Anda di halaman 1dari 32

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PERENCANAAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO DI


SUNGAI JOMPO, KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL

Oleh :
Nov Dion Fuadillah
171910301049

PROGRAM STUDI STRATA-1 TEKNIK


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
STUDI KELAYAKAN EKONOMI PERENCANAAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO DI
SUNGAI JOMPO KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Pengajuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
program studi sarjana Teknik Sipil

Oleh :
Nov Dion Fuadillah
171910301049

Disetujui oleh tim evaluasi Tugas Akhir :

PEMBIMBING UTAMA PEMBIMBING ANGGOTA

Wiwik Yunarni Widiarti, S.T., M.T. Dr. Ir Entin Hidayah, M.UM


NIP.197006131998022001 NIP.196612151995032001

PENGUJI UTAMA PENGUJI ANGGOTA

Retno Utami Agung Wiyono, S.T., M.Eng., Ph.D. Dr. Gusfan Halik, S.T., M.T.
NIP.760017219 NIP.197108041998031002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penyusunan proposal tugas akhir ini didasarkan ada
penyelesaian masa perkuliahan selama menempuh kuliah di Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan proposal
ini, khususnya yaitu :
1. Dr. Ir. Triwahju Hardianto, ST., MT. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Jember.
2. Dr. Anik Ratnaningsih, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Sipil Universitas Jember.
3. Erno Widayanto, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Wiwik Yunarni Widiarti, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama
5. Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM. selaku Dosen Pembimbing Anggota
6. Teman-teman Teknik Sipil 2017 yang telah memberikan dukungan, dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa Proposal tugas akhir ini mungkin masih
terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
mendukung sangat kami harapkan untuk memperbaiki banyak kekurangan yang
ada sehingga Proposal Tugas Akhir ini bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya Teknik sipil sekaligus
bagi para pembaca.
Jember, 10 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum ..................................................................................... 4
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ............................................. 4
2.2.1 Gambaran Umum PLTMH .......................................................... 4
2.2.2 Komponen Mikrohidro ................................................................ 5
2.3 Studi Kelayakan ..................................................................................... 9
2.3.1 Benefit Cost Ratio (BCR) ........................................................... 11
2.3.2 Net Present Value (NPV) ........................................................... 11
2.3.3 Internal Rate of Return (IRR) .................................................... 11
2.4 Fungsi dan Manfaat PLTMH ............................................................. 12
2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 14
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tinjauan Umum Lokasi Studi ............................................................ 18
3.2 Alat Dan Bahan .................................................................................... 18
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 18
3.3.1 Data Primer ................................................................................ 19
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................ 19
3.4 Penentuan Responden ......................................................................... 19
3.5 Variabel dan Cara Pengukurannya .................................................. 20

ii
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................... 20
3.6.1 Studi Kelayakan Ekonomis PLTMH ......................................... 20
3.7 Bagan Alir Penelitian ........................................................................... 22
3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Umum PLTMH ...................................................................... 5


Gambar 2.2 Penampang Melintang Saluran ........................................................... 7
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 16
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 20

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi PLTA ................................................................................... 4


Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .........................................
Tabel 3.2 Time Scheduling .................................................................................. 21

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi Indonesia,
khususnya untuk kegiatan rumah tangga, pertanian dan industri. Bertumbuhnya
kebutuhan listrik di Indonesia mengakibatkan meningkatnya permasalahan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik karena ketergantungan
kegiatan masyarakat terhadap energi listrik.
RUPTL PLN tahun 2019-2028, diperkirakan terjadi peningkatan kebutuhan
listrik di Indonesia yakni sebesar 6,42% per tahunnya. Demi memenuhi
peningkatan kebutuhan energi listrik, maka sangat memerlukan suatu inovasi
sumber energi alternatif terbarukan yang menjadi solusi dalam permasalahan
peningkatan kebutuhan energi listrik salah satunya ialah pembangkit listrik tenaga
mikrohidro. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro merupakan pembangkit listrik
dari energi alternatif yang ramah lingkungan dengan cara kerja memanfaatkan
kecepatan aliran sungai dengan ketinggian tertentu (Morales et al., 2015).
Semakin besar kecepatan dan ketinggian aliran, maka semakin besar pula energi
listrik yang mampu dihasilkan dari PLTMH tersebut.
Kabupaten Jember terdapat Sungai Bedadung yang menyusuri pusat kota
dengan panjang sungai sekitar 161 km. Beberapa masyarakat di pesisir aliran
sungai Bedadung memanfaatkan besarnya debit aliran sungai tersebut untuk
mengairi lahan seluas 93.040 hektar dari bendung-bendung yang telah dibangun di
sepanjang aliran sungai (Hidayah et al, 2017). Maka dirancanglah suatu PLTMH
yang lokasinya berada pada aliran anak sungai jompo (sub-DAS Rawatamtu),
Jember Jawa Timur.
PLTMH ini akan direncanakan dengan bangunan pengambil menggunakan
pintu air sorong dengan lebar 1 m dan tinggi bukaan maksimum 2 m, saluran
pembawa direncanakan dengan menggunakan pasangan batu kali yang memiliki
lebar saluran 1,2 m dan panjang 210 m, bak penenang dengan dimensi 5 x 3 x 3,5
meter, pipa pesat direncanakan menggunakan pipa dengan diameter 47,2 inci dan
tebal 4,5 mm, serta panjang 8,38 m, rumah pembangkit direncanakan memiliki
2

