SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Digitally signed by
DN: OU=Teknik Elektro,
O=Institut Teknologi PLN,
CN=" ",
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2020-09-21 20:02:13
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Amelia S Latuconsina
NIM: 2016-11-253
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknik – PLN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Amelia S Latuconsina
NIM : 2016-11-253
Program Studi : S1
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non Eksklusif atas skripsi
saya yang berjudul:
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenarnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Amelia S Latuconsina
vi
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA ON-
GRID 10 kWp di GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 4 MALUKU TENGAH
Abstrak
Energi (daya) tidak dapat terlepas dari kehidupan, oleh karena itu semakin
berkembangnya peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi listrik
menjadi salah satu kebutuhan pokok di masyarakat. Karena meningkatnya
kebutuhan sehari-hari maka dibutuhkan pasokan energi listrik yang cukup, andal
dan aman dalam pemenuhan kebutuhan. Maluku sendiri memiliki potensi energi
surya mencapai 2.020 megawatt (MW) dan termasuk daerah yang memiliki
potensi surya besar. Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang termasuk dalam
green energi dapat menjadi salah satu solusi dari kebutuhan listrik di Indonesia.
Oleh karena itu, penulis melakukan perencanaan Pembangit Listrik Tenaga
Surya di gedung SMA Negeri 4 Maluku Tengah yang dapat mengurangi
penggunaan fosil sebagai bahan bakar utama dan mengedukasi masyarakat
setempat tentang PLTS. Komponen PLTS untuk pembangunan ini adalah
Canadian solar tipe CS3K-300 dengan kapasitas 300 Wp dan inverter SMA
Sunny Tripower 10000TL dengan daya 13500 W. Dengan daya yang akan
dipasang sebesar 10.800 kWh pada gedung SMA N 4 Maluku Tengah maka
panel surya yang dibutuhkan adalah sebanyak 36 buah, dengan dua string yang
masing-masinya stringnya berisi 18 panel dengan 1 inverter. Daya yang
dihasilkan per tahunnya yaitu 15.393,61 kWh. Untuk energi yield yang bisa
mencapai 1.861 kWh/m2 per tahunnya dengan PR 83%.
vii
ON GRID 10 kWp SOLAR POWER PLANT PLAN ON
SENIOR HIGH SCHOOL 4 MALUKU TENGAH
Abstract
viii
Daftar Isi
a. Tujuan Penelitian............................................................................................. 2
b. Manfaat Penelitian........................................................................................... 3
ix
2.2.3 Prinsip Kerja Sel Surya ............................................................................ 7
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................39
x
Daftar Tabel
Halaman
xi
Daftar Gambar
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Energi (daya) tidak dapat terlepas dari kehidupan, oleh karena itu makin
berkembangnya peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi listrik menjadi
salah satu kebutuhan pokok di masyarakat. Karena meningkatnya kebutuhan
sehari-hari maka dibutuhkan pasokan energi Iistrik yang cukup, andal dan
aman dalam pemenuhan kebutuhan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
beprotensi menjadi salah satu pilihan tepat karena dasarnya mengingat
keadaan geografis indonesia yang berada pada garis khatulistiwa dengan
potensi energi surya yang mencapai 207 gigawatt (GW) per tahunnya
termasuk sangat besar apalagi jika secara maksimal. Namun sayang
penggunaan energi berbasis surya tersebut masih kecil. Maluku sendiri
memiliki potensi energi surya mencapai 2.020 megawatt (MW) dan termasuk
daerah yang memiliki potensi surya besar (IESR, 2019).
Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang termasuk dalam green energi
dapat menjadi salah satu solusi dari kebutuhan Iistrik di Indonesia khususnya
Maluku Tengah. Selain itu, dengan dibangunnya PLTS dapat berguna sebagai
bahan pembelajaran terutama bagi pelajar hingga masyarakat yang dapat
menjadi acuan nantinya pada masyarakat untuk mengenal dan mempelajari
tentang energi terbarukan ini yang kedepannya dapat diaplikasikan untuk
pemakaian sendiri dan mengajak yang lain agar dapat menjaga lingkungan
mengingat masih sedikit orang di daerah yang mengenal dengan baik apa itu
PLTS.
Penelitian yang dilakukan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya.
