Dosen Pengampu :
Dr. Nilna Amal, S.T., M.Eng
NIP. 197606222005012002
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini kami membahas
peredam sekaligus sebagai tugas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam mata
Kami menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
Demikian makalah ini dibuat, saya ucapkan terima kasih dan semoga
bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan irigasi ini terbagi atas tiga bagian yaitu saluran primer atau
saluran induk, saluran sekunder dan saluran tersier. Dalam perencanaan jaringan
irigasi baik primer, sekunder dan tersier sering ditemukan permasalahan
perbedaan elevasi yang melebihi yang diizinkan dalam perencanaan jaringan
irigasi. Sehingga diperlukan rekayasa saluran yaitu bangunan tambahan dalam
jaringan tersebut. Sehingga, dibangun bangunan peredam energi untuk
mengurangi gerusan pada struktur disekitar bangunan pelimpah.
1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang bangunan peredam energi bendung.
1.3 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah tentang apa itu
bangunan peredam energi, tipe-tipe peredam energi, fungsi bangunan peredam
energi, faktor pemilihan tipe peredam energi, serta desain hidraulik peredam
energi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kata lain, bangunan peredam energi merupakan suatu bagian dari
bangunan keairan (bendung atau spillway) yang berguna untuk merendam energi
akibat loncatan air setelah melalui pelimpah, yang mana peredaman yang kurang
berhasil akan membahayakan stabilitas dasar sungai di hilir bangunan dan pada
saat berikutnya akan mengancam keutuhan bangunan itu sendiri.
Prinsip pemecah energi air pada bangunan peredam energi adalah dengan
menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan
air, membentuk pusaran air berbalik vertikal ke atas dan ke bawah, serta pusaran
arah horizontal dan menciptakan benturan aliran ke struktur serta membuat
loncatan air di dalam ruang olakan.
1. Menurangi kecepatan aliran mulai saat akan mengalami loncatan hingga saat
terjadi loncatan. Massa air akan dipecah hingga menjadi partikel-partikel, dan
membenturkan sesamanya. Untuk hal tersebut dibuat konstruksi pemecah dan
ditata saling silang. Hal ini kiranya yang menjadi inspirasi bangunan pemecah
energi olakan datar.
2. Meloncatkan air dan mengarahkannya ke suatu kolam berisi air atau sungai
dengan kedalaman yang cukup. Benturan air dengan air pada kolam tersebut
mengkondisikan dasar kolam terlindungi, sehingga menjadi relatif aman.
3
2.2 Tipe-Tipe Peredam Energi
Bangunan peredam energi terdiri atas berbagai macam tipe, antara lain
sebagai berikut:
1. Lantai hilir mendatar, tanpa atau dengan ambang akhir dan dengan atau tanpa
blok lantai (Tipe MDO dan Tipe USBR)
4
3. Berganda dan bertangga.
Selain itu, bangunan peredam energi juga dikenal dengan istilah lain,
yaitu:
5
terjun di saluran irigasi. Adapun batas-batas untuk z/hc adalah 0,5; 2,0; dan
15,0 dan dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0; 2,8; dan 12,8. Bilangan-
bilangan Froude ini diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu,
bukan pada lantai kolam seperti kolam loncat air.
6
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket dan sky jump, yang mana ketiga tipe
ini memiliki bentuk yang hamper sama dengan tipe Vlughter, namun ada
perbedaan pada bagian ujung ruang olakan. Peredam ini digunakan jika sungai
membawa batuan yang sebesar kelapa (boulder), sehingga dapat menghindari
kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga jika
ada batuan yang terbawa akan terloncat kea rah hilirnya.
Dimana:
F = Bilangan Froude
v= Kecepatan aliran air (m/s)
g= Percepatam gravitasi (m/s2)
h= Kedalaman air (m)
7
1
𝑣 = √2𝑔 × (2 × 𝐻 + 𝑧)
Dimana:
v= Kecepatan aliran air (m/s)
g= Percepatan gravitasi (m/s2)
H= Tinggi energi diatas mercu
z= Tinggi jatuh (m)
a. USBR I
Merupakan kolam olakan datar, yang mana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam dan kolam
olakan menjadi Panjang. Kolam tipe ini cocok untuk debit kecil dengan
kapasitas peredaman yang kecil.
8
Gambar 2. 11 Kolam Olak Tipe USBR II
c. USBR III
Pada kolam tipe ini, didi pemancar dipasang pada ujung ujung hulu,
lalu pada dasar kolam olak dibuat gigi penghadang aliran, dan di ujung
hilir dibuat perata aliran. Kolam ini cocok mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah dengan Q < 18,5 m3/det, V < 18 m/det dengan bilangan
froude > 4,5.
d. USBR IV
Pada kolam tipe ini, gigi pemencar dipasang di ujung hulu, dan di
ujung hilir dibuat perata aliran. Kolam tipe ini cocok untuk mengalirkan
air dengan tekanan hidrostatis rendah. Adapun bilangan froude berkisar
antara 2,5 – 4,5.
9
Gambar 2. 13 Kolam Olak Tipe USBR IV
10
3. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak
sempurna atau tenggelam, loncatan aliran lebih rendah atau lebih tinggi dan
sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water).
4. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang terjadi di hilir bangunan
pelimpah.
5. Jenis angkutan sedimen yang terbawa.
1. Untuk bilangan Froude ≤ 1,7, maka tidak diperlukan kolam olak pada saluran
tanah, bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi dan saluran pasangan
batu atau beton tidak memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1,7 < Froude ≤ 2,5, maka kolam diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja
dengan baik. Untuk penurunan muka air < 1,5 dapat dipakai bangunan terjun
tegak.
3. Jika 2,5 < Froude ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam
memilih kolam olak yang tepat . Loncatan air tidak terbentuk dengan baik
dan menimbulkan gelombamg sampai jarak yang jauh di saluran. Cara
mengatasinya adalah mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah itensitas pusaran dengan pemasangan blok depan
kolam.
4. Jika Froude ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis karena
kolam ini pendek. Dengan kolam loncat air yang sama, tangga dibagian
ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus digunakan dengan
pasangan batu.
11
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung debit yang ada pada
saluran terbuka adalah sebagai berikut:
𝑄 =𝐴×𝑣
𝑄 = 𝐶𝑑 × ℎ5/2
𝐴=𝐵×𝑌
𝑃 = 𝐵 + 2𝑌
𝐴
𝑅=𝑃
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas tampang basah
v = Kecepatan aliran saluran (m/s)
Cd = Koefisien debit (m3/s)
H = Tinggi air pada Thompson (m)
Y = Tinggi air (m)
P = Keliling basah (m)
B = Lebar saluran (m)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu bangunan keairan bangunan peredam energi sangat
diperlukan untuk mengurangi gerusan pada struktur suatu bangunan keairan.
Bangunan peredam juga memiliki bebrapa tipe seperti; kolam olak tipe Vlughter,
kolam olak tipe Schoklitsch, kolam olak tipe bucket, dan kolam olak tipe USBR.
3.2 Saran
Dalam pemilihan tipe Peredam energi, perlu dipertimbangkannya
beberapa faktor dengan hati-hati. Karena pembangunan bangunan keairan
melibatkan banyak ahli di bidang struktur, keairan, geoteknik, serta manajemen
konstruksi, maka koordinasi perlu dilakukan secara intens.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muh.Rizal Tamin, H. (2015). Model Peredam Energi Bentuk Segi Tiga Pada
Bangunan Terjun Tegak. Makkasar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
14