Anda di halaman 1dari 2

Seputar Paham Kesetaraan Gender Kerancuan, Kekeliruan & Dampaknya

ThisisGender.Com-Hikmah besar pembahasan RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) di DPR,
pada 2012, adalah bangkitnya kesadaran umat Islam Indonesia bahwa paham Kesetaraan Gender
(Gender Equality) yg mengeksploitasi isu kekerasan terhadap perempuan dan seolah-olah menawarkan
kemajuan dan pembelaan pada perempuan, ternyata bagian dari proyek imperialisme pemikiran global
yang menanamkan benih kecurigaan, permusuhan, kebanggaan dan kebahagiaan semu. Gender Equality
sulit dilepaskan dari pandangan alam (worldview) sekularisme, liberalisme, bahkan Marxime, yang
membenci konsep istri hormat dan taat pada suami.
Pengantar Penulis:
Gender adalah pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya yang sifatnya tidak tetap dan dapat dipelajari, serta dapat dipertukarkan
menurut waktu, tempat, dan budaya tertentu dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin lainnya. (Pasal 1:1,
Draft RUU-KKG)
****
Itulah definisi Gender yang diberikan oleh Draft RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU-KKG)
produksi DPR RI. Itu memang draft sementara. Tetapi, definisi Gender semacam itu memang sudah lazim
digunakan sebelumnya. Hiruk-pikuk RUU KKG hanyalah rangkaian panjang dari upaya kaum feminis
untuk mengejar kesetaraan nominal 50:50 antara laki-laki dan perempuan di seluruh bidang kehidupan,
baik di rumah maupun di luar rumah.
Sejak bertahun-tahun sebelum ribut-ribut RUU KKG yang sedang dibahas di DPR, saya sudah menulis
sejumlah artikel dan makalah yang mengkritisi paham ini. Faktanya, paham KKG yang merupakan
proyek global ini sudah diterapkan dalam program Pembangunan Nasional. Di bidang politik,
perempuan dijatah minimal 30 persen untuk duduk di kursi anggota DPR. Ini target awal, menuju angka
kesetaraan 50%.
Tak puas sampai di situ melalui RUU KKG yang baru ini kaum pegiat KKG makin berambisi untuk
meminta jatah 30% posisi di semua lembaga pemerintah maupun non-pemerintah. Ini sama artinya
memaksa perempuan untuk aktif di ruang publik dengan meminjam tangan kuasa Undang-undang.
Padahal, tidak semua perempuan setuju dengan pola piker dan pola pemaksaan seperti ini.
Terlepas dari ambisi sebagian perempuan untuk bersanding dengan laki-laki di semua bidang kehidupan,
ada cara berpikir yang khas dari ideologi KKG ini, yaitu meletakkan semua nilai dan ajaran sebagai produk
budaya. Termasuk ajaran agama! Semua harus diletakkan dalam konstruk budaya, sehingga bisa diubahubah kapan saja manusia suka. Tidak ada yang tetap, tidak ada yang sakral; semua adalah budaya, hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia. Karena itulah, dalam draft RUU-KKG yang dikritisi dalam buku ini, tidak
ditemukan rujukan atau landasan ajaran agama (Islam) yang bersumber pada kebenaran wahyu.
Ketika agama sudah ditundukkan ke ranah budaya, maka tidak ada lagi nilai-nilai wahyu yang dianggap
tetap (tsawabit). Ketika itulah, seseorang menjadi liberal dan merasa bebas mengatur hidupnya,
tubuhnya, hartanya, hubungan sosialnya, tanpa campur tangan Tuhan. Bahkan, Tuhan sengaja
disingkirkan untuk mengejar kebebasan dan hawa nafsu. Jangan heran, dengan pola pikir semacam ini,

banyak aktivis KKG yang juga aktif menolak RUU Anti-Pornografi, mendukung perkawinan homo dan
lesbi, serta mempromosikan perkawinan beda agama. Bahkan sebagian lagi ada sampai mendukung
tindakan seks bebas (free sex).
Karena itulah, dalam buku ini, pembahasan tentang KKG dikaitkan pula dengan pembahasan tentang
masalah-masalah pornografi, perkawinan sejenis, perkawinan beda agama, HAM, dan juga masalah
kebebasan seks.
Kaum Muslim selama ini yakin benar, bahwa Islam adalah agama wahyu, yang tidak tunduk oleh sejarah
atau budaya. (QS 5:3). Ajaran Islam yang mengatur kedudukan perempuan dan laki-laki dalam keluarga
dan masyarakat pun, diatur dalam Islam, berdasarkan pada wahyu (al-Quran dan Sunnah). Rumusan
Gender versi draft RUU-KKG yang memandang peran laki-laki dan perempuan didasarkan pada budaya
dan bukan pada wahyu Allah SWT sesungguhnya sangat berbahaya, keliru, dan jelas bertentangan
dengan ajaran Islam. Dengan pola pikir semacam itu, seluruh hukum Islam bisa diubah-ubah sesuai
dengan kehendak manusia.
Buku yang berjudul Seputar Paham Kesetaraan Gender: Kerancuan, Kekeliruan dan Dampaknya ini
sebenarnya belum layak disebut sebuah buku dalam arti yang sebenarnya. Sebab, buku ini hanyalah
kumpulan tulisan baik artikel maupun makalah yang saya tulis dalam berbagai kesempatan dan
media serta berlangsung dalam kurun waktu beberapa tahun. Secara umum, buku ini mengungkapkan
kerancuan dan kekeliruan paham KKG, termasuk yang terkandung dalam RUU KKG yang sedang dibahas
di DPR RI. Akar kekeliruan paham ini mamang berawal dari pengabaian nilai-nilai wahyu (Islam) dalam
program dan RUU KKG. Jadilah paham dan RUU KKG ini sangat bercorak liberal.
Problem dari setiap buku yang berasal dari kumulan artikel adalah pengulangan data di sejumlah tempat.
Mudah-mudahan hal itu tidak terlalu mengganggu. Bahkan, sebaliknya, data yang terulang itu mudahmudahan dapat memperkuat pemahaman pembaca terhadap masalah yang sedang dibahas di sini.
Walhasil, semoga penerbitan buku kecil ini dapat memberikan pemahaman yang sepatutnya kepada
umat Muslim Indonesia. Syukur-syukur, para pejabat di pemerintahan dan DPR berkesempatan dan
berkemauan berpikir serius dan jernih untuk menelaah masalah KKG ini, sehingga menjadi sarana untuk
meraih pemahaman yang benar.
Bagaimana pun, dalam pandangan Islam, keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT perlu dibuktikan
dengan keridhaan seseorang untuk tunduk kepada aturan-aturan Allah SWT, yang telah diajarkan dan
diterapkan oleh utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kita semua, umat Muslim, patut
merenungkan peringatan Allah SWT dalam al-Quran:
Sungguh, demi Tuhanmu, mereka sebenarnya tidak beriman, sampai mereka menjadikanmu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap apa yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa
keberatan lagi terhadap keputusanmu dan mereka benar-benar pasrah. (QS 4:65).
Sesama Muslim kita diwajibkan untuk saling mengingatkan. Buku ini hanya salah satu upaya kecil untuk
itu. Mungkin ada isi atau bahasa yang kurang berkenan, saya minta maaf. Semoga bermanfaat.

Read more http://thisisgender.com/free-book-seputar-paham-kesetaraan-gender-kerancuan-kekeliruandampaknya/

Anda mungkin juga menyukai