PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
Daftar Isi
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
D. Konsep Mutu
BAB 2
Kepuasan Pelanggan
C. Kepuasan Pelanggan/Konsumen
BAB 4
BAB 5
Performansi Mutu..................................................................................................................
C. Produk Bermtu....................................................................................................................
BAB 7
B. Proses Penerapan MMT Pada Tatanan (Kml) Kurikulum Muatan Lokal dan
BAB 8
BAB 9
Gugus Kendali Mutu Pendidikan....................................................................................
BAB 10
BAB 11
BAB 13
Daftar Pustaka.........................................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan
canggih dan terus mengglobal sehingga berdampak pada hampir semua kehidupan
umat manusia di muka bumi dewasa ini. Dengan semakin berkembangnya IPTEK
Istilah ini secara harfiah berati kesesuaian dengan selera konsumen. Artinya, para
produsen harus membuat produk dengan mutu yang sesuai dengan kebutuhan para
konsumen.
Tujuannya, agar produk yang dibuat dapat laku dijual karena produk tersebut
Sifat khas mutu suatu produk yang andal harus mempunyai multidimensi karena
harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen dengan melalui
berbagai cara. Oleh karena itu, sebaiknya setiap produk harus mempunyai ukuran yang
Secara umum, dimensi spesifikasi mutu produk, menurut Joseph S. (1997), dapat dibagi
1. Kinerja (Performance)
Kinerja suatu produk harus dicantumkan pada labelnya, misalnya isi, berat,
Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja yang
konsisten. Misalnya, oli mesin yang baik mempunyai kepekatan dan kekentalan yang
atau dirawat misalnya sepeda motor yang baik, mudah dirawat oleh setiap montir
Untuk beberapa jenis produk mudah dikenal dari wanginya, bentuknyal rasanya,
atau suaranya. Dimensi ini memberikan citra tersendiri pada mutu produk tersebut.
Menurut Pyzdek, Thomas dan Keller (2010), mendefinisikan mutu sebagai istilah
desainnya
2. Mutu Menurut Sudut Pandang Produsen
seberapa tingkat kesesuaian produk atau jasa yang dihasilkan dengan desain/ rancangan
produsen.
D. Konsep Mutu
1.Pengertian Mutu
Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; “Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf
Dari penjelasan di atas dalam konteks mutu pendidikan dapat diartikan sebagai
Mutu produk secara langsung dipenuhi oleh sembilan faktor dasar, yang dikenal
1. Pasar (Market); Jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar terus
bertumbuh pada laju yang ekplosif, akibatnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu
2. Uang (Money)’ Biaya mutu adalah salah satu titik lunak dimana biaya operasi dan
khusus.
5. Motivasi (Motivation); Pengakuan yang positif secara pribadi bahwa pekerja memberi
pekerja.
6. Bahan (Material); Material harus diperiksa sedemikian rupa sehingga layak untuk
diproses.
8. Metode Informasi Mutakhir : Evolusi teknologi yang cepat seperti komputer membuka
memanipulasi informasi.
Ukuran bermutu tidaknya suatu produk adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan
kebutuhan customer. Semakin tinggi tuntutan customer maka semakin tinggi kualitas
mutu tersebut.
Menurut Slamet (1995) MMT adalah suatu prosedur dimana setiap orang berusaha
persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja
yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang
Santoso (Tjiptono dan Diana, 2000), menyatakan bahwa “MMT merupakan sistem
manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorentasi pada
sosok yang dilayani. Perhatian dipusatkan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan.
Untuk ini setiap yang akan melaksanakan MMT harus mengetahui ciri-ciri
Perbaikan pada proses secara sistematik, menunjuk pada kondisi dimana setiap
Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
a. Kepuasan Pelanggan
Setiap karyawan dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan
data, dengan mengacu pada konsep prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation),
d. Perbaikan Berkesinambungan
hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
a. Kepemimpinan
memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan
harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan,
pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang
memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas, pimpinan dapat
tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih
semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin
c. Struktur Pendukung
yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini
mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan, akan tetapi lebih baik kalau diperoleh
d. Komunikasi
peningkatan mutu.
karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran
f. Pengukuran
KEPUASAN PELANGGAN
harus diupayakan setiap usaha yang fokus kepada pelanggan karena kepuasan
pelanggan itu adalah awal dari pelanggan yang loyal. Pelanggan yang puas belum serta
merta menjadi pelanggan yang loyal. Bisa jadi mereka juga mempunyai pengalaman
memuaskan di tempat lain. Mereka belum menjatuhkan pilihan mereka kepada usaha
kita atau yang lain. Pelanggan yang puas masih sampai pada level tidak mempunyai
1. Pengertian Pelanggan
seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi apa yang
diinginkan.
organisasi untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu memberikan
Konsumen adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu
standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performansi
perusahaan.
Konsumen adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang
tergantung padanya.
a. Konsumen Internal
Konsumen Internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki
b. Konsumen Antara
Konsumen antara adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara,
agen-agen perjalanan yang memesan kamar hotel untuk pemakai akhir, merupakan
c. Konsumen Eksternal
Konsumen eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, yang sering
disebut sebagai konsumen nyata. Konsumen eksternal merupakan orang yang membayar
pelanggan sudah pasti seorang Konsumen juga. Apabila seorang konsumen telah
melakukan pembelian produk tertentu lebih dari satu kali maka dapat dikatakan bahwa
tahu cara mengatasinya. Maka, itulah salah satu senjata ampuh ini akan meningkatkan
6. Pelanggan Pendidikan
Institusi pendidikan sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini juga meliputi pemberian
beasiswa, penilaian dan pembimbingan bagi para pelajar, para orang tua, dan sponsor
mereka.
Hal penting untuk didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang diberikan oleh
institusi kepada pelanggannya. Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan
adalah pemasaran yang dipilih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-
masing
langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa,
tersebut.
seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai
gantinya.
erat dengan status sosial yang dimilikinya, sifat, watak maupun selera terhadap suatu
produk.
pegawai di perusahaan hendaknya rajin mengamati perilaku pelanggan
diperusahaan agar lebih mengetahui selera tiap pelanggan yang datang ke perusahaan
tersebut.
Penting untuk meneliti faktor psikografis termasuk kepercayaan dan nilai karena
2) Motivasi konsumen
suatu produk
3) Pengetahuan konsumen
atas informasi yang dimemori yang relevan dengan pembelian produk dan
penggunaan produk.
Sikap mewakili apa yang disukai maupun tidak disukai oleh seseorang.
Kepercayaan yaitu apa yang telah seseorang pelajari mengenai suatu produk
5. Harapan Pelanggan
pelanggan bisa punya harapan tertentu karena cerita orang lain. Cerita orang
C. Kepuasan Pelanggan/Konsumen
merupakan hasil dari adanya perbedaan antara harapan konsumen dengan kinerja
konsumen itu sendiri. Menurut Kotler (1994) kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan
yang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan, akan tetapi
menjadi senang jika kualitas pelayanan yang diterima lebih baik dari perkiraannya.
Pelanggan menjadi biasa saja jika kualitas pelayanan yang terima sama dengan
pelayanan (jasa), kualitas produk, harga dan oleh faktor situasi dan faktor pribadi
dari pelanggan.
Pelanggan yang sangat puas akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke
mulut dan malah akan menjadi iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan,
Menurut Tse dan Wilton (Fandy Tjiptono, 2004), bahwa kepuasan atau
yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual
Dengan kata lain, jika konsumen merasa apa yang ia peroleh lebih rendah dari
yang diharapkannya (negatif diskonfirmasi) maka konsumen tersebut akan tidak puas.
Jika yang diperoleh konsumen melebihi apa yang ia harapkan (positif diskonfirmasi)
sebagai kurang puas, puas dan sangat puas. Pengukuran mutu pelayanan dan
pelanggan, yaitu:49
Bab IV
Setiap abad mengalami pergantian dan semakin maju ilmu pengetahuan akan
memberi dampak banyak terhadap manusia hal ini dapat dilihat lansung pada era
kemajuan pengetahuan akan memudahkan manusia untuk memperoleh segala hal yang
karena tanpa ilmu hal mustahil pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik, terutama bagi
system mutu lembaganya kearah yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan
akhir yang ditetapkan oleh lembaga tersebut, dalam pengertian bahwa tujuan atau
sasaran mutu dari suatu lembaga mampu mencapai kesesuaian dengan keinginan yang
Sejarah mutu/kualitas telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika
bangsa Mesir Kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun
piramida.
menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik untuk
perusahaan Amerika.
Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top
pada Statistical Quality Control, meskipun banyak dari ide tersebut berawal di AS
dianggap sesuatu pahlawan di Jepang, dia baru mulai mendapat pengakuan luas di
Dr. Armand V. Feigenbaum mengemukakan kualitas produk dan jasa ialah adalah
seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering,
C. Produk Bermutu
1. Pengertian Mutu Produk
Mutu merupakan hal yang penting dalam membangun dan mengelola
fungsi produksi. Mutu akan mempengaruhi seluruh aktivitas perusahaan dari
pemasok sampai konsumen dan dari manajemen produk sampai aspek dalam
pemeliharaan peralatan.
2. Ciri-ciri Produk Bermutu
Juran dalam Nasution (2005) dan Schroeder (1994:169) kecocokan
penggunaan ini didasarkan atas lima ciri mutu, yaitu:
Teknologi (kekuatan produk, desain produk, dan tingkat kesulitan produk
yang dihasilkan)
Psikologis (cita rasa dan tata warna yang sesuai dengan keinginan
konsumen)
Orientasi waktu (kehandalan dan kemampuan peralatan)
Kontraktual (adanya jaminan apabila produk yang diterima oleh konsumen
mengalami kerusakan)
Etika (kesopansantunan pelanggan dan kejujuran)
Bab XIII
PENINGKATAN MUTU LAYANAN AKADEMIK
Berbagai cara dilakukan agar mutu pendidikan pada jenjang dan satuan
pendidikan agar terwujud baik dalam bentuk pelatihan dan peningkatan kualifikasi
guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di
kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun
Sebagian lainnya masih memprihatinkan.
A.Konsep Dasar Layanan Akademik
1. Esensi Layanan Mutu Akademik
Lembaga Pendidikan tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya
industri jasa, dan setiap saat berubah seiring dengan proses globalisasi, oleh
karenanya perlu dipasarkan dan berorientasi kepada siswa sebagai salah
satu pelanggan lembaga, dan hal itu konsisten dengan kepentingan
pemasaran dunia industri sektor pendidikan.
2. Permasalahan dalam Layanan Akademik
Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai
banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik
dengan ciri-ciri kemiskinan.
Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan
alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal
penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan
mengembangkan iptek.
3. Faktor-faktor Mutu Akademik tidak meningkat
Menurut Eman Suparman (2001), ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata;
- Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan
secara konsekuen;
- Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan kondisi sekolah setempat.;
- Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi
masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan
dana, bukan pada proses pendidikan.
B. Model Sekolah Unggul: untuk peningkatan Mutu akademik
1. Esensi sekolah unggul Sekolah Unggul
Sekolah unggul yang sebenarnya adalah sekolah yang dibangun secara
bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, untuk menciptakan prestasi siswa
yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-
guru yang berkualitas tinggi, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh
sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Artinya tenaga administrasi,
pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun
harus terlibat secara aktif, karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan
iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah. Keunggulan sekolah
terletak pada bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana
warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan
tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan
pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab
2. Ciri-ciri sekolah unggul Sekolah Unggul
Moedjiarto (2002) mendefinisikan bahwa sekolah unggul di Indonesia
adalah sekolah yang selain memiliki prestasi akademik tinggi, juga memiliki
karakteristik keefektifan yang tinggi, yaitu: iklim sekolah yang positif, proses
perencanaan di sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah, harapan yang
tinggi terhadap prestasi akademik, pemantauan yang efektif terhadap kemajuan
siswa, keefektifan guru, kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada
prestasi akademik, pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah,
kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa yang tinggi di sekolah
3. Manajemen Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan merupakan sekolah yang mampu melahirkan generasi
yang unggul dalam akademik dan kreativitas. Dalam menciptakan generasi emas
tersebut diperlukan perencanaan yang matang dan sungguh-sungguh.
C. Mutu Pelayanan Akademik Pengaruhnya terhadap Peningkatan
Kepuasan dan Motivasi Belajar
1. Mutu Pelayanan Akademik
Mutu pelayanan akademik yang baik didasarkan pada kinerja
berbagai kalangan baik tenaga pengajar, tenaga administrasi bahkan
hingga petugas kebersihan, harus memberikan jasa pengajaran yang
berkualitas kepada peserta didik.
2. Konsep Kepuasan
Yamit (2004), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil
yang dirasakan atas penggunaan produk atau jasa, yang dirasakan
terhadap produk atau jasa tersebut sama atau melebihi harapan yang
diinginkan oleh konsumen.. .
3. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan pendorong yang ada dalam diri individu yang
memberikan daya penggerak untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin.
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar mahasiswa.
Daftar Pustaka
Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006. Visionary Leadership Menuju
Sekolah Efektif , Jakarta: Bumi Aksara.
Ace, Suryadi dan H.A.R Tilaar . 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan
Suatu. Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Achmad Sanusi. 1990. Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. FPS IKIP
Bandung.
Ali Imron dkk, 2003. Manajemen Pendidikan . Malang: Universitas Negeri
Malang.
Anwar Prabu Mangkunegara, A. A. 2009. Perilaku Konsumen, Jakarta:
Rineka Cipta.
Arcaro, J.S. 2007. Pendidikan Berbasi Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan
dan. Tata Langkah Penerpan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Ariani, Dorothea Wahyu, 2003. Manajemen Kualitas.Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Arief Armai, 2007, Reformulasi Pendidikan Islam. Ciputat: CRSD Press.
Bagir, Haidar. 1995. Era Baru Manajemen Etis: Kumpulan Surat dari
Harvard. Bandung: Mizan.
Barata A.A. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media
Komputindo,
Barsky, Jonathan. 1992. Customer Satisfaction in the Hotel Industry:
easurement and Meaning. New York: Pearson. Prentice Hall.
Baswedan, Anies. 2009. Berpikir Positif, Bersikap Optimis. Jawa Pos. 5
Juli 2009.
Basri. dan Veithzal Rivai. 2005. Performance Apprasial: Sistem yang
Tepat. Untuk Menilai Kinerja Karyawan & Meningkatkan Daya Saing.
Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo.
Bergman, Bo., & Klefsjö, Bengt. 1994. Quality: from Customer Needs to
Customer Satisfaction, London: McGraw-Hill Book Company.
Budi Suardi, 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2000, Jakarta:
PPM.
Campanella, J. 1999. Principles of quality costs: principles,
implementation, and use (Ed.3). Milwaukee: ASQ Quality Press,
Cartin, Thomas J. 1999. Principles and Practices of Organizational
Performance. Excellence. Wisconsin: ASQ Quality Press.
Cristhoper H Lovelock dan Lauren K. Wright, 2007, Manajemen
Pemasaran Jasa, (Alih bahasa Agus Widyantoro), Cetakan Kedua,
Jakarta; PT. Indeks Indonesia.
Crocker, Olga L., et al. 2004. Gugus Kendali Mutu Pedoman, Partisipasi,
dan Produktivitas (Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.
Crosby, Philip B. 1997. Quality Free. New York:Mc.Grew Hill.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah; Dari Unit
Birokrasi ke Peningkatan Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fattah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan
Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. 29 (7).
George and Arnorld Weimerskirch, 1994. Total. Quality Management,
Strategies and Techniques Proven at Today's Most Successful
Companies,. New York: John. Wiley and Sons.
George R. Terry , 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa
Indonesia). Jakrta: PT. Bumi Aksara.
Go, Piet O. Carm. 2000. Etika Profesi dan Pastoral Profesi, Cetakan IV,
Malang: Penerbit Dioma.
Goleman, Daniel, 2005. Kecerdasan Emosional, terj. Hermaya, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Guilitnan, Joseph, P, Paul, Gordon W and Madden, Thomas J. 1997.
th
Marketing Management. 6 edition. McGraw-Hill Companies.