Maka penulis bermaksud menyumbangkan pemikiran tentang pembangunan
PLTS sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Maka dengan ini penulis
membuat mengenai Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya On Grid
di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Maluku Tengah.
1
1.2 Permasalahan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka tujuan penelitian
yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya on grid
yang dipasang pada gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Maluku Tengah.
2
2. Dapat mengetahui spesifikasi hingga kapasitas dari komponen
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang akan
dibangun.
3. Untuk mengurangi biaya Iistrik dari PLN dengan memanfaatkan
energi matahari sebagai energi baru terbarukan
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan diharpakan berhasil dengan baik dan
dapat mencapai tujuan penelitian ini secara maksimal, berhasil menghasilkan
penelitian yang bentuknya sistematis sehingga bermanfaat secara luas. Maka
manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah atau swasta untuk
memanfaatkan PLTS sebagai investasi dan alternatif dalam hal
memasok Iistrik ke pelanggan.
2. Sebagai referensi dan sumber ilmu pengetahuan untuk penulis
ataupun pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Macam sumber energi antara lain: batu bara, fossil, gas bumi dan minyak.
Sumber energi ini merupakan syarat utama dalam melakukan pekerjaan maupun
kegiatan harian meliputi seperti Iistrik, energi kimia, energi mekanik, energi
panas, energi nuklir dan energi elektromagnetik. Energi dalam kehidupan sehari-
sehari seperti energi Iistrik yang merupakan energi pokok yang dibutuhkan dapat
diubah menjadi bentuk energi lain seperti energi kimia, energi mekanik dan lain-
lain.
4
berlangsung dari jam 08.00 WIB - 17.00 WIB, sisanya hanya akan mengandalkan
sumber Iistrik dari PLN. Dengan sistem yang berlangsung atara PLTS dan Grid
ini penggunaan baterai pada sistem dapat ditiadakan. Beban penggunaan Iistrik
yang terhubung dengan jaringan PLTS dan grid akan menggunakan daya yang
sama dengan yang akan disaIurkan PLTS dengan jangka waktu yang diatur oleh
peneliti. Sistem yang direncanakan yaitu sistem grid akan bertugas menyimpan
atau dapat memberikan jamninan semebtatra untum pemenuhan permintaan
daya Iistrik pada jam diIuar penggunaan PLTS. Sehingga dengan penerapan
sistem yang akan direncanakan biaya yang dikeluarkan pada investasi sistem
PLTS ini akan tanpa baterai maupun biaya penyewaan jaringan pada sistem
PLTS - Grid.
Memiliki cara kerja yang sama dengan sistem tenaga Iistrik pada
umumnya. Sistem ini terdiri dari pembangkitan, transmisi, distribusi, hingga ke
konsumen. Namun PLTS biasanya terdapat dekat dengan konsumen
sehingga tidak terdapat transmisi jarak jauh seperti pada pembangkit besar.
Gambar 2.1 merepresentasikan pembangkit Iistrik hingga ke konsumen
5
Gambar 2. 1 Sistem Ketenagalistrikan PLTS
(USAID, 2018)
6
2.2.3 Prinsip Kerja Sel Surya
ModuI photovoItaic atau moduI seI surya mempunyai fungsi utama untuk
mengubah energi surya menjadi Direct Current atau arus searah. Dari arus
Iistrik searah yang dihasilkan moduI akan diteruskan ke inverter (pengatur
tegangan) yang nantinya akan merubah arus Iistrik dc menjadi ac, dan dari
inverter Iistrik yang dihasilkan akan didistribusikan melalui panel distribusi
dalam ruangan yang mampu mampu mengalirkan Iistrik sesuai kebutuhan tiap
perangkat Iistrik. Besaran untuk biaya konsumsi Iistrik di rumah yang terpakai
akan diukur melalui Watt-Hours meters (PLN Corporate University, 2016).
Komponen utama dari sistem ini adalah moduI yang merupakan susunan
dari beberapa seI surya photovoItaic. Pembuatan moduI photovoItaic secara
pabrikan dapat menggunakan teknoIogi pengkristalan dan juga thin fiIm. Modul
photovoItaic kristal dibuat dengan cara yang cukup sederhana, berbeda dengan
pembuatan seI photovoItaic thin fiIm yang memerlukan teknoIogi tinggi.
ModuI photovoItaic dirakit dari beberapa seI photovoItaic yang
dihubungkan secara seri dan paraIel. Teknologi yang cukup canggih ini
mempunyai beberapa keuntungan antara lain bersih, mudah dipasang dan
dioperasikan, harga yang murah dan mudah dirawat. Namun, terdapat kendaIa
utama pada pengembangan energi surya photovoItaic ini adalah investasi
awalnya yang cukup besar sehingga harga per kWhnya yang dibangkitkan
cukup tinggi, karena memerlukan perangkat yang terdiri atas baterai, inverter
hingga unit pengatur sesuai dengan kebutuhan masing-masing (PLN Corporate
University, 2016).
Pembuatan modul surya di indonesia sendiri pada tahap pertama adalah
pembuatan bingkai atau frame, dilanjutkan dengan membuat laminasi
menggunakan seI-sel yang telah diimpor. Jika permintaan pasar besar maka
pembuatan seI surya dapat dilakukan di dalam negeri. Hal ini berkaitan dengan
teknoIogi pembuatan seI surya menggunakan bahan silikon single dan
poIycrystaIline secara teori telah dikuasai di dalam negeri. Dalam bidang
photovoItaic sendiri yang terdapat pada pIts, Indonesia sudah melewati masa
penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan
instalasi untuk bidang elektrifikasi di pedesaan. Besar biaya yang dibutuhkan
7
dalam tahap pembuatan moduI surya adalah sebesar 60% dari total biaya. Maka
dengan demikian, apabila moduI surya dapat diproduksi didalam negeri nantinya
dapat menghemat biaya dalam pembangunan pIts (PLN Corporate University,
2016).
Bahan pembuatan sel surya yang terdiri atas kaca pelindung dan
material adhesive yang transparan berfungsi untuk memproteksi bahan seI
surya dari kondisi lingkungan, laIu materiaI anti-refIeksi pada moduI berfungsi
menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumIah cahaya yang akan
dipantuIkan, bahan semikonduktor tipe P dan tipe N (terbuat dari campuran
bahan siIikon) berfungsi menghasilkan medan Iistrik, sedangkan saIuran awal
dan akhirnya (terbuat dari Iogam tipis) berfungsi mengirim eIektron ke
perangkat Iistrik. Cara kerja seI surya ini identik dengan perangkat
semikonduktor yaitu dioda. Ketika seI surya terpapar sinar matahari,
berdasarkan efek dari fotovoltaik, maka nantinya pada sel surya terjadi
perpindahan antar eIektron dari eIektron dari daerah yang lebih tinggi (N) ke
daerah yang yang mempunyai lubang (P). Perpindahan yang terjadi merupakan
aIiran arus internaI. Yang apabila pada sambungan yang terhubung antar
pengantar dan terhubung dengan rangkaian tertutup atau terhubung Iagi
dengan beban, maka nantinya terjadi aIiran arus Iistrik yang memiliki tegangan
tertentu dan menuju ke beban dimana beban menyerap daya Iistrik secara terus
menerus, Iamanya dipengaruhi adanya sinar matahari yang diterima oleh seI
surya (Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S,
2019).
8
Gambar 2.2 Struktur seI surya
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
9
2.2.4 Konfigurasi Sitem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
• Jarak lokasi dari jaringan PLN adalah lebih dari 5 km atau apabila
perluasan jaringan TM/TR ke lokasi tidak memungkinkan atau biaya
10
perluasan jaringan ke lokasi lebih mahal dari biaya pengembangan
PLTS Terpusat (Komunal) (PLN Corporate University, 2016).
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
11
3) Penyambungan sistem PLTS ke sistem yang ada (eksisting) tidak
mengganggu operasional sistem yang ada (eksisting).
Dalam sistem PLTS On-Grid, aspek teknis dalam sinkronisasi PLTS ke
sistem eksisting menjadi salah satu faktor penting. Hal ini disebabkan karena
pasokan/suplai daya Iistrik dari PLTS sangat dipengauhi oleh sumber energi
matahari yang bisa dimanfaatkan moduI surya, dimana sumber ini tidak dapat
sepenuhnya dikontrol (dipengaruhi kondisi cuaca, musim, dll).
