Anda di halaman 1dari 18

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

STRUKTUR JEMBATAN

SEMESTER : 2

NAMA : IDA BAGUS SAHA PRAKASA

NIM : 196060100111021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan adalah satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang
atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan
dibangun untuk membolehkan laluan pejalan kaki, pemandu kenderaan atau
kereta api di atas halangan itu. Jembatan terdiri dari enam bagian pokok yaitu:
 Bagian atas jembatan, yaitu: bagian struktur jembatan yang berada
pada bagian atas jembatan, yang berfungsi untuk menampung beban-
beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang dan kendaraan dan juga
yang lainnya kemudian menyalurkannya kebangunan bawah.
 Landasan adalah bagian ujung bawah dari suatu bagian atas jembatan
yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas
kebangunan bawah.
 Bagian bawah jembatan yaitu bagian struktur jembatan yang berada
dibawah struktur atas jembatan yang berfunsi untuk
menerima/memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan
kemudian menyalurkannya ke pondasi.
 Pondasi yaitu bagian struktur jembatan yang berfungsi untuk
menerima bebanbeban dari bangunan bawah dan menyalurkannya ke
tanah.
 Oprit yaitu timbunan tanah di belakang abutment , timbunan tanah ini
harus dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari terjadinya
settlement.
 Bangunan pengaman jembatan yaitu: bagian struktur jembatan yang
berfunsi untuk pengamanan terhadap pengaruh sungai yang
bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jika dilihat dari segi fungsinya, jembatan memiliki fungsi yang sangat
penting seperti yang disebutkan diatas. Sehingga dirasa perlu untuk menjaga
performa dari jematan itu sendiri agar dapat digunakan sampai usia rencananya
dengan optimal. Ada beberapa cara untuk menjaga performa atau kinerja suatu
jembatan agar tetap baik atau optimal, Salat satunya dengan melakukan
perawatan berkala dan perbaikan jika diperlukan. Sehingga untuk mengetahui
bagaimana cara perawatan dan perbaikan jembatan tersebut, dirasa perlu untuk
mempelajari lanjut mengenai metode-metode yang dapat dilakukan untuk
perawatan dan perbaikan jembatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja metode perawatan yang dapat dilakukan untuk jembatan?
2. Apa saja metode perbaikan yang dapat dilakukan untuk jembatan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Perawatan


Secara normal masa pelayanan suatu jembatan berkisar 70 tahun untuk
super struktur dan 100 tahun untuk sub struktur. Jika cara perawatan tidak baik
hal ini akan mengurangi jangka waktu pelayanan. Masalah pemeliharaan
jembatan adalah personal serius bagi teknisi, dengan menjamin keselamatan
jembatan serta memperpanjang waktu investasi pada jembatan adalah penting
untuk mengembangkan dan melengkapkan prosedur inspeksi dan evaluasi.
Peraturan mengenai pemeliharaan jembatan diatur didalam peraturan
Direktorat Jenderal Bina Marga pada. Berikut adalah cara-cara perawatannya:
1. Bentuk inspeksi utama adalah sebagai berikut:
a. Inspeksi rutin: pengujian secara umum struktur jembatan untuk
memeriksa kondisi fisik yang sekiranya memerlukan reparasi. Cara ini
cukup bermanfaat untuk jembatan-jembatan jangka pendek.
b. Inspeksi khusus: pengujian secara visual detail dari komponen jembatan
minimal dalam tiga atau lima tahun sekali. Cara inspeksi ini merupakan
keharusan dalam khusus jembatan-jembatan tua dimana tipe keruntuhan
struktur dapat mengakibatkan resiko bencana.
2. Tujuan dari perawatan jembatan adalah sebagai berikut:
a. Meminimalisir kerusakan pada jembatan.
b. Menjaga jembatan dalam kondisi yang bagus secara teknis,
meningkatkan kemampuan untuk menahan bencana.
c. Memperpanjang keselamatan dan umur pakai jembatan sampai
maksimum.
d. Mendapatkan informasi tentang kondisi dari setiap komponen jembatan.
e. Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai
dasar untuk pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa
mendatang.
f. Menjaga agar tidak terdapat halangan pada jembatan, sehingga
memaksimalkan kapasitas lalu lintas.
3. Persyaratan pemeliharaan jembatan terdiri dari:
a. Pemeliharaan dan perawatan dengan mengkombinasikan pemeliharaan
rutin harian dan pemeliharaan secara umum.
b. Perencanaan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap perawatan dan
untuk mengurangi resiko.
c. Penyiapan dan peningkatan regulasi pemeliharaan jembatan disertai
dengan pengorganisasian tim professional.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah :
a. Pemeriksaan kondisi teknis.
b. Perlindungan terhadap komponen utama jembatan.
c. Pemeliharaan dan perbaikan rutin dari komponen utama jembatan
5. Jenis dari perawatan dan pemeliharaan jembatan meliputi
a. Pemeliharaan rutin dan Perbaikan Minor
Pencegahan harus dilakukan pada jembatan dan semua fasilitas yang ada.
Jika ditemukan bagian yang mengalami kerusakan kecil harus segera
diperbaiki. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah
sebagai berikut:
1. Pembersihan secara umum
2. Membuang tumbuhan liar dan sampah
3. Pembersihan dan melancarkan
4. Penanganan kerusakan ringan drainase
5. Pengecatan sederhana
6. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan.
b. Pemeliharaan periodik/berkala (membongkar, memeriksa dan
memperbaiki)
Lapis permukaan jembatan serta kerusakan local pada jembatan dan
fasilitas lainya harus diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya kembali
kesemula. Aktivitas ini harus dilakukan secara periodik/berkala sesuai
dengan rencana pemeliharaan.
c. Overhaul comprehensive
Secara periodic overhaul comprehensive harus dilakukan untuk
membuat jembatan benar-benar berada pada kondisi sesuai perencanaan
atau perbaikan local dapat dilakukan sesuai dengan kondisi teknis yang
direncanakan semula untuk meningkatkan kapasitas lalu lintasnya.
Aktivitas ini dilakukan setiap 10-15 tahun sebagai program tahunan
yang disetujui oleh pemilik jembatan.
d. Peningkatan (improving atau upgrading)
Kondisi/grade teknis jembatan perlu ditingkatkan jika jembatan dan
fasilitas yang ada tidak lagi memenuhi kebutuhan lalu lintas. Tipe
pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan hasil perencanaan
kembali dan pelelangan kembali. Aktivitas ini berada diluar tanggung
jawab tim pemeliharaan jembatan.
e. Perbaikan dan perkuatan darurat
Pada kasus dimana terjadi kerusakan akibat beban bencana alam,
kecelakaan lalulintas, kerusakan akibat ulah manusia, maka jembatan
beserta fasilitasnya harus segera diperbaiki segera untuk menjamin
keselamatan pengguna jembatan.
Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukan dalam pekerjaan
pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersama dengan
pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin
jembatan:
1) Pembersihan secara umum
2) Membuang tumbuhan liar dan sampah
3) Pembersihan dan melancarkan irigasinya
4) Penanganan kerusakan ringan drainase
5) Pengecetan sederhana
6) Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan
6. Pelaksanaan pembersihan
Jembatan harus dibersikan dengan baik dan tepat untuk
menjamin bahwa penumpukan kotoran tidak akan menyebabkan
kerusakan elemen jembatan atau jembatan secara keseluruhan
dikemudian hari. Kegiatan pelaksanaan pembersihan jembatan
meliputi pembersihan tanah, kerikil, pasir dan sebagian dari tempat-
tempat yang seharusnya tidak ada, mempunyai pengaruh yang
membahayakan terhadap jembatan. Pembersihan yang dapat
dilakukan yaitu:
a. Pembersihan semua drainase
b. Lantai dan siar muai
c. Daerah sekitar peletakan/landasan dan siar muai
d. Komponen rangka
e. Gelagar memanjang dan melintang
f. Lubang suling-suling di kepala jembatan
g. Pembersihan sampah-sampah di bagian aliran sungai
7. Penanganan kerusakan pada permukaan jalan
Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-
lubang dan perbaikan kerusakan lapisan aspal.
8. Penggantian lapisan aspal permukaan jalan
Lapisan permukaan jalan pada jembatan memerlukan penggantian
secara berkala. Permukaan aspal yang berada diatas lantai baja atau
lantai beton akan tahan selama 5 tahun sampai 8 tahun sebelum
memerlukan penggantian. Lapisan aspal permukaan sebaiknya
dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru dipasang.
Ketebalan lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm.
9. Contoh – contoh kerusakan pada jembatan :
a. Pin, Baut kurang kencang/Hilang
1) Lokasi :
Terjadi pada bagian komponen jembatan rangka baja/gelagar
baja/gantung baja.
2) Ciri – ciri :
Dapat diketahui dengan pengecekkan setempat, yaitu dengan
menggunakan palu (1 kg) yang dipukulkan pada sekitar lokasi
tempat kedudukan baut tersebut.
3) Kemungkinan penyebab utama :
Pemasangannya kurang sempurna, keausan bahan,getaran
akibat lalu lintas.
4) Akibat :
Apabila tidak segera diperbaiki akan mengakibatkan getaran
yang lebih besar, lawan lendut jembatan (camber) berkurang
dan membahayakan keamanan konstruksi.
5) Usaha perbaikan :
a) Baut yang kendor segera dikencangkan.
b) Baut yang hilang segera diganti dengan bahan yang sama.
c) Kencangkan sesuai spesifikasi yang ada.
6) Peralatan / bahan :
a) Kunci momen.
b) Kunci pas.
c) Baut, paku, drift, fuller.
d) Alat bantu lain.

b. Karatan/Lapisan cat/Galvanis yang terkelupas


1) Lokasi :
Terjadi pada sebagian komponen jembatan rangka baja/gelagar
baja/gantung baja.
2) Ciri – ciri :
Lapisan cat galvanis terkelupas/karatan yang dapat dilihat
dengan mata (visual).
3) Kemungkinan penyebab utama :
Keausan cat, lapisan galvanis akibat
cuaca/lingkungan,pengecatan kurang sempurna, benturan pada
komponen waktu pemasangan, pengumpulan air karena
sampah, drainase kurang berfungsi, akibat benturan
kendaraan.
4) Usaha perbaikan :
a) Bagian yang berkarat disikat dengan sikat kawat dan
diamplas sampai bersih kemudian dicat sampai rata.
b) Untuk komponen yang bergalvanis hendaknya
dipergunakan cat galvanis (zinc rich paint).
5) Akibat :
Apabila dibiarkan akan menyebabkan daerah karat bertambah
luas sehingga dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
6) Peralatan/bahan
a) Sikat kawat.
b) Alat bantu lain.
c) Cat/cat galvanis (zinc rich paint).
c. Retak/Kerusakan beton
1) Lokasi :
Terjadi pada bagian bangunan bawah yang terbuat dari beton.
2) Ciri – ciri :
Tampak retak atau rusak, beton terkupas, keropos pada beton.

3) Kemungkinan penyebab utama :


Pelaksana pengecoran beton yang kurang baik, benturan,
pelapukan, keausan dan lain-lain.
4) Akibat :
Dapat mengurangi kekuatan, umur dan daya tahan jembatan.
5) Usaha perbaikan :
Buang/lepaskan semua bagian yang rusak/lepas sampai bagian
yang baik terlihat dan bersih. Jika kerusakan mencapai
kedalaman 4 cm tetapi tidak terkena besi beton, gunakan wire
mesh halus ditempelkan pada permukaan beton lama. Apabila
kerusakan sampai pada besi beton usahakan bersihkan sampai
15 mm dibelakang besi beton agar didapat ikatan yang baik.
Bersihkan karat pada besi beton. Jika akibat karat luas
penampang besi beton berkurang sampai ± 20% dari luas
semula, maka tambahkan besi beton baru disamping luar
sepanjang ± 30 cm. Kemudian pasang beton baru dan bentuk
kembali hingga sesuai asal dengan bahan yang setara.
d. Pembersihan kotoran
1) Lokasi:
Kotoran terdapat pada sebagian atau seluruh permukaan
bangunan bawah jembatan.
2) Ciri - ciri:
Tampak kotor/sampah, lumut, warna berbeda dengan bagian
yang bersih.
3) Kemungkinan penyebab utama:
Debu, tanah, kotoran, pembuangan sampah tidak pada
tempatnya, rumput/tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
4) Akibat:
Bila dibiarkan akan menimbulkan polusi dan dapat merusak
bangunan bawah jembatan.
5) Usaha perbaikan:
Hilangkan kotoran dan lumut dengan sikat kawat atau alat lain,
semprot dengan water jet, bersihkan lubang drainase.
6) Peralatan/bahan:
a) Water jet.
b) Sikat kawat.
c) Alat bantu lain
2.2 Metode Perbaikan
1. Perbaikan struktur bawah
a. Podasi
Antisipasi dan perbaikan dari pondasi adalah sebagai berikut:
a. Dasar laut/sungai 50 samapai 100 m arah hulu dari jembatan harus
stabil. Dilokasi tersebut aktivitas seperti pelaksanaan konstruksi,
penggalian pasir, pengambilan bahan galian, dan peledakan tidak
boleh dilakukan.
b. Jika akan dilakukan pemasangan pipa dibawah tanah, pembuatan
berbagai jenis sumur atau struktur dibawah tanah lainnya disekitar tepi
pile cup, harus dilakukan analisis dan perhitungan terlebih dahulu, dan
dilakukan perkuatan perkuatan jika diperlukan. Setelah selesai galian
harus ditimbun kembali..
2. Perawatan dan perbaikan struktur atas jembatan rangka
a. Dek beton
Peletakan dek beton harus diperiksa terhadap potensi keretakan yang
dapat terjadi dipermukaan dan dibagian bawah. Pemeriksaan meliputi
lebar, panjang, piosisi, kepadatan dan daerah retak .
b. Struktur baja
Kekakuan, kekuatan, dan stabilitas struktur baja harus memenuhi
persyaratan desain. Perbaikan elemen baja diperlukan jika terdapat
kondisi berikut:
1) Panjang retakan pada sambungan gelagar utama dan balok melintang
melebihi 5 meter.
2) Panjang retan disalah satu tepi ujung sayap tarik melebihi 20 mm.
3) Panjang retakan ditepi sayap tarik melebihi 5 mm, dan panjang
retakan pada sambungan las melebihi 10 mm.
4) Tingkat kegagalan baut kekuatan tinggi pada sambungan melebihi
10% atau mencapai 5 buah.
Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan penggantian elemen
baja.
c. Sambungan las
Cara memeriksa, pemeliharaan, perawatan pada sambungan las dapat
dilakukan sebagai berikut:
1) Pengamatan visual
Sambungan las dan lapisan cat harus diamati. Jika terjadi keraguan
dalam temuan yang terjadi dilapangan. Maka cat pada elemen struktur
harus dibersihkan terlebih dahulu. Sambungan las kemudian diamati
dengan bantuan kaca pemberas.
2) Pemeriksaan menggunakan metode dye penetrant
Lapisan cat yang sudah memudar, dapat diperbaiki dengan cara
pemolesan, dan dibersihkan sampai kering. Menyemprotkan cairan
pada lokasi dititik pemeriksaan dimana kondisi sambuangan
diragukan. Penyemprotan dilakukan dalam waktu 5-10 menit.
Selanjutnya diseprotkan dengan disclosing solution. Jika terjadi
kerusakan pada titik tersebut, maka akan terjadi perubahan warna
menjadi merah.
d. Baut berkekuatan tinggi.
Cara pemeliharaan dan perbaikan baut berkekuatan tinggi:
1) Lokasi sambungan dari baut berkekuatan tinggi tidak boleh
mengalami karat.
2) Baut pada gelagar baja harus diperiksa 1 kali setiap tahun.
3) Metode pemeriksaan baut berkekuatan tinggi
Pergeseran elemen struktural dapat menyebabkan perubahan
pelendutan yang mengakibatkan sebagian besar baut berkekuatan
tinggi yang ada pada lokasi penyambungan mengalami pengendoran
dan pengencangan. Jika ditemukan lapisan cat dikepala baut yang
berkarat, maka baut telah mengalami ketidak cukupan kekuatan
sekrup dan akan menyebabkan pelemahan atau retakan.
4) Penggantian baut kekuatan tinggi.
Jika diketahui baut mengalami karat, retak maka baut harus segera
diganti. Jika baut mengalami deformasi, maka baut tersebut masih
dapat digunakan kembali dengan dilapisi minyak terlebih dahulu
sebelum dipasang. Pada titik sambungan utama, penggantian baut
dilakukan satu persatu. Proses penggantian baut dilakukan pada saat
tidak ada beban lalulintas di jembatan. Sambungan atas, tepi, dan
bawah dari pelat dititik sambungan baut dan pengelasan girder baja
harus disegel/ditutupi dengan dempul (putty). Jika terjadi keretakan,
maka dilakukan proses pendempulan.

2.3 Studi Kasus


2.3.1 Penanganan jembatan cisomang ruas tol cikampek-padalarang akibat
pergerakan tanah clay shale
Jembatan Cisomang merupakan bagian dari ruas Jalan Tol Cikampek-
Padalarang terletak pada KM 100 + 700. Untuk menghindari perbedaan
kekakuan pier yang besar pada sistem struktur Jembatan Cisomang dan
mempertimbangkan deformasi lateral cukup besar pada kondisi gempa.
Jembatan ini mempunyai panjang 253.127 meter dengan lebar 2 x 12,05
meter dengan jumlah bentang 7 bentang dengan enam pilar.
Hasil studi Pusjatan dan LAPI ITB tahun 2016 data melaporkan sebagai
berikut

Setelah dilakukan pengamatan lebih mendetail dengan menggali pile cap


maka ditemukan bahwa pada joint pilar dan pile cap telah terjadi keropos
(spalling).
Untuk menghindari kerusakan lebih lanjut, dilakukan penanganan
sementara sambil menunggu proses desain secara menyeluruh. Adapun
penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut (Jasa Marga, 2017):
 Grouting, dilakukan untuk menutupi atau melindungi tulangan dari karat,
selain juga untuk mencegah pembesaran keretakan.

 Pemasangan strutting

 FRP (Fiber Reinforced Polymer) yang digunakan dalam Jembatan


Cisomang ini tipe High Strength Carbon Fiber dengan spesifikasi: Tebal
0,165 mm; Ultimate Tensile Strength 3800 Mpa; Tensile Modulus of
Elasticity 227 GPA; dan Rupture Stress 1,67%. Setiap pelapisan lembaran
FRP didahului dengan primer coating dan ditutupi dengan impregnation
primer coating. Pada Jembatan Cisomang ini pemasangan FRP ini pada
arah horizontal menggunakan 3 lapis FRP, sedangkan arah vertikal
menggunakan 4 lapis.
2.3.2 Penanganan jembatan musi ampere pasca kebakaran
Jembatan Musi Ampera dibangun April 1962 dan pada tanggal 30
September 1965 diresmikan pemakaiannya oleh Letjen Ahmad Yani.
Bagian bawah jembatan pendekat arah Palembang digunakan sebagai tempat
rekreasi masyarakat sedangkan pada bagian bawah jembatan pendekat arah
Plaju dipenuhi bangunan berupa kios penampungan dan penjualan pakaian
bekas.
Pada hari minggu tanggal 10 Oktober 2010 terjadi kebakaran pada
bagian bawah jembatan pendekat arah Plaju tepatnya di bentang 2 dan 3.
Api membakar kios berbahan kayu yang kemudian menjalar ke kios lain
dalam waktu cepat didukung oleh kain dan pakaian menumpuk di bawah
kolong jembatan tersebut seolah menjadi bahan bakar. Kebakaran yang
terjadi sekitar jam 21:45 tersebut berhasil dipadamkan saat pergantian hari
menjadi Senin tanggal 11 Oktober 2010.
Akibat temperatur tinggi dari kebakaran tersebut membuat jembatan
retak-retak dan selimut beton terkelupas (spaling) bahkan pada struktur box
jembatan terjadi sagging. Hal yang sama terlihat juga pada bagian kantilever
jembatan. Lenturan tersebut dapat dilihat dari sisi samping jembatan dari
pada bagian atas jembatan terlihat railing berdeformasi cukup signifikan.
Untuk mendukung kegiatan SEAGAMES pada bulan November 2011, perlu
dilakukan langkah cepat perbaikan dari jembatan ini sehingga diharapkan
akan mengembalikan jembatan ke kondisi semula seperti sebelum terjadi
kebakaran.
Untuk menghindari kerusakan lebih lanjut, Bagian permukaan beton
yang mengalami kondisi temperatur minimum 300oC diperkirakan mencapai
3cm - 4cm. Pada suhu ini beton akan mengalami pengurangan kuat tekan ±
20% dan kehilangan bonding antara agregat dan tulangan ± 30%. Kondisi
baja tulangan pada umumnya masih baik karena hanya sebagian kecil daerah
yang baja tulangannya terbuka. Sebagai langkah awal perbaikan, semua
bagian Pilar dan RC Box Girder yang terbakar dibersihkan, pada bagian
beton yang spalling, beton yang lepas dan rusak di buang. Semua besi
tulangan dan beton yang mengalami karat dibersihkan. Selanjutnya
dilakukan pemasangan kembali beton untuk mendapat selimut beton sesuai
asalnya dengan bahan mortar modified cement (non-shrinkage). Jika
terdapat retak-retak dengan lebar > 0.1mm setelah diberihkan dilakukan
injeksi. Untuk meningkatkan kekuatan Pilar dan RC Box Girder yang telah
mengalami penurunan kekuatan akibat kebakaran, maka diberikan FRP
(Fiber Wrapping) dari tipe serat karbon untuk box girder dan serat e-glass
untuk pilar.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat


disimpulkan bahwa perawatan dan perbaikan jembatan merupakan hal penting
dan memerlukan perhatian khusus karena :

 Banyaknya bagian jembatan yang harus memiliki daya tahan struktural


(kekuatan dan keawetan) yang cukup tinggi, dan bagian ini tidak dapat
diperbaiki dengan metode yang sederhana saja.

 Banyak bagian jembatan yang dibuat dari bahan yang tidak mudah
perbaikannya, maka memerlukan suatu kemampuan khusus dan mungkin
juga peralatan khusus.

 Perbaikan jembatan memerlukan keahlian untuk menentukan apakah


kerusakan yang ada merupakan struktural (berbahaya) atau hanya
kerusakan kecil dan tidak berbahaya.

Selain itu pemeliharaan jembatan juga bertujuan untuk meningkatkan kondisi


jembatan dari kondisi yang sudah tidak layak untuk dilewati menjadi layak
untuk dilewati kendaraan atau mempertahankannya agar tetap layak untuk
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai