Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

PENGARUH JUMLAH SUDU TURBIN AIR TERHADAP KINERJA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

THE EFFECT OF THE NUMBER OF WATER TURBINE BLADES ON THE

PERFORMANCE OF HYDROELECTRIC POWER PLANTS

FATRA ADERIAN KAJU

1923152010

MESIN OTOMOTIF PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
PROPOSAL

PENGARUH JUMLAH SUDU TURBIN AIR TERHADAP KINERJA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

THE EFFECT OF THE NUMBER OF WATER TURBINE BLADES ON THE

PERFORMANCE OF HYDROELECTRIC POWER PLANTS

FATRA ADERIAN KAJU

1923152010

MESIN OTOMOTIF PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

ii
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusunan TUGAS

AKHIR yang berjudul “Pengaruh Jumlah Blade Turbin Air Terhadap Kinerja

Pembangkit Listrik Tenaga Air”. Perjalanan panjang telah penulis lalui banyak

hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun berkat pembimbing selalu

memberikan arahan dan motivasi untuk belajaran sehingga penulis berhasil

menyelesaikan penyusunan tugas akhir.

Dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Marthen Paloboran, S.T., M.T.,

IPM selaku pembimbing pertama dan bapak Dr,-Eng. Ir. Ismail, ST., MT., IPP.

selaku pembimbing kedua, nasehat dan motivasi yang di berikan oleh

pembimbing sangat bermanfaat dan berguna bagi mahasiswanya serta membuka

wawasan berpikir penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan kontribusi dan pengalaman berharganya selama proses penulis

menjadi mahasiswa.

1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M. TP., IPU., ASEAN Eng. Selaku Rektor

Universitas Negeri Makassar.

2. Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes,. M. Eng., IPU., ASEAN Eng. Selaku

Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

iii
3. Dr. Syafiuddin Parenrengi, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

4. Zulhaji, S.pd., M.Pd. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif

Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

5. Dr. Eng ISMAIL, ST, MT. Selaku Ketua Program Diploma IV Jurusan

Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

6. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas

Teknik Universitas Negeri Makassar.

7. Saya ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya yang telah mendidik

dan menyekolahkan saya hingga mendapatkan gelar sarjana.

8. saya ucapkan terimakasih juga kepada rekan rekan Mahasiswa Fakultas

Teknik UNM yang telah banyak memberikan motivasi serta masukan dalam

penyusunan tugas akhir ini.

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………..…….viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 8

B. Kerangka Pikir 34

C. Hipotesis 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 36

B. Waktu Dan Tempat Penelitian 36

C. Desain Penelitian 37

D. Prosedur penelitian 38

E. Teknik pengumpulan data 40

F. Tabel pengumpulan data 41

v
G. Instrumen penelitian…………………………………………….41

H. Alat dan bahan ……………………………………………….…42

I. Pemeriksaan keabsahan data 43

J. Teknik analisis data 43

JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN 45

RENCANA BIAYA PENELITIAN 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 47

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampungan air …………………………………………….10

Gambar 2.2 Turbin Air……………………...……………………………..11

Gambar 2.3 Turbin Impuls dan Turbin Reaksi…………………….……...12

Gambar 2.4 Generator Turbin Air……..………… ………….……………18

Gambar 2.5 Rotor….…….……..………………………………………….19

Gambar 2.6 Stator…...……………..……………………………………….20

Gambar 2.7 Kincir Air…..……….…………………………………………22

Gambar 2.8 Undershot……………………………………………………...23

Gambar 2.9 Breatshot…………………………………………………….…24

Gambar 2.10 Overshot……………………………………………………...25

Gambar 2.11 Pitchback………..…………………………………………....25

Gambar 2.12 sudu impuls ………………………………………………….27

Gambar 2.13 sudu reaksi …………………………………………………..28

Gambar 2.14 sudu aluminium ……………………………………………..31

Gambar 2.15 sudu besi …………………………………………………….32

Gambar 2.16 sudu plastik ………………………………………………….33

Gambar 2.17 Kerangka Pikir …………………………………………..…..34

Gambar 3.1 Desain Penelitian………………………………………………37

Gambar 3.2 prosedur penelitian ……………………………………………38

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 penyajian data …………………………………………………..41

Tabel 3.2 Alat dan bahan ………………………………………………….42

Table 3.3 perencanaan kegiatan …………………………………………..45

viii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan teknologi, sosial, dan budaya kebutuhan

energi listrik terus meningkat mulai dari rumah tangga, perkantoran, transportasi,

telekomunikasi sangat bergantung dengan energi listrik. Namun demikian,

bertumbuhnya tingkat kebutuhan listrik tidak sebanding dengan cadangan energi

fosil yang semakin menipis sehingga pusat pembangkit listrik yang berbahan

bakar berasal dari fosil akan mengalami penurunan produktifitas dimasa yang

akan datang.

Energi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan negara

secara menyeluruh, dimana penggunaan energi yang tepat dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi. Energi yang dimaksud terutama yang terbesar adalah

kebutuhan akan energi listrik. Di sebagian besar negara di dunia, termasuk

Indonesia, pasokan listrik masih bertumpu pada pembangkit listrik konvensional

yang menggunakan bahan bakar fosil, yaitu. minyak bumi, gas alam dan batu

bara. Padahal, bahan bakar ini sifatnya terbatas dan pada akhirnya akan habis

ketika kebutuhan listrik meningkat (Agency, 2013).

Banyak negara di dunia sudah mulai menaruh perhatian pada

pengembangan energi alternatif, dan hal ini mendorong para ahli untuk terus

berupaya mencari sumber energi terbarukan yang lebih murah, tersedia dalam

jumlah banyak di alam, dan yang penggunaannya tidak berdampak negatif

terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan guna menjaga
3

lingkungan dan menjaga Kelangsungan hidup manusia Melihat situasi Indonesia

saat ini, kita melihat adanya krisis energi yang diawali dengan krisis bahan bakar

minyak. Pasalnya, bahan bakar minyak saat ini menjadi sumber pasokan utama

bagi pembangkit listrik konvensional (Bank, 2019).

Oleh karena itu, perlu pengenalan bentuk energi terbarukan yang ada.

Banyak sumber energi terbarukan yang dapat diperoleh dari alam, seperti energi

angin, tenaga air, energi matahari, dan energi panas bumi. Semua sumber energi

terbarukan tersebut berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik sehingga

ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dapat diminimalkan. Tenaga air

sebagai salah satu bentuk energi terbarukan adalah energi yang dapat digunakan

sebagai pembangkit listrik di daerah yang memiliki potensi sumber air yang besar

(Hunt & Evans, 2011). Di Indonesia, penggunaan tenaga air banyak digunakan

dalam produksi listrik. Namun, pemanfaatan yang dikaji tidak sebanding dengan

potensi air di wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian

ESDM potensi energi air Indonesia cukup besar, yang memiliki potensi energi

hidro sebesar 75.000 MW (Kajian PLN bersama Nipon Koei tahun 1983).

Kemudian kajian dilanjutan dengan melakukan screening terhadap lokasi-lokasi

potensial yang dirangkum dalam Hydropower Development Plan tahun 2011.

