Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pemindahan Tanah
Mekanis dan Alat Berat
DISUSUN OLEH:
SYAHDAN RAIHAN (3336210014)
SAKTI SETIA NEGARA (3336210051)
DIVA GALUH RISTIANTI (3336210088)
AKMAL SULTHON AL-MUBAROK (3336210091)
AZYUMARNI AZRA HANIFAH (3336210108)
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Studi Analisis Terhadap Alat Berat Proyek
Jembatan” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
(Penyusun)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah………..…………………………………………....2
1.3 Manfaat………………………………………………………………..2
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………….…3
2.1 Proyek Jembatan……………………………………………………….
2.2 Alat Berat yang Digunakan Dalam Proyek……………………………
2.3 Perhitungan Produktivitas dan Penjadwalan Alat Berat ……………….
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Hal ini menuntut adanya perbaikan dalam pelayanan sarana dan prasarana
transportasi baik jalan atau jembatan, agar segala aktivitas masyarakat dapat
berjalan dengan baik. Sebab sarana dan prasarana transportasi merupakan urat nadi
dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa yang secara tidak langsung
dapat memperbaiki taraf hidup rakyat, menggerakkan dinamika pembangunan serta
mendukung pemerataan hasil pembangunan.
Di dalam pelaksanaan proyek biasanya terjadi banyak tantangan dan kendala baik
yang terduga maupun yang tidak terduga. untuk itu penyusun mengangkat
penjadwalan proyek dengan mengoptimalkan kinerja alat berat berdasarkan studi
kasus proyek jembatan Handil Bakti di kabupaten Barito Kuala. Topik ini dianggap
perlu karena alat berat yang di pakai merupakan salah satu faktor yang menetukan
hasil dalam suatu proyek. Dengan pemakaian alat yang tepat, efektif dan efisien
maka hasil pelaksanaan pekerjaan dapat mencapai sesuai tujuan.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui proyek jembatan
2. Dapat mengetahui alat berat yang digunakan dalam proyek
3. Dapat mengetahui perhitungan produktivitas dan penjadwalan alat berat.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam suatu proyek perlu adanya suatu manajemen supaya dalam kegiatan proyek
tersebut dapat berjalan dengan lancar. Manajemen proyek menurut H. Kerzner
dalam Soeharto (1997:28) merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahan untuk mencapai sasaran jangka pendek
yang telah ditentukan. Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan
pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal. Menurut
Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian
kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat pentingdalam proses
perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi perencanaan
yang lain, yaitu:
1. Penyusuan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber daya
manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
2. Proses pengendalianv(controlling)
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu
bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok di bidang
disiplin ilmu teknik sipil dan arsitektur juga tidak jarang melibatkan disiplin ilmu
lain seperti teknik mesin, industri, elektro, geoteknik serta disiplin ilmu lainnya.
(Dipohusodo, 2006). Salah satu unsur manajemen proyek yaitu perhitungan
anggaran biaya atau disebut estimasi anggaran biaya adalah kegiatan untuk
menganalisa kebutuhan material, alat dan tenaga kerja dalam penyelesaian kegiatan
proyek konstruksi.
Nilai estimasi dihitung berdasarkan gambar rencana, dimana dari gambar tersebut
dapat dihitung volume setiap item pekerjaan dan dikalikan dengan koefisien dan
harga satuan untuk memperoleh kebutuhan biaya material, alat dan tenaga kerja.
Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal
pelaksanaan konstruksi, untuk meramalkan kejadian pada proses pelaksanaan serta
memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut. (Wulfram , 2003). Untuk
menghitung semua manajemen tersebut, maka dibutuhkannya lokasi geografis dari
wilayah tersebut.
Secara geografis Kabupaten Barito Kuala terletak paling Barat dari Provinsi
Kalimantan Selatan, dengan batas-batas: Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Kabupaten Tapin. Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Kapuas (Provinsi Kalimantan Tengah). Sebelah
Selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Dengan posisi geografis berada pada
2º29’50’’-3º 30’18’’ Lintang Selatan dan 114º20’50’’-114º50’18’’ Bujur Timur.
Sejarah konstruksi jembatan sampai saat ini belum ada catatan secara resmi kapan
desain bangunan pertama dibuat. Yang jelas, kebutuhan mempersingkat perjalanan
memberi ide orang membangun media untuk melintas, dan hal tersebut dapat
terwujud berkat jembatan. Jembatan kuno sering terbuat dari batu, dengan desain
yang sangat sederhana. Selain itu, orang juga kerap menggunakan kayu (pohon)
atau bambu dan sejenisnya sebagai media untuk melintasi sungai bahkan jurang.
Sementara itu, revolusi industri memperkenalkan manusia dengan bahan material
besi. Hampir setiap produk seperti mesin dan fasilitas umum, dibangun, dan
diproduksi menggunakan material yang satu ini, salah satunya jembatan.
Di dunia, jembatan modern dengan bahan baku besi pertama kali dibangun di
Inggris yang dibangun sekitar tahun 1777. Jembatan yang berdiri hingga saat ini
tersebut berada di kota Telford, yang terbuat dari bahan besi yang dicor. Jembatan
modern tersebut resmi digunakan satu tahun sejak pembuatan dan menghabiskan
dana hingga £6.000. Perkembangan teknologi membuat desain konstruksi
jembatan kian modern dengan penggunaan material bahan baku yang efektif dan
efisien. Selain itu desain yang kokoh membuat fasilitas ini dapat menghubungkan
dua jalan dengan jarak tak hampir tak terbatas. Tidak hanya kendaraan darat, sebuah
jembatan unik di Jerman juga dapat berfungsi menghubungkan lalu lintas laut yang
terhalang. Tentu saja fasilitas jembatan bernama Magdeburg Water Bridge ini
hanya bisa digunakan untuk kendaraan laut, seperti kapal dan sejenisnya.
Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan
kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api,
sungai, lintasan air, lembah atau jurang. Jembatan mempunyai tiga bagian struktur
yaitu pondasi, struktur bangunan bawah, dan struktur bangunan atas. Bagian
yang menghubungkan rintangan lalu lintas adalah struktur bangunan atasnya.
Secara umum, ada 5 jenis konstruksi yang biasa digunakan dalam membangun
sebuah jembatan. Di antaranya konstruksi Truss, Beam, Suspension, Cable, dan
Arch. Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan masing-masing :
1. Konstruksi Truss atau biasa dikenal dengan konstruksi Truss Bridge,
merupakan struktur jembatan yang menggunakan kerangka berbentuk
triangular. Atau bentuk kerangka yang dibuat segitiga yang membuat bangunan
jembatan kokoh. Pada umumnya, meski tak menempel langsung di tanah,
kerangka ini memiliki kekuatan sangat baik. Karena bagian kerangka disusun
saling berkaitan (mengikat) satu dengan yang lain, sehingga beban yang
didapat dapat tertopang dengan baik. Rahasia susunan ini terletak pada
pembagian beban yang ditransfer di topang secara merata. Sehingga tidak ada
beban yang tertumpuk di satu titik dan membuat jembatan kurang kokoh dan
mudah runtuh. Tipe jembatan ini paling sering digunakan untuk
menghubungkan dua jalan yang terputus karena sungai, atau jurang berskala
kecil, menengah, hingga besar. Beberapa desain jembatan modern bahkan
memungkinkan konstruksi jembatan modern semi permanen (dapat dibuka
tutup).
2. Struktur Jembatan Girder (Beam Bridge) Atau biasa dikenal dengan istilah
Beam Bridge atau Girder, merupakan konstruksi jembatan yang dibangun
dengan cara sederhana. Proses dilakukan menggunakan beberapa pilar yang
berfungsi sebagai penopang utama beban di atas jembatan. Struktur jembatan
ini sangat sederhana, bagian utama jembatan memiliki bentuk lurus layaknya
jalan pada umumnya. Sementara pada bagian bawah, terdapat penopang
vertikal dan menempel langsung di atas tanah. Bagian utama pada struktur ini
adalah pilar penopang yang didesain sangat kokoh untuk beban berat di
atasnya. Dibutuhkan lebih dari satu penopang, atau disesuaikan dengan
seberapa besar medan yang ingin dilalui. Jenis jembatan ini sering dijumpai
pada pola struktur jembatan tradisional yang menghubungkan antar jalan yang
terpisah sungai kecil. Selain itu, struktur yang lebih kokoh digunakan untuk
penghubung sungai yang lebih besar atau jurang yang sangat dalam.
3. Konstruksi Jembatan Melengkung (Arch Bridge) Konstruksi jembatan ini juga
dikenal dengan istilah Arch Bridge, yang memiliki struktur bangunan
melengkung atau mirip dengan lengkungan busur tanah. Seperti tipe Beam
Bridge tipe jembatan ini juga dibangun dengan penopang yang langsung
bersentuhan dengan tanah. Meski demikian, tak jarang pilar penopang
jembatan ini hanya menempel di dinding tebing. Cara ini dilakukan untuk
membangun jembatan yang menghubungkan jalan di atas tebing dengan bagian
bawah jurang yang curam. Pilar yang dibangun pada jembatan tipe ini memiliki
bentuk kecil di bagian bawah dan melebar (melengkung) baik di sisi kanan dan
kiri jembatan. Bagian ini biasanya juga terisi penuh oleh material pembuat
konstruksi jembatan, seperti batu bata, batu, atau besi penopang. Tipe jembatan
ini banyak dijumpai pada struktur bangunan jembatan kuno yang ada di China
maupun Eropa. Pada konstruksi modern, tipe bangunan ini mendapat
penyesuaian, terutama bahan baku material, meski dalam prinsipnya tersusun
dengan cara yang sama.
4. Konstruksi Jembatan dengan Kabel (cable-stayed) seperti namanya, struktur
jembatan ini memanfaatkan fasilitas kabel sebagai penopang beban diatas
jembatan. Atau dalam bahasa internasional, bangunan jembatan ini juga biasa
dikenal dengan desain cable-stayed. Untuk menyangga beban di atas jembatan,
desain struktur ini memiliki pilar, hanya saja jumlahnya tak sebanyak tipe
jembatan di atas. Beberapa pilang tersebut terhubung hingga dasar jembatan,
membentang sampai atas. Kabel yang digunakan akan menjuntai (dengan
panjang 100 bahkan sampai 600 meter) dan menghubungkan panjang antar
pilar. Beberapa desain juga kerap mengambil bagian tengah jembatan sebagai
bagian pengikat antar kabel, hal tersebut membuat beban terbagi, bahkan pada
bagian jembatan yang tidak memiliki pilar. Banyak konstruksi jembatan di
Indonesia menggunakan tipe desain ini, salah satunya jembatan penghubung
kota Surabaya dan Madura, Suramadu, yang berada di atas selat Madura. Tipe
jembatan ini juga kerap dijumpai di banyak kota besar dunia lain, seperti di
Amerika, Jepang, dan Negara eropa lain.
5. Konstruksi Jembatan Bersuspensi (Suspension Bridge) atau biasa dikenal
dengan istilah Suspension Bridge, merupakan desain yang juga biasa dikenal
dengan istilah jembatan gantung. Jembatan ini memiliki konstruksi hampir
mirip dengan tipe jembatan cable-stayed, hanya saja memiliki prinsip
penopang yang berbeda. Mekanisme penopang jembatan sepenuhnya ada pada
kabel yang terhubung pada dua pilar utama yang terletak di setiap ujung
jembatan. Sehingga, pilar pada desain ini dibangun sangat kokoh jika
dibanding tipe cable-stayed. Tipe ini dianggap sangat kokoh, terutama saat
digunakan untuk tipe jembatan dengan ukuran sangat panjang. Sehingga aman
saat diterpa angin kencang bahkan gempa sekalipun membuat tipe jembatan ini
tak mudah roboh. Konstruksi jembatan ini biasa digunakan sebagai media
penghubung antar kota, bahkan negara yang terletak diantara jarak yang sangat
jauh. Karena bentang kabel yang ada pada tipe ini lebih panjang, yakni bisa
mencapai 1.400 meter sebelum tertutup pada tumpuan, atau pilar penopang.
Hal ini sudah tidak dapat dihindari lagi mengingat pengoperasian dengan alat-alat
konvensional sudah tidak efisien lagi. Pembangunan jembatan, gedung, jalan,
bendungan dan bangunan lain merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan alat-
alat berat didalam pelaksanaannya. Penggunaan alat berat harus benar-benar tepat
dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan. Jadi, tidak bisa
sembarangan menggunakannya. Penggunaan alat berat yang salah akan
menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas, tidak tercapainya jadwal, dan biaya
tambahan. Tentu saja, ini akan merugikan Anda. Daripada merugi, lebih baik
ketahui dahulu alat berat apa yang diperlukan. Caranya dengan mengetahui dan
memahami jenis juga fungsi alat berat. Dalam proyek pembangunan konstruksi
jembatan ini digunakan beberapa alat berat yakni:
1. Excavator
Excavator merupakan alat berat yang mempunyai keranjang dan juga
serangkaian lengkap yang digunakan untuk mengeruk. Excavator bisa berguna
untuk mengeruk tanah yang kering secara efisien. Selain digunakan untuk
mengeruk, excavator memiliki fungsi yang lainnya, yaitu loading atau memuat
material ke truk, digging atau menggali tanah, mengikis tebing, mengangkat
material, menghancurkan bangunan, meratakan tanah. Cara kerja dari
komponen pada excavator akan bekerja berdasarkan pengaturan kontrol sistem
hidrolik yang dilakukan oleh operator. Berbagai kontrol hidrolik tersebut akan
menimbulkan berbagai gerakan pada excavator sehingga mesin dapat
digerakkan sesuai yang diinginkan.
2. Dump Truck
Vibratory roller atau nama lainnya adalah vibro roller merupakan alat berat
yang dibuat dan diproduksi khusus untuk pekerjaan yang berkaitan dengan
pemadatan / pengerasan permukaan tanah. Alat berat yang ini sering kita
jumpai pada lokasi-lokasi pembangunan proyek besar. Keberadaan alat berat
ini menjadi salah satu hal penting, terutama ketika pembangunan lintasan, jalan
raya atau pun perataan permukaan tanah baik karena memiliki tekstur lembut
ataupun karena adanya hasil timbunan. Pemberian nama vibratory roller / vibro
roller sendiri karena pada alat berat ini sudah dilengkapi adanya vibrator yang
nantinya akan digunakan untuk menjalankan tugas sebagai pengeras & perata
permukaan tanah. Permukaan tanah yang di keraskan dengan menggunakan
vibratory roller diklaim punya hasil yang lebih maksimal. Karena setiap bagian
kosong akan selalu terisi penuh dengan adanya getaran yang di dapat dari
vibrator pada alat berat ini. ecara umum vibro roller dibagi ke dalam dua jenis
yaitu Vibratory Roller Single Drum dan Vibratory Roller Double Drum. Dari
jenisnya dapat diketahui bahwa keduanya memiliki perbedaan mendasar dari
sisi jumlah silinder (roda) yang akan langsung menggilas permukaan tanah.
Namun dari sisi fungsi jelas keduanya sama saja. Akan tetapi dengan adanya
double drum, hasil akhir yang di dapat akan jauh lebih sempurna. Mengingat
daya tekan dari drum depan & belakang akan semakin memampatkan
permukaan timbunan. Fungsi dari alat ini yakni sebagai memperata permukaan
hasil timbunan.
4. Bulldozer
Bulldozer adalah salah satu jenis alat berat yang dan berfungsi untuk meratakan
material (seperti tanah, pasir, dan kerikil) yang dilengkapi kemampuan dorong
atau tenaga tinggi. Alat berat ini bisa digunakan untuk menggali, mendorong,
menggusur meratakan, menarik beban, menimbun. Selain itu, bulldozer atau
dozer mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah yang keras
sekalipun. Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor
sebagai penggerak utamanya, artinya traktor yang dilengkapi alat pelengkap
tambahan seperti blade. Bulldozer disebut sebagai alat berat multifungsi karena
bisa digunakan di area konstruksi, pengolahan lahan, sampai pembuatan jalan.
Ini beberapa fungsi dan kegunaan bulldozer Membabat atau menebas semak-
semak, pohon besar atau kecil, dan lainnya. Merintis atau perataan tanah,
pembuatan jalan darurat, sampai pembuatan saluran air untuk drainase
Menggali atau mengangkut material jarak pendek. Menyebarkan material ke
tempat tertentu. Menimbun bekas lubang galian atau gorong-gorong bawah
tanah, menimbun lubang pondasi atau tiang penyangga bangunan besar, sampai
menutup kembali pipa setelah terpasang. Menarik dan mendorong beban berat
untuk dipindahkan ke suatu tempat.
Berikut ini merupakan produktivitas daan penjadwalan dari alat berat yang bekerja
pada proyek konstruksi jembatan di kabupaten Barito Kuala:
1. Excavator
Kapasitas produksi alat berat diperkirakan sebagai berikut :
Material : tanah biasa dicampur kerikil
Tinggi gali maks : 9800 (brosur)
Tinggi gali rata-rata : 7650 mm
Sudut putar : 120°
Volume Bucket : 1,53 m3
Swell : 20%
Total produksi : jumlah produksi volume bucket faktor
pengaruh
Dimana
Waktu penggalian : 7 detik
Swing dan mengangkut beban : 10 detik
Dump/pembuangan : 5 detik
Swing Kembali : 5 detik
Fixed time : 4 detik
Total waktu siklus : 31 detik
Jumlah waktu siklus per jam : 3600/31
= 116 detik siklus
Faktor-faktor pengaruh
Faktor kedalaman swing : 0,94
Faktor pengisian Bucket : 0,85
Efisiensi kerja alat : 0,83
Kondisi kerja : 0,75
1,53
Diproduksi oleh backhoe TP = 116 × (
1,2
) × 0,94 × 0,85 × 0,83 × 0,75
= 73,56 m3 /jam
= 588,48 m3 /hari
2. Dump Truck
Jenis/tipe = Truck/MITSUBISHI FUSO FM517 HS 4
x2
HP = 68 HP
Kapsitas bucket = 10 m3
Efiensi operator = 35 menit
Jumlah siklus/jam = 30 menit
Waktu angkat = 18 menit
Waktu kembali = 15 menit
Waktu buang = 5 menit
Mengatur posisi = 3 menit
Jumlah = 41 menit
Faktor koreksi
35
Effisiensi operator =
60
= 0,58 menit
3. Vibrater Roller
Jenis/tipe = VIBRATOR ROLLER
/MIKASA-MRH-600DSA
HP = 40 HP
Kapasitas produksi alat berat diperkirakan sebagai berikut. Dengan material
tanah biasa dicampur kerikil
L×V×C
Produksi =
N
Dengan ketentuan sebagai berikut :
L = lebar efektif roda gilas 1,98 m
V = kecepatan maju 5000 m/jam
C = faktor effisiensi
N = jumlah passing = 8 pass
Manajemen baik dengan kondisi medan baik = 0,75
Table lapisan = 20 cm
1,98 × 5000 × 0,75
Diperoleh =
8
= 928,125 m3 /jam
Jumlah Jam Kerja = 2000 Jam/Tahun
4. Bulldozer
Jenis/tipe = Bulldozer/D380EX-21 KOMSTAT II
HP = 150 HP
Kapasitas produksi alat berat diperkirakan sebagai berikut :
KB × FK × 60
TP = J + (J/ R) + Z
( )
F
Dengan ketentuan :
KB = kapasitas angle = 1,55
FK = faktor koreksi = 0,83
J = jarak geser = 30 m
F = kecepatan maju = 56.667 m/menit
R = kecepatan mundur = 68.33 m/menit
Z = fixed time = 0.15 menit
1,55 × 0.83 × 60
Diperoleh TP = 30 + (30/ 68,83) + 0,15
( )
56,67
= 69,04 m3 /jam
Jumlah Jam Kerja = 2000 Jam/Tahun
BAB 3
KESIMPULAN