Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

BANGUNAN PEREDAM ENERGI

Dosen Pengampu :
Dr. Nilna Amal, S.T., M.Eng
NIP. 197606222005012002

Eddy Nashrullah, S.T., M.T.


NIP. 199107082022031005

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Aisyah Salza Yanuar 2010811320066


Fajriani 2010811320064
Juniandra Nufusyah Shakilla 2010811320069
Maesa Fitri Sugiarti 2010811320028
Shofia Nur Awaliyah 2010811220009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
KATA PENGHANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini kami membahas

tentang Bangunan Peredam.

Makalah ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan tentang bangunan

peredam sekaligus sebagai tugas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam mata

kuliah Irigasi II.

Kami menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan makalah ini.

Demikian makalah ini dibuat, saya ucapkan terima kasih dan semoga

bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.3 Permasalahan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Bangunan Peredam Energi ........................................................... 3
2.2 Tipe-Tipe Peredam Energi ............................................................................. 4
2.3 Fungsi Bangunan Peredam Energi ............................................................... 10
2.4 Faktor Pemilihan Tipe Peredam Energi ....................................................... 10
2.5 Desain Hidraulik Peredam Energi ................................................................ 11
BAB III ....................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir 70% wilayah di Indonesia merupakan daerah perairan. Terutama
di Kalimantan Selatan, yang mana memiliki banyak sungai dan banyak
digunakan dikehidupan masyarakat, terutama petani sebagai basis dasar negara
agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air pada suatu daerah sangatlah perlu
diperhatikan dikarenakan air merupakan sumber kehidupan manusia. Oleh
karena itu, perkembangan irigasi sangat diperlukan di Indonesia.

Irigasi tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan pertanian akan air.


Dengan adanya irigasi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan akan
kekurangan air karena tujuan utama dari bangunan irigasi tersebut adalah
mengalirkan air dari sungai ke lahan pertanian. Dalam usaha sistem irigasi, sering
diperhadapkan pada permasalahan-permasalahan pada perencanaan jaringan
irigasi. Dalam perencanaan jaringan irigasi sangat bergantung pada letak
geografis. Tujuan utama dari perencanaan jaringan irigasi adalah sebagai tempat
untuk mengalirkan air dari pintu intake ke lahan pertanian.

Jaringan irigasi ini terbagi atas tiga bagian yaitu saluran primer atau
saluran induk, saluran sekunder dan saluran tersier. Dalam perencanaan jaringan
irigasi baik primer, sekunder dan tersier sering ditemukan permasalahan
perbedaan elevasi yang melebihi yang diizinkan dalam perencanaan jaringan
irigasi. Sehingga diperlukan rekayasa saluran yaitu bangunan tambahan dalam
jaringan tersebut. Sehingga, dibangun bangunan peredam energi untuk
mengurangi gerusan pada struktur disekitar bangunan pelimpah.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang bangunan peredam energi bendung.

1.3 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah tentang apa itu
bangunan peredam energi, tipe-tipe peredam energi, fungsi bangunan peredam
energi, faktor pemilihan tipe peredam energi, serta desain hidraulik peredam
energi.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bangunan peredam
energi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bangunan Peredam Energi


Bangunan peredam energi pada bangunan pelimpah merupakan suatu
struktur dari bangunan di hilir bangunan pelimpah yang terdiri berbagai tipe,
bentuk dan di kanan kirinya yang dibatasi oleh tembok pangkal bangunan
pelimpah, dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu.

Dengan kata lain, bangunan peredam energi merupakan suatu bagian dari
bangunan keairan (bendung atau spillway) yang berguna untuk merendam energi
akibat loncatan air setelah melalui pelimpah, yang mana peredaman yang kurang
berhasil akan membahayakan stabilitas dasar sungai di hilir bangunan dan pada
saat berikutnya akan mengancam keutuhan bangunan itu sendiri.

Prinsip pemecah energi air pada bangunan peredam energi adalah dengan
menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan
air, membentuk pusaran air berbalik vertikal ke atas dan ke bawah, serta pusaran
arah horizontal dan menciptakan benturan aliran ke struktur serta membuat
loncatan air di dalam ruang olakan.

Ada dua jenis metode dalam merendam energi tersebut, yaitu:

1. Menurangi kecepatan aliran mulai saat akan mengalami loncatan hingga saat
terjadi loncatan. Massa air akan dipecah hingga menjadi partikel-partikel, dan
membenturkan sesamanya. Untuk hal tersebut dibuat konstruksi pemecah dan
ditata saling silang. Hal ini kiranya yang menjadi inspirasi bangunan pemecah
energi olakan datar.
2. Meloncatkan air dan mengarahkannya ke suatu kolam berisi air atau sungai
dengan kedalaman yang cukup. Benturan air dengan air pada kolam tersebut
mengkondisikan dasar kolam terlindungi, sehingga menjadi relatif aman.

3
2.2 Tipe-Tipe Peredam Energi
Bangunan peredam energi terdiri atas berbagai macam tipe, antara lain
sebagai berikut:

1. Lantai hilir mendatar, tanpa atau dengan ambang akhir dan dengan atau tanpa
blok lantai (Tipe MDO dan Tipe USBR)

Gambar 2. 1 Tipe MDO

Gambar 2. 2 Tipe USBR


2. Cekung massif dan cekung bergigi.

Gambar 2. 3 Tipe Cekung Massif

4
3. Berganda dan bertangga.

Gambar 2. 4 Tipe Berganda

Gambar 2. 5 Tipe Bertangga


4. Kolam loncat air.

Gambar 2. 6 Tipe Kolam Loncat air

Selain itu, bangunan peredam energi juga dikenal dengan istilah lain,
yaitu:

1. Kolam Olak Tipe Vlugter


Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai yang tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kola mini akan dipengaruhi oleh
tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka
air banjir hilir. Kolam olakan tipe ini khusus dikembangkan untuk bangunan

5
terjun di saluran irigasi. Adapun batas-batas untuk z/hc adalah 0,5; 2,0; dan
15,0 dan dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0; 2,8; dan 12,8. Bilangan-
bilangan Froude ini diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu,
bukan pada lantai kolam seperti kolam loncat air.

Gambar 2. 7 Kolam Olakan Tipe Vlugter

2. Kolam Olak Tipe Schoklitsch


Kolam olak tipe Schoklitsch ini memiliki bentuk hidrolis yang sifatnya
sama dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk
hidrolis kolam perendam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yang mana
tinggi energi di atas mercu dan perbedaaan tinggi energi di hulu dengan muka
air banjir di hilir.

Gambar 2. 8 Kolam Olak Tipe Schoklitsch

3. Kolam Olak Tipe Bak Tenggelam/Submerged Bucket

6
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket dan sky jump, yang mana ketiga tipe
ini memiliki bentuk yang hamper sama dengan tipe Vlughter, namun ada
perbedaan pada bagian ujung ruang olakan. Peredam ini digunakan jika sungai
membawa batuan yang sebesar kelapa (boulder), sehingga dapat menghindari
kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga jika
ada batuan yang terbawa akan terloncat kea rah hilirnya.

Gambar 2. 9 Kolam Olak Tipe Bak Tenggelam

4. Kolam Olak Tipe USBR


Perencanaan peredam energi USBR didasarkan pada nilai bilangan
Froude pada kaki bidang miring saluran peluncur, yang mana bilangan Froude
merupakan sebuah bilangan yang digunakan untuk menentukan suatu jenis
aliran yaitu aliran kritis, superkritis, dan subkritis.
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 × ℎ

Dimana:
F = Bilangan Froude
v= Kecepatan aliran air (m/s)
g= Percepatam gravitasi (m/s2)
h= Kedalaman air (m)

Menghitung kecepatan aliran:

7
1
𝑣 = √2𝑔 × (2 × 𝐻 + 𝑧)

Dimana:
v= Kecepatan aliran air (m/s)
g= Percepatan gravitasi (m/s2)
H= Tinggi energi diatas mercu
z= Tinggi jatuh (m)

a. USBR I
Merupakan kolam olakan datar, yang mana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam dan kolam
olakan menjadi Panjang. Kolam tipe ini cocok untuk debit kecil dengan
kapasitas peredaman yang kecil.

Gambar 2. 10 Kolam Olak Tipe USBR I


b. USBR II
Kolam tipe ini mempunyai blok-blok saluran tajam atau gigi pemecar
di ujung hulu dan di dekat ujung hilir. Kolam tipe ini cocok untuk aliran
dengan tekanan hidrostatis > 60 m dengan Q > 45 m3 dan dengan bilangan
froude > 4,5.

8
Gambar 2. 11 Kolam Olak Tipe USBR II
c. USBR III
Pada kolam tipe ini, didi pemancar dipasang pada ujung ujung hulu,
lalu pada dasar kolam olak dibuat gigi penghadang aliran, dan di ujung
hilir dibuat perata aliran. Kolam ini cocok mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah dengan Q < 18,5 m3/det, V < 18 m/det dengan bilangan
froude > 4,5.

Gambar 2. 12 Kolam Olak Tipe USBR III

d. USBR IV
Pada kolam tipe ini, gigi pemencar dipasang di ujung hulu, dan di
ujung hilir dibuat perata aliran. Kolam tipe ini cocok untuk mengalirkan
air dengan tekanan hidrostatis rendah. Adapun bilangan froude berkisar
antara 2,5 – 4,5.

9
Gambar 2. 13 Kolam Olak Tipe USBR IV

2.3 Fungsi Bangunan Peredam Energi


Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah kembali ke sungai,
maka aliran dengan kecepatan tinggi dan mengandung energi dengan daya
penggerus yang besar. Oleh karena itu, kandungan energi dengan daya penggerus
yang sangat kuat harus direduksi sampai mencapai tingkat yang normal kembali,
sehingga aliran tersebut kembali ke sungai tanpa membahayakan kestabilan alur
sungai yang bersangkutan. Sehingga untuk mereduksi energi di dalam air
tersebut, maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan
peredam energi pencegah gerusan.

Fungsi bangunan peredam energi adal untuk meredam energi akibat


adanya tambahan bangunan pelimpah agar di hilir bangunan pelimpah tidak
menimbulkan penggerusan pelimpah tersebut.

2.4 Faktor Pemilihan Tipe Peredam Energi


Dalam pemilihan tipe bangunan peredam energi sangat bergantung
terhadap berbagai faktor, seperti:

1. Tinggi bangunan pelimpah


2. Keadaan geoteknik tanah dasar, seperti jenis batuan, lapisan, kekerasan
tekan, diameter butir, dan lainnya.

10
3. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak
sempurna atau tenggelam, loncatan aliran lebih rendah atau lebih tinggi dan
sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water).
4. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang terjadi di hilir bangunan
pelimpah.
5. Jenis angkutan sedimen yang terbawa.

2.5 Desain Hidraulik Peredam Energi


Berdasarkan bilangan Froude, dalam perencanaan kolam dapat dibuat
pengelompokan sebagai berikut:

1. Untuk bilangan Froude ≤ 1,7, maka tidak diperlukan kolam olak pada saluran
tanah, bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi dan saluran pasangan
batu atau beton tidak memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1,7 < Froude ≤ 2,5, maka kolam diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja
dengan baik. Untuk penurunan muka air < 1,5 dapat dipakai bangunan terjun
tegak.
3. Jika 2,5 < Froude ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam
memilih kolam olak yang tepat . Loncatan air tidak terbentuk dengan baik
dan menimbulkan gelombamg sampai jarak yang jauh di saluran. Cara
mengatasinya adalah mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah itensitas pusaran dengan pemasangan blok depan
kolam.
4. Jika Froude ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis karena
kolam ini pendek. Dengan kolam loncat air yang sama, tangga dibagian
ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus digunakan dengan
pasangan batu.

11
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung debit yang ada pada
saluran terbuka adalah sebagai berikut:

𝑄 =𝐴×𝑣

𝑄 = 𝐶𝑑 × ℎ5/2

𝐴=𝐵×𝑌

𝑃 = 𝐵 + 2𝑌

𝐴
𝑅=𝑃

Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas tampang basah
v = Kecepatan aliran saluran (m/s)
Cd = Koefisien debit (m3/s)
H = Tinggi air pada Thompson (m)
Y = Tinggi air (m)
P = Keliling basah (m)
B = Lebar saluran (m)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam suatu bangunan keairan bangunan peredam energi sangat
diperlukan untuk mengurangi gerusan pada struktur suatu bangunan keairan.
Bangunan peredam juga memiliki bebrapa tipe seperti; kolam olak tipe Vlughter,
kolam olak tipe Schoklitsch, kolam olak tipe bucket, dan kolam olak tipe USBR.

3.2 Saran
Dalam pemilihan tipe Peredam energi, perlu dipertimbangkannya
beberapa faktor dengan hati-hati. Karena pembangunan bangunan keairan
melibatkan banyak ahli di bidang struktur, keairan, geoteknik, serta manajemen
konstruksi, maka koordinasi perlu dilakukan secara intens.

13
DAFTAR PUSTAKA

Konstruksi, B. U. (2018, Juli 19). simantu.pu.go.id. Retrieved from pu.go.id:


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/b6cb7_3_Perencanaan_Peredam_Energi_B
endung.pdf

Kustamar. (2006). Strategi Pemilihan Peredam Energi. Spectra, 50-59.

Mawardi Erman, M. M. (2006). Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi


Teknis. Bandung: Alfabeta.

Muh.Rizal Tamin, H. (2015). Model Peredam Energi Bentuk Segi Tiga Pada
Bangunan Terjun Tegak. Makkasar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

14

Anda mungkin juga menyukai