Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI

STUDI TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN


JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK DI PT PLN
(PERSERO) UP3 PADANGSIDIMPUAN

Oleh :
DOLI SAPUTRA
5161131011

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan
Industri (PKLI) selama satu bulan (03 Januari s/d 03 Februari 2019) di PT. PLN
(Persero) Unit Induk wilayah Sumatera Utara UP3 (unit Pelaksana pelayanan
pelanggan) Padangsidimpuan. Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini
merupakan satu syarat akademi untuk memenuhi kredit semester di Fakultas Teknik
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Medan. Laporan ini disusun
berdasarkan observasi lapangan serta peninjauan langsung terhadap objek praktek.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan
laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Bulkia dan Ibunda Masrelan yang selalu memotivasi dan mendukung
secara materil serta doa yang diberikan kepada saya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof . Dr. Harun Sitompul., M.Pd.,selaku Dekan Fakultas Teknik UNIMED.
2. Dra. Hj.Rosnelli, M.Pd selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik UNIMED.
3. Bapak Dr.Baharuddin, ST., M.Pd.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro UNIMED sekaligus dosen Pembibing Akademik (PA) saya..
4. Bapak Dr.Salman Bintang, ST., M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro UNIMED.
5. Bapak Dr.Muhammad Amin, S.T., M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan
Teknik Elektro UNIMED.
6. Bapak Amirhud Dalimunthe S.T, M.Kom., selaku Dosen Pembimbing PKLI
saya yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan PKLI.
7. Bapak Ronny Afrianto Sebagai Manajer PT. PLN (Persero) UP3
Padangsidimpuan.
8. Bapak Riston Sihaloho sebagai Manejer Bagian Perencanaan di PT. PLN
(Persero) UP3 Padangsidimpuan.
9. Bapak Karnova Pangidoan Sihombing, Rafiq Saimuri, M.Sofyan, Yanuar
Ishaq. selaku petugas / Staff di Bagian Perencanaan yang memberikan
arahan dan ilmu selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKLI di PT
PLN (Persero) UP3 Padangsidimpuan.
10. Kakak saya Yuni Susanti Hasibuan yang selalu mendukung saya dan
mendoakan saya dalam penyusunan laporan PKLI ini.
11. Abang saya Armandi Hasibuan, Bahrein Hasibuan, Abdan Arisandi Hasibuan
yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam penyusunan laporan
PKLI ini.
12. Adek saya Kasmala Dewi Hasibuan yang selalu mendukung dan mendoakan
saya dalam penyusunan laporan PKLI ini.
13. Buat teman terbaik saya yang selalu memberikan dukungan dalam
penyusunan laporan PKLI ini.
14. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Febri Ani
Harahap, Sarah Patricia gultom, Hafiz Bakri, M.Arif Sahron, dan khususnya
stambuk 2016 reguler B Pendidikan Teknik Elektro

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini dimasa mendatang.
Akhir kata saya berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri
ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Medan, Februari 2019

DOLI SAPUTRA
5161131011
DAFTAR ISI
Halaman pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar gambar
Daftar tabel
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Batasan Masalah
C.Rumusan Masalah
D.Tujuan pelaksanaan PKLI
E. Manfaat PKLI
F.Metode Pembahasan Laporan PKLI
G. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKLI
H.Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah singkat PT PLN (Persero) UIW Sumatera Utara UP3
Padangsidimpuan
b. Visi Misi PT PLN (Persero) UIW Sumatera Utara UP3 Padangsidimpuan
c. Struktur organisasi PT PLN (Persero) UIW Sumatera Utara UP3
Padangsidimpuan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Deskripsi Umum JTM
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
2.2. Komponen Utama Kontruksi SUTM
1. Penghantar
2. Isolator
3. Peralatan hubung
4. tiang
2.3. Spesifikasi Teknis Material
2.4. Kontruksi SUTM
2.5. Penyelenggaraan Kontruksi SUTM
a. Handling Transportasi
b. Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi
BAB III TEKNIK PELAKSANAAN
3.1. Wilayah Perencanaan
3.2. Tahap Survey dan Tracking
3.3. Perencanaan
1.Penentuan Kontruksi Tiang
2.Pemilihan Kabel saluran
3. Penentuan Trafo
3.4. Kemampuan hantar Arus / Kuat Hantar Arus
1.Kemampuan Hantar Arus SUTM
2. Kemampuan Hantar Arus SUTR
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur organisasi
Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Gambar 2.2 kabel tanah tegangan rendah
Gambar 2.3 penghantar berisolasi penuh (three single core)
Gambar 2.4 jenis jenis isolator tumpu
Gambar 2.5 jenis jenis isolator tarik
Gambar 2.6 contoh letak pemasangan fused cut out
Gambar 2.7 contoh letak pemasangan load break switch
Gambar 2.8 life line connector (LLC)
Gambar 2.9 pemasangan cross arm dan isolator
Gambar 3.1 survey lokasi
Gambar 3.2 wawancara dengan asisten direktur PT BAS
Gambar 3.3 data track atau titik GPS
Gambar 3.4 Gambar perencanaan jalur jaringan
Gambar 3.5 foto kondisi daerah
Gambar 3.6 Renc.HUTM AAAC 3 X 70 mm2 = 0.724 Kms di Perkebunan kelapa
sawit
Gambar 3.7 Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.687 Kms di perumahan karyawan PT
BAS
Gambar 3.8 Renc.HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.320 Kms di Pabrik kelapa sawit
sigala-gala
Gambar 3.9 Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.852 Kms Klinik PT BAS
Gambar 3.10 Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 1.529 Kms
Gambar 3.11 GPS Tracker merk GARMIN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM
Tabel 2.2 Spesifikasi Tiang Beton Bulat untuk SUTM
Tabel 2.3 Jarak aman SUTM
Tabel 2.4 Kegiatan Survey dan Penentuan Lokasi Titik Tiang
Tabel 2.5 Proses Pendiran Tiang dan Kelengkapannya
Tabel 3.1 Perencanaan Daya Di PT Barumun Agro Sentosa
Tabel 3.2 KHA penghantar tak berisolasi pada suhu keliling 350C, kecepatan angin
0,6 m/detik, suhu maksimum 800C (dalam keadaan tanpa angin faktor koreksi 0,7).
Tabel 3.3 KHA penghantar arus pada jaringan tegangan rendah jenis kabel twisted
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial
dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan pengembangan sistem
distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria teknis dan ekonomis. Perencanaan
sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik dengan pendekatan yang
didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu pola pelayanan yang
optimal. Perencanaan yang sistemik tersebut akan memberikan sejumlah proposal
alternatif yang dapat mengkaji akibatnya yang secara langsung berhubungan dengan
aspek keandalan dan ekonomis.
Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk mendapatkan
suatu fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan cepat mengantisipasi
pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan kerapatan beban yang harus dilayani.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat menjadi input terkait dalam perencanaan sistem
distribusi ini antara lain adalah : pola penggunaan lahan pada regional tertentu, faktor
ekologi dan faktor geografi. Perencanaan sistem distribusi ini harus mampu
memberikan gambaran besarnya beban pada lokasi geografis tertentu, sehingga dapat
ditentukan dengan baik letak dan kapasitas gardu-gardu distribusi yang akan
melayani areal beban tersebut dengan mempertimbangkan minimisasi susut energi
dan investasi konstruksi, tanpa mengurangi kriteria, teknis yang diperlukan.
Perencanaan sistem distribusi ini dapat dilakukan dalam perioda jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang harus selalu
diaktualisasi dan dikoordinasikan dengan perencanaan jangka menengah dan
dikoreksi oleh perkembangan jaringan distribusi kondisi eksisting. Efektifitas
perencanaan sistem distribusi ini makin diperlukan bila dikaitkan dengan makin
tingginya investasi terhadap energi, peralatan dan tenaga kerja. Di samping itu
perencanaan yang baik akan memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan
sistem distribusi. Kondisi ini disebabkan pada kenyataan sistem distribusi merupakan
ujung tombak dari pelayanan energi listrik karena langsung berhubungan dengan
konsumen sehingga adanya gangguan pada sisi distribusi akan berakibat langsung
pada konsumen. Sedangkan adanya gangguan pada sisi transmisi ataupun sisi
pembangkit belum tentu menyebabkan terjadinya proses interupsi disisi konsumen.
Perencanaan sistem distribusi dimulai dari sisi konsumen. Pola kebutuhan,
tipe dan faktor beban dan karakteristik beban yang dilayani akan menentukan tipe
sistem distribusi yang akan dipakai. Kelompok-kelompok beban tersebut akan
dilayani oleh jaringan sekunder. Sekelompok jaringan sekunder ini akan dilayani
oleh trafo-trafo distribusi yang selanjutnya sejumlah trafo ini akan memberikan
gambaran pembebanan pada jaringan primer. Jaringan distribusi ini akan mendapat
masukan energi dari trafo-trafo gardu induk. Sistem beban pada jaringan distribusi
ini akan menentukan pula lintasan dan kapasitas saluran distribusi. Dengan demikian
setiap langkah proses perencanaan sistem distribusi merupakan input bagi langkah
proses berikutnya.

B. Batasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan penyimpangan dari sasaran, penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu masalah Perencanaan
pembangunan Jaringan Distribusi listrik di Di PT BARUMUN AGRO SENTOSA
oleh PT PLN (PERSERO) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara UP3 (Unit
Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan bagian teknis lapangan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan yang akan dibahas untuk memudahkan penulis dalam penyelesaian
penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan Industri ini yaitu :
1. Bagaimana deskrpsi umum JTM.
2. Bagaimana komponen utama kontruksi SUTM.
3. Bagaimana spesefikasi teknis material.
4. Bagaimana konstruksi SUTM..
5. Bagaimana penyelenggaraan konstruksi SUTM.
D. Tujuan Pelaksanaan PKLI
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan praktek kerja lapangan industri di
PT PLN (PERSERO) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara UP3 (Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui deskrpsi umum JTM
2. Mahasiswa mengetahui komponen utama kontruksi SUTM
3. Mahasiswa mengetahui spesefikasi Teknis material
4. Mahasiswa mengetahui konstruksi SUTM
5. Mahasiswa mengetahui Penyelenggaraan konstruksi SUTM

E. Manfaat PKLI (Praktek Kerja Lapangan Industri)


Dengan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) di PT PLN
(Persero) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara Up3 (Unit Pelaksana Pelayanan
Pelanggan) Padangsidimpuan., maka saya sebagai mahasiswa dan masing masing
pihak yang terkait dalam program PKLI memperoleh manfaat sebagai berikut:
1) Bagi Mahasiswa:
a. Mahasiswa mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya serta dapat
bersosialisasi dan berinteraksi dengan karyawan yang telah
berpengalaman di dunia kerja nyata.
b. Mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah
dengan dunia kerja nyata.
c. Mahasiswa meningkatkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan bagi
praktikan dalam melakukan setiap pekerjaan.
d. Mahasiswa mengetahui gambaran yang jelas mengenai perencanaan
jaringan distribusi dan mempelajari jenis-jenis konstruksi JTM dan
JTR.
e. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir mahasiswa
melalui penerapan ilmu pengetahuan dan pengalaman latihan kerja
yang diterapkan di lapangan.
2) Bagi Fakultas Teknik – Universitas Negeri Medan:
a. Menghasilkan tenaga kerja yang profesional, baik dalam bidang
pendidikan maupun dalam bidang industri.
b. Menjalin kerja sama dan mendapatkan umpan balik untuk
menyempurnakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di
lingkungan instansi atau perusahaan dan tuntutan pembangunan pada
umumnya, sehingga dapat mewujudkan konsep link and match dalam
meningkatkan kualitas layanan bagi dunia kerja.
c. Sebagai masukan untuk Program Studi Pendidikan teknik elektro
dalam rangka pengembangan program studi.
d. Mengukur seberapa besar peran tenaga pengajar dalam memberikan
materi perkuliahan untuk mahasiswa sesuai dengan perkembangan
yang terjadi di dunia kerja.

F. Metode Pembahasan Laporan PKLI


Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah melakukan berbagai usaha untuk
mendapatkan informasi dan data – data yang berhubungan dengan topik
pembahasan. Adapun metode pengumpulan informasi dan data yang penulis
lakukan yaitu :
1. Studi lapangan, yaitu pengamatan langsung di lapangan terhadap objek
permasalahan disertai dengan tanya jawab dengan supervisor dan operator
yang bekerja di PT PLN (PERSERO) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara
UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan.
2. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing PKLI berkaitan dengan objek
permasalahan.
3. Studi keperpustakaan dan referensi, yaitu mengumpulkan bahan – bahan dan
buku – buku yang berhubungan dengan penulisan laporan PKLI.
4. Melakukan diskusi dengan teman – teman mahasiswa.
G. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKLI
1. Waktu
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan industri (PKLI) yaitu selama 1
bulan atau 30 hari yang dimulai pada Hari Kamis tanggal 3 Januari 2019 dan
selesai pada Hari Sabtu tanggal 3 Februari 2019. Praktek kerja lapangan industri
dilaksanakan setiap hari senin s/d jum’at pada 08.00 wib – 17.00 wib.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan industri (PKLI) yaitu di PT PLN
(PERSERO) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara UP3 (Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan JL Raja Inal Siregar, No. 11 Km. 4,
Batu Nadua, Padang Sidempuan-sumatera utara. (Phone : +62 634 23105).

H. Gambaran Umum Perusahaan


a. Sejarah singkat PT PLN (persero) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara
UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan.
Sejarah keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari
dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika
perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM / OGEM membangun sentral listrik
di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl.
Listrik No. 12 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung
Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di
Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai
tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bergeraklah
aksi karyawan perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih
perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik
yang diambil alih itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah RI yakni kepada
Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu maka
dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai
Hari Listrik.
Dalam suasana hubungan antara Indonesia dan Belanda yang makin
memburuk, maka pada tanggal 3 Oktober 1953 terbitlah Surat Keputusan Presiden
No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta
Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Setelah aksi
ambil alih itu maka sejak tahun 1955 berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi
Cabang Sumatera Utara (yang meliputi daerah Sumatera Timur dan Tapanuli) yang
berpusat di Medan.
Pada bulan Maret 1958 dibentuk Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik
dan Gas (P3LG) yang merupakan gabungan antara pengusahaan listrik dan
pengusahaan gas. Dalam perjalanannya, pada tahun 1959 P3LG berubah menjadi
Direktorat Djenderal PLN (DDPLN). Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU –PLN) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No.
16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan
listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah namanya menjadi
PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari1965, BPU-PLN dibubarkan melalui
Peraturan Menteri PUT No. 9 /PRT/64 dan kemudian dibentuklah 2 perusahaan
negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan
Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Kemudian dengan terbitnya
Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkanlah pembagian daerah kerja PLN secara
nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana PLN Sumatera Utara
ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I.
Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara
tersebut, maka dengan Surat Keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/1966
tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu
sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, dan Pematang Siantar (yang
berkedudukan di Tebing Tinggi). Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972
mengubah bentuk perusahaan menjadi Perusahaan Umum (PERUM) yang isinya
mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan
hak, wewenang dan tanggung jawab untuk membangkitkan, menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam Surat Keputusan
Menteri PUTL No. 01/PRT/73 menetapkan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah
menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera
Utara. Menyusul kemudian terbit Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang
mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II
berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Dengan berlakunya undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan, Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara ditetapkan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik, maka pada tanggal 16 Juni
1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.23/1994 yang isinya menetapkan status PLN
yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya
menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di Sumatera
Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat. Hal ini
ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas
kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya.
Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara
dimasa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa
kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 078.K/023/DIR/1996
tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru bidang jasa pelayanan
kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan
Penyaluran Sumatera Bagian Utara.
Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkitan dan
Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN (Persero) Wilayah II,
maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola oleh
PT PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN
Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero) Wilayah
II berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun
2003 PT PLN (Persero) Wilayah II berubah namanya menjadi PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara.
Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi
keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km2, dimana
sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecilberada di Pulau
Nias. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan 417
kecamatan dan 5.856 desa/kelurahan.
PT. PLN (Persero) Cabang Padangsidimpuan sendiri pada awalnya
merupakan Ranting dari PT. PLN (Persero) Cabang Sibolga, yang kemudian berubah
menjadi PT. PLN (Persero) Cabang Padangsidimpuan karena semakin
meningkatnya kebutuhan listrik dalam masyarakat. PT. PLN (Persero) Cabang
Padangsidimpuan terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 11 KM. 4 Batu Nadua
Padangsidimpuan. PT. PLN (Persero) Cabang Padangsidimpuan sekarang menaungi
beberapa Ranting dan Rayon, yaitu :
1. Rayon padangsidimpuan kota
2. Rayon Sipirok
3. Rayon Gunung tua
4. Rayon Sibuhuan
5. Rayon panyabungan
6. Rayon natal
7. Rayon Kota nopan

b. Visi dan Misi PT PLN (PERSERO) Unit Induk Wilayah Sumatera Utara
UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan.
 VISI PLN
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
 MISI PLN
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang usaha lain yang terkait berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
 MOTTO PLN
listrik untuk kehidupan yang lebih baik.

c. Struktur Organisasi PT PLN (PERSERO) Unit Wilayah Sumatera Utara


UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan.
Seiring berkembangnya suatu perusahaan diperlukan pula tanggung jawab yang
besar dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Agar perusahaan
dapat berjalan dengan baik maka perusahaan membentuk wadah yang disebut
organisasi, yang di dalamnya terdapat hubungan antar komponen bagian pada posisi
dalam suatu perusahaan. Susunan dari organisasi tersebut disebut juga dengan
struktur organisasi. Struktur ini mengandung spesialisasi kerja, standardisasi,
koordinasi, sentralisasi, atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran
satuan kerja.
Dengan adanya struktur organisasi maka pembagian tugas dalam perusahaan
dapat diselesaikan dengan ketentuan yang berlaku. Struktur organisasi juga
memberikan stabilitas dan aktivitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup serta
mengkoordinasikan hubungan dengan lingkungan. Guna mencapai tujuan perusahaan
setiap individu harus melakukan tugas dan tanggung jawab sebagaimana yang telah
digariskan dan membantu individu untuk beinisiatif dan mendedikasikan dirinya
dalam melakukan pekerjaan di bidangnya.

Struktur organisasi pada PT. PLN (Persero) Cabang Padangsidimpuan


merupakan tipe struktur organisasi garis dan staff. Dalam struktur ini terdapat
beberapa orang staff yang berfungsi sebagai orang yang ahli dalam bidang tertentu,
bertugas memberi pendapat dalam bidangnya kepada pimpinan di dalam suatu
organisasi.
Berdasarkan Keputusan Pimpinan PT. PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA
UTARA No. 010.K/PW.SU/2005 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana
cabang, uraian tugas, wewenang, tanggung jawab, dan fungsi karyawan PT. PLN
(Persero) Cabang Padangsidimpuan adalah sebagai berikut :
1. Manajer Cabang
Adapun tugas pokok dari manajer cabang yaitu mengelola dan melaksanakan
kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayaan pelanggan, pengoperasian dan
pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara efisien
sesuai tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan kebijakan Kantor Induk untuk
menghasilkan pendapatan perusahaan yang didukung dengan pelayanan, tingkat
mutu dan keandalan pasokan yang baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
serta melakukan pembinaan dan pemberdayaan unit asuhan dibawahnya.

2. Asisten Manajer Distribusi

Adapun tugas pokok dari asisten manajer distribusi yaitu mengkoordinasikan


perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik
yang efektif dan efisien dengan mutu serta keandalan yang baik dan menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, asisten
manajer distribusi memiliki fungsi :
a. Merencanakan pengembangan sistem pendistribusian tenaga listrik untuk
meningkatkan mutu dan keandalan pendistribusian tenaga listrik.
b. Merencanakan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga
listrik.
c. Merencanakan dan melaksanakan pembangunan sarana pendistribusian
tenaga listrik dan bangunan sipil.
d. Merencanakan kebutuhan material untuk pengoperasian dan pemeliharaan
sarana pendistribusian tenaga listrik.
e. Mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan sistem
pendistribusian tenaga listrik.
f. Malaksanakan pelayanan gangguan pendistribusian tenaga listrik.
g. Menyusun RAO/UAI bagian distribusi.
h. Mengkaji dan mengevaluasi mutu dan keandalan pendistribusian tenaga
listrik yang menunjang tingkat mutu pelayanan.
 Supervisor Operasi Distribusi
Adapun tugas pokok dari supervisor operasi distribusi yaitu melaksanakan
pengoperasian sistem pendistribusian tenaga listrik dan penerbitan penggunaan
jaringan distribusi tenaga listrik kepada pelanggan.Untuk melaksanakan tugas pokok
tersebut, supervisor operasi distribusi memiliki tugas :
a. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan gardu serta
jaringan distribusi tenaga listrik.
b. Melaksanakan kegiatan pengaturan operasional sistem pendistribusian
tenaga listrik.
c. Melaksanakan pelayanan/penanggulangan gangguan jaringan tegangan
rendah, gardu distribusi, alat pembatas dan pengukur (APP) rangkaian
ke pelanggan.
d. Melaksanakan penyusunan sasaran operasi pemeriksaan APP
pelanggan.
e. Melaksanakan pembuatan berita acara pemeriksaan dan penyimpangan
dokumen serta bukti penyalahgunaan jaringan listrik kepada pelanggan.
 Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Adapun tugas pokok dari supervisor pemeliharaan distribusi yaitu
melaksanakan pemeliharaan jaringan distribusi dan peneraan alat pembatas dan
pengukur (APP) rangkaian sambungan untuk pelanggan.Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, supervisor pemeliharaan distribusi memiliki tugas :
a. Melaksanakan pengawasan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga
listrik

b. Melaksanakan peneraan alat pembatas dan pengukur (APP) rangkaian


jaringan sambungan untuk pelanggan.
c. Melaksanakan peneraan alat pembatas dan pengukur (APP) rangkaian
jaringan sambungan untuk pelanggan.
d. Melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan jaringan tegangan
menengah, jaringan tegangan rendah, sambungan rumah dan APPnya.
e. Melaksanakan pemasangan dan pembongkaran sambungan rumah dan
APPnya.
3. Asisten Manajer Pemasaran

Adapun tugas pokok dari asisten manajer pemasaran yaitu melaksanakan


kegiatan penyusunan prakiraan kebutuhan tenaga listrik, penjualan tenaga listrik,
penyuluhan dan survei data pelanggan tenaga listrik di wilayah kerjanya. Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, asisten manajer pemasaran memiliki fungsi :
a. Melakukan penyusunan rencana penjualan tenaga listrik dan langkah
pencapaiannya.
b. Melaksanakan penyuluhan dan pemberian informasi tentang ketenagalistrikan
dan prosedur pelayanan kepada calon pelanggan/pelanggan/masyarakat.
c. Melaksanakan pembinaan forum komunikasi dengan pelanggan tenaga
listrik di wilayah kerjanya.
d. Merencanakan pengembangan dan pembinaan sarana pembayaran rekening
listrik (payment point).

4. Asisten Manajer Komersial


Adapun tugas pokok dari asisten manajer komersial yaitu melakukan upaya
pencapaian pendapatan, penyelamatan pendapatan dari penjualan tenaga listrik, dan
melaksanakan kebijakan penjualan tenaga listrik serta menerapkan tata kelola
peusahaan yang baik. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, asisten manajer
komersial memiliki fungsi :
a. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pada bagian komersial.
b. Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan pelanggan sesuai
kebijakan manajemen.
c. Menyusun RAO/UAI bagian komersial secara berkala.
d. Mengkaji laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan
pelanggan untuk mengetahui hambatan-hambatan dan usaha mencari
penyelesaiannya.

 Supervisor Pembacaan Meter


Adapun tugas pokok dari supervisor pembacaan meter yaitu melaksanakan
pembacaan stand KWh meter, sebagai dasar proses pembuatan rekening dan
melaksanakan pengawasan pelaksanaan pembacaan meter yang dilakukan oleh pihak
out sourching. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor pembacaan
meter memiliki tugas:
a. Mempelajari prosedur dan pedoman pembacaan stand KWh meter.

b. Membuat Route Baca Meter berdasarkan perkembangan dan pertumbuhan


pelanggan.
c. Melakukan pengawasan terhadap hasil pembacaan meter yang dilakukan oleh
pihak out sourching dengan melakukan uji petik.
d. Mencatat adanya kelainan-kelainan atas hasil baca stand meter dan
melakukan kajian sebagai laporan kepada manajemen.
e. Membuat laporan pembacaan stand meter sebagai dasar proses pembuatan
rekening.
 Supervisor Tata Usaha Langganan (TUL)
Adapun tugas pokok dari supervisor tata usaha langgangan (TUL) yaitu
melaksanakan kegiatan administrasi tata usaha langganan meliputi pelayanan
pelanggan, administrasi langganan, penagihan, dan kegiatan pemutusan dan
penyambungan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor tata usaha
langganan (TUL) memiliki tugas :
a) Melaksanakan inventaris piutang listrik.
b) Memberikan informasi tentang BP dan UJL kepada calon pelanggan.
c) Mengelola data pelanggan meliputi jumlah, jenis tarif, dan penggolongan
rekening listrik.
d) Mengelola DIL dalam rangka pengusahaan penjualan tenaga listrik.
e) Melakukan perhitungan pemakaian rekening.

f) Mengevaluasi KWh meter yang terpakai akibat pemakaian illegal sebagai


dasar penurunan susut jaringan.
g) Melaksanakan penjualan rekening listrik berdasarkan rekening yang tercetak.
h) Melakukan pembukuan piutang listrik.
i) Melaksanakan kegiatan penagihan rekening.
j) Melaksanakan kegiatan pengawasan piutang listrik.
k) Melakukan pengawasan atas pendapatan dari hasil penjualan rekening.
 Supervisor Sistem Informasi
Adapun tugas pokok dari supervisor sistem informasi yaitu melaksanakan
kegiatan perencanaan, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi teknologi
informasi dalam rangka menunjang pelayanan penjualan tenaga listrik. Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor sistem informasi memiliki tugas :
a. Mengkoordinasikan dan melayani proses pengolahan data dari asisten
manajer dalam rangka pemenuhan kebutuhan manajemen.
b. Membuat program aplikasi untuk kebutuhan user.
c. Memelihara sistem aplikasi yang telah dioperasikan oleh user.
d. Mengembangkan sistem aplikasi dalam rangka peningkatan pelayanan
pelanggan.

e. Mengevaluasi sistem aplikasi yang telah ada dan melakukan modifikasi


sesuai kebutuhan manajemen.
f. Melakukan pencetakan rekening penjualan tenaga listrik.

5. Asisten Manajer Keuangan


Adapun tugas pokok dari asisten manajer keuangan yaitu mengkoordinasikan
penyelenggaraan pengelolaan anggaran, keuangan, perpajakan dan asuransi sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen dan membuat laporan keuangan dan akuntansi
yang akurat dan tepat waktu. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, asisten
manajer keuangan memiliki fungsi :
a) Mengkoordinir pelaksanaan tugas-tugas di lingkungan bagian kuangan.
b) Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
sesuai kebijakan manajeman.
c) Mengkoordinir usulan RAO/UAI sesuai kebutuhan unit pelaksana unit
asuhannya.
d) Menyusun laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
keuangan.
 Supervisor Pengendalian Anggaran dan Keuangan
Adapun tugas pokok dari supervisor pengendalian anggaran dan keuangan yaitu
menyusun rencana kerja dan anggarannya serta melaksanakan pengelolaan dana dan
alur kas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor pengendalian
anggaran dan keuangan memiliki tugas :
a. Menyiapkan rencana kerja dan anggarannya.
b. Mengelola pelaksanaan alur kas.
c. Mengusulkan permintaan AT.
d. Memonitor proses dropping atas AT yang telah terbit.
e. Mengevaluasi kelengkapan administrasi berkas tagihan.
f. Mengusulkan proses bayar atas tagihan yang telah lengkap.
g. Membuat pelaporan pajak.
h. Melaksanakan rekonsiliasi Bank Pembiayaan (imprest).
i. Melakukan opname fisik uang.

 Supervisor Pendapatan
Adapun tugas pokok dari supervisor pendapatan yaitu melaksanakan
pemantauan anggaran belanja dan pendapatan cabang, pengurusan asuransi dan
pencatatan pajak perusahaan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor
pendapatan memiliki tugas :
a) Melakukan pemantauan anggaran belanja dan pendapatan cabang.
b) Mengevaluasi hasil pelunasan penjualan tenaga listrik.
c) Mengevaluasi hasil penerimaan BP dan UJL.
d) Mengevaluasi pelaksanaan transfer otomatis Bank Receipt.
e) Melakukan rekonsiliasi bank penerimaan (receipt).
f) Melaksanakan rekonsiliasi pendapatan operasi lainnya dengan Supervisor
TUL.
g) Mengusulkan biaya pembayaran materai dibayar dimuka atas rencana
penjualan rekening listrik.
h) Membuat daftar PPJ lunas per Kabupaten dan mengusulkan pembayaran
PPJ ke instansi terkait.
i) Melakukan rekonsiliasi penerimaan dan penyetoran PPJ ke instansi terkait.
 Supervisor Akuntansi
Adapun tugas pokok dari supervisor akuntansi yaitu melaksanakan pencatatan semua
transaksi, aktiva lancar, aktiva tetap, PDP, kas Bank serta inventarisasi aktiva tersebut
di atas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan Kebijakan Direksi.Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor akuntansi memiliki tugas :
a) Melaksanakan inventarisasi aktiva lancar, aktiva tetap, PDP dan material
PDP.
b) Melaksanakan pencatatan semua transaksi perusahaan yang menyangkut
investasi dan operasi aktiva lancer.
c) Melaksanakan pencatatan aktiva tetap dan PDP/material PDP.
d) Melakukan rekonsiliasi piutang listrik, penjualan dan piutang ragu-ragu.
e) Membuat kartu pengendalian hutang, persekot, Pump KPR/BPRP dan yang
mendukung laporan keuangan.
f) Membuat laporan keuangan bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
g) Melaksanakan penyajian data yang terkait dengan penyusunan RKAP dan
realisasi kinerja.

6. Asisten Manajer SDM dan Administrasi


Adapun tugas pokok dari asisten manajer SDM dan administrasi yaitu
melaksanakan pengelolaan kepegawaian, kesekretariatan, perbekalan dan
keamanan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, asisten manajer SDM dan
administrasi memiliki fungsi :
a. Merencanakan pengembangan sumber daya manusia.
b. Melakukan kajian dan pengembangan organisasi dalam rangka usulan
perubahan struktur organisasi.
c. Melaksanakan tata usaha penggajian dan pengupahan.
d. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan pegawai.
e. Melaksanakan pengadaan material dan jasa borongan untuk pengoperasian
dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
f. Melaksanakan penyimpanan dan pengendalian persediaan material
pengoperasian dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
g. Merencanakan kebutuhan sarana kerja.
h. Melaksanakan kegiatan kesekretariatan dan rumah tangga.

 Supervisor Sumber Daya Manusia


Adapun tugas pokok dari supervisor sumber daya manusia yaitu melaksanakan
kegiatan perencanaan pengurusan sumber daya manusia. Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, supervisor sumber daya manusia memiliki tugas :
a. Merencanakan kegiatan pengembangan SDM.
b. Melaksanakan rencana kebutuhan diklat pegawai.
c. Mengelola kegiatan administrasi SDM termasuk pemeliharaan data base
pegawai (SIPEG dan Dosier Pegawai).
d. Melaksanakan kegiatan tata usaha penggajian dan pengupahan sumber daya
manusia.
e. Mengelola kesesuaian peraturan internal dengan ketentuan ketenagakerjaan.
f. Memproses administrasi mutasi pegawai.
g. Mengelola pelaksanaan SMUK pegawai.
h. Mengelola administrasi pelaksanaan TP2DP di unit pelaksana.
i. Melaksanakan kegiatan administrasi kesejahteraan pegawai.

 Supervisor Sekretariat
Adapun tugas pokok dari supervisor sekretariat yaitu melaksanakan kegiatan tata
usaha kesekretariatan dan pengurusan kegiatan pengurusan rumah tangga serta
keamanan lingkungan kantor. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor
sekretariat memiliki tugas :
a) Menyelenggarakan kegiatan administrasi kesekretariatan dan kearsipan.
b) Merencanakan kebutuhan kerja.
c) Mengevaluasi kebutuhan fasilitas dan sarana kantor serta rumah jabatan.
d) Melaksanakan pengamanan kegiatan rumah tangga satuan organisasi terkait.
e) Melaksanakan pengurusan surat-surat tanah.
f) Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat.
 Supervisor Perbekalan
Adapun tugas dari supervisor perbekalan yaitu melaksanakan standard sarana
pelayanan dan mengevaluasi kebutuhan sarana kantor dan fasilitas yang dimiliki
perusahaan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, supervisor perbekalan
memiliki fungsi :
a) Melaksanakan ketatausahaan perbekalan baik untuk material investasi,
operasi dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik dan alat tulis
kantor.
b) Melaksanakan penyimpanan barang dan pengamanannya.
c) Melaksanakan pelayanan penerimaan dan pengeluaran barang
d) Mengelola pelaksanaan administrasi barang-barang gudang.
d. Struktur organisasi PT PLN (persero) Unit Wilacyah Sumatera Utara
UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Padangsidimpuan.

MANAJER AREA

RONNY AFRIANTO

SUPERVISOR PELAKSANA PENGADAAN) ASSISTANT ANALYST KINERJA


CHANDRA ERICK M.P LBN PANINGKOSAN

JUNIOR OFFICER ADMINISTRASI ANALYST MANAJEMEN MUTU


PENGADAAN
YUSNELLY AMRIN DAHMI DAULAY

NELLI LAMRIA OKTAVIANA SIAGIAN SUMARIANTO

ASISTEN MANAJER PELAYANAN ASISTEN MANAJER TRANSAKSI ENERGI ASISTEN MANAJER


ASISTEN MANAJER JARINGAN
DAN ADMINISTRASI LISTRIK PERENCANAAN
HASUDUNGAN SIAHAAN SYAHRIL LUBIS ANDANG LIMPAT BUDIYANTO, A.MD UMAR SIBARANI

ASSISTANT / JUNIOR
OFFICER LOGISTIK

ALVI SYAHRIN

JEFRI ARDIANSYAH

AFIT

SUPERVISOR PELAYANAN SUPERVISOR PEMELIHARAAN METER SUPERVISOR TRANSAKSI ENERGI SUPERVISOR PENGENDALIAN
SUPERVISOR OPERASI SUPERVISOR PEMELIHARAAN SUPERVISOR K3L SUPERVISOR ADMINISTRASI UMUM SUPERVISOR PENGENDALIAN SUSUT SUPERVISOR PERENCANAAN SISTEM
PELANGGAN TRANSAKSI LISTRIK KONSTRUKSI
RISTON SIHALOHO MAS IRVANSYAH ASMAR LUTHFI LUBIS DOLI ULI SAUT SITOMPUL HERYANTO SIBURIAN ADIL DAULAT TANJUNG KHATIB LUBIS IRWANSYAH PUTRA PANJAITAN DODY ABDI PULUNGAN KARNOVA PANGIDOAN SIHOMBING

ASSISTANT / JUNIOR ANALYST ASSISTANT ENGINEER


ASSISTANT / JUNIOR OPERATOR ASSISTANT / JUNIOR ENGINEER / TECHNICIAN JUNIOR ENGINEER K3 DAN ASSISTANT / JUNIOR ANALYST ADM AKUTANSI ASS / JUN ENG PENGENDALIAN ASS / JUN ENG PEMELIHARAAN METER ASS / JUN ENG PERENCANAAN DAN ASSISTANT ENGINEER PERENCANAAN
PEMASARAN DAN PELAYANAN
DISTRIBUSI PEMELIHARAAN DISTRIBUSI LINGKUNGAN DAN KEUANGAN SUSUT DAN LPJU TRANSAKSI PENGENDALIAN APP DAN EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI
PELANGGAN PENGENDALIAN KONSTRUKSI

MUHAMMAD ALI JINNA REZA HERYANTO ZULBAHREIN HASIBUAN MARTA IDA PANDIANGAN ZALDI ZULFIKAR ASNI SITI RATNASARI WANDASYAH PUTRA SAMOSIR ALBI APRIANTIYO RAFIQ SAIMURI

JUNIOR TECHNICIAN K3 DAN ASSISTANT / JUNIOR OFFICER ADM ASS / JUN ENG PENERTIBAN ASS / JUN OFFICER PENGELOLAAN
EDI SISWANTO SINAGA MOCH ARIS NUGRAHA
LINGKUNGAN
MUHAMMAD THOHIR BAYU
PENGELOLAAN PENDAPATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
AKBAR SALIM REDHO AFRIAN PUTRA
REKENING

PANJI LURO PUTRA ABDUL HAMID PUTRA TAMA RAHMAD KURNIA RITONGA RUDY FERNANDO P FRANSISKA NOVERMA

ASSISTANT / JUNIOR OFFICER ASS / JUN OFFICER PEMBACAAN


ROBERT SIREGAR WAHYU AJI VERNI ELPINA PRIDA
ADMINISTRASI TEKNIK METER DAN METER ELECTRIK

ASSISTANT / JUNIOR OFFICER ASS / JUN OFFICER ADM


ADMINISTRASI TEKNIK
BERTA NURRIZKIYAH TUSSOLEHA
PELANGGAN
WAYU DWIAFRIDHO

Gambar 1.1 struktur organisasi


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Deskripsi Umum JTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu
kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah
upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas
persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang
Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun
2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria
enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman
minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan
tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan
Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan
Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan
Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan
sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian
daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan
pada tegangan 20 kV.Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di
Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator
penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit
untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-
coming) transformator distribusi 20 kV - 231/400V.
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi
termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini
terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan
di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang
ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan
factor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase
atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan
manusia.Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila
penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half
insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap
tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan
temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.

Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

2. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)


Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk
penyaluran daya yang sama.Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya
yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan
dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Gambar 2.2 Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM)
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)
sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama
peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan
SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal /
meningkatkan keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar, termasuk dalam
kelompok SKTM adalah :
1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable.
2. SKTM laut – Submarine MV Cable
Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk penyaluran
daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh penghantar per Fase dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan sesuai keamanan ketenagalistrikan. Penerapan
instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara Tegangan
Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi
konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan perhatian.

2.2. Komponen Utama Konstruksi SUTM


1. Penghantar
 Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin
bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987 Pilihan konduktor
penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau AAAC.
Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)


Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE
(croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi
SPLN No 43-5-6 tahun 1995.

 Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)

XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan


tegangan Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus
digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5- 2:1995-
Kabel

Gambar 2.3. Penghantar Berisolasi Penuh (Three Single Core)

2. Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/ travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
 Isolator Tumpu
Pin- Insulator Pin-Post insulator Line-Post insulator

Gambar 2.4. Jenis - jenis Isolator Tumpu


 Isolator Tarik
Piringan Long-Rod Keterangan

Material dasar isolator


Long-Rod dapat berupa
keramik atau gelas atau
polimer

Gambar 2.5. Jenis - jenis Isolator Tarik

3. Peralatan Hubung (Switching)


Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud
kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS),
selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

Fused Cut-Out Load Break Switch

Gambar 2.6. Contoh Letak Gambar 2.7. Contoh Letak Pemasangan


Pemasangan Load break Switch
Fused Cut Out (FCO)

4. Tiang
 Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan
sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
 Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi
untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan
dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total
biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat di
wilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
 Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN
karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk
terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.

