MK PENDALAMAN 2
TEKNIK ENERGI SURYA DAN ANGIN (2)
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
9
MODUL 2:
1
0
A. Pendahuluan
Mata kegiatan ini membahas konsep, teori, aturan, dan implementasi Pembangkit
Listrik Tenaga Angin (Bayu) (PLTB) yang meliputi studi kelayakan potensi
angin, perencanaan sistem mekanik PLTB, pemasangan unit PLTB, perencanaan
dan pemasangan sistem kelistrikan PLTB seta pengoperasian PLTB. Materi dalam
kegiatan ini cukup luas, karena itu peserta dituntut dapat belajar mandiri
berdasarkan prinsip pembelajaran mandiri (self regulated learning). Di akhir mata
kegiatan ini, peserta diharapkan dapat mengimplementasikannya pada
pembelajaran di SMK Program Keahlian Akomodasi Teknik Energi terbarukan
dengan baik.
Materi dalam bahan ajar ini cukup banyak dan perlu diselesaikan dalam beberapa
kali tatap muka agar dosen dapat membagi materi sesuai alokasi waktu yang ada,
dosen perlu membuat perencanaan pembelajaran. Komponen perencanaan
pembelajaran tersebut paling tidak mempunyai lima aspek, yaitu:
1) Perumusan tujuan pembelajaran;
2) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar;
3) Pemilihan model pembelajaran dan kegiatan pembelajaran;
4) Pemilihan sumber belajar/mediapembelajaran; dan
5) Penilaian hasil belajar.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
2. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam bahan ajar ini
melalui pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.
3. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambah wawasan Anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam
bahan ajar ini masih dianggap kurang.
4. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam bahan ajar dan melalui
kegiatan Diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
1
1
C. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran
Setelah menempuh Program Pendidikan Profesi Guru Program (PPG) Studi Teknik
Energi Terbarukan (Teknik Energi Angin ) ini peserta pelatihan diharapkan memiliki
capaian pembelajaran mata pelajaran meliputi SIKAP, PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN: Aspek sikap yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
mampu menunjukkan sikap religius, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam
menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika, berkontribusi dalam
peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila, berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta
tanah air, memiliki Nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa,
menghargai keaneka ragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain, bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial
serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan, taat hukum dan disiplin dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara; menginternalisasi nilai, norma, dan etika
akademik, menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik, menunjukkan sikap
bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri,
menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan, menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan kode etik guru Indonesia, mempunyai ketulusan, komitmen,
kesungguhan hati untuk mengembangkan sikap, nilai, dan kemampuan peserta didik
dengan dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia serta memiliki motivasi
untuk berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat pada umumnya, dan
menunjukkan sikap terpercaya (berintegritas), Tanggungjawab (responsi), profesional
(profesional) sesuai dengan Kode etik dan berkepribadian Bangsa Indonesia. Aspek
pengetahuan dan keterampilan yaitu memiliki pengetahuan dan ketarmpilan dalam
melakukan studi kelayakan potensi angin, merencanakan sistem mekanik pembangkit
listrik tenaga angin (PLTB), memasang unit PLTB, merencanakan dan memasang sistem
kelistrikan PLTB serta bias mengoperasikan unit PLTB.
D. Sub Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran
Setelah mempelajarti kegiatan belajar ini diharapkan pembelajar dapat mengetahui dan
memahami :
1. Penempatan turbin angin
2. Memilih Turbin Angin
3. Merancang komponen utama turbin angin
4. Membaca karakteristik turbin skala besar
5. Membaca karakteristik turbin skala besar
E. Pokok-Pokok Materi
Melalui modul studi kelayakan potensi angin diharapkan peserta perkuliahan ini dapat
memahami materi-materi terkait dengan.
1. Penempatan turbin angin
2. Pemilihan Turbin Angin
3. Merancang komponen utama turbin angin
4. Membaca karakteristik turbin skala besar
5. Membaca karakteristik turbin skala besar
F. Uraian Materi Modul 2.
2.1.1. Ketinggian
Ketinggian penempatan turbin angin di suatu wilayah sangat berpengaruh pada daya
yang dihasilkan. Gambar berikut menunjukkan pengaruh ketinggian terhadap daya yang
akan dihasilkan oleh suatu turbin.
2.3. Persyaratan/izin
Turbin angin kecil sekalipun memerlukan tiang yang cukup tinggi untuk mendapatkan
angin yang kecepatannya lebih tinggi dan untuk menghindari turbulensi yang
bersumber dari topografi, pohon dan lain-lain di sekelilingnya. Periksalah peraturan-
peraturan wilayah yang berlaku yang mungkin dapat membatasi seseorang untuk
memasang tiang yang sesuai dengan turbin. Perlu diketahui bahwa tinggi tiang, seperti
halnya juga ukuran turbin dan kecepatan angin, akan menentukan berapa besar daya
yang dapat dihasilkan. Hal-hal lain seperti kebisingan dan rasa aman juga perlu
diperhatikan.
Gambar 2.2. Penempatan turbin angin pada rumah pribadi (Permana, 2007)
2.4. Batasan ketinggian tiang
Lakukan pemeriksaan apakah ada batasan ketinggian pemasangan tiang dari
pemerintah daerah setempat dan juga dari lingkungan sekitarnya. Secara teori,
semakin tinggi tiang adalah semakin bagus, tetapi faktor lain perlu juga
diperimbangkan seperti ijin, transportasi, instalasi, biaya dan keamanan dari bencana.
Ukuran turbin yang diperlukan tergantung pada keadaan angin di lokasi turbin akan
dipasang dan tergantung pula pada seberapa besar daya yang diinginkan. Produsen
turbin biasanya memberikan kurva daya atau kurva energi yang menunjukkan output
daya atau produksi energi yang dapat dihasilkan oleh turbin pada berbagai kecepatan
angin.
Perlu diketahui bahwa kurva daya tidaklah distandarkan dan hanya memberikan
taksiran seberapa banyak energi listrik dapat dihasilkan. Secara umum, semakin besar
daerah sapuan rotor maka akan semakin besar daya yang akan dihasilkan oleh turbin
pada kecepatan angin tertentu.
Gambar 2.2-1. Contoh kurva energi yang akan diproduksi oleh turbin angin 200 W
1) Kalikanlah konsumsi listrik tahunan anda dalam kW-jam (kWh) dengan
persentase yang ingin dipenuhi oleh turbin. Dari sini dapat diketahui berapa
besar kWh tahunan yang harus dipenuhi oleh turbin.
2) Gunakan data kecepatan angin rata-rata tahunan di lokasi turbin akan dipasang dan
lihatlah spesifikasi turbin agar ada gambaran turbin mana yang akan dipilih.
Bandingkan unjuk kerja turbin dengan kebutuhan daya puncak dan kebutuhan listrik
tahunan.
3) Tentukan peralatan-peralatan listrik apa yang harus dipenuhi oleh turbin yang
akan dipasang.
B. Blades/Sudu-sudu
Perubahan energi kinetic menjadi mekanis terjadi pada bagian ini. Angin yang
berhembus akan menggerakkan sudu-sudu sehingga memutar poros utama. Sudut
serang dari sudu-sudu ini dapat diatur secara otomatis berdasarkan kecepatan angin,
hal ini bertujuan untuk menjaga kecepatan putar dari poros utama agar tidak terlalu
lambat atau terlalu cepat.
C. Brake/Rem
Rem bertipe cakram atau piringan yang berfungsi menghentikan turbin seketika jika
terjadi kondisi darurat atau berbahaya.
D. Controller/Unit Pengendali
Unit pengendali berfungsi untuk mengatur kerja dari turbin berdasarkan informasi
berupa data kecepatan angin yang diterima dari anemometer. Unit pengendali akan
memerintahkan turbin untuk bekerja ketika angin berhembus dengan kecepatan rendah
antara 13 km/jam – 26 km/jam. Sebaliknya akan menghentikan kerja turbin bila angin
berhembus dengan kecepatan diatas 86 km/jam, karena dapat merusak turbin.
F. Generator
Mengubah energi mekanik putaran menjadi energi listrik. Arus yang dihasilkan adalah
arus bolak-balik (AC) dengan frekuensi 50/60 Hz.
G. High-speed Shaft
Poros yang berputar dengan kecepatan putar lebih tinggi berfungsi untuk memutar
generator.
H. Low-speed Shaft
Disebut juga poros utama, yang terhubung dengan sudu-sudu dan berputar dengan
kecepatan yang sama dengan kecepatan putar sudu-sudu. Kecepatan putar poros ini
antara 30-60 putaran per menit.
I. Nacelle
Nacelle berfungsi sebagai „rumah‟ bagi generator, gear box, poros, unit pengontrol,
dan rem.
J. Pitch
Pitch adalah pengaturan kemiringan sudu-sudu terhadap arah hembusan angin yaitu
untuk mengatur besaran sudut serang dari sudu-sudu. Jika kecepatan angin rendah,
maka sudut serang dibuat lebih besar agar mampu memutar sudu-sudu lebih cepat.
Sebaliknya jika hembusan angin lebih kencang maka sudut serang dibuat lebih kecil
sehingga kecepatan putar sudu-sudu tidak terlalu tinggi. Jika kecepatan putar terlalu
tinggi, akan menyebabkan listrik yang dibangkitkan terlalu besar serta dapat merusak
sistem.
K. Rotor
Sudu-sudu dan poros yang terhubung disebut rotor/bagian yang berputar
L. Tower
Tower atau tiang pancang dibuat dari baja berbentuk pipa, beton, atau baja profil.
Semakin tinggi tiang pancang maka energi yang dapat ditangkap semakin besar,
karena kecepatan angin akan semakin besar di ketinggian.
M. Wind direction
Adalah arah datangnya angin yang akan memutar sudu-sudu.
N. Wind vane/sirip
Sirip ini berfungsi untuk mengetahui arah angin, dan memberikan informasi kepada
unit pengendali agar memberikan perintah memutar arah turbin berlawanan dengan
datangnya angin untuk mendapatkan energi yang maksimal.
O. Yaw drive
Unit penggerak untuk memutar arah turbin sesuai dengan arah angin.
P. Yaw motor
Motor listrik untuk menggerakkan Yaw drive.
2.7.2 Komponen turbin angin skala kecil
Kabel baja
Yaw mechanism
Turbin angin skala besar saat ini menggunakan jenis sumbu horizontal dan umumnya
mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
Dapat dikendalikan melalui pengaturan sudut pitch bilah rotor terhadap sumbu
longitudinalnya, disebut blade pitch control. Lagi pula, pengaturan sudut pitch bilah
rotor merupakan cara yang paling efektif untuk membatasi putaran rotor, terutama
pada saat terjadi angin yang sangat kencang.
c. Bentuk bilah rotor dapat dibuat optimal secara aerodinamik dan telah terbukti
bahwa efisiensi tertinggi dapat dicapai bila rasio lift terhadap drag dibuat
maksimum.
d. Jenis upwind, yaitu rotor selalu menghadap angin faktor (menggunakan sistem
kendali).
d. Keunggulan teknologi turbin angin jenis propeller ( sumbu horizontal )
merupakan factor yang sangat penting.
2.7.4. Karakteristik turbin angin skala kecil
Pada turbin angin skala kecil dilakukan beberapa penyederhanaan, sehingga umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut.
Menurut Djodjodiharjo dan Jans Peter pada tahun 1983, daya suatu angin yang
dihasilkan pada wilayah tertentu dipengaruhi oleh karakteristik angin di wilayah tersebut
dan karakteristik dari turbin angin yang dipasang, selain itu karakteristik lanskap suatu
wilayah juga dapat berpengaruh. Turbin angin yang dipasang harus memperhatikan
karakteristik berikut ini:
a) Kecepatan cut in
b) Kecepatan nominal
c) Kecepatan shutdown
Turbin angin mulai mampu menghasilkan daya listrik dengan kecepatan awal yang
ditentukan merupakan keceparan cut in. Turbin angin tidak akan menghasilkan daya
listrik jika kecepatan angin tidak dapat mencapai ketentuan nilai kecepatan cut in
yang dibutuhkan. Suatu nilai kecepatan yang dapat diterima oleh turbin angin telah
melampaui batas dari nilai kecepatan cut in adalah kecepatan nominal. Kecepatan
angin dimana kecepatan tersebut menjadi lebih besar dari kecepatan nominal yang
dapat diterima pada rotor turbin angin merupakan kecepatan shutdown, sehingga
mekanisme shutdown dilaksanakan guna mencegah terjadinya kerusakan pada turbin
angin.
Menurut referensi dari Wind Energy System, parameter parameter untuk
–
James Manwell menyatakan pada tahun 2009 bahwa pada awalnya turbin angin
merupakan alat bantu yang digunakan dalam bidang pertanian. Teknologi tenaga
angin, sumber daya energi yang paling cepat berkembang di dunia, sepintas terlihat
sederhana. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk
mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi
tambak ikan, dan sebagainya. Tenaga ditransfer melalui baling-baling kadang
dioperasikan pada variabel kecepatan, lalu ke generator dan menghasilkan energi
listrik untuk digunakan (Syamsul Bahari, 2015).
Menurut James Manwell tahun 2009 pengetahuan tentang energi angin telah lama
dipelajari dan digunakan, sehingga teknologi energi angin bukanlah teknologi
yang baru ditemukan. Pada 200 tahun lalu sebelum masehi bangsa Persia telah
menggunakan teknologi kincir angin. Kincir angin sumbu vertikal merupakan kincir
angin pertama yang tercatat dalam sejarah, pada abad ke – 7 kincir angin ini
dibangun pada perbatasan antara IranAfganistan-Pakistan. Bangsa Persia dulunya
menggunakan teknologi energi angin untuk menggiling/menumbuk gandum dan biji-
bijian lainnya, dan juga mereka memanfaatkannya untuk memompa air.
Perkembangan yang paling maju terjadi di Belanda dimana mulai banyak
dikembangkannya bentuk dari kincir angin. Pada tahun 1920 di Amerika, teknologi
tersebut mulai digunakan untuk membangkitkan listrik, yang dimana kincir
angin untuk membangkitkan listrik dikenal dengan nama turbin angin. Kini turbin
angin mulai banyak digunakan untuk mengakomodasikan kebutuhan listrik, dengan
menggunakan konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat
diperbarui yaitu angin. Walaupun untuk saat ini pembangunan turbin angin belum
mampu untuk menyaingi pembangkit energi konvensional (PLLTU, PLTD, dll).
Turbin angin dikembangkan oleh ilmuwan karena dalam waktu dekat akan terjadi
kekurangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti batu bara dan
minyak bumi sebagai bahan utama pembangkit listrik saat ini. Umumnya daya
efektif yang dapat diterima oleh turbin angin hanya sebesar 20%-30%. Oleh
karenanya, pengembangan efisiensi turbin angin dengan menyempurnakan beberapa
aspek di bawah ini (Ary Triwibowo, 2013) :
a. Baling baling
–
b. Kontrol
Jika angin semakin kencang, semakin besar pula energi yang dihasilkan. Memang
benar tapi tidak semudah itu. Karena baling-baling direncanakan akan berbobot ringan,
angin kencang dapat dengan mudah menghancurkannya. Jika tidak ada mekanisme
rem atau penurunan kecepatan baling-baling, angin dapat merusak konstruksi baling-
baling, bahkan menerbangkannya dengan mudah. Rem merupakan faktor penting
dalam pengendalian kecepatan putaran baling-baling itu yang masih terus dipelajari.
2.8.2 Mekanisme Turbin Angin
Terdapat jenis-jenis turbin angin, turbin angin yang digunakan untuk pemakaian
umum biasanya berukuran 50-750kW. Turbin angin skala kecil biasanya berkapasitas
50kW yang digunakan untuk perumahan atau pompa air. Sedangkan kapasitas skala
industri adalah antara 1-4mW. Berikut adalah jenis-jenis dari turbin angin:
a. Turbin angin propeller adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal
seperti baling-baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus
diarahkan sesuai arah angin yang paling tinggi kecepatannya.
b. Turbin angin darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang
digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Keuntungan dari turbin
angin jenis darrieus adalah tidak memerlukannya mekanisme orientasi pada arah
angin sepeerti turbin angin propeller.
2.8.3 Desain Turbin Angin
Turbin angin didesain untuk menangkap energi kinetik angin dan mengeksploitasi
energi angin yang mengalir pada bilah turbin tersebut. Untuk membuat turbin angin
digunakan yang aerodinamis dengan menentukan tinggi menara atau tower yang
optimal, menentukan sistem kontrol, menentukan berapa jumlah dan bentuk bilah
dari turbin, serta menentukan bentuk atau desain secara keseluruhan.
Energi angin dapat dikonversi oleh turbin angin menjadi energi listrik. Tiga
komponen utama pada sebuah turbin angin meliputi
- Komponen rotor
- Komponen generator
- Komponen structural
Sebuah turbin angin memiliki desain dan komponen didalamnya seperti pada
gambar diatas. Turbin angin memiliki komponen penting untuk mendukung
kinerjanya dalam mengonversi energi kinetik angin menjadi energi listrik. Berikut
merupakan komponen yang terdapat pada turbin angin dan fungsinya masing-
masing.
Rotor adalah hub turbin dan bilah turbin. Pitch berfungsi sebagai pengendali
kecepatan rotor dan mempertahankan rotor dari perubahan arah putar karena
fluktuasi pada kecepatan dan arah angin. Brake adalah cakram yang dapat digunakan
secara mekanik, dengan listrik, maupun hidrolik, untuk menghentikan rotor pada
keadaan darurat. High & Low Speed Shaft berfungsi untuk mendistribusikan
gerakan rotasi dari bilah turbin yang berputar dalam generator. Gear box
merupakan penghubung shaft antara kecepatan rendah, dengan yang berkecepatan
tinggi yang berfungsi sebagai peningkat kecepatan hingga generator dapat
menghasilkan daya listrik. Yaw drive berfungsi untuk mempertahankan posisi rotor
agar tetap menghadap arah angin. Blades atau bilah pada turbin angin berfungsi
untuk memberikan gerak rotasi dari angin yang bertiup melalui turbin ke generator.
Generator berfungsi untuk mengonversi kecepatan putar menjadi energi listrik.
Yaw motor merupakan rotor yang memberi tenaga pada yaw drive. Controller
berfungsi untuk menjalankan mesin pada kecepatan tertentu, misal 1 6mil/jam akan
menyala, dan akan mematikan mesin ketika kecepatan melebihi 55mil/jam.
Anemometer merupakan alat pengukur kecepatan angin serta sebagai penyimpan
data kecepatan angin ke sistem controller. Nacelle merupakan body dari turbin
angin, yang melindungi atau membungkus komponen-komponen lain. Wind vane
berfungsi untuk menentukan arah angin, dan berkomunikasi oleh yaw drive untuk
menentukan orientasi turbin angin. Tower adalah bagian dari turbin angin yang
memiliki fungsi sebagai penopang utama, tower terbuat dari baja atau beton
untuk menopang kesuluran komponen turbin angin.
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan
para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin
angin terdahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa
lainnya dan lebih dikenal dengan windmill [3].
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik
masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini
penggunaan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik
konvensional (Co: PLTD, PLTU, dll), turbin angin hingga kini terus
dikembangkan oleh para ilmuan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Co:
batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik [3].
Turbin angin memiliki tipe yang berbeda-beda, ada dua jenis turbin angin yaitu
turbin angin dengan sumbu horizontal dan turbin angin dengan sumbu vertikal.
Turbin angin horizontal memiliki shaft rotor utama dan generator pada puncak
dari menara, dan diarahkan pada arah angin. Sedangkan turbin angin vertikal
memiliki shaft rotor yang dipasang secara vertikal. Untuk perbedaan lebih jelas lihat
pada gambar berikut :
Secara umum turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi upwind dan downwind.
Sementara turbin angin sumbu vertikal terbagi menjadi menjadi Darrieus dan
Savonius.
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap kearah angin.
Keutungan dari desain ini adalah rotor tidak terkena wind shade dari bagian belakang
menara. Kerugian dari desain ini adalah rotor menjadi lebih tidak fleksibel, dan
diletakkan dengan jarak tertentu dari puncak menara. Desain ini juga memerlukan
mekanisme yaw agar rotor terus menghadap arah angin.
Turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang tidak menghadap arah angin.
Keuntungannya adalah desain tidak memerlukan mekanisme mekanisme yaw.
Rotor juga dapat dibuat lebih fleksibel, dan beratnya menjadi lebih ringan secara
keseluruhan. Kerugiannya adalah fluktuasi dari energi angin yang terjadi dapat
memberikan lebih pada menara.
Turbin angin jenis Darrieus ditemukan oleh George Darrieus dari Prancis, yang
banyak mendapat hak paten dari desain tersebut pada tahun 1931. Karakteristik
desainnya adalah berbentuk C pada bilah rotor, hingga bentuknya seperti telur.
Biasanya dibuat pada konsep dua bilah atau tiga buah bilah rotor.
Turbin angin jenis Savonius ditemukan oleh Sigurd Savonius dari Finlandia, dan
dipatenkan pada tahun 1922. Karakteristik desainnya berbentuk S pada bilah
rotornya, dan memiliki 2-3 atau lebih cekungan untuk menangkap angin.
Desain turbin ini tidak dapat berputar lebih cepat dari kecepatan angin.
Keuntungannya adalah desain ini memiliki sumbu vertikal dan dapat bekerja secara
efektif bahkan ketika arah angin berubah. Desainnya juga dapat bekerja dengan baik
pada kecepatan angin rendah, dan tidak diperlukan lokasi tinggi untuk
meletakkannya. Kerugiannya adalah sistem cekungan pada bilah rotor tidak se-
efisien dengan penggunaan bilah rotor konvensional, sehingga menghasilkan energi
yang lebih sedikit.
fuel-cell, baterai, dan penyimpanan hidrogen, melayani beban listrik maupun termal.
Dengan homer dapat diperoleh hasil spesifikasi paling optimal dari sumber-sumber
energi yang diterapkan.
G. Rangkuman:
Secara umum, akan sangat membantu untuk perencanaan PLTB prosedur pemilihan
lokasi jika masyarakat, seperti kota dan kabupaten, telah menerapkan perubahan zonasi
untuk pembangkit listrik tenaga angin, dan untuk setiap jenis zona (komersial, industri
atau pertanian) untuk memiliki standar di bidang-bidang berikut:
1. Ukuran turbin angin, termasuk ukuran rotor maksimum, tinggi minimum dan
maksimum, tinggi menara, dll.
2. Instalasi dan desain, termasuk menara dan rotor, serta keselamatan listrik,
pemberitahuan utilitas, tanda peringatan, dan akses menara.
3. Penentuan tapak, termasuk jarak kemunduran dari batas tanaman dan fasilitas yang
berdekatan, desain estetika (seperti menara tubular atau kisi) dan jarak bebas dari
saluran listrik.
4. Masalah gangguan, seperti peraturan kebisingan dan gangguan televisi atau radio.
5. Peraturan lainnya, termasuk asuransi, akses publik ke fasilitas angin, dan perbaikan,
persyaratan pemeliharaan dan kesiapan tim dalam layanan pemeliharaan maupun
perbaikan peralatan/komponen PLTB .
H. Tugas
I. Rujukan
Permana, 2007. Perencanaan Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. Introduction
Of Renewable Energy Lesson Modules At The Technical Schools In Indonesia
http://www.universenotes.com/energi/turbin-angin-sumbu-horizontal-hawt/. Diakses:
5 September 2017 jam 15.30
1. Energi listrik yang dihasilkan PLTB bergantung pada keberadaan daya angin yang
memutar tubin, dengan demikian energi yang dihasilkannya harus disimpan
menggunakan accumulator. 2 bh Accumulator 12 V masing-masing memiliki 40
AH dihubungkan paralel, apabila arus listrik accu sudah penuh maka dapat
menyalakan TV 24” , 100 W dan 3 bh lampu XL 11 W. selama :
a. 10, 5 Jam
b. 7,2 jam
c. 12 jam
d. 8 jam
e. 6 jam
3. Untuk menjaga kinerja accu tetap optimal yang perlu diperhatikan adalah
keberadaan air accu terisi pada level yang disyaratkan. Apabila air accu pada
level minim dapat mengakibatkan:
a. Accu tidak menghasilkan tegangan
b. Dapat menghasilkan tegangan maksimum
c. Dapat mengakibatkan kerusakan sistem kontrol
d. Pelat-pelat timah melengkung dan dapat mengakibatkan short circuit
e. Salah satu sel akumulator berkarat
4. Apabila turbin berputar pada speed rendah atau tidak berputar untuk mengindari
arus accumulator / batterai tidak balik ke generator maka perlu dipasang :
a. Cut-out control
b. Transformator
c. Adaftor
d. Inverter
e. Automatic Voltage Controller
5. Energi listrik yang telah disimpan dalam batery 12 volt, digunakan untuk
menyalakan beban listrik AC maka diperlukan :
a. Adaptor 220 V /12 V
b. Inverter 12 volt /220 volt
c. Trafo step up 12 volt / 220 volt
d. Capasitor daya
e. Capacitor Bank
6. Untuk mengetahui potensi angin dan arah angin, curah hujan dalam kurun waktu
tertentu sehingga daerah tersebut tepat di bangun PLTB dapat menggunakan alat .
a. Automatic weather system
b. Annual wind speed system
c. Temperature control system
d. Air Humidity control system
e. Automatic Geographic Position System
a. 6,0 m/s
b. 5,0 m/s
c. 4,0 m/s
d. 3,5 m/s
e. 4,3 m/s
9. Daya yang dihasilkan dari turbin angin tergantung dari kecepatan angin (m/s).
Untuk angin dengan kecepatan di atas 86 m/s menurut ketentuan aturan turbin :
a. Turbin masih dalam kategori aman
b. PLTB masih dapat menghasilkan daya listrik besar
c. PLTB bekerja dengan normal
d. Dapat merusak turbin PLTB
e. Turbin perlu dirubah ke standar 75 m/s
10. Gear box pada turbin angin memiliki peran besar pada PLTB, untuk keperluan :
a. Menstabilkan putaran poros turbin
b. Meningkatkan putaran poros turbun
c. Membebani poros turbin
d. Untuk meningkatkan tegangan PLTB
e. Menstabilkan frekuensi tegangan jalan