Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK DAN INDUSTRI

“PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SEACELL”

Dosen Pengampuh : Dr. Budi Santoso, S.T.,M.T.


Disusun Oleh : Annisa Ramadhani 03031382126124
Lisana Zuhratun Nisa 03031382126108
M. Rafly Rahmadian 03031382126125
Meisy Aristin 03031382126123
Muhammad Annafi 03031382126113
Muhammad Risky A. 03031382126119
Nissa Syifa Anwar D. 03031382126112
Olidia Ezza Putri 03031382126100
Rival Akdesta 03031382126103
Wulan Oktadirani 03031382126120

PROGAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas nama Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, dan juga keberkahan baik dalam hal waktu, tenaga
ataupun pikiran kepada penulis agar dapat menyelesaikan makalah dengan judul "
Pembangkit Listrik Tenaga Seacell " Pada tepat waktu.
Penulis mendapatkan berbagai macam tantangan dan hambatan dalam
menulis dan menyusun makalah ini, namun dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak maka tantangan dan hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terhadap seluruh pihak yang ikut
terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak juga kekurangan pada penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran secara
konstruktif dari para pembaca. Penulis berhadap makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, 23 November 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Perencanaan Milestone (Carta Milestone)..........................................................3
2.2. Visualisasi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Seacell...........................7
2.3. Work Breakdown Structure...........................................................................17
BAB III PENUTUP..........................................................................................................28

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sumber energi utama pada bumi ini berasal dari minyak bumi dan fosil.
Pada masa depan, ketersediaan bahan tersebut akan semakin berkurang sedangkan
jumlah populasi makhluk hidup akan semakin bertambah. Salah satu energi yang
sangat penting untuk keberlangsungan hidup adalah sumber energi listrik. Salah
satu sumber daya energi alternatif terbarukan di Indonesia yang dapat digunakan
adalah air laut. Indonesia memiliki lautan yang luas sekitar 3.273.810 km². Air
laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti
garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tidak
terlarut. Lebih dari tujuh puluh persen wilayah Indonesia berupa lautan.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
kalsium, dan lain-lain. air laut mengandung senyawa NaCl yang tinggi dan oleh
H₂O diuraikan menjadi Na⁺ dan Clˉ. Timbulnya arus listrik oleh muatan bebas
tersebut dapat dipakai sebagai sumber energi listrik yang murah, ramah
lingkungan, dan berkelanjutan dengan menggunakan metode sel elektrokimia.
Pada sel elektrokimia, selain terdapat larutan elektrolit juga terdapat katoda dan
anoda. Dimana fungsi dari sebuah katoda dan anoda inilah yang digunakan
sebagai tempat terjadinya sebuah reaksi yaitu reaksi oksidasi dan sebuah reaksi
reduksi.
Selain air laut, pasir juga bisa sebagai alternatif energi di masa datang. Pasir,
memiliki butiran halus dan bulat, masih dimanfaatkan sebagai penguat komponen
beton. Namun pasir laut yang memiliki kandungan garam dirasa tidak
menguntungkan sebagai bahan komponen beton. Karena keberadaan garam bisa
menyebabkan korosi, mengurangi daya lekat serta kekuatan dari beton. Campuran
antara air laut dan pasir laut akan meningkatkan kadar garam dalam proses
elektrokimia. Keberadaan pasir laut dan air laut yang jumlahnya cukup banyak di
Indonesia bisa sebagai alternatif untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut terkait sistem rancang bangun dan manajemen

1
dalam tahapan pembangunan dan perancangan pembangkit listrik berbasis tenaga
elektrokimia menggunakan air laut.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana alur perancangan proyek berdasarkan milestone perancangan
pembangkit listrik tenaga seacell dalam kurun waktu 4 tahun?
2) Bagaimana visualisasi perancangan proyek pembangunan pembangkit
listrik tenaga seacell?
3) Bagaimana pembagian tenaga kerja dalam proses perancangan proyek
pembangunan pembangkit listrik tenaga seacell?
1.3. Tujuan
1) Dapat merancang milestone manajemen proyek perancangan pembangkit
listrik yang direncanakan selama 4 tahun.
2) Dapat melakukan visualisasi manajemen proyek perancangan
pembangkit listrik tenaga seacell
3) Dapat melakukan pembagian tenaga kerja dalam proses perancangan
proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga seacell
1.4 Manfaat
1) Dapat mengetahui cara merencang milestone atau target yang didasarkan
pada proyek untuk menggapai tujuan proyek.
2) Dapat mengetahui perancangan visualisasi kegiatan manajemen proyek
dalam studi kasus proyek.
3) Dapat mengetahui cara melakukan pembagian tenaga kerja dalam proses
perencangan proyek.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan Milestone (Carta Milestone)


Milestone Chart adalah representasi visual yang menggambarkan
beberapa poin krusial dalam proyek. Ini berfungsi untuk memberikan gambaran
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan utama atau poin kunci selama
pelaksanaan proyek. Dalam manajemen proyek, Milestone Chart digunakan
secara umum untuk membantu tim dan pemangku kepentingan memahami jadwal
proyek secara keseluruhan.

2.1. Alur Perencanaan


2.1.1. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi terlebih dahulu seperti aspek
ekonomi, teknis, dan lingkungan adalah langkah kritis dalam memastikan
keberlanjutan dan kelayakan suatu proyek. Proses ini melibatkan analisis
mendalam terhadap faktor-faktor ekonomi, seperti biaya investasi dan potensi
keuntungan jangka panjang. Di samping itu, aspek teknis proyek dievaluasi untuk
memastikan bahwa implementasi dapat dilakukan dengan efisien dan sesuai
dengan standar industri terkini. Selain itu, dampak lingkungan juga
diperhitungkan untuk menjamin bahwa proyek beroperasi secara ramah
lingkungan dan mematuhi regulasi yang berlaku. Integrasi evaluasi ini membantu
mengidentifikasi risiko, menentukan strategi mitigasi, dan memastikan bahwa

3
proyek tidak hanya memberikan manfaat ekonomis, tetapi juga memperhatikan
aspek teknis dan lingkungan demi pencapaian keberlanjutan jangka panjang.

2.1.2. Survei Lokasi


Pada tahap ini, dilakukan identifikasi lokasi yang optimal berdasarkan
sejumlah faktor krusial, termasuk ketersediaan bahan bakar, infrastruktur, dan
ketersediaan lahan. Keputusan kami untuk memilih lokasi di sekitar pesisir air laut
didasarkan pada pertimbangan bahwa air laut dapat menjadi sumber energi
terbarukan yang sangat potensial untuk dimanfaatkan. Selain itu, melihat kondisi
daerah sekitar yang masih belum teraliri listrik, kami melihat peluang signifikan
untuk memberikan kontribusi positif dengan membangun pembangkit listrik di
daerah tersebut.Keberadaan sumber energi terbarukan dari air laut menjadi alasan
utama, mengingat potensi daya yang dapat dihasilkan dari teknologi yang ramah
lingkungan. Pemilihan lokasi ini juga mempertimbangkan dampak positif sosial,
di mana proyek ini dapat memberikan akses listrik kepada daerah sekitar pesisir
yang sebelumnya belum terjangkau oleh infrastruktur kelistrikan. Dengan
demikian, langkah ini bukan hanya mengoptimalkan sumber daya alam yang
tersedia, tetapi juga bertujuan untuk menciptakan dampak positif secara ekonomi
dan sosial dalam membangun pembangkit listrik dengan air laut sebagai sumber
energi utamanya.
menerapkan perbaikan atau peningkatan jika diperlukan.
2.1.3. Perizinan
Sebelum memulai pembangunan, adalah krusial untuk memperoleh
persetujuan dan perizinan dari otoritas setempat dan nasional. Proses ini
melibatkan komunikasi aktif dengan pihak berwenang untuk memastikan
kepatuhan terhadap regulasi lingkungan dan keamanan yang berlaku. Dalam
menjalankan langkah-langkah ini, penting untuk memastikan bahwa seluruh aspek
perencanaan dan pelaksanaan proyek memenuhi standar yang ditetapkan,
sehingga proses perolehan izin dapat berjalan lancar dan mendukung
keberlanjutan serta keamanan operasional pembangkit listrik.
2.1.4. Design Teknis

4
Tahapan ini akan menyusun rancangan teknis dan teknologi yang akan
digunakan pada PLT seacell, termasuk kapasitas pembangkit, alat yang digunakan,
dan infrastruktur tambahan. Adapun alat yang di gunakan ialah electrolyzer dan
turbin sumbu vertikal lalu kapasitas yang di perkirakan bisa mencapai 300 mega
watt. Adapun infrastruktur tambahannya yaitu dapat kita lihat seperti
dermaga,pelabuhan,mercusuar dan lain-lain.
2.1.5. Kontruksi
Saat mencapai tahap ini, proses perencanaan pembangunan memasuki
tahap pemilihan kontraktor yang tidak hanya kompeten tetapi juga profesional.
Langkah ini esensial untuk menjamin bahwa konstruksi pembangkit listrik
dilakukan dengan standar tertinggi. Selain itu, pengawasan konstruksi harus
dilakukan secara ketat guna memastikan keamanan dan kualitas selama seluruh
tahap pembangunan, sehingga hasil akhir mencerminkan integritas teknis dan
keselamatan yang diharapkan.
2.1.6. Uji Coba dan Optimasi
Pada tahap ini, dilakukan uji coba instalasi guna memastikan bahwa kinerja alat
dan sistem yang diimplementasikan mencapai tingkat optimal. Proses uji coba ini
esensial untuk mengukur keberhasilan implementasi dan memastikan bahwa
seluruh komponen beroperasi sesuai yang diharapkan. Hasil dari uji coba ini akan
menjadi indikator utama untuk menentukan keberhasilan dan kesiapan
pembangkit listrik sebelum memasuki tahap operasional penuh.
2.1.7. Operasional
Langkah berikutnya adalah memulai operasional dan mengintegrasikan
pembangkit listrik ke dalam jaringan kelistrikan. Proses ini melibatkan koordinasi
yang cermat untuk memastikan transisi yang mulus dan optimal dalam menyuplai
energi ke grid, serta memastikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan dan
kehandalan sistem kelistrikan yang lebih luas.
2.1.8. Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap ini, diterapkan sistem pemantauan untuk secara aktif
memonitor kinerja dan efisiensi pembangkit listrik. Langkah ini memiliki
signifikansi penting karena memungkinkan evaluasi dampak ekonomi,
lingkungan, dan sosial selama periode operasional. Dengan pemantauan yang

5
cermat, dapat memperoleh wawasan yang mendalam mengenai aspek-aspek
tersebut, memberikan dasar untuk pengambilan keputusan strategis dan
pembaruan yang sesuai untuk masa depan.

2.1.9. Finish (inovasi atau pembaruan)


Langkah terakhir melibatkan komitmen untuk tetap mengikuti perkembangan
teknologi dan inovasi di sektor energi. Hal ini bertujuan agar kualitas tenaga
listrik terus berkembang pesat dan dapat memberikan manfaat maksimal, terutama
bagi masyarakat di wilayah pesisir laut. Sementara itu, perlu juga
mempertimbangkan pembaruan atau peningkatan seiring berjalannya waktu,
sehingga pembangkit listrik tetap relevan, efisien, dan berdaya saing dalam
lingkungan energi yang terus berubah.
1) Mei 14, 2025 Requirements Gathering and Analysis
Tahapan awal dimulai dari analisis kebutuhan. Dalam tahap ini semua
yang dibutuhkan dikumpulkan dan kebutuhan sistem didefinisikan dengan
rinci. Analisis dilakukan untuk mengetahui komponen apa saja pada sistem
yang sedang berjalan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan pengguna akhir yang meliputi biaya dan manfaat sistem yang
dibangun ataupun dikembangkan.
2) Agus 18, 2025 – dec 30, 2025 Play Design
Adalah pembuatan desain sederhana yang akan memberi gambaran
singkat tentang sistem yang ingin dibuat. Design baru dapat dibuat jika
persyaratan dari user sudah diketahui. Setelah itu, pembuatan design dapat
dilakukan berdasarkan requirement gathering dan analisis pada tahap 1.
3) Feb 18, 2026 - Sep 22, 2026 Build Prototype
Setelah desain quick design sudah oke, tahap selanjutnya yaitu
pembangunan prototype sebenarnya yang memakan waktu beberapa bulan
agar mendapatkan hasil yang bagus.
4) Nov 15, 2026 User Evaluation
Setelah prototype dibuat selanjutnya adalah tahap evaluasi oleh user.
Pada tahap ini, sistem yang telah dibuat dalam bentuk prototype

6
dipresentasikan pada klien untuk di evaluasi. Selanjutnya, user akan
memberikan komentar dan saran terhadap prototype yang telah dibuat.
5) Feb 03, 2027 Refining Prototype
Tahap refining merupakan tahap perbaikan prototype berdasarkan hasil
feedback klien pada Nov 15, 2026. Tahap ini bertujuan untuk
menyempurnakan persyaratan agar lebih jelas, konsisten, dan dapat
diimplementasikan dengan lebih baik.
6) Des 05, 2027 Implement Product and Maintain
Setelah perbaikan, maka selanjutnya adalah tahap implement dan
maintanance. Pada fase akhir ini, produk akan segera dibuat oleh para
programmer berdasarkan prototype akhir. Selanjutnya, sistem akan diuji.
7) Mar 08, 2028 Acc and Finish
Setelah semua tahap berhasil maka semuanya akan di acc dan semua
pekerjaan telah selesai.

2.2. Visualisasi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Seacell


Visualisasi perencanaan pembangkit listrik tenaga seacell atau
pembangkit listrik tenaga listrik berbasis seawater electrochemical cell akan
direncanakan selama 4 tahun dari tahun 2025 dan mulai beroperasi pada tahun
2028. Untuk mempermudah membayangkan apa saja perencanaan kegiatan yang
diperlukan untuk membangun pembangkit listrik selama 4 tahun, maka visualisasi
akan dibagi menjadi 4 tahapan dengan 1 tahapan mencakup 1 tahun perencanaan.
2.2.1. Preparasi Perencanaan Perancangan (Tahun ke-1)
Tahapan preparasi perencanaan perancangan pembangkit listrik ini
menjelaskan mengenai tahapan awal pada proses perancangan pabrik, dimulai dari
dimulai dari pengumpulan tim proyek, pengkajian studi literatur pembangkit
listrik seacell, pelaksanaan studi lapangan dan kelayakan daerah, persiapan berkas
dan proposal perizinan proyek, pengajuan berkas dan proposal kepada direktur
perusahaan, dan perencanaan perancangan prototipe PLT skala miniature akan
dilaksanakan pada tahapan ini. Tahapan ini akan memakan waktu tepatnya satu (1)
tahun awal penuh untuk dilaksanakan dan pada masing-masing kegiatan akan ada
pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan tersebut.

7
Tabel 2.2.1.1. Visualisasi perencanaan tahun pertama

2.2.1.1. Pengumpulan tim proyek


Tahapan ini akan dipertanggungjawabkan oleh manager proyek (Project
Manager). Kegiatan ini akan mencakup pemilihan, pengujian personel,
peninjauan kemampuan personel, seleksi personel, dan pembentukan tim proyek
yang akan berfungsi sebagai core dari perancangan pembangkit listrik. Tim
proyek ini nantinya akan dibagi lagi untuk membentuk beberapa tim seperti tim
survei wilayah (Surveillance Team), tim teknisi proyek (Project Engineering
Team), dan tim teknisi lingkungan (Environmental Engineering Team) yang
memiliki fungsi masing-masing pada tahapan proyek.
2.2.1.2. Pengkajian Studi Literatur Pembangkit Listrik Seacell
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan oleh tim proyek
(Project team) secara sepenuhnya. Tahapan kegiatan ini akan mengkaji studi
literatur sesuai dengan bidang keahlian dari masing-masing tim. Tahapan kegiatan
ini bertujuan untuk memaksimalkan kinerja tim dengan pembelajaran secara detail
bagaimana metode, berapa kapasitas tenaga listrik yang ingin dihasilkan, dan
bagaimana dampak pembangunan pembangkit listrik tersebut pada wilayah dan
lingkungan sekitar agar dapat menghindari kerugian dalam proyek.
2.2.1.3. Pelaksanaan Studi Lapangan dan Kelayakan Daerah
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
tim survey wilayah (Surveillance Team) untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan pada perancangan pembangkit listrik tenaga seacell di pesisisir wilayah
Sumatera Selatan. Tahapan kegiatan ini akan diberikan waktu selama tiga (3)
bulan untuk mendapatkan data-data kelayakan wilayah untuk perancangan proyek.
2.2.1.4. Persiapan Berkas dan Proposal Perizinan Proyek
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
legal administrator perusahaan. Data-data dan laporan dari studi lapangan dan

8
kelayakan daerah akan diolah data oleh pihak-pihak bersangkutan seperti manajer
proyek, dan tim proyek dan hasil akhir akan diberikan kepada administrator
perusahaan untuk diajukan kepada atasan perusahaan dan juga kepada direktur.
2.2.1.5. Pengajuan berkas dan proposal kepada direktur
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan oleh manajer proyek.
Direktur perusahaan akan memberikan keputusan atas kelayakan pembangunan
pembangkit listrik berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi alur jalan
perusahaan dan faktor eksternal lainnya. Keputusan akan diberitakan kepada
manajer proyek secepatnya dalam kurun waktu satu (1) bulan.
2.2.1.6. Perencanaan perancangan prototipe PLT skala miniature
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan oleh tim teknisi
proyek (Project Engineer Team) untuk membangun prototipe pembangkit listrik
skala miniatur. Data-data yang didapatkan dari hasil survey kelayakan daerah dan
studi literatur akan diinputkan pada tahapan ini dan dimulai perancangan prototipe
PLT skala miniature untuk meninjau hal-hal yang dapat dikembangkan ulang atau
disingkirkan untuk meminimalisirkan biaya proyek (cost to performance).
2.2.2. Pengkajian dan Perancangan Pembangkit Listrik (Tahun ke-2)
Tahap pengkajian dan perancangan pada proyek pembangkit listrik
tenaga elektrokimia air laut merupakan fase awal yang kritis dalam
mengembangkan infrastruktur pembangkit listrik tersebut. Pengkajian melibatkan
analisis mendalam terkait kebutuhan energi, potensi lokasi, dan evaluasi
ketersediaan air laut serta sumber daya terkait. Ini mencakup identifikasi dan
pengumpulan data mengenai konsumsi energi wilayah, pemilihan lokasi yang
optimal berdasarkan persyaratan teknis dan regulasi, serta evaluasi ketersediaan
air laut dan karakteristiknya. Sementara itu, tahap perancangan melibatkan
penyusunan konsep desain yang mencakup teknisitas pembangkit listrik
elektrokimia air laut. Proses ini mencakup pengembangan desain teknis rinci
untuk sistem elektrokimia, analisis teknis dan simulasi untuk memahami kinerja
sistem, serta evaluasi dampak lingkungan termasuk pengajuan izin yang
diperlukan. Selama tahap ini, diperlukan pemodelan dan simulasi untuk
memprediksi kinerja sistem elektrokimia dalam berbagai kondisi. Keduanya,
pengkajian dan perancangan, sangat penting untuk merinci kebutuhan, memahami

9
potensi dan tantangan, serta merancang solusi yang memadai sebelum memasuki
tahap implementasi proyek. Langkah ini membentuk landasan kuat untuk proyek,
meminimalkan risiko, dan memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan
tujuan dan persyaratan yang telah ditetapkan.

Tabel 2.2.2.1. Visualisasi Kegiatan Tahap Pengkajian dan Perancangan

2.2.2.1. Analisis kebutuhan energi, potensi lokasi dan evaluasi ketersediaan air
laut dan sumber daya terkait
Dalam tahap analisis kelayakan proyek pembangkit listrik tenaga
elektrokimia air laut, kebutuhan energi wilayah dipelajari melalui identifikasi dan
pengumpulan data konsumsi energi. Lokasi optimal untuk pembangunan
ditentukan dengan mengevaluasi persyaratan teknis, topografi, dan aksesibilitas.
Ketersediaan air laut dan sumber daya terkait diperiksa melalui analisis data
hidrologi, suhu, kandungan garam air laut, serta faktor lingkungan lainnya seperti
arus laut dan cuaca. Pemodelan dan simulasi dapat digunakan untuk memprediksi
kinerja sistem elektrokimia. Selain itu, identifikasi risiko potensial dan
pengembangan strategi pengelolaan risiko juga merupakan bagian integral dari
tahap ini. Hasil analisis ini membentuk dasar yang kuat untuk langkah-langkah
selanjutnya dalam perencanaan proyek.
2.2.2.2. Membuat konsep desain pembangkit listri, perkiraan anggaran dan
jadwal proyek, dan penyusunan persyaratan teknis dan regulasi
Dalam tahap perencanaan proyek pembangkit listrik tenaga elektrokimia
air laut, dimulai dengan pembuatan konsep desain yang melibatkan identifikasi
teknologi elektrokimia, sketsa awal layout fisik, dan gambaran umum tentang
komponen utama proyek. Selanjutnya, dilakukan perkiraan anggaran dan

10
penjadwalan proyek dengan mengidentifikasi biaya terkait dan menentukan
sumber daya serta jadwal waktu yang dibutuhkan. Tahap ini membentuk dasar
untuk perencanaan eksekusi proyek. Penyusunan persyaratan teknis dan regulasi
dilakukan untuk menyusun daftar persyaratan teknis, termasuk standar kualitas air
laut, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi keamanan, lingkungan, dan
kesehatan yang berlaku. Hasil dari tahap ini adalah dokumen panduan yang
menjadi acuan selama implementasi proyek, membantu meminimalkan risiko dan
memastikan kesesuaian proyek dengan persyaratan dan regulasi yang berlaku.
2.2.2.3. Pengembangan desain teknis rinci sistem elektrokimia, analisis teknis
dan simulasi, evaluasi dampak lingkungan dan pengajuan izin
Tahap selanjutnya dalam proyek pembangkit listrik tenaga elektrokimia
air laut melibatkan pengembangan desain teknis yang lebih rinci. Ini mencakup
proses penyusunan desain teknis yang terperinci untuk sistem elektrokimia,
termasuk pemilihan jenis sel elektrokimia, konfigurasi peralatan, dan sistem
kontrol. Setelah desain terbentuk, dilakukan analisis teknis dan simulasi untuk
memahami kinerja sistem dalam berbagai kondisi operasional dan memastikan
bahwa proyek dapat memenuhi kebutuhan energi yang diinginkan. Selanjutnya,
evaluasi dampak lingkungan dilakukan untuk memahami konsekuensi lingkungan
dari operasi proyek, seperti pengaruh terhadap kualitas air laut dan ekosistem
sekitar. Hasil dari analisis ini digunakan sebagai dasar untuk pengajuan izin,
dimana persyaratan regulasi dan lingkungan diajukan kepada pihak berwenang.
Pengajuan izin ini melibatkan kerjasama dengan instansi terkait untuk memastikan
bahwa proyek mematuhi norma-norma dan regulasi yang berlaku, dan bahwa
dampak lingkungan telah diidentifikasi dan dikelola secara efektif. Tahapan ini
membantu memastikan bahwa proyek tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga
memperhitungkan dampak lingkungan dan mematuhi persyaratan regulasi yang
diperlukan.
2.2.2.4. Proses tender dan pemilihan kontraktor, negosiasi kontrak dan
penandatanganan perjanjian, serta pemeriksaan dan pengujian peralatan
Proses tender dan pemilihan kontraktor pada proyek pembangkit listrik
tenaga elektrokimia air laut melibatkan pengajuan permintaan proposal kepada
berbagai kontraktor potensial. Dalam tahap ini, dokumen tender disusun dengan

11
detail spesifikasi proyek dan persyaratan kontraktual. Setelah dokumen tersebut
diterbitkan, kontraktor dapat mengajukan penawaran mereka. Tim proyek
kemudian mengevaluasi penawaran tersebut berdasarkan kriteria seperti harga,
pengalaman, dan rekam jejak proyek sebelumnya. Setelah evaluasi, dilakukan
negosiasi kontrak dengan kontraktor yang terpilih. Proses ini melibatkan
pembicaraan mengenai berbagai aspek kontrak, termasuk lingkup pekerjaan,
jadwal, biaya, dan ketentuan kontraktual lainnya. Negosiasi bertujuan untuk
mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Setelah negosiasi selesai, dilakukan penandatanganan perjanjian antara
pihak proyek dan kontraktor. Penandatanganan perjanjian ini mengikat kedua
belah pihak untuk mematuhi semua ketentuan yang telah disepakati selama
negosiasi. Selanjutnya, pemeriksaan dan pengujian peralatan dilakukan sebelum
fase konstruksi dimulai. Ini melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap
peralatan yang akan digunakan dalam proyek, untuk memastikan bahwa
semuanya sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Pengujian
dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan berfungsi dengan baik dan memenuhi
standar keamanan dan kualitas yang diharapkan.
Selama tahap-tahap ini, manajemen proyek perlu memastikan
transparansi, integritas, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Proses
tender, negosiasi kontrak, penandatanganan perjanjian, dan pemeriksaan peralatan
merupakan langkah-langkah krusial dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan
proyek pembangkit listrik tenaga elektrokimia air laut.
2.2.2.5. Pembangunan fisik infrastruktur dan instalasi peralatan serta pemantauan
dan pengawasan proyek
Tahap pembangunan fisik infrastruktur dan instalasi peralatan pada
proyek pembangkit listrik tenaga elektrokimia air laut melibatkan implementasi
desain teknis yang telah disusun sebelumnya. Ini mencakup konstruksi fisik
bangunan, pemasangan peralatan elektrokimia, dan integrasi sistem secara
keseluruhan. Proses ini melibatkan beberapa tahapan, seperti penggalian, pondasi,
konstruksi struktural, pemasangan peralatan, dan koneksi sistem. Selama tahap
ini, pemantauan dan pengawasan proyek menjadi kunci. Tim pengawas proyek
memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan desain, spesifikasi

12
teknis, dan jadwal yang telah ditetapkan. Pemantauan melibatkan pemantauan
kemajuan pekerjaan, penanganan perubahan desain atau perubahan lainnya, dan
identifikasi serta penanganan masalah yang mungkin muncul selama konstruksi.
Selain itu, manajemen risiko dan keamanan menjadi perhatian utama selama fase
konstruksi. Pengelola proyek memastikan kepatuhan terhadap standar
keselamatan kerja dan regulasi lingkungan. Pemantauan juga mencakup
pengelolaan anggaran, pemenuhan jadwal, dan koordinasi antar tim untuk
memastikan sinergi antara berbagai kegiatan konstruksi.
Penting untuk mencatat bahwa dalam tahap ini, komunikasi yang efektif
antar tim proyek, kontraktor, dan pihak-pihak terkait lainnya menjadi krusial.
Rapat rutin, pelaporan kemajuan, dan komunikasi terbuka membantu memitigasi
risiko, meningkatkan efisiensi, dan memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam
upaya yang sama. Secara keseluruhan, tahap pembangunan fisik dan instalasi
peralatan memerlukan koordinasi yang cermat dan pengawasan yang teliti untuk
memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang
diinginkan.
2.2.2.6. Evaluasi kinerja proyek dan perancangan serta implementasi program
pemeliharaan
Tahap evaluasi kinerja proyek pada pembangkit listrik tenaga
elektrokimia air laut adalah langkah kritis untuk mengevaluasi pencapaian tujuan
dan menjaga konsistensi dengan rencana awal. Melalui pemantauan dan analisis
berkala terhadap kemajuan fisik, keuangan, dan kepatuhan terhadap jadwal,
proyek dapat diukur sejauh mana telah mencapai hasil yang diharapkan. Setelah
tahap evaluasi, langkah selanjutnya adalah perancangan dan implementasi
program pemeliharaan. Dalam merancang program ini, jadwal pemeliharaan rutin
dan tugas preventif ditentukan dengan cermat, dan tim pemeliharaan terlibat
dalam pelaksanaannya. Program ini menjaga agar semua komponen dan sistem
beroperasi optimal selama masa pakai proyek. Evaluasi berkala dilakukan untuk
menyesuaikan program pemeliharaan berdasarkan hasil evaluasi dan perubahan
kebutuhan. Dengan demikian, tahapan evaluasi kinerja dan perancangan serta
implementasi program pemeliharaan merupakan langkah penting untuk
memastikan keberlanjutan dan kesuksesan proyek pembangkit listrik tenaga

13
elektrokimia air laut, dengan meningkatkan efisiensi operasional dan
meminimalkan risiko kegagalan peralatan.
2.2.3 Pengujian Prototipe dan Kelayakan Pembangkit Listrik (Tahun ke-3)
Tahap pengujian prototipe dan kelayakan pembangkit listrik merupakan
tahap ketiga dalam proses perancangan pabrik. Terdapat enam kegiatan yang akan
dilaksanakan selama satu tahun yang dipegang oleh masing-masing departemen
atau pihak yang bertanggung jawab dalam setiap rangkaian kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan tersebut dimulai dari uji prototipe sistem operasi rancangan
pembangkit listrik, pengujian kelayakan fungsi alat, mengambil data yang
ditunjukkan oleh setiap alat, mengolah dan menganalisis data penelitian,
pengoreksian dan perbaikan rancangan alat, serta melakukan pengujian kelayakan
pembangkit listrik.

Tabel 2.2.3. Visualisasi Kegiatan Tahap Uji Prototipe

2.2.3.1. Uji Prototipe Sistem Operasi Rancangan Pembangkit Listrik


Kegiatan ini meliputi pengamatan dan pengujian simulasi proses dari
rangkaian alat pembangkit listrik. Salah satu pemanfaatan laut adalah dapat
dijadikan sebagai pembangkit listrik tenaga seacell. Pembangkit listrik ini juga
merupakan salah satu jenis sumber energi yang bersifat terbarukan dan ramah
lingkungan. Oleh karena itu, uji prototipe sangat perlu dilakukan agar dapat
diketahui apakah rancangan pembangkit listrik yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya sudah layak untuk dijalankan atau masih ada hal yang harus
diperbaiki. Pada kegiatan ini yang bertanggung jawab adalah pihak Project
Engineer Team.
2.2.3.2. Pengujian Kelayakan Fungsi Alat
Pengujian dilakukan untuk mengetahui fungsi dan sistem operasi alat.
Jika kerja alat masih belum optimal maka dilakukan modifikasi agar alat dapat
beroperasi dengan baik. Parameter yang diukut dalam pengujian adalah putaran
kincir, putaran transmisi, daya tegangan, serta arus yang dihasilkan. Kemudian

14
dilakukan juga pengujian untuk menaikkan air dari reservoir bawah ke reservoir
atas dengan menggunakan kombinasi pompa hidram dan pompa listrik. Adapun
kegiatan ini berada di bawah tanggungjawab Section Mekanik dari Departemen
Engineer.
2.2.3.3. Melakukan Pengambilan Data yang ditunjukkan Setiap Alat
Pengambilan data pada setiap alat dilakukan oleh data analyst. Dalam
kegiatan ini data yang akan diambil terdiri dari data tekanan uap, temperature uap,
serta mengambil data tegangan dan arus listrik. Perhitungan potensi energi dan
daya listrik juga dilakukan. Pengambilan data ini bertujuan agar setiap rangkaian
alat dapat bekerja secara optimal.
2.2.3.4. Mengolah dan Menganalisis Data Penelitian yang didapat
Data analyst juga berperan dalam kegiatan mengolah dan menganalisis
data penelitian yang telah didapa pada kegiatan sebelumnya. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan rumusan matematis sehingga dapat diketahui
potensi energi dan daya listrik yang dihasilkan pada rancangan pembangkit listrik
yang telah dibuat. Kemudian setelah data diolah maka perlu dilakukan analisis
data. Faktor-faktor yang menjadi acuan adalah berdasarkan efisiensi generator
yang dapat dilihat dari hubungan antara turbin dengan generator. Dapat juga
dianalisi melalui faktor ketinggian air dan debit air karena hal ini dapat
mempengaruhi banyak arus, tegangan dan daya listrik yang dihasilkan.
2.2.3.5. Pengoreksian dan Perbaikan Rancangan Alat
Kegiatan pengoreksian dan perbaikan rancangan alat ini dilakukan
setelah didapat hasil dari data analyst. Pada tahap kegiatan ini yang
bertanggungjawab atas tugasnya adalah Departemen Work Technical. Tujuan dari
kegiatan ini yaitu untuk merancang kembali rangkaian alat yang masih belum
bekerja secara optimal hingga dapat bekerja secara optimal dan efisien sesuai
dengan ketentuan.
2.2.3.6. Melakukan Pengujian Kelayakan Pembangkit Listrik Kembali
Kegiatan terakhir pada tahap uji prototipe ini yaitu melakukan oengujian
kelayakan pembangkit listrik kembali yang dilakukan oleh Project Engineer Team.
Uji kelayakan ini dilakukan dengan menjalankan kembali rancangan pembangkit
listrik yang telah melewati tahap perbaikan. Tujuannya yaitu untuk mengatahui

15
apakah pembangkit listrik telah layak untuk dijalankan, baik dari segi efisiensi
energi ataupun keamanannya.
2.2.4. Finalisasi Pembangunan Pembangkit Listrik (Tahun ke-4)
Tahapan finalisasi Pembangunan pembangkit listrik ini menjelaskan
mengenai tahapan akhir pada proses perancangan pabrik, dimulai dari tahapan
finalisasi perancangan, pengurusan dokumen penting untuk melegalisir
pembangkit listrik, penyiapan dokumen pengesahan pembangkit listrik, penentuan
struktur dan pengaktifan personel pembangkit listrik, penjadwalan operasi
pembangkit listik, dan tahapan pengoperasian perdana secara komersil akan
dilaksanakan pada tahapan ini. Tahapan ini akan memakan waktu satu (1) tahun
penuh untuk dilaksanakan dan pada masing-masing kegiatan akan ada pihak yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan tersebut.

Tabel 2.2.4.1. Visualisasi Kegiatan Tahap Finalisasi


2.2.4.1. Finalisasi perancangan pembangkit listrik
Tahapan ini akan dipertanggungjawabkan oleh Project Engineering
Team. Tim ini merupakan tim inti dalam perancangan pembangkit listrik. Tahapan
ini akan menjadi tahapan terakhir yang melibatkan tim ini. Tahapan kegiatan ini
akan meninjau kembali spesifikasi unit pembangkit listrik, dimulai dari
peninjauan sistem operasi, pengendalian proses, spesifikasi alat, dan optimalisasi
keadaan operasi pada tiap alat pembangkit listrik. Tahapan ini juga meninjau
bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada working environment unit
pembangkit listrik, serta menguji emisi yang dihasilkan oleh unit tersebut.
2.2.4.2. Uji K3 dan Emisi Lingkungan
Tahapan ini akan dipertanggungjawabkan oleh environmental engineer
team. Tim ini berperan untuk membantu merancang unit pembangkit listrik dan
lebih difokuskan kepada bagian keselamatan dan kesehatan kerja dari lingkungan

16
kerja unit pembangkit listrik dan juga berfokus pada dampak dan pengolahan
emisi yang dihasilkan oleh unit pembangkit listrik.
2.2.4.3. Penyiapan berkas-berkas pengesahan Pembangkit Listrik
Seluruh berkas-berkas penting untuk melakukan pengesahan dan
pengoperasian pembangkit listrik akan dibuat oleh manajer proyek yang
menaungi tim teknisi seperti teknisi proyek dan juga teknisi lingkungan. Kepala
departemen akan mengolah data-data yang diberikan oleh tiap tim divisi yang
bertindak dalam perancangan pembangkit listrik dan memutuskan apakah
pembangkit listrik ini telah layak untuk dioperasikan sesuai dengan persyaratan
dan undang-undang yang tertera. Apabila pembangkit listrik telah layak, maka
berkas penting untuk melakukan pengesahan pembangkit listrik akan dibuat dan
dikirimkan kepada direktur perusahaan (Company Director) untuk dilakukan
pengesahan secara resmi.
2.2.4.4. Pengesahan Pembangkit Listrik
Pengesahan pembangkit listrik akan dilakukan oleh direktur perusahaan
dan juga oleh kepala departemen teknisi. Tahapan ini akan dilakukan secara resmi
dan disaksikan oleh seluruh tim teknisi. Tahapan ini merupakan tahapan mula-
mula pengoperasian pembangkit listrik tenaga elektrokimia air laut.
2.2.4.5. Strukturisasi dan Pengaktifan Personel Pembangkit Listrik
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan oleh kepala unit
pembangkit listrik. Pada kegiatan ini, struktur organisasi dari unit pembangkit
listrik tenaga elektrokimia air laut akan ditentukan dan dimulai juga pengaktifan
seluruh personel yang diperlukan untuk mengoperasikan unit pembangkit listrik.
2.2.4.6. Penjadwalan pengoperasian Pembangkit Listrik
Tahapan kegiatan ini akan dipertanggungjawabkan oleh kepala seksi
operasional (Operation Section Chief). Tahapan kegiatan ini akan menentukan
jadwal resmi pengoperasian pembangkit listrik, pada tahapan ini juga akan
dilakukan inspeksi kepada alat-alat pada unit pembangkit listrik untuk
memastikan keamanan lingkungan kerja personel yang bertanggungjawab atas
pengoperasian alat-alat unit pembangkit listrik.
2.2.4.7. Mulai Pengoperasian Perdana Secara Komersil

17
Tahapan ini akan dipertanggungjawabkan oleh seluruh personel untuk
memulai pengoperasian pembangkit listrik tenaga elektrokimia air laut secara
perdana. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dan tahapan ini diharapkan akan
berjalan sesuai rencana dan dimulai beroperasi pada akhir tahun 2028 untuk
beroperasi secara total.

2.3. Work Breakdown Structure


Work Breakdown Structure (WBS) adalah daftar kegiatan atau target dari
ruang lingkup suatu proyek yang terorganisir dan biase dibuat dengan
menggunakan project management tools. Ada dua pendekatan umum untuk
membuat WBS, yaitu berdasarkan tujuan proyek atau berdasarkan timeline
proyek. Pendekatan pertama dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh tujuan
yang harus diselesaikan sesuai dengan iterasi yang telah dibuat. Kemudian WBS
mengidentifikasi setiap tugas yang diperlukan untuk membuat setiap tujuan.
Sedangkan pendekatan yang kedua, setiap tugas dikerjakan sesuai dengan urutan
timeline dari aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir.

Perencanaan
struktur kerja

Pengadaan
Tahap Desain dan Konstruksi Operasi dan Evaluasi dan
dan
persiapan Perancangan dan Instalasi Pemeliharaan Penutupan
Pembelian

Desain Sistem
Pengadaan Penutupan
Identifikasi Pembangkit Persiapan Operasi Evaluasi Akhir
Sel Volta Administratif
lokasi Listrik Tenaga Lokasi Harian Proyek
Elektrokimia dan Keuangan
Seacell

Studi Perencanaan Pembelian Pemeliharaan


Pemantauan
kelayakan Kapasitas Baterai Rutin

Pembelian
Desain Integrasi ke Penanganan
Material
Peroleh izin Struktur Jaringan atau Gangguan
Penyaluran
Penyangga Listrik dan Perbaikan
Energi

Pengadaan
Perencanaan
Desain Peralatan Pemantauan
Sistem
Konseptual Pengukuran Uji Coba dan Kinerja
Penyimpanan
Elektrosea cell dan Penyetelan Berkala
Energi
Monitoring

Perencanaan
Analisi
Sistem
Kebutuhan Pengujian
Penyaluran
energi Keseluruhan
Energi
Sistem

Optimalisasi
Kinerja

Pelatihan
Pengguna

Pemantauan
dan Evaluasi
Awal

Gambar 2.3. Work Breakdown Strukcture (WBS)

18
Work Breakdown Structure (WBS) menyediakan sebuah struktur hirearki
yang bertindak sebagai jembatan atau penghubung antara ruang lingkup proyek
dan rencana rinci proyek yang akan dibuat dengan menggunakan sebuah software
project management. Salah satu software yang biasa digunakan untuk membuat
WBS yaitu Microsoft Project. WBS mengurai atau membagi proyek ke dalam
komponen lebih kecil dan lebih mudah diatur yang biasa disebut work packages.
Work package memberikan dasar logis untuk mendefinisikan kegiatan proyek dan
menugaskan sumber daya yang dimiliki ke dalam setiap kegiatan tersebut jadi
seluruh pekerjaan proyek teridentifikasi.
2.3.1 Tahap Persiapan
Setelah membuat diagram Work Breakdown Structure (WBS), langkah
selanjutnya yaitu mengidentifikasi lokasi yang akan dilakukan untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell. Tahap persiapan dalam
pembuatan Work Breakdown Structure (WBS) untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Sea Cell melibatkan serangkaian langkah-langkah untuk merinci dan
mengorganisir pekerjaan yang diperlukan untuk proyek Pembangkit Listrik
Tenaga Sea Cell.
2.3.2 Identifikasi Lokasi
Melakukan perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell. Tahap
persiapan sangat diperlukan seperti menentukan lokasi yang tepat sangat penting.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain
yaitu adanya ketersediaan lahan, aksesibilitas, terdapat air laut yang bersih, dan
listrik yang sedikit besar. Air laut yang cukup bersih sepanjang tahun adalah kunci
keberhasilan Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell. Ketersediaan lahan yang cukup
sangat diperlukan karena untuk menginstal alat elektrolisis dan infrastruktur
pendukung lainnya. Terakhir aksesibilitas yaitu lokasi dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat dan dapat terhubung ke jaringan listrik yang ada.
2.3.3. Studi Kelayakan
Studi kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell menjadi salah satu
tahapan penting untuk memastikan operasional dan pemanfaatan Pembangkit
Listrik Tenaga Sea Cell secara berkelanjutan. Studi kelayakan menjadi salah satu
kegiatan terpenting dalam mempersiapkan usulan proyek. Sebagai salah satu

19
tahap penentu dalam kesuksesan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell, analisis dalam studi kelayakan perlu mempertimbangkan aspek-aspek
penting dalam tahapan selanjutnya, misalnya tahap pengadaan dan serah terima.
2.3.4. Perolehan Izin
Perolehan izin merujuk pada proses mendapatkan persetujuan atau izin
dari pihak berwenang atau otoritas terkait dan masyarakat disekitar. Izin ini
mungkin diperlukan untuk memulai, melaksanakan, atau menyelesaikan proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell. Beberapa jenis izin yang mungkin
diperlukan termasuk izin lingkungan, izin bangunan, atau izin penanaman modal,
tergantung pada regulasi dan kebijakan di wilayah tersebut. Perolehan izin ini bisa
menjadi bagian krusial dari persiapan proyek dan harus mencakup waktu dalam
jadwal proyek.

2.3.5. Desain Konseptual PLT Sea Cell


Proses perencanaan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sea Cell. Pada tahap ini, fokus utama adalah mengembangkan ide-ide dan konsep-
konsep awal mengenai bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell akan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan proyek. Langkah-langkah yang
biasanya dilakukan pada tahap ini melibatkan identifikasi kebutuhan energi,
analisis lokasi, penentuan kapasitas sistem, dan pemilihan teknologi dan
komponen utama. Desain konseptual melibatkan pengembangan gambaran umum
tentang bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell akan terlihat dan bekerja,
tanpa terlalu mendetail pada spesifikasi teknis. Ini termasuk pemilihan lokasi yang
optimal, penentuan jumlah dan tipe elektroda, baterai (jika diperlukan), serta
desain umum sistem distribusi listrik.
2.3.6. Analisis Kebutuhan Energi
Analisis Kebutuhan Energi adalah suatu proses untuk menentukan
seberapa besar energi yang diperlukan oleh suatu sistem atau kegiatan. Dalam
konteks Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell, analisis ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengukur kebutuhan energi listrik yang akan dipasok oleh
sistem Pembangkit Listrik Tenaga Sea Cell. Proses ini melibatkan penilaian beban

20
listrik yang diharapkan, pola konsumsi energi, serta estimasi kapasitas dan daya
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2.3.7. Desain dan Perancangan
Desain dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga Seacell mencakup
proses mengembangkan rancangan dan konsep visual dari sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell yang akan dibangun. Ini melibatkan pemilihan teknologi,
komponen, dan tata letak sistem untuk memenuhi kebutuhan energi yang telah
diidentifikasi. Sementara itu, perancangan lebih khusus mengacu pada merinci
rancangan tersebut ke dalam spesifikasi teknis yang lebih mendalam, termasuk
pemilihan model peralatan, perhitungan listrik, dan spesifikasi teknis lainnya.
2.3.8. Desain Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell
Desain Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell mencakup proses
merancang secara rinci dan merinci sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell dari
konsep ke spesifikasi teknis yang terperinci. Ini melibatkan pemilihan teknologi,
perangkat keras, perangkat lunak, dan semua komponen yang diperlukan untuk
membangun dan mengoperasikan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell
sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi proyek. Desain sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell mencakup pemilihan dan penempatan alat, baterai (jika
diperlukan), sistem penyaluran daya, dan elemen-elemen lain yang diperlukan
untuk menghasilkan, mengonversi, dan mendistribusikan seacell menjadi listrik
yang dapat digunakan.
2.3.9. Perencanaan Kapasitas
Perencanaan Kapasitas dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell merujuk pada proses menentukan kapasitas yang diperlukan dari sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Seacell untuk memenuhi kebutuhan energi yang
diinginkan atau yang diidentifikasi selama analisis kebutuhan energi. Ini
melibatkan penilaian beban listrik, estimasi kapasitas sistem yang dibutuhkan, dan
perhitungan daya puncak yang diperlukan dari Pembangkit Listrik Tenaga Seacell.
2.3.10. Desain Struktur Penyangga
Desain Struktur Penyangga dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell merujuk pada proses merancang struktur fisik yang mendukung dan
menopang komponen-komponen utama Pembangkit Listrik Tenaga Seacell,

21
seperti alatnya, dan baterai (jika digunakan). Ini mencakup perencanaan dan
desain struktur fisik yang kuat, aman, dan efisien untuk mendukung operasi dan
daya tahan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell terhadap kondisi lingkungan
yang mungkin berubah.
2.3.11. Perencanaan Sistem Penyimpanan Energi
Perencanaan Sistem Penyimpanan Energi dalam konteks Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell merujuk pada proses merancang dan merencanakan
komponen penyimpanan energi, seperti baterai, untuk menyimpan energi yang
dihasilkan oleh sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell. Ini melibatkan
pemilihan jenis baterai yang sesuai, kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan, dan
penentuan lokasi serta metode instalasi.
2.3.12. Perencanaan Sistem Penyaluran Energi
Perencanaan Sistem Penyaluran Energi dalam konteks Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell merujuk pada proses perancangan dan perencanaan
bagaimana energi yang dihasilkan oleh sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell
akan disalurkan ke sistem distribusi atau grid listrik. Ini melibatkan pemilihan dan
desain komponen seperti sistem penyaluran daya untuk memastikan bahwa energi
yang dihasilkan dapat terdistribusi dengan efisien ke tempat yang diperlukan.
2.3.13. Pengadaan dan Pembelian
Pengadaan dan Pembelian dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell merujuk pada proses memperoleh semua material, peralatan, dan sumber
daya lain yang diperlukan untuk melaksanakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell. Ini termasuk pembelian alat, baterai (jika digunakan), struktur penyangga,
kabel, dan semua komponen lainnya yang diperlukan untuk membangun dan
mengoperasikan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell.
2.3.14. Pengadaan Sel Volta Elektrokimia
Pengadaan Sel Volta Elektrokimia merujuk pada proses memperoleh dan
memasang Alat Sel Volta Elektrokimia sebagai bagian dari proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell. Ini melibatkan berbagai kegiatan, mulai dari pemilihan sel
volta elektrokimia, negosiasi dengan pemasok, hingga pemasangan dan integrasi
sel volta elekrokimia ke dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Seacell.
2.3.15. Pembelian Baterai

22
Pembelian Baterai dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga Seacell
merujuk pada proses memperoleh baterai sebagai salah satu komponen penting
dalam sistem penyimpanan energi Pembangkit Listrik Tenaga Seacell. Ini
mencakup pemilihan jenis baterai yang sesuai, proses negosiasi dengan pemasok,
serta pembelian dan pemasangan baterai ke dalam sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Seacell.
2.3.16. Pembelian Material Penyaluran Energi
Pembelian Material Penyaluran Energi dalam konteks Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell merujuk pada proses memperoleh bahan dan peralatan
yang diperlukan untuk penyaluran energi dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Seacell ke grid atau sistem distribusi daya.
2.3.17. Pengadaan Peralatan Pengukuran dan Monitoring
Pengadaan Peralatan Pengukuran dan Monitoring dalam pembuatan
Pembangkit Listrik Tenaga Seacell merupakan tahapan kritis untuk memastikan
ketersediaan peralatan dan material yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
Tahap ini mengacu pada proses perolehan peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan untuk mengukur dan memantau kinerja sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Seacell. Hal ini mencakup pemilihan, pembelian, dan pemasangan alat
yang diperlukan untuk memantau dan mengevaluasi kinerja PLT Seacell.
2.3.18. Konstruksi dan Instalasi
Tahap konstruksi dan instalasi dalam proyek perancangan Pembangkit
Listrik Tenaga Seacell mencakup serangkaian tahap penting. Tahap awal
melibatkan perencanaan, analisis lokasi, dan persiapan perizinan.
2.3.19. Persiapan Lokasi
WBS untuk persiapan lokasi PLT Seacell melibatkan identifikasi lokasi
secara optimal untuk memastikan bahwa lokasi proyek siap untuk memasuki
tahap konstruksi dengan lancar. Tahap ini melibatkan pemenuhan persyaratan
perizinan dan dokumen hukum. Koordinasi dengan pihak berkepentingan lokal
dan pemerintah untuk memastikan kelancaran proses perizinan.
2.3.20. Pemantauan
Tahap pemantauan dalam proyek perancangan Pembangkit Listrik
Tenaga Seacell termasuk kunci untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai

23
rencana dan memungkinkan identifikasi serta penanganan cepat terhadap potensi
masalah. Dalam struktur kerja proyek (Carta WBS), pemantauan melibatkan
serangkaian aktivitas untuk mengawasi dan mengevaluasi kemajuan proyek.
2.3.21. Integrasi ke Jaringan atau Listrik
Tahap integrasi ke jaringan atau listrik dalam proyek perancangan
Pembangkit Listrik Tenaga Seacell melibatkan tahap-tahap untuk menghubungkan
sistem PLT Seacell yang telah dibangun ke jaringan listrik umum.
2.3.22. Uji Coba dan Penyetelan
Tahap uji coba sistem dalam proyek perancangan PLT Seacell
merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa seluruh sistem bekerja
sesuai dengan spesifikasi dan bisa beroperasi secara efektif. Uji coba keseluruhan
sistem dillakukan untuk verifikasi kinerja dan sinkronisasi.
2.3.23. Pengujian Keseluruhan Sistem
Tahap pengujian keseluruhan sistem pada PLT Seacell, dilakukan
pengujian menyeluruh untuk memastikan fungsi optimal dan keamanan sistem.
Prngujian mencakup uji beban, uji keselamatan, dan pengukuran kinerja. Hasil
dari pengujian ini memberikan verifikasi bahwa semua komponen beroperasi
sesuai standar yang ditetapkan. Pengujian ini menjadi langkah kritis untuk
memastikan keberhasilan PLT Seacell saat beroperasi dalam kondisi sebenarnya.
2.3.24. Optimalisasi Kinerja
Tahap optimalisasi kinerja pada PLT Seacell melibatkan serangkaian
langkah terfokus. Langkah-langkah penyetelan dilakukan setelah pengujian untuk
meningkatkan efisiensi dan kinerja sistem. Pengukuran dan pemantauan kinerja
dilakukan untuk memastikan bahwa PLT Seacell beroperasi secara efisien. Tahap
optimalisasi ini menjadi kunci untuk menjamin bahwa PLT Seacell dapat
menghasilkan listrik secara optimal dalam kondisi yang sebenarnya.
2.3.25. Pelatihan Pengguna
Pada tahap pelatihan pengguna pada PLT Seacell melibatkan beberapa
langkah singkat namun krusial. Setelah instalasi, dilakukan pelatihan intensif
untuk pengguna agar memahami pengoperasian sistem. Fokusnya termasuk
pemahaman terhadap penggunaan panel kontrol, pemantauan kinerja, dan
prosedur darurat. Materi pelatihan dirancang agar pengguna dapat secara efektif

24
mengelola dan memanfaatkan listrik yang dihasilkan oleh PLT Seacell. Langkah
ini penting untuk memastikan penggunaan yang optimal dan aman dari sistem
pembangkit listrik tenaga Seacell.
2.3.26. Pemantauan dan Evaluasi Awal
Pada tahap pemantauan dan evaluasi awal pada PLT Seacell mencakup
serangkaian langkah singkat namun esensial. Setelah instalasi, dilakukan
pemantauan kinerja sistem secara kontinu untuk mendapatkan data awal. Evaluasi
awal ini melibatkan analisis efisiensi dan keandalan sistem, dengan fokus pada
output listrik dan integrasi dengan jaringan. Data yang dikumpulkan membentuk
dasar untuk penyesuaian dan optimalisasi selanjutnya guna memastikan kinerja
maksimal dari pembangkit listrik tenaga Seacell. Langkah ini menjadi pondasi
penting dalam memastikan keberhasilan untuk operasional PLT Seacell secara
keseluruhan.

2.3.27. Operasi dan Pemeliharaan


Tahap operasi dan pemeliharaan melibatkan pengawasan sistem,
pemantauan kinerja, dan distribusi energi yang dihasilkan. Pemeliharaan rutin
dilakukan secara terjadwal untuk memastikan kelancaran operasi jangka panjang,
termasuk pemeriksaan peralatan dan penggantian komponen yang mungkin
memerlukan perhatian. Manajemen limbah dan pemantauan lingkungan juga
menjadi bagian integral dari tahap operasi dan pemeliharaan ini. Keseluruhan
kerja ini membentuk landasan untuk menjaga keberlanjutan dan efisiensi
pembangkit listrik tenaga Seacell.
2.3.28 Operasi Harian
Tahap operasi harian pada PLT Seacell termasuk kegiatan inti. Setelah
instalasi, operasi harian melibatkan pemantauan kinerja sistem secara rutin,
termasuk pengawasan produksi listrik dan analisis data operasional. Fokus
utamanya adalah menjaga kelancaran distribusi energi ke jaringan listrik atau grid.
Pada tahap ini juga dilakukan tindakan pencegahan dan penanganan masalah
segera untuk memastikan operasi yang efisien dan minim gangguan. Keseluruhan

25
kerja ini memberikan kerangka kerja yang jelas untuk menjalankan pembangkit
listrik tenaga Seacell dengan optimal dalam kondisi operasional sehari-hari.
2.3.29. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin dilakukan secara terjadwal, melibatkan pemeriksaan
berkala terhadap semua komponen sistem, termasuk juga sistem penyimpanan
energi. Tindakan pencegahan dan penggantian komponen yang aus dilakukan
untuk memastikan kelancaran operasi jangka panjang. Langkah ini essensial untuk
menjaga efisiensi sistem dan mencegah potensi masalah. tahap ini memberikan
pandangan sistematis untuk memastikan pemeliharaan rutin yang efektif dan
berkelanjutan pada pembangkit listrik tenaga Seacell.
2.3.30. Penanganan Gangguan dan Perbaikan
Tahap penanganan gangguan dan perbaikan pada PLT Seacell melibatkan
respons yang cepat terhadap masalah. Setelah instalasi, langkah ini mencakup
pemantauan sistem secara kontinu untuk mendeteksi gangguan. Tim pemeliharaan
akan merespons dengan cepat untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
yang muncul, baik itu peralatan yang rusak atau masalah kinerja lainnya. Tujuan
utamanya adalah meminimalkan downtime dan memastikan operasi PLT Seacell
berjalan optimal. Keseluruhan tahap ini memberikan pandangan sistematis untuk
menangani gangguan dan menjalankan perbaikan dengan efektif pada pembangkit
listrik tenaga Seacell.
2.3.31. Pemantauan Kinerja Berkala
Pemantauan dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja sistem. Ini
melibatkan analisis data operasional dan evaluasi efisiensi untuk sistem
penyimpanan energinya. Hasil pemantauan ini menjadi dasar untuk penyesuaian
dan optimalisasi lebih lanjut, memastikan bahwa PLT Seacell beroperasi dengan
efisien dalam jangka panjang. Tahapan ini memberikan pandangan yang sistematis
untuk memastikan pemantauan kinerja berkala yang efektif dan berkelanjutan
pada pembangkit listrik tenaga Seacell.
2.3.32. Evaluasi dan Penutupan
Tahap evaluasi dan penutupan pada PLT Seacell melibatkan langkah-
langkah akhir. Setelah instalasi dan operasi, evaluasi dilakukan untuk mengukur
kinerja sistem. Hasil evaluasi ini membentuk dasar untuk membuat laporan akhir

26
proyek dan menentukan keberhasilan implementasi PLT Seacell . Pada tahap
penutupan, dilakukan pelaporan resmi, penyelesaian administrasi, dan penutupan
akhir proyek. Tahap ini memberikan pandangan sistematis untuk menyelesaikan
proyek PLT Seacell dengan efisien dan memastikan kelancaran operasionalnya.
2.3.33. Evaluasi Akhir Proyek
Tahap evaluasi akhir proyek pada PLT Seacell melibatkan langkah-
langkah penilaian akhir. Setelah instalasi dan operasi, dilakukan evaluasi kinerja
dan keberhasilan proyek. Ini mencakup analisis data operasional, efisiensi, serta
pembandingan dengan target yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi ini membentuk
dasar untuk menyusun laporan akhir proyek yang mencakup pencapaian tujuan,
temuan kunci, dan rekomendasi untuk perbaikan. Tahap ini memberikan
pandangan sistematis untuk menyelesaikan tahap evaluasi akhir dengan jelas dan
terinci pada pembangkit listrik tenaga Seacell.
2.3.34. Penutupan Administratif dan Keuangan
Tahap penutupan administratif dan keuangan pada PLT Seacell
mencakup langkah-langkah terakhir proyek. Setelah evaluasi, dilakukan
penutupan administratif yang mencakup penyelesaian dokumen, kontrak, dan
administrasi proyek. Selanjutnya, aspek keuangan dievaluasi dengan
menyelesaikan laporan keuangan akhir, penutupan rekening, dan audit jika
diperlukan. Tahap ini memastikan kelancaran penyelesaian proyek secara
administratif dan keuangan. Tahap ini juga memberikan pandangan sistematis
untuk penyeleasian proyek pembangkit listrik tenaga Seacell dengan jelas.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1) Keuntungan menggunakan prototype adalah dapat membantu anggota
tim pengembang berkomunikasi secara efektif dengan user untuk
mendefinisikan gambaran sistem yang dibutuhkan user sehingga
kesalahan sistem dapat di minimalisir dari awal. Namun, metode
prototype ini juga dapat menghabiskan waktu yang banyak jika klien
terus menambah requirement yang menambah kompleksitas
pembuatan sistem.
2) Visualisasi perancangan proyek pembangunan PLT Seacell dilakukan
selama 4 tahun dan dibagi menjadi 4 tahapan, yang dimana pada masing-
masing tahapan akan dilakukan kegiatan progress proyek dengan
penanggungjawab masing-masing.
3) Perencanaan terhadap groundbreaking sampai dengan pembangkit listrik
tenaga Seacell harus direncanakan dengan baik, dari segi surat izin

28
maupun sampai dengan evaluasi ketika pembangkit listrik tenaga Seacell
tersebut mengalami kendala.

3.2. Saran
1) Sebaiknya pada tahan akhir dicek selalu agar hasil yang didapatkan baik
dan tidak merugikan.
2) Diperlukan data, tujuan, dan target yang lebih spesifik lagi sebagai target
pencapaian visualisasi agar lebih memaksimalkan kegiatan proyek.
3) Sekiranya penulis selanjutnya memberikan contoh aplikatif
terhadap charta WBS.

29

Anda mungkin juga menyukai