dari 26%, di bidang transportasi mencapai 40%
sementara disektor rumah tangga berkisar hingga 16% dan sisanya 18% pada
sektor komersil [8]. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut salah satu solusinya
adalah mengurangi kapasitas dan volume sampah dengan memanfaatkan sampah
sebagai bahan baku pembangkit energi listrik. Sampah dapat diproses menjadi
energi melalui berbagai proses yakni proses biokimia (biochemical process) dan
proses termokimia (thermochemical process). Selain itu, sampah juga dapat
diolah menjadi energi listrik karena dalam sampah mengadung kadar air yang
cukup tinggi, khususnya sampah organik. Sampah organik memiliki komposisi
berupa air, asam dan basa sebagai penghasil energi sel, yang dalam kondisi
tertentu bahan kimia tersebut bertindak sebagai elektrolit. Baterai adalah
kombinasi sel yang diisi dengan logam-logam berat berupa Katoda dan anoda dari
Aluminium (Al) dan Tembaga (Cu) [9]. Ini berfungsi sebagai penghantar elektron
dan dapat mengalir pada sebuah penghantar terutama pada baterai.
Berdasarkan sejarahnya baterai telah banyak diteliti hingga kini. Mulai
dari pertama kali ditemukan oleh Alexander Volta hingga pada baterai litium yang
saat ini beredar dimasyarakat. Namun, dalam beberapa bulan saja para peneliti
telah menemukan baterai dua dimensi yang feleksibel [10]. Baterai adalah sebuah
media yang mengubah energi kimia yang terkandung dalam bahan aktif secara
3

langsung menjadi energi listrik melalui reaksi reduksi dan oksidasi elektrokimia
yang terjadi pada elektroda. Baterai tersebut terbuat dari zink sebagai katoda dan
elektrolit yang dipakai berupa pasta campuran MnO2 , serbuk karbon, dan NH 4Cl
[11]. Saat ini komponen baterai sudah banyak dikembangkan dan diteliti oleh
beberapa perusahaan agar bisa menghasilkan baterai yang berkualitas. Namun
banyak juga baterai yang diproduksi saat ini mengandung banyak material-
material berbahaya seperti merkuri, timbal, cadmium dan nikel sehingga
kandungan tersebut tidak hanya berdampak pada pencemaran lingkungan tetapi
juga dapat menganggu kehidupan manusia. Material tersebut akan berdampak
pada lingkungan jika tidak ditangani dengan serius. Salah satu baterai yang
mungkin paling aman digunakan saat ini adalah bio-baterai (Bio-Batt) karena
material yang dipakai adalah material organik sehigga dampaknya terhadap
lingkungan sangat kecil. Untuk memproduksi bio-batt salah satu teknologi yang
dipakai untuk menghasilkan energi listrik secara langsung dari energi baru
terbarukan dapat juga dilakukan dengan menggunakan sistem bio-batt Microbial
Fuel Cells (MFCs). MFC telah banyak dipelajari dan diteliti secara lebih luas
selama lebih dari dua dekade terakhir (2000-2020). Prinsip kerja dari sistem
produksi listrik MFC adalah melibatkan proses transfer reaksi elektron dikatalis
secara elektrokimia aktif (Anodophilic) bakteri, yang mana dengan memanfaatkan
anoda sebagai sebuah terminal akseptor elektron. Operasi MFC pada sebuah
sumber solid karbon, baru-baru ini muncul sebagai pendekatan yang berfungsi
untuk mengembangkan MFC menjadi Bio-Battery (Bio-Batt) untuk
menghidupkan perangkat elektronik kecil. Pendekataan ini memanfaatkan
pelepasan perlahan karbon organik yang dapat larut pada bahan-bahan organik
alami, yang mana bisa ditempatkan pada bagian anoda untuk terus menyediakan
pasokan kabron organik ke bakteri anodofilia tanpa memerlukan pompa pakan
yang intensif energi atau pengisian manual berkala dari solusi mutlak [12]. Bio-
batt dari MFC salah satu dari energi baru terbarukan yang sangat menarik secara
khusus dapat digunakan pada daerah terpencil dan memiliki sumber energi yang
terbatas [13]. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguraikan, dan
membuat solusi pengolahan sampah menjadi energi listrik biobaterai dengan
4

spesifikasi bahan dari kulit pisang kepok sebagai energi terbarukan yang penulis
rampung dalam satu gagasan yang berjudul “Fabrikasi dan Karakterisasi Sifat
Listrik Bio-Battery dengan Pemanfaatan Sampah Kulit Pisang Kepok (Musa
Acuminata Balbisiana) sebagai Sumber Energi Terbarukan (Renewable
Energy).”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam proposal ini adalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana memanfaatkan sampah kulit pisang menjadi sumber energi listrik
alternatif?
2) Apa dampak dari inovasi Bio-Batt terhadap permasalahan fabrikasi baterai?
3) Apakah sumber energi baru terbarukan dari Bio-batt bisa memadai untuk
kebutuhan masyarakat di masa mendatang?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah
1) Merancang sumber energi listrik Bio-Batt terbarukan yang ramah lingkungan.
2) Membuat Bio-Batt dari bahan kulit pisang sebagai energi terbarukan.
3) Mengukur seberapa besar energi listrik yang bisa diperoleh dari energi Bio-
Batt.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan Bio-Batt dengan teknologi yang lebih efektif.
2) Menghasilkan Bio-Batt dengan bahan sampah organik.
3) Dapat meningkatkan kualitas tegangan dari bahan Bio-Batt.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Pisang
Tanaman pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Buah
pisang sendiri merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat karena
kandungan gizi-nya yang tinggi dan paling mudah dijumpai dipasar-pasar
tadisional maupun pasar-pasar swalayan. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis
tanaman pisang yang kebanyakan merupakan tanaman khas suatu daerah.
Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah yang cukup banyak
jumlahnya. Umumnya digunakan sebagai makanan ternak seperti sapi, kambing,
kerbau dan sebagainya [14]. Sementara menurut Asturi (2018) Pisang merupakan
salah satu plasma nutfah yang tersebar luas di wilayah Indonesia. Tanaman pisang
(musa sp) terbagi kedalam dua kelompok, yaitu pisang berbiji (liar) dan pisang
yang dapat dikonsumsi. Indonesia merupakan asal dan pusat keragaman pisang
baik tipe liar dan kurvival. Musa acuminate (AA) dan musa balbasiana (BB)
merupakan jenis pisang yang menjadi tetua, selanjutnya dari kedua jenis pisang
ini muncul berbagai variasi genetik. Kulit pisang mengandung karbohidrat dan
kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor klorida kalsium dan besi.
Karbohidrat mengandung glukosa, apabila glukosa di campur dengan air dan
didiamkan dalam ruang kedap udara selama beberapa hari maka akan terjadi
fermentasi sehingga dapat diperoleh etanol [15-16]. Etanol lama kelamaan akan
teroksidasi menjadi asam etanoat atau asam asetat. Reaksi kimia yang terjadi
adalah:
𝐶6 𝐻12 𝑂6 𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝑂𝐻 + [𝑂] 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻
Glukosa Etanol Asam Asetat

Asam asetat merupakan salah satu zat elektrolit. Di dalam kulit pisang yang sudah
difermentasi memiliki sifat asam yang berasal dari kandungan asam asetat, hal
tersebut terbukti ketika pH larutan diukur dengan pH universal pH berkisar antara
6

4-5. Selain mengandung asam asetat, kulit pisang juga mengandung zat elektrolit
lain seperti kalium dan garam klorida. Kalium dan garam klorida bereaksi
membentuk garam kalium klorida. Garam kalium klorida dalam air dapat
menghantarkan listrik karena dapat terionisasi. Reaksi Ionisasi yang terjadi yaitu:
𝐾𝐶𝑙 → 𝐾 + + 𝐶𝑙 −
Arus dapat mengalir karena seng dapat bertindak sebagai katoda (+) yang
berfungsi untuk menarik ion negatif dan tembaga yang bertindak sebagai anoda (-)
yang berfungsi untuk menarik ion postif. Ketika air hasil rendaman dari kulit
pisang bersentuhan dengan seng dan tembaga terjadi proses ionisasi dalam
larutan, sehingga dapat terjadi aliran elektron yang menyebabkan arus listrik
mengalir dari anoda ke katoda dan dapat menyalakan lampu [17-18]. Menurut
Budiman dkk (2018) pisang kepok (Musa Acuminate) memiliki kandungan
vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil,
lemak, arabinose, galaktosa, rhamnosa, dan asam galakturonik. Pisang kepok
dipilih karena kandugan selulosa dalam kulit pisang kepok dapat mengikat
beberapa logam seperti tembaga (Cu) dan Timbal/Platinum (Pb) [19].

1.3 Energi Listrik


Energi didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja.
Energi merupakan kuantitas skala yang satuannya internasional adalah Joule yang
dilambangkan dengan huruf J (W.s) [20]. Bentuk energi secara total terdiri dari
energi kinetik ditambah dengan energi potensial. Sedangkan energi kalor
merupakan energi potensial. Sebagai contoh energi potensial dapat diubah
menjadi energi kinetik, energi mekanik dapat diubah menjadi energi panas dan
energi panas dapat diubah menjadi energi listrik.
Kata “listrik” berasal dari kata Latin (Latino Feliscan) yaitu electrum yang

artinya elektron atau dalam bahasa Yunani "" (elektron) [21].


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar beberapa kata yang
berhubungan dengan listrik, daya listrik, arus listrik beda potensial, dan beberapa
alat yang digunakan untuk mengukur besar arus listrik tersebut seperti Ampere
meter, Volt meter untuk tegangan listrik, dan Ohm meter untuk tahanan listrik.
7

Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di
dalam larutan, ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang
besar.
Daya hantar listrik menunjukan kemampuan fluida untuk menghantarkan
listrik. Konduktifitas larutan sangat bergantuk pada konsentrasi ion dan suhu air.
Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti kemampuan dalam menghantarkan
listrik semakin kuat. Seperti diketahui bahwa materi terdiri dari atom-atom, yang
meiliki sejumlah partikel dasar, yaitu proton yang bermuatan listrik positif, dan
neutron yang tak bermuatan yang berada dalam inti atom serta elektron yang
bermuatan negatif dan bergerak pada orbit disekitar inti atom. Secara normal,
suatu atom bermuatan listrik netral karena muatan listrik negatif dari elektron
setimbang dengan muatan listrik proton. Atom-atom ini akan bermuatan listrik
positif bila kehilangan elektron dan menjadi muatan listrik negatif bila
mendapatkan elektron atom lain.

1.4 Baterai dan Jenis-jenis baterai


Baterai adalah sebuah perangkat yang mengkonversi energi kimia ke
energi listrik dan sebaliknya [22]. Sementara menurut Taswa dan Ahmadi, baterai
adalah sejumlah sel yang disusun secara seri atau paralel dan bekerja secara
bersama. Jika sejumlah sel-sel yang sama disusun secara seri, maka gaya gerak
listrik totalnya sama dengan jumlah gaya gerak listrik (GGL) dari masing-masing
sel. Sebaliknya bila sel-sel itu disusun secara paralel, maka gaya gerak listrik
totalnya sama dengan GGL dari satu sel. GGL yang arahnya berlawanan dengan
arah aliran muatan listrik di dalam rangkaian atau elemen rangkaian. Di dalam
beberapa sel elektrolit, gaya gerak listrik balik ini disebabkan oleh lapisan
hidrogen yang terbentuk pada katoda dikarenakan ion-ion hidrogen menangkap
elektron dan membentuk molekul-molekul gas.
Baterai biasanya dibuat dari tiga komponen utama yaitu elektroda negatif
(Anode), elektroda positif (Cathode), dan elektrolit. Baterai yang kita gunakan
saat ini mengandung logam berat seperti merkuri, timbal, cadmium dan nikel.
Sampahnya tergolong B3 (Zat Berbahaya dan Beracun) yang sangat sulit diurai
8

oleh mikroba dan sangat berbahaya [23]. Berdasarkan kegunaannya baterai terdiri
dari dua jenis yaitu baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja (single use) dan
baterai yang dapat diisi ulang (rechargeable) atau disebut juga sebagai baterai
primer dan baterai sekunder. Baik baterai primer maupun baterai sekunder,
keduanya bersifat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai hanya
bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa
dibalik irreversible reaction. Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena
reaksi kimianya bersifat bisa dibalik reversible reaction.
Pada baterai primer atau baterai kering yang biasa digunakan, elektroda
terdiri dari batang karbon positif pada pusat sel dan bejana seng negatif dengan
elektrolit jeli ammonium klorida. Potensial sel kira-kira 1,5 volt. Selama
pemakaian, seng secara perlahan-lahan larut ketika arus listrik dihasilkan. Ketika
ammonium klorida jenuh, aliran arus listrik berhenti dan sel harus dibuang. Sel
seperti itu dikatakan primer atau tidak dapat diisi ulang. Jenis-jenis baterai yang
tergolong dalam ketegori baterai primer sekali pakai atau single use diantaranya
adalah baterai zinc carbon, baterai alkaline, baterai lithium atau baterai silver
oxide.
Sementara baterai sekunder (rechargeable) adalah jenis yang dapat diisi
ulang. Pada prinsipnya cara baterai sekunder menghasilkan arus listrik adalah
sama dengan baterai primer. Hanya saja, reaksi kimia pada baterai sekunder dapat
terbalik (reversible). Pada saat baterai digunakan dengan menghubungkan beban
pada terminal baterai (discharge), elektron akan mengalir dari negatif ke positif
Sedangkan pada saat sumber energi luar dihubungkan ke baterai sekunder,
elektron akan mengalir dari positif ke negatif sehingga terjadi pengisian muatan
pada baterai. Jenis-jenis baterai yang dapat diisi ulang (rechargeable battery)
yang sering kita temukan adalah seperti baterai Ni-Cd (Nikel-Cadmium), Ni-MH
(Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).

