Anda di halaman 1dari 33

PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

oleh
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN 1
TM9
FAKTOR-FAKTOR OPERASI
PEMBANGKIT DAN SISTEM TENAGA LISTRIK

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Materi
• Kinerja operasi sistem dan pembangkitan
– Faktor Beban atau Load Factor (LF)
– Capacity Factor (CF)
– Equivalent Availability Factor (EAF)
– Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)
– Schedule Outage Factor (SOF)
– Plant Factor (PF)
– Efficiency Thermal

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Indeks Kinerja Pembangkit
• Informasi mengenai kondisi dan kesiapan Pembangkit berdasarkan Standar
Internasional sangat diperlukan dalam operasi sistem. Operator sistem akan
menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
perintah dispatch. Akurasi tingkat sekuriti dan keandalan sistem akan tergantung
kepada kebenaran atau kemutakhiran dari informasi tentang kondisi dan kesiapan
Pembangkit tersebut. Kinerja operasi sistem dan pembangkitan tergantung dari
faktor-faktor operasi pembangkit
• Kebutuhan operasi sistem juga menghendaki diberlakukannya;
– Mekanisme niaga yang mendorong kesiapan Pembangkit, dan
– pengertian yang sama tentang cara perhitungan indeks kinerja pembangkit.
• Informasi mengenai kesiapan Pembangkit aktual menjadi salah satu parameter
yang penting dalam menentukan besar pembayaran yang akan diperoleh
Pembangkit. Oleh karena itu mekanisme deklarasi kondisi Pembangkit dan cara
perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit perlu disusun agar dapat membantu
operasi sistem dalam mempertahankan sekuriti dan keandalan, serta merupakan
sumber informasi kesiapan aktual Pembangkit untuk keperluan perhitungan
pembayaran

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Indeks Kinerja Pembangkit
MELIPUTI, FAKTOR-FAKTOR :
1. Availability Factor (AF)
2. Equivalent Availabity Factor (EAF)
3. Service Factor (SF)
4. Planned Outage Factor (POF)
5. Maintenance Outage Factor (MOF)
6. Forced Outage Factor (FOF)
7. Reserve Shutdown Factor (RSF)
8. Unit Derating Factor (UDF)
9. Seasonal Derating Factor (SEDF)
10. Forced Outage Rate (FOR)
11. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)
12. Net Capacity Factor (NCF)
13. Plant Factor (PF)
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Beberapa Definisi
Outage : Outage terjadi apabila suatu unit pembangkit tidak sinkron ke
jaringan dan bukan dalam status Reserve Shutdown.
PO - Planned Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya
pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau
pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana
tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan
MO - Maintenance Outage: yaitu keluarnya pembangkit untuk keperluan
pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau
penggantian suku cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang
dianggap perlu dilakukan, yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga
jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dalam ROM (rencana operasi
mingguan) berikutnya
FO - Forced Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi
emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi
sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
OUTAGE
Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam
status Reserve Shutdown. Klasifikasi outage secara umum dikelompokkan
menjadi tujuh jenis kejadian. Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari
jaringan atau pindah status misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi
Maintenance Outage. Outage berakhir ketika unit terhubung ke jaringan
atau pindah ke status lain.

PO - Planned Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan


pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau pekerjaan
lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan
pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.

PE - Planned Outage Extension: yaitu outage perpanjangan yang


direncanakan, sebagai perpanjangan Planned Outage (PO) yang belum selesai
pada waktu yang telah ditentukan. Ini artinya bahwa sebelum PO dimulai,
periode dan tanggal operasinya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang
PE adalah bagian dari lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan
ditentukan sebelum outage mulai.

MO - Maintenance Outage: yaitu keluarnya pembangkit untuk keperluan


pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau
penggantian suku cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang
dianggap perlu dilakukan, yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga
jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dalam ROM berikutnya.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
OUTAGE
ME - Maintenance Outage Extension: yaitu pemeliharaan outage
perpanjangan, sebagai perpanjangan MO yang belum selesai dalam waktu yang
telah ditetapkan. Ini artinya bahwa sebelum MO dimulai, periode dan tanggal
selesainya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang ME adalah bagian dari
lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage
mulai.

SE - Scheduled Outage Extension: adalah perpanjangan dari Planned Outage


(PO) atau Maintenance Outage (MO), yaitu outage yang melampaui perkiraan
durasi penyelesaian PO atau MO yang telah ditentukan sebelumnya.

SF - Startup Failure: yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu
sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari status outage atau
RSH.

FO - Forced Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi


emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi
sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.

FO1 (U1) - Unplanned (Forced) Outage — Immediate


FO2 (U2) - Unplanned (Forced) Outage — Delayed
FO3 (U3) - Unplanned (Forced) Outage — Postponed
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Beberapa Definisi
Derating : Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit < dari DMN (daya
mampu neto) nya.
PD - Planned Derating: adalah derating yang dijadwalkan dan durasinya sudah
ditentukan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan
pembangkit. Derating berkala untuk pengujian, seperti test klep turbin
mingguan, bukan merupakan PD, tetapi MD (D4).
MD - Maintenance Derating: adalah derating yang dapat ditunda melampaui akhir
periode operasi mingguan (Kamis, pukul 24:00 WIB) tetapi memerlukan
pengurangan kapasitas sebelum PO berikutnya. D4 dapat mempunyai
tanggal mulai yang fleksibel dan boleh atau tidak boleh mempunyai suatu
periode yang ditentukan.
FD - Unplanned (Forced) Derating : adalah derating yang memerlukan
penurunan kapasitas, bisa yang bersifat segera, bisa yang ditunda.
RS - Reserve Shutdown: adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun
tidak disinkronkan ke sistem karena kondisi beban sistem yang rendah.
Kondisi ini dikenal juga sebagai economy outage atau economy
shutdown.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
DERATING
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya.
Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating dimulai
ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30
menit. Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada
instruksi dispacth. Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan
derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit
diperlukan sistem atau tidak. Jika derating unit kurang dari 2% dari DMN dan
kurang dari 30 menit, maka derating tersebut dapat dilaporkan . Cara lainnya,
semua deratings (lebih besar/kecil dari 2% DMN atau lebih pendek/panjang
dari 30 menit) dapat dilaporkan ke P3B.
Sebagai contoh, suatu derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit perlu
dilaporkan ke P3B; suatu derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 jam perlu
dilaporkan ke P3B.

PD - Planned Derating: adalah derating yang dijadwalkan dan durasinya sudah


ditentukan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit.
Derating berkala untuk pengujian, seperti test klep turbin mingguan, bukan
merupakan PD, tetapi MD (D4).

MD (D4) - Maintenance Derating: adalah derating yang dapat ditunda


melampaui akhir periode operasi mingguan (Kamis, pukul 24:00 WIB) tetapi
memerlukan pengurangan kapasitas sebelum PO berikutnya. D4 dapat
mempunyai tanggal mulai yang fleksibel dan boleh atau tidak boleh mempunyai
suatu periode yang ditentukan.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
DERATING
MDE (DM) - Maintenance Derating Extension: adalah suatu pemeliharaan
yang derating perluasan sebagai suatu perluasan pemeliharaan derate (D4) di
luar tanggal penyelesaian diperkirakan. Ini artinya bahwa di awal Peristiwa D4,
derate mempunyai waktu pekerjaan yang diperkirakan dan termasuk tanggal
unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang D4 dijadwalkan (bagian
dari lingkup pekerjaan asli) dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage
mulai.

PDE (DP) – Planned Derating Extension: suatu outage perluasan


direncanakan sebagai suatu perluasan suatu Derate Direncanakan (PD) di luar
tanggal penyelesaian diperkirakannya. Ini berarti bahwa di awal PD, derate
mempunyai jangka waktu yang diperkirakan (periode waktu) untuk
pekerjaan dan penetapan tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan
sepanjang PD yang dijadwalkan adalah (bagian dari lingkup pekerjaan yang asli)
dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.

DE - Derating Extension: adalah perpanjangan dari PD atau MD (D4)


melampaui tanggal penyelesaian yang diperkirakan.

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
DURASI
Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan
transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.

Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu Service
Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.

Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang
telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul boiler, overhaul turbin) + Scheduled
Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).

Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned
(Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).

Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari
gangguan Unplanned (Forced) Outages (U1, U2, U3) + Startup Failures (SF).

Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage
Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
DURASI
Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH) +
Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH).

Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned
Outages(PO).

Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena tidak
dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).

Synchronous Hours (Syn.H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi.

Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang
diamati selama unit dalam status Aktif.

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada
satu periode tertentu.

Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang


telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.

Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat
pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam
satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage)
terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase
kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhoul pada suatu periode tertentu.

Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit
pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating,
pada suatu periode tertentu.

Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu
periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve
shutdown, pada suatu periode tertentu.

Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode
tertentu.

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan
dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan
dalam prosen.

Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang
telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit

Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu
(umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).

Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit
beroperasi.

Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian
antara DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen
unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned
derating, dan derating karena cuaca/musim

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Equivalent Availability Factor (EAF)
Definisi :

EAF adalah rasio antara realisasi jam kesiapan pembangkit


terhadap jam periode selama satu periode waktu (bulan atau
tahun) dinyatakan dalam %

Formula :

EAF = { [AH-(EFDH+EMDH)+EPDH] / PH } x 100%

Dimana :
AH = Available Hours
EFDH = Equivalent Forced Derating Hours
EMDH = Equivalent Maintenance Derating Hours
EPDH = Equivalent Plant Derating Hours
PH= Plant Hours

Indikator keberhasilan Pencapaian kinerja pembangkit sbb:


Kinerja Pembangkit dikatakan baik : apabila Realisasi EAF >
Rencana EAF dan masuk dalam range standart kinerja
internasional (NERC). EAF yg bagus >90 %
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)
Definisi :
EFOR adalah ratio jam tidak beroperasinya pembangkit yang tidak
direncanakan terhadap jam periode selama satu periode waktu (bulan
atau tahun)

Formula :
(EFOR = {(FOH + EFDH ) / (FOH + SH + EFDH)} x 100%)
Dimana :
FOH = Forced Outage Hours
EFDH = Equivalent Forced Derating Hours
SH = Service Hours

Semakin kecil nilai EFOR semakin baik kinerja pembangkit tersebut,


kinerja EFOR yang baik adalah < 5% dan masuk dalam range kinerja
pembangkit sesuai standar internasional (NERC)
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Schedule Outage Factor (SOF)
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam
dalam satu periode. Besaran ini menunjukan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode
tertentu.
POH x MOH
SOF  x 100%
PH
Dimana :
Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi
dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul
boiler, overhaul turbin).
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages
(MO).
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang
sedang diamati selama unit dalam status Aktif.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Plant Factor (PF)
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian
antara DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen
unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned
derating, dan derating karena cuaca/musim..

Pr oduksi Netto
PF  x 100%
( AH  ( EPDH  EUDH ) x DMN
Dimana :
Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan
yaitu Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.
Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension
(DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit derating tidak terencana dan besar penurunan derating
dibagi dengan DMN.
DMN : adalah daya mampu netto Pembangkit sesuai kontrak jual beli tenaga
listrik antara penjual dengan PLN.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Factor Beban (Load Factor)
• Factor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata untuk selang
waktu tertentu dengan beban puncak untuk selang waktu yang sama
• Beban rata-rata adalah jumlah kWh yang diproduksi selama selang waktu
tersebut dibagi jumlah jam dari selang waktu tersebut.
Beban rata  rata
FaktorBeban  x 100%
Beban Puncak

• Bagi operator sistem tenaga listrik, faktor beban yang semakin tinggi
semakin rata beban sistem tersebut, artinya pemanfaatan daya terpasang
pada sistem semakin baik.
• Bagi pembangkit, faktor beban yang semakin tinggi artinya pembebanan
pembangkit tersebut secara kontinu mendekati daya mampu pembangkit
tersebut
• Untuk sistem Jawa Bali Factor Bebannya atau Load Factor (LF) sekitar 83 -
85%
• Sedangkan untuk sistem Luar Jawa adalah bervariasi antara 50% sampai
dengan sekitar 70% tergantung besar kecilnya sistem tersebut.
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Faktor Kapasitas atau Capacity Factor (CF)
• Faktor Kapasitas suatu pembangkit atau Pusat Listrik menggambarkan
seberapa besar suatu unit pembangkit atau pusat listrik tersebut
dimanfaatkan selama selang waktu tertentu (satu bulan /satu tahun)
• Untuk periode satu tahun (8760 jam) Faktor Kapasitas didefinisikan
sebagai berikut :
Produksi satu tahun ( MWh)
Faktor Kapasitas 
Daya terpasang ( MW ) x 8760

• Untuk pembangkit termal, Faktor Kapasitas nya tergantung dari biaya


produksi per kWh dari pembangkit tersebut, atau tergantung dari bahan
bakarnya. Faktor Kapasitas selama satu tahun untuk beberapa
pembangkit termal sbb:
– PLTU Batubara : sekitar 80 – 90 %
– PLTU Gas/ BBM : sekitar 60 – 70 %
– PLTGU Gas / BBM : sekitar 60 – 70 %
– PLTG Gas/ BBM : sekitar 20 – 40 %
• Untuk pembangkit hidro, besar kecilnya Faktor Kapasitas tergantung
ketersediaan airnya, yaitu sekitar 30 – 50 %
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Heat Rate dan Efisiensi Thermal
• Heat Rate suatu pembangkit Thermal merupakan kinerja thermal secara
menyeluruh atau efisiensi energi dari suatu pembangkit thermal. Adalah
rasio antara jumlah energi panas yang masuk ke pembangkit thermal
dibandingkan dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan, untuk suatu
periode waktu tertentu
Energi panas yang masuk (kCal )
HeatRate 
Energi listrik yang dihasilkan (kWh)

• Semakin kecil nilai heat rate suatu pembangkit thermal, semakin efisien
pembangkit tersebut.
• Efisiensi thermal suatu pembangkit thermal, merupakan kebalikan dari
heat rate, dan dinyatakan dalam persen (%).
• Semakin tinggi nilai efisiensi thermal, semakin efisien pembangkit
tersebut
Energi listrik yang dihasilkan (kWh)
Efisiensi Thermal  x100%
Energi panas masuk (kCal ) x konversi (kWh / kCal )

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
FORMULA PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT (Lengkap)

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
Maintenance Method

Preventive Corrective
Maintenance Maintenance

SOF FOR
EAF
Predictive Planned Unplanned
Routine
Maintenance
Condition Based Breakdown
Time Based Condition Based Retrofit/refurbish Repair/replace
/replace