Kajian ini meningkatkan kualitas data potensi hidro sehingga potensi semula

75.000 MW di 1.249 lokasi discreening menjadi 12.894 MW di 89 lokasi. Namun

saat ini pemanfaatannya melalui penyediaan energi listrik nasional baru mencapai

10% dari total potensinya. (ESDM, 2021). Hal ini menjadi indikator bahwa
4

perlunya tata kelolah dan pemanfaatan air sebagai pembangkit listrik energi

terbarukan.

Konsep Turbin Air dirancang dengan memanfaatkan air sebagai penggerak

utama. Air digunakan untuk menggerakkan generator pembangkit listrik dengan

membuat beberapa komponen pendukung serta konsep perancangan yang

memungkinkan air untuk menggerakkan generator secara berkelanjutan. Konsep

ini memungkinkan tingkat efektifitas kerja energi air dapat maksimal.

Pemanfaatan air sebagai pembangkit listrik ini mengacuh pada konsep solusi

pemenuhan kebutuhan energi listrik, energi berkelanjutan dan energi ramah

lingkungan.

Pada hakekatnya prinsip kerja listrik tenaga air adalah mengupayakan atau

mengubah energi yang terdapat pada air yang mengalir di dalam sungai atau laut

menjadi energi mekanik dimana kemudian energi mekanik inilah mampu diubah

menjadi suatu bentuk pada energi listrik. Alat utama yang dibutuhkan dalam

pembuatan kincir adalah turbin dan juga generator.

Dalam sistem pembangkit listrik terdapat komponen penting untuk merubah

tenaga potensial dari air menjadi tenaga mekanik yang akan menghasilkan tenaga

listrik, komponen tersebut merupakan turbin. Terdapat bagian – bagian dari turbin

yang membentuk sistem kesatuan turbin, antara lain Sudu turbin yang memiliki

bentuk seperti mangkuk akan dipasang pada sekeliling roda (runner). Sudu yang

berada di sekeliling runner memiliki fungsi untuk menangkap energi kinetik yang

dihasilkan dari jatuhnya air di sudu sehingga berubah menjadi energi mekanik

yang lalu runner akan mentransmisikan energi mekanik tersebut ke as generator


5

sehingga generator dapat menghasilkan energi listrik. Nosel merupakan perangkat

yang dirancang untuk mengendalikan arah aliran fluida (untuk menaikkan

kecepatan) pada saat keluar (ataupun pada saat masuk). Nosel biasanya memiliki

bentuk tabung dengan berbagai jenis luas penampang. Rumah turbin yang

memiliki fungsi sebagai tempat dudukan dari roda jalan dan penahan dari air yang

keluar dari sudu turbin. Konstruksi dari rumah turbin harus kuat guna melindungi

dari kemungkinan terjadinya rusak pada sudu atau runner dan terlempar saat

turbin beroperasi. Dari tiap-tiap bagian diatas dapat mempengaruhi kinerja dan

efektivitas turbin, mulai dari bukaan katup nosel yang mengatur aliran serta debit

air yang dapat mempengaruhi daya listrik yang dihasilkan. Pada turbin pelton

variabel yang sangat mempengaruhi efisiensinya adalah ketinggian dan kecepatan

aliran air, sudut dan jumlah sudu, karena perubahan jumlah sudu akan

mempengaruhi putaran dan gaya tangensial dari turbin tersebut sehingga akan

menghasilkan gaya yang lebih besar.

Gaya tangensial adalah gaya yang bekerja pada suatu benda yang bergerak

melingkar pada arah tangensial suatu lingkaran tertentu. Selain turbin jenis pelton

turbin yang sering digunakan adalah turbin crossflow karena turbin jenis ini

memiliki kelebihan di bidang efisiensi yang tinggi karena dalam proses

penyerapan energi air yang dilakukan dua kali yakni yang pertama pada saat air

pertama kali masuk turbin akan diserap bagian atas kemudian dialirkan melalui

rongga turbin menuju bagian lain yang selanjutnya akan diterima oleh sudu

bagian lain sehingga terdapat dua proses penggerakan turbin. Kemudian turbin

banki yang memperoleh kekuatannya dari energi kinetik, kecepatan karakteristik


6

turbin menempatkannya di antara apa yang disebut turbin air tangensial pelton

dan roda aliran campuran francis

Kinerja turbin air dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah jumlah sudu turbin, kedalaman rendaman, dan diameter turbin dimana jika

jumlah sudu sedikit maka kinerja kecil tetapi jika jumlah sudu terlalu banyak

maka kinerjanya menurun, demikian pula faktor kedalaman turbin jika kedalaman

rendaman rendah. maka daya outputnya rendah tetapi jika terlalu dalam maka

daya outputnya juga menurun, sehingga perlu dicari jumlah sudu terbaik demikian

pula kedalam rendamannya. (Buana and Achmad 2017).

(Irawan. 2018) Dalam peneltiannya yang berjudul “Pengaruh diameter dan

jumlah sudu runner terhadap kinerja turbin cross- flow” variasi perbandingan

diameter dalam dan luar dengan jumlah sudu runner berpengaruh pada kinerja

turbin Putaran turbin maksimal yaitu 352 rpm, daya turbin sebesar 363,98 Watt

lalu efisiensi maksimum turbin 62% didapatkan dengan membandingkan diameter

dalam dan diameter luar runner yaitu 0,66 dengan sudu 18. Daya maksimal yang

dihasilkan generator yaitu 202,5 Watt.

(Shodikin 2017) Dalam peneltiannya yang berjudul “Analisa pengaruh

variasi jumlah Sudu dan debit aliran terhadap daya yang dihasilkan pada turbin

pelton” hasil penelitian Sudu 16 menghasilkan daya optimal sehingga hal ini juga

mempengaruhi efisiensi turbin yang juga maksimal yaitu Debit aliran 5 m kubik

per jam yang mampu menghasilkan putaran pada runner turbin maksimal,

sehingga daya keluaran yang dihasilkan oleh turbin juga maksimal yaitu 0,7 watt.

Namun setiap kali debit aliran ditambahkan, mengalami penurunan efisiensi.


7

(Kurniawan 2019) Dalam penelitiannya yang berjudul “Performance test of

pelton micro hydro turbine with.the variations of parameters to produce the

maximum output power” Daya keluaran maksimum yang dihasilkan adalah 15,89

Watt pada putaran turbin 691,3 rpm, debit aliran air 35 liter/menit dan jumlah

bilah turbin adalah 16 dengan sudut keluaran nosel 50o.

Berdasarkan uraian diatas peneliti terdorong untuk melakukan kajian lebih

dalam dan menyusunnya dalam suatu bentuk karya tulis ilmiah dengan judul

“Pengaruh Jumlah Sudu Turbin Air Terhadap Kinerja pembangkit Listrik

Tenaga Air.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang menjadi fokus dalam

kajian ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya listrik

yang dihasilkan?

2. Bagaimana pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya turbin air

yang dihasilkan?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya

listrik yang dihasilkan.

2. Untuk menganalisis pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya

turbin air yang dihasilkan.


8

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik dari sisi akademis

maupun sisi praktis. Berikut ini merupakan manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru dan

konsep rancangan pembangkit listrik dapat dikembangkan dalam skala lebih

besar.

2. Manfaat Aplikatif

Dapat menjadi referensi, rekomendasi dan alternatif dalam membuat

pembangkit listrik tenaga air sesuai dengan konsep perancangan dalam penelitian

ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang

menggunakan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi

Listrik, yang biasa disebut sebagai hidroelektrik, energi listrik yang dibangkitkan.

Cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengkonversikan

tenaga air menjadi tenaga mekanik dalam turbin air. Kemudian turbin air

memutar generator yang membangkitkan tenaga listrik. Sementara air yang

tadi digunakan untuk memutar turbin air dikembalikan ke alirannya.

Besarnya energi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik bergantung

pada ketinggian jatuh air (head) dan begitu pula pemilihan turbin untuk PLTA.

(Gonen, 2016)

Secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air

dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik

yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

Hidroelektrisitas adalah sumber energi terbarukan. (Hasibuan et al., 2023).

Kinerja merupakan hasil kerja (output) yang dapat terukur dan dapat

dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. (Rizal, 2021). Prinsip dasar

pembangkit listrik tenaga air adalah memanfaatkan energi potensial yang

dimiliki oleh aliran air pada jarak ketinggian tertentu dari

8
9

tempat instalasi pembangkit listrik. Sebuah skema pembangkit listrik tenaga

mikrohidro memerlukan dua hal yaitu, debit air dan ketinggian jatuh (head)

untuk menghasilkan tenaga yang dapat dimanfaatkan. Hal ini adalah

sebuah sistem konversi energi dari bentuk ketinggian dan aliran

(energi potensial) ke dalam bentuk energi mekanik dan energi listrik (S., et

al., 2018)

2. Potensi PLTA di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya

potensi energi terbarukan (air). Energi air merupakan sumber energi terbarukan

yang sangat potensial di Indonesia. Apabila pemanfaatan energi tersebut

dilakukan secara meluas di seluruh wilayah Indonesia maka peluang untuk keluar

dari krisis energi akan semakin besar. Indonesia memiliki potensi energi hidro

sebesar 75.000 MW (Kajian PLN bersama Nipon Koei tahun 1983). Kemudian

kajian dilanjutan dengan melakukan screening terhadap lokasi-lokasi potensial

yang dirangkum dalam Hydropower Development Plan tahun 2011. Kajian ini

meningkatkan kualitas data potensi hidro sehingga potensi semula 75.000 MW di

1.249 lokasi discreening menjadi 12.894 MW di 89 lokasi. Hasil kajian ini

kemudian untuk dimasukan ke dalam rencana pengembangan pembangkit listrik

hingga tahun 2027 (ESDM, 2021)

3. Komponen Utama PLTA

a. Dam/Penampungan Air
10

Komponen ini menampung dan menaikkan level air untuk menciptakan

head, dan menyimpan energi air untuk menyediakan suplai air yang cukup dan

stabil ke turbin. (Pruthi, 2021).

Gambar 2.1: Penampungan Air atau Dam

Sumber: kumpulanstudi.aspirasi.com

b. Turbin Air

1. Pengertian Turbin Air

Turbin adalah salah satu jenis mesin penggerak yang mengambil energi dari

aliran fluida seperti udara dan gas; Namun, turbin udara adalah jenis turbin yang

beroperasi dengan menggunakan aliran fluida udara yang bergerak dari suhu yang

lebih panas ke suhu yang lebih dingin; Akibatnya, udara memiliki energi potensial

yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin, dan energi potensial tersebut

kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator. (Richter & Weiland,

2011).
11

Gambar 2.2 Turbin Air


Sumber : www.slideshare.net
2. Prinsip Kerja Turbin Air

Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis. Energi

mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan

prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi

mekanis.(Muhammad et al., 2023)

3. Klasifikasi Turbin Air

Turbin Air Berdasarkan Cara Kerjanya :

a) Turbin aksi atau turbin impuls

Turbin aksi atau impuls, yaituz turbin pelton, merupakan turbin yang

berputar karena adanya gaya impuls dari air (Creswell & Creswell, 2017).

b) Turbin reaksi
12

Pada turbin reaksi air masuk kedalam jaringan dalam keadaan

bertekanan dan kemudian mengalir ke sudu. Sewaktu air mengalir ke

sekeliling sudu piringan, turbin akan berputar penuh dan saluran belakang

(tail race) akan terendam air seluruhnya. Tinggi angkat air sewaktu mengalir

ke sekeliling sudu akan diubah menjadi tinggi angkat kecepatan dan

akhirnya berkurang hingga tekanan atmosfer sebelum meninggalkan pringan

turbin. Yang termasuk kedalam jenis ini adalah turbin francis dan kaplan.

(Chemistry, 2011)

Gambar 2.3 Turbin Impuls dan Turbin Reaksi.


Sumber : Artikel Teknologi Indonesia.
13

4. Perhitungan turbin

a. Kapasitas Pompa

Kapasitas Pompa (Q): Kapasitas Pompa (Q) adalah jumlah air yang

dapat dipompa oleh turbin Pelton dalam satuan volume per waktu.

Q = A.V (1)

di mana:

Q = kapasitas pompa (m³/s)

A = luas penampang saluran masuk (m²)

V = kecepatan air masuk (m/s)

b. Kecepatan Air Masuk (V):

Kecepatan Air Masuk (V) dapat dihitung menggunakan hukum Bernoulli

atau hukum konservasi energi.

V = √2gH (2)

di mana:

V = kecepatan air masuk (m/s)

g = percepatan gravitasi (9.81 m/s²)

H = tinggi jatuh air (meter)

c. Mencari Head Total Pompa

htotal Pompa = hz + hp + hm + hf (3)

Di mana:

Hz = Zeta Head Loss

hp = Pressure Head

hm = Manometric Head
14

hf = Friction Head Loss

head total pompa (htotal Pompa) yang mencerminkan jumlah

keseluruhan head yang diperlukan oleh pompa dalam sistem. Satuan: meter (m).

d. Head Elevasi

Perbedaan tinggi muka air sisi keluar dan masuk.

hz = Z2 - Z1 (4)

Di mana:

Hz = Head Elevasi (m)

Z2 = Tinggi muka air pada sisi keluar turbin (m).

Z1 = Tinggi muka air pada sisi masuk turbin (m).

e. Head Tekan

Head tekanan sisi masuk dan sisi keluar.

P1 = P2 – P (5)

Di mana :

P1 = tekanan sisi masuk (Pa)

P2 = tekanan sisi keluar (Pa)

P = Perbedaan tekanan antara sisi keluar dan masuk

f. Rugi Minor

Rugi Minor adalah rugi yang disebabkan gangguan lokal seperti pada

aliran seperti perubahan penampang, katup, belokan dsb, yang diekspresikan

dengan persamaan:

hm = K . v² / 2g (6)

Di mana:
15

hm = perbedaan energi yang dihasilkan oleh tekanan dalam sistem turbin

K = Koefisien

v = Kecepatan aliran air

g = gravitasi bumi

g. Rugi Mayor

Rugi Mayor adalah rugi yang terjadi adanya gesekkan aliran fluida

dengan dinding pipa.

hf = f. Lv² / d.2g (7)

Di mana:

hf = kerugian head akibat gesekan pada sistem turbin (m).

f = Koefisien gesekan

L = Panjang saluran (m).

v = Kecepatan aliran air (m/s).

d = Diameter saluran (m).

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s²).

h. Kecepatan Aliran ( V )

Rumus dibawah ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung

kecepatan aliran air dalam pipa.

v=Q/A (8)

Di mana:

v = Kecepatan aliran air dalam pipa (m/s).

Q = Debit air yang mengalir melalui pipa (m³/s).

A = Luas penampang melintang pipa (m²).


16

i. Daya Air ( WHP )

WHP dapat didefinisikan sebagai daya efektif yang diterima oleh air

dari pompa persatuan waktu.

WHP = (Q x Ht) / 75 (9)

Di mana:

WHP = Daya Air/Water Horsepower (HP)

Q = debit air (M3/h)

Ht = Head turbin

75 = Konstanta konversi yang digunakan untuk mengubah unit debit

air dan ketinggian turbin menjadi satuan daya horsepower (HP).

j. Daya Turbin ( BHP )

BHP dapat didefinisikan sebagai daya yang dihasilkan oleh fluida

penggerak turbin untuk menggerakan turbin pada torsi dan kecepatan tertentu,

atau bisa disebut juga input power ke turbin dari fluida.

BHP = (N x Mt) / 5252 (10)

Di mana :

BHP = Daya Turbin (Brake Horsepower) (HP)

N = Putaran turbin ( Rpm )

Mt = Momen puntir ( Nm )

5252 = Konstanta konversi yang digunakan untuk mengubah unit

putaran turbin (RPM) dan momen puntir (Nm) menjadi satuan daya horsepower

(HP).
17

k. Efisiensi Turbin

Efisiensi turbin adalah nilai keefektifan turbin yang didapat dengan

membandingkan besar daya turbin ( BHP ) dengan besar daya air ( WHP ) dimana

hasil berupa persentase.

Efisiensi (%) = (WHP / BHP) x 100 (11)

Di mana :

Efisiensi = Efisiensi Turbin Pelton (%).

WHP = Daya Air (Water Horsepower)

BHP = Daya Turbin (Brake Horsepower)

c. Generator

Generator adalah perangkat atau sistem yang mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik dan dapat menghasilkan daya AC atau DC, tergantung pada

jenis generatornya. Generator AC juga dikenal sebagai generator sinkron. Prinsip

pengoperasian generator didasarkan pada hukum induksi elektromagnetik

Faraday, yaitu ketika kawat digerakkan dalam medan magnet, akan menghasilkan

gaya gerak listrik. konstruksi Generator sinkron terdiri dari rotor dan

stator (Kushan, 2018)


18

Gambar 2.4 Generator Turbin Air


Sumber : Voltechno.net
1. Rotor

Rotor adalah bagian dari motor listrik atau generator listrik yang berputar

mengelilingi sumbu rotor. Rotasi rotor disebabkan oleh medan magnet dan belitan

kawat email rotor. Meskipun torsi akibat putaran rotor ditentukan oleh jumlah

lilitan kawat, serta diameternya. (Al-Fikri, 2014).

Bagian rotor yang berputar terdiri atas (Al-Fikri, 2014):

a) Poros jangkar

b) Inti jangkar

c) Kumutator

d) Kumparan jangkar
19

Gambar 2.5 Rotor


(sumber Rachmat, A., & Ruhama, A. (2014)
2. Stator

Kebalikan dari rotor, stator adalah bagian pada motor listrik atau dinamo

listrik yang berfungsi sebagai stasioner dari sistem rotor. Jadi penempatan stator

biasanya mengelilingi rotor, stator bisa berupa gulungan kawat tembaga yang

berinteraksi dengan angker dan membentuk medan magnet untuk mengatur

perputaran rotor (Al-Fikri, 2014).

Bagian stator yang berputar terdiri atas (Al-Fikri, 2014):

a) Kerangka generator

b) Kutub utama beserta belitannya

c) Bantalan-bantalan poros

d) Sikat arang
20

Gambar 2.6 Stator


Sumber : otomotif.web.id
Prinsip kerja generator adalah kebalikan daripada saat mesin bekerja

sebagai motor. Ketika mesin bekerja sebagai motor, kumparan stator diberi

tegangan tiga fasa sehingga akan timbul medan putar dengan kecepatan sinkron.

Namun jika motor berfungsi generator, pada rotor motor diputar oleh sumber

penggerak dengan kecepatan lebih besar daripada kecepatan sinkronnya

(Mahaganti, 2014).

Namun jika motor berfungsi generator, pada rotor motor diputar oleh

sumber penggerak dengan kecepatan lebih besar daripada kecepatan sinkronnya.

Bila suatu konduktor yang berputar di dalam medan magnet (kumparan stator)

akan membangkitkan tegangan dan bila dihubungkan ke beban akan mengalirkan

arus. Arus pada rotor ini akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan

stator sehingga timbul arus pada kumparan stator sebagai reaksi atas gaya

mekanik yang diberikan. Pada proses perubahan motor induksi menjadi generator
21

induksi dibutuhkan daya reaktif atau daya magnetisasi untuk membangkitkan

tegangan pada terminal keluarannya. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai

penyedia daya reaktif adalah kapasitor yang besarnya disesuaikan dengan daya

reaktif yang diperlukan (Mahaganti, 2014).

3. Daya yang Dihasilkan Generator

Untuk mengetahui besarnya daya listrik yang dihasilkan oleh generator

dapat digunakan persamaan. (Poernomo Sari dan Fasha, 2012)

Pg = I x V (2.13)

Dimana:

Pg = Daya listrik yang dihasilkan generator (W)

V = Beda potensial/tegangan (Volt)

I = Kuat arus (Ampere)

d. Kincir Air

Kincir air adalah peralatan makanis berbentuk roda dengan sudu (bucket

atau vane) pada sekeliling tepi tepinya yang diletakkan pada poros horizontal.

Kincir air memanfaatkan selisih ketinggian alamiah dari permukaan sungai kecil.

Air yang masuk ke dalam dan keluar kincir tidak mempunyai tekanan lebih (over

pressure), hanya tekanan atmosfir saja. Air itu menerjang sudu dari sebuah roda,

yang kebanyakan langsung dihubungkan dengan sebuah mesin. Kincir air dapat

diklasifikasikan berdasarkan sistem aliran airnya, yaitu: kincir air overshot, kincir

air undershot, kincir air breastshot dan kincir air tub.

Kincir air digerakkan oleh tenaga aliran air yang beraliran deras yang

menyebabkan terdorongnya sudu-sudu kincir sehingga kincir berputar pada


22

porosnya, yang kemudian pada poros kincir dipasang pulli. Dimana putaran dari

pulli akan diteruskan ke generator menggunakan sabuk. Putaran tersebut akan

memutar kumparan dari generator yang akan memotong garis-garis medan

magnetnya. Gerakan inilah yang menimbulkan gaya gerak listrik (GGL).

Sampai saat sekarang, penggunaan kincir air masih banyak ditemui karena

sifat-sifatnya yang ana, serta mudah dan murah dalam pembuatan dan

perawatannya. Walaupun mempunyai banyak kekurangan dibandingkan dengan

turbin air, teknologinya yang sangat sederhana ini cocok digunakan didaerah

pedesaan yang terpencil, asalkan daerah tersebut memiliki potensi sumber tenaga

air yang cukup terjamin. (richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)

Gambar 2.7 kincir Air


Sumber : kompasiana.com
23

Secara umum, unjuk kerja (performance) suatu peralatan konversi energi

termasuk kincir air dapat dinyatakan dengan efisiensi (ɳ) dan dapat dituliskan

dalam persamaan :

1. Klasifikasi Kincir Air

Klasifikasi kincir air/Turbin air berdasarkan sistem aliran air pendorong

yaitu titik darimana air akan mendorong sudu kincir air antara lain :

a) Undershot

Kincir Air Undershot Kincir air ini bekerja bila air yang mengalir

menghantam sudu yang teletak pada bagian bawahdari kincir air. Kincir air

ini tidak mendapat keuntungan dari head. Tipe ini cocok untuk dipasang

pada perairan dangkal pada daerah yang rata. Tipe ini juga di sebut

“vitruvian”. Di sini aliran air berlawanan dengan arah sudu yang memutar

kincir.

Gambar 2.8 Undershot


24

Sumber : richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)

b) Breastshot

Kincir Air BreastShot Kincir ini merupakan perpaduan antara

overshot dengan undershot di lihat dari energi yang di terimanya. Jarak

tinggi jatuhnya tidak melebihi tinggi diameter kincir, arah aliran air yang

menggerakkan kincir air di sekitar sumbu poros dari kincir air. Kincir air

jenis ini memperbaiki kinerja dari type kincir air undershot.

Gambar 2.9 Breastshot

Sumber : richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)

c) Overshot Kincir Air Overshot ini bekerja bila air yang mengalir jatuh

ke dalam bagian sudu-sudu bagian atas dank arena gaya berat air roda

kincir berputar. Kincir air ini yang paling banyak di gunakan di

banding kincir lain.


25

Gambar 2.10 Overshot

Sumber : (richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)

d) Pitchback Adalah jenis lain dari roda overshot dimana air di

perkenalkan tepat di belakang puncak roda. Ini menggabungkan

keuntungan dari sistem breatshot dan overshot, karena jumlah penuh

dari energi potensial yang dirilis oleh air yang jatuh di manfaatkan

sebagai air menuruni belakang roda.

Gambar 2.11 Pitchback


Sumber : (richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)
26

2. Pengertian Sudu

Pada roda turbin terdapat sudu yaitu suatu konstruksi lempengan dengan

bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang

diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada

sudu akan ada suatu gaya yang bekerja. Sudu merupakan salah satu bagian dari

turbin angin yang memiliki fungsi menerima energi kinetik dari angin dan

merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak, angin

yang menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.

Pada susunan turbin terdapat dua jenis sudu (sudu diam dan sudu gerak)

tersusun rapih berpola dengan penginstallan yang bergantian dan berurutan, hal

ini agar energi yang dibawa steam dapat sepenuhnya termanfaatkan untuk

menciptakan torsi yang besar sehingga dapat menciptakan putaran pada turbin.

Dalam turbin sudu atau blade turbin diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu sudu

impuls dan sudu reaksi. Kedua sudu ini berkontribusi dalam terciptanya energi

putar pada turbin dengan prinsip dasar pemanfaatan energi potensial dan kinetik

steam dengan nilai yang berbeda.

a. Sudu Impulse

Sudu impulse adalah sebuah jenis sudu rotor turbin yang berputar

dengan memanfaatkan gaya dorong (impulse) dari uap untuk menghasilkan energi

mekanik berupa putaran turbin, semakin besar energy dari steam maka secara

langsung akan berdampak pada kenaikan torsi yang diberikan uap kepada sudu

impuls. Sudu impuls biasanya terinstall pada sisi depan turbin (setelah nozzle), hal
27

ini bertujuan untuk memanfaatkan tekanan dorong dan kecepatan maksimal yang

diterima pada sudu putar(moving blade) bagian depan.

Gambar 2.12 : Sudu impuls

Sumber : https://id.linkedin.com/pulse/mengenal-jenis-dan-prinsip-kerja-sudu-

blade-pada-turbin-riko-saputra

Dilihat dari gambar diatas, ada beberapa karakteristik perubahan steam yang

melewati sudu impuls diantaranya adalah :

1) Terjadi penurunan pressure dan kenaikan kecepatan steam pada saat

melewati nozzle, fenomena ini dapat kita simpulkan bahwa pada nozzle

sisi sudu impuls berfungsi meningkatkan energi kinetic steam yang

berefek kepada penurunan entalphi yang ditandai dengan penurunan

tekanan, sedangkan volume steam mengalami kenaikan akibat proses

ekspansi steam saat melewati sudu diam turbin.

2) Pressure steam before-after sudu gerak (moving blade) tidak mengalami

perubahan apapun (konstan), namun steam velocity mengalami penurunan

nilai. Hal ini menandai bahwa energi kinetic dari steam telah
28

termanfaatkan atau dikonversikan menjadi energi mekanik berupa putaran

turbin.

b. Sudu Reaksi

Merupakan sudu yang dapat berputar dengan memanfaatkan gaya

reaksi yang diberikan steam terhadap sudu geraknya, prinsip kerja sudu reaksi

mirip dengan automatic sprinkler system (penyiraman tanaman otomatis) dimana

sprinkler dapat bergerak karena gaya reaksi yang diberikan oleh air. Sudu reaksi

juga mempunyai 2 jenis sudu yang sama dengan impuls yaitu sudu gerak (moving

blade) dan sudu diam (fixed blade), namun prinsip keja kedua sudu ini berbeda

dengan sudu gerak dan diam pada impulse blade. Pada sudu reaksi moving dan

fixed mempunyai respon yang sama yaitu uap akan mengalami penurunan nilai

pressure dan kenaikan nilai kecepatan saat steam melewati keduanya (layaknya

nozzle), hanya saja fungsi nozzle (sudu diam) pada jenis ini mempunyai fungsi

tambahan yaitu sebagai pengarah laju aliran steam yang dilewatinya. Kondisi ini

diperlukan karena volume steam pada sudu reaksi dibagian belakang turbin

mengalami kenaikan volume sehingga dibutuhkan pengarah dan diameter blade

yang lebih besar untuk memaanfaatkannya dan mengkonversinya menjadi energi

mekanik berupa putaran turbin.

Pada Sebagian turbin mempunyai jumlah sudu reaksi yang lebih banyak

dibandingkan sudu impulsenya, hal ini bisa terjadi dikarenakan oleh penurunan

tekanan (pressure drop) yang terjadi pada sudu reaksi memiliki nilai yang rendah

sehingga memerlukan jumlah blade yang lebih banyak untuk dapat memanfaatkan
29

uap yang telah berekspansi tadi sehingga dapat dikonversikan menjadi energi

mekanik

Gambar 2.13 : sudu reaksi

Sumber : https://id.linkedin.com/pulse/mengenal-jenis-dan-prinsip-kerja-

sudu-blade-pada-turbin-riko-saputra

Seperti penjelasan diatas, turbin merupakan equipment penting bagi

system pembangkit, sehingga turbin harus dilengkapi beberapa pengamanan yang

menjadi dasar bagi operator dalam mengoperasikannya dengan aman, handal,

efisien. Begitupun sudu turbin, sudu turbin mudah sekali stress (regang), kondisi

sangat dihindari karena berpotensi mengakibatkan friction (gesekan) antar sudu.

Beberapa penyebab sudu mengalami stress diantaranya adalah :


30

1) Thermal stress

Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan kenaikan dan penurunan temperature

fluida (steam) tidak terjaga sehingga mengakibatkan perbedaan pemuaian

yang relative jauh antara moving blade dan fixed blade. Oleh karena itu

perlu dilakukan standard ramping time atau standard waktu dalam proses

kenaikan dan penurunan temperature steam per-satuan waktu sesuai

dengan trend kenaikan suhu metal turbin agar selisih pemuaian metal pada

turbin tidak terlalu jauh.

2) Mechanical stress

Stress atau peregangan ini disebabkan oleh kenaikan putaran

turbin/overspeed, sehingga apabila kondisi ini dibiarkan, maka akan

menimbulkan centrifugal stress yang dapat mengakibatkan kerusakan pada

sudu-sudu turbin. Oleh sebab itu, turbin dilengkapi oleh pengaman putaran

berlebih yang biasa kita kenal OPC system (Overspeed Protection

System), dimana proteksi ini bekerja bila turbin berputar diatas speed rate

yang sudah ditentukan pabrikan.

3) Electrical stress

Peregangan ini terjadi bila terdapat anomaly pada nilai arus dan tegangan

generator, seperti gangguan pada medan penguat kumparan rotor yang

dapat menyebabkan kehilangan system ekstitasi (loss of excitation)

sehingga akan berdampak kepada kenaikan putaran turbin.

3. Material Sudu Kincir Air

a) Aluminium
31

Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat

ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,

tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tarik Aluminium murni adalah 90

MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tarik berkisar hingga 600

MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk,

diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi. Resistansi

terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan

Aluminium Oksida ketika Aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan

Aluminium Oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium

paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik

dengan paduan Tembaga. Dalam keadaan murni aluminium terlalu lunak,

terutama kekuatannya sangat rendah untuk dapat dipergunakan pada berbagai

keperluan teknik. Dengan pemaduan ini dapat diperbaiki tetapi seringkali sifat

tahan korosinya berkurang, demikian juga keuletannya.

Gambar 2.14. Sudu aluminium

Sumber. DuniaMesin
32

b) Besi

Besi adalah paduan besi-karbon disamping mengandung unsur

tambahan antara lain silikon (Si), mangan (Mn), fosfor (P) dan belerang (S).

Struktur mikro dari besi cor terdiri dari ferit atau perlit serta serpihan karbon

bebas. Kadar karbon dan silikon didalam besi cor akan 15 mempengaruhi

struktur mikro, sementara ukuran serta bentuk dari karbon bebas dan

keadaan struktur dasar akan berubah sesuai dengan mutu dan kuantitasnya.

Disamping itu, ketebalan dan laju pendinginan mempengaruhi struktur

mikronya. Besi cor dapat digolongkan menjadi enam macam yaitu : besi cor

kelabu, besi cor kelas tinggi, besi kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat,

besi cor yang dapat ditempa dan besi cor.

Gambar 2.15 : sudu besi

Sumber: Tekmesin.com
33

c) Plastik

Secara garis besar, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan, yaitu : plastik thermoplast dan plastik thermoset. Plastik

thermoplast adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan

adanya panas. Yang termasuk plastik thermoplast antara lain : PE, PP, PS,

ABS, SAN, nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dll. Sedangkan palstik

thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak

dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga

dimensi. Yang termasuk plastic thermoset adalah : PU (Poly Urethene), UF

(Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi dll.

Gambar 2.16 : sudu plastic

Sumber : ID.AliExpres
34

B. Kerangka Pikir/Kerangka Konsep

Mulai Studi Pustaka

Desain Model
Sistem Turbin Air

Pembuatan Sistem
Turbin Air Turbin 6 Sudu

Pengambilan Data Turbin 8 Sudu

Analisis Data Hasil Turbin 10 Sudu


Pengukuran

Kesimpulan Selesai

Gambar 2.17 Kerangka Pikir

1. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

2. Desain Model Sistem

Dilakukan dengan menggunakan perangkat untuk menggambarkan konsep

sistem yang akan dibuat.

3. Pembuatan Sistem Turbin Air

Merakit komponen komponen sistem pembangkit listrik tenaga air, sesuai

dengan konsep yang dituangkan dalam desain model sistem.


35

4. Pengambilan data

Melakukan pengambilan data setiap jumlah blade turbin air terhadap RPM

Turbin, Daya, Tegangan dan Kuat Arus yang dihasilkan dari sitem Turbin Air

yang dibuat.

5. Analisis Data Hasil Pengukuran

Analisis data hasil pengukuran untuk mendapatkan parameter–parameter

turbin yang optimal. Melakukan Analisis terhadap hasil pengukuran yang

dilakukan, untuk memastikan sistem Turbin Air sudah bekerja sesuai dengan yang

diharapkan dengan merujuk pada tingkat efektifitas dan efisiensi sistem Turbin

Air yang dibuat.

6. Kesimpulan

Menarik kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan.

C. Hipotesis (Jika Ada)

Berdasarkan pada rumusan masalah kajian teori dan kerangka pikir maka

dapat dirumuskan hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini:

1. Adanya pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya listrik

yang dihasilkan.

2. Adanya pengaruh perubahan jumlah sudu turbin terhadap daya turbin

yang dihasilkan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian eksperimen, dimana hasil penelitian diperoleh melalui pengukuran

menggunakan alat ukur yang sesuai spesifikasi. Metode Penelitian eksperimen

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi terkendalikan. (Zakariah et al., 2020)

X1

X2 Y

X3

Keterangan :

X1 : 6 Sudu Turbin

X2 : 8 Sudu Turbin

X3 : 10 Sudu Turbin

Y : Kinerja turbin Air

36
37

B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Teknik Otomotif,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini dilaksanakan kurang

lebih 1 bulan setelah seminar proposal.

C. Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian


38

D. Prosedur Penelitian

MULAI

Persiapan Alat Dan Bahan

Pengujian Kinerja Sistem PLTMH

Pengujian 6 Sudu Pengujian 8 Sudu Pengujian 10


Sudu

Hasil Data Penelitian

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
39

Berikut adalah prosedur penelitian pengaruh Jumlah Blade Turbin air

terhadap pembangkit listrik tenaga air :

1. Persiapan alat dan bahan

Siapkan semua peralatan, bahan, dan komponen yang diperlukan untuk

melakukan pengujian terhadap sistem PLTMH. Alat dan bahan ini termasuk

multitester , meteran, manometer dan alat alat pendukung lainnya.

2. Pengujian kinerja sIstem PLTMH :

Setelah Semua alat dan bahan di siapkan , dilakukan pengujian untuk menguji

kinerjanya. Menguji berbagai parameter seperti kecepatan air, debit air, kecepatan

putaran turbin, dan daya listrik yang dihasilkan. Pengjuian di lakukan dengan

menggunkan tiga variasi jumlah Sudu yaitu 6,8,dan 10 Sudu.

3. Data hasil penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Dalam setiap pengambilan data

variasi jumlah Sudu di lakukan berulang sebnayak lima kali setiap variasi jumlah

Sudu dengan waktu 10 menit setiap pengambilan data. Peneliti juga harus

mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan seperti suhu dan kondisi cuaca yang

dapat memengaruhi kinerja sistem.

4. Analisis data dan pembahasan

Setelah semua data sudah terkumpulkan kemudian di lakukan analisis dn

pembahasan menegenai bagaimana pengaruh perubahaan setiap jumlah sudu

terhadap daya turbin dan daya listrik yang di hasilkan dari kinerja system

PLTMH.
40

5. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis yang diperoleh, selanjutnya membuat

kesimpulan mengenai kinerja PLTMH yang telah uji. Menyimpulkan mengenai

tujuan penelitian yang tercapai, aspek aspek yang perlu diperbaiki atau

dioptimalkan, dan sistem yang dapat berpotensi digunakan dalam aplikasi nyata.

E. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam

penelitian, antara lain:

1. Observasi: Melakukan pengamatan langsung pada sistem pembangkit listrik

tenaga air, baik dari sisi mekanik maupun elektrik. Observasi ini dapat

dilakukan secara visual maupun menggunakan alat-alat ukur tertentu.

2. Studi pustaka: Melakukan studi literatur dari jurnal, buku, dan dokumen

lainnya untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pembangkit listrik

tenaga air yang sudah ada dan teknologi terbaru yang dapat diterapkan dalam

sistem yang akan dibangun.

3. Pengujian: Melakukan pengujian pada sistem yang sudah dibangun, baik dari

sisi mekanik maupun elektrik. Pengujian ini dapat dilakukan dengan

menggunakan alat-alat ukur yang sesuai.


41

F. Tabel Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari pengujian pembangkit listrik tenaga air dapat

disajikan dalam bentuk tabel berikut. Pengambilan data dilakukan 5 kali

pengulangan dengan waktu pengujian 10 menit setiap percobaan. Berikut

penyajian data dalam bentuk tabel mengenai kinerja pembangkit lostrik tenaga air

dengan menggunakan variasi jumlah blade.

Tabel 3.1 penyajian data kinerja pembangkit listrik tenaga air dengan
menggunakan variasi jumlah blade.
No Tegangan Ampere Kec Putar
(v) (A) (Rpm)
1
2
3
4
5
Rerata

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian Pengaruh Jumlah Blade Turbin Air Terhadap Kinerja

Pembangkit Listrik Tenaga Air , berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang

bisa digunakan:

1. Bagaimana desain sistem pembangkit listrik tenaga air yang Anda rancang?

2. Bagaimana Anda melakukan uji kinerja sistem pembangkit listrik tenaga air?

3. Apa saja parameter yang diukur selama uji kinerja sistem pembangkit listrik

tenaga air?

4. Bagaimana hasil uji kinerja sistem pembangkit listrik tenaga air?


42

5. Bagaimana pengaruh variasi Jumlah Blade turbin air terhadap kinerja

pembangkit listrik tenaga air.

H. Alat Dan Bahan

Dalam melakukan penelitian rancang bangun dan uji kinerja sistem

pembangkit listrik tenaga air, berikut adalah beberapa alat dan bahan yang

dibutuhkan:

1. Bahan

Tabel Bahan-bahan yang akan digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1 Turbin Air 1 Buah

2 Pompa Air 1 Buah

3 Pipa ½ “ 3 Buah

4 Sambungan Pipa 3 Buah

5 Reservoir/Penampungan Air Uk.100L 1 Buah

6 Generator Listrik 1 Buah

7 V-Belt 1 Buah

8 Baja Ringan 8 Buah

9 Kabel 20m 1 Buah

10 Terminal listrik 1 Buah


43

2. Alat

Table Alat Pengukur

No Nama Alat Jumlah

1 Multitester 1 Buah

2 Meteran 1 Buah

3 Manometer 1 Buah

I. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data penelitian dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain:

1. Uji coba sistem: Sebelum melakukan uji kinerja sistem pembangkit listrik

tenaga air, sebaiknya dilakukan uji coba sistem terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan sudah siap

digunakan dan dapat bekerja secara optimal.

2. Peer review: Setelah hasil penelitian diperoleh, penulis dapat melakukan peer

review untuk memastikan keabsahan data. Peer review dapat dilakukan

dengan rekan atau ahli di bidang yang sama untuk membaca dan memberikan

masukan terhadap hasil penelitian.

3. Dalam rangka memastikan keabsahan data, peneliti perlu memperhatikan

ketelitian dan ketepatan dalam setiap tahapan penelitian yang dilakukan.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:
44

1. Analisis Statistik Deskriptif Metode ini dapat digunakan untuk memberikan

gambaran umum mengenai data yang diperoleh. Analisis statistik deskriptif

meliputi penghitungan pengukuran pada sistem PLTA.

2. Analisis Regresi Metode ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua

atau lebih variabel. Dalam penelitian sistem pembangkit listrik tenaga air,

analisis regresi dapat digunakan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja sistem.

3. Analisis Sensitivitas Metode ini digunakan untuk menguji sensitivitas sistem

terhadap perubahan parameter tertentu. Dalam penelitian sistem pembangkit

listrik tenaga air, analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menguji

sensitivitas sistem terhadap perubahan debit air, turbin, generator, dan lain-

lain.

4. Analisis Cost-Benefit Metode ini digunakan untuk menghitung manfaat dan

biaya dari sistem yang dikembangkan. Dalam penelitian sistem pembangkit

listrik tenaga air, analisis cost-benefit dapat digunakan untuk menghitung

manfaat dan biaya dari pengembangan sistem serta menentukan apakah

sistem tersebut layak untuk dikembangkan secara lebih lanjut.

5. metode di atas dapat digunakan secara kombinasi untuk mendapatkan hasil

analisis yang lebih akurat dan komprehensif mengenai sistem pembangkit

listrik tenaga air yang diteliti.


45

Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian

NO KEGIATAN WAKTU

1 Perancangan Desain Sistem PLTA April 2023

2 Persiapan Alat dan Bahan April-Mei 2023

3 Perakitan dan Pembuatan Sistem PLTA Mei 2023

4 Analisis dan Pengukuran Kinerja Sistem Mei 2023

5 Kesimpulan dan Hasil Juni 2023

RENCANA BIAYA PENELITIAN


46

DAFTAR PUSTAKA

Agency, I. E. (2013). World Energy Outlook 2013. OCDE.

Al-Fikri, H. I. (2014). Analisis Pembangkit Listrik Dengan Generator

Stirling. Jurnal Teknik Elektro Universitas Tanjungpura, 1(1).

Arismunandar, W. (2004). Penggerak Mula Turbin, edisi 3. Bandung: Institut

Teknologi Bandung.

Bank, W. (2019). World Development Report 2020: Trading for Development in

the Age of Global Value Chains. World Bank Publications.

Brown, C. E. (2012). World Energy Resources: International Geohydroscience

and Energy Research Institute. Springer Science & Business Media

Buana, Chandra, and MuhWahyu Achmad. 2017. “Analisis Pengaruh Jumlah

Sudu, Diameter, Dan Kedalaman Rendaman Terhadap Kinerja Turbin

Roda Air.” Tahun 15 (1): 68..

Chowdhury, B. H., Islam, M. R., & Reza, S. M. (2019). Renewable Energy

Technologies: A Practical Guide for Beginners. Springer.

Cleveland, C. J., & Morris, C. G. (2013). Handbook of Energy: Diagrams,

Charts, and Tables. Newnes

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research Design: Qualitative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches. SAGE Publications.

Debnath, S., Chakraborty, S., & Biswas, S. (2020). Design and development of a

hydrokinetic turbine for power generation in a small water stream.

International Journal of Hydrogen Energy, 45(12), 7386-7398.


47

E. (2021, September 28). Saluran Transmisi Listrik. Jurusan Elektro Terbaik Di

SUMUT. https://elektro.uma.ac.id/2021/03/21/saluran-transmisi-listrik/

Gonen, T. (2016). Modern Power System Analysis. CRC Press.

Haider, M. R., Abdullah, M. A., & Ali, M. A. (2021). Performance Analysis of

Water Turbine and Generator Set for Small Scale Hydro Power Plant in

Bangladesh. International Journal of Renewable Energy Research, 11(1),

161-173.

Haghshenasfard, M., Sardarabadi, M., dan Shahriar, K. (2019). An analysis of

hydropower performance and efficiency using artificial neural networks.

International Journal of Electrical Power & Energy Systems, 106, 262-

274.

Harinowo, C., PhD. (2022). Menuju Zaman Renewable Energy. Gramedia

Pustaka Utama.

Hasibuan, A., Siregar, W. V., & Sayuti, M. (2023). PEMANFAATAN ENERGI

ANGIN UNTUK PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK DI DAERAH

KEPULAUAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN SKALA KECIL. Feniks

Muda Sejahtera.

Hunt, L. C., & Evans, J. (2011). International Handbook on the Economics of

Energy. Edward Elgar Publishing.

Irena, I. R. E. A. (2019). Innovation Landscape brief: Utility-scale Batteries.

International Renewable Energy Agency (IRENA).

Irawan., Mafruddin dan Dwi. 2018. “Pengaruh Diameter Dan Jumlah Sudu
48

Runner Terhadap Kinerja Turbin Cross- Flow.” Jurnal Teknik Mesin

Univ. Muhammadiyah Metro. Indonesia.

Janna, W. S. (2018). Engineering Heat Transfer. CRC Press.

Kothari, D. P., Nagrath, I. J., & Kothari, D. P. (2019). Modern Power System

Analysis. McGraw-Hill Education.

Kushan, M. (2018). Aircraft Technology. BoD – Books on Demand.

Liu, H. (2017). Pipeline Engineering (2004). CRC Press.

Matras, Y. (2014). I Met Lucky People: The Story of the Romani Gypsies. Penguin

UK.

Mafruddin, M., & Marsuki, M. (2017). Pengaruh bukaan guide vane terhadap

kinerja turbin pikohidro tipe cross-flow. Turbo: Jurnal Program Studi

Teknik Mesin, 6(1).

MAHAGANTI, Ingriany, et al. Pra-desain Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Menggunakan Generator Asinkron. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer,

2014, 3.3: 12-18.

Muhammad, A. C., Santoso, H., Purnama, Y. A., Parenden, D., Dewadi, F. M.,

Dewi, R. P., Winardi, B., & Lillahulhaq, Z. (2023). Konversi Energi.

Global Eksekutif Teknologi.

Poernomo Sari, S., dan Fasha, R. (2012). Pengaruh Ukuran Diameter Nozzle 7

Dan 9 mm Terhadap Putaran Sudu Dan Daya Listrik Pada Turbin Pleton.

Jurnal Teknik Mesin,

Prasad, R., & Ray, S. S. (2019). Advances in Renewable Energies and Power

Technologies. Springer.
49

Pruthi, P. (2021). Realization 2020. Notion Press.

Buana, Chandra, and MuhWahyu Achmad. 2017. “Analisis Pengaruh Jumlah

Sudu, Diameter, Dan Kedalaman Rendaman Terhadap Kinerja Turbin Roda

Air.” Tahun 15 (1): 68.

Irawan., Mafruddin dan Dwi. 2018. “Pengaruh Diameter Dan Jumlah Sudu

Runner Terhadap Kinerja Turbin Cross- Flow.” Jurnal Teknik Mesin Univ.

Muhammadiyah Metro. Indonesia.

Kurniawan. 2019. “Performance Test of Pelton Micro Hydro Turbine with.the

Variations of Parameters to Produce the Maximum Output Power.”

Politeknik Negeri Sriwijaya.

richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). 2021. “済無No Title No Title No

Title.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–15.

Shodikin. 2017. “Analisa Pengaruh Variasi Jumlah Sudu Dan Debit Aliran

Terhadap Daya Yang Dihasilkan Pada Turbin Pelton.” Universitas

Nusantara Pgri Kedir.

=
Richter, M., & Weiland, U. (2011). Applied Urban Ecology: A Global

Framework. John Wiley & Sons.

Rizal, M. a. L. Y. (2021). Manajemen Kinerja: Handbook Manajemen SDM.

Nusamedia.

S., Kotta, H. Z., & Wintolo, D. (2018). Energi Terbarukan: Konsep Dasar Menuju

Kemandirian Energi. UGM PRESS.

Schraw, G., & Robinson, D. H. (2011). Assessment of Higher Order Thinking

Skills. IAP.
50

US Department of Energy. (2018). Hydropower Basics. Diperoleh pada tanggal 4

April 2023 dari https://www.energy.gov/eere/water/hydropower-basics.

Y. He, W. Wang, and Y. Liu, "Review of the Latest Development of Hydrokinetic

Turbines," Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 119, pp.

109631, December 2019.

Zakariah, M. A., Afriani, V., & Zakariah, K. M. (2020). METODOLOGI

PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF, ACTION RESEARCH,

RESEARCH AND DEVELOPMENT (R n D). Yayasan Pondok Pesantren

Al Mawaddah Warrahmah Kolaka

Anda mungkin juga menyukai