Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

DESALINASI NUKLIR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih

Dosen Pengampu: Dr. Baiq Liana, S.Si.,M,Si

Oleh:

Wajizatul Amnia (200605034)

Bq Rohmi Yuliana (200605004)

Khairi Abiyyu Mas’ud (200605017)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, dan
hidayah-Nya penulis dapat memenuhi tugas mata kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih.
Makalah yang berjudul “Desalinasi Nuklir”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini
yaitu selain untuk memenuhi tugas mata kuliah juga untuk menambah wawasan penulis
terkait materi yang dibahas.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Baiq Liana, S.Si.,M,Si selaku dosen
pengampu mata kuliah teknik penyediaan air bersih yang telah memberikan bimbangan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik
sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kelengkapan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak terutama pembaca.

Pancor, 29 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Sejarah proses desalinasi.....................................................................................................3
2.2 Teknologi desalinasi nuklir.................................................................................................3
2.3 Jenis Teknologi Desalinasi...................................................................................................8
2.4 Keuntungan dan kekurangan teknologi desalinasi nuklir.............................................11
2.5 Kebutuhan energi...............................................................................................................12
2.6 Pembangkit Nuklir.............................................................................................................12
2.7 Kopling Desalinasi Nuklir.................................................................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia, di dalam kehidupannya selalu membutuhkan air bersih. Kelangkaan air bersih
khususnya air minum merupakan sebuah bencana bagi negara-negara di dunia. Sekitar tahun
2025, dua per tiga penduduk dunia akan menderita kekurangan air, khususnya afrika, amerika
latin dan asia tenggara. Desalinasi air laut merupakan salah satu alternative yang menjanjikan
untuk mengatasi kekurangan air tersebut. teknologi desalinasi telah popular sejak tahun 1950-an
dan teknologi desalinasi besar yang pertama dibangun adalah desalinasi dengan proses termal
yang didominasi oleh negara-negara timur tengah. Sejak tahun 1980-an, teknologi desalinasi
menjadi teknologi komersial. Keuntungan teknologi berdasarkan pengamlaman operasi dicapai
oleh unit yang dibangun dan dioperasikan pada decade sebelumnya. Sejak tahun 1990-an
penyediaan air bersih dengan teknologi desalinasi telah umum digunakan.

Pembangkit desalinasi yang telah dikembangkan di dunia salah satunya memanfaatkan


energy nuklir untuk mengkasilkan air bersih. Sesuai dengan isi Peraturan Pemerintah RI No.79
Tahun 2014, tentang kebijakan energi nasional, Pemerintah telah menetapkan sasaran bauran
energi primer optimal yaitu memberi kesempatan kepada sumber energi baru dan terbarukan
(biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin) untuk berkontribusi minimal 23% pada
tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Kebijakan pemerintah tersebut memberi peluang dan
tantangan terhadap penerapan dan pengembangan reaktor nuklir (PLTN) di Indonesia. PLTN
kogenerasi selain untuk memproduksi listrik, panas sisa PLTN dapat dimanfaatkan untuk
memasok panas proses desalinasi, sehingga PLTN kogenerasi dipertimbangkan selain dapat
menambah nilai ekonomi PLTN juga dapat mengatasi defisit listrik dan air bersih. Desalinasi
merupakan proses memisahkan garam/mineral terlarut dalam air laut untuk memperoleh produk
air bersih.

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk PLTN, industri
maupun kebutuhan masyarakat adalah dengan teknologi desalinasi nuklir. Proses desalinasi
memerlukan energi dalam bentuk panas atau listrik yang dapat dipasok dari reaktor nuklir
(PLTN), sehingga disebut desalinasi nuklir. Sedangkan desalinasi adalah proses menghilangkan

1
mineral-mineral terlarut dari air laut atau air payau menjadi air bersih. Instalasi desalinasi nuklir
telah dioperasikan di beberapa negara.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah awal adanya teknologi desalinasi nuklir?
2. Apa yang dimaksud dengan teknologi desalinasi nuklir?
3. Apa saja jenis-jenis teknologi desalinasi nuklir?
4. Apa keuntungan dan kelebihan dari masing-masing jenis teknologi desalinasi nuklir?
5. Berapa kebutuhan energy yang diperlukan dalam proses desalinasi nuklir?
6. Apa yang dimaksud dengan pembangkit nuklir dan perannya pada proses desalinasi
nuklir?
7. Apa yang dimaksud dengan kopling desalinasi nuklir?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui sejarah awal adanya teknologi desalinasi nuklir.


2. Memahami teknologi desalinasi nuklir.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis teknologi desalinasi nuklir.
4. Memahami keuntungan dan kelebihan dari masing-masing jenis teknologi desalinasi
nuklir.
5. Untuk mengetahui kebutuhan energy yang diperlukan dalam proses desalinasi nuklir.
6. memahami pembangkit nuklir dan perannya pada proses desalinasi nuklir.
7. Memahami kopling desalinasi nuklir.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu menambah wawasan penulis terkait teknologi
desalinasi nuklir dalam mengatasi permasalahan kiris air dan juga melatih kemampuan penulis
dalam menganalisis masalah serta berdiskusi dalam mencari solusi dari suatu permasalahan
secara berkelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah proses desalinasi
Sejarah teknologi desalinasi dimulai di awal abad ke 19, yang dimulai dengan teknologi
submerge tube. Dalam kurun waktu 40 tahun perkembangannya tidak begitu menonjol.
Teknologi desalinasi ini justru cepat berkembang ketika perang dunia kedua meletus di awal
tahun 1940. Ketika itu dibutuhkan pasokan air minum bagi prajurit yang berada di daerah
terpencil dankesulitan untuk mendapatkan air minum.

Gambar 1. Sejarah perkembangan Teknologi Desalinasi

Pada akhir tahun 1960, instalasi desalinasi jenis themial sudah dapat menghasilkan air
bersih sebanyak 8000 m^/hari atau 2 mgd. (1m^ = 4000 mgd USA). Di awal tahun 1970,
teknologi membran seperti electro dyallsis dan reverse osmosis mulai berkembang dan menarik
perhatian, serta dapat bersaing dengan teknologi sebelumnya. Hal ini disebabkan kemampuan
dan keleluasaannya dalam beroperasi untuk memenuhl kebutuhan airminum di daerah perkotaan,
Industri dan pahwisata.

2.2 Teknologi desalinasi nuklir


Desalinasi nuklir adalah proses produksi air bersih yang berasal dari air laut atau air
payau dengan menggunakan reaktor nuklir (PLTN) sebagai sumber energi. Skema PLTN untuk
pasokan listrik dan desalinasi dapat dilihat pada Gambar 1. Saat ini, PLTN yang telah teruji,
yang energinya telah memasok instalasi desalinasi adalah jenis PWR. Di dalam PLTN jenis
PWR, terdapat suatu sistem yang disebut RCS (Reactor Coolant System). RCS merupakan
rangkaian sirkulasi air tertutup yang berfungsi selain sebagai sistem pendingin reaktor (sistem

3
primer) juga menyalurkan panas ke sistem sekunder di dalam generator uap. Sistem sirkulasi
pendingin yang melalui teras reaktor disebut sistem aliran primer, sedangkan sistem sirkulasi
yang melalui generator uap menuju turbin disebut sistem aliran sekunder. Uap dari turbin, selain
digunakan untuk menghasilkan listrik juga untuk memasok energi panas ke instalasi desalinasi.

Gambar 2. Skema PLTN untuk Pasokan Listrik dan Desalinasi

Teknologi desalinasi yang telah teruji dikopel dengan PLTN jenis PWR adalah MSF,
MED dan RO. Jadi teknologi desalinasi nuklir telah komersial dan teruji dengan berbagai
pengalaman. Tabel 2 memperlihatkan status proses desalinasi dengan PWR.

Prinsip proses desalinasi berbasis pada distilasi atau pemisahan dengan membrane.
Teknologi desalinasi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu distilasi termal (MSF dan MED) dan
pemisahan dengan membran (Reverse Osmosis = RO). Selain itu juga terdapat teknologi hibrid
yang mengintegrasikan teknologi membran dan termal. Selanjutnya terdapat teknologi desalinasi
lainnya yang kurang diaplikasikan karena ukuran unit yang relatif kecil, seperti vapour
compressor (VC) atau hanya diaplikasikan pada air dengan salinitas rendah, seperti: electro
dialysis (ED). Selain itu, terdapat teknologi berbeda yang sedang dalam penelitian dan

4
pengembangan, meliputi: forward osmosis (FO), distilasi membrane (membrane distillation =
MD), capacitance deionization (CDI), dan gas hydrates (GH), freezing, humidification
dehumidification (HDH) dan solar stills. Teknologi pendukung lainnya meliputi ultra/ nano/
ionic filtration (UF/ NF/ IF). Gambar 1. menunjukkan kapasitas desalinasi sesuai dengan proses
yang digunakan, dimana kapasitas desalinasi RO paling tinggi yaitu 60%, diikuti dengan MSF
26% dan MED 6%.

a) Teknologi Termal
Teknologi termal adalah pemisahan garam dai air laut dengan cara penguapan (dengan
temperatur tinggi) kemudian dikondensasi sehingga menghasilkan air bersih. Jenis desalinasi
termal ini yaitu MSF, MED dan VC.
Pembangkit desalinasi MSF dan MED menggunakan proses distilasi, di mana energi suplai
untuk proses diperoleh dad panas Sisa pembangkit dengan pemanasan uap, sehingga
menghasilkan air dengan konsentrasi garam minimal 10 - 25 ppm. Sementara proses VC hampir
sama prosesnya sepetti MED namun untuk pemanasannya proses ini menggunakan pompa
dengan daya kerja kompresor yang sangat tinggi sehingga mampu mengubah uap menjadi titik-
titik air yang mempunyai tekanan dan suhu yang lebih tinggi dari masukannya.
Pembangkit desalinasi MSF adalah salah satu proses desalinasi yang terdepan
diperkenalkan di dunia karena operasinya sederhana, unjuk kerjanya telah terbukti dan tersedia
dalam desain dan peralatan yang standar. Rasio unjuk kerja (Performance Ratio): 10 pon setiap
pon uap (steam). Pembangkit desalinasi MSF pada prakteknya memproduksi air mumi sekitar 5 -

5
25 ppm TDS (Total Dissolved Solid) dari air laut yang mengandung 35.000 — 45.000 ppm
TDS. Konsumsi energi spesisfik dari MSF adalah 4 kWh per ton air hasil distilasi (distillate).
Temperatur pembangkit desalinasi MSF biasanya berkisar arıtara 90 — 120 oc, tergantung pada
perlakuan (treatment) air umpan. Temperatur operasi di atas 120 oc membuat pembangkit
desalinasi tidak dapat bekerja karena akan timbul masalah pada deposisi skala pada pemanas
brine (brine heater).
Pembangkit desalinasi MED memproduksi air bersih dengan konsentarsi garam yang sama
dengen MSF yaitu sebesar: 5 — 25 ppm TDS dari air laut dengan 35.000 — 45.000 ppm TDS.
Konsumsi energi spesifik dari MED di bawah 1,8 kWh lebih kecil dari pada MSF, sementara
rasio unjuk kerjanya sebesar 15 pon per pon uap.
Proses desalinasi dengan menggunakan VC adalah yang paling tinggi teknologinya jika
dibandingkan dengan proses yang lain, sehingga VC didesain untuk masa deparı. Pembangkit
desalinasi VC menghasilkan air bersih dengan konsentrasi garam sebesar 10 - 20 ppm, dengan
konsumsi energi spesifik sebesar 7,5 — 8,5 kWh/m3 air produk.
b) Teknologi Membran
Pembangkit desalinasi yang menggunakan teknologi membran adalah RO. Pada proses ini,
air murni melewati membran semi-permeable khusus dengan level molekül ataupun ion di
bawah nilai tekanan tertentu, sedangkan garam disaring sehingga tidak melewati membran.
Perbedaan tekanan dijaga pada kondisi yang cukup tinggi, untuk dapat mengatasi kecenderungan
alami air untuk bergerak dari bagian konsentrasi garam Nuklir yang rendah menuju ke bagian
konsentasi garam yang tinggi, atau didefinisikan sebagai tekanan osmosis.
Pada Reverse Osmosis, dengan tekanan yang tinggi, air yang berkonsentrasi tinggi akan
mengalir ke konsentrasi rendah. Sehingga aliran air laut akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu
air prodük (yang bisa menembus membran semipermeabe0 dan air buangan yang kita sebut
dengan böne. Untuk menghasilkan air dengan kualitas yang baik, artinya terjamin kadar
mineralnya, maka pada akhir proses diberikan posttreatment yaitu perlakuan air prodük untuk
menghasilkan air prodük sepetti yang distandardkan oleh WHO. Perlakuan itü lain untuk
meningkatkan kadar mineral dalam air ataupun untuk menghilangkan mikro-organisme yang
ikut terlarut saat proses atau dari korosi pipa-pipa yang digunakan untuk proses desalinasi.

6
Pembangkit desalinasi RO dapat memproduksi air bersih dari air laut.maupun air payau,
dengan konsentrasi garam 350 - 500 ppm. Untuk jenis air dengan konsentrasi garam rendah dan
menengah, pembangkit desalinasi RO membutuhkan tekanan sebesar 1.000 psig (69 bar) untuk
air umpanı sementara untuk air laut dengan konsentrasi dan temperatur yang tinggi sepetti di
daerah Laut Merah dan Teluk Arabi diperlukan tekanan sebesar 1.200 psig (83 bar) untuk air
umpannya. Pembangkit desalinasi RO biasanya hanya menggunakan energi listrik, yaitu sekitar
16 - 28 kWh per 1000 galon atau 4,2 - 7,4 kWh per rn 3 air produkPl. Salah satu keunikan deri
pembangkit RO adalah secara efektif dapat digunakan dalam sistem hibrida (hybrid)
Berikut ini ditampilkan tabel perbandingan dari jenis teknologi desalinasi MSF,
MED dan RO.
Tabel 1. Perbandlngan arıtara Teknologi MSF, MED dan RO
MSF MED RO

Konsumsl energi (kWe


- Listrik h/m3)
- Termal (kWt

Ekivalen listrik untuk energi h'm') 5-7

termal 4—6 2-2,5 Tidak ada


(kWe
Total konsumsi energi h/m3) 55- 120 30 - 120 Tidak ada
ekivalen Ukuran unit yang (kWe 8-18 2,5- 10 5-7
mungkin h/m3) 12 - 24 -12,5 24.000
Persyaratan pemeliharaan (m3/hari) 60.000 60.000 Tinggi
Luas perpindahan panas (heat Menengah Rendah Tidak dapat
bansfer ama) Tinggi Rendah diterapkan
Ketersediaan Ex edence avaifable Palin tin i Tin i Menen ah

c) Teknologi Hibrida
Teknologi hibrida merupakan gabungan/kombinasi antara sistem desalinasi membran dan
desalinasi distilasi dengan pembangkit daya listrik. Sebagai contoh adalah hibrida antara RO dan
MSF. Pada proses hibrida RO-MSF sederhana, RO dapat dikombinasikan baik dengan

7
pembangkit MSF/pembangkit daya yang baru maupun yang sudah tersedia. Keuntungan yang
didapat dari jenis desalinasi hibrida ini antara lain adalah

 Secara umum membutuhkn air taut masukan (water intake) yang iebih sedikit.
 Air produk dari pembangkit hibrida RO-MSF digabungkan untuk memperoleh
kualitas air produk yang cocok.
 Dapat menggunakan pembangkit RO dengan tahap tunggal (single stage).
 Rasio daya terhadap air secara signifikan dapat dikurangi.
2.3 Jenis Teknologi Desalinasi
a) MSF (Multi-Stage Flash Distillation)

MSF adalah jenis desalinasi yang selain membutuhkan sedikit energi listrik untuk
menggerakkan pompa, juga membutuhkan energi panas berupa uap dari PLTN. Uap diambilkan
dari turbin, yang setelah memberikan panasnya dalam alat penukar panas, akan kembali ke
sistem sekunder. Proses MSF terdiri dari beberapa stage (tahapan) evaporator. Sebelum masuk
evaporator, air umpan dialirkan ke sistem pengolah awal dengan menambahkan bahan kimia
untuk menghindari pembentukan kerak dalam pipa penukar panas. Selanjutnya dilakukan aerasi
untuk mengeluarkan oksigen terlarut dan karbondioksida ke atmosfer, sehingga meminimalkan
korosi. Air laut kemudian dipanaskan sampai suhu tertentu sesuai desain pemanas brine oleh uap
yang keluar dari katup pengurang tekanan (Gambar 2). Air laut menyembur ke bagian bawah
tiap evaporator, sehingga butiran-butiran halus segera mendidih dan menguap. Uap yang terjadi
selanjutnya menembus mist separator (penyaring butiran halus air yang terbawa uap) dan menuju
bagian atas tiap evaporator. Pada bagian atas tiap evaporator terdapat pipa yang di dalamnya
mengalir air laut yang lebih dingin. Karena adanya perpindahan panas, uap akan terkondensasi.
Proses penguapan dan kondensasi yang dihasilkan di evaporator berikutnya sama seperti
evaporator pertama. Produk desalinasi MSF mempunyai total padatan terlarut/TDS (Total
Dissolved Solid) 1-50 ppm. Gambar 2 memperlihatkan skema proses desalinasi MSF.

8
b) MED (Multi-Effect Distillation)

MED adalah jenis desalinasi yang juga membutuhkan energi panas berupa uap dari PLTN
dan sedikit energi listrik untuk menggerakkan pompa. Uap diambilkan dari turbin, yang setelah
memberikan panasnya dalam alat penukar panas, akan kembali ke sistem sekunder. Proses MED
terdiri dari beberapa effect (tahapan). Pada effect pertama, uap diperoleh dari sistem pembangkit
uap, sedangkan pada effect kedua dan seterusnya masing-masing mendapat uap yang dari hasil
effect sebelumnya. Uap mengalir ke dalam pipa-pipa di dalam tiap effect evaporator dan air laut
disemprotkan ke sisi luar pipa-pipa evaporator horisontal. Uap yang mengalir di dalam pipa-pipa
akan mengembun, dan melepaskan panas latennya ke lapisan film air laut yang terjadi di dinding
sisi luar pipa-pipa, sehingga lapisan film air laut itu sebagian mendidih dan menguap, sedangkan
sisanya jatuh ke dasar evaporator dan disebut brine (konsentrat garam).

Uap yang terjadi pada effect pertama mengalir ke dalam pipa-pipa evaporator horisontal
effect ke dua, mengembun dan melepaskan panas latennya ke lapisan film air laut yang ada di
dinding sisi luar pipa-pipa, sehingga sebagian air laut menguap. Selanjutnya proses
pengembunan dan penguapan yang serupa terjadi di effect ketiga dan seterusnya sampai effect
terakhir. Pada effect terakhir, uap dikondensasi dalam penukar panas dengan didinginkan oleh air
laut yang masuk. Air distilat mempunyai TDS 1-50 ppm., dipompa ke tangki penampungan.
Skema proses desalinasi MED dapat dilihat Gambar 3.

9
c) RO (Reverse Osmosis)

RO adalah jenis desalinasi yang hanya membutuhkan energi listrik dari PLTN. Desalinasi
RO terdiri dari pengolah awal, pompa tekanan tinggi, modul RO dan pengolah akhir. Tujuan
pengolah awal untuk menghindari terjadinya risiko penyumbatan karena adanya fouling
(pengotor), baik pengotor biologi maupun kerak pada membran. Setelah dilakukan pengolah
awal, kemudian air laut dipompa ke modul membran sampai tekanan yang ditentukan (sekitar
50-80 bar), tergantung disainnya. Air produk yang keluar dari membran mempunyai TDS 200-
500 ppm. Di sisi lain, brine dengan kandungan garam tinggi juga dikeluarkan dari modul
membran. Pengolah akhir diperlukan untuk mengurangi sifat korosif dan memperbaiki kualitas.
Proses RO memerlukan air umpan dengan kualitas yang baik untuk keberhasilan operasinya,
karena membran sangat sensitif terhadap padatan tersuspensi, bahan kimia tertentu dan pengotor
lain. Gambar 4 memperlihatkan skema proses desalinasi RO.

10
Terdapat beberapa jenis teknologi desalinasi yang sudah dikembangkan sejak beberapa
tahun lalu, meliputi proses termal dan membran. Proses termal yang utama adalah Multistage
Flash Evaporation (MSF), Multiple Effect Evaporation (ME), dan Vapour Compression (VC).
Sedangkan untuk proses membrane adalah Reverse Osmosis (RO), Electrodialysis (ED) dan
Nanofiltration (NF). Sedangkan, teknologi desalinasi RO hanya membutuhkan energi listrik.
Hingga saat ini, proses MSF dan RO cenderung mendominasi pasar dunia yaitu sekitar 86% dari
total kapasitas instalasi. Namun demikian, dengan perkembangan teknologi, akhir-akhir ini
teknologi desalinasi MED meningkat penggunaannya, sebab telah berhasil dikembangkan
teknologi desalinasi MED dengan suhu rendah (LT-HT MED- Low Temperature-Horizontal
Tube Multi Effect Distillation) dengan tujuan adalah meningkatkan efisiensi termal,
memaksimalkan pengambilan panas, dan menghindari terjadinya pengerakan pada peralatan
desalinasi

2.4 Keuntungan dan kekurangan teknologi desalinasi nuklir

Keuntungan Kelemahan
MSF • Kebutuhan energi yang tinggi
• Kesederhanaan, Keandalan, Jalur • Tidak sesuai untuk pembangkit
panjang catatan dengan tujuan tunggal
• Pretreatment Minimum
• Ukuran unit besar
• Pembersihan online

11
MED • Kompleks untuk dioprasikan
• Pretreatment Minimum • Ukuran unit kecil
• Air produk TDS rendah
• Energi listrik sedikit dari pada MSF
• Biaya bodal lebih rendah dari pada
MSF
RO • Sangat bergantung pada efektivitas
• Lebih sedikit energi yang dibutuhkan pretreatment
daripada termal • Lebih kompleks untuk dioprasikan
• Lebih sedikit air umpan yang daripada termal
dibutuhkan • Kemurnian produk rendah
• Biaya modal lebih rendah • Masalah boron yang harus di tangani

2.5 Kebutuhan energi


Semua proses desalinasi, baik Multi-Stage Flash (MSF), Multi-Effect Distillation (MED)
dan Seawater Reverse Osmosis (SWRO) membutuhkan energi dan material. Energi yang
dibutuhkan berupa energi panas dan/ atau listrik. Untuk desalinasi termal, seperti: MSF dan
MED membutuhkan energi panas dan listrik, sedangkan RO membutuhkan hanya energi listrik.
Konsumsi energi listrik dan panas untuk ketiga metode desalinasi ditunjukkan pada Tabel 1[3].
dimana teknologi desalinasi MSF mengkonsumsi panas tertinggi yaitu 100 kWth/m3 dan
teknologi RO mengkonsumsi listrik tertinggi yaitu 3,5 – 4,5 dan tidak mengkonsumsi listrik.

2.6 Pembangkit Nuklir


Pada dasamya reaktor nuklir terutama digunakan untuk memproduksi panas (Nuclear
Heating Reactor, NHR) ataupun daya (Nuclear Power Reactor, NPR). Jenis NHR memproduksi

12
panas yang dapat diekstrak pada berbagai level temperatur, baik dalam bentuk gas panas ataupun
uap. Uap yang bertemperatur dan bertekanan rendah ini kemudian dapat digunakan sebagai
energi penggerak pada jenis desalinasi MSF. Reaktor daya atau NPR, terutama difokuskan untuk
menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menjalankan
pompa bertekanan tinggi yang ada pada instalasi desalinasi jenis RO.

Berdasarkan jenis pendingin yang digunakan NPR dibagi menjadi tiga ketompok:
1. Reaktor Berpendingin Air (Water Cooled Reactors, WCR)
Jenis air yang digunakan antara lain air ringan (1-120) dan air berat (D20). Reaktor Air
Bertekanan (PWR) dan Reaktor Air Didih (BWR) menggunakan air ringan sebagai media
pendingin. Reaktor nuklir yang menggunakan media pendingin air berat antara lain jenis
reaktor CANDU.
2. Reaktor Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactors, GCR)
Salah satu jenis reaktor berpendingin gas adalah High Temperature Gas Reactor (HTGR).
Reaktor jenis ini menggunakan helium sebagai media pendingin dan grafit sebagai
moderatornya. Bahan bakar yang digunakan terbuat dari logam uranium alam dengan bahan
pembungkus terbuat dåri alloy magnesium. Jenis Advanced Gas Cooled Reactor (AGR)
menggunakan bahan bakar uranium yang diperkaya (2,5 - 3,5%) dibungkus dengan bahan
stainless steel.

3. Reaktor Cepat Logam Cair (Liquid Metal Fast Reactor, I-MFR)


Jenis reaktor ini menggunakan cairan metal seperti sodium sebagai media pendinginnya.

Tabel berikut menunjukan status reaktor komersial yang beroperasi di seluruh dunia. Saat
ini ada 441 PI-TN yang beroperasi dengan kapasitas daya terpasang sebesar 381 GWe.

Tabel 2 Status Reaktor Komesial yang Beroperasi di Beberapa Negara di Dunia

Bahan
Ti e Reaktor Negara Jumlah GWe Bakar Pendln in Moderator
Pressurised US, 263 237 1.102 air ringan
Water Reactor France, diperkaya
Japan,

13
Russia
Boiling Water US, Japan, 1.102
Reactor Sweden 92 81 diperkaya 1—120 H20
(BWR)
Gas-CooIed
alam
Reactor
UK 26 11 (metal), U02 C02 grafit
(Magnox &
diperkaya
AGR
Pressurised
Heavy Water
Canada 38 19 1.102 alam D20 020
Reactor
'CANDU'
Light Water
1.102
Graphite Russia 17 13 H20 grafit
diperkaya
Reactor RBM
Fast Neutron Japan, 1
sodium
Reactor France, 3 Pu02 & U02
cair
(FBR) Russia
TOTAL 439 361

Sementara itü jenis teknologi NHR telah dikembangkan sejak 1980 oleh Institute of
Nuclear Energy Technology (INET). Sejumlah fitur keselamatan pasif majü kemudian
diadaptasikan dalam rancangan NHR. Pada dasarnya beberapa jenis sistem keselamatan tidak
diperlukan dalam rancangan NHRI antara lain sistem pendingin teras pada keadaan darurat dan
segala bentuk tindakan penyelamatan luar site (off-site) sepetti evakuasi, relokasi dan
dekontaminasi. NHR banyak diaplikasikan untuk pemanasan distrik (district heating), desalinasi
air laut dan proses-proses industri yang membutuhkan panas.
Beberapa keuntungan yang didapat dengen menggunakan NHR untuk desalinasi air laut
antara lain fitur keselamatan yang dipunyai NHR memungkinkan pembangunan instalasi
desaIinasi-NHR di daerah industri atau dekat perkotaan dan kemungkinan mengkombinasikan

14
NHR-200 utk dapat menghasilkan panas dan listrik yang diperlukan instalasi desalinasi dalam
skala besar.
Tipe NHR yang telah dan sedang dikembangkan adalah NHR-5 (NHR 5MW, reaktor
eksperimental) dan NHR 200 (NHR 200 MWth reaktor kornersial). Kedua jenis NHR ini
memiliki jenis vessel LWR. Salah satu kriteria desain NHR-200 yang fundamental adalah
kebutuhan teras reaktor untuk selalu diselimuti dengan pendingin. Oleh karena itü tipe NHR 200
mengadopsi konsep rancangan terintegrasi, dengan sistem reaktor dan sirkuit utama yang berada
dalam reactor pressure vessel (RPV).
Konsep desain terintegrasi ini memungkinkan NHR tidak membutuhkan sistem injeksi
pendingin teras. Desain NHR menggunakan struktur vessel ganda. Vessel tambahan ini
berfungsi untuk mencegah kerusakan yang fatal akibat kegagalan RPV.
2.7 Kopling Desalinasi Nuklir
Pembangkit desalinasi membutuhkan sumber energi berupa panas dan listrik untuk
menghasilkan air produk. Sumber energi bagi pembangkit desalinasi bisa didapatkan dari
pembangkit daya dengan dua cara, yaitu:
 Pembangkit desalinasi mengambil energi dengan menggabungkan pembangkit desalinasi
dengan pembangkit daya; sistem seperti ini disebut sistem desalinasi berdampingan
(configuous plant).
 Pembangkit desalinasi mengambil energi dari jala-jala listrik (grid); pembangkit desalinasi
terpisah dari sumber energinya, dan disebut dengan sistem desalinasi yang bediri sendiri
(stand-alone plant).
Pada bagian ini hanya akan dibahas jenis desalinasi berdampingan.
Kopling desalinasi merupakan gabungan antara pembangkit listrik dengan pembangkit
desalinasi. Seperti dijelaskan di Pendahuluan bahwa sumber energi yang digabungkan dengen
pembangkit desalinasi yang akan dibahas dişini adalah sumber energi yang diperoleh dari
pembangkit nuklir, disebut juga desalinasi nuklir.
Energi termal dari pembangkit nuklir dapat disuplai ke unit desalinasi melalui loop
pemindahan panas intermediate yang berfungsi sebagai sirkuit pendingin kondensor (condenser
cooling cimuit). Panas dari kondensor dipindahkan ke efek pertama pada sistem MED atau ke
tahap pertama pada sistem MSF. Berbagai jenis reaktor telah terbukti dapat dikopling dengan

15
instalasi desalinasi. Pemilihan sistem gabungan (kopling) antara instalasi reaktor nuklir dan
instalasi desalinasi yang cocok bergantung pada berbagai faktor.
Akan sangat menguntungkan untuk menggunakan bagian dari listrik yang dihasilkan oleh
instalasi nuklir untuk mengoperasikan instalasi desalinasi sebagai bagian tambahan dari
pembangkit desalinasi termal. Bila sistem gabungan tersebut ada dalam lokasi yang sama maka
biaya penghasilan air dapat ditekan seiring dengan tersedianya berbagai jenis air dengan
berbagai kualitas.
Lokasi yang saling berdekatan antara pembangkit nuklir dengan pembangkit desalinasi,
menawarkan keuntungan yang memungkinkan adanya pembagian air maşukan (water intake) di
arıtara kedua jenis pembangkit tersebut. Jika struktur konstruksi keduanya saling berhubungan
maka berlaku konsep "contigous-plant'. Jika tidak saling berhubungan maka berlaku konsep
Ustand-alone plant'. Tidak diperlukan adanya lokasi yang saling berdekatan antara instalasi
desalinasi dan instalasi pembangkit listrik. Transport listrik mudah dan murah walaupun dalam
jarak yang relatif jauh. Oleh karena itü yang dibutuhkan hanyalah jaringan listrik menuju
pembangkit desalinasinya. Tidak terdapat risiko kontaminasi radioaktif dan tentü tidak
diperlukan adanya sistem proteksi tertentu seperti contohnya sirkuit intermediate heat transfer
tambahan.
Uap yang berasal dari turbin dapat digunakan untuk memanaskan feedwater pada proses
desalinasi. Pada jenis penyusunan sepetti ini, sangatlah penting untuk mengeliminasi risiko
kontaminasi radiasi yang mungkin terjadi. Salah satu solusi yang dapat dilakukan antara lain
menjaga pendingin air laut yang ada di kondenser (feedwater untuk proses desalinasi) pada
tekanan yang lebih tinggi dari condensing steam, dan memonitor kualitas condensate dan coolant
pada bagian outlet kondensor. Cara ini hanya berlaku untuk tipe reaktor PWR dan PHWR, tidak
untuk BWR mengingat pendingin utamanya berada sangat dekat dengan air desalinasi (desalted
water) yang mungkin üdak seutuhnya aman.
Mengingat adanya kemungkinan kontaminasi radioaktif pada kondensat (condensate) tipe
reaktor PWR dan PHWR, maka kopling mekanik untuk tipe reaktor ini dapat dikatakan tidak
menjanjikan. Kopling mekanik mempunyai resiko kontaminasi yang lebih kecil dengen
menggunakan HTGR dan LMCR mengingat adanya tekanan uap yang lebih tinggi dibandingkan
di pendingin utama. Berikut ini merupakan gambaran umum contoh kopling desalinasi nuklir

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar terdapat 2 jenis teknoiogi desalinasi, yaitu desalinasi thermal dan
desalinasi membrane, desalinasi thermal membutuhkan energi berupa panas buangan dari
pembangkit untuk sumber energinya, sedangkan desalinasi jenis membrane hanya membutuhkan
listrik untuk menjalankan pompanya. Desalinasi jenis thermal terdiri dari Multi Effect
Distillation (MED) dan Multi Stage Flash (MSF). Pada teknoiogi MED uap dikondensasi
didalam pipa-pipa feedwater, sedangkan pada jenis MSF uap dikondensasi diluar pipa-pipa
feedwater. Pada teknoiogi jenis membran, tidak terjadi proses kondensasi, air tawar yang
dihasilkan dalam proses ini terjadi karena peristiwa osmosis yang dibalik, dan dibutuhkan media
berupa membran semipermeabte.

3.2 Saran
Teknologi desalinasi nuklir dapat dijadikan alternative solusi yang tepat oleh pemerintah
sebagai solusi mengatasi krisis air bersih di Indonesia, namun tetap mempertimbangkan
ketepatan pemilihan jenis teknologi. selain itu, untuk para peneliti dapat menganalisis lebih jauh
perbandingan efektifitas serta efisiensi masing-masing jenis teknologi desalinasi nuklir
diberbagai wilayah yang mengalami krisis air bersih.

17
DAFTAR PUSTAKA
Basri, T. H. (2014) ‘Sejarah dan Perkembangan Senjata Nuklir’, Jurnal Seuneubok Lada, 2(1), pp. 96–
105.
Dewita, E. and Alimah, S. (2015) ‘Pengolahan Konsentrat Desalinasi Nuklir Dengan Konsep Zero
Discharge Desalination Untuk Pulau Bangka’, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 17(1), p. 21. doi:
10.17146/jpen.2015.17.1.2615.
Dewita, E. and Alimah, S. (2015) ‘Pengolahan Konsentrat Desalinasi Nuklir Dengan Konsep Zero
Discharge Desalination Untuk Pulau Bangka’, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 17(1), p. 21. doi:
10.17146/jpen.2015.17.1.2615.
Ghazaie, S. H. et al. (2019) ‘Desalinasi nuklir di Iran, status dan perspektif saat ini’, 04001.
Konishi, T. and Kupitz, J. (1998) ‘Optimalisasi Kopling Reaktor Nuklir dan Sistem Desalinasi ---
Laporan Program Penelitian Terkoordinasi IAEA --- Machine Translated by Google’, pp. 1–7.
Listrik, P. et al. (2014) ‘ANALISIS BIAYA KOGENERASI DESALINASI DENGAN’, pp. 165–172.
Nugroho, A. (2004) ‘Uraian Umum tentang Teknologi Desalinasi’, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir,
6(2), pp. 65–75.
nurlaila, yuliastuti (2006) ‘TEKNOLOGI KOPLING PEMBANGKIT DESALINASI NUKLIR’, Jurnal
pengembangan teknologi nuklir, 8(1), pp. 34–45.
Teknologi, P. et al. (2009) ‘Pemilihan Teknologi Desalinasi Nuklir Di Provinsi Kalimantan Timur’,
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 11(1), pp. 0–11.

18

Anda mungkin juga menyukai