Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KOLAM INDOOR SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN AKUAKULTUR”


MATA KULIAH AQUACULTURE ENGINEERING
Dosen Pengampu Dr. Yunita Maimunah, S.Pi., M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 5 Kelas B01

M. Iqbal Subkhani 175080507111021


Nur Aini Azizah 175080507111025
Alan Rachmad Samudra 175080507111027
Halida Isnina Zuhra 175080507111032

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah, makalah yang


berjudul “Kolam Indoor Sebagai Solusi Permasalahan Akuakultur” guna memenuhi
tugas pada mata kuliah Aquaculture Engineering ini dapat diselesaikan. Kami
menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan


evaluasi kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua
menjadikan cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah yang
kami tulis di masa yang akan datang.

Malang, 3 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

2. PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kolam Indoor ....................................................................... 3
2.2 Desain Kolam Indoor ............................................................................. 3
2.2.1 Wadah Budidaya (Tank) ............................................................. 4
2.2.2 Saluran Inlet dan Outlet .............................................................. 4
2.2.3 Pompa Air................................................................................... 5
2.2.4 Filter ........................................................................................... 6
2.3 Teknologi Penunjang Kolam Indoor ....................................................... 6
2.3.1 Recirculating Aquaculture System (RAS).................................... 6
2.3.2 Bioflok....................................................................................... 10
2.4 Kualitas Air .......................................................................................... 11

3. PENUTUP ..................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Macam-macam wadah budidaya ..................................................................... 4
2. Macam-macam desain saluran inlet................................................................. 4
3. Macam-macam desain saluran outlet .............................................................. 4
4. Pompa air ........................................................................................................ 5
5. Filter pada kolam indoor .................................................................................. 6
6. Penerapan RAS dalam teknologi kolam indoor. ............................................... 7
7. Susunan media filter ........................................................................................ 8
8. Biofilter menjadi bioreaktor dan tempat tumbuhnya bakteri pengurai ............. 10
9. Kolam bioflok ................................................................................................. 10

iv
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah total penduduk bumi diperkirakan sekitar 7 miliar orang. Selama
berabad-bad yang lalu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia mendapatkan
makanan dari hasil menangkap di sungai, danau, dan lautan luas. Pada tahun
1970, manusia mampu mendapatkan pasokan ikan sekitar 120 juta ton/tahun.
Sayangnya pada tahum 2016, ikan sulit ditangkap karena bahan bakar nelayan
semakin boros dan banyaknya kecelakaan di tengah laut. Selama 50 tahun
terakhir ini seringkali terjadi penangkapan ilegal menggunakan jaring-jaring
terlarang sepanjang 30 km yang dapat menangkap ikan berukuran besar dan ikan-
ikan kecil. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak permintaan manusia untuk
memakan ikan. Sedangkan ikan di laut semakin sulit ditangkap oleh nelayan dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menangkap ikan di lautan luas tersebut.
Solusi atas permasalahan tersebut adalah dengan membuat kolam buatan dan
melakukan kegiatan budidaya ikan.
Potensi perikanan di Indonesia saat ini masih sangat besar, termasuk
usaha budidaya yang saat ini masih sedikit di minati oleh masyarakat Indonesia.
Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting saat ini dan masa
yang akan datang. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satujenis pangan
yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang mempunyai harga jual relatif murah
dan mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Dengan mengkonsumsi ikan maka
kebutuhan gizi manusia akan terpenuhi. Oleh karena itu kemampuan sumberdaya
manusia untuk memproduksi ikan budidaya sangat dibutuhkan. Dalam budidaya
sendiri memiliki perkembangan teknik yang dari waktu ke waktu semakin efektif
dan efisien sehingga memudahkan para pembudidaya ikan.
Kegiatan budidaya ikan umumnya membutuhkan lahan tanah kolam yang
berukuran sangat luas serta berlokasi di dekat sungai, danau, atau lautan.
Nyatanya, dengan perkembangan teknologi yang semakin maju pembudidaya
dapat memelihara ikan di dalam ruangan (indoor) dengan lahan yang lebih kecil
tetapi tetap menghasilkan panen ikan yang setara dengan kolam berukuran besar.
Oleh karena itu, perlunya pengetahuan tentang budidaya di kolam indoor sebagai
solusi permasalahan dalam akuakultur.

1
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari kolam indoor?
2. Apa saja desain dari kolam indoor?
3. Teknologi apa yang dapat menunjang kolam indoor?
4. Bagaimana kualitas air dalam kolam indoor?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan untuk makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kolam indoor.
2. Untuk mengetahui desain dari kolam indoor.
3. Untuk mengetahui teknologi yang dapat menunjang kolam indoor.
4. Untuk mengetahui kualitas air dalam kolam indoor.

2
2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kolam Indoor


Kolam indoor atau lebih spesifiknya indoor tanks system merupakan
kegiatan budidaya pada kolam yang dilakukan pada ruangan tertutup. Kolam
indoor umumnya menggunakan air yang selalu sama dan tidak terlalu sering
diganti. Penggunaan alat-alat bantuan sangat diperlukan dalam melakukan kolam
tertutup seperti aerator, pembuat arus, filter, pompa air, heater dan lainnya. Kolam
tertutup menggunakan sistem resirkulasi sehingga air yang digunakan tidak terlalu
banyak atau sering diganti. Kolam indoor sering digunakan dalam melakukan
budidaya atau memelihara ikan hias yang eksotis baik perairan tawar maupun
asin.
Menurut Setyono (2012), sistem kolam tertutup memiliki kelebihan dalam
mempermudah pembudidaya dalam mengontrol kondisi akuakultur secara
menyeluruh meliputi kualitas air, pemberian pakan hingga pencegahan penyakit.
Selain itu predator dan parasite sangatlah jarang atau tidak ditemui, karena kolam
tertutup menggunakan sistem perairan resirkulasi dan sejak benih ditebar selalu
dipantau. Kepadatan biota air yang dipelihara dapat dilakukan dengan densitas
yang tinggi. Adapun kekurangan pada sistem kolam tertutup seperti biaya investasi
yang sangat tinggi, memerlukan fasilitas yang canggih untuk water treatment yang
baik sehingga ketergantungan dengan listrik pula tinggi, memerlukan tenaga kerja
yang berpengalaman atau memiliki bekal ilmu dibidang sistem kolam tertutup,
pengontrolan sering dilakukan dan teratur karena kegiatan budidaya pada kolam
indoor jika tidak dipantau secara teratur maka akan menyebabkan kesempatan
terjadinya fatal error yang akan terjadi seperti penyakit dan polusi.

2.2 Desain Kolam Indoor


Kolam indoor atau kolam tertutup memiliki konstruksi-konstruksi penyusun
untuk membentuk sebuah desain kolam indoor yang baik, diantaranya ada wadah
budidaya (tangki) dan bentuknya, saluran inlet dan outlet, filter, dan pompa air.

3
2.2.1

Wadah Budidaya (Tank)

Gambar 1. Macam-macam wadah budidaya (Priono dan Satyani, 2012).

Tangki yang digunakan pada kolam indoor menurut Priono dan Satyani
(2012), harus memiliki persayaratan karakteristik yang optimal sesuai dengan
standarisasi dalam melakukan kegiatan budidaya. Syarat karakteristik wadah
budidaya yang baik antara lain tidak mudah bocor, bahannya tidak mempengaruhi
kehidupan ikan, mudah dikelola dan kuat juga tahan lama. Jenis-jenis tangki yang
digunakan pada kegiatan kolam indoor antara lain aquarium, bak fiber glass, kolam
beton/semen, dan kolam terpal. Wadah budidaya yang digunakan dalam budidaya
kolam indoor umumnya tidak seluas dan sebesar kolam outdoor, dikarenakan
budidaya indoor dilakukan dalam ruangan yang terbatas namun kegiatan budidaya
indoor lebih terpantau sehingga komoditas yang sering dibudidayakan yaitu ikan
hias dan ikan-ikan yang membutuhkan perawatan lebih.
2.2.2 Saluran Inlet dan Outlet

Gambar 2. Macam-macam desain saluran inlet (Lekang, 2008).

Gambar 3. Macam-macam desain saluran outlet (Lekang, 2008).

4
Saluran inlet dan outlet pada kolam indoor juga perlu diperhatikan pada
desain konstruksinya. Inlet berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan air hasil
filtrasi masuk kedalam wadah budidaya dan outlet berfungsi sebagai saluran air
keluar menuju filter untuk dilakukan filtrasi. Desain saluran inlet umumnya berasal
dari yang lebih tinggi dari saluran outlet dimana saluran ini disambungkan dari filter
menuju wadah budidaya dan masuk kedalamnya untuk mengalirkan air. Desain
saluran Outlet menjorok kebawah dan berada lebih rendah daripada saluran inlet
dimana air mengalir menuju ke filter atau wadah penampungan sebelum menuju
filter. Desain inlet dan outlet sangatlah bermacam-macam, penggunaan ini
disesuaikan dengan kebiasaan berkumpul dan cara makan ikan yang sedang
dibudidayakan dalam kolam. Selain kebiasaan dari ikan, bentuk dari wadah
budidaya juga dapat mempengaruhi jenis inlet dan outlet yang akan digunakan
dalam mempermudah sirkulasi air (Lekang, 2008).
2.2.3 Pompa Air

Gambar 4. Pompa air (Lekang, 2008).

Pompa air berguna untuk membantu memberi dorongan terhadap air untuk
masuk menuju wadah penyaringan atau tempat filtrasi dan membantu mengalirkan
air dari tempat filtrasi menuju wadah budidaya. Kegiatan budidaya kolam indoor
memerlukan tekanan hidrolik yang tinggi untuk mengalirkan air dari daerah yang
rendah (daerah filter) hingga daerah tinggi (masuk kembali ke tangki).
Penggunaan pompa air umumnya digunakan pada kegiatan budidaya pada kolam
indoor saja. Tanpa adanya pompa air, maka air yang turun melewati outlet akan
kesulitan naik menuju daerah inlet dan kekuatan air yang melaju akan sangat
lambat atau tidak ada sama sekali. Kekurangan dari filter yaitu ketergantungan

5
akan listrik, jika listrik padam maka pompa akan berhenti (kecuali tipe yang
mempunyai baterai) sehingga kegiatan budidaya akan terancam gagal jika tidak
memiliki genset atau penyimpanan darurat energi listrik (Irwansyah dan Istardi,
2013).
2.2.4 Filter

Gambar 5. Filter pada kolam indoor (Priono dan Satyani, 2012).

Filter merupakan alat bantu penting dalam memelihara kualitas air yang
digunakan dalam budidaya pada kolam indoor. Filter memiliki fungsi dalam
mengangkat kotoran atau sisa pakan dari air dari ukuran makro hingga mikro juga
dapat mengoptimalkan kualitas air dengan berbagai jenis filter yang digunakan.
Umumnya filter yang digunakan dalam kegiatan budidaya kolam indoor adalah
filter gabungan antara filter fisik, kimia dan biologi. Perihal tersebut ditujukan agar
filtrasi air untuk kegiatan budidaya lebih optimal dan tetap layak untuk digunakan.
Filter yang digunakan dalam kolam indoor umumnya adalah filter eksternal yang
terpisah dari wadah budidaya dikarenakan satu filter umumnya digunakan lebih
dari satu wadah budidaya (Priono dan Satyani, 2012).

2.3 Teknologi Penunjang Kolam Indoor


2.3.1 Recirculating Aquaculture System (RAS)
Ada beberapa teknologi yang biasa dilakukan dalam aktivitas budidaya
ikan di perairan, diantaranya keramba jaring apung (KJA), keramba jaring tancap
(KJT) dan media waring. Sayangnya, ketiga teknologi tersebut sama-sama
berpotensi menurunkan kualitas perairan, baik danau; waduk; sungai; pesisir laut.
Oleh karena itu kolam indoor menjadi teknologi solusi dari aktivitas akuakultur
yang berpotensi menurunkan kualitas perairan. Kualitas perairan dalam kolam
indoor lebih terkontrol dan mudah untuk diolah kembali sehingga hemat air. Air

6
yang telah terpakai dalam satu siklus kegiatan akuakultur dengan teknologi kolam
indoor dapat digunakan lagi dengan penunjang teknologi yaitu resirkulasi
akuakultur atau dikenal juga dengan Recirculating Aquaculture System (RAS).
Menurut Thesiana dan Pamungkas (2015), Recirculating Aquaculture
Systems (RAS) adalah sebuah sistem produksi perikanan yang mengolah kembali
air yang digunakan agar memenuhi syarat kualitas air untuk kegiatan budidaya
(P3TKP, 2013). Teknologi RAS merupakan salah satu pilihan teknologi yang
banyak digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan secara intensif beberapa
tahun ini. Penggunaan RAS secara intensif dapat mengurangi secara signifikan
konsumsi air dan konsentrasi nutrien melalui perbaikan dan pengembangan
teknologi secara berkelanjutan. RAS dapat digunakan untuk mengontrol beberapa
parameter kualitas air penting seperti oksigen terlarut, karbon dioksida, amonia,
nitrit, nitrat, pH, salinitas, dan padatan tersuspensi. Hal ini memungkinkan
terciptanya kondisi pemeliharaan yang baik untuk pertumbuhan dan pemanfaatan
pakan yang lebih optimal.
RAS adalah salah satu teknologi penunjang dalam teknologi kolam indoor.
Sistem resirkulasi sendiri pada dasarnya terdiri dari 2 jenis, yaitu:
 Sistem sirkulasi tertutup : seluruh air yang ada di kolam didaur ulang.
 Sistem sirkulasi semi tertutup : air dalam kolam, yang didaur ulang hanya
sebagian saja, sehingga membutuhkan pasokan air dari luar kolam.

Gambar 6. Penerapan RAS dalam teknologi kolam indoor.

7
Gambar 7. Susunan media filter (Thesiana dan Pamungkas, 2015).

Beberapa masalah lain terkait budidaya perikanan yang melatar belakangi


teknologi Sistem Resirkulasi Akuakultur ini, di antaranya seperti :
 Kualitas perairan yang juga semakin menurun, baik kuantitas maupun
kualitasnya, yang mengakibatkan budidaya ikan tidak dilakukan sepanjang
tahun.
 Sistem budidaya perikanan tidak ramah lingkungan, yang kemudian
mempengaruhi lingkungan yang berdekatan.
 Produksi perikanan tidak berkualitas dan tidak kontinu karena rendahnya
kualitas perairan.
Beberapa komoditas yang dapat dilakukan melalui teknologi kolam indoor :
 Sidat (Anguilla anguilla)
 Nila (Oreochromis niloticus)
 Lobster (Homarus gammarus)
 Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss)
 Pike perch (Stizostedion lucioperca)
 Arctic char (salvelinus alpinus)
 Sturgeon (order Acipenseriformes) dan
 Salmon (Salmo salar)
RAS mampu mengendalikan padatan terlarut yang bisa disesuaikan dan
atau diatur dengan sistem akuakultur. Dimana sistem dibuat tertutup untuk
memproduksi ikan dan udang sepanjang tahun. Sebenarnya, teknologi RAS
diadaptasi dari proses daur ulang secara alami oleh alam. Air yang ada di bumi
sebenarnya merupakan air yang sama dan sudah ada di bumi sejak ribuan tahun
yang lalu. Limbah sisa pencernaan makhluk hidup didaur ulang dengan sendirinya

8
oleh alam. Hal itu menjadikan siklus bumi disebut dengan self-sustaining atau juga
dikenal dengan siklus nitrogen, karena melibatkan senyawa nitrogen.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, terciptalah teknologi daur ulang air
untuk budidaya perikanan atau yang lebih dikenal dengan Recirculating
Aquaculture System (RAS). Recirculation Aquaculture System (RAS) / Sistem
Resirkulasi Akuakultur atau sistem resirkulasi akuakultur adalah teknik budidaya
perikanan yang cukup unik, karena menggunakan teknik akuakultur dengan
kepadatan tinggi dan kondisi lingkungan terkontrol. Hal ini cocok dengan teknologi
kolam indoor. Sistem resirkulasi sebenarnya adalah teknologi budidaya yang
dikembangkan dari sistem akuakultur tertutup. Yaitu termasuk sistem perkolaman
dalam pemeliharaan hewan budidaya, sistem penyaringan atau filterisasi untuk
menghilangkan partikel larut dalam air serta sistem manajemen kualitas air agar
air kolam budidaya lebih terjaga dan stabil dalam kondisi prima sesuai kebutuhan
hewan yang dibudidayakan.
Teknologi RAS yaitu sistem sirkulasi air tambak, dengan memanfaatkan
kembali air (reuse), untuk budidaya perikanan. Dari situlah, penggunaan air (dari
luar sistem) bisa dikurangi. Karena, air tambak yang sudah terpakai untuk
budidaya dan kualitasnya menurun, masih bisa kembali digunakan setelah
difiltrasi. Teknologi RAS bahkan bisa untuk mengontrol parameter kualitas air,
seperti oksigen terlarut (DO), amonia, karbon dioksida, nitrit, nitrat, pH, salinitas
dan padatan tersuspensi. Melalui pengontrolan parameter penting pada kualitas
air ini, nantinya akan memungkinkan terciptanya kondisi pemeliharaan yang baik
bagi pertumbuhan dan pemanfaatan pakan agar lebih optimal.
Teknologi RAS pada prinsipnya adalah proses nitrifikasi yang tujuannya
untuk mengonversi toksik yaitu amonia dan nitrit, menjadi nitrat yang baik bagi ikan
budidaya. Sistem resirkulasi pada akuakultur merupakan budidaya perikanan
dengan mendaur ulang dan mengolah air buangan (limbah), sebagian resirkulasi
semi tertutup atau seluruhnya resirkulasi tertutup. Sehingga nantinya air buangan
tersebut akan layak untuk dimanfaatkan kembali pada proses budidaya perikanan.
Peralatan yang digunakan dalam teknologi RAS, pada prinsipnya adalah tangki
dan pompa. Tangki biasanya dipilih yang berbahan plastik, fiber glass,
semen polytank dan sebagainya. Jangan lupa untuk mengecat bagian dalam
tangki dengan warna gelap/kelabu, agar ikan yang akan dibudidayakan di
dalamnya tidak stres.

9
Gambar 8. Biofilter menjadi bioreaktor dan tempat tumbuhnya bakteri pengurai

2.3.2 Bioflok

Gambar 9. Kolam bioflok


Salah satu teknologi yang dapat mengatasi permasalahan limbah
akuakultur yaitu bioflok. Penggunaan bioflok di perairan dapat memberi manfaat
seperti sumber pakan tambahan untuk ikan, mengatasi limbah akuakultur, dan
mengurangi nitrogen sehingga dapat memperbaiki kualitas air. Terbentuknya
bioflok dihasilkan dari sisa pakan, metabolisme dan feses dari kegiatan budidaya.
Sisa pakan dan feses yang terbuang di perairan akan menghasilkan nitrogen
anorganik. Nitrogen anorganik dapat diubah menjadi protein sel tunggal dengan
adanya penambahan materi karbon di perairan dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ikan atau udang. Pakan yang dicerna oleh ikan hanya sekitar 25%
dan sisanya sekitar 75% baik berupa N-organik maupun Nanorganik dibuang
keperairan sebagai limbah. Perbandingan antara unsur karbon (C) dengan
nitrogen (N) (C:N rasio), sangat penting di perlukan dalam sistem bioflok supaya
bakteri dapat tumbuh dengan baik yang berpengaruh terhadap struktur
pembentukan flok. Nilai ideal perbandingan unsur karbon dengan nitrogen untuk
bioflok adalah minimal 1:12 (Husain et al., 2015).

10
Beberapa bakteri pembentuk floc yang telah teruji diaplikasikan dilapangan
ialah Achromobacter liquefaciens, Arthrobacter globiformis, Agrobacterium
tumefaciens serta Pseudomonas alcaligenes. Bakteri lain bisa ikut membentuk
biofloc setelah exopolisakarida dibentuk yaitu oleh bakteri pembentuk floc sebagai
inti floc-nya. Bakteri yang bisa ikut membentuk bioflok ini, antara lain adalah
sebagai berikut;
 Bacillus circulans
 Bacillus coagulans
 Bacillus licheniformis
Bakteri yang ikut membentuk floc ini memiliki fungsi dalam siklus nutrisi
didalam sistem biofloc. Bakteri ini biasa disebut sebagai bakteri siklus fungsional,
misalnya Bacillus licheniformis yang berperan dalam siklus nitrogen. Biofloc di
alam umumnya terdiri dari 5 jenis bakteri atau lebih, minimal satu atau lebih adalah
bakteri pembentuk flok (penghasil exopolisakarida) dan bakteri yang lain dapat
merupakan bakteri siklus fungsional yang dapat berfungsi dalam siklus
bioremediasi dan nutrisi. Formasi bioflok ini bisa terbentuk tidak secara tiba-tiba,
tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan tertentu.
Faktor yang mempengaruhi sistem bioflok ialah N/P rasio dan C/N rasio.
N/P rasio serta C/N rasio harus diatas 20. Semakin besar N/P rasio serta C/N rasio
maka floc yang terbentuk akan semakin baik. Untuk bisa mengatur N/P rasio jalan
terbaik adalah memperbesar N atau memperkecil P, untuk bisa memperbesar N
dilingkungan tambak tidak mungkin dilakukan karena menambah ammonia dalam
tambak akan membahayakan udang, jalan terbaik ialah memperkecil P dengan
cara mengikat phosphate. Sedangkan untuk bisa mengatur C/N rasio dilakukan
dengan cara memperbesar C dengan penambahan unsur karbon organik,
misalnya yaitu molasses. Didalam pakan itu sendiri sebenarnya telah ada unsur C
ialah karbohidrat dan lemak, namun rasionya tidak mencukupi untuk bisa
mencapai C/N rasio diatas 20 (Apriani et al., 2016).

2.4 Kualitas Air


Ikan yang hidup dalam kolam indoor membutuhkan ketersediaan oksigen
yang memadai. Kandungan DO 1 – 2 mg/l dalam beberapa jam saja sudah bisa
membunuh organisme air. Sedangkan kandungan DO 2 – 5 mg/l yang terjadi terus
menerus dalam waktu lama, bisa menghambat pertumbuhan organisme air. Maka,
kandungan DO yang baik untuk pertumbuhan organisme air yaitu 5 mg/l sampai

11
dengan titik jenuh (saturasi) oksigen. Menurut referensi, Boyd dan Tucker (1998),
aktivitas akuakultur setidaknya memiliki pH 6,5 – 9. Disamping itu, pH optimum
untuk biota laut 7,5 – 8,5.
Suhu ideal untuk budidaya perikanan berkisar antara 25 – 31 C. Suhu
perairan yang berfluktuasi drastis akan berdampak negatif pada pertumbuhan
embrio ikan. Sedangkan kedalaman perairan yang ideal untuk budidaya ikan
berkisar antara 70 – 120 cm. Jangan terlalu dangkal, tetapi jangan juga terlalu
dalam. Jika terlalu dangkal, akan membuat perubahan yang besar pada suhu. Jika
terlalu dalam, terjadi perbedaan suhu yang sangat mencolok yaitu antara air
bagian atas (termasuk juga permukaan) dan bagian bawahnya (dasar air), serta
sinar matahari yang tidak mencapai dasar perairan yang imbasnya akan
memperlambat dan atau menghambat pertumbuhan fitoplankton.
Pada beberapa sistem RAS indoor, pengonversian amonia menjadi nitrat,
dilengkapi oleh reaktor khusus yang menumbuhkan bakteri pengurai nitrat menjadi
nitrogen dalam kondisi anaerob. Dimana sebagian besar reaktor diberi sumber
karbon eksternal sebagai bahan bakar denitrifikasi heterotrofik. Sementara itu,
pada sistem RAS outdoor, sebagian besar pelepasan fosfor terjadi karena
asimilasi oleh organisme ekstraktif. Fosfor tersebut tidak hilang dalam sistem,
tetapi dibuang melalui aliran pembuangan. Tetapi, pada sistem kombinasi
penghancur lumpur dan denitrifikasi di sistem resirkulasi, sebagian besar orto-
fosfat terlarut, dihentikan produksinya selama proses berjalan.

12
3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kolam indoor atau lebih spesifiknya indoor tanks system merupakan
kegiatan budidaya pada kolam yang dilakukan pada ruangan tertutup. Kolam
indoor atau kolam tertutup memiliki konstruksi-konstruksi penyusun untuk
membentuk sebuah desain kolam indoor yang baik, diantaranya ada wadah
budidaya (tangki) dan bentuknya, saluran inlet dan outlet, filter, dan pompa air.
Syarat karakteristik wadah budidaya yang baik antara lain tidak mudah bocor,
bahannya tidak mempengaruhi kehidupan ikan, mudah dikelola dan kuat juga
tahan lama. Desain inlet dan outlet sangatlah bermacam-macam, penggunaan ini
disesuaikan dengan kebiasaan berkumpul dan cara makan ikan yang sedang
dibudidayakan dalam kolam. Pompa air berguna untuk membantu memberi
dorongan terhadap air untuk masuk menuju wadah penyaringan atau tempat
filtrasi dan membantu mengalirkan air dari tempat filtrasi menuju wadah budidaya.
Filter merupakan alat bantu penting dalam memelihara kualitas air yang digunakan
dalam budidaya pada kolam indoor. Filter memiliki fungsi dalam mengangkat
kotoran atau sisa pakan dari air dari ukuran makro hingga mikro juga dapat
mengoptimalkan kualitas air dengan berbagai jenis filter yang digunakan.
Penunjang teknologi dalam kolam indoor yaitu resirkulasi akuakultur atau
dikenal juga dengan Recirculating Aquaculture System (RAS). Teknologi RAS
yaitu sistem sirkulasi air tambak, dengan memanfaatkan kembali air (reuse), untuk
budidaya perikanan. Ikan yang hidup dalam kolam indoor membutuhkan
ketersediaan oksigen yang memadai. Salah satu teknologi yang dapat mengatasi
permasalahan limbah akuakultur yaitu bioflok. Penggunaan bioflok di perairan
dapat memberi manfaat seperti sumber pakan tambahan untuk ikan, mengatasi
limbah akuakultur, dan mengurangi nitrogen sehingga dapat memperbaiki kualitas
air.Kandungan DO yang baik untuk pertumbuhan organisme air yaitu 5 mg/l
sampai dengan titik jenuh (saturasi) oksigen.

3.2 Saran
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) sangat mendukung penggunaan teknologi RAS pada budidaya perikanan
di Indonesia. Tujuannya adalah agar lebih meningkatkan produktivitas perikanan
di Indonesia, menggenjot produksi benih berkualitas sehingga kebutuhan benih
skala nasional dapat terpenuhi, supaya masyarakatnya mampu meningkatkan

13
daya saing baik secara ekonomi maupun teknologi serta masyarakat dan atau
pembudidaya perikanan khususnya diharapkan lebih bisa beradaptasi dengan
perkembangan zaman dan teknologi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, I., A. Setiawati, T. Budiardi, dan Widanarni. 2016. Produksi yuwana ikan
patin Pangasianodon hypophthtalmus (Sauvage 1878) pada sistem budi
daya berbasis bioflok dengan penambahan sumber karbon berbeda. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 16(1): 75-90.
Claude E. Boyd dan C.S. Tucker. 1998. Pond Aquaculture Water Quality
Management. Springer Science & Business Media: Nature. 700 page.
Husain, N., B. Putri, dan Supono. 2015. Perbandingan karbon dan nitrogen pada
sistem bioflok terhadap pertumbuhan nila merah (Oreochromis niloticus).
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 3(1): 343-350.
Irwansyah, M. dan D. Istardi. 2013. Pompa Air Aquarium Menggunakan Solar
Panel. Parkway Street. Batam. 6 hlm.
Lekang, O. 2008. Aquaculture Engineering. John Wiley & Sons Ltd: Pondicherry.
Priono, B. dan D. Satyani. 2012. Penggunaan berbagai jenis filter untuk
pemeliharaan ikan hias air tawar di akuarium. Media Akuakultur. 7(2): 76-
83.
Setyono, D. E. D. 2012. Akuakultur dengan sistem resirkulasi. Oseana. 37(3): 45-
50.
Thesiana, L. dan A. Pamungkas. 2015. Uji performansi teknologi Recirculating
Aquaculture System (RAS) terhadap kondisi kualitas air pada pendederan
lobster pasir Panilirus homarus. Jurnal Kelautan Nasional. 10(2): 65-73.
Tim. 2011. Kawasan Percontohan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Jakarta.
Tim. 2011. Minapolitan; Konsep, pengembangan dan Aplikasinya dalam
Revitalisasi Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai