Anda di halaman 1dari 16

Kaidah Kanna dan Inna .

(‫)كان وان واخواتهما‬


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab 2
Dosen Pengampu: Dr. H. ahmadi Rojali Jawab, Lc. MA.

Disusun Oleh:
Kelompok 11

Muhammad Faris Daffa 11210530000065


Ratumas Marshyanda 11210530000071
Risma Nur Rahmayani 11210530000072

‫ب‬٣ ‫فصل‬
‫قسم إدارة الدعوة‬
‫كلية الدعوة وعلوم االتصاالة‬
‫جامعة الدولة اإلسالمية في سيريف هداية هللا جاكرتا‬
٢٠٢٢
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya, tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita tercinta, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun rohani, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah Bahasa Arab yang berjudul
“Kaidah Kanna dan Inna .‫ ”كان و ان واخواتهما‬Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna, apabila di dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangannya, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan
yang positif dan membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Ciputat, 18 November 2022

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki banyak
keistimewaan dan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Tidak
ada seorangpun yang meragukan kontribusi bahasa Arab bagi pengembangan ilmu
keislaman khususnya dalam memahami isi al-Quran, hadis dan kitab-kitab
berbahasa Arab. Bahasa Arab dan al-Quran bagaikan dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mempelajari bahasa Arab
adalah syarat wajib untuk menguasai isi al-Quran1 , bukan hanya al-Quran bahkan
untuk mengerti hadis serta kitab-kitab para ulama membutuhkan kemampuan
berbahasa Arab. Hal tersebut dapat menjadi alasan bahwah umat Islam ditekankan
untuk mempelajari bahasa Arab sehingga dalam memahami al-Quran dan hadis
menjadi mudah.
Selama ini kita mengetahui bagaimana cara kana dan inna merofa’kan pada
mubtada’ sebagai issimnya dan kepada Khabar yakni menashabkannya. Untuk itu
dengan adanya penulisan makalah yang berjudul Kana dan Inna, setidaknya kita
dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara Kana dan inna
merofa’kan pada mubtada’dan kepada Khabar yakni menashabkannya.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan singkat latar belakang diatas tetang pembelajran dan


memhami Kaidah Kanna dan Inna maka dengan demikian, penting (dalam
pembahasan ini) membatasi makalah dengan rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Pengertian amil Kanna dan Inna

2. Macam – macam amil Kanna dan Inna

3. Perubahan kalimat dengan amil Kanna dan Inna

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kāna Wa Akhawātuhā

‘Amil nawasikh adalah adalah ‘amil yang dapat merubah atau menghilangkan
hukumnya mubtadā’ khabar dan menetapkan hukum yang lain. ‘Amil nawāsikh
terdiri atas kāna wa akhawātuhā, inna wa akhawātuhā, dan dzanna wa akhawātuhā

Kāna wa akhawātuhā merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada


jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim
kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana. Kaana
mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan,
yakni bisa berarti terus menerus (istimror), bisa berarti menjadi, bisa berarti madhi
(dulu)
Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana
adalah  sebagai fungsi waktu,  sebagai fungsi untuk meniadakan, sebagai fungsi
perubahan, sebagai fungsi terus menerus, Sebagai fungsi jeda waktu.

Kāna wa akhawātuhā merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada


jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim
kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.1

Contoh :

‫ُم َح َّم ٌد َغنِ ٌّي‬


(muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan
khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-saudaranya pada jumlah tersebut
maka menjadi

ً ‫ َكانَ ُم َح َّم ٌد َغنِيّا‬ 


1 Abdul rahman, Najmuddin, Bahasa Arab Super Lengkap. (Yogyakarta. Sendangadi Melati.
2010) hal.49

2
(kaana muhammadun goniyyan)=dahulu Muhammad itu kaya
Dari hal ini, I’rob dari kalimat ٌ‫ ُم َح َّمد‬ adalah marfu’ dengan tanda dhommah, karena
isim mufrod, sebagai isim kaana.

Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang


diinginkan, yakni
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
Contoh :

‫ َو َكانَ هللاُ َغفُو ًرا َر ِح ْي ًما‬ (wa kaanallahu gofuurorrohiimaa)


Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha pengasih.2

2. Bisa berarti menjadi


Contoh :

ً‫س َو َّدة‬
ْ ‫ َكانَ َو ْج ُههُ ُم‬ (kaana wajhuhu muswaddatan)
Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram.3
3. Bisa berarti madhi (dulu)
Contoh :

‫ َكانَ َعلِ ٌّي ُم ْجتَ ِهدًا‬ (kaana aliyyun mujtahidan)


Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid. 

2. Pengertian Amal Kana dan Saudara-Saudaranya


1. Sebagai fungsi waktu
- ‫ح‬ ْ ‫َأ‬ (ashbaha)=waktu subuh
َ َ‫صب‬
- ‫ض َحى‬ ْ ‫َأ‬ (adhha)=waktu dhuha
- ‫ض َّل‬ 
َ (dholla)=waktu siang
- ‫سى‬ َ ‫َأ ْم‬ (amsa)=waktu sore
-  َ‫بَات‬ (baata)=waktu malam

2 Prof. Dr. H. Arsyad Azhar, M.A. Dasar Dasar Penguasaan Bahasa Arab. (Yogyakarta.
PUSTAKA LENTERA, 2001) hal. 77
3 Abdul rahman, Najmuddin, Bahasa Arab Super Lengkap. (Yogyakarta. Sendangadi Melati,
2010) hal. 54

3
Contoh :
‫بَاتَ ا ْل َولَ ُد نَاِئ ًما‬
(baata alwaladu naaiman)=Anak itu tidur di malam hari
ْ  marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim  َ‫بَات‬
ُ‫ال َولَد‬

2. Sebagai fungsi untuk meniadakan

َ ‫لَ ْي‬ (laisa)=bukan/tidak
- ‫س‬

Contoh :
ً‫س ْهال‬
َ ‫اح‬ َ ‫لَ ْي‬
ُ ‫س النَّ َج‬
(laisa annajaahu sahlan)=Kesuksesan itu tidaklah mudah

َ ‫لَ ْي‬
ُ ‫النَّ َج‬ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫س‬
‫اح‬
3. Sebagai fungsi perubahan
- ‫ار‬
َ ‫ص‬َ  (shooro)=menjadi
Contoh :
‫صا َر ُم َح َّم ٌد شَابًّا‬
َ
(shooro muhammadun syaabban)=Muhammad telah menjadi seorang pemuda
ٌ‫ح َّمد‬
َ ‫ ُم‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim َ‫صار‬
َ
4. Sebagai fungsi terus menerus
- ‫ح‬
َ ‫( َمابَ ِر‬maabariha)=senantiasa
َّ َ‫( َما ْنف‬manfakka)=senantiasa
- ‫ك‬
-  ‫( َمافَتَِئ‬maafati`a)=senantiasa
- َ‫( َما َزال‬maazaala)=senantiasa

Contoh :
‫ق ُم َك ِّد ًرا‬ َ ‫َما َزا َل ا ْل‬
ُ ‫سا ِر‬
(maazaala assaariqu mukaddiron)=Pencuri itu senantiasa membuat resah
‫ق‬
ُ ‫سا ِر‬ َ ‫َمازَ ا‬
َ ‫ا ْل‬ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫ل‬
5. Sebagai fungsi jeda waktu
- ‫ َمادَا َم‬ (maadama)=selama
Contoh :

4
‫ الَ ت َْخ ُر ْج َمادَا َم ا ْليَ ْو ُم ُم ْم ِط ًرا‬4
(laa takhruj maadama alyaumu mumthiron)=Jangan keluar selama hari masih
hujan

Catatan
1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-
saudaranya sebagaimana ketentuan pada mubtada dan khobar .
2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan
saudara-saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-
saudaranya merupakan fi’il. 5

B. Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā


Pada bahasan ini akan dipaparkan mengenai pembagian kāna wa akhawātuhā.
Pembagian kāna wa akhawātuhā dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu dilihat
dari segi pengamalannya, dan segi ketashrifannya.
a) Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā dari Segi Pengamalannya
Pembagian kāna dari segi pengamalannya dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Fi’il yang dapat mengamalkan dengan tanpa syarat, meliputi:

1) (‫َكاَن‬ = ‫( ) َكاَن ْزَ ي د قَاِئ ًما‬Zaid telah berdiri),


2) ‫( ظَ َّل ْزَ ي د قَاِئ ًما = ظَل‬Zaid berdiri di siang hari)
3) ‫باتَ َْزي د َسا ِهرًا = َبات‬ (Zaid berdiri di malam hari

4) ‫أَضْ َحى ْالفَقِيُْه َو ِرعًا = َأضْ َحى‬ (Zaid berdiri di waktu dhuha)

5) ‫أَصْ بَ َح ْالبَ ُْرد َش ِْديًدا = َأصْ بَح‬ (Zaid berdiri di pagi hari)

6) َ = ‫صارَ ال َّس ْع ُر َر ِخ ْيصًا‬


‫صار‬ َ (Harga menjadi murah)
7) ‫ْس َْزي د قَاِئ ًما = َل يْس‬َ ‫( لي‬Zaid tidak berdiri)
b. Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahului nafi atau syibhul nafi
(nahi dan do’a), meliputi:

4 Prof. Dr. H. Arsyad Azhar, M.A. Dasar Dasar Penguasaan Bahasa Arab. (Yogyakarta.
PUSTAKA LENTERA, 2001) hal. 57
5 https://yoad.wordpress.com/2013/01/12/terjemah-jurumiah-isim%20/ (diakses pada 18
November 2022 pukul 21.30)

5
1) ‫ما َزاَل َْزي د قَاِئ ًما = َزاَل‬ (Zaid senantiasa berdiri)

2) ِ = ‫الَت ْب َرحْ َك ْ ِري ًما‬


‫َبر َح‬ (Kamu senantiasa berdiri)

3) ‫ك = فَتِئ‬ َ ‫( ال َي ْفتَُئ لال ُمحْ ِسنًا اَِل ْي‬Allah senantiasa berbuat baik kepadamu)
4) َ‫كّ َع ْمر و َجاِلسًا = ْاِنفَك‬ ْ (Amr senantiasa duduk)
َ َ‫ماانف‬
c. Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahulu ‫) ماالمصدريةالظرفية‬
(ma mashdariyyah dzarfiyyah) yaitu ‫دام‬

َْ ‫ُمص ْيبًا ِد‬


Contoh: ‫ره ًما‬ ِ ‫ك‬ َ ‫أى اَ ْع ِط ُ َّمدَة َد َوا ِم‬ ِ ‫اَ ْع ِط َما ُ ْدمت م‬
‫ص ْيبًا ِد َْره ًما‬
(Berikanlah dirham selagi kamu memiliki)

b) Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā dari Segi Ketashrifannya


Fi’il yang ketashrif dari kāna wa akhawātuhā dapat beramal sebagaimana
pengamalan fi’il madlinya. Kāna wa akhawātuhā dalam segi ketashrifannya dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:

ِ ‫التَّصْ ْ ِر‬
1) Fi’il yang sempurna tashrifannya (‫يف‬ ‫) َكا ِم ُل‬
Yaitu fi’il yang dapat ketashrifannya menjadi fi’il madhi, mudhori, dan amar,
meliputi: ‫صار‬
َ ,‫ َأضْ َحى م َسى‬, َ‫ َبات‬,َّ‫ ظَل‬,‫َكاَن‬
ِ ‫التَّصْ ْ ِر‬
2) Fi’il yang kurang tashrifannya (َ‫يف‬ ُ‫)ناقِص‬
Yaitu fi’il yang hanya dapat ketashrif menjadi fi’il madhi dan mudhori, meliputi :
ْ , ‫ َمافَتَِئ‬,‫بر َح‬
َ‫َماانفَك‬ ِ َ ‫ َما‬,‫ما َزاَل‬
3) Fi’il yang tidak dapat ketashrif
Yaitu fi’il yang hanya dalam bentuk fi’il madhi, meliputi :

‫ َدام‬,‫سْل َي‬ 6

C. Pengertian Inna Wa Akhawātuhā

6 Hidayat, D. Bahasa Arab Qur’ani jilid 2, (Semarang: Karya Toha Putra,2004) hal. 89

6
‫إن‬  adalah salah satu ‘amil (‫)عامل‬ dari beberapa amil nawashib yang bisa masuk
. ‫وأخواتها‬ adalah salah
sekaligus mempengaruhi susunan i’rab mubtada’ dan khabar

ّ
satu dari amil nawasib  yang dapat merusak amalnya mubtada’ khobar.  ‫إن‬

‫وأخواتها‬  beramal ‫تنصب‬ ‫االسم و ترفع الخبر‬   yaitu menashobkan isim


dan merofakan khobar. 

Contoh: َّ
 ‫إن زيدا قائ ٌم‬
َّ asalnya ‫زي ٌد قائ ٌم‬ (susunan mubtada – khobar tanpa  َّ‫إن‬ ) tetapi setelah
‫إن زيدا قائ ٌم‬ 
dimasuki inna, maka mubtada yang pada awalnya rofa’ berubah menjadi nashab.7

1. Saudara – saudara Inna

1.      َّ‫إن‬
Inna artinya : Sesungguhnya
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
7 Ma’arif, syamsul, NAHWU KILAT. (Bandung: Nuansa Aulia.2008) hal.22

7
Inna (‫ِإ َّن‬ ) hukumnya bila ditakhfif (nunnya disukun) itu boleh amal boleh

tidak serta apabila tidah beramal maka wajib memberi lam fariqoh ( ‫الم‬

‫فارقة‬ ) pada lafadz yang sesudahnya.


Contoh:  ‫ِإ ْن َز ْي ٌد لَقَاِئ ٌم‬ .

Dan lebih banyak muhmal-nya ( tidak amal ) dari pada amalnya.

Huruf  “‫ِإ ْن‬ “ di atas berasal dari “‫ِإ َّن‬ “ yang ditakhfif, ia tidak lagi beramal
menashabkan mubtada’. Karena itu, kata sesudahnya tetap dibaca rafa’.

‫ِإ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َشي ٍء قَ ِدي ٌر‬


Artinya : Sesungguhnya Allah atas setiap sesuatu Maha Kuasa
Kata qodir marfu’ dengan dhommah, dan kata Allah mansub dengan fathah

‫اِإ َّن‬ َ‫هلل‬ ‫َس ِم ْي ٌع‬


(innallaha samii’un) sesungguhnya Allah maha mendengar

Kata  ٌ‫ َس ِم ْيع‬ marfu dengan tanda dhommah, isim mufrod sebagai khobar inna.
‫ِإ َّن‬ ‫ال ِّدي َْن‬ ‫ ِع ْن َد‬ ِ‫هللا‬ ‫اِإْل ْسالَ ُم‬
(inna addina ‘indallahi al islaamu) sesungguhnya agama (yg diterima) disisi Allah
adalah islam

Kata  ‫اِإْل ْسالَ ُم‬ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khobar inna.

2.    ‫َأ َّن‬


Anna artinya : bahwa
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan  pembicaraan

8
Anna  ( ‫َأ َّن‬ ) hukumnya bila ditakhfif (nunnya disukun) dan kemudian isimnya
pasti berupa dhomir sya’an  ( ‫ضمير شأن‬ ) yang disimpan dan khabarnya
pasti berupa jumlah.

Contoh: ‫قَاِئ ٌم‬ ُ ‫ َعلِ ْم‬ .


‫ت َز ْي ٌد‬
Dan bila ada yang isimnya bukan dlomir sya’an (‫شأن‬ ‫ضمير‬ ) maka hukumnya
langka.

Contoh:  ‫َّخا ِء َسَأ ْلتَنِي‬ َ َّ‫فَلَ ْو َأن‬ .


َ ‫ك فِي يَ ْو ِم الر‬

                          ‫َأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َرس ُْو ُل هللا‬


Artinya: Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

3.    ‫َكَأ َّن‬


Kaanna artinya : seakan-akan
Fungsinya : penyerumpamaan

Kaanna  (‫ َكَأ َّن‬ ) juga bisa ditakhfif dan yang kaprah isimnya berupa dlomir
sya’an

ُ َ‫ َكَأ ْن َش ْدي‬ .
ِ َ‫ان ُخق‬
 (‫ضمير شأن‬ ) yang disimpan. Contoh: ‫ان‬
Tetapi ada juga yang ditetapkan walaupun sedikit. Contoh:  ‫ َكَأ ْن َز ْي ًدا َأ َس ٌد‬ dan
َ َ‫َكَأ َّن َوجْ ه‬
١.‫ك بَد ٌر‬
Artinya : seakan-akan wajahmu  itu bulan purnama.

4.   ‫لَ ِك َّن‬


Lakinna artinya : akan tetapi

9
Fungsinya : menyangkal
Contoh :

‫هُ َو َعالِ ٌم لَ ِكنَّهُ َغي ُر َعا ِم ٍل‬


Artinya : dia pandai tetapi tidak mengamalkan ilmunya.

5.    ‫لَ َع َّل‬


Laalla artinya: semoga/agar 
Fungsinya : pengharapan
Contoh :

ٌ‫لَ َع َّل َعلِ ٌّي َم ِريض‬


Artinya : Semoga Ali sakit.

6.      َ ‫لَي‬
‫ْت‬
Laita artinya : seandainya
Fungsinya : berangan-angan

Contoh :  ً ‫ْت ال َّشبا َّ يَعُو ُد يَوما‬


َ ‫لَي‬  Artinya : seandainya masa muda itu bisa
kembali

Kata  ‫يَعُو ُد‬ menempati kedudukan rofa (fii mahalli rof’in), sebagai khobar laita. 8

2. Amal Inna

Inna wa wakhwatuha memiliki fungsi:

َ ‫صبُ ااْل ِ ْس َم َوتَرْ فَــ ُع ْال‬


‫ــــخبَر‬ ِ ‫تَ ْن‬  Menasabkan isim inna dan merofa’kan
khabar inna

  Inna dan saudara-saudaranya yakni (  ‫ لَ َع َّل دان‬,‫ لَ ِك َّن‬,‫ت‬ َّ ,‫ِإ َّن‬


َ ‫ لَْي‬,‫َأن‬

8 Anwar,  Moch, Ilmu Nahwu:  Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy Berikut


Penjellasanya. (Bandung: Sinar Baru, 1995) hal, 68

10
َّ ‫ َك‬ ) pengamalannya sebaliknya pengamalannya kaana ( ‫ َكا َن‬ )Jadi
‫َأن‬

 ‫صبُ ْاِإل ْس َم َوتَرْ فَ ُع ْال َخبَ َر‬


ِ ‫تَ ْن‬  yaitu menashabkan mubtada’ untuk dijadikan
isimnya dan merafa’kan khabar mubtada’ untuk dijadikan khabarnya.
Menurut mazdhab bashrah inna wa akhowatuha beramal pada kedua
juznya yakni mubtada’ dan khabarnya.
Sedangkan menurut mazdhab kuffah inna wa akhowatuha hanya beramal
pada juznya yang pertama yaitu mubtada’ dan tidak beramal pada khabarnya,
karena  rafa’nya  tetap ketika belum kemasukan inna, yaitu sebagai khobarnya
mubtada’.  

Contoh mudahnya adalah  ‫ ُم َح َّم ٌد قَـــاِئ ٌم‬ :. Setelah kemasukan  ‫ِإ َّن‬


‫وَأ ْخ َواتُهَا‬ 
َ berubah harakatnya menjadi ‫ِإ َّن ُم َح َّم ًدا قَاِئ ٌم‬. 

Perhatikan contoh pada tabel berikut  ini dan perhatikan pula perubahan baris


pada kalimat berikut sebelum dan sesudah di masuki kata inna.

BAB III

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kana dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia
masuk pada jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan
disebut sebagai isim kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan
khobar kaana.

2. Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang


diinginkan, yakni :
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
2. Bisa berarti menjadi
3. Bisa berarti madhi (dulu)

3. Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan


kaana adalah :
1. Sebagai fungsi waktu
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan
3. Sebagai fungsi perubahan
4. Sebagai fungsi terus menerus
5. Sebagai fungsi jeda waktu

   
 ‫ إن‬adalah salah satu ‘amil (‫ )عامل‬dari beberapa amil nawashib yang bisa
masuk sekaligus mempengaruhi susunan i’rab

mubtada’ dan khabar . ‫وأخواتها‬ adalah salah satu dari amil nawasib  yang dapat


merusak amalnya mubtada’ khobar. ‫إن وأخواتها‬ 
ّ  beramal‫االسم و ترفــع الخــبر‬
‫تنصب‬  yaitu menashobkan isim dan merofakan khobar. Inna  dan saudara-

َّ ‫َكَأ‬
saudaranya yakni ( ‫ن‬ ‫ لَ َع َّل دان‬,‫ لَ ِك َّن‬, َ‫ لَيْت‬,‫ َأ َّن‬,‫ِإ َّن‬ ) pengamalannya sebaliknya
pengamalannya kaana ( ‫ا َن‬ ‫ َك‬ ) jadi َ‫صــــــبُ ْاِإل ْســــــ َم َوتَرْ فَــــــ ُع ْالخَ بَر‬
ِ ‫تَ ْن‬ yaitu

12
menashabkan mubtada’ untuk dijadikan isimnya dan merafa’kan khabar mubtada’
untuk dijadikan khabarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul rahman, Najmuddin, 2010. Bahasa Arab Super Lengkap. Yogyakarta.


Sendangadi Melati.

Anwar,  Moch. 1995. Ilmu Nahwu:   Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan


‘Imrithy Berikut Penjellasanya. Bandung: Sinar Baru

Hidayat, D. 2004. Bahasa Arab Qur’ani jilid 2, Semarang: Karya Toha Putra.

https://yoad.wordpress.com/2013/01/12/terjemah-jurumiah-isim%20/ (diakses pada 18


November 2022 pukul 21.30)

Ma’arif, syamsul. 2008. NAHWU KILAT. Bandung: Nuansa Aulia.

Prof. Dr. H. Arsyad Azhar, M.A. 2001. Dasar Dasar Penguasaan Bahasa
Arab. Yogyakarta. PUSTAKA LENTERA.

14

Anda mungkin juga menyukai