BAB II
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
BAB III
KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Syeh Mahmud Syaltout dalam kitabnya al-Islamu Aqidatu wa Syari’atu membagi Unsur-2 pokok
keimanan kedalam Empat bagian antara lain:
a. Adanya Allah berikut ke esaanNya serta berdiriinya dalam penciptaan, pengaturan
keleluasaan bertindak-Nya terhadap alam, serta suci-Nya dari persekutuan didalam
keagungan dan kekuatan.
b. Bahwa Allah memilih darai hamba-2 Nya orang yang dikehendaki untuk diberi tugas
kerasulan, dari sinilah maka Iman kepada para Rsul menjadi wajib.
c. Iman kepada malaikat sebagai duta wahyu antara Allah dengan para rasul-Nya dan kepada
kitab-2 yang diturunkan-Nya sebagai Risalah Allah kepada mahluq-2 Nya.
d. Beriman kepada apa yang dikandung oleh risalah-2 tersebut- berupa persoalan hari bangkit/
yaumul ba’ats dan hari pembalasan/ yaumul jaza’ ( hari Akhir ); pokok kewajiban agama,
dan peraturan-2 yang diridloi Allah untuk hamba-2 Nya.
Dari Empat hal tersebut maka dirumuskan dalam Rukun Iman yang enam ( enam ) yaitu :
Beriman kepada 1. Allah 2. Malaikat 3. Kitab-2 4. Rasul-2 5. Hari Akhir 6. Qodlo’ dan qodar.
a. Beriman Kepada Allah meliputi 7 macam sikap:
1). Tauhid Dzat yaitu mengakui ke Esaan dzat Allah.
2). Tauhid Sifat yaitu mengi’tiqodkan bahwa sifat kesempurnaan Allah hanya ada pada Allah
sendiri - artinya tidak ada makhluk yang mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah
(Asma’ul Khusna)
3). Tauhid Wujud yaitu mengi’tiqodkan bahwa hanya dzat Allah sendiri yang wajib adanya
(wujud). Untuk mahluq hanya Mumkin.
4). Tauhid Af’al yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang menjadikan, memelihara
alam dan segala isinya serta yang menghasilkan segala perbuatan hamba
5). Tauhid Ibadah yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang berhak menerima ibadah
dan wajib di ibadahi.
6). Tauhid Qosdi maksudnya mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang langsung dituju
dalam beramal dan memohon sesuatu.
7). Tauhid Tasyri’ yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang menentukan hokum halal
dan hukum haram.
b. beriman kepada para malaikat Allah yang diberi tugas masing-2 seperi
1). Jibril - menyampaikan wahyu
2). Mikail - membagi rizqi
3). Izrail - mencabut nyawa manusia
4). Isrofil - meniup sangkakala di hari qiyamat
5). Malik - menjaga neraka
6). Ridlwan - menjaga surga
7). Munkar - menanya ruh di alam qubur
8). Nakir - menanya ruh di alam qubur
9). Rokib - mencatat amal baik
10). Atid - mencatat amal buruk
c. Beriman kepada Kitab-2 Allah:
1). Taurot - kitabnya Nabi Musa as
2). Zabur - kitabnya Nabi Daud as
3). Injil - kitabnya Nabi Isa as
4). Alqur’an - kitabnya Nabi Muhammad saw
d. Beriman kepada Rasul-2 Allah:
para Nabi utusan Allah senbenarnya banyak sekali, namun yang wajib diketahui hanya 25
orang; 1). Nabi Adam 2). Nabi Idris 3). Nabi Nuh 4). Nabi Hud 5). Nabi Shaleh 6). Nabi
Ibrahim 7). Nabi Luth 8). Nabi Ismail 9). Nabi Ishaq 10). Nabi Ya’qub 11). Nabi Yusuf 12).
Nabi ayyub 13). Nabi Syu ‘aib 14). Nabi Harun 15). Nabi Musa 16). Nabi Ilyasa’ 17). Nabi
Zulkifli 18). Nabi Dawud 19). Nabi Sulaiman 20). Nabi Ilyas 21). Nabi Yunus 22). Nabi Zakariya
23). Nabi Yahya 24). Nabi Isa 25). Nabi Muhammad.
e. Beriman kepada hari Akhir;
Bahwa kehidupan dunia ini tidak abadi namun ada akhirnya kemudian digantikan dengan
hari akhirat, yang diawali dengan yaumul qiyamah, yaumul ba’ats, yaumul khisab, yaumul
jaza’( Yaumul Akhiroh ).
f. Beriman kepada qadla’ dan qadar Allah;
Qadla adalah rencana Allah yang akan diberlakukan terhadap mahluqnya ( belum terjadi )
Qadar adalah keputusan Allah yang telah dilaksanakan terhadap mahluqnya ( telah terjadi )
Hal tersebut mencakup Empat hal yaitu:
1) Keyakinan bahwa Allah maha mengetahui peristiwa yang akan dan telah terjadi
2) Keyakinan akan adanya aturan Allah yang diberikan pada setiap mahluq
3) Keyakinan bahwa kehendak Allah bersifat pasti ( tidak bisa diganggu gugat )
4) Keyakinan bahwa Allah pencipta seluruh mahluq. Tidak ada yang lain !
3. Pengaruh keimanan dalam kehidupan
Pengaruh Tauhid Menurut Abul A’la Al-Maududi ada 9 macam:
a. Orang yang bertauhid kepada Allah tidak mempunyai pandangan yang sempit dan picik.
b. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat penghargaan dan
penghormatan kepada diri sendiri.
c. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat rendah hati dan hikmat.
d. Orang yang bertauhid kepada Allah akan membentuk manusia menjadi orang yang baik dan
jujur.
e. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat optimis, tidak mudah patah
hati dalam segala bidang.
f. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat tabah dan sabar dalam
menghadapi segala persoalan.
g. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat berani demi suatu kebenaran.
h. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sikap damai, meninggalkan sikap
khasad, iri dan tama’.
i. Pengaruh yang penting dari kalimat Tauhid ( La Ilaha Illallah Muhammadun Rasulullah ) ialah
membuat manusia patuh terhadap peraturan-peraturan Tuhan
B. Terbentuknya Iman dan Tanda Orang beriman.
1. Terbentuknya Iman
a. Mengenal eksistensi Tuhan melalui dalil kauniyah ( micro cosmos dan macro cosmos )
1) Di dunia Astronomi
2) Di dunia Fauna atau hewan
3) Di dunia Flora atau tumbuh-tumbuhan
4) Di alam nyata dan alam gaib
5) Di dalam diri manusia
b. Menganal eksistensi Allah melalui dalil fitrah
Kullu mauludin yuladu ala alfitrah fa abawahu yuhawwidanihi au yunassiranihi au
yumajjisanihi ( alhadits )
Hal penting untuk memahami aqidah dan iman secara lebih tepat dan lebih konkrit:
1). Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengetahui, mencari dan menguji kebenaran
dengan potensi akal dan indranya, sedangkan alqur’an sebagai pedoman untuk
memfilter mana yang baik dan mana yang buruk.
2). Keyakinan itu harus bulat dan sepenuh hati tanpa bimbang dan ragu, untuk mencapai
tingkat keyakinan yang mutlak manusia harus memiliki ilmu, sehingga ia dapat
menerima kebenaran dengan nilai keimanan sejati setelah menemukan dalil-dalilnya.
3). Keimanan harus mampu mendatangkan rasa damai dan ketenangan batin bagi yang
meyakininya.
4). Konsekwensi keimanan yang meresap kedalam hati akan membuang segala keyakinan
atau ritual yang kontradiktif dengan ajaran dari Allah dan rasul-Nya.
2. Tanda-tanda Orang yang beriman
a. Kepekaan dan ketajaman jiwa ( basyirah )
b. Kebanggaan terhadap Islam
c. Konsisten kepada kebenaran
d. Ketenangan jiwa dan ketentraman hati
e. Cinta kepada Allah dan penuh pengharapan merealisasikan keimanan
f. Tidak pernah ragu memperjuangkan Islam dengan harta dan dirinya
g. Kedekatan dirinya dengan Allah, peka dan halus perasaan dan kebeningan hatinya dalam
merespon ayat-2 Allah.
h. Mencintai Allah serta Rasul dan manusia.
i. Penampilannya menarik, budi pekertinya sangat baik.
j. Gemar dan taat beribadah, beramal salih, berbakti dan patuh kepada orang tua.
BAB IV
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN
Ini berarti bahwa meskipun teori evolusi dalam pendekatan keilmuan yang paling
memadahi untuk menjawab persoalan misteri kehidupan, namun ada hal yang harus di akui
bahwa semua peristiwa itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan, pasti ada yang
menracang dan mengatur yaitu Tuhan.
Prof. T Jakub mengatakan bahwa ‘evolusi adalah cara Tuhan mencipta
Dalam keilmuan Islam di kenal adanya dalil/ayat qauliyah/qur’aniyah ( tertulis dalam
kitab suci ) dan dalil/ayat Kauniyah – ayat yang masih tersembunyi dalam alam semesta yang
terbentang ini, hanya bisa diungkap jika manusia mau meneliti dan mengkajinya. Dari
pendekatan ini Agama dan Ilmu tentunya tidak bertentangan karena berasal dari sumber
yang sama yaitu Yang Maha Pandai, Allah swt. Jika ada pertentangan itu antara
agamawannya dan ilmuwannya, bukan agama dan ilmunya.
Problem-2 dunia modern inilah yang menjadi tantangan besar bagi umat Isalam
untuk menjadi problem solver dan tidak justru menjadi bagian dari problem itu sendiri.
Islam diturunkan ke muka bumi sebagai Hudan li al-Naas – petunjuk bagi manusia. Petunjuk
ini tidaklah akan berarti jika tidak dikaji dan di terjemahkan dalam kehidupan nyata se hari-
hari. Alqur’an mengandung nilai-nilai yang dapat di jabarkan dalam setiap bidang kehidupan
kesempurnaan Alqur’an tercermin dalam surat al-Maidah-3, berarti seluruh persoalan
kehidupan ini merujuk pada Alqur’an dengan selalu menggali makna dan nilai-2 yang
terkandung didalamnya secara terus menerus.
Kemunduran Islam adalah ketika ajaran Islam di anggap telah selesai, orang tidak
berani berfikir reflektif dan spekulatif, maka harus difahami bahwa persoalan yang dihadapi
saat ini semakin kompleks yang sangat membutuhkan penafsiran-2 baru terhadap teks-2
kitab suci. Sebagai al-Din Islam merupakan sistem kehidupan yang meliputi seluruh bidang
yaitu; sosial – ekonomi – politik – budaya – hukum maupun keilmuan, inilah yang di
isyaratkan oleh Alqur’an bahwa kita harus ber Islam secara Kaffah ( utuh ).
Jika kita menengok sejarah Islam ( zaman kejayaan Daulah Abbasyiyah ) tampak
sekali keutuhan konsep itu, perkembangan Islam diikuti dengan kemajuan dalam bidang
sosial, ekonomi, filsafat dan ilmu pengetahuan. Namun unsur-2 itu mulai terlepas dari Islam
justru oleh orang Islam sendiri. Ketika al-Gazali menulis Tahafut al-falasifah ( kekacauan
filsafat ), mulailah orang Islam meninggalkan filsafat sehingga Islam semakin kering dari
tinjauan filosofis kritisnya. Terjadilah dikotomi antara ilmu agama dengan Ilmu umum, ilmu
agama sebagai ilmu wajib – sedangkan ilmu umum sebagai ilmu sunnat second
knowledge dan perlahan mulai termarginalkan. Akibatnya yang terjadi science and teknology
berkembang di barat dan semakin tenggelam di dunia |Islam.
Saat ini Islam ibarat tubuh yang sangat kurus karena tinggal syari’at ( hukum Islam ).
Umat Islam sibuk dengan mempertentangkan masalah internal ibadah Sunnah ( do’a qunut,
rokaat tarawih, do'a bersama ) dsb. Sementara masih banyak persoalan lain yang lebih besar
dan perlu dipecahkan oleh para intelektual muslim seperti; kemiskinan, pencemaran
lingkungan, globalisasi teknology & informasi dll.
B. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan Modern
Iman dan taqwa adalah bekal yang paling berharga dalam hidup ini, yang akan menyelamatkan
kita di dunia dan akhirat. Iman adalah keyakinan kita akan adanya Allah, Malaikat, Kitab suci,
Rasul, hari akhir dan qodlo’ qodar. Taqwa dari asal kata waqaya – takut, menjaga diri,
memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Sehingga taqwa berarti : Takut dan
selalu menjaga diri untuk tidak terjerumus kedalam perbuatan dosa, memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi sebagai khalifah di muka bumi dengan jalan menunaikan kewajiban dengan
penuh kesungguhan, kejujuran dan amanah.
Taqwa adalah tolok ukur utama kemuliaan manusia, Q. S. Al-Hujurat ayat 13. Manusia yang
bertaqwa-lah yang paling mulia di mata Allah. Walaupun mungkin rendah di mata manusia
karena status sosial ekonominya. Taqwa adalah sebagai sistem nilai dalam Islam, maka apapun
profesinya hendaknya taqwa selalu melekat dan mendasarinya sehingga taqwa menjadi warna
bagi pribadi seorang muslim.
Mengapa di dunia ini masih terjadi kemaksiatan, kejahatan, kekerasan dan kedzaliman –
adalah karena keyakinan dan kontrol diri yang semakin luntur – bahwa ada Dzat yang maha
melihat, ada Malaikat yang selalu memcatat perbuatan kita, ada Nabi dan Rasul yang telah
mewartakan kebenaran, adanya kitab suci sebagai petunjuk hidup, adanya hari pembalasan dan
adanya kekuasaan Allah yang menentukan kehidupan kita.
Ke Islam an yang berarti ke tunduk an telah digantikan dengan keangkuhan, maka ketika ke
Iman an dan ketaqwaan dalam diri manusia sudah tercabut – kesombingan semakin meningkat
maka semakin jatuhlah martabat manusia.
Iman dan taqwa bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis, menjdi dasar sekaligus inspirasi
bagi kemajuan, maka diaplikasikan kedalam amal shalih yang memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi mahluk hidup.
Islam mengajarkan prinsip harmoni/keseimbangan antara:
1. Kebutuhan jasmani dan rohani
2. Kebutuhan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
3. Kebutuhan pribadi dan kepedulian sosial.
Keimanan dan ketaqwaan mengandung implikasi pada Empat dimensi hubungan, yaitu:
1. Hubungan manusia dengan Allah
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan alam semesta
BAB V
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
Disamping itu termasuk juga pada umumnya hubungan antara masyarakat yang se agama.
Oki untuk menuju masyarakat madani perlu di atur sebaik-baiknya diantaranya:
1. Normalisasi hubungan intern umat se-agama ( Islam ), yang mempunyai faham yang
berbeda satu sama lain – beda madzhab/aliran, perbedaan ini menunjukkan bahwa umat
Islam memiliki khazanah ilmu pengetahuan yang luas yang terlahir dari pemahamannya
terhadap alqur’an dan Hadits. Antara lain: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, hasil
pemikiran mereka ini disebut Ijtihad – artinya kesungguhan dan kesanggupan mereka meng
istimbat kan hukum dari sumber aslinya Kitabullah dan Sunnaturrasul - yang dinamakan
Fiqh ( pemahaman ). Hal tersebut bukanlah masalah baru dalam Islam, karena merupakan
tindak lanjut dari peristiwa ketika Rasulullah mengutus Muadz bin Jabal menjadi qodli di
Yaman, dengan pertanyaan; bagaimana kamu akan memutuskan suatu perkara jika tidak
terdapat dalam alqur’an atau Hadits ? maka jawab Muadz; kami akan ber ijthad. namun
Ijtihad ini bisa berlaku/diakui apabila memenuhi syarat dan teknisnya, dan yang di ijtihadkan
itu adalah masalah Syar’iyyah Furu’iyah ( hukum-2 cabang ) bukan masalah aqidah
( keimanan ).
2. Normalisasi hubungan antara umat yang berlainan agama, dalam hal ini adalah hubungan
antara umat Islam dengan non muslim. Keberhasilan Rasulullah saw dalam memimpin
masyarakat Madinah adalah karena membudayakan sikap toleransi dan saling hormat
menghormati satu sama lain, sesuai petunjuk Allah dalam Alqur’an S. Alhujurat: 13
Dalam membina masyarakat yang majemuk petunjuk alqur’an mengatakan Allah tidak
melarang mu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-2 yang tidak memusuhimu
karena agama, dan tidak mengusir kamumu dari negerimu, sesungguhnya Allah melarang
kamu berkawan dengan orang yang memerangimu karena agama. (al-Mumtahanah: 8 – 9 )
Islam - anti kekerasan atau teror sebagaimana yang dituduhkan oleh sekelompok
orang yang anti Islam. Kalaupun ada itu sebagian kecil dari orang Islam karena kepentingan
kelompok/golongan sebagai akibat dari ketidak adilan atau penindasan yang dilakukan oleh
orang non muslim. Tuduhan negatif tersebut merupakan reka yasa belaka – tidak punya
alasan yang jelas dan konkret - untuk menghancurkan citra Islam/ kaum muslimin. Padahal
jelas makna Islam secara hakiki adalah agama perdamain, keselamatan, kepatuhan, ketaatan
dst. Bahkan Rahmatan lil ‘alamin.
Sebagai agama Rahmat tercatat dalam sejarah dunia bahwa dalam kurun waktu 23
tahun Islam bisa mengubah masyarakat Arab yang a moral dalam segala hal menjadi
masyarakat beradab dan berbudaya tinggi. Islam dapat menstabilisasikan:
keadilan yang kontra dengan kedzaliman,
belas kasihan yang kontra dengan kekerasan,
kasih sayang yang kontra dengan kekejaman
dengan berpedoman prinsip dasar Iman & taqwa kepada Allah swt.
Hal tersebut dibuktikan dengan sikap Rasulullah dan kaum muslimin ketika mengambil
kembali kota Makkah dari kekuasaan kafir quraisy ( Fathul Makkah ) tanpa pertumpahan
darah dan balas dendam, walaupun dulu sebelum hijrah mereka sering menghina dan
menyiksa kaum muslimin. Dengan ahlaqul karimah tanpa menggunakan senjata, kekerasan
dan paksaan berbondong-2 orang-2 kafir quraisy masuk Islam.
Meski demikian realitasnya Islam tidak dapat menghindari perang, untuk menghilangkan
prasangka dan tuduhan negatif bahwa Islam disiarkan dengan pedang dan kekerasan maka
langkah-2 yang diambil adalah sebagai berikut:
Pertama; pihak non muslim diajak dengan ramah tamah dan penuh pengertian untuk masuk
Islam tanpa paksaan baik secara moral maupun material – la ikroha fiddiin.
Kedua; setelah mereka masuk Islam maka status hukumnya sama dengan muslim yan lain,
diangap saudara se agama.
Ketiga; bagi mereka yang tetap beragama asal/lama (non muslim ) tetapi serasi dalam
kerjasama dan patuh terhadap pimpinan Islam, mereka akan dilindungi
keselamatannya QS al-Kafirun – lakum dinukum wa liyadin.
Apabila ketiga alternatif tersebut telah ditempuh tapi mengalami kegagalan, maka Allah
mengizinkan untuk memerangi mereka jika mereka membuat kerusuhan dan
kekacauan dalam pemerintahan Islam ( QS al-Baqarah: 190 )
Termasuk izin melakukan peperangan ini ketika umat Islam diserang oleh musuh seperti;
Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khaibar dsb.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial merupakan salah satu unsur terpenting
dalam membina masyarakat madani. Manusia orang perorang tidak mungkin dapat
mencukupi kebutuhan alaminya sendiri tanpa bantuan orang lain, diantara kebutuhan yang
sangat vital dalam kehidupan adalah jaminan ekonomi dan keuangan. Adapun sumber yang
paling potensial adalah melalui zakat untuk membantu masyarakat ekonomi lemah. Sumber
dana yang tetap dan besar ini harus di dayagunakan. Oki perlu adanya konsep yang praktis
dalam penyalurannya , di koordinir oleh lembaga yang profesional seperti: BAZNAS – BAZDA
– BAZIS – LAZIS dsb.
Sebagai agama rahmat – Islam punya konsep sosial yang harmonis, yaitu bahwa Didalam hak
milik individual yang berupa harta kekayaan ada sebagian yang wajib dikeluarkan untuk
kepentingan sosial – di salurkan melalui zakat.
Untuk pelaksanaan zakat dapat diatur sebagai berikut:
Pertama – dihitung hasil bersih dari harta kekayaan seseorang ( muzakki ) yang telah
dikeluarkan segala macam kebutuhan keluarga, hutang dan segala keperluan
yang lain selama setahun.
Kedua – zakatnya dikeluarkan apabila telah jatuh tempo setahun ( Khaul ) dan telah
mencapai perhitungannya ( Nishab ) minimal seharga Emas murni 94 gram,
sewktu akan mengeluarkan zakat tersebut.
Ketiga – kalau persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka dikeluarkan 2 ½ % dari jumlah sisa
bersih harta kekayaan. Setelah itu baru dikeluarkan pajak negara 15 % dari sisa
zakat.
Ke empat – teknis penerimaan dan penyaluran zakat dikelola oleh BAZNAS – BAZDA – BAZIS
– LAZIS dsb. Di seluruh Indonesia.
Demikianlah salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat madani dalam bidang
ekonomi , sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah, Khulafaurrasyidin danTabi’in .
itulah yang harus kita contoh dan kembangkan saat ini dst.
BAB VI
HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
A. Hak Azasi Manusia dalam Islam
1. Persepsi HAM menurut Barat dan Islam
Secara historis akar pemikiran tentang Has Azazi Manusia ( Human Rights ) muncul di Eropa
pada abad ke 12 M. Sebagai akibat dari pergolakan yang terjadi antara kaum agamawan/
gereja dengan para ilmuwan/ filosof. Misalnya filosof John Locke akhirnya menyerukan hak-
hak alami bagi setiap individu yang di ambil dari pemikiran Hukum Alam. Akhirnya pihak
Ilmuwan/filosof mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat, kemudian mereka
memperkenalkan Sekularisme yaitu Faham pemisahan agama dari kehidupan-
perkembangan selanjutnya muncul ideologi Kapitalisme yang menonjolkan pemikiran HAM
( Hak Azasi Manusia ).
HAM di Barat Hingga saat ini masih menjadi isu aktual dan problematik, sebab
adanya keterkaitan antara Negara dengan Warganya, antara pemerintah dengan rakyatnya
yang kadang-2 pihak pemerintah bertindak melampaui batas kewenangannya.
Permasalahannya: bagaimana perumusannya didalam ketentuan-2 peraturan per
undang-undangan dan bagaimana praktek pelaksanaannya ?.
Menurut pandangan Islam setiap manusia sejak lahir telah di anugerahi hak dasar
yang sama yaitu HAM yang melekat pada diri manusia untuk dapat mengembangkan diri
pribadi serta peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia.
Perbedaan prinsip antara pandangan barat dengan pandangan Islam tentang HAM
yaitu bahwa:
Pertama: HAM bagi pandangan barat semata-mata hanya bersifat Antroposentris – manusia
sebagai pusat segala sesuatu – akibatnya mereka beranggapan bahwa kebebasan
manusia itu termasuk suatu hak azazi.
Kedua: bagi pandangan Islam HAM itu bersifat Theosentris – segala sesuatu itu berpusat
kepada Allah swt. Dengan demikian apapun yang menjadi tuntutan manusia akan
hak azasinya tetap harus dirujukkan kepada kehendak Allah swt.
2. Sikap muslim terhadap HAM
Sikap muslim dalam menanggapi wacana HAM ini sangatlah beragam, dari yang menerima –
tidak paduli – sampai yang menolak sama sekali,
Bagi yang menolak mereka beralasan bahwa ide tentang HAM itu nunculnya dari dunia barat
bukan dari dunia Islam, sedangkan Islam telah memiliki pemikiran yang lengkap dan
sempurna sebagai World view baik yang berkaitan dengan Aqidah maupun hukum Syara’
seperti Ekonomi, Politik, Pendidikan, persaksian dll sudah terdapat dalam Islam. Seorang
muslim dalam menjalani kehidupannya cukup berpedoman kepada alqur’an dan as-sunnah
dan apa yang ditunjukkan oleh hasil ijtihad dari keduanya.
Selain itu umat Islam sering mengkaitkan penolakan HAM ini pada fakta bahwa HAM oleh
Amerika dan Eropa telah dijadikan sebagai alat politik luar negeri untuk mencapai berbagai
tujuan dan kepentingan mereka atas bangsa-bangsa lain.
Gembar gembor Amerika tentang HAM selalu di barengi standar ganda. Sebagai contoh;
Di satu sisi Amerika telah meng-embargo Irak selama belasan tahun – kemudian sekarang
meng-Invasinya untuk meruntuhkan rezim Saddam Hussein dengan alasan mereka menuduh
Saddam Husein telah melanggar hak-hak orang Syi’ah dan kurdi. Di sisi lain mereka tidak
mau menyerang Israel yang telah nyata-nyata melanggar HAM dengan melakukan
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan perampasan harta dan tanah wilayah kaum
Muslimin di Palestina.
BAB VII
HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
f. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya.
g. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-
aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
Peranan umat Islam dalam membangun hukum di Indonesia sangatlah besar – bisa dilihat sejak zaman
kerajaan-2 Islam, misalnya:
1. Kerajaan Samudra Pasai – rajanya Sultan al-Malik al-Dzahir seorang ahli hukum/ (Faqih ) telah
menyebarkan madzhab Syafi’i ke kerajaan lain di Indonesia dan Malaka.
2. Nuruddin ar-Raniri seorang pujangga dan ulama tahun 1625 telah menulis kitab Shirat al-Mustaqim
berisi hukum Islam. Diberi komentar oleh Syeh Arsyad al-Banjari dari Banjarmasin.
Masih banyak kitab lain seperti – Kutaragama, Safinatul Khukmi, Mi’rajuttullab dll, yang dijadikan
pegangan untuk menyelesaikan perkara di wilayah kerajaan masing-masing.
Adalah pengaruh ajaran Islam terhadap hukum adat sehingga mempunyai kekuatan hukum
disebut Teori resepsi. ( Snouck Hurgeronje )
Peran umat Islam – bagi hukum positif di Indonesia antara lain:
Ikut merumuskan Pancasila, pada sila pertama ( Ketuhanan Yang Maha Esa ) dan butir-butir pada
UUD 1945.
Pada tahun 1957 diundangkan PP no. 45 th 1957 yang mengatur Pengadilan Agama di luar jawa –
Madura dan Kalimantan Selatan , dengan wewenang mangadili perkara perkawinan, waris, wakaf,
sedekah dan Bait al-Maal, namun masih harus dikuatkan oleh pengadilan Umam.
Pada tahun 1974 dikeluarkan UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Rumusan tentang Perwakafan tanah hak milik diatur dalam PP No. 28 tahun 1977
UU No. 7 tahun 1989 tanggal 29 desember – tentang peradilan Agama, intinya memberikan
pengakuan secara resmi dan pengukuhan terhadap Peradilan Agama. Menyelesaikan perkara:
perkawinan, warisan, hibah, wasiat, wakaf, sedekah . disamping juga didukung oleh Pengadilan Tinggi
Agama ( Manan:68 – 85 ).
UU No. 14 Th 1970 – bahwa kedudukan PA sejajar dengan PN.
UU No. 2 Th 1989 – tentang Sistem Pendidikan Nasional ( seorang siswa berhak mendapatkan
pelajaran agama sesuai dengan keyakinannya di sekolah masing-masing.
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 – tentang Kompilasi Hukum Islam.
UU No.7 Tahun 1992 – tentang perbankan, yang mengizinkan berdirinya Bank Umum dan BPR
dikelola berdasarka Syariat Islam dengan sistem bagi hasil, dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah.
MUI membentuk Lembaga Arbitrase Muamalat – untuk menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi
antara Bank Syari’ah dengan Nasabahnya.
Masih banyak dan akan berkembang masalah-2 hukum yang aktual – memerlukan kajian
keislaman dalam masyarakat modern seperti; kependudukan, KB ( sterilisasi – vasektomi –
tubektomi ), aborsi, asuransi, perbankan dll. Juga perumusan Hukum acara Pidana atau KUHP secara
bertahap diwarnai konsep-konsep Islami sebagai revisi dari konsep hukum peninggalan belanda.