2.3. Spesifikasi Teknis Material


 Spesifikasi Penghantar
Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC. Untuk kawat
petir (shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas penampang 16 mm2. Kawat
ACSR digunakan untuk kondisi geografis tertentu (antara lain memerlukan bentangan
melebihi jarak standar untuk memperkecil andongan dan memperkuat gaya mekanis).
 Spesifikasi Konstruksi Tiang
Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi harus
memenuhi SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi. Spesifikasi
Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran Udara Tegangan Menengah ,
sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang Besi Baja dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM

Beban kerja (daN) 100 200 350 500 800 1200


C - 114,3 165,2 190,7 216,3 267,4
Diameter bagian-bagian tiang [mm] B - 165,2 190,7 267,4 318,5 355,6
A - 190,7 267,4 318,5 355,6 406,4
C - 5.6 4,5 4,5 6 6
Tebal pipa [mm] B - 6 7 8 8 8
A - 7 7 9 8 12
C - 2500 2500 2500 2500 2500
Panjang bagian-bagian tiang B - 2500 2500 2500 2500 2500
[mm] A - 6000 6000 6000 6000 6000
TT
Lenturan pada beban kerja [mm] - 196 144 142 108 106
Tebal selongsong [mm] - 7 7 9 8 12
Panjang selongsong [mm] - 600 600 600 600 600
Berat tiang [kg] - 306 446 564 700 973

Tabel 2.2 Spesifikasi Tiang Beton Bulat untuk SUTM

Panjang Tinggi titik Diameter Beban Panjang Tinggi titik Diameter Beban
(m) Tumpu/batas (cm) Kerja (m) Tumpu/batas (cm) Kerja
tanam (m) (daN) tanam (m) (daN)
9 1,5 15,7 100 13 2,2 19 200
15,7 200 19 350
19 350 19 500
19 500 22 800
22 800 22 1200
22 1200
11 1,9 19 200 14 2,4 19 200
19 350 19 350
19 500 19 500
22 800 22 800
22 1200 22 1200
12 2,0 19 200
19 350
19 500
22 800
22 1200

 Jenis Isolator
Isolator tumpu dan isolator tarik yang digunakan dapat dengan material dasar
keramik atau gelas ataupun polimer. Dimensi dan kekuatan jenis-jenis isolator tumpu
dan tarik dapat dilihat pada gambar konstruksi.

 Jenis Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat penghantar.
Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Joint Sleeve Connector Yaitu jenis konektor yang digunakan
untuk sambungan penghantar pada posisi lurus.
b. Paralel Groove Connector adalah jenis konektor yang
digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan.
c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka
pasang)

Gambar 2.8. Life Line Connector (LLC)

Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan penghantar
pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk
sambungan penghantar pada titik pencabangan.Live Line connector adalah jenis
konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB).

 Peralatan Hubung (Switching)


Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan switching untuk optimasi operasi
distribusi. Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

 Peralatan Proteksi Jaringan SUTM


1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )
2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer) Penghantar
tanah (Shield Wire)
2.4. Konstruksi SUTM
1. Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-benda
disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan
pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain
dapat dilihat pada tabel 4.1. Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman
minimal adalah 1 m baik vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR,
jarak minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm.

Tabel 2.3 Jarak aman SUTM


No. Uraian Jarak Aman
1. Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter
2. Balkon rumah ≥ 2,5 meter
3. Atap rumah ≥ 2 meter
4. Dinding Bangunan ≥ 2,5 meter
5. Antena TV/ radio, menara ≥ 2,5 meter
6. Pohon ≥ 2,5 meter
7. Lintasan kereta api ≥ 2 meter dari atap kereta
8. Underbuilt TM – TM ≥ 1 meter
9. Underbuilt TM – TR ≥ 1 meter

2. Spesifikasi Konstruksi SUTM


Secara rinci standar konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai berikut :
 Konstruksi SUTM sistem 3 Kawat
a. Konstruksi SUTM Sirkit Tunggal
 Konstruksi tiang Penumpu (Line Pole) dan kelengkapannya Konstruksi ini
dipasang untuk lintasan jaringan SUTM 0° - 15° dengan 3 buah isolator
tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x 2000.

 Konstruksi tiang Sudut KeciL dengan sudut 15° s/d 30° dan kelengkapannya.
Konstruksi ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut 15°- 30° dengan
6 buah isolator tumpu, 2 buah cross arm UNP 10 x 2200.
 Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 30°- 60° dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah
cross arm UNP 10 x 2200.
 Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 60°- 90° dan
kelengkapannya Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator
tumpu dan 4 buah cross arm UNP 10 x 2000.
 Konstruksi tiang awal (Riser Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel
naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini terpasang 3 set isolator tarik,
2 buah cross arm UNP 10 x 2000, lightning arrester, pipa galvanis pelindung
kabel diameter 4 inci, dan instalasi pembumian. Kekuatan tiang disesuaikan
dengan besarnya penampang penghantar yang digunakan.
 Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang jaringan.
Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan tiang awal atau tiang
dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus di tambah 2 set konstruksi
Topang tarik dengan arah berlawanan. Pada konstruksi ini terpasang 6 set
isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.
 Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)
Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang
awal tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah dengan 1 buah
isolator tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak memungkinkan penggantian
tiang dengan kekuatan tarik yang lebih besar.
 Konstruksi saklar tiang (Pole Switch)
Konstruksi ini di pasang untuk maksud - maksud manuver jaringan atau
pemeliharaan . Terdapat 2 jenis saklar tiang Pole Top Switch yang hanya
berfungsi sebagai pemisah.Pole Top Load Break Switch yang berfungsi
sebagai pemutus beban. Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik
sekurang-kurangnya 350 daN. Semua BKT harus di bumikan.
 Konstruksi Pembumian.
Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif Terbuka
konstruksi tiang untuk setiap 3 gawang dan instalasi lightning arrester.
Konstruksi ini memakai penghantar pembumian jenis tembaga, bimetal joint,
penghantar alumunium dan elektroda pembumian.
 Konstruksi tiang akhir (End Pole).
Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal dengan atau
tanpa kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan tarik sesuai
penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil di tambah
konstruksi topang tarik.
 Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :
- Topang tarik ( Down Guy Wire / Trekskur)
- Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)
- Kontramast (Span Guy Wire)
b. Konstruksi SUTM Sirkit Ganda
Konstruksi SUTM sirkit ganda pada dasarnya sama dengan konstruksi SUTM sirkit
tunggal, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Panjang tiang sekurang-kurangnya 12 meter.
2. Posisi tiang sudut, tiang akhir harus diperkuat dengan konstruksi penopang.
3. Tidak menggunakan satu tiang awal untuk atau arus kabel naik TM.
4. Kebutuhan material konstruksi menjadi dua kali lebih banyak pada satu
tiang konstruksi.
5. Tidak memasang saklar tiang pada tiang yang sama.
6. SUTM dioperasikan dari Transformator yang sama.
7. Instalasi Load Break Switch pada jaringan SUTM Lurus
c. Konstruksi Penopang Tiang

1. Instalasi guywire/treckschoor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul
beban mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
a. Konstruksi guy wire/treckschoor.
b. Konstruksi down Guy wire/treckschoor ( topang tarik ).
c. Konstruksi over head guy wire/treckschoor ( kontramast).
d. Konstruksi drukschoor / Strut Pole.
e. Instalasi patok guywire/treckschoor.
2. Konstruksi penghantar pengikat (bending wire) SUTM pada isolator
tumpu dengan menggunakan bending wire atau Preformed Tie

3. Konstruksi transisi SUTM horizontal ke SUTM Vertikal


SUTM vertikal digunakan bilamana jarak aman penghantar dengan bangunan
sekitarnya sangat terbatas sehingga tidak dimungkinkan pemasangan cross arm
horizontal. Konstruksi isolator yang berjajar vertikal – menggunaan tiang beton
dengan panjang tinggi 12 m. Konstruksi SUTM Underbuild pada SUTM eksisting
tiang 11 m, sebaiknya dihindari mengingat kemungkinan dipakai bersama Jaringan
Tegangan Rendah.
4. Konstruksi Khusus
Konstruksi SUTM crossing sungai/tebing dengan menggunakan 3 tiang beton 500
daN untuk bentang maksimum 70 m. Konstruksi SUTM crossing sungai / tebing
dengan menggunakan 4 tiang 500 daN beton untuk bentang maksimum 70 m.
Konstruksi ini tidak distandarkan mengingat sifatnya dalah konstruksi khusus.

 Konstruksi SUTM sistem 4 Kawat ( Jaringan SUTM dengan Penghantar


Netral ) SUTM sistem 4 kawat merupakan konstruksi SUTM dengan ciri- ciri
pemakaian panghantar Netral pada sistem Tegangan Menengah yang di bumikan pada
tiap-tiap tiang. Penghantar Netral sisi Tegangan Menengah ini juga merupakan
penghantar Netral sisi Tegangan Rendah, sehingga dinamakan sistem distribusi
dengan Penghantar Netral Bersama ( Multi Grounded Common Netral ). Pada sistem
ini konstruksi satuan udara menggunakan banyak model konstruksi , vertikal, delta,
horizontal simetris, baik untuk konstruksi Fasa-3 maupun Fasa-1.

1. Konstruksi SUTM Tunggal


 Konstruksi Tiang Penumpu dan Kelengkapannya
Konstruksi dipasang vertikal, Delta, Horizontal. Untuk konstruksi Vertikal dan Delta
memakai Cross Arm Pole Mounted Bracket dengan Post Insulator, Line Post dan
String Insulator. Sementara Penghantar Netral memakai konstruksi Insulator Shak’le
ANSI 53-4 dan Pin 52-2, dan di bumikan pada tiap tiang.
 Konstruksi tiang Sudut kecil
Pada konstruksi Fasa-1 dengan Pole Mounting Bracket dan Horizontal Bracket
memakai isolator jenis Post type dan Penghantar Netral memakai insulator Rusi 52-2
(0° - 10°) dan Ansi 53-4 (10° - 25°).Untuk sudut lintasan sampai dengan 30°,
memakai 2 buah Horizontal Bracket. Untuk Fasa-3 sama dengan konstruksi Fasa-3
sistem 3 kawat pada butir IV.2.1.

 Konstruksi tiang Awal


Konstruksi tiang awal Fasa-3 pada sistem 4 kawat sama dengan uraian pada butir
IV.2.1 hanya terdapat batasan isolator Ansi 53-4 untuk Penghantar Netral.

 Konstruksi tiang Peregang


Konstruksi tiang peregang hanya dipakai pada sistem Fasa-3 dengan uraian sama
dengan butir IV.2.1.( Di dalam aplikasi sistem Fasa-3 – 4 kawat ini di Jawa Tengah
tidak mengenal konstruksi Tiang Peregang ).

 Konstruksi tiang Pencabangan


Pada konstruksi tiang pencabangan Fasa-1 dari Fasa-3 ( saluran utama ) memakai
konstruksi Fused Cut-Out sebagai pengaman jaringan dan konstruksi Isolator supension.
Untuk konstruksi pencabangan pada Fasa-3 konstruksi pencabangan yang dipakai
sama dengan uaraian pada butir IV.2.1.
 Konstruksi tiang Akhir
Pada konstruksi Fasa-1, tiang akhir pada umumnya juga adalah konstruksi gardu
Trafo Fasa-1 yang dilengkapi dengan Lightning Arrester dengan isolator suspension
TM dan isolator Ansi 33-4 Penghantar netral. Sementara pada konstruksi Fasa-3 nya
sama dengan uraian pada butir IV.2.1.Pada konstruksi Vertikal tetap memakai
konstruksi Dead End Isolator suspension.
 Konstruksi Penopang Tiang
Pada sistem Fasa-3 4 kawat ini, Penopang tiang / Guy wire tidak dilengkapi dengan
isolator Guy ( TOEI Insulator ).Pada bagian atas langsung di bumikan menjadi satu
dengan pembumian Penghantar netral.
 Konstruksi Pembumian
Penghantar Netral di bumikan pada tiap tiang. Pembumian dengan elektroda bumi
pada konstruksi Lightning Arrester, gardu distribusi dan pada tiap-tiap 3 gawang /
jarak tiang.Nilai satuan Pembumian tidak melebihi 10 ohm. Pada jaringan dan 1 ohm
pada Lightning Arrester dan gardu.

 Konstruksi saklar Tiang


Saklar tiang baik merupakan pemisah atau pemutus beban di bumikan seluruh
bagian konduktif terbukanya. Instalasi pembumian juga dijadikan satu dengan
pembumian Penghantar netral. Saklar tiang dari jenis pemutus beban dilindungi
terhadap akibat petir dengan Lightning Arrester 5 KA pada sisi kiri – kananya.

2. Konstruksi SUTM Dua Sirkit (Ganda)


Konstruksi sirkit ganda pada saluran udara TM di bagi atas 2 proses :
 Tambahan saluaran pada tiang saluran yang sudah ada
 Konstruksi saluran ganda yang sama sekali baru
Pada tiang dengan saluran yang lama, jarak antara cross-arm lama dan baru
sekurang-kurangnya 80 cm; dengan tinggi andongan / lendutan yang sama.
Kebutuhan material sama dengan kebutuhan material untuk sirkit tunggal, dengan
tambahan topang tarik/tekan pada tiang sudut, tiang pencabangan dan tiang
akhir.Untuk jaringan dari pusat listrik/gardu induk yang sama, kebutuhan konstruksi
pembumian dapat di paralelkan saja pada konstruksi pembumian yang sudah ada.
Untuk konstruksi saluran udara TM ganda yang baru, kebutuhan material jaringan
sebanyak 2 kali konstruksi sirkit ganda. Instalasi pembumian dapat dijadikan satu,
sementara kekuatan tarik (Working Load) tiang sama dengan saluran dengan sirkit
ganda di tambah topang tarik. Kekuatan tarik tiang awal sekurang-kurangnya sebesar
2 x 500 daN dengan panjang sekurang-kurangnya 12 meter.

3. Konstruksi SUTM Tiga Sirkit


Konstruksi SUTM 3 sirkit pada 1 tiang sebaiknya dihindari, mengingat masalah
operasi pemeliharaan dan kontinuitas pelayanan.
2.5 Penyelenggaraan Konstruksi SUTM
a. Handling Transportasi
Pekerjaan pemindahan atau pengangkutan Penghantar atau Kabel harus dilakukan
secara hati-hati dan dilaksanakan sesuai ketentuannya. Untuk jarak pemindahan
pendek < 20 meter, haspel dapat digelindingkan dan didorong dengan arah berlawanan
gulungan kabel. Lintasan gulungan kabel harus dibersihkan dari batu-batu dan hambatan
lain. Untuk kondisi lintasan atau struktur tanah yang lunak supaya digunakan plat besi
setebal 6 s/d 10 mm. Untuk pengangkutan menggunakan kendaraan, kondisi haspel
harus dalam keadaan baik. Bila ada kerusakan haspel harus diperbaiki dan bila tidak
mungkin untuk diperbaiki kabel harus digulungkan pada haspel yang baru.
Menaikkan haspel kabel keatas truk dapat dilakukan dengan tenaga manusia, fork
lift, kran ataupun derek bermotor. Didalam truk haspel harus diganjal dan diikat agar
tidak tergulir. Cara lain untuk pengangkutan adalah dengan menggunakan “trailer”
kabel yang ditarik oleh mobil. Kemampuan peralatan / kendaraan yang digunakan
harus sesuai dengan berat kabel.
Penurunan kabel tidak boleh dilakukan dengan cara menjatuhkan kabel dari atas
truk. Penurunan dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada waktu penaikan.
Bila kabel yang akan diangkut panjangnya kurang dari 25 meter, pengangkutan-
pengangkutan dapat dilakukan tanpa haspel, kabel dapat dibuat dalam bentuk
lingkaran dengan jari- jari sekurang-kurangnya dari 15 x diameter kabel atau spiral
membentuk angka 8.

b. Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi :


1 Persiapan Peta Rencana dan Proses Perizinan
Sebelum melaksanakan pekerjaan penarikan penghantar/penggelaran kabel JTM,
perlu dilakukan persiapan teknis dan administratif, berupa :
1) Gambar Rencana Pelaksanaan
2) Izin Pelaksanaan
3) Gambar As Built Drawing Utilitas yang terpasang pada jalur rencana
pekerjaan
4) Dokumen-dokumen permintaan material
5) Persiapan Peralatan Kerja dan K2/K3
6) Izin Pelaksanaan Otoritas setempat
7) Pengawas Unit PLN terkait.

2 Survei dan Penentuan Lokasi Titik Tiang (Pole Staking)


Fungsi utama survei adalah menentukan rute / lintasan optimal konstruksi jaringan
yang akan dipasang. Kriteria utama survei :
- Lintasan konstruksi jaringan diusahakan merupakan garis lurus .
- Permukaan tanah dipilih antara satu titik ke titik lainnya mempunyai
ketinggian
yang sama atau kalaupun berbeda, dengan selisih sekecil-kecilnya
- Lintasan/Titik-titik lokasi tiang dioptimalkan dengan memperhatikan rencana
pengembangan wilayah/ jaring distribusi dikemudian hari.
- Bila jaringan berdekatan dari benda-benda lain (bangunan, pohon),
perhatikan jarak aman yang dipersyaratkan .
- Survei dilakukan sekurang - kurangnya oleh 2 orang untuk fungsi recheck dan
juga dilengkapi peralatan survei sekurang - kurangnya : Kompas, Rol meter
dan Rol Dorong.
No. Urutan kegiatan Uraian aktivitas
1 Penentuan titik-titik arah Tentukan titik -titik awal survey dengan dugaan awal
lintasan jarak +/- 50 m dan indikasikan dengan patok awal.
Antara titik satu dengan lainya merupakan garis lurus.
Perhatikan pula ketinggian tanah dan perkiraan tiang
yang akan dipasang. Berikan tanda pada sket , misal
antara B dan C permukaan tanah sangat rendah atau
titik C lebih rendah dari B. Data ini penting untuk
pemilihan panjang tiang yang berbeda.Penggunaan
theodolit dapat memudahkan pengukuran selisih
ketinggian.

2 Pengukuran jarak lintasan Ukur jarak antara titik penting dan membaginya menjadi
titik antara, dengan jarak untuk jaringan SUTM antara
40 m sampai dengan 50 m. Untuk jarak yang melebihi
ketentuan, digunakan tiang dengan kekuatan > 200 daN
dan panjang > 11 m.
3 Pengukuran sudut lintasan Gunakan Kompas untuk mngukur Sudut Titik Penting.
jaringan Pengukuran sudut ini penting untuk pemilihan kon-
struksi tiang yang sesuai
4 Pematokan akhir Setelah kegiatan pengukuran awal selesai, evaluasi dan
sesuaikan jarak antar patok-patok awal sebagai hasil
survey yang optimal.

Tabel 2.4. Kegiatan Survey dan Penentuan Lokasi Titik Tiang

Evaluasi Hasil Survey dan siapkan data akhir survey :


• Gambar lintasan, berupa garis-garis dengan sudut belokan-belokan dan
jarak yang di skala
• Gambar dan catatan kondisi geografis lokasi lintasan jaringan
• Catatan kondisi lingkungan lokasi lintasan jaringan yang harus
diperhatikan untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.
Dengan perolehan data survey trase jaringan diharapkan dapat direncanakan
lebih detil tetang prospek besarnya kapasitas listrik yang akan disalurkan,
perkembangan beban dan lokasi / lingkungan di masa yang akan datang dan dana
yang tersedia untuk pembangunan konstruksi jaringan distribusi, serta pemilihan
konstruksi dan komponen jaringannya.
3 Pendirian Tiang dan Kelengkapannya
Perhatikan ketentuan transportasi dan pendirian tiang sebagai berikut :
Tabel 2.5. Proses Pendiran Tiang dan Kelengkapannya

NO Gambar Uraian
1. Gunakan truck/trailer sesuai beban tiang yang akan
di pindahkan ke lokasi pendirian tiang
bersangkutan

2 Dilarang menurunkan tiang dengan cara


mendorong sehingga berisiko kerusakan pada
struktur tiang ber- sangkutan

3 Upayakan pemberian bantalan pada tiang

4 Sebelum tiang didirikan, periksa ulang kedalaman


lubang tiang minimal 1/6 panjang tiang serta
persia- pan pondasi yang diperlukan

5 Upayakan pendirian tiang langsung dengan


menggu- nakan lifter tiang beton
Bila menggunakan tenaga manusia, perhatikan per-
siapan penopang pengaman dan tenaga minimal (3
orang) yang diperlukan. Dilarang mendirikan tiang
dengan menggunakan tri- pot

6 Setelah tiang berdiri; segera diperkuat/pasang


pondasi sesuai ketentuan konstruksi.
Perhatikan bila tiang tersebut merupakan tiang
sudut
7 Instalasi cross arm/isolator yang sesuai dengan ran-
cangan konstruksi SUTM pada tiang bersangkutan.
Perhatikan kekencangan baut pengikat cross arm
pada
Tiang
 Pemasangan guy-wire / treckschoor atau Topang Tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada
tiang awal, tiang akhir atau tiang sudut sesuai rancangan konstruksi SUTM pada trase
bersangkutan. Periksa ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus
pondasi tiang.

 Instalasi Cross-Arm dan Isolator.


Sebelum instalasi, perhatikan kesiapan petugas instalasi baik fisik bersangkutan
maupun kelengkapan alat kerja dan keselamatan kerja. Pasang cross-arm pembantu
pada tiang sebagai pijakan kerja petugas instalasi 1,2 m dari rencana posisi
cross-arm. Pasang cross-arm pada tiang sesuai rancangan konstruksi SUTM tersebut dan
kencangkan masing-masing baut pengikat minimal 20 Nm dengan menggunakan
kunci 19 atau 22. Pada pemasangan isolator, naikkan isolator dengan katrol dan segera
ikatkan pada cross-arm. Perhatikan kesesuaian isolator tumpu atau tarik dengan sudut
tiang

Gambar 2.9 Pemasangan Cross Arm dan Isolator

 Penarikan Penghantar (stringing)


Sebelum pelaksanaan penarikan penghantar, periksa hal-hal berikut :
1) Tiang beton diberi penguatan sementara – guywire/treckschor di tiang
awal dan tiang ujung
2) Konstruksi instalasi Cross-Arm serta isolator pada masing-masing tiang
3) Kesiapan penghantar dalam drum/haspel pada penopang rol
4) Terpasangnya minimal 2 Stringing Block pada masing-masing tiang.
5) Tenaga kerja penarik penghantar
6) Tenaga pengawas lapangan/keselamatan kerja
7) Petugas pengendali kontrol kecepatan putar drum penghantar
8) Perkakas kerja yang diperlukan
9) Peralatan keselamatan kerja pada ketinggian

Pada saat penarikan perhatikan :


1) Saat menggelar, diharuskan penghantar diawali penghantar tengah, ditarik
dari bagian tengah tiang afspan.
2) Potong menurut panjang yang diperlukan dan ikatkan sementara pada
travers ujung tiang.
3) Penarikan kedua penghantar pinggir harus dilaksanakan bersama dan
balance running blocks atau rollers selalu dipakai sampai pada waktu
penghantar- penghantar diberi kuat tarik dan lendutan tertentu.
4) Periksa dan segera perbaiki penghantar penghantar bilamana pada titik
tertentu, stranded penghantar tersebut terurai, dengan menggunakan
repair sleeve

Instalasi Final
1) Setelah penarikan penghantar selesai, segera ikat penghantar pada strain-
clamp isolator tarik ujung dan awal.
2) Ikat penghantar pada masing-masing isolator tumpu sesuai posisi tiang
(lurus atau sudut)
3) Periksa ulang hasil instalasi – kuat tarik yang dipersyaratkan, lendutan,
ikatan penghantar penghantar pada isolator dan pengukuran tahanan
isolasi hasil konstruksi penghantar penghantar.

 Penyelesaian akhir (finishing)


Setelah tahapan konstruksi pemasangan JTM selesai, maka dilanjutkan dengan uji
teknis dan komisioning sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk kemudian
diterbitkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) oleh Badan yang berwenang.
BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
3.1 Wilayah Perencanaan

PT Barumun Agro Sentosa salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
perkebunan kelapa sawit dan pengolahan CPO crude palm oil. Perusahaan ini berdiri
sejak tahun 1986, Barumun Agro Sentosa memiliki pabrik pengolahan CPO terletak
di Kabupaten Padang Lawas Utara,Provinsi Sumatera Utara yaitu PKS Aek Sigala-
gala.

PKS (pabrik kelapa sawit ) Sigala-gala mempunyai turbin pembangkit sendiri,


tapi akhir-akhir ini pembangkit tersebut tidak sanggup melayani beban yg sangat
besar yang harus di layani.sehingga pihak PT BAS mengajukan permohonan
pemasangan meteran PLN prabayar untuk perumahan karyawan, perumahan asisten
kepala, penerangan sport hall, Klinik BAS, Penerangan Perusahaan /Kantor Dan
Perumhan Staff untuk mengurangi beban dari turbin tersebut.
Pada perencanaan jaringan listrik di PT Barumun Agro Sentosa beberapa wilayah
perencanaan daya yaitu :
No Wilayah Daya Jumlah

1. Perumahan Karyawan 1300 183 unit

2. Perumahan Asisten Kepala 2200 5 unit

3. Penerangan Sport Hall 3500 1 unit

4. Klinik 5500 1 unit

5. Penerangan Perusahaan/kantor 10000 3 unit

6. Perumahan staff 1300 20 unit

Tabel 3.1 Perencanaan Daya Di PT Barumun Agro Sentosa


3.2 Tahap Survei Dan Tracking

Sebelum masuk dalam tahap perencanaan, hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan survei lapangan. Dalam tahap survei ini, ada beberapa hal yang
dilakukan untuk mendapatkan data :

1. Survei lokasi untuk mengetahui keadaan lokasi.

Gambar 3.1 survey lokasi


2. Wawancara, untuk mendapatkan gambaran awal dalam perencanaan
jalur jaringan.

Gambar 3.2 wawancara dengan asisten direktur utama PT Barumun Agro Sentosa

Data yang didapatkan ini djadikan pertimbangan untuk survey lanjutan, untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan jaringan listrik. Pada survei
ini didapatkan data sebagai berikut :
1. Data tracking GP

Gambar 3.3 Data Track atau titik GPS


2. Gambar perencanaan jalur jaringan

gambar 3.4 gambar perencanaan jalur jaringan

3. Gambar / foto kondisi daerah

Gambar 3.5 foto kondisi daerah


4. Gambar / foto lokasi pemasangan tiang

Gambar 3.6 Renc.HUTM AAAC 3 X 70 mm2 = 0.724 Kms di Perkebunan kelapa


sawit

Gambar 3.7 Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.687 Kms di perumahan karyawan
PT BAS
Gambar 3.8 Renc.HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.320 Kms di Pabrik kelapa sawit
sigala-gala

Gambar 3.9 Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 0.852 Kms Klinik PT BAS
Gambar 3.10.Renc. HUTR TIC 4 X 70 mm2 = 1.529 Kms

Data utama pada perencanaan jaringan listrik PT Barumun Agro Sentosa ini
adalah gambar. Ada dua data gambar yang didapatkan selama survei, yaitu gambar
hasil tracking GPS dan gambar manual sebagai data backup. Data gambar ini harus
sesuai dengan keadaan aslinya agar realisasi perencanaan bisa sesuai dengan
keadaan lokasi.
Tracking
Tracking merupakan penyusuran daerah jalur jaringan dari awal sampai ujung
jaringan.Tujuannya adalah untuk mendapatkan data gambar sesuai dengan kondisi
lokasi. Tracking dilakukan dengan bantuan alat GPS Tracker. Pada survei ini,
alat yang digunakan adalah GPS Tracker dengan merk Garmin.

Gambar 3.11. GPS Tracker merk GARMIN


3.3.PERENCANAAN
1. Penentuan Konstruksi Tiang
Pada perencanaan listrik di PT Barumun Agro Sentosa, penentuan lokasi
tiang atau rute/jalur jaringan distribusi tidak selalu bisa mengikuti standar yang ada.
Ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu :
1. Rute jaringan distribusi baru tidak boleh menggangu jaringan eksisting (untuk
meminimalkan pemadaman jaringan eksisting).
2. Memperhatikan clearance / jarak bebas terhadap saluran telepon kecuali
pada daerah dimana saluran telepon ditanam di bawah tanah;
3. Penempatan tiang harus diperhatikan terhadap kemungkinan pelebaran
terhadap jalan dimasa yang akan datang;
4. Penempatan tiang harus memperhatikan pula terhadap jalur-jalur pipa gas,
air minum, pipa transmisi minyak, dan sebagainya;
5. Pada daerah dengan jalan sangat lebar serta lingkungan yang padat
harus mempertimbangkan pembuatan jaringan distribusi kedua sisi jalan
untuk menghindari sambungan rumah yang terlalu panjang dan banyak
(tidak teratur).

Tiang jaringan listrik memiliki bermacam macam jenis sesuai dengan fungsi
dan penggunaannya. Macam – macam jenis tiang ini dapat dibedakan dengan
menggunakan kode kode tertentu yang menunjukkan spesifikasi khusus dari tiang
tersebut. Kode kode ini akan dimunculkan dalam gambar perencanaan untuk
membedakan spesifikasi dari konstruksi tiang yang akan dibangun nantinya. Dalam
realisasi perencanaan, pemasangan tiang sesuaidengan spesifikasi yang sudah
direncanakan, termasuk spesifikasi peralatan tambahan, seperti grounding, trafo,
anchor dan sebagainya.
Standar konstruksi dalam pemilihan tiang yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga/ Penyangga
2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah
3. Pengaruh Kondisi Tanah.
4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang.Penegang (Stake Pole)
5. Batasan Non Teknis Memilih KekuatanTiang
6. Kekuatan Tiang Ujung
7. Kekuatan Tiang Sudut

Pada perencanaan jaringan listrik di PT Barumun Agro sentosa ini, jenis tiang
yang di gunakan dalam jaringan JTM adalah:
 CC1 (5 buah)
Tiang kontruksi beton dengan ketinggian 12 meter, pada tarikan lurus dengan
s u d u t 0 ° - 1 5 ° . kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN digunakan
untuk kontruksi tunggal (JTM only atau JTR only) maupun ganda (JTM
dan JTR) memiliki 3 buah isolator tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x
2000.
 CC2 (1buah)
Tiang kontruksi beton dengan ketinggian 12 meter, Konstruksi pada tarikan
lurus dengan s u d u t 1 5 ° - 3 0 ° . kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN
digunakan untuk kontruksi tunggal (JTM only atau JTR only) maupun
ganda (JTM dan JTR). Memiliki 6 buah isolator tumpu, 2 buah cross arm
UNP 10 x 2200.
 CC4 (1 buah)
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 12 meter di gunakan untuk tiang
awal kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN. Tiang ini digunakan
untuk konstruksi tunggal (JTM only atau JTR only) memiliki 3 buah
isolator tarik dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.
 CC5 (1 buah)
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 12 meter, Konstruksi tiang sudut
besar dengan sudut lintasan 30°- 60° dan kelengkapannya kekuatan tiang
(momen tarik) 200 daN. Tiang ini digunakan untuk konstruksi
tunggal ( JTM only), memiliki 6 buah isolator tarik 2 buah isolator tumpu
dan 2 buah cross arm UNP 10
x 2000.
 CC7 (1 buah)
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 12 meter, Konstruksi tiang sudut
besar dengan sudut lintasan 60°- 90° dan kelengkapannya kekuatan tiang
(momen tarik) 200 daN. Tiang ini digunakan untuk konstruksi
tunggal ( JTM only), Konstruksi ini memakai 3 set isolator tarik, 4 buah
isolator tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.
 CC8 (1buah)
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 12 meter, Konstruksi tiang sudut
besar dengan sudut lintasan 60°- 90° dan kelengkapannya kekuatan tiang
(momen tarik) 200 daN. Tiang ini digunakan untuk konstruksi
tunggal ( JTM only), Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 2 buah
isolator tumpu dan 2 buah cross
arm.
 CC9 (7 buah)
Tiang kontruksi beton dengan ketinggian 12 meter, pada tarikan lurus dengan
s u d u t 0 ° - 1 5 ° . kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN digunakan untuk
kontruksi tunggal (JTM) memiliki 3 buah isolator tumpu dan 1 buah Cross
Arm Steel UNP 10 ( 100 x 50 x 5 x 2000 mm² ) Galvanized, kontruksi
tiang ini cocok digunakan di tempat perkebunan untuk menghindari
gangguan dari ranting pepohonan.
 CC9-2 (6 buah)
Tiang kontruksi beton dengan ketinggian 12 meter, pada tarikan lurus dengan
s u d u t 1 5 ° - 3 0 ° . kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN digunakan
untuk kontruksi tunggal (JTM) memiliki 3 buah isolator tumpu dan 2 buah
Cross Arm Steel UNP 10 ( 100 x 50 x 5 x 2000 mm² ) Galvanized,
kontruksi tiang ini cocok digunakan di tempat perkebunan untuk
menghindari gangguan dari ranting pepohonan.
Pada perencanaan jaringan listrik di PT Barumun Agro sentosa ini, jenis tiang
yang di gunakan dalam jaringan JTR adalah:
 Kontruksi SA (41 buah)
Konstruksi SA merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah
(SKUTR) yang menggunakan suspension small angle assembly
(penggantung untuk tiang sangga / tumpu) dengan tinggi 9 meter
kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN .
 Kontruksi LA (19)
Konstruksi LA merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan sudut
kurang dari 45° dengan tinggi 9 meter kekuatan tiang (momen tarik) 200
daN , dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk
tiang belokan/sudut). LA ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

 Kontruksi DA (12)
Konstruksi DA merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang
akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed
dead-end clamp complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada
tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap) dengan tinggi 9 meter
kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN.
 Kontruksi SA/DA (3 buah)
Yaitu kontruksi gabungan antara SA dan DA yang digunakan untuk
penggantung untuk tiang sangga / tumpu beserta tiang awal dan akhir
dalam jaringan tegangan rendah.

2. Pemilihan Kabel Saluran


Pada perencanaan jaringan listrik di PT Barumun Agro Sentosa data pemilihan kabel
saluran adalah sebagai berikut :
 Jaringan Tegangan Menengah

Untuk JTM menggunakan kabel jenis AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel
fasa dan kabel jenis AAAC dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel netral.
 Jaringan Tegangan Rendah

Untuk JTR menggunakan kabel jenis TIC dengan ukuran 70 mm2, untuk fasa dan
kabel berjenis sama dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel netral.
3. Penentuan Trafo
Dalam penentuan lokasi trafo, perencana harus memperhatikan total beban,
persebaran beban dan lokasi dead end atau tiang JTR (Jaringan Tegangan
Rendah) yang terakhir. Trafo yang dipakai pada sistem distribusi di PT Barumun
Agro Sentosa adalah Trafo 3 phasa, dengan kapasitas 100 kVA sebanyak 3 buah, di
karenakan beban yang di butuhkan dalam jemput pelanggan keseluruhan sebanyak
293.400 watt.
1. Total beban
Letak trafo harus bisa memenuhi total beban yang ada sehingga lokasi trafo harus
bisa mencakup seluruh lokasi beban.
2. Persebaran beban
Lokasi trafo harus berada di ujung awal tarikan JTR. Selain itu, penentuan lokasi
trafo ini juga harus mempertimbangkan penambahan beban baru atau perluasan
jaringan.
3.4 Kemampuan Hantar Arus / Kuat Hantar Arus

Kemampuan Hantar Arus (menurut SNI 04‐0225‐2000) atau Kuat Hantar Arus
(menurut SPLN 70‐4 : 1992) suatu penghantar dibatasi dan ditentukan berdasarkan
batasan‐ batasan dari aspek lingkungan, teknis material serta batasan pada kontruksi
penghantar tersebut yaitu
 Temperatur lingkungan

 Jenis penghantar

 Temperatur lingkungan awal

 Temperatur penghantar akhir

 Batas kemampuan termis isolasi

 Faktor tiupan angin

 Faktor disipasi panas media lingkungan

1. Kemampuan Hantar Arus Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah


Jenis penghantar saluran udara, terdiri atas :
a.Panghantar tidak terisolasi AAAC, AAC, ACSR. (ACSR tidak secara luas
di pergunakan sebagai penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah)
b.Penghantar berisolasi AAACS, NAAXSEY. (Kabel Pilin Tegangan
Menengah).
c. Penghantar LVTC (Low Voltage Twisted Cable) NFAAX.
Ketentuan teknis kemampuan hantar arus penghantar pada ambient
temperatur 30° C dalam keadaan tanpa angin. Tabel 2.4 s/d 2.10 memberikan
kemampuan hantar arus jenis penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah
dan jangkauan pada beban dan jatuh tegangan tertentu.

Tabel 3.2 KHA penghantar tak berisolasi pada suhu keliling 350C, kecepatan angin
0,6 m/detik, suhu maksimum 800C (dalam keadaan tanpa angin faktor koreksi 0,7)

Luas Penampang Cu AAC AAAC


Nominal (mm2)
16 125 A 110 A 105 A
25 175 A 145 A 135 A
35 200 A 180 A 170 A
50 250 A 225 A 210 A
70 310 A 270 A 155 A
95 390 A 340 A 320 A
150 510 A 455 A 425 A
240 700 A 625 A 585 A
300 800 A 710 A 670 A

2. Kemampuan Hantar Arus Penghantar Saluran Udara Tegangan rendah


Tabel 3.3 KHA penghantar arus pada jaringan tegangan rendah jenis kabel twisted
Penghantar KHA Resistansi Penghantar Reaktansi
(A) Pada 20°C (ohm/km) pada F
jenis Ukuran Fasa Netral 50Hz
(ohm/Km)
3x35+1x50 m² 125 0,867 0,581 0,3790
Kabel 3x50+1x50 m² 154 0,641 0,581 0,3678
twisted 3x70+1x50 m² 196 0,443 0,581 0,3572
3x95+1x50 m² 242 0,308 0,581 0,3449
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan praktek kerja lapangan, menyelesaikan laporan ini
dan membahas tentang studi Perencanaan pembangunan Jaringan Distribusi listrik di
PT Barumun Agro Sentosa . Maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan jaringan distribusi perlu melakukan survei lokasi untuk
mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan karena hasil perencanaan
tidak selamanya bisa sesuai teori sehingga data yang didapatkan bisa
benar– benar menjadi acuan ketika realisasi pembangunan nantinya.
2. Pemilihan spesifikasi dari tiang menyesuaikan dengan kondisi jalur
jaringan, yang ditunjukkan dengan kode – kode yang ada pada
gambar perencanaan. Begitu pula spesifikasi peralatan pendukung lainnya.
3. Supaya dapat terjangkau Jaringan Tengangan Rendah (JTR), maka kita
pasang 3 (tiga) buah trafo dengan kapasitas 100 KVA, ini disebabkan jarak
beban satu ke beban yang lainnya sangat berjauhan.
4. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi trafo antara
lain total beban, persebaran atau distribusi beban dan letak tiang JTR yang
paling akhir.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil selama mengikuti
Praktek Kerja Lapangan Industri adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan besarnya kapasitas daya trafo yang akan digunakan harus
memperhitungkan adanya penambahan atau perkembangan beban pada waktu
yang akan datang, seperti adanya pembangunan rumah yang baru dan adanya
penambahan daya pada setiap rumah.
2. Perlu adanya kerjasama yang baik antara semua instansi yang terkait,
baik dalam perencanaan maupun dalam realisasi pembangunan nantinya agar
pembangunan dapat terlaksana dengan baik karena listrik sudah menjadi
kebutuhan bagi masyarakat, termasuk masyarakat yang tinggal di kawasan
PKS Sigala-gala.
DAFTAR PUSTAKA

Buku 1 PLN “ Kriteria Desain Enjinering Kontruksi Jaringan Distribusi


Tenaga Listrik ”
Buku 3 PLN “Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah Tenaga
Listrik”
Standar Nasional Indonesia 1.
SNI No. 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000) 2.
Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)3.
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jakarta
Raya dan 4. Tangerang Buku I, II, III, IV, V, VI , Jakarta 1994
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Jawa
Tengah dan 5. Jogjakarta, 2008
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT PLN Persero Distribusi Jawa
Timur6.
Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT. PLN Persero Distribusi Bali,
FITCHNER+7.
CACREI, Pilot Projek PT PLN Persero Wilayah VIII, 19888.
Allumunium Conductor Francais 19849.
Modul Pelatihan PDKB, Perhitungan Mekanika Terapan, PT PLN Jasa Diklat
Semarang, 10. 1992
Agenda PLN 1984, Perhitungan Listrik Terapan11.
Dokumen SOFRELEC – CHASS.T.MAIN tahun 197512.
Acuan P3B tentang Telekomunikasi Data 13.
Haliday Resnick, Fisika Mekanika, Erlangga, Jakarta, 1997 14.
Suswanto, Daman “Diklat Kuliah : Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Teknik Elektro
Universitas Negeri Padang , Padang
SPLN 41-8 1981 Hantaran Alumanium Campuran (AAAC).
Setiawan Juli “Perencanaan Pembangunan Jaringan Distribusi Listrik Pedesaan
Kabupaten Magelang” Laporan Kerja Praktek,Universitas Diponegoro, 2014

Anda mungkin juga menyukai