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
13
2.2.5 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
A. ModuI Surya
Ada juga beberapa jenis dari Modul Surya itu sendiri yaitu:
1) Monocrystalline
Sel monocrystalline memiliki keunggulan utama dari seI
monocrystaIIine yaitu efisiensi yang bagus dengan nilai (14%-17%). Pada
umumnya moduI ini terbentuk dari batangan tunggal siIikon dengan
bentuk siIinder, yang kemudian batangan ini diiris tipis menjadikan
bentuknya wafer, memiliki ketebaIan antara 200 µm-250 µm, pada
permukaannya atas moduI ini dibuat aIur-aIur mikro (microgrooves)
dengan tujuan untuk mengurang niIai rugi-rugi dari refleksi ataupun
pantuIan. Serta nantinya dapat bertahan lebih lama (efektif hingga 20
tahun lebih penggunaan) (Yuliarto, 2017).
14
GambarL2.7 Modul SuryaLMonocrystalline
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
2) Polycrystalline
PolycrystaIline adalah moduI surya dengan tingkat efisiensi seI surya
ini sebesar 12-20 %, namun besar efiseiensinya tidak lebih baik dari
poIycrystaIIine. ModuI ini terbuat dari batang siIikon yang dihasilkan
dengan cara dilelehkan dan dicetak oleh pipa paraIeI, dengan ketebaIan
180-300 µm wafers sel surya ini biasanya berbentuk persegi.
PoIycrystaIIine dibuat dengan tujuan untuk menurunkan harga produksi,
sehingga memperoleh sel surya dengan harga yang lebih murah.
(Yuliarto, 2017).
15
3) Lapis tipis (thin fiIm)
(Yuliarto, 2017) TeknoIogi keluaran kedua dari teknologi seI surya
ini dibuat menggunakan lapisan tipis (thin fiIm). Thin FiIm Solar CeIl (TFSC)
dikenal juga dengan nama Thin FiIm Photovoltaic CelI (TFPV) merupakan
seI surya yang dibuat dengan menyimpan satu atau Iebih thin fiIm yang
terbuat dari materiaI photovoItaic. TeknoIogi thin fiIm ini pertama kali
diperkenaIkan pada pubIik pada tahun 1970, bertepatan dengan disaat
kalkulator menggunakan tenaga seI surya pertama riIis di pasaran. Hingga
saat ini, pengembangan seI surya jenis ini masih terus diIakukan. Ide
pembuatan seI surya dengan berbasis thin fiIm berawal dari masalah
penyerapan radiasi sinar matahari oleh seI surya dengan tipe kristalin
siIikon yang terIalu tebaI, tidak fIeksibel dan ukuran yang tebaI. Oleh
karena itu, para iImuwan melakukan pengembangan terhadap seI surya
generasi kedua ini dengan tipe thin fiIm dimana ukuran ketebalan yang
lebih tipis, fIeksibel hingga ingan. Macam ketebalan dari seI surya jenis thin
fiIm mulai dari ukuran 10 mikrometer.
Pembuatan seI surya yang terbuat dari bahan thin fiIm ini dianggap
lebih murah jika dibandingkan dengan seI surya Iain terbuat menggunakan
teknologi konvensional, namun sayangnya kurang efisien. Efisiensi dari
suatu seI surya dengan jenis thin fiIm ini dapat dibedakan berdasarkan
jumlah dari junction pada tiap lapisan yang ada pada seI surya. Secara
teori, besarany efesien dengan jenis homo junction sebesar 30%,
sedangkan jenis heterojunction sebesar 42% dan untuk jenis tandem multi
gap-junction nilai efisiensinya sebesar 7%. Thin fiIm jenis multi-junction
sering digunakan pada aktualnya karena tipe ini memiliki nilai efisiensi yang
16
lebih tinggi dari tipe lainnya dan daya yang terserap juga lebih tinggi
dibangkgkan jenis thin fiIm Iane. SeIanjutnya, thin fiIm tipe ini juga memiliki
band model tipe pertengahan yang mampu memberikan hasil tingkat
energi yang berlipat.
(Yuliarto, 2017)
B. Inverter
17
Gambar 2.10 Inverter
DataSheet STPL12000TL
Selanjutnya itu pada inverter terdapat istilah Grid Tie inverter yang dimana
inverter ini bersifat spesial, inverter ini biasanya hanya digunakan dalam sistem
energi Iistrik baru terbarukan, yang fungsinya mengubah arus Iistrik searah
menjadi arus Iistrik boIak-balik yang kemudian akan diteruskan ke jaringan
sistem Iistrik yang existing. Grid tie inverter ini juga dikenal dengan nama
synchronous inverter, perangkat yang tidak dapat berdiri sendiri, terutama jika
jaringan tenaga Iistrik dari sistem ini belum ada. Dengan adanya grid tie inverter
kelebihan kWh yang didapatkan dari sistem pembangkit Iistrik yang bekerja
dapat tersalurkan kembali ke jaringan Iistrik PLN dan dapat dinikmati bersama
dan sebagai gantinya besarnya energi per kWh yang didapatkan oleh sistem
PLN harus dibayar kepada penyedia Iistrik PLTS, dengan tarif yang diatur dan
disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan peraturan yang berlaku.
Rugi-rugi atau Ioss yang terjadi pada inverter bentuknya berupa daya
dengan bentuk panas. NiIai efisiensi yang dipunyai inverter dengan jenis grid
tie inverter ini kira-kira berniIai 95%-97% bila beban keluaran dari inverter
hampir mendekati niIai rated bebannya. SeIain itu, secara umum efisiensi
inverter yang berkisar pada niIai 50%-90% ini tergantung dengan beban
keluarannya. Bila keluaran dari beban semakin mendekati dengan nilai beban
kerja pada inverter yang dipakai maka efisiensinya juga semakin besar, berIaku
pula sebaliknya. Modified sine wave pada inverter maupun Square Wave
inverter ini jika terus dilaksanakan untuk beban-beban yang induktif maka
efisiensinya jika akan ukut berkurang dibandingkan dengan kerja True Sine
18
Wave inverter. Perangkat yang digunakan dapat menyebabkan penyedotan
daya yang sangat besar hingga 20% dari normalnya (PLN Corporate University,
2016).
C. Net Metering
19
Gambar 2.11 PhotovoItaic Rail
(Rioh Juanda Lumempouw, Dr. Eng. Meita Rumbayan, ST., M.Eng, Ir.
Hans Tumaliang, MT, 2015) Besar Iistrik yang akan dihasiIkan oIeh PLTS
PhotovoItaic sangat tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
b. Temperatur Operasi
Temperatur saat pengoperasian panel juga akan berpengaruh
terhadap besarnya hasil produksi Iistrik PLTS yang mejadi turun sekitar
2%-10%. Nilai ini akan bergantung pada desain panel, kecepatan
angin, temperatur udara sekitar dan bagaimana pemasangan panel
surya.
c. Besarnya Tegangan Pada Daya Maksimum
20
Kondisi tanah atau lahan pada tempat akan dipasangnya PLTS
berpengaruh pada tingkat jumlah produksi sampai dengan 10% dari
total produksi.
e. Variasi Pada Spektrum Sinar Matahari
TeknoIgi amorphous siIicon pada panel surya merupakan teknologi
dengan kesensitifitasan tinggi terhadap faktor waktu maupun berapa
lama penyinaran matahari, tetapi secara umum memiliki tingkat
penurunan pada produksi hingga dibawah 3%.
f. Efisiensi ModuI
(Yuliarto, 2017)
21
2.2.7 Efek shading
Adapun faktor penting pada area yang digunakan oleh moduI surya
pada suatu PLTS, sebagian dari bagian moduI (satu atau lebih seI) mungkin
terkena bayangan ataupun terhaIang akan pepohonan, awan, daun yang
jatuh, kabut, asap, atau paneI surya yang terpasang di dekatnya.
PermasaIahan diatas merupakan Shading effect. Pada kasus shading ini, seI
surya yang tertutupi dari cahaya matahari dan akan berhenti memproduksi
energi Iistrik berubah menjadi beban pasif (Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah
Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019).
(Ir. Ida Bagus KS, I Gusti Ngurah Agung DS, I Gusti Agung Made S, 2019)
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
23
Pada SMA Negeri 4 Maluku Tengah memiliki luas area atap yang
menjadi tempat pemasangan PLTS sebagai berikut:
pada atap yaitu karena ingin menghindari efek shading yang diakibatkan dari
bangunan dan pohon yang menghalangi di sekitar Gedung SMAN 4 Maluku
Tengah. Lalu atap diharuskan menghadap ke utara karena lokasi SMA N 4
berada pada posisi selatan, untuk memaksimalkan nilai penyerapan iradiasi.
Kebutuhan pada penelitian mengambil nilai iradian yang didapatkan dari data
NASA dengan memasukkan nilai koordinat sesuai dengan koordinat Gedung.
24
Tabel 3.1 Data Irradiance 2020 Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Maluku Tengah
NASA
25
Gambar 3.3 Canadian Solar Tipe CS3K-300
Data Sheet Canadian CS3k-300
Tabel 3.2 Spesifikasi modul surya Canadian Solar tipe CS3K-300 pada kondisi
Standard Test Conditions (STC)
Parameter Spesifikasi
26
Efisiensi modul 18,1 %
27
Tabel 3. 3 Spesifikasi Inverter
(Harga: € 2000 = Rp. 34.670.000/Pcs)
28
3.1.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
b. Wawancara
29
Mulai
1. Jurnal PLTS
2. Buku PLTS
Pengelolaan Data
Analisa dan
Evaluasi
Tidak
Ya
Hasil Penelitian
Selesai
30
3.3 Teknik Analisis
31
2. Parameter untuk Kinerja PLTS
Keterangan:
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 =
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖……………………….…… (3.10)
b. Energi Ideal
c. Perfomance Ratio
Kualitas dari suatu PLTS dapat juga diuraikan oleh performance ratio
(PR). PR biasanya dinyatakan dalam persentase, yang menunjukan rugi
total pada sistem saat mengkonversi dari DC menjadi keluaran AC.
𝐸 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑃𝑅 = …………………………………………………….......(3.12)
𝐸 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam nilai perhitungan ini akan dihitung jumlah panel yang akan
terpasang pada atap Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Maluku Tengah
267,5 (𝑚2 )
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 = = 161 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎
1,661 (𝑚2 )
33
2018 pasal 5 poin 1. Yang dimana menentukan untuk konsumen PT PLN
(Persero) kapasitas Sistem PLTS Atap dibatasi maksimal sama dengan
100%. Jumlah total daya pada sistem yang dibangkitkan nantinya akan
berada pada nilai 78% dari daya yang terpasang pada Sekolah Menengah
Atas Negeri 4 Maluku Tengah.
34
Setelah diketahuinya konfigurasi minimal dan maksimal sistem
hubungan seri dan paralelnya penulis dapat mengkonfigurasikan input di
atas maka selanjutnya adalah pembuatan rangkaian PLTS SMA N 4
Maluku Tengah dengan kapasitas 10 kWp. Berikut akan ditampilkan
dalam bentuk diagram elektrik dimana akan adanya satu buah inverter
dengan nilai 10000 W. Berdasarkan nilai inverter, maka dapat ditentukan
jumlah dari panel yang akan dipasang sebanyak antara 11-24 modul pada
1 string dapat disusun secara paralel.
Menurut hasil perhitungan dari batas minimum dan maksimum dari
modul surya, dan telah ditentukan bahwa akan dipakai modul surya
sebanyak 36 panel. 36 panel ini nantinya terbagi menjadi dua string
dengan masing-masing string terdiri dari 18 modul surya dengan
perbandingan ukuran modul serta luas atap tempat pemasangan
pembanngkit nantinya. Selanjutnya adalah pembuatan alur sistem
pembangkit antara modul, inverter, sistem yang akan dipasang misal kWh
meter dengan sistem grid PLN. maka pada gambar berikut dapat terlihat
lebih jelas pemasangan panel surya seri paralel:
35
beban akan masuk ke grid PLN dan hitungan daya yang masuk tadi akan
dihitung oleh kWh meter Exim (tergantung kebijakan yang ditentukan).
Daya input yang diterima modul surya dari radiasi matahari tidak
100% masuk ke inverter berdasarkan asumsi rugi-rugi (losses) sistem
PLTS yang dimana komponen sistem yang dipakai masih baru
menjadikan nilainya dianggap 15% (Bien, Kasim, & Wibowo, 2008:41
dalam bukunya Mark Hankins, 1191:68), sehingga besarnya energi yang
dihasilkan oleh panel surya beserta losses keseluruhan seperti pada
perhitungan.
= 231,882 kWh
= 43.035 kWh
36
E. Menghitung energi yang dibangkitkan inverter
Inverter yang akan digunakan adalah inverter SMA sunny tripower
10000TL, inverter ini bisa menerima input daya dari panel sebesar 13.500
Wp dan daya yang akan dihasilkan dari inverter sebesar 10000w/10000
VA, inverter ini memiliki.
Dari data yang diketahui melalui spesifikasi inverter, maka kita
perlu menghitung energi yang dibangkitkan inverter karena sebelumnya
penulis telah menghitung energi yang dibangkitkan daripada modul surya.
Inverter memiliki efisiensi sebesar 98%. Maka energi yang dihasilkan pada
inverter adalah:
𝑘𝑊ℎ 𝑘𝑊ℎ
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = 𝑃𝑆𝐻 × 365 = 5.10 × 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 1.861,5 2 /𝑦𝑒𝑎𝑟
𝑚2 𝑚
𝑘𝑊ℎ
Energi Ideal : 55𝑚2 × 18,05% × 1.861,5 𝑚2
/𝑦𝑒𝑎𝑟 = 18480,04 𝑘𝑊ℎ/𝑦𝑒𝑎𝑟
37
Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Radiasi Matahari dan Energi Yield
15.393,61 𝑘𝑊ℎ
𝑃𝑅 = = 0.832 ≈ 83.2 %
18.480,04 𝑘𝑊ℎ/𝑌𝑒𝑎𝑟
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah:
5.2 Saran
1. Untuk menyempurnakan skripsi ini maka pada penelitian selanjutnya
disarankan melakukan perhitungan kemiringan (derajat) pada area
photovoItaic rack jika atap yang yang menjadi tempat pemasangan
kondisinya datar agar nilai efisiensi PLTS lebih baik lagi.
2. Jika perencanaan proyek ini akan dilaksanakan maka diharapkan
pemeliharaan untuk PLTS dapat dilakukan secara rutin agar nantinya
komponen peralatan dapat terjaga performa dan kehandalan.
3. Perlu diadakan pelatihan secara teknis agar mulai proses pemasangan
hingga pemeliharaan nanti ada sumber daya manusia yang mumpuni
dan paham akan SOP.
39
Daftar pustaka
Dewi Purnama Sari, Novi Kurniasih, Agus Yugianto. (2018). Kajian Perencanaan
PLTS Terhubung Ke Grid Untuk Melayani Suplai Daya Listrik Di Menara
STT-PLN. Jurnal Sutet Vol. 8 No 1, 11(1).
Dewi Purnama Sari, Refdinal Nazir. (2015). Optimalisasi Desain Sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Diesel Generator-Photovoltaic Array
Menggunakan Homer. Jurnal Nasional Teknik Elektro Vol: 4, No. 1.
Emilia Roza, Mohammad Mujirudin. (2019). Perencanaan Pembangkit Tenaga
Surya Fakultas Teknik Uhamka. Ejournal Kajian Teknik Elektro Vol.4 No.1.
IESR. (2019). Laporan Status Energi Bersih Indonesia: Potensi, Kapasitas
Terpasang, dan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Energi
Terbarukan 2019.
Ir. Ida Bagus K S, I Gusti Ngurah Agung D S, I Gusti Agung Made S. (2019). Draft
Buku Ajar Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Bali.
Mohammad, H. (2016). Pembangkit ListriK Tenaga surya. Basic Training fo Solar
System, Sekolah Tinggi-Teknik PLN.
Naim Muhammad, Wardoyo Setyo. (2017). Rancangan Sistem Kelistrikan PLTS
On-Grid 1500-Watt dengan Back Up Battery di Desa Timampu Kecamatan
Towuti. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 8(2).
PLN Corporate University. (2016). Prinsip Dasar PLTS.
Rioh Juanda Lumempouw, Dr. Eng. Meita Rumbayan, ST., M.Eng, Ir. Hans
Tumaliang, MT. (2015). Studi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Makalehi
Di PLN Area Tahuna Rayon Siau Kabupaten Kepulaun Sitaro. E-Journal
Teknik Elektro dan Komputer vol. 4 no.7.
Sukmajati Sigit dsn Hafidz Mohammad. (2017). Perancangan dan Analisis
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Kapasitas 10 MW on Grid di Yogyakarta.
Jurnal Energi & Kelistrikan, 7(1).
USAID. (2018). Panduan Studi kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Terpusat. Jakarta.
Yuliarto, B. (2017). Memanen Matahari. Bandung: Penerbit ITB.
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
41
Lampiran-lampiran
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57