In service Shutdown Shutdown Testing In Service


Inspection Function Check Treatment
/Measurement Measurement
•Visual: leakage, Tan delta
corrosion, trees, Function Cleaning Dissolved Gas Analysis
landslide, pollution Resetting Breakdown Level
Greasing Partial Discharge
• Op Parameter Recalibrating
Filtering Parameter R, L, C Oil Characteristic
(V,I,Temp,
Pressure) Retuning Frequency Respons Leakage Current
Tightening
•Thermovision Re-aligning Mech Characteristic SF6 condition
Replacing parts
•Oil level Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN
TUGAS OPTIMASI HIDRO TERMIS
Suatu sistem tenaga listrik terinterkoneksi terdiri dari :
a. Sebuah PLTA ROR dengan unit 2 x 50 MW, air yang tersedia bisa membangkitkan
100 MW selama 24 jam. Biaya retribusi air Rp.50,-/kWh
b. Sebuah PLTA dengan kolam tando dengan unit 4 x 150 MW. Air yang tersedia
cukup untuk membangkitkan 2800 MWh dalam sehari. Biaya retribusi air
Rp.50,-/kWh. 1 unit pemeliharaan bulan Maret
c. Sebuah PLTU batubara dengan unit 3 x 600 MW. Biaya bahan bakar rata-rata
Rp.400,-/kWh. 1 unit pemeliharaan bulan Januari
d. Sebuah PLTGU gas dengan 2 Blok @ (3 x 100 + 150) MW. Biaya bahan bakar rata-
rata Rp.500,-/kWh. 1 GT pemeliharaan Februari dan 1 GT Maret.
e. Sebuah PLTG yang menggunakan BBM dengan unit 5 x 100 MW. Biaya bahan
bakar rata Rp.2000,-/kWh. 2 unit pemeliharaan Februari dan 1 unit baru operasi
Maret
Beban puncak sistem per bulan dan beban puncak tgl 25 Maret sbb : (MW)
Bulan Jan Feb Mar
Beban 3.850 3.950 4.000
25-Mar
Jam 00-06 06-08 08-12 12-14 14-18 18-22 22-24
Beban 2.600 1.800 3.000 2.700 2.900 4.000 3.600

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Gambarlah Neraca Daya sistem selama bulan Jan- Maret

Bila diingnkan adanya cadangan berputar minimum 100 MW :


a. Gambarlah kurva beban harian tgl 25 Maret
b. Susunlah pembagian beban diantara unit pembangkit hingga tercapai biaya bahan
bakar yang minimum
c. Hitunglah biaya bahan bakar dalam satu hari
d. Tunjukkan besarnya cadangan berputar dan unit pembangkit apa saja yang
beroperasi selama 24 jam sesuai pola beban puncak harian tgl 25 Maret tsb.
e. Sebutkan kegunaan cadangan berputar ini
f. Apabila terdapat PLTA Pompa, sebutkan pada jam berapa dan berapa besar
pemompaan air dapat dilakukan, dan berapa besar penghematan biaya bahan
bakar yang didapat dalam satu hari. (efisiensi PLTA Pompa 0,67)

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Jadwal Pemeliharaan
Unit Pembangkit
Januari Februari Maret
PLTA ROR      
Unit 1 : 50 MW      
Unit 2 : 50 MW      
PLTA waduk      
Unit 1 : 150 MW      
Unit 2 : 150 MW      
Unit 3 : 150 MW      
Unit 4 : 150 MW      
PLTU      
Unit 1 : 600 MW      
Unit 2 : 600 MW      
Unit 3 : 600 MW      
Unit 4 : 600 MW      
PLTGU      
Unit GT1.1 : 100 MW      
Unit GT1.2 : 100 MW      
Unit GT1.3 : 100 MW      
Unit ST1.0 : 150 MW      
Unit GT2.1 : 100 MW      
Unit GT2.2 : 100 MW      
Unit GT2.3 : 100 MW      
Unit ST2.0 : 150 MW      
PLTG      
Unit 1 : 100 MW      
Unit 2 : 100 MW      
Unit 3 : 100 MW      
Unit 4 : 100 MW      
Unit 5 : 100 MW      
Daya Terpasang (MW)      
Daya Tersedia (MW)      
Beban Puncak (MW)      
Cadangan (MW)      

Rio Afrianda S.T., M.T.


Sekolah Tinggi Teknik PLN
Rio Afrianda S.T., M.T.
Sekolah Tinggi Teknik PLN

Anda mungkin juga menyukai