Anda di halaman 1dari 12

47

MENGAPA PENDIDIKAN KARAKTER?

Ajat Sudrajat
FIS Universitas Negeri Yogyakarta
email: ajat@uny.ac.id

Abstrak: Sudah menjadi kesadaran bersama bahwa dunia pendidikan merupakan cara yang telah
dilakukan umat manusia sepanjang kehidupannya untuk menjadi sarana dalam melakukan transmisi
dan transformasi baik nilai maupun ilmu pengetahuan. Demikian strategisnya dunia pendidikan sebagai
sarana transmisi dan transformasi nilai dan ilmu pengetahuan ini, maka dalam rangka menanamkan
dan mengembangkan karakter bangsa ini, tidak lepas pula dari peran yang dimainkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan karakter penting bagi kehidupan manusia, maka peran yang dimainkan dunia
pendidikan haruslah tidak sekadar menunjukkan pengetahuan moral, tetapi juga mencintai dan mau
melakukan tidakan moral.

Kata kunci: pendidikan karakter, strategi pendidikan karakter

WHY CHARACTER EDUCATION?

Abstract: It has become public awareness that education is a means the human beings use throughout
their lives to transmit and transform values as well as knowledge. Due to its strategic roles in transmitting
and transforming values and knowledge, education also plays a very important role in instilling and
developing the nation’s character. Character education is important for the human’s life so that the role
education plays is not only limited to showing the moral knowledge, but also loving and willingness to
take moral actions.

Key words: character education, character education strategy

Pendahuluan dipakai pula istilah pendidikan budi pekerti


Secara historis, apabila memperhatikan dan pendidikan moral Pancasila.
hakikat kontennya, usia pendidikan Sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia
karakter sesungguhnya seumur dengan ini, pendidikan pada hakikatnya memiliki
sejarah pendidikan itu sendiri. Hanya saja dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk
menyangkut peristilahan yang dipakai, menjadi cerdas dan pintar (smart), dan
istilah pendidikan karakter baru muncul membantu mereka menjadi manusia yang
pada dekade terakhir di Amerika Serikat, baik (good). Menjadikan manusia cerdas dan
termasuk yang dipakai di Indonesia dalam pintar, boleh jadi mudah melakukannya,
dua tahun terakhir ini. Seperti dinyatakan tetapi menjadikan manusia agar menjadi
Suyata (2011: 13), dalam sepuluh sampai orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh
dua puluh tahun lalu, istilah pendidikan lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Dengan
moral lebih populer di Amerika, sedang demikian, sangat wajar apabila dikatakan
istilah pendidikan karakter lebih popular di bahwa problem moral merupakan persoalan
di kawasan Asia. Sementara itu, di Inggris akut atau penyakit kronis yang mengiringi
orang lebih menyukai istilah pendidikan kehidupan manusia kapan dan di mana
nilai. Secara khusus di Indonesia telah pun.

47
48

Kenyataan tentang akutnya problem yang khusus, dan karenanya melahirkan


moral inilah yang kemudian menempatkan sutu pandangan bahwa karakter adalah ‘pola
pentingnya penyelengaraan pendidikan perilaku yang bersifat individual, keadaan
karakter. Rujukan kita sebagai orang yang moral seseorang’. Setelah melewati tahap
beragama (Islam misalnya) terkait dengan anak-anak, seseorang memiliki karakter,
problem moral dan pentingnya pendidikan cara yang dapat diramalkan bahwa karakter
karakter dapat dilihat dari kasus moral yang seseorang berkaitan dengan perilaku yang
pernah menimpa kedua putera Nabi Adam ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999:5).
a.s. (Syariati, 1996:34). Perilaku Qabil dan Karakter yang baik berkaitan dengan
Habil dalam menyedekahkan hartanya, mengetahui yang baik (knowing the good),
sikap dengki Qabil terhadap Habil yang mencintai yang baik (loving the good), dan
berujung pada kasus pembunuhan, dan juga melakukan yang baik (acting the good). Ketiga
banyaknya Nabi dan Rasul yang diturunkan ideal ini satu sama lain sangat berkaitan.
Allah kepada umat manusia, menunjukkan Seseorang lahir dalam keadaan bodoh,
akutnya problem moral ini. Nabi Muhammad dorongan-dorongan primitif yang ada dalam
saw bahkan diutus ke dunia ini oleh Allah dirinya kemungkinan dapat memerintahkan
swt semata-mata untuk menyempurnaan atau menguasai akal sehatnya. Maka,
akhlak manusia. efek yang mengiringi pola pengasuhan
Menurunnya kualitas moral dalam dan pendidikan seseorang akan dapat
kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, mengarahkan kecenderungan, perasaan,
terutama di kalangan siswa, menuntut dan nafsu besar menjadi beriringan secara
deselenggarakannya pendidikan karakter. harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran
Sekolah dituntut untuk memainkan peran agama.
dan tanggungjawabnya untuk menanamkan Mengetahui yang baik berarti dapat
dan mengembangkan nilai-nilai yang baik memahami dan membedakan antara yang
dan membantu para siswa membentuk baik dan yang buruk. Mengetahui yang
dan membangun karakter mereka dengan baik berarti mengembangkan kemampuan
nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter untuk menyimpulkan atau meringkaskan
diarahkan untuk memberikan tekanan pada suatu keadaan, sengaja, memilih sesuatu
nilai-nilai tertentu --seperti rasa hormat, yang baik untuk dilakukan, dan kemudian
tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil- melakukannya. Aristoteles menyebutnya
- dan membantu siswa untuk memahami, dengan practical wisdom (kebijakan
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai praktis). Memiliki kebijakan praktis berarti
tersebut dalam kehidupan mereka sendiri. mengetahui keadaan apa yang diperlukan.
Mengetahui, misalnya, siswa dapat
Pengertian Karakter merencanakan kegiatan mereka,���������
seperti
Kata character berasal dari bahasa Yunani bagaimana mereka mengerjakan pekerjaan
charassein, yang berarti to engrave (melukis, rumah mereka, menghabiskan waktu dengan
menggambar), seperti orang yang melukis keluarga dan teman-teman mereka. Tetapi
kertas, memahat batu atau metal. Berakar kebijakan praktis tidak semata-mata tentang
dari pengertian yang seperti itu, character manajemen waktu, melainkan berkaitan
kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri pula dengan prioritas dan pemilihan sesuatu

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011


49

yang baik dalam semua suasana kehidupan. seksual, dan etos kerja (belajar) yang
Hal ini berkaitan dengan kemampuan rendah.
untuk membuat komitmen yang bijak 6) Persiapan terbaik untuk menyongsong
dan menjaganya (Kevin Ryan, 1999:5). perilaku di tempat kerja.
Selanjutnya Aristoteles mendefiniskan 7) Pembelajaran nilai-nilai budaya
karakter yang baik sebagai tingkah laku yang merupakan bagian dari kerja
yang benar --tingkah laku yang benar dalam peradaban.
hubungannya dengan orang lain dan juga
dengan diri sendiri. Di pihak lain, karakter, Pendidikan Karakter
dalam pandangan filosof kontemporer Secara sederhana, pendidikan karakter
seperti Michael Novak, adalah campuran dapat didefinisikan sebagai segala usaha
atau perpaduan dari semua kebaikan yang yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
berasal dari tradisi keagamaan, cerita, dan karakter siswa. Tetapi, untuk mengetahui
pendapat orang bijak, yang sampai kepada pengertian yang tepat, dapat dikemukakan
kita melalui sejarah. Menurut Novak, tak di sini definisi pendidikan karakter yang
seorang pun yang memiliki semua kebajikan disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona
itu, karena setiap orang memiliki kelemahan- (1991) menyatakan bahwa pendidikan
kelemahan. Seseorang dengan karakter karakter adalah suatu usaha yang disengaja
terpuji dapat dibedakan dari yang lainnya untuk membantu seseorang sehingga ia
(Lickona, 1991:50). dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti. Bertitik
Alasan Perlunya Pendidikan tolak dari definisi tersebut, ketika kita
Karakter berpikir tentang jenis karakter yang ingin kita
Menurut Lickona ada tujuh alasan bangun pada diri para siswa, jelaslah bahwa
mengapa pendidikan karakter itu harus ketika itu kita menghendaki agar mereka
disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud mampu memahami nilai-nilai tersebut,
adalah sebagai berikut. memperhatikan secara lebih mendalam
1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak mengenai benarnya nilai-nilai itu, dan
(siswa) memiliki kepribadian yang baik kemudian melakukan apa yang diyakininya
dalam kehidupannya. itu, sekalipun harus menghadapi tantangan
2) Cara untuk meningkatkan prestasi dan tekanan baik dari luar maupun dari
akademik. dalam dirinya. Dengan kata lain mereka
3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk meliliki ‘kesadaran untuk memaksa diri’
karakter yang kuat bagi dirinya di melakukan nilai-nilai itu.
tempat lain. Pengertian yang disampaikan Lickona
4) Persiapan siswa untuk menghormati di atas memperlihatkan adanya proses
pihak atau orang lain dan dapat hidup perkembangan yang melibatkan pengetahuan
dalam masyarakat yang beragam. (moral knowing), perasaan (moral feeling),
5) Berangkat dari akar masalah yang dan tindakan (moral action), sekaligus
berkaitan dengan problem moral-sosial, juga memberikan dasar yang kuat untuk
seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, membangun pendidikan karakter yang
kekerasan, pelanggaran kegiatan koheren dan komprehensif. Definisi di atas

Mengapa Pendidikan Karakter?


50

juga menekankan bahwa kita harus mengikat nilai-nilai itu dalam berbagai situasi.
para siswa dengan kegiatan-kegiatan yang c. Perspective-taking. Perspective-taking
akan mengantarkan mereka berpikir kritis (hasibu anfusakum qabla antuhasabu) adalah
mengenai persoalan-persoalan etika dan kemampuan untuk mengambil pelajaran dari
moral; menginspirasi mereka untuk setia dan peristiwa yang menimpa atau terjadi pada
loyal dengan tindakan-tindakan etika dan orang lain; melihat suatu keadaan sebagaimana
moral; dan memberikan kesempatan kepada mereka melihatnya; mengimajinasikan
mereka untuk mempraktikkan perilaku etika bagaimana mereka berpikir, bereaksi, dan
dan moral tersebut. merasakannya. Hal ini merupakan prasyarat
bagi dilakukannya penilaian moral. Kita
Moral Knowing (Pengetahuan Moral) tidak dapat menghormati orang lain dan
Terdapat beragam jenis pengetahuan berbuat adil atau pantas terhadap kebutuhan
moral yang berkaitan dengan tantangan mereka apabila kita tidak dapat memahami
moral kehidupan. Berikut ini enam tahap mereka. Tujuan utama dari pendidikan
yang harus dilalui dalam rangka mencapai moral adalah untuk membantu siswa agar
tujuan-tujuan pendidikan moral. mereka bisa memahami dunia ini dari sudut
a. Moral awarness (kesadaran moral). pandang orang lain, terutama yang berbeda
Kelemahan moral yang melanda hampir dari pengalaman mereka.
semua manusia dari segala jenis usia adalah d. Moral reasoning (alasan moral). Moral
adanya kebutaan atau kepapaan moral. reasoning meliputi pemahaman mengenai
Secara sederhana kita jarang melihat adanya apa itu perbuatan moral dan mengapa harus
cara-cara tertentu dalam masyarakat yang melakukan perbuatan moral. Mengapa,
memperhatikan dan melibatkan isu-isu misalnya, penting untuk menepati janji?
moral serta penilaian moral. Anak-anak Mengapa harus melakukan yang terbaik?.
muda misalnya, sering kali tidak peduli Moral reasoning pada umumnya menjadi
terhadap hal ini; mereka melakukan sesuatu pusat perhatian penelitian psikologis
tanpa mempertanyakan kebenaran suatu berkaitan dengan perkembangan moral.
perbuatan. e. Decesion-making (pengambilan
b. Knowing moral values (pengetahuan keputusan). Kemampuan seseorang untuk
nilai-nilai moral). Nilai-nilai moral seperti mengambil sikap ketika dihadapkan dengan
rasa hormat terhadap kehidupan dan problema moral adalah suatu keahlian
kebebasan, tanggung jawab terhadap orang yang bersifat reflektif. Apa yang dipilih dan
lain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan- apa akibat atau resiko dari pengambilan
santun, disiplin-diri, integritas, kebaikan, keputusan moral itu, bahkan harus sudah
keharuan-keibaan, dan keteguhan hati atau diajarkan sejak TK (Taman Kanak-kanak).
keberanian, secara keseluruhan menunjukan f. Self-knowledge. Mengetahui diri sendiri
sifat-sifat orang yang baik. Kesemuanya itu atau mengukur diri sendiri merupakan jenis
merupakan warisan dari generasi masa lalu pengetahuan moral yang paling sulit, tetapi hal
bagi kehidupan masa depan. Literatur etika ini sangat penting bagi perkembangan moral.
mensyaratkan pengetahuan tentang nilai- Menjadi orang yang bermoral memerlukan
nilai ini. Mengetahui nilai-nilai di atas berarti kemampuan untuk melihat perilaku diri
juga memahami bagaimana menerapkan sendiri dan mengevaluasinya secara kritis.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011


51

Perkembangan atas self-knowledge ini telah mengidentifikasikan dengan tindakan


meliputi kesadaran akan kekuatan dan moral mereka; mereka merasa ‘telah keluar
kelemahan diri sendiri dan bagaimana dari karakter’ ketika mereka melakukan
mengkonpensasi kelemahan itu. Cara yang perbuatan yang bertentangan dengan nilai-
dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan nilai mereka. Menjadi orang yang secara
itu adalah dengan menjaga ‘jurnal etik’ pribadi memiliki komitmen terhadap nilai-
(mencatat peristiwa-peristiwa moral yang nilai moral ternyata memerlukan proses
terjadi, bagaimana merespon peristiwa perkembangan, dan membantu siswa dalam
moral itu, dan apakah respon itu dapat proses ini merupakan tantangan bagi setiap
dipertanggung jawabkan secara etika). guru pendidikan moral.
b. Self-esteem (penghargaan-diri).
Moral Feeling (Perasaan Moral) Ketika kita memiliki ukuran yang sehat
Sisi emosional dari karakter seringkali terhadap penghargaan-diri, kita menilai
diabaikan dalam pembahasan-pembahasan diri kita sendiri. Ketika kita menilai diri
mengenai pendidikan moral, padahal hal ini kita sendiri, kita akan menghargai atau
sangat penting. Sungguh (secara sederhana), menghormati diri kita sendiri. Kita tidak
mengetahui yang benar tidak menjamin akan menyalahgunakan anggota tubuh atau
perilaku yang benar. Banyak orang yang pikiran kita atau mengizinkan pihak-pihak
sangat pandai ketika berbicara mengenai untuk menyalah gunakan diri kita.
yang benar dan yang salah, tetapi justru Ketika kita memiliki penghargaan-
mereka memilih perbuatan yang salah. diri, kita tidak akan bergantung pada restu
a. Conscience (Kesadaran). Kesadaran atau izin pihak lain. Pembelajaran yang
memiliki dua sisi: sisi kognitif (pengetahuan memperlihatkan siswa dengan penghargaan-
tentang sesuatu yang benar), dan sisi diri yang tinggi memiliki tingkat halangan
emosional (perasaan adanya kewajiban untuk yang lebih besar bagi sejawatnya untuk
melakukan apa yang benar itu). Kesadaran memberi tekanan kepadanya.
yang matang, disamping adanya perasaan Ketika kita memiliki penghargaan yang
kewajiban moral, adalah kemampuan untuk positif terhadap diri kita sendiri, kita lebih
mengonstruksikan kesalahan. Apabila suka memperlakukan orang lain dengan
seseorang dengan kesadarannya merasa cara-cara yang positif pula. Ketika kita
berkewajiban untuk menunjukkan suatu kurang memiliki penghormatan terhadap
perbuatan dengan cara tertentu, maka ia diri sendiri, maka baginya juga sangat sulit
pun bisa menunjukkan cara untuk tidak untuk mengembangkan rasa hormat kepada
melakukan perbuatan yang salah. pihak lain.
Bagi kebanyakan orang, kesadaran Penghargaan-diri yang tinggi tidak
adalah persoalan moralitas. Mereka dengan sendirinya dapat menjamin karakter
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai yang baik. Hal ini bisa terjadi karena
moral dalam kehidupannya, karena nilai- penghargaan-diri yang dimilikinya tidak
nilai itu memiliki akar yang kuat dalam didasarkan pada karakter yang baik,
moral-diri mereka sendiri (moral self/hati seperti misalnya karena kepemilikan,
nurani). Seperti, seseorang tidak dapat kecantikan atau kegantengan, populritas,
berbohong dan menipu karena mereka atau kekuasaan. Salah satu tantangan sebagai

Mengapa Pendidikan Karakter?


52

pendidik adalah membantu siswa untuk e. Self-control. Emosi dapat membanjiri


mengembangkan penghargaan-diri yang (mengatasi) alasan. Alasan seseorang
didasarkan pada nilai-nilai seperti halnya mengapa self-control diperlukan untuk
tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan, kebaikan moral. Kontrol-diri juga diperlukan
atau didasarkan pada keyakinan pada bagi kegemaran-diri anak-anak muda.
kemampuan diri untuk kebaikan. Apabila seseorang ingin mencari akar
c. Empathy (empati). Empati adalah terjadinya penyimpangan sosial, salah
identifikasi dengan, atau seakan-akan satunya dapat ditemukan pada kegemaran-
mengalami, keadaan yang dialami pihak diri ini, demikian kata Walter Niogorski.
lain. Empati memungkinkan kita untuk f. Humility (kerendahan hati).
memasