Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Setiap manusia yang melakukan suatu perbuatan pasti akan menemui hasilnya, amalan baik
hasilnya baik dan amalan buruk hasilnya buruk. Untuk itu jangan sampai ada seorang pun merasa
aneh terhadap hasil perbuatan yang mengiringi setiap amal, dan itulah yang menjadi tujuannya.
Orang yang berbuat baik dan orang shaleh akan mendapatkan pahala baik dari Allah Ta’ala sebagai
wujud karunia, kemuliaan dan rahmat-Nya. Orang yang berbuat keburukan dan kerusakan diberi
balasan berdasarkan perbuatan buruk, perkataan buruk dan kerusakan yang dilakukan sebagai
kebenaran dan keadilan. Ini sama seperti pelajar yang mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Dalam makalah ini, akan dibahas tentang tafsir surat Yasin: 65-70 yang mana akan
dijelaskan kondisi manusia di akhirat kelak, khususnya bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah
SWT.

PEMBAHASAN

Ayat dan Terjemah

‫) َو َل ْو نَشَا ُء‬65( ‫ون‬ َ ُ‫سب‬ ِ ‫ش َه ُد أَ ْر ُجلُ ُه ْم بِ َما كَانُوا يَ ْك‬ ِ ‫علَى أ َ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُك َِل ُمنَا أ َ ْيد‬
ْ َ ‫ِيه ْم َوت‬ َ ‫ا ْليَ ْو َم نَ ْختِ ُم‬
‫علَى َمكَانَتِ ِه ْم‬ َ ‫) َولَ ْو نَشَا ُء َل َم‬66( ‫ون‬
َ ‫س ْخنَا ُه ْم‬ َ ‫ط فَأَنَّى يُ ْب ِص ُر‬ َ ‫الص َرا‬ ِ ‫ستَبَقُوا‬ ْ ‫علَى أ َ ْعيُ ِن ِه ْم فَا‬َ ‫سنَا‬ ْ ‫ط َم‬ َ َ‫ل‬
َ ُ‫ق أَفَ ََل َي ْع ِقل‬
‫) َو َما‬68( ‫ون‬ ِ ‫سهُ ِفي ا ْل َخ ْل‬
ْ ‫) َو َم ْن نُ َع ِم ْرهُ نُنَ ِك‬67( ‫ون‬
َ ُ‫طاعُوا ُم ِضيًّا َو ََل َي ْر ِجع‬ ْ ‫فَ َما ا‬
َ َ ‫ست‬
‫ق ا ْلقَ ْو ُل‬ ٌ ‫الش ْع َر َو َما َي ْن َب ِغي لَهُ ِإ ْن ُه َو ِإ ََّل ِذك ٌْر َوقُ ْرآ ٌن ُم ِب‬
َ ‫) ِليُ ْنذ َِر َم ْن ك‬69( ‫ين‬
َّ ‫َان َحيًّا َو َي ِح‬ ِ ُ‫علَّ ْمنَاه‬
َ
َ ‫علَى ا ْلكَافِ ِر‬
)70( ‫ين‬ َ
Artinya:

65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami
dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
66. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka;
sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka
dapat melihat?.
67. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka
berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.

1
68. Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada
awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah
pantas baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan dan kitab yang jelas,
70. Agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

Mufradat Ayat1

‫ الختم علي األفواه‬: Menutup mulut-mulut. Yang dimaksud ialah membuatnya tidak bisa

berbicara.

‫ الطمس‬: Menghilangkan jejak dan bekas dengan cara menghapus.

‫ أنى يبصرون‬: Mereka berlomba ke jalan yang biasa mereka tempuh.

‫ المسخ‬: Pengubahan rupa menjadi rupa lain yang lebih buruk.

‫ على مكانتهم‬: Di tempat-tempat mereka dimana mereka melakukan keburukan-keburukan.

‫ نعمره‬: Kami memanjangkan umurnya.

‫ ننكسه فى الخلق‬: Kami kembalikan dia kepada kejadian yang semula, sehingga kelemahannya
makin bertambah, sedang tubuhnya semakin banyak yang berkurang, berlawanan dengan
keadaannya ketika kejadiannya bermula, sehingga dia dikembalikan kepada umur yang paling
lemah.

Ayat 65

1
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar, Lc. (Semarang: Penerbit Toha
Putra,1993). Jld. 23. h. 36.

2
ِ ‫ش َه ُد أَ ْر ُجلُ ُه ْم ِب َما كَانُوا يَ ْك‬
َ ُ‫سب‬
‫ون‬ ِ ‫علَى أ َ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُك َِل ُمنَا أ َ ْيد‬
ْ َ ‫ِيه ْم َوت‬ َ ‫ا ْليَ ْو َم نَ ْختِ ُم‬
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan
kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Melalui ayat ini Allah swt memberitahukan kepada kita semua bahwa pada Hari Kiamat
nanti mulut manusia ditutup rapat rapat oleh Allah. Dan yang akan memberikan kesaksian atas
perbuatan manusia sewaktu di dunia adalah seluruh anggota tubuhnya. Seluruh anggota tubuh akan
bicara, tidak ada yang terlewatkan, baik perbuatan yang baik maupun perbutan yang buruk.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa tangan berbicara, sedangkan kaki bersaksi. Sebab,
sebagian besar perbuatan dilakukan dengan perantaraan tangan secara langsung, sebagaimana

firman Allah SWT, ِ ‫“ َو َما ع َِملَتْهُ أ َ ْيد‬dan (dari) hasil usaha tangan mereka”. (Yaasiin: 35)
‫ِيه ْم‬

‫“ َو ََل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة‬dan janganlahkamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan
dengan tangan sendiri”. (Al-Baqarah: 195)

Tegasnya, saksi atas suatau perbuatan adalah orang lain. Maka kaki dan kulit dijadikan
sebagai bagian dari saksi karena mustahil segala perbuatan tidak datang darinya.2

Seseorang yang bersalah pada umumnya berusaha mengelakkan diri dari sanksi
kesalahannya bahkan membela diri dengan berbagai cara dan argumen. Paling tidak dia lebih
dahulu membantah bersalah, kemudian baru dia mengakui kesalahannya bila tidak bisa dia elakkan
lagi. Itu sudah biasa di kehidupan dunia ini. Tapi tidak demikian halnya di akherat. Di sana akan
diperoleh keadilan yang hakiki yang akan ditegakkan oleh Allah Swt.

Ayat 66-67

َ ‫ط فَأَنَّى يُ ْب ِص ُر‬
َ ‫) َولَ ْو نَشَا ُء لَ َم‬66( ‫ون‬
‫س ْخنَا ُه ْم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫ست َ َبقُوا‬ ْ ‫علَى أ َ ْعيُنِ ِه ْم فَا‬َ ‫س َنا‬
ْ ‫ط َم‬َ َ‫َولَ ْو َنشَا ُء ل‬
)67( ‫ون‬ َ ُ‫طاعُوا ُم ِضيًّا َو ََل يَ ْر ِجع‬ ْ ‫علَى َمكَا َنتِ ِه ْم فَ َما ا‬
َ َ ‫ست‬ َ

2
Wahbah Zuhaili. Tafsir al-Munir (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005 M),Jld. 12, h. 57-58.

3
66. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka;
sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka
dapat melihat?.
67. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka
berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.

Munasabah: Ayat sebelumnya menguraikan apa yang akan dialami saat terjadinya
kebangkitan. Kelompok ayat ini kembali berbicara tentang keadaan dan sikap kaum musyrikin
dalam kehidupan dunia ini.

Ibn ‘Âsyûr menghubungkan antara ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lalu dengan menyatakan
bahwa boleh jadi ada sementara kaum muslimin yang mengharap kiranya Allah memperlakukan
kaum musyrikin itu dalam kehidupan dunia ini, sebagaimana perlakuan-Nya terhadap mereka di
akhirat sana. Yakni, membuat satu kondisi sehingga mereka mengakui keesaan-Nya dan
memercayai RsulNya. Nah, ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa sebenarnya Allah mampu
melakukan apa saja terhadap mereka, termasuk memaksa mereka beriman atau mengubah bentuk
mereka.3

Ayat di atas memberi contoh bahwa: Dan jika seandainya Kami menghendaki untuk
menghilangkan penglihatan mereka dalam kehidupan dunia ini, pastilah Kami butakan mata
mereka atau Kami hilangkan sama sekali mata mereka sehingga rata dengan wajah mereka. Lalu
mereka berlomba-lomba menuju jalan lebar yang selama ini mereka kenal. Tetapi karena mereka
tidak memiliki mata atau buta, maka bagaimana mereka dapat melihat? Pasti mereka akan
berbenturan dan berjatuhan di jalan. Dan jika seandainya Kami menghendaki untuk mengubah
bentuk mereka menjadi benda-benda tak bergerak, maka pastilah Kami mengubah bentuk mereka
sehingga mereka akan tetap berada di tempat mereka, maka mereka tidak dapat berjalan ke depan
dan tidak juga mundur ke belakang.

Perlu digarisbawahi bahwa kandungan kedua ayat di atas adalah perandaian yang oleh
Allah swt. sejak dini dinyatakan bahwa itu adalah perandaian yang tidak akan terjadi. Ini dipahami
dari kata lauw yang diterjemahkan oleh Quraish Shihab dengan “jika seandainya”; Kata tersebut
yang digunakan dalam bahasa Arab untuk mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ( Ciputat: Lentera Hati, 2009) Vol. 11, h. 182.

4
Ayat 68

َ ُ‫ق أَفَ ََل يَ ْع ِقل‬


‫ون‬ ِ ‫سهُ فِي ا ْل َخ ْل‬
ْ ‫َو َم ْن نُ َع ِم ْرهُ نُنَ ِك‬
Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal
kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
Kalimat di atas adalah kalimat syartiah. Fi’l syaratnya adalah katanu`ammirhu (Kami
panjangkan umjurnya) dan sebagai jawab syaratnya adalah kalimat nunakkishu (Niscaya Kami
kembalikan dia).4

Ayat di atas dipahami oleh banyak ulama sebagai bukti kuasa Allah melakukan apa yang
dijelaskan oleh kedua ayat sebelum ini. Seakan-akan ayat ini menyatakan bahwa: Bukti kuasa
Kami melakukan pembutaan dan pengubahan bentuk itu dapat terlihat pada diri manusia. Kami
ciptakan manusia dengan beraneka bentuk wajah serta beragam masa hidup, ada yang Kami
perindah dan ada juga yang Kami perburuk wajahnya, ada yang Kami pendekkan dan ada juga
yang Kami panjangkan umurnya, dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya, Kami
mengembalikannya dalam penciptaan. Yakni, dahulu ketika bayi manusia lemah, tidak memiliki
pengetahuan, lalu dari hari ke hari ia menjadi kuat dan banyak tahu, selanjutnya bila usianya
menanjak hingga mencapai batas tertentu, dia dikembalikan Allah menjadi pikun, lemah, serta
membutuhkan bantuan yang banyak. Maka, apakah mereka tidak berpikir tentang kekuasaan Allah
mengubah keadaannya itu dan tentang kelemahannya agar dia sadar bahwa kekuatannya tidak
langgeng, dan bahwa dunia ini fana, dan bahwa dia harus memiliki sandaran yang kuat lagi
langgeng dan abadi. Sandaran itu tidak lain kecuali Allah swt.5

Orang-orang yang rasa taqwa nya kepada Allah kurang, bila diajak beribadah kepada Allah
Swt. kebanyakan menjawab, “Nanti sajalah setelah tua beribadah.”

Kebanyakan mereka berpandangan, "Mumpung masih muda, jangan lewatkan kesenangan


dunia, masa muda hanya satu kali.“ Karena ingin lebih lama menikmati kesenangan duniawi, maka
mereka berusaha memanjangkan umurnya. Maka berdirilah klinik-klinik awet muda. Berbagai

4
Shalih al-Utsaimin, Tafsir Surah Yasin, terj. Arya Noor dkk. (Jakarta: Akbar, 2009). h. 406.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ( Ciputat: Lentera Hati, 2009) Vol. 11, h. 184.

5
Jenis jamu diproduksi, di antaranva katanya jamu awet muda. Rupanya mereka mengira panjang
umur itu enak Seseorang yang sangat lanjut usianya, maka kelakuannya kembali menyerupai
kelakuan anak kecil. Apalagi hingga menjadi tua jompo pikun, maka dia tidak mampu mengurus
dinnya sendiri sehmgga perlu dibantu oleh anak-anaknya. Hidup hingga tua jmpo pikun tentu tidak
enak, bahkan menyusahkan dirinya sendi dan anak-cucunya maupun keluarganya.

Maka bila seorang mulai beribadah kepada Allah setelah lanjut usia, sulit baginya
mengamalkan ibadah dengan baik. Oleh karena itu beribadah kepada Allah sebaiknya dimulai
sejak anak-anak atau minimal setelah remaja sehingga bila usia sudah lanjut, ibadah telah menjadi
kebiasaan bagi jasmani dan rohani, telah mendarah daging pada diri sendiri dan karena telah
mendarah mendaging, maka tidak sulit mengamalkan ibadah kepada Allah sekalipun usianya
sudah lanjut..

Ayat 69-70

‫ق‬ َ ‫) ِليُ ْنذ َِر َم ْن ك‬69( ‫الش ْع َر َو َما َي ْن َب ِغي لَهُ ِإ ْن ُه َو ِإ ََّل ِذك ٌْر َوقُ ْرآ ٌن ُم ِبي ٌن‬
َّ ‫َان َح ًّيا َو َي ِح‬ ِ ُ‫علَّ ْمنَاه‬
َ ‫َو َما‬
َ ‫علَى ا ْلكَا ِف ِر‬
)70( ‫ين‬ َ ‫ا ْلقَ ْو ُل‬
69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah
pantas baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan dan kitab yang jelas,
70. Agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
Munasabah: Setelah pada ayat-ayat sebelumnya membuktikan kuasa Allah yang dapat
mengantar kepada keyakinan tentang keesaan-Nya serta keniscayaan Hari Kiamat, ayat 69-70 ini
kembali berbicara tentang kerasulan yang merupakan salah satu tema utama surah ini.

6
Ayat di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an bukanlah syair-syair karena syair-syair
biasanya mengarahkan perhatian pada kata-kata untuk mengundang decak kagum pendengarnya,
tetapi tidak jarang kandungannya menyimpang dari kebenaran. Al-Qur’an menyatakan:

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ( Ciputat: Lentera Hati, 2009) Vol. 11, h. 187-188.

6
َ ُ‫) َوأَنَّ ُه ْم يَقُول‬225( ‫ون‬
َ ُ‫ون َما ََل َي ْفعَل‬
)226( ‫ون‬ َ ‫أَلَ ْم ت َ َر أَنَّ ُه ْم فِي ك ُِل َوا ٍد َي ِهي ُم‬

“Tidakkah kamu melihat bahwa mereka, (yakni para penyair), mengembara di tiap-tiap
lembah (sehingga melepaskan imajinasi mereka tanpa kendali, melampaui batas hakikat
dan kewajaran), dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
mengerjakannya? (QS. asy-Syu‘arâ’ [26]: 225-226).

Namun kaum Quraisy tidak percaya atau meragukan Al-Qur`an sebagai wahyu Allah yang
diturunkan-Nya melalui Nabi Muhammad. Maka terhadap orang-orang yang tidak percaya atau
ragu, Allah menantang orang-orang itu melalui firman-Nya:

“Bila kamu bimbang tentang kebenaran Al-Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), gubahlah satu surat saja yang sama mutunya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, bila kamu orang yang benar.” (Al-Baqarah: 23).

Sejarah membuktikan bahwa hingga sekarang belum ada seorang pun yang mampu
menggubah satu surat saja yang sama mutunya dengan salah satu surat dalam Al-Qur`an. Namun
walau ditantang oleh Allah, masih banyak orang yang bimbang atas kebenaran Al-Qur`an sebagai
wahyu Allah, bahkan yang mendustakan Alquran pun masih banyak.

Allah menandaskan bahwa tidak seorang pun yang mampu menggubah satu surat yang
sama mutunya dengan surat di dalam Al-Qur`an, kemudian Allah mengingatkan ancaman api
neraka bagi mereka yang tidak mempercayai atau mendustakan Alquran melalui firman-Nya:

َ ‫ارُةُ أ ُ ِعدَّْتْ ِل ْلكَافِ ِر‬


‫ين‬ َ َّ‫ت َ ْفعَلُوا فَاتَّقُوا الن‬
ُ َّ‫ار الَّتِي َوقُو ُد َها الن‬
َ ‫اُس َوا ْل ِح ََج‬
Bila kamu tidak mampu mengubahnya, dan pasti kamu tidak mampu, maka peliharalah dirimu
dari apai neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu-batu, diperuntukkan bagi
orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 24)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam tafsirnya menjelaskan pelajaran dari
ayat-ayat ini:7

7
Shalih al-Utsaimin, Tafsir Surah Yasin, terj. Arya Noor dkk. (Jakarta: Akbar, 2009). h. 298.

7
1. Penjelasan tentang kekuasaan Allah Ta’ala. Firman-Nya, “dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka.” Karena sesungguhnya mustahil tangan dan kaki
berbicara. Namun, Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2. Penetapan sifat “masyi’ah” (kehendak) Allah. Firman-Nya, “Dan jika Kami menghendaki.”
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehendak Allah maka sesungguhnya dia diiringi dengan
hikmah, karena Allah Ta’ala tidak menghendaki masyi’ah saja melainkan kehendak-Nya
mengiringi hikmah-Nya. Dalil hal tersebut adalah firman-Nya,

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insaan: 30)

3. Penjelasan tentang keadaan manusia, dan sesungguhnya dia berpindah dari satu fase ke fase
berikutnya. Hal itu sebagaimana firman-Nya,

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi. Ahmad Musthafa .Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar, Lc. (Semarang:
Penerbit Toha Putra,1993).
Al-Utsaimin, Shalih Tafsir Surah Yasin, terj. Arya Noor dkk. (Jakarta: Akbar, 2009).
Purba, Radik. Memahami Surat Yaa Siin, (Jakarta: Golden Trayon Press: 1998).
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah ( Ciputat: Lentera Hati, 2009).
Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005 M).

Anda mungkin juga menyukai