PEMIKIRAN
ISLAM
Dosen
:
Wido
Supraha,
M.Si.
(supraha@gmail.com/0813-‐98972442)
Mata
Kuliah
:
Ghazwul
Fikri
Prasyarat
:
a. Penguasaan
Materi
Dasar
Tujuan
Perkuliahan
:
a. Pemikiran
yang
melahirkan
amal
nyata
b. Memiliki
kemampuan
membedakan
antara
iman
dan
kufur,
taat
dan
maksiat
c.
Bahan
Pendukung
Bacaan:
a. Abdul
Marzuq
Shabrur,
Perang
Urat
Syaraf,
Invasi
Pemikiran
b. Abdus
Sattar,
Al-‐Ghazw
al-‐Fikr
c. Anwar
Jundi,
Al-‐Ghazw
al-‐Fikr
d. Muhammad
al-‐Bahi,
Al-‐Fikr
al-‐Gharbi,
Washilatuhu
bi
al-‐Alam
al-‐Islami
-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
GHAZWUL
FIKR
Jika selama ini peperangan dilakukan dalam bentuk politik1, militer2 dan ekonomi3, maka
Ghazwul Fikri merupakan serangan bertubi-tubi yang tersusun dalam kemasan yang
rapih, terencana, yang dipimpin oleh umat yang kuat terhadap umat yang lemah untuk
merubah kepribadian sehingga menjadi pengikut umat yang kuat tersebut.4 Peperangan
secara fisik yang dilakukan musuh-musuh Islam secara umum sering mengalami
kegagalan, bahkan semakin mengobarkan semangat umat Islam untuk tidak tunduk
terhadap kemauan mereka. Karena itulah, musuh-musuh Islam merubah metode
peperangan dari fisik menjadi serangan yang teramat halus namun memiliki daya efek
sangat mematikan. Kesadaran penuh terhadap keberadaan musuh biasanya akan
membuat kita semakin peka terhadap hakikat dan realitas. Hal ini akan menghadirkan
antisipasi atau bahkan pembebasan diri dari segala tipu daya yang akan mencelakakan.
1
Silahkan tadabbur Al-Qur’an 6:132, 137
2
Silahkan tadabbur Al-Qur’an 2:217, 4:102, 9:36
3
Silahkan tadabbur Al-Qur’an 9:34
4
Silahkan tadabbur Al-Qur’an 5:50; 39:64
5
Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1119, hlm. 3253.
6
Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1119, hlm. 3451.
Islam lebih berhak menjadi pemenang dalam peperangan ini7, bahkan kemudian
memimpin peperangan ini, karena tujuan Islam adalah menyebarkan pemikiran. Hadirnya
kebangkitan yakni renaissance di Timur (Baghdad) dan Barat (Andalusia), adalah sangat
mungkin untuk diulangi. Namun untuk menghadirkan renaissance berikutnya, tentunya
sebab-sebabnya perlu diobati terlebih dahulu.
Sebab-sebab kemunduran berurat akar pada hilangnya adab terhadap ilmu
(the loss of adab). Dilihat dari sisi internal teridentifikasi beberapa hal seperti jauhnya
umat Islam dari dua rujukan utama (Al-Qur’an dan As-Sunnah) sehingga melahirkan
persepsi ketidakpercayaan kepada Islam, memunculkan sifat taklid tanpa ilmu, dan pada
akhirnya memunculkan perpecahan di kalangan umat (tafriqah). Adapun dilihat dari sisi
eksternal tentunya berasal dari musuh utama umat manusia (Syaithan dan Iblis) yang
kemudian melahirkan pertempuran antara iman dalam kebenaran (al-haq) dan kufur
dalam kebathilan (al-bathil).
Persatuan kalangan yang berada dalam kekufuran (atheis, Yahudi, Musyrikin,
Nasrani, Munafik) melahirkan ide-ide besar untuk melemahkan cara berpikir umat
manusia. Beragam terminologi dan persepsi baru yang bertolak belakang dari yang asasi
disebarkan melalui beragam media sarana penyampaian informasi, ide dan gagasan,
sehingga terbangunlah image baru yang serba wah dalam kehidupan. Umat manusia pun
terlena dengan dengan persepsi yang terbaharukan sehingga mengejar segala sesuatu
yang bersifat wah, dan dengan lapang dada mengorbankan harta bahkan jiwanya untuk
kenikmatan yang baru. Pada saat itulah manusia kehilangan kekuatan dan menjadi objek
penindasan, dan dengan mudah dijadikan sebagai kelompok arus bawah, dihilangkan
kepercayaan dirinya, hingga mudah untuk dimurtadkan. Maka secara hakikat dan realitas,
perang pemikiran memang hal pertama yang harus menjadi prioritas para pemimpin
pemikiran di masa depan.
2
Berbagai contoh kerusakan pemikiran.
Ghazwul fikri berlangsung dalam keseluruhan sejarah umat. Inti dari serangan
mereka didasari oleh permainan kata (semantic game), yang kemudian dibumbui dengan
beragam pemanis. Di masa ketika Nabi Adam a.s. dan isterinya di Surga 18 , GF
dilancarkan langsung oleh Iblis dengan target menjadi orang zhalim, terbukanya aurat,
dan hilangnya seluruh fasilitas. Mereka melancarkan pemikiran baru bahwa
sesungguhnya Allah tidak menginginkan Adam dan isterinya kekal di Surga atau berubah
menjadi Malaikat dan bahwa memakan pohon khuld memiliki manfaat yakni kerajaan
yang tidak akan binasa. Hal ini dikuatkan dengan sumpah. Di Masa Nabi Nuh a.s. 19,
orang beriman disebut orang yang rendah dan hina, lekas percaya dan bodoh, tidak punya
kelebihan apapun, dan pendusta dan bahwa Nabi Nuh manusia biasa saja, tiada
kelebihannya. Di Masa Nabi Luth a.s. 20, beliau disebut sebagai manusia sok suci. Di
Masa Nabi Musa a.s., Fir’aun mengaku bahwa dirinya Tuhan, bahkan lebih tinggi lagi
dari Tuhan. Adapun di Masa Nabi Muhammad Saw., mereka menyebut bahwa kisah-
kisah tentang umat terdahulu adalah sekedar dongen belaka (asathir al-awwalin), dan
bahwa Rasulullah adalah seorang tukang sihir, penyair, dan orang gila. Demikian juga
benih-benih Syi’ah dan Khawarij dari pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Saba’.
Perlu memahami kaitan kondisi umat yang ada sekarang sehubungan dengan
rencana ghazwul fikri tersebut. Dikorelasikan dengan periode jatuhnya kekhilafahan,
aktifitas ghazwul fikri dapat dibagi kedalam tiga tahapan yaitu tahapan sebelum jatuhnya
khilafah, saat jatuhnya khilafah dan setelah jatuhnya khilafah. Fase sebelum jatuhnya
khilafah terlihat dengan maraknya berbagai aktivitas seperti orientalis, kristenisasi, dan
memutuskan hubungan negeri-negeri dengan khilafah. Pada saat jatuhnya khilafah,
aktivitas ghazwul fkri adalah memisahkan agama dengan negara, menyebarkan fitnah
nasionalisme, menjatuhkan khilafah dan terakhir pada saat sesudah jatuhnya khilafah,
musuh Islam melakukan beberapa serangan misalnya perubahan di dalam politik,
masyarakat dan akhlak, perubahan konsep nilai-nilai di dalam masyarakat, serta
perubahan terminologi asasi. Diantara pelaku ghazwul fikri ini adalah para orientalis,
misionaris, atheis, kaumiyah dan barat. Kerusakan yang didapati diawali dengan
sekulerisasi di bidang pengajaran, penerangan, perundang-undangan, menegakkan
nasionalisme dan pembebasan wanita.
3
konsep menarik, didukung implementasi aplikatif di dunia nyata dan disosialisasikan
secara profesional. Maka tidak heran kalau kebusukan pada akhirnya seperti barang indah
bagi mereka yang melihatnya tanpa Islamic Worldview.
Ada tiga strategi yang sangat penting bagi kita, yang kalau tidak kita camkan
dengan benar-benar, maka pastilah kita akan menjadi umat yang kalah. Ali bin Abi
Tholib mengatakan : al-haqqu bila nizham yaghlibuhu al-bathil bi an-nizham (kebenaran
yang diperjuangkan tanpa strategi yang baik, pasti akan dikalahkan oleh kebathilan yang
diperjuangkan dengan strategi yang rapi).
Pertama, mengokohkan ghiirah diiniyyah atau ruhul jihad (semangat keagamaan).
Beragama tanpa semangat keagamaan tidak akan bermakna, malah akan lemah.
Beragama tanpa ambisi mengungulkan ajaran Allah, akan menenggelamkannya secara
perlahan dan digilas oleh kekuatan lawan. Disinilah umat harus memiliki obat untuk
penyakit al wahn, yakni cinta dunia dan takut mati.
Kedua, memperluas wawasan keagamaan, yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang shahih. Jangan berIslam dengan pemahaman yang sempit atau
menyimpangkan Islam kepada batasan tertentu.
Ketiga, membangun kekuatan (as-sulthoh). Tanpa kekuatan pertarungan menjadi tidak
imbang. Pada saat itu, umat hanya menjadi konsumen daripada produsen, dan tiada yang
percaya akan kebenaran Islam karena tidak pernah dibuktikan oleh umatnya.
***
Penugasan:
1. Membuat laporan jurnalistik dari kuliah, minimal 4 paragraf.
Deadline : 12 September 2014.
2. Membuat karya tulis ilmiah yang mengelaborasi lebih lanjut gagasan-gagasan dari
materi kuliah atau bahan bacaan yang diberikan. Panjang minimal 2 halaman A4.
Deadline : 18 September 2014.
4