dimensi 12 x 8 x 8 meter dan kapasitas yang terpasang adalah sebesar 39,26 kW


dan energi tahunan sebesar 343937,93 kWh per tahun (Pratama, 2020).
Dari sisi ekonomi, PLTMH memiliki dua manfaat utama yakni mampu
menghemat biaya untuk energi listrik dibandingkan penggunaan dengan energi
lain dan mampu mendukung munculnya usaha-usaha produktif yang
memanfaatkan energi listrik yang telah dihasilkan PLTMH. Usaha produktif
sangat penting untuk memunculkan sifat kemandirian masyarakat dalam
pengelolaan PLTMH secara berkelanjutan. Hal ini akan terwujud jika ada
panduan untuk menunjukkan potensi dan pengembangan usaha-usaha produktif
berbasis mikrohidro (Salim, 2009).
Nanang (2016), menyatakan bahwa berdasarkan dari analisis kelayakan
ekonomi pada PLTMH Teres Genit di Desa Bayan Kecamatan Bayan Lombok
Utara adalah tidak layak untuk dikembangkan. Kelayakan dari PLTMH Teres
Genit diperoleh melalui metode analisis biaya dan manfaat yaitu perhitungan
benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV) dan internal of rate return
(IRR). Pembangunan PLTMH ini merupakan proyek pemerintah dengan umur
ekonomis proyek yang diasumsikan yakni selama 15 tahun. Discount rate yang
digunakan adalah pada tingkat diskonto 7,5%. Hasil perhitungan yang didapat
yakni, NPV dengan nilai negatif (lebih kecil dari nol) adalah sebesar Rp
318,366,205, BCR sebesar 0,64 (lebih kecil dari 1) dan IRR menghasilkan 0%
(lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang berlaku adalah 7,5%).
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan listrik akan terus bertambah dan
berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Dalam pembangunannya, PLTMH
perlu dianalisis dengan melihat kelayakan secara ekonomi dari perencanaan
PLTMH agar pada saat bangunan tersebut telah jadi, dapat memberikan
keuntungan yang pasti bagi masyarakat dikemudian hari. Berdasarkan hal
tersebut, maka sangat penting dilakukan penelitian yang berjudul “Studi
Kelayakan Ekonomi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di
Sungai Jompo Kabupaten Jember”.
3

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapakah biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTMH di
Anak Sungai Jompo (sub-DAS Rawatamtu)?
2. Apa saja benefit yang dapat diterima oleh warga atau PLN terhadap
pembangunan PLTMH di Sungai Jompo?
3. Bagaimanakah kelayakan perencanaan PLTMH di Sungai Jompo
ditinjau dari hasil NPV, BCR dan IRR?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTMH di
Sungai Jompo
2. Menganalisis benefit yang diterima oleh warga sekitar atau PLN terkait
pembangunan PLTMH di Sungai Jompo
3. Menganalisis kelayakan ekonomi teknik dengan menggunakan
parameter NPV, BCR dan IRR.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari tugas akhir ini adalah:
1. Menambah wawasan dan pengalaman tentang perhitungan ekonomi
teknik pada suatu bangunan.
2. Dapat mengetahui dan menganalisa studi kelayakan ekonomi teknik
pada pembangunan PLTMH.
3. Sebagai masukan kepada warga setempat tentang manfaat yang didapat
dengan adanya PLTMH tersebut.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dari tugas akhir ini adalah:
1. Tidak membahas tentang studi kelayakan dalam aspek teknis pada
penelitian ini.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan pembangkit
listrik kecil yang menghasilkan daya listrik kurang dari 100 kW. Pembagkit listrik
ini memanfaatkan aliran atau terjunan air sebagai sumber energi (Damastuti,
1997). PLTMH menggunakan sumber energi yang mudah diperoleh dan
terbarukan sehingga menjadi alternatif sebagai pembangkit listrik yang mudah
digunakan dan tidak merusak lingkungan. Secara ekonomi, biaya perngoperasian
dan pemelihaan PLTMH relatif murah karena mudah dioperasikan dan perawatan
yang sederhana (Damastuti, 1997).

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)


2.2.1 Gambaran Umum PLTMH
Beberapa tahun terakhir, PLTA berkapasitas kecil menjadi tren sebagai
sumber energi alternatif karena lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan manfaat
sosial dibandingkan PLTA yang memiliki kapasitas besar (Morales et al., 2015).
Besar kecilnya PLTA ditentukan berdasarkan kapasitas daya yang dihasilkan oleh
PLTA tersebut. Adapun klasifikasi kapasitas daya yang dihasilkan dapat dilihat
pada tabel 2.1 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi PLTA

No Jenis PLTA Kapasitas Daya yang Dihasilkan


1 PLTA Skala Penuh >10 MW
2 PLTA Kecil 1 MW – 10 MW
3 PLTA Mini 100 KW–1 MW
4 PLTA Micro 500 W – 100 KW
5 PLTA Pico <500 W
Sumber: Ariansyah, 2018
5

Dengan kemajuan teknologi pada masa kini, tinggi jatuh 1 meter hingga 1,5
meter sudah dapat digunakan dan kapasitas turbin dapat ditentukan sebesar 4 kW
sampai dengan 5 kW. PLTMH dipilih karena strukturnya yang sederhana,
pengoperasian yang relatif mudah, serta perawatan dan pergantian suku cadang
yang sederhana (Damastuti, 1997).

2.2.2 Komponen Mikro Hidro


Komponen dalam pembangunan PLTMH akan mempengaruhi biaya
pembangunannya. Berikut gambar yang menunjukkan skema umum dari
bangunan PLTMH dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Skema Umum PLTMH


Sumber: (Mbaka and Mwaniki, 2017)

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, rangkaian PLTMH memiliki


komponen-komponen sebagai berikut:
1. Dam/Bendung Pengalih dan Intake (Diversion Weir and Intake)
6

Dalam hal ini, fungsi bendung untuk menaikkan muka air hulu agar air
dapat mengalir ke intake PLTMH dan masuk ke bak penenang
(forebay) (Luthfi, 2016). Bendung dilengkapi dengan pintu air (intake)
untuk membuang lumpur/tanah yang mengendap. Secara umum,
PLTMH menggunakan pembangkit dengan tipe run-off river yang
memanfaatkan aliran air pada sungai sebagai sumber energi (Luthfi,
2016). Oleh karena itu, bendung dan intake letaknya berdekatan. Tujuan
dari intake yakni untuk memisahkan aliran air dari sungai dan
disalurkan ke generator melalui saluran/penstock. Kendala yang sering
terjadi pada bangunan intake yakni tingkat ketersediaan air serta
banyaknya sampah dan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai.
Menurut luthfi (2016), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
lokasi bendung (weir) dan intake adalah:
a. Jalur aliran sungai: Lokasi bendung (weir) dan intake, dipilih
sesuai dengan volume air yang tersedia, stabilitas aliran,
kemungkinan terjadinya banjir dan erosi penampang sungai
yang dikarenakan aliran air.
b. Stabilitas lereng: Kemiringan yang curam tentu saja merupakan
lokasi yang ideal untuk intake suatu pembangkit karena aliran di
lereng yang curam memiliki tinggi jatuh yang besar. Namun
dalam pemilihan lokasi, kestabilan lereng harus diperhatikan.
c. Memanfaatkan fasilitas saluran yang ada: Untuk meningkatkan
efisiensi konstruksi, yang terbaik adalah mempertimbangkan
lokasi fasilitas irigasi yang ada.
d. Memanfaatkan topografi alami: Penggunaan topografi alami
pada intake dapat membawa manfaat yang cukup besar dalam
mengurangi biaya pembangunan. Dengan memanfaatkan
topografi alami, tidak hanya biaya pembangunan yang dapat
diturunkan, tetapi juga dapat membantu dalam melindungi alam,
tata ruang sungai, dan ekosistem sungai. Selain itu, perlu juga
untuk memperhatikan keberlangsungan topografi alami tersebut.
7

e. Volume yang diambil (tinggi DAM) dan tinggi banjir: Karena


pembangunan bendung dan intake terletak di bagian sungai yang
sempit, maka ketinggian banjir di wilayah ini akan semakin
tinggi, sehingga perlu diperhatikan kestabilannya.
2. Saluran Pembawa (Channel/Headrace/Water Conveyance)
Saluran pembawa adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari intake ke forebay (IMIDAP, 2008). Perancangan
saluran pembawa memperhitungkan kontur permukaan yang ada untuk
menjaga energi dari aliran yang disalurkan. Berikut gambar yang
menunjukkan penampang melintang saluran dapat dilihat pada gambar
2.2 di bawah ini:

Gambar 2.2 Penampang Melintang Saluran


Sumber : Ariansyah, 2018

3. Bak Penenang (Forebay)


Forebay/settling bay merupakan suatu bangunan yang menggunakan
sedimentasi untuk menghilangkan material seperti pasir, tanah dan
partikel kotor dari air (Mandiri, 2010). Selain mengendapkan kotoran,
bak penenang juga memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengatur aliran air dari saluran utama untuk mencegah aliran
turbulen dan mengurangi kecepatan aliran air ke intake.
b. Sebagai tempat penimbun sedimen, harus dirancang dengan
memperhatikan kemudahan dalam pembuangannya.
c. Sebagai spillway.
8

Pada dasarnya perhitungan forebay sama dengan perhitungan saluran


pembawa. Forebay juga merupakan titik awal penstock (pipa pesat).
Pemilihan lokasi bangunan bergantung pada hal-hal berikut ini:
a. Kondisi topografi dan geologi sungai. Lokasi sebaiknya dipilih
dengan kondisi tanah yang relatif stabil. Jika lokasi terdiri dari
batuan keras, maka hal tersebut lebih menguntungkan karena
dapat mengurangi jumlah perkerjaan penggalian.
b. Walaupun posisi bak penenang biasanya berada pada ketinggian
tertentu, namun sebaiknya dipilih pada posisi yang mendatar.
c. Mengurangi hubungan dengan lokasi muka air tanah yang lebih
tinggi.
4. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat adalah suatu rangkaian pipa yang menghubungkan bak
penenang ke rumah pembangkit (Luthfi, 2016). Jenis pipa yang akan
digunakan sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi topografi sungai dan
skema PLTMH. Secara umum, pipa pesat harus didesain sesuai dengan
kemiringan (head) yang telah direncanakan untuk pembangunan
PLTMH. Karena pipa pesat termasuk salah satu komponen yang mahal,
maka keseimbangan antara kehilangan energi dan biaya perlu
dipertimbangkan saat merancang pipa pesat. Parameter penting untuk
merencanakan jaringan pipa pasat meliputi bahan yang digunakan,
diameter pipa, jenis sambungan yang digunakan pipa dan ketebalan
pipa tersebut. Menurut Luthfi (2016), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penentuan lokasi pipa pesat yakni:
a. Topografi yang dilalui pipa harus memiliki derajat kemiringan
tertentu, yang lebih rendah dari garis minimum kemiringan
hidraulik.
b. Kestabilan tanah yang dilalui pipa pesat.
5. Rumah Pembangkit (Power House)
Rumah pembangkit/powerhouse dapat dibagi menjadi 3 tipe, yakni di
atas tanah, semi bawah tanah, dan bawah tanah (Luthfi, 2016). Biasanya
9

rumah pembangkit PLTMH berada di atas tanah. Untuk merancang


rumah pembangkit, ada beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan
yaitu:
a. Dalam proses pengoperasian, pengelolaan, dan perawatan yang
sering terjadi bongkar pasang komponen generator harus
mempertimbangkan kenyamanan
b. Terdapat pencahayaan dan ventilasi udara yang memadai
c. Dapat memberikan kenyamanan bagi operator yang bekerja
Pemilihan jenis dan tipe turbin yang digunakan akan mempengaruhi
konstruksi rumah pembangkit. Maka, berikut merupakan beberapa
pertimbangan desain rumah pembangkit tenaga listrik menurut jenis
turbin yang digunakan:
a. Jenis Turbin (Impuls)
Desain struktur rumah pembangkit berdasarkan jenis turbin
impuls (turbin pelton, turgo, atau crossflow) memerlukan
perhatian khusus terhadap jarak bebas antara dasar rumah
pembangkit dengan ketinggian permukaan air buangan turbin
(afterbay). Pada turbin ini, air yang dikeluarkan oleh runner
turbin langsung dibuang melalui tailrace. Jarak antara rumah
pembangkit dan ketinggian air afterbay harus memiliki jarak
setidaknya 30 cm hingga 50cm. Lalu, jumlah air di afterbay
harus ditentukan berdasarkan perkiraan ketinggian air banjir.
b. Jenis Turbin (Reaction)
Pada struktur rumah pembangkit dengan tipe turbin reaction
(Turbin francis atau propeller) air dibuang ke afterbay melalui
turbin. Tinggi jatuh (head) antara turbin dengan ketinggian air
dapat digunakan sebagai sumber energi. Jadi pada perencanaan
rumah pembangkit listrik ini, turbin dapat dipasang di bawah
permukaan air banjir.
10

6. Saluran Pembuang Akhir (Tailrace)


Saluran ini biasanya berbentuk persegi panjang yang terbuat dari
susunan pasangan batu. Perhitungan ukuran tailrace bisa menggunakan
rumus yang sama dengan perhitungan di saluran pembawa.

2.3 Studi Kelayakan


Studi kelayakan adalah pertimbangan penting dalam memutuskan akan
menerima ide bisnis yang direncanakan. Dalam penilaian ini, definisi layak
merupakan kemungkinan suatu ide bisnis untuk diterapkan dengan tujuan dapat
memberikan keuntungan finansial maupun sosial (Ibrahim, 2004).
Gittinger (1986) mengemukakan bahwa kriteria yang dapat dijadikan dasar
untuk persetujuan atau menolak proyek yang akan dilaksanakan merupkan kriteria
investasi. Dasar evaluasi investasi merupakan perbandingan antara jumlah yang
diperoleh dari pendapatan investasi dengan keuntungan dalam ketika tidak ada
proyek. Perbedaan tersebut berupa tambahan pendapatan bersih yang dihasilkan
dari investasi pada saat proyek tersebut ada.
Tujuan dari analisis proyek antara lain: 1) Menentukan tingkat keuntungan
yang diperoleh melalui proyek investasi; 2) Menghindari pemborosan sumber
daya, yaitu menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan; 3)
Mengevaluasi peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternative
proyek yang paling menguntungkan; 4) Menentukan prioritas investasi (Umar,
2003).
Suatu proyek menghadapi hal yan tidak pasti disebabkan oleh perubahan
pendapatan atau pengeluaran, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kelayakan proyek. Analisis sensitivitas memiliki tujuan untuk memahami seperti
apa hasil analisis proyek jika terdapat kesalahan atau perubahan dasar dalam
perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah, 2001). Secara umum, proyek-proyek
yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dikarenakan terdapat 4 masalah,
yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan, dan hasil (Gittinger,
1986). Biasanya studi kelayakan dibagi menjadi 2 bagian sesuai dengan orientasi
yang diinginkan perusahaan, yakni arah berbasis laba, yang dimaksud adalah
11

Penelitian yang berfokus pada manfaat ekonomi daripada manfaat sosial terhadap
masyarakat, yang dimaksud adalah penelitian yang berfokus pada proyek yang
dapat dijalankan dan dilaksanakan tanpa mempertimbangkan nilai atau manfaat
ekonomi.
Tiga kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek
berdasarkan sosial-ekonomi adalah:

2.3.1 Benefit Cost Ratio (BCR)


BCR adalah perbandingan antara pendapatan (benefit) dibagi dengan biaya
yang dikeluarkan dengan menunjukkan tingkat efisiensi dalam penggunaan
modal. Rumus BCR berdasarkan Kadariah (2001) terdapat pada persamaan (1),
yaitu:

…. (1)

Keterangan :
Bt : Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp)
Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp)

2.3.2 Net Present Value (NPV)


NPV adalah selisih antara nlai aliran pendapatan (benefit) dengan aliran
biaya yang dikeluarkan (cost).

NPV = PV Penerimaan – PV Pengeluaran

Rumus perhitungan NPV didasarkan pada Kadariah (2001) dalam


persamaan (2) berikut ini:

∑ ( )
( )

Keterangan :
NPV : nilai bersih sekarang (Rp)
Bt : Keuntungan (Benefit) yang didapat pada tahun ke-t (Rp)
Ct : Biaya yang telah dikeluarkan pada setiap tahun ke-t (Rp)
12

n : Umur ekonomis dari PLTMH diasumsikan selama 15 Tahun


i = Tingkat suku bunga discount rate ( 3,75%)
t = Tahun investasi (t = 0, 1, 2, .....n)

2.3.3 Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang memperlihatkan
kemampuan dari PLTMH menghasilkan pendapatan atau keuntungan. Rumus
Perhitungan IRR berdasarkan Kadariah (2001) dalam persamaan (3), yakni:

( ) ( )

Keterangan :
i1 : Tingkat bunga yang memberikan hasil NPV1 bernilai positif
i2 : Tingkat bunga yang memberikan hasil NPV2 bernilai negatif

2.4 Fungsi dan Manfaat PLTMH


Menurut Guntoro (2008), PLTMH memegang peranan penting di daerah
pedesaan terpencil. Karena banyak daerah terpencil yang memiliki keterbatasan
khususnya pasokan listrik. Dengan dibangunnya PLTMH, masyarakat desa dapat
memanfaatkan listrik yang dihasilkan PLTMH untuk penerangan malam dan
kegiatan harian.
1. Aspek Sosial Ekonomi
Selain menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
PLTMH juga memberikan energy yang besar yang dapat digunakan untuk
kegiatan produksi terutama pada siang hari saat beban listrik rencah. Dilihat
dari segi ekonomi, PLTMH juga memiliki keunggulan dalam meningkatkan
produktivitas masyarakat dengan memunculkan atau meningkatkan
produktivitas industrik kecil keluarga sehingga tercipta lapangan kerja baru
di desa-desa.
2. Aspek Lingkungan
PLTMH merupakan pembangkit yang ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan pencemaran udara atau limbah lainnya, serta tidak merusak
13

ekosistem di sungai. Penggunaan PLTMH untuk listrik akan mengurangi


penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak dan solar yang digunakan
untuk penerangan dan kegiatan rumah tangga lainnya. Selain itu, manfaat
yang angsung diperoleh masyarakat dari sumber daya air diharapkan dapat
mendorong masyarakat untuk menjaga daerah resapan air guna menjamin
ketersediaan air yang berkelanjutan untuk operasional PLTMH.
3. Aspek Teknologi
Berdasarkan teknologi, dibandingkan dengan jenis pembangkit lainnya,
pembangunan dan pengelolaan PLTMH memiliki keunggulan dan
kemudahan. PLTMH memiliki struktur yang relatif lebih sederhana,
perawatan dan pasokan suku cadang yang mudah di dapat, serta mudah
dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat desa dengan biaya perawatan
yang rendah.
14

2.5 Penelitian Terdahulu


Penulis membuat ringkasan penelitian terdahulu agar menambah wawasan dan referensi dalam penyusunan tugas akhir ini.
Tabel penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu


No Judul Penulis Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil
1. Kajian Wilda 1. Mengetahui Metode yang digunakan 1. Secara teknis PLTMH Gunung Sawur dapat
Kelayakan Faradina potensi produksi dalam penentuan kelayakan dibangkitkan daya sebesar 13,9382 kW
Ekonomis energi per tahun dalam penelitian ini adalah: pada Gunung Sawur 1 dan 6,88583 kW
Pembangkit (kWh) 1. Net Present Value pada Gunung Sawur 2
Listrik Tenaga 2. Menganalisis (NPV) 2. Terdapat 4 alternatif nilai jual energi listrik,
Mikro Hidro kelayakan 2. Pay Back Period (PBP) pada alternatif 1 HPP yaitu Rp 400 dengan
Gunung Sawur ekonomis 3. Return Of Investment waktu pengembalian modal selama 22
1 dan Gunung PLTMH Gunung (ROI) tahun diperoleh ROI sebesar 0,13% dan
Sawur 2 Sawur 1 dan NPV sebesar Rp1.166.816.006. Pada
Gunung Sawur 2 alternatif 2 HPP yaitu Rp 500 dengan waktu
berdasarkan pengembalian modal selama 17,6 tahun
NPV, PBP dan diperoleh ROI sebesar 0,42 % dan NPV
ROI sebesar Rp1.599.480.788. Pada alternatif 3
15

3. Mengetahui HPP yaitu Rp 700 dengan waktu


perbandingan pengembalian modal selama 12,6 tahun
keuntungan jika diperoleh ROI sebesar 0,98% dan Nilai
PLTMH Gunung NPV sebesar Rp2.464.810.352. Pada
Sawur alternatif On Grid HPP yaitu Rp 1004
direalisasikan dengan waktu pengembalian modal selama
secara on grid 8,1 tahun diperoleh ROI sebesar 2,07% dan
dengan off grid Nilai NPV sebesar Rp4.121.417.655.
3. Secara keseluruhan dari analisis ekonomis
maupun ketersediaan energi proyek
PLTMH Gunung Sawur 1 dan Gunung
Sawur 2 secara Off Grid maupun jika di
kelolah oleh PT. PLN (Persero) layak untuk
dilaksanakan.
2. Studi Potensi Jellyn 1. Mengetahui Metode penelitian 1. Berdasarkan data curah hujan tahunan,
Pengembangan Trissiana Potensi yang menggunakan mix match diperoleh debit andalan sebesar 2,5 m3/dt
Pembangkit dapat dihasilkan method yang mencakup dan debit rencana mengikuti debit sesaat
Listrik Tenaga oleh PLTMH di metode analisa (desk study sebesar 1,2 m3/dt. Sedangkan potensi daya
Mikro Hidro kawasan Wisata analysis) dan metode dengan efisiensi 60% adalah 97,02 kW dan
16

(PLTMH) Di Air Terjun observasi lapangan. Metode energi listrik yang dihasilkan selama 1
Kawasan Sumberwangi analisan dilakukan dengan tahun sebesar 0,68 MWh.
Wisata Air Desa Tirtomarto melakukan perhitungan 2. Berdasarkan nilai parameter evaluasi proyek
Terjun Kecamatan terhadap output yang di dapatkan nilai NPV dan IRR > 0 (nol),
Sumberwangi Ampelgading ditargetkan, seperti besaran BCR > 1, dan BEP di bawah umur
Desa Kabupaten debit andalan, kapasitas ekonomis proyek sehingga PLTMH layak
Tirtomarto Malang energi yang dihasilkan, dan dibangun dari segi kelayakan ekonomi.
Kecamatan 2. Menganalisis analisa kelayakan ekonomi
Ampelgading Kelayakan dengan parameter NPV,
Kabupaten ekonomis BCR, BEP dan IRR.
Malang berdasarkan Sedangkan metode survei
NPV, BCR, dilakukan dengan
BEP dan IRR. menghitung debit sesaat
melalui pendekatan float
method, dan penentuan
tinggi jatuh
3. Studi Ridwan 1. Mengetahui Studi kelayanan rencana Hasil analisis hidrologi aliran Sungai Cikawung
Kelayakan Arief potensi pengembangan pembangkit di area tersebut menunjukan potensi debit yang
Pengembangan Subekti produksi energi listrik minihidro (PLTM) ini dapat dimanfaatkan pembangkit listrik adalah 2,0
17

Pembangkit per tahun dilakukan melalui m3/det. Bangunan sipil utama seperti bendung
Listrik Tenaga (kWh) tahapan kegiatan sebagai didesain berdasarkan debit banjir dengan periode
Minihidro Di 2. Menganalisis berikut: 100 tahun, memiliki lebar 20 m dengan
Desa kelayakan 1. analisis hidrologi ketinggian 5 m. Bangunan pengambilan, saluran
Sukamaju ekonomis 2. perhitungan daya dan pembawa, dan bangunan pelimpah didesain
Kabupaten PLTMH energi dengan kapasitas 2,4 m3/det atau 20% lebih besar
Garut Jawa berdasarkan 3. perencanaan bangunan dari debit rencana turbin. Agar tidak
Barat NPV, PBP dan sipil mengganggu saluran irigasi yang ada, PLTMH
IRR 4. perencanaan peralatan ini direncanakan dibangun dengan dua buah
mekanikal elektrikal rumah pembangkit yang berada pada elevasi 650
5. analisis ekonomi. mdpl dan 780 mdpl. Rencana PLTM ini
memiliki head 200 m dan 330 m dengan panjang
total pipa pesat 1.460 m, menggunakan dua unit
turbin Pelton dengan potensi daya listrik total
yang dapat dibangkitkan sekitar 4.719 kW.
Analisis finansial menunjukan biaya investasi
Rp66.938.550.879,- ini layak untuk dijalankan
karena NPV-nya bernilai positif dan IRR-nya
lebih besar dari suku bunga pinjaman
18

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tinjauan Umum Lokasi Studi


Lokasi yang akan digunakan sebagai objek studi kelayakan adalah pada
Anak Sungai Jompo (Sungai Poreng) pada sub-DAS Rawatamtu yang berada di
Kabupaten Jember, Jawa timur dengan koordinat garis lintang -8,539167 dan garis
bujur 113,0904167.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Sumber: Google Map

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, laptop dan
kamera. Program komputer yang dibutuhkan untuk studi kelayakan ini adalah
Google Maps, AutoCAD dan Microsoft Office. Bahan penelitian yang digunakan
adalah AHSP Kota Jember, shop drawing bangunan, data perencanaan dan data
hasil wawancara.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survey, yakni suatu
metode pengumpulan data dari beberapa individu anggota populasi dalam waktu
yang relatif bersamaan untuk menggambarkan status populasi berdasarkan
serangkaian pertanyaan. (Surakhman, 1989).
19

3.3.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh dan diolah sendiri oleh peniliti.
Data primer diperoleh melalui metode observasi (pengamatan langsung),
wawancara dengan warga setempat, antara lain:
1. Observasi (pengamatan langsung)
Pengamatan kondisi lokasi sekitar Anak Sungai Jompo (Sub-DAS
Rawatamtu).
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak perencana dan warga setempat.

3.3.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data perencanaan yang sudah ada dan diperoleh
dari pihak perencana PLTMH, dan literatur. Data sekunder meliputi:
1. Shop drawing PLTMH Anak Sungai Jompo (Sub-DAS Rawatamtu)
2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Kota Jember (AHSP)
3. Data Perencanaan PLTMH

3.4 Penentuan Responden


Responden dalam penelitian ini adalah warga sekitar aliran sungai jompo.
Penentuan jumlah responden yang direncanakan menggunakan listrik dari
PLTMH ditentukan secara “Kuota Sampling” sebanyak 6 % dari jumlah rumah
tangga (RT). Rumus yang digunakan dalam penentuan jumlah pelanggan
responden pada masing-masing dusun terpilih adalah sebagai berikut (Surakhman,
1989):

( )

Keterangan :
ni = Jumlah responden pada populasi wilayah yang ke-i
Ni = Jumlah populasi pelanggan wilayah ke-i
∑Ni = Total populasi semua wilayah yang terpilih
n = Jumlah responden yang ditetapkan secara Kuota Sampling
20

3.5 Variabel dan Cara Pengukurannya


Variabel dan metode pengukuran dalam penelitian ini meliputi:
1. Biaya (cost) dari seluruh kegiatan Pengelolaan PLTMH meliputi :
a. Biaya investasi merupakan biaya pembangunan PLTMH di Anak
Sungai Jompo (Sub-DAS Rawatamtu), dengan rincian: biaya
bangunan sipil, biaya peralatan mekanikal dan elektrikal, biaya
transmisi dan distribusi serta biaya lainnya.
b. Biaya operasional merupakan biaya yang timbul selama tahun
pertama atau selama pengelolaan PLTMH berlangsung.
2. Manfaat (benefit)
Manfaat PLTMH muncul dalam bentuk manfaat langsung yakni hasil
penjualan listrik dengan 2 skenario, skenario yang pertama yaitu dijual
ke pihak PLN sedangkan pada scenario yang kedua dikelola oleh warga
sekitar Anak Sungai Jompo (Sub-DAS Rawatamtu).

3.6 Metode Analisis Data


Analisis ekonomi dilakukan dalam studi ini. Analisi arus kas didasarkan
pada perencanaan biaya-biaya yang kemungkinan digunakan dalam pengelolaan
PLTMH. Pendapatan tersebut dihitung dari daya yang dihasilkan PLTMH yang
dikelola dan disusun dalam bentuk table untuk mengelompokkan data yang ada
dan mempermudah pada proses analisis data.

3.6.1 Studi Kelayakan Ekonomis PLTMH


Analisis yang digunakan untuk menentukan kelayakan PLTMH dapat
diukur dengan menghitung Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR). Analisis kelayakan PLTMH dilakukan dengan
menyiapkan aliran tunai diskontokan dengan nilai sebesar 3,75% karena dampak
waktu terhadap semua biaya dan manfaat dimasa yang akan datang harus
diperhitungkan pula. Analisis secara ekonomi pada kelayakan PLTMH di Anak
Sungai Jompo (Sub-DAS Rawatamtu) Kabupaten Jember yakni, sebagai berikut:
21

1. Benefit Cost Ratio (BCR)


BCR adalah rasio antara jumpa present value yang poisitif dengan
jumlah present value yang negatif. Berikut keriteria kelayakannya:
a. Jka net B/C rasio > 1, maka PLTMH dapat dinyatakan layak untuk
dikembangkan
b. Jika net BCR < 1, maka PLTMH dapat dinyatakan tidak layak
untuk dikembangkan
2. Net Present Value (NPV)
NPV adalah metode yang digunakan untuk menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari pendapatan kas
bersih (operasional maupun internal cash flow) hingga dimasa yang
akan datang, berikut kriteria untuk kelayakannya:
a. NPV > 0, artinya secara ekonomi PLTMH dinyatakan layak
dikembangkan, hal itu dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan.
b. NPV < 0, artinya secara ekonomi PLTMH dapat dinyatakan tidak
layak untuk dikembangkan, hal itu dikarenakan manfaat yang
diperoleh lebih kecil dari biaya yang telah dikeluarkan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat bunga yang mana jika digunakan untuk
mendiskontokan seluruh hasil kas masuk pada tahun operasional proyek
akan menghasilkan jilah kas yang sama dengan investasi proyek. Dalam
perhitungan IRR Discount Rate (DR) yang digunakan adalah sebesar
3,75 % yakni suku bunga bank yang berlaku pada saat ini.
Kriteria kelayakan, yaitu:
a. Jika IRR > DR, hal ini dapat diartikan bahwa PLTMH dikatakan
layak untuk dikembangkan.
b. Jika IRR < DR, hal ini dapat diartikan bahwa PLTMH dikatakan
tidak layak untuk dikembangkan
22

3.7 Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian


23

3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian


Penulis melakukan penelitian pada PLTMH di Sungai Jompo. Penulis membuat Time Schedule agar penyusunan tugas akhir ini
dapat tersusun dan terorganisir. Time Schedule tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Time Scheduling
Tahun 2021

No. Nama Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Perumusan Judul Penelitian

2 Penyusunan Proposal

3 Sidang Proposal

4 Perbaikan Seminar Proposal

5 Pengurusan Izin Penelitian

6 Pengambilan Data

7 Pengolahan Data

8 Penyusunan Laporan Akhir

9 Seminar Hasil

10 Perbaikan Seminar Hasil

11 Sidang Akhir Proposal

12 Perbaikan Hasil Sidang Akhir


24

DAFTAR PUSTAKA

Ariansyah, A. P. (2018) „Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


pada Bendung Karet Jatimlerek Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang‟,
p. 9.
Damastuti, A. P. (1997) „Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro‟, Wacana, 7(8),
pp 11-12.
Faradina, W. (2015) 'Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumajang', 1.
Gittinger, J Price. (1986) 'Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian'. Edisi
Kedua. UI-Press. Jakarta.
Guntoro H. (2008) 'Panduan Pembangunan Pembangkit listrik Mikro Hidro'.
2008. http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/panduan-pembangunan
pembangkit listrik.html. diakses pada tanggal 24 Januari 2021.
Hidayah, E., Indarto and Wahyuni, S. (2017) „Proposed Method to Determine the
Potential Location of Hydropower Plant: Application at Rawatamtu
Watershed, East Java‟, in Procedia Engineering. doi:
10.1016/j.proeng.2017.01.480.
Ibrahim, Y. (2004) 'Studi Kelayakan Bisnis'. PT Asdi Mahasatya. Jakarta
IMIDAP, T. (2008) 'Pedoman Teknis Standardisasi Peralatan dan Komponen
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ( PLTMH )', Jakarta.
Trissiana, J. (2019) 'Studi Potensi Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) Di Kawasan Wisata Air Terjun Sumberwangi Desa
Tirtomarto Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang', 1.
Kadariah. (2001) 'Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi'. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta
Luthfi, M. (2016) „Perencanaan pembangkit listrik tenaga mikro hidro pada
waduk sidodadi glenmore banyuwangi‟, 1.
Mandiri, G. (2010) „Uji Potensi Sumber Air untuk Pemasangan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro Di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember‟, 1.
25

Mbaka, J. G. and Mwaniki, M. (2017) „Small Hydro-power Plants in Kenya : A


Review of Status , Challenges and Journal of Renewable‟, Journal of
Renewable Energy and Environment, 3(September 2017), pp. 20–26.
Morales, S. et al. (2015) „An overview of small hydropower plants in Colombia:
Status, potential, barriers and perspectives‟, Renewable and Sustainable
Energy Reviews. doi: 10.1016/j.rser.2015.06.026.
Pratama, A. (2020) „Desain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di
Anak Sungai Jompo (Sub-DAS Rawatamtu)‟, 1.
RUPTL (2019) 'Rencana usaha penyediaan tenaga listrik', Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik, pp. 1–735.
Salim, N (2009) 'Kebijakan Insesntif untuk mendorong Pemanfaatan Energi
Alternatif'. Di dalam http://www.pelangi.or.id/news.php?hid=54. Diakses 24
Januari 2021.
Subekti, R. (2015) 'Studi Kelayakan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro Di Desa Sukamaju Kabupaten Garut Jawa Barat', 1.
Surakhmad, Winarno. (1985) 'Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar'. Metode dan
Teknik, Tansito. Bandung
Umar, H. (2003) 'Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis'. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai