Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002, terdiri dari dua Kota dan tiga Kabupaten yang ibukota Tanjungpinang. Pada tahun 2003 Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Riau (menjadi Kabupaten Bintan tahun 2006). Tahun 2008 Kabupaten Natuna mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan Motto: “Berpancang Amanah, Bersauh Marwah”, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, berakhlak mulia, dan ramah lingkungan. Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau- pulau besar dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan/ laut. Beberapa pulau yang relatif besar diantaranya adalah Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi (Tanjungpinang) dan Kabupaten Bintan berlokasi; Pulau Batam yang merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdagangan; Pulau Rempang; dan Pulau Galang yang merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam; Pulau Karimun, Pulau Kundur di Karimun, Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, serta Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan Anambas). Selain itu Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulau-pulau kecil yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada, termasuk diantaranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan Negara Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat memiliki kerentanan terhadap masalah keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup. Negara Indonesia adalah negara kepulauan, di mana kebutuhan transportasi antar pulau memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian antar pulau dimana perlu dibuat suatu tannspotasi penghubung antar pulau seperti kapal laut dan jembatan penghubung. Selain itu hubungan transportasi antar daerah yang terpisah oleh sungai atau danau juga perlu dibuatkan alat penghubung seperti jembatan agar dapat meningkatkan kebutuhan perekonomian dari kedua daerah yang terpisah tersebut. Apalagi di era globalisasi yang semakin pesatnya perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat akan transportasi dan perhubungan akan semakin kuat. Hal ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan kegiatan perekonomian yang mengglobal, yang mengakibatkan masyarakat harus saling berinteraksi satu sama lain walaupun terhalangi oleh sungai, bahkan laut. Sebagai alat penghubung, jembatan harus mempunyai stuktur yang kuat yang dapat memberikan keselamatan bagi masyarakat pengguna. Akan tetapi, tidak semua pembangunan jembatan sesuai dengan standar perencanaan, hal ini dikarenakan oleh kondisi, dana, keahlian pekerja, kualitas bahan yang digunakan, dan sebagainya. Akibat dari pembangunan jembatan yang tidak sesuai standar perencanaan, maka terjadi kegagalan konstruksi yang dapat merugikan masyarakat dan pemerintah. Salah satu contoh kegagalan konstruksi jembatan terjadi pada Jembatan Dompak 1 yang terletak di Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia . Jembatan ini menghubungkan Proyek Pembangunan Jembatan I Dompak Pulau Bintan – Pulau Dompak terletak di Pulau Bintan (sisi Kota Tanjung Pinang) dan Pulau Dompak (sisi Dompak). Proyek Pembangunan Jembatan I (Lanjutan) Pulau Bintan – Pulau Dompak, Provinsi Kepulauan Riau merupakan proyek multiyears dengan sumber dana dari APBD Provinsi Kepulauan Riau dengan target total waktu pelaksanaan selama 18 bulan dan direncanakan akan menjadi jembatan terpanjang yang ada di Provinsi Kepulauan Riau Program Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jembatan I (Lanjutan) Pulau Bintan – Pulau Dompak ini merupakan proyek lanjutan dengan kondisi existing pembangunan ± 200 m yang telah dilakukan sebelumnya oleh PT. Nindya Karya (Persero), dikarenakan ada permasalahan dari segi hal teknis dan lain -lain maka proyek pembangunan jembatan ini sempat terhenti. Akibat terhentinya pembangunan dari jembatan ini, maka Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kepulauan Riau mengadakan lelang kembali untuk melanjutkan pembangunan jembatan yang sempat terhenti tersebut. Setelah melewati proses lelang maka PT. Wijaya Karya (Persero) ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana pemenang lelang untuk melanjutkan pembangunan dari jembatan ini guna mencapai target ketertinggalan akibat terhentinya pelaksanaan pembangunan jembatan tersebut. Secara Umum Konstruksi Jembatan I (Lanjutan) Pulau Bintan – Pulau Dompak dibangun menggunakan konstruksi box girder cantilever dengan panjang total 1,45 km (kondisi existing ± 210 m) dan memiliki lebar approach span 15,4m main span 20 m. Kegagalan konstruksi Jembatan 1 Dompak, Tanjungpinang berdasarkan hasil peninjauan Tim Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Riau, menemukan terjadinya kelalaian manusia, yakni terjadinya kesalahan konstruksi pada saat peletakan dan pemasangan besi prategang. Kesalahan konstruksi banyak yang tidak mengikuti aturan manajemen konstruksi maupun spesifikasi, seperti penggunaan besi baja pada plat jembatan yang tidak sesuai dengan spek, balok prategang yang digunakan di P7 seharusnya digunakan untuk balok tepi tetapi dipasang ditengah dan mengakibatkan baja tulangan menjadi patah di dalam karena tidak kuat untuk menahan tarikan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, timbul rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang menyebabkan Jembatan I Dompak Tanjungpinang mengalami gagal konstruksi ? 2. Bagaimana analisis kegagalan struktur Jembatan I Dompak setelah terjadi kegagalan konstruksi ? 3. Bagaimana solusi yang harus diberikan agar kejadian ini tidak akan terulang kembali ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kegagalan konstruksi Jembatan I Dompak Tanjungpinang. 2. Mengevaluasi struktur jembatan serta menganalisa kegagalan konstruksi. 3. Memberikan solusi, saran, dan kritik kepada pelaksana, kontraktor agar selalu mengedepankan keamanan dalam merencanakan suatu bangunan terutama jembatan.