Berdasarkan spesifikasinya baterai primer dan sekuder dapat dilihat pada


tabel dibawah ini.
9

No Spesifikasi Primer Sekunder


1 Pengisian kembali Tidak bisa diisi ulang Bisa diisi ulang
(Recharging)
2 Reaksi Irreversibel Reversibel
3 Waktu Penggunaan Hanya Sekali pakai Lebih dari sekali
4 Aplikasi Perangkat portable, Laptop, Komputer,
Remot, Transistor, radio Kamera digital dan
dan lain-lain lain-lain
Source: rfwireless-world.com

Saat ini telah banyak fabrikasi baterai yang dikembangkan salah satunya adalah
Bio-Batt yang menggunakan sistem teknologi Microbial Fuel Cells (MFCs)
dengan memanfaatkan bakteri sebagai stimulus untuk menaikan tegangan dan
daya pada baterai.
MFCs adalah salah satu teknologi yang paling atraktif yang dipakai saat
ini untuk produksi energi baru terbarukan dan pengujian air secara simultan.
MFCs adalah perangkat bioelektrokimia yang menjadikan mikroorganisme
sebagai biokatalis untuk mngubah energi kimia pada senyawa organik atau
inorganik menjadi energi listrik [24]. Tipe double chamber MFC dibuat dari dua
Chamber anoda dan katoda. Biasanya sebuah Proton Exchange Membrane (PEM)
diletakan antara dua ruang (chamber) yang menghasilkan proton melalui anoda ke
katoda. Katoda dan anoda dihubungkan oleh sebuah sirkuit elektrik (dengan kawat
titanium atau kawat koper) untuk membuatnya menjadi sistem yang lengkap.
Subtrat organik di oksidasi oleh mikroorganisme pada anoda dan menghasilkan
elektron, proton dan karbon dioksida. Elektron dihasilkan dari aktifitas bakteri
metabolik lebih dulu ditransfer ke permukaan anoda oleh redox-activ protein atau
cytochromes dan kemudian melewati katoda melalui sirkuit elektrik [25]. Hal ini
seperti tampak pada gambar 1.1.
Umumnya, akseptor elektron disediakan di katoda oksigen atau
ferricyanide.
10

Gambar 1.1: Prinsip umum kerja Microbial Fuel Cells [26].

Adapun reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada MFC adalah seperti:

Reaksi Katoda: 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂− + 2𝐻2 𝑂 2𝐶𝑂2 + 7𝐻 + + 8𝑒 −


Reaksi Anoda: 𝑂2 + 4𝑒 − + 4𝐻 + 2𝐻2 𝑂

1.5 Bio-Batt Dengan Sistem Teknology MFC (Microbial Fuel Cell)


Bio-Batt adalah sebuah baterai yang memiliki komposisi bahan dari
limbah organik dengan kandungan air yang cukup tinggi berkisar antara 85 - 90%
pada limbah buah dan sayur [27]. Sampah atau limbah organik dari buah dan
sayur memiliki kandungan yang sangat tinggi berupa asam askorbat, asam sitrat,
dan juga Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hydrogen atau NADH yang
berfungsi sebagai penghasil energi sel dan dalam keadaan tertentu bisa menjadi
elektrolit yang dapat menghantarkan listrik.
Baterai sendiri adalah alat elektro kimia yang berfungsi untuk menyimpan
tenaga listrik dalam bentuk tenaga kimia. Tenaga listrik yang tersimpan akan
dialirkan lagi untuk memberikan arus listrik pada lampu. Konstruksi baterai terdiri
dari kotak baterai yang didalamnya terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda
positif dan elektroda negatif.
11

Sel bahan Bakar (fuel cell) merupakan bahan baku utama sebagai sumber
energi sel bahan bakar adalah gas hydrogen. Gas hidrogen dapat langsung
digunakan dalam pembangkit energi listrik dan mempunyai kerapatan energi yang
tinggi [28].

1.6 Sampah Pisang Sebagai Bahan Bio-Batt


Bio-batt adalah suatu baterai dengan bahan organik sehingga lebih ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan batu baterai konvensional yang
mengandung bahan kimia berbahaya. Menurut Kartawidjaja (2008), prinsip Bio-
Batt hanya melibatkan transportasi elektron antara dua elektroda yang dipisahkan
oleh medium konduktif (elektrolit) dan memberi kekuatan gerak elektro berupa
potensial listrik dan arus [29]. Pemanfaatan sampah organik terutama limbah buah
dan sayur sebagai Bio-Batt dilatar belakangi oleh kandungan dalam buah yang
berupa asam askorbat, asam sitrat dan NADH (Nikotinamida Adenosin
Dinukleotida Hidrogen) sebagai penghasil energi sel, yang dalam kondisi tertentu
bahan kimia tersebut bertindak sebagai elektrolit. Buah pisang juga mengandung
banyak air, asam dan basa. Pada saat terjadi pembusukan pada kulit pisang terjadi
proses fermentasi. Selama proses ini, kulit pisang menghasilkan asam lebih yang
meningkatkan kekuatan elektrolit sehingga menjadi lebih reaktif dengan elektroda
dan menghasilkan tegangan yang tinggi [30].
Secara karakteristik kandungan kimia pada kulit pisang menunjukan
bahwa perbedaan hasil pitokimia menunjukan pada kulit pisang terdapat:
glycosides, oxalate, phytates, phytic, acid sementara kandungan mineral adalah
ion (2,0 mg/kg), magnesium (5,4 mg/kg), tembaga (0,1 mg/kg), phosphorus
(2250,0 mg/kg) [31].

1.7 Komponen Bio-Batt dari Teknologi MFC


Pada dasarnya komponen Bio-Batt yang saat ini dikembangkan terdapat beberapa
komponen yang sama. Salah satu komponen berupa elektroda yaitu suatu alat atau
komponen dari alat listrik yang dapat memberikan muatan atau menerima
12

elektron, atau pembawa muatan yang lain. Elektroda terdiri dari dua jenis yaitu
elektroda positif (katoda) dan elektroda negatif (anoda) [32].
Elektroda pada Fuel Cell dibuat dari kain karbon atau serat karbon kertas.
Fungsi Elektroda berpori disamping memberikan permukaan untuk reaksi
elektrokimia, adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghantarkan elektron yang telah dibebaskan dan sebagai pengumpul
arus dan penghubung yang baik dengan sel lain atau beban. Jadi suatu
elektroda harus dibuat dari bahan yang memiliki konduktifitas listrik yang
baik.
2. Untuk memastikan gas-gas reaktan terdistribusi secara merata di dalam
sel [33].

Elektroda mempunya dua tipe yaitu anoda dan katoda dua-duanya memiliki
fungsinya masing-masing diantaranya:

1.7.1 Anoda
Anoda atau disebut juga sebagai kutub negatif. Di dalam elektrolisis,
anoda adalah elektroda yang berpotensial negatif. Tetapi, di dalam sistem
elektrik yang lain, seperti di dalam tabung lucutan atau dioda, maka anoda
adalah tempat keluarnya elektron [34]. Anoda merupakan terminal listrik
negatif dari fuel cell. Anoda mengantarkan elektron yang telah dibebaskan
dari molekul hidrogen ke rangkaian luar. Anoda memiliki saluran beralur
untuk mendistribusikan gas hidrogen ke permukaan katalis [35]. Dalam sel
elektrokimia, dapat menghasilkan energi listrik dengan jalan pelepasan
elektron pada elektron lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan
elektron dinamakan anoda [36].

1.7.2 Katoda
Katoda adalah terminal listrik positif dari fuel cell dan juga memiliki
saluran beralur yang mendistribusikan oksigen merata ke permukaan
katalis. Mereka juga menghantarkan kembali elektron dari sirkuit luar
katalis kemudian bergabung kembali dengan ion hidrogen dan oksigen
13

untuk membentuk air. Katoda disebut juga sebagai elektroda yang


menerima elektron yang dilepaskan oleh anoda. Jadi sebuah sel
elektrokimia selalu terdiri dari dua bagian atau dua elektroda, setengah
reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (electron) yang
ditimbulkan dapat dipergunakan. Salah satu faktor yang menunjukan
sebuah sel adalah gaya gerak listrik (GGL) atau perbedaan potensial listrik
antara anoda dan katoda [37].

1.7.3 Elektrolit
Elektrolit di dalam feul cell memisahkan katoda dari anoda, elektrolit
hanya dapat menghantarkan ion saja, sedangkan elektron tidak dapat
melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan penghantar listrik dan juga
menghantarkan terjadinya reaksi kimia. Terdapat berbagai macam material
elektrolit yang digunakan dalam fuel cell dan ini menentukan jenis itu
sendiri [38].
14

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode diantaranya sebagai


berikut:

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampah organik berupa kulit pisang kepok
(musa aacuminata barbasiana) dan Aquades sebagai bahan utama, untuk
elektroda yang digunakan berupa batang tembaga sebagai katoda, plat Zn
sebagai anoda dan tiga buah botol dari barang bekas yang sudah dibuang dan
tidak terpakai lagi. Adapun spesifikasi bahan seperti digambarkan dalam
tabel 3.1. Sedangkan spesifikasi elektroda yang dipakai dijelaskan pada tabel
3.2.
Tabel 3.1 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan Kegunaan
Temabaga (Cu) Sebagai katoda
Aluminium (Al) Sebagai anoda
Aquades ( 𝐻 2 O) Sebagai tambahan elektrolit
Pasta Kulit Pisang Kepok Sebagai bahan elektrolit MFC
15

Tabel 3.2 Spesifikasi elektrda yang digunakan


Nama Panjang Lebar Tebal Massa Volume
bahan (cm) (cm) (cm) (gram) (𝑪𝒎𝟑 )
13Al (I) 29,5 ± 0.05 1,6 ± 0.05 0.33 ± 0.005 4 ± 0.05 15,6 ± 0.005
13Al (II) 29,7 ± 0.05 1,5 ± 0.05 0,33 ± 0.005 4 ± 0.05 14,7 ± 0.005
13Al (III) 29,5 ± 0.05 1,7 ± 0.05 0,34 ± 0.005 4 ± 0.05 17,1 ± 0.005
29Cu (I) 35,3 ± 0.05 - 2,27 ± 0.005 13 ± 0.05 -
29Cu (II) 35,2 ± 0.05 - 2,28 ± 0.005 13 ± 0.05 -
29Cu (III) 35,2 ± 0.05 - 2,26 ± 0.005 13 ± 0.05 -

3.1.2 Alat
Sementara alat-alat yang digunakam untuk menunjang proses penelitian ini
adalah multimeter tester sebagai pengukur tegangan, arus dan daya yang
diperoleh pada pasta elektrolit, lakban sebagai perekat wadah atau dan lampu
indikator sebagai beban untuk menguji elektrisitas bahan, timbangan digital
untuk mengukur massa bahan yang akan diteliti, micrometer sekrup, pisau,
gunting, wadah, saringan, buku catatan dan bulpen. Semua alat ini seperti
digambarkan dalam tabel 3.3 dibawah ini.
16

Tabel 3.3 Alat-alat yang digunakan


Nama Alat Fungsi Gambar
Untuk mengukur
Timbangan Digital massa sampel

Mengukur arus,
tegangan, dan
Multimeter Digital hambatan yang
dihasilkan.

Untuk mengukur
Micrometer Secrup ketebatan elektroda

Mengukur volume
Gelas ukur air yang dibutuhkan

Sebagai alat untuk


Parutan menghaluskan
sampel
17

Menyaring sampel
Saringan yang telah disaring

Tempat untuk
Wadah/baskom menampung sampel

3.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nano Material untuk Fotonik
Nanoteknologi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.3 Metode Eksperimen


Terdapat beberapa proses pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan. Bahan yang disiapkan berupa
varietas kulit pisang dimana jenis pisang yang digunakan adalah jenis pisang
kepok (musa acuminate barbasiana) yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena harganya yang murah dan cairan aquades sebanyak 200
mL dengan ciri pisang yang digunakan setengah matang dan ciri tampak kulit
yang sudah menguning.
2. Bahan kulit pisang tersebut kemudian di haluskan secara merata dan disaring
menggunakan saringan untuk mendapat hasil yang maksimal. Alur penelitian
ini seperti gambarkan pada gambar 1.2.
18

Gambar 1.2 Desain penelitian yang dilakukan pada sampel kulit


pisang dan pengukurannya

3. Hasilnya kemudian ditimbangkan menggunakan neraca digital dengan


konsentasi dan variasi yang berbeda yaitu 25 gram, 50 gram dan 100 gram
kulit pisang sedangkan aquades yang digunakan sebesar 200 mL untuk setiap
bahan. Bahan kemudian dimasukan kedalam botol dengan standar seperti
dibawah ini.
25 gram 50 gram 100 gram
, , dan .
200 mL 200 mL 200 mL
4. Setelah bahan sudah tercampur kemudian dimasukan kedalam wadah/botol
seperti spesifikasi pada poin 3. Sebelumnya wadah berupa botol sudah
dipasangi elektroda dari Tembaga (29Cu) dan Aluminium (13Al) dimana
massa panjang, luas, dan volumenya telah diukur.
5. Setelah itu bahan dimasukan dan diukur elektrisitasnya menggunakan
multimeter tester dan diaplikasikan pada beban yang telah disediakan. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini.
19

(a) (b) (c)


Anoda Katoda

- + - + - +
Anoda Katoda Anoda Katoda

𝐻2 𝑂 𝐻2 𝑂

𝐻2 𝑂

Gambar 1.3 Desain alat Bio-Batt dari pasta kulit pisang dengan sistem teknologi
MFC dengan variasi konsentrasi yang berbeda (a) konsentrasi yang digunakan
100 g bahan pasta dan 200 mL aquades (b) dengan konsentrasi 50 g bahan pasta
dan 200 mL aquades (c) konsentrasi 25 g dan 200 mL aquades.

3.3.1 Pengaruh Perbedaan Masa Sampel Pada Kinerja Sel


Sebagai perbandingan untuk mengetahui pengaruh dari perbendaan masa sampel
dan volume air pada daya listrik yang dihasilkan. Maka hal ini dirasa perlu
diakukan untuk mengamati lebih jauh output yang di hasilkan dari ketiga sampel
serta pengaruh aquades terhadap ketiga sampel tersebut. Sampel kemudian di ukur
secara teratur menggunakan multimeter. Data yang dihasilkan dimasukan ke
dalam tabel. Tabel pengamatan akan dijelaskan lebih jauh pada bab hasil dan
pembahasan.

3.3.2 Perbandingan antara pasta yang berair dan yang tidak berair
Dalam penelitian ini juga dilakukan proses perbandingan sampel yang
ditambahkan dengan air (aquades) dan yang tidak (hanya menggunakan pasta
kulit pisang). Hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui perbedaan
dan pengaruhnya. Hasil pengamatan dan pengukuran dari perbandingan ini juga
20

akan di jelaskan pada bab hasil pembahasan. Adapun diagram alur penelitian
seperti diperlihatkan pada sketsa maps pada gambar 1.4 dibawah ini.

Mulai

Studi Literatur

Perencanaan dan perancangan


Pembuatan prototype biobaterai
MFC

Pengujian Biobaterai dengan Sistem


Teknologi MFC

Pengambilan Data

Valid
Tidak
Ya

Selesai

Gambar 1.4 Diagram alur penelitian biobaterai dengan sistem teknologi MFC
21

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adelubga, O. dkk. 2019. The Development and Performance Evaluation of a


Systematic Banana Pith Waste battery (BPWB). International Journal of Energy
Science and Engineering. Vol: 5 (1): 1-11.
[2] Tumuhalrwe, B. and Tenywa, S. 2018. Bacteria community changes during
composting of municipal crop waste using low technology methods as revealed by
by 16s rRNA. African journal of environmental science and technology. 2 (6):
209-221.
[3] M. N Aridito, S. Ma’arif. Potensi Energi Listrik Dari Sampah Berbasis gasifikasi
di Kawasan Village Center Bali. Universitas Proklamasi 45. Yogyakarta. 2019.
[4] Fadila, S. dkk. 2015. Pembuatan biomaterial dari limbah kulit pisang (musa
paradisiaca). Prosiding symposium nasional dan pembelajaran sains. Bandung-
Indonesia.
[5] Adekunle, A., Raghavan, V, Tartakovsky. 2019. Real-Time Performance
Optimization and Diagnostic during Long-Term Operation of a Solid Anolyte
Microbial Fuel Cell Biobattery. Batteries. 5(9): 1-14.
[6] DEN., Indonesia Energy Outlook 2019. Secretariat General national Energy
Council. Hal: 1.
[7] Faruq, I. B. 2019. Studi Limbah Kota Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah. (PLTSa) Kota Singkawang. Program studi Elektro. Universtas
Tanjungpura.
[8] Toward Sustainable Society. Solid Waste Management and Recycling Technology
of Japan. Ministry of the environment. Minister’s Secretariat, Waste Management
and Recycling Department Policy Planning Division. Office of Sound Material-
Cycle Society.
[9] Monice. Perinov. 2016. Analsis Sampah Sebagai Bahan Baku Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah Di Pekan Baru. SainETIK. Vol 1 No. 1:9-16.
22

[10] Ravinda K. Lakhveer S. and A. W. Zularisam. 2017. Microbial Fuel Cell: Types
and Applications. Facukty of Engineering technology, University Malaysia
Pahang (UMP).
[11] Rina K., Sri Puji A. dan Mursal G. 2018. Karakterisasi Morfologi Tanaman
Pisang di Daerah Lombok. Jurnal Biologi Tropis. 18 (2): 235-240.
[12] Muh. Muhlisin, Noer S, dan M. Komarudin. 2015. Pemanfaatan Sampah Kulit
Pisang dan Kulit Durian Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Pasta Batu Baterai.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9 (3): 137-148.
[13] Maedeh M., Soekheun Choi. On-Demand Micro-Power Generation from an
Origami-Inspired Paper Biobattery Stack. Batteries. 2018. 2(14): 1-13.
[14] Samsinar, R. dan Anwar, K. 2018. Studi perencanaan pembangkit listri tenaga
sampah kapasitas 115 KW (studi kasus Kota Tegal). Jurnal Elektum vol.15 no.2
[15] Munzir Qadri. Dwi Adi Rahmat. 2017. Perencanaan pembangkit listrik tenaga
sampah kapasitas 1000 watt.
[16] Winanti, W. S. 2018. Pembangkit Tengaga Sampah (PLTSa). Prosiding. Seminar
Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan hidup. Jakarta.
[17] Taswa E. S. dan Ahmadi, H. A. 2015. Kamus Lengkap Fisika. Diterbitkan: Bumi
Aksara. Jakarta. Indonesia.
[18] Atina, 2015. Tegangan dan Kuat Arus Listrik dari sifat asam Buah. volume: 2(2)
28-42.
[19] Zighuang Zue. at ell. A High Energy Density Sugar Biobattery Based on Syntetic
Enzimatic Pathway. Nature Comunications. hal: 1-8.
[20] Nurfani P. dkk. 2017. Pembuatan Biobaterai Berbahan Dasar Kulit Pisang.
Hasanudin Student Journal. Vol.1 No. (2): 96-101.
[21] MIT Electric Vehicle Team. 2018. A Guide to Unnderstanding Battery
Specifications.
[22] P. H. Doraja, M. Sari, N. D. Kuswitasary. 2012. Biodegradasi Limbah Domestik
Dengan Menggunakan Inokulum Alami Dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni
ITS. Vol. 1, No. 1: 2301-928.
23

[23] Y. Yuriandi, H. P. Putra, N. latifah. 2020. Pengolahan Limbah Makanan Dengan


Metode Conductive Drying. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. V 12. No. 1:
45-58.
[24] Imam, K. 2015. Pemanfaatan Energi alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk
Mendukung Subtitusi BBM. Jurnal IPTEK. Vol. 19 (2): 75-91.
[25] Fadli, M. 2018. “Teori dan Komputasi Energi IEM-FC (Inorganic Elektrolyte
Membrane Feul Cell) Di tinjau dari Besarnya Tegangan yang Di Hasilkan dari
Sumber Cairan Energi Dengan Tekananan Sistem Energi.” Skripsi S1. Jurusan
Fisika, FMIPA, Universitas Pattimura.
[26] Kartawidjaja, M., dkk. 2008. Pencarian Parameter Bio-Baterai Asam Sitrat
C6H8O7). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Hal.105-115.
[27] Agus. M, Ida. F, Zurohaina. 2017. Pengaruh Kosentrasi Bagi Tape Terhadap
Voltase dan Lamanya Penyalaan Lampu yang Dihasilkan Limbah Kulit Pisang
Sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik. Kinetika Journal. V. 0 Hal: 40-43.
[28] Anita, L. dkk. 2017. Pemanfaatan Karbon Aktif dari Limbah Kulit pIsang Goroho
(Musa acuminafe) Sebagai Adsorben Zat Pewarna Tekstil Methylene Blue. Jurnal
MIPA UNSRAT ONLINE 6 (2): 55-58.
[29] M. V. Redy. at. al. 2020. Sulfide and Oxide Inorganic Solid Electrolytes for All-
Solid-State Li Batteries: A Review. Nanomaterials, 10, 1606; No. 1-80.
doi:10.3390/nano10081606.
[30] Hendry Izaac Elim, M.V. Reddy, and Rajan Jose. 2019. A Frontier 2D
Nanobattery: “Improving Challenges (Hotumese) and Development”. Science
Nature 2(2), pp.114-121.
[31] Muh. Muhlisin1, Noer Soedjarwanto2, M. Komarudi. 2015. Pemanfaatan Sampah
Kulit Pisang dan Kulit Durian Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Pasta Batu
Baterai. ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Volume 9,
No. (3): 137-147.
[32] Rina Kurnianingsih, Sri Puji Astuti, Mursal Ghazali. 2018. Karakterisasi
Morfologi Tanaman Pisang di Daerah Lombok. Jurnal Biologi Tropis. 18 (2) :235
– 240
24

[33] Agus Manggala, Ida Febriana, Zurohaina. 2017. Pengaruh Kosentrasi Ragi
Terhadap Voltase dan lamanya Penyalaan lampu yang di Hasilkan Limbah Kulit
Pisang Sebagai Energi Alternatif Sumber Energi Listrik. Kinetika, Volume. 40-
43.
[34] C. N. Nupearachchi, V. P. S. Perera. 2019. A Rechargeable Banana Pith Bio-
Battery. National Energy Symposium 2019. Hal: 191-198
[35] H.D.W.M.A. M.Wijeisnghe, C.H. Manathunga, V.P.S. Perer, K.S. Mannatunga,
R.A.D.D. Dharmasiri. Development of Cathode Material for Sodium–ion
Rechargeable Battery in Sri Lanka. National Energy Symposium 2019. Hal: 199-
212.
[36] MIT Electric Vehicle Team. A Guide to Understanding Battery Specifications.
December 2008.
[37] Imam Kholiq. PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI ENERGI
TERBARUKAN UNTUK MENDUKUNG SUBTITUSI BBM. Jurnal IPTEK
Vol.19 No. 2, Desember 2015.
[38] Assoc.Prof.H.I. Elim, International WEBINAR TALK on Mapping ENERGY
using Multitasking PHYSICS, on 14th Oct 2020. Conference: Renewable Energy
in Archipelago Region with Many small Islands on 14th Oct. 2020. Presentation.
File. DOI: 10.13140/RG.2.2.25851.75049.

Anda mungkin juga menyukai