Anda di halaman 1dari 30

MODUL

MK PENDALAMAN 2
TEKNIK ENERGI SURYA DAN ANGIN (2)
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Studi Kelayakan Potensi Angin


Tim Penyusun:

Dr. Bambang Trisno. MSIE


Dr. I Wayan Ratnata, ST., M.Pd.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2018

9
MODUL 1:

Studi Kelayakan Potensi Angin

1
0
A. Pendahuluan

Mata kegiatan ini membahas konsep, teori, aturan, dan implementasi


Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Bayu) (PLTB) yang meliputi studi
kelayakan potensi angin, perencanaan sistem mekanik PLTB, pemasangan
unit PLTB, perencanaan dan pemasangan sistem kelistrikan PLTB seta
pengoperasian PLTB. Materi dalam kegiatan ini cukup luas, karena itu
peserta dituntut dapat belajar mandiri berdasarkan prinsip pembelajaran
mandiri (self regulated learning). Di akhir mata kegiatan ini, peserta
diharapkan dapat mengimplementasikannya pada pembelajaran di SMK
Program Keahlian Akomodasi Teknik Energi terbarukan dengan baik.

Materi dalam bahan ajar ini cukup banyak dan perlu diselesaikan dalam
beberapa kali tatap muka agar dosen dapat membagi materi sesuai alokasi
waktu yang ada, dosen perlu membuat perencanaan pembelajaran.
Komponen perencanaan pembelajaran tersebut paling tidak mempunyai
lima aspek, yaitu:
1) Perumusan tujuan pembelajaran;
2) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar;
3) Pemilihan model pembelajaran dan kegiatan pembelajaran;
4) Pemilihan sumber belajar/mediapembelajaran; dan
5) Penilaian hasil belajar.

B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar


Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini dan berikut
beberapa petunjuk yang dapat Anda ikuti :

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
2. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam bahan ajar ini
melalui pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.
3. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambah wawasan Anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam bahan ajar ini masih dianggap kurang.
4. Mantapkan pemahamana dan dengan latihan dalam bahan ajar dan
melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
1
1
12

C. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran


Setelah menempuh Program Pendidikan Profesi Guru Program (PPG) Studi
Teknik Energi Terbarukan (Teknik Energi Angin ) ini peserta pelatihan
diharapkan memiliki capaian pembelajaran mata pelajaran meliputi SIKAP,
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN:
Aspek sikap yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
menunjukkan sikap religius, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam
menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika, berkontribusi
dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila, berperan sebagai warga
negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki Nasionalisme serta rasa
tanggung jawab pada negara dan bangsa, menghargai keanekaragaman
budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan
orisinal orang lain, bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan, taat hukum dan disiplin
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; menginternalisasi nilai,
norma, dan etika akademik, menginternalisasi nilai, norma, dan etika
akademik, menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang
keahliannya secara mandiri, menginternalisasi semangat kemandirian,
kejuangan, dan kewirausahaan, menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
kode etik guru Indonesia, mempunyai ketulusan, komitmen, kesungguhan
hati untuk mengembangkan sikap, nilai, dan kemampuan peserta didik
dengan dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia serta
memiliki motivasi untuk berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan
masyarakat pada umumnya, dan menunjukkan sikap terpercaya
(berintegritas), Tanggungjawab (responsi), profesional (profesional) sesuai
dengan Kode etik dan berkepribadian Bangsa Indonesia. Aspek pengetahuan
dan keterampilan yaitu memiliki pengetahuan dan ketarmpilan dalam
melakukan studi kelayakan potensi angin, merencanakan sistem mekanik
pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), memasang unit PLTB,
13

merencanakan dan memasang sistem kelistrikan PLTB serta bias


mengoperasikan unit PLTB.

D. Sub Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini diharapkan pembelajar dapat
mengetahui dan memahami :
1. Melakukan pemetaan topografi/situasi permukaan tanah
2. Memasang alat ukur dan pengukuran kecepatan dan arah angin
3. Mengolah data hasil pengukuran

E. Pokok-Pokok Materi
Melalui modul studi kelayakan potensi angin diharapkan peserta perkuliahan
ini dapat memahami materi-materi terkait dengan.

1. Pemilihan lokasi (Karakteristik dan potensi energi angin)

2. Tahapan penelitian potensi energi angin

3. Pemasangan alat ukur dan pengukuran kecepatan dan arah angin

F. Uraian Materi

1. Studi Kelayakan Potensi Angin


Dalam tahap perencanaan dan pemilihan untuk memanfaatkan tenaga angin
perlu diketahui fakta mengenai angin sebagai berikut :

1.1. Pemilihan lokasi (Karakteristik dan potensi energi angin)


 Bersih dan terbarukan
 Site-specific
 Kecepatan dan perubahan arah angin
 Kecepatan bertambah terhadap ketinggian  energi sebanding dengan
pangkat tiga kecepatan (Budi dkk, 2013)
 Potensi aktual ditentukan oleh distribusi kecepatan angin (topografi)
lokasi (Budi dkk, 2013)
14

 Tidak tersedia sepanjang hari

1.2. Tahapan penelitian potensi energi angin


Dalam perencanaan, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan sebelum suatu
proyek benar benar di laksanakan. Tahapan ini penting untuk menentukan
karakteristik teknis dari sistem tenaga angin yang terbaik sesuai dengan lokasi,
juga dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar serta perkiraan biaya yang
dibutuhkan. Berikut ini tahapan tahapan yang disarankan dalam penelitian
potensi energi angin:
 Informasi data yang sudah ada dari berbagai sumber
 Survei lokasi di daerah yang dianggap potensial
 Mendata berbagai parameter yang terkait seperti curah hujan, akses
transportasi dan perkiraan beban konsumen
 Menentukan lokasi pengukuran
 Memilih dan memasang peralatan ukur
 Mengolah & evaluasi data
 AkWH (annual kiloWatt hours), Distribusi Kec. dan arah angin.
 Pembuatan peta potensi angin

Sumber data potensi energi angin dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti :
 Survei dan Pengukuran langsung di lokasi
 LAPAN : >130 lokasi di berbagai wilayah Indonesia
 Wind Guard : 12 lokasi (NTT)
 Windrock Int : 20 lokasi (NTT)
 Soluziona : 3 lokasi (Sulsel dan Jateng)
 Nipsa : 2 lokasi (Sulut)
 Data dari : BMG , WMO dan NCDC
 Peta potensi energi angin NTT : Sumba dan Timor (NREL)
 Berbagai instansi di beberapa lokasi
15

1.3. Pemasangan alat ukur dan pengukuran kecepatan dan arah angin

a. Anemometer
Cara yang paling sering digunakan untuk mengukur kecepatan dan mengukur
arah angin adalah anemometer. Data output yang diperoleh bisa disambungkan
ke komputer maupun dengan data loger untuk monitoring dan pengukuran
dalam jangka waktu yang lama.

A)
• Tinggi Tower : 50 m
• Sensor Anemometer : 20 , 35 dan
50 m
• Sensor arah angin : 35 m dan
51,5m
B)
• Logger : 3 m ( bisa 12 kanal)
• Transfer data : by download /
internet
• Tipe tower : tree angle dia 16 mm,
hot dip galvanis steel
• jarak pancang radius 10 m da 20 m
di3 sisi
• lama pengukuran minimum 1
tahun

Gambar 1.2-1; A) Konfigurasi Peralatan Ukur Potensi Angin dengan anemometer


(LAPAN); B) Detail Anemometer

b. Automatic Weather System


Cara yang lebih menyeluruh adalah dengan menggunakan alat yang disebut
AWS (Automatic Weather System) (BMKG, 2014). Selain mengukur
kecepatan dan arah angin, alat ini juga memantau data-data emperature
16

seperti emperature, tekanan udara, curah hujan dan kelembaban. Untuk


kapasitas kecil alat ini jarang digunakan karena biayanya yang cukup mahal.
Alat ini biasanya dipakai pada stasiun pemantau cuaca yang diperuntukan
untuk pengumpulan data data meteorologis secara umum pada daerah tertentu.

Gambar 1.2-2. Automatic weather system


17

1.4. Metode pengamatan alami / prakiraan


Kebanyakan turbin angin kecil memerlukan kecepatan angin yang relatif
rendah untuk mulai beroperasi, sedangkan turbin angin berskala menengah dan
skala besar memerlukan kecepatan angin awal yang lebih tinggi. Data
kecepatan angin rata rata suatu wilayah tidak selalu merupakan indikator
terbaik bagi suatu wilayah, karena masih ada pengaruh geografi lokal.
Memonitor secara langsung kecepatan angin pada lokasi dan ketinggian
tertentu untuk suatu lokasi merupakan cara terbaik. Perubahan angin sebesar
10% akan menyebabkan perubahan daya kira-kira sebesar 30%. Taksiran
kecepatan angin dari gerak dedaunan, seperti pada Gambar dibawah, akan
sangat membantu.

Gambar 1.2-3. Taksiran kecepatan angin (Permana, 2007)

Gambar 1.2-4. Pola kecepatan angin harian


18

Berikut data rata rata kecepatan angin berdasarkan hasil pengujian LAPAN
dibeberapa lokasi di Indonesia pada ketinggian 50 meter.

Tabel 1.1-1. Kecepatan angin

No Province/ Island V (m/s) Number of


1 East Nusa Tenggara 3.2 ~ 7.6 41
site
2 West Nusa Tenggara 3.2 ~ 4.9 11
3 Maluku 3.4 ~ 4.2 2
4 Selebes ( North, Central, 3.2 ~ 7.3 18
5 Java 3.9 ~ 5.2 10
South, South East, Gorontalo)
6 Sumatera 3.4 ~ 3.9 4
7 Kalimantan (Borneo) 3.6 1

Gambar 1.2-5. Peta lokasi energi angin tahun 1994-2008 (ESDM, 2017)
19

1.5. Pengolahan data hasil pengukuran


1.5.1 Prosedur Wind forecasting

Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang di laut dalam suatu
perairan yang dibangkitkan oleh angin, kemudian merambat ke arah pantai dan
pecah seiring pendangkalan perairan di dekat pantai. Hasil peramalan
gelombang berupa tinggi dan periode gelombang signifikan untuk masing-
masing arah angin yang menyebabkan terbentuknya gelombang. Data-data
yang dibutuhkan untuk meramal gelombang terdiri dari :
1. Panjang fetch efektif.
2. Data kecepatan angin yang telah dikonversi menjadi wind stress factor (
UA).
Untuk mendapatkan gelombang rencana, dilakukan peramalan gelombang
berdasarkan data angin jangka panjang. Metode yang diterapkan mengikuti
metode yang ada di Shore Protection Manual dari US Army Corps of Engineer
edisi 1984.

1.5.2. Perhitungan Fetch Efektif

Untuk melakukan perhitungan fetch di suatu perairan diperlukan peta perairan


lokasi dan sekitarnya. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang
diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya
kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang,
maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 50.
Perhitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
peta topografi dengan skala yang cukup besar, sehingga dapat terlihat pulau-
pulau atau daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu
lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut dalam dari lokasi perairan
yang ditinjau, karena gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di
laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke daerah pantai, mengalami
transformasi dan pecah seiring dengan pendangkalan dasar perairan di dekat
pantai.
20

Panjang fetch efektif dihitung berdasarkan prosedur sebagai berikut:


1. Menarik garis fetch untuk suatu arah.
2. Menarik garis fetch dengan penyimpangan sebesar 5 o dan -5o dari suatu arah
sampai pada suatu batas areal yang lain. Pengambilan nilai 5 o ini dilakukan
mengingat adanya kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi
atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan
interval 5o.
3. Mengukur panjang fetch tersebut sampai menyentuh daratan terdekat, lalu
dikalikan dengan skala peta.
4. Panjang fetch efektif dihitung untuk 8 (delapan) arah mata angin

1.5.3. Perhitungan Wind Stress Factor


Wind stress factor merupakan data kecepatan angin yang dimodifikasi.
Sebelum merubah
kecepatan angin menjadi wind stress factor, koreksi dan konversi terdahap data
kecepatan angin perlu dilakukan. Berikut ini merupakan koreksi dan konversi
yang perlu dilakukan pada data kecepatan angin untuk mendapatkan nilai wind
stress factor.
 Koreksi ketinggian
Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian 10
m di atas permukaan.
 Koreksi Durasi
Data angin yang tersedia biasanya tidak disebutkan durasinya atau merupakan
data hasil pengamatan sesaat. Kondisi sebenarnya kecepatan angin adalah
selalu berubah-ubah meskipun pada arah yang sama. Untuk melakukan
peramalan gelombang diperlukan juga durasi angin bertiup, dimana selama
dalam durasi tersebut dianggap kecepatan angin adalah konstan. Oleh karena
itu, koreksi durasi ini dilakukan untuk mendapatkan kecepatan angin rata-rata
selama durasi angin bertiup diinginkan.
21

 Koreksi Stabilitas
Koreksi stabilitas ini berkaitan dengan perbedaan temperatur udara tempat
bertiupnya angin dan air tempat terbentuknya gelombang
 Koreksi Efek Lokasi
Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun darat,
bukan diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi pantai.

1.5.4. Konversi ke Wind Stress Factor


Setelah koreksi dan konversi kecepatan di atas dilakukan, tahap selanjutnya
adalah mengkonversi kecepatan ngina tersebut menjadi wind stress factor.

1.6. Potensi Angin

Berikut dibahas beberapa pengertian dan tipe angin yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan PLTB.

a. Pengertian Angin

Bila kita kaji bahwa angin merupakan energi yang terjadi dikarenakan
adanya perbedaan suhu antara udara dingin dan panas yang mengalir.
Sedangkan bila udara dimana memiliki kecepatan, tenaga, dan arah. Penyebab
dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh radiasi matahari. Pergerakan
angin ini memiliki energi kinetik, oleh karena itu energi angin dapat
dikonversi menjadi energi lainnya seperti energi listrik dengan
menggunakan kincir angin atau turbin angin.

Angin seperti fluida yang lain pada umumnya mempunyai profil geseran atau
profil kecepatan ketika mengalir melewati benda padat, misalnya
permukaan bumi. Pada tepat di permukaan bumi, kecepatan relatif angin
terhadap permukaan bumi sama dengan nol. Kemudian kecepatan ini
menjadi semakin tinggi sebanding ketinggian dari permukaan bumi. Dikenal
jenis profil geseran angin yang biasa digunakan untuk menghitung energi:
profil geseran angin eksponensial (exponential wind shear profile) dan profil
geseran angin kekasaran permukaan (surface roughness wind shear stress).
22

b. Proses Terjadinya Angin

Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas
matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pada suatu daerah yang
menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara
yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga
akan terjadinya perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang
menerima energi panas lebih rendah dengan yang menerima energi panas
yang besar, akibatnya akan terjadinya aliran udara pada daerah tersebut yang
menghasilkan angin. Kondisi aliran angin dipengaruhi oleh permukaan bumi
yang dilalui oleh aliran dan perbedaan temperatur permukaan bumi.

c. Angin menurut jenisnya

Angin pada umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu angin musim dan
angin lokal. Angin darat, laut, lembah dan jatuh merupakan beberapa jenis
angin lokal.

1) Angin Laut dan Angin Darat

Angin darat merupakan angin yang bertiup mengalir dari darat ke lautan,
sedangkan angin laut merupakan angin yang bertiup dari laut ke daratan.
Adanya perbedaan sifat antara lautan dan dartan mengakibatkan terjadinya
angin darat dan angin laut. Lautan menyerap dan melepas energi panas lebih
lama daripada daratan. Proses terjadinya angin darat dan angin laut :

(a) Pada malam hari merupakan waktu terjadinya angin darat, dikarenakan
daratan melepas energi panas yang diserap dari permukaan bumi lebih cepat
yang mengakibatkan suhu udara menjadi dingin. Sedangkan energi panas di
lautan sedang mengalami proses pelepasan energi ke udara. Udara yang naik
dari lautan ke atas digantikan oleh udara dingin yang bergerak dari daratan,
sehingga hal ini merupakan penyebab terjadinya aliran udara dari daratan
menuju ke lautan. Pada malam hari hingga dini hari merupakan waktu
terjadinya angin darat.
23

(b) Pada waktu pagi hingga sore merupakan waktu terjadinya angin laut,
karena energi panas yang ada di daratan diserap lebih cepat daripada energi
panas yang diserap di lautan, sehingga udara lebih panas terjadi di daratan
daripada di lautan. Udara dingin dari lautan akan naik dan menggantikan udara
panas di daratan.

Gambar 2.1 Aliran angin darat dan angin laut (sumber :


www.berpendidikan.com)

2) Angin Gunung dan Angin Lembah

Perbedaan pemanasan suhu juga terjadi dikawasan pegunungan dengan


kawasan lembah, berikut penjelasannya:

Ketika matahari terbit merupakan waktu dimana angin lembah terjadi,


daerah pertama kali yang mendapatkan energi panas adalah puncak
gunung dan proses tersebut berlangsung sepanjang hari, lembah
mendapatkan energi panas lebih rendah dibandingkan lereng gunung.
Sehingga terjadi perbedaan suhu antara lembah dan lereng gunung. Udara dingin
dari lembah menggantikan udara panas pada lereng gunung yang naik,
akibatnya terjadi aliran udara dari lembah menuju gunung yang
dinamakan dengan angin lembah. Sedangkan pada sore hari puncak
gunung yang mendingin akan mengalirkan udara ke lembah dan lembah akan
melepas energi panas. Aliran udara tersebut dinamakan angin gunung.
24

Gambar 2.2 Aliran angin gunung dan angin lembah


(sumber : www.berpendidikan.com)

3). Angin Ribut atau Angin puyuh

Angin ribut atau angin puyuh biasa juga disebut sebagai angin puting beliung,
yaitu angin kencang yang datang secara tiba tiba, mempunyai pusat gerak

seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan hilang dalam waktu
singkat (3 - 5 menit). Dengan kecepatan angin rata - rata berkisar antara 30 -
– – –

40 knots. Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang
bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menj ulang tinggi. Namun, tidak semua
awan Cumulonimbus menyebabkan angin puti ng beliung. Puting beliung
dapat terj adi dimana saj a, di darat maupun di laut, dan jika terjadi di laut
durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini lebih sering terjadi pada
siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih sering terjadi pada
peralihan musim (pancaroba).

4). Angin Antisiklon dan Siklon


Udara yang bergerak pada daerah bertekanan tinggi ke tekanan lebih rendah
sering disebut dengan angin siklon. Udara ini bergerak mengelilingi
daerah dengan tekanan udara yang lebih rendah, yang berputar pada daerah
bertekanan tinggi.

Angin yang bergerak dari suatu daerah dengan tekanan udara yang tinggi
menuju daerah dengan tekanan udara rendah yang mengelilinginya sering
25

disebut sebagai angin antisiklon. Udara ini bergerak berputar menuju ke


daerah yang lebih rendah.

Gambar 2.3 : Contoh angin siklon dan angin antisiklon


(sumber : www.berpendidikan.com)

5) Angin Fohn

Angin Fohn adalah angin bersifat kering dan panas yang turun dari lereng
pegunungan. Angin ini terjadi karena turunnys kelembaban udara yang
mendapatkan pemanasan secara dinamis. Sehingga udara panas dan keringlah
yang mengalir ke daratan. Selain itu jenis angin selain angin lokal
merupakan angin yang bertiup dengan kawasan yang lebih luas seperti
angin musim atau angin monsoon.

Ada dau jenis angin monsoon yang terjadi di Indonesia, yaitu


monsoon barat dan monsoon timur. Angin monsoon disebabkan oleh
perbedaan tekanan udara pada benua yang menggapit Indonesia, yaitu
Benua Autralia dengan udara kering dan Benua Asia dengan udara yang
relatif lembab.
26

6). Angin Monsun Barat


Pada bulan Oktober hingga April merupakan bulan dimana angin monsoon
barat terjadi. Pada bulan tersebut belahan bumi bagian selatan tepat berada di
bawah matahari, yang mengakibatkan suhu pada belahan bumi bagian
selatan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu bumi bagian utara, sehingga
angin bertiup ke bumi bagian selatan.

7). Angin Monsun Timur

Pada bulan April hingga Oktober merupakan bulan dimana angin monsoon
timur terjadi. Pada saat itu bumi bagian utara berkedudukan tepat dibawah
matahari. Menyebabkan benua Australia mengalami musim dingin sehingga
bertekanan tinggi. Sedangkan benua Asia lebih panas, sehingga tekanannya
rendah.

Gambar 2.4: Contoh angin muson barat dan angin muson timur
(sumber: www.berpendidikan.com)

1.7. Kecepatan Angin


Syarat dan kondisi kecepatan angin dapat diukur dengan alat pengukur kecapatan
dan pengukur arah angin. Selain dengan alat pengukur dapat juga diukur atau
27

diperkirakan menggunakan tabel Skala Beaufort. Berikut tingkatan kecepatan


angin menurut table Skala Beaufort.
Tabel 2.1 Tingkat kecepatan angin menurut Skala Beaufort

Udara Asap bergerak Permukaan laut seperti


0 Tenang 0 0 secara vertikal kaca
Angin terasa di
wajah; daun- riak kecil terbentuk
Angin daun berdesir; namun tidak pecah;
1-3 ≤ 19 ≤ 10 kincir angin
lemah permukaan tetap
bergerak oleh seperti kaca
angin
mengangkat
debu dan Ombak kecil mulai
Angin menerbangkan memanjang; garis-
4 20~29 11~16 kertas; cabang
sedang garis buih sering
pohon kecil terbentuk
bergerak
pohon kecil
berayun; Ombak ukuran
Angin gelombang kecil
5 30~39 17~21 sedang; buih berarak-
segar terbentuk di arak
perairan di darat

cabang besar Ombak besar mulai


bergerak; siulan terbentuk, buih tipis
terdengar pada melebar dari
6 Angin kuat 40~ 50 22~ 27 kabel telepon; puncaknya, kadang-
payung sulit kadang timbul
digunakan percikan

pohon-pohon Laut mulai bergolak,


bergerak; terasa buih putih mulai
7 Angin ribut 51~ 62 28 ~33 sulit berjalan terbawa angin dan
melawan arah membentuk alur-alur
angin sesuai arah angin

Gelombang agak
tinggi dan lebih
ranting-ranting panjang; puncak
Angin ribut patah; semakin gelombang yang pecah
8 63~ 75 34~ 40 mulai bergulung; buih
sedang sulit bergerak
maju yang terbesar
anginnya semakin
jelas alur-alurnya
28

Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecepatan Angin Menurut Skala Beaufort

Satuan Satuan
Skala dalam dalam Keadaan di
Kategori Keadaan di lautan
Beaufort km/jam knots daratan

gelombang tinggi
kerusakan terbentuk buih tebal
bangunan mulai berlajur-lajur; puncak
muncul; atap gelombang roboh
Angin ribut rumah lepas;
9 76-87 41-47 bergulung-gulung;
kuat
cabang yang percik-percik air mulai
lebih besar mengganggu
patah penglihatan
gelombang sangat
tinggi dengan puncak
memayungi; buih yang
jarang terjadi di ditimbulkan
daratan; pohon- membentuk tampal-
pohon tercabut; tampal buih raksasa
10 Badai 88-102 48-55 yang didorong angin,
kerusakan
bangunan yang seluruh permukaan laut
cukup parah memutih; gulungan
ombak menjadi
dahsyat; penglihatan
terganggu
gelombang amat
sangat tinggi (kapal-
kapal kecil dan sedang
terganggu pandangan
karenanaya),
sangat jarang permukaan laut
terjadi- tertutup penuh tampal -
11 Badai kuat 103-117 56-63
kerusakan yang tampal putih buih
menyebar luas karena seluruh puncak
gelombang
menghamburkan buih
yang terdorong angin;
penglihatan terganggu
9

2. Potensi Energi Angin

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam yang begitu besar, salah
satunya adalah angin. Potensi angin dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi,
mempunyai kecepatan diatas 5m/detik dan berada pada 120 lokasi yang tersebar
di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan
Pantai Selatan Jawa (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2006).

Menurut Kepala Penelitian dan Pengembangan Daerah Jawa Barat “Neni Sri
Utami, 2012” Kecepatan angin di Indonesia kurang dari 5,9 per meter detik
tapi bukan tidak bias dimanfaatkan. Indramayu memiliki 40 kincir angin yang
hanya 3 meter per detik dapat memompa air 2,7 meter kubik perjamnya
dan hanya memerlukan biaya 500 ribu untuk biaya perawatan setiap tahunnya.
Pemanfaatan potensi anginseperti ini diharapkan mampu membantu masyarakat
untuk menekan biaya perawatan yang mulai sangat mahal di era globalisasi.

Peranan pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk mendukung adanya suatu


energi terbarukan di wilayah yang memiliki potensi tinggi seperti potensi angin.
Di desa salah satu tempat yang memiliki potensi angin, dengan letak di pinggir
pantai kawasan ini merupakan wilayah dengan potensi angin yang bagus sebagai
penggerak blade turbin angin. Termasuk peranan pemerintah yang
mengesahkan akan dibangunnya turbin angin di pinggir pantai samas sejak
tahun 2015 namun belum terealisasikan. Sehingga saya ingin menganalisa
potensi angin disana untuk mengetahui apakah daerah tersebut berpotensi
membangkitkan energi listrik sebagai energi alternatif.

Tabel 2.2 Potensi Energi Angin dan Lokasi Potensi (LAPAN, 2006)

Kelas Kec. Angin Daya Kapasitas Lokasi (Wilayah)


(m/s) (kW)
Spesifik
(W/m2)
Skala Kecil 2,5-4,0 <75 s/d 10 Jawa,NTT,NTB,M
aluku,Sulawesi
Skala 4,0-5,0 75-1 00 10-1 00 NTT,NTB,Sultra
Menengah
Skala Besar >5,0 >150 >100 Sulsel,NTB,NTT
dan Pantai Selatan
Jawa
10

2.1. Kecepatan angin rata-rata

Kecepatan rata – rata angin dapat dihitung menggunakan rumus :

V = kecepatan angin rata-rata (m/s)

Vᵢ = kecepatan angin yang terukur (m/s)

tᵢ = lama angin bertiup dengan kecepatan Vᵢ

n = banyak data pengukuran

Kecepatan angin rata-rata untuk tiap satu jam, misalnya kecepatan angin rata-
rata
unt
uk
jam 00.00 sampai 01.00, kecepatan angin ini menggunakan variasi
kecepatan harian. Dengan mengetahui variasi harian dari kecepatan angin, dapat
diketahui saat-saat dimana angin bertiup kencang dalam satu hari, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan berapa jam dalam sehari semalam energi angin di
daerah tersebut dapat menggunakan penggerak turbin angin. Kecepatan angin
disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh ketinggian terhadap tanah, makin dekat
dengan permukaan tanah, kecepatan angin makin kecil (Cahya Adijana
Nugraha, 2015).
2.2 Distribusi kecepatan angin relatif dan komulatif

Suatu nilai frekuensi dari kecepatan angin rata-rata dapat dihitung dan dianalisis
menggunakan fungsi distribusi relatif dan komulatif.

Fungsi distribusi yang digunakan adalah fungsi distribusi probabilitas dan


distribusi Rayleigh.

Distribusi probabilitas
a) Fungsi Distribusi Relatif

b) Fungsi Distribusi Komulatif

Distribusi Rayleigh
11

a) Fungsi Distribusi Relatif

b) Fungsi Distribusi Komulatif

2.3. Daya spesifik

Menurut Douglas C. Giancoli tahun 1998 Energi angin merupakan energi


dengan suatu yang bergerak dengan kecepatan dan memiliki massa. Angin
yang bergerak memiliki massa dan energi yang sebanding, serta kecepatan.
Persamaan berikut dapat digunakan sebagai penentuan nilai potensi energi
angin, yaitu:

E = energi potensial angin (Joule


m = massa udara (kg)

V = kecepatan angin (m/s)

Douglas C. Giancoli tahun 1998 juga menyatakan bahwa nilai massa yang
terkadung didalam volum udara dapat ditentukan nilainya dengan persamaan
sebagai berikut :

m = massa udara (kg)

ρ = massa jenis udara (kg/m3)

v = volume udara (m3)

Nilai volum udara dapat diukur dan ditentukan dengan perkalian antara
panjang lintasan yang ditempuh oleh udara dan penampang luas turbin, dengan
suatu persamaan berikut ini :

A = luas penampang bidang turbin (m2)

x = lintasan yang ditempuh angin dalam satu waktu (m)

Dengan persamaan kedua dapat disubtitusikan menjadi :


12

, dengan persamaan pertama dapat disubtitusikan menjadi :

Nilai suatu daya spesifik dalam satuan luas bidang turbin dapat ditentukan

V V2))V

oleh persamaan berikut ini :

Energi kinetik yang dihasilkan oleh suatu turbin disebabkan oleh angin yang
bertiup pada menimpa bilah turbin dan menggerakan bilah turbin memutar,
sehingga terjadi perhambatan. Sehingga kecepatan angin sebelum dan sesudah
melewati bilah pada turbin tidaklah memiliki nilai yan sama. Persamaan berikut
mampu menentukan perubahan momentum yang terjadi pada udara:
V2)
P = m(V1 – V2)V

V = kecepatan angin masuk (m/s)

0,5 . m . (V12 – V22)

0,5 . m . (V12 – V22) = m(V1 – V2)

V = 0,5 . (V1 + V2)

P = ρ . A . V . (V1 – V2)V

P = ρ . 11 . V 13. [(1 + )(1 - 2 )]/4


13

Energi maksimum yang dapat diambil oleh turbin adalah :


P max = . ρ . A . V 1 3

Daya maksimal persatuan luas :


P ma x = . ρ . V 1

Daya per satuan luas yang terdapat di angin :

P = 0,5 . ρ . V13

Efisiensi maksimum turbin angin :

Daya spesifik yang dapat diambil oleh turbin angin :

P = 0,59 . Cp.ρ.V13
14

G. Rangkuman
Untuk mendisain Pembangkit Listrik Tenaga Bayu yang handal dan
berkesinambungan dengan permintaan pengguna (demand oriented) dan
kemudahan jangkauan jaringan listrik, diperlukan pengetahuan mengenai studi
kelayakan pembangunan pembangkit listrik energi Bayu melalui kajian dan
pertimbangan beberapa aspek yaitu ; 1. Lokasi , karakteristik dan potensi Energi
angin yang ada di lokasi ; 2. Hambatan di lingkungan sekitarnya ; 3. Topografi
lingkungan di wilayah yang jauh dari pertumbuhan konstruksi bangunan,
pemanfaatan lahan dan bangunan (deskripsi kekasaran tanah); 4. Orografi,
seperti bukit, dapat menyebabkan efek akselerasi atau deselerasi pada aliran
udara. Dalam tahapan penelitian potensi energi angina diperlukan data yang
cermat karena membutuhkan waktu panjang (minmimal satu tahun) dan
Pemasangan alat ukur dan perlengkapan peralatan sesuai dengan kapasitas
pengukuran kecepatan dan arah angina serta kondisi kapasitas energi yang akan
dibangun.

H. Asesmen CPMK
Latihan soal Modul 1.
Pilihlah jawaban yang paling benar!

1. Salah satu sifat angin adalah seperti di bawah ini, kecuali….


a. Semakin rendah semakin lambat
b. Semakin tinggi semakin cepat
c. Tidak bersih karena polusi
d. Hindari hambatan kecepatan dan arah angin
d. Berubah-ubah arah dan kecepatan sepanjang hari

2. Data potensi angin dapat diperoleh dari sumber di bawah ini, kecuali….
a. BMKG
b. LAPAN
c. WMO
d. IMO
e. GMRP
15

3. Anemometer adalah alat untuk mengukur……


a. Arah angin
b. Kecepatan angin
c. Perubahan Arah dan perubahan kecepatan angin,
d. Perubahan suhu dan kelembaban udara
e. Semua kondisi dan lokasi PLTB yang efektif

4. Alat yang bukan hanya mengukur kecepatan dan arah angin adalah…
a. Anemometer c. Laser meter
b. AWS
c. BMKG
d. VOC meter
e. GARP

5. Data pengukuran kecepatan dan arah angin akan diolah dengan metoda
berikut kecuali..
a. Windforecasting c. wind stres factor
b. Fetch
c. Wind Stress Factor
d. Curve analysis
e. Accu weather

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan ringkas


1. Sebutkan karakteristik dan potensi energi angin dalan pemilihan lokasi
pembangunan instalasi listrik yang menggunakan energi angin?
2. Sebutkan tahapan kegiatan yang disarankan dalam melakukan penelitian
potensi energi angin?
3. Mengapa tahapan-tahapan (no.2) itu sangat penting?
4. Sebutkan dan jelaskan beberapa alat ukur dan pengukuran kecepatan dan arah
angin?
5. Sebutkan dan jelaskan bagaimana pengolahan data hasil pengukuran kecepat-
an dan arah angin dilakukan?
16

I. Umpan balik dan tindak lanjut


1. Apakah Anda cukup jelas dengan paparan Bab 1?
2. Jika tidak, dibagian mana Anda merasa tidak jelas?
3. Bagaimanakah komentar Anda tentang Bab 1 secara keseluruhan?
4. Apa saran Anda untuk perbaikan baik fisik dan substansi Bab 1?

J. Rujukan
Budi S.F., Mukhtar A.I, 2013. Kincir Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif
Penggerak Pompa Irigasi Perkebunan Di Desa Karyamukti. Prosiding Elektronik
PIMNAS, Pekan Kreatifitas Mahasiswa-Teknologi (PKM-T) DIKTI, hal. 1-6
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), 2014. Rencana Strategis BMKG
Tahun 2010 – 2014
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2017. Peluncuran Peta Potensi
Energi Angin Kerjasama Indonesia-Denmark: Saatnya Gerak Nyata
Kembangkan Pembangkit Energi Baru Terbarukan. Siaran Pers Nomor:
00057.Pers/04/Sji/2017 Tanggal: 2 Mei 2017, Indonesia
Permana, 2007. Perencanaan Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
Introduction Of Renewable Energy Lesson Modules At The Technical Schools In
Indonesia
Riva Giovanni, Foppapedretti Ester , De Carolis Carla, 2012, Handbook On
Renewable Energy Sources, South East Europe- European Union

K. Test Formatif

1. Untuk memaksimalkan putaran turbin angin sudut serang dari sudu-sudu


dapat di atur, bertujuan untuk :
a. Kekuatan turbin
b. Menjaga kecepatan putar dari poros utama agar stabil
c. Memaksimalkan tekanan angin
d. Mengoptimalkan volume udara
e. Menahan dorongan angin

2. Untuk meningkatkan putaran generator listrik turbin angin diperlukan :


a. Poros turbin yang panjang
b. Sudu sudu turbin diperpanjang
c. Dilengkapi gear pada poros turbin
d. Sudu sudu turbin dibuat plat.
e. Gear ukuran besar.
17

3. Ketinggian menara / tower turbin berpengaruh persentase peningkatan


kekeuatan angin. Pada ketinggian kira berapa feet dari permukaan tanah
berdasarkan hasil penelitian peningkatan kekuatan angin 100% :
a. 122 feet
b. 130 feet
c. 90 feet
d. 50 feet
e. 60 feet

4. Pengaruh turbolensi angin yang dapat mengganggu turbin angin sangat


ditentukan oleh:
a. Ketinggian menara
b. Penempatan menara
c. Faktor bahan turbin
d. Tofogradi dan Orografi
e. Obstacle arus angin

5. Ketinggian membangun menara berpengaruh pada potensi daya angin untuk


memutar turbin angin dalam merancang PLTB. Yang perlu diperhatikan
ketinggian menara menurut ketentuan (regulasi) adalah :
a. Untuk mendapatkan daya angin yang maksimal
b. Perijinan dari intansi terkait seperti, transportasi, biaya dan keamanan dari
bencana
c. Menara turbin angin dapat dipasang setingginya
d. Menara turbin memiliki konstruksi pondasi yang kokoh.
e. Ketinggian Menara Maksimal 85 meter

6. Dalam merancang instalasi turbin angin perlu mempertimbangkan


pemilihan generator listrik yang dipasang. GGL (gaya gerak listrik) yang
dihasilkan generator ditentukan oleh:
a. Terpaan angin pada turbin
b. Jenis turbin
c. Jumlah perpotongan kumparan jangkar terhadap medan magnet generator
d. Dapat menggunakan generator listrik dengan kapasitas besar
e. Jumlah volume dan arah angin

7. Generator listrik yang dipasang pada turbin angin umumnya menggunakan


kutub magnet permanent, dengan tujuan :
a. Agar kutub-kutub magnet dapat diperkuat
b. Magnet permanen tidak berpengaruh pada ggl yang dihasil generator
c. Magnet permanen dapat memperkecil hambatan turbin
d. Tidak perlu dilakukan penguatan medan kutub-kutub magnet
e. Meredam medan Magnet agar tidak bocor

8. Dalam merangcang generator turbin angin harus memperhatikan jumlah


kutub magnet yang dasang pada generator. Bila putaran turbin 200 rpm,
18

frekuensi generator 50 Hz. Maka dibutuhkan generator listrik yang jumlah


kutubnya :
a. 24 bh.
b. 30 bh.
c. 12 bh.
d. 5 bh
e. 4 bh.

9. Komponen penting dalam generator dc yaitu komutator, fungsi dari


komutator untuk :
a. Memperkuat kutub-kutub magnet
b. Menstabilkan tegangan generator
c. Menyearahkan tegangan yang dihasilkan jangkar
d. Merubah arus DC menjadi tegangan AC
e. Menaikan kapasitas daya generator

10. Generator listrik yang digunakan sebagai pembangkit listrik untuk PLTB
dapat menggunakan generator induksi, dengan tujuan :
a. Mendapatkan energi listrik yang besar
b. Mendapat tegangan listrik stabil
c. Konstruksinya simple, ringan dan mudah pemeliaharaan
d. Menghasilkan arus DC.
e. Agar frekuensi dan tegangannya dinamis

Anda mungkin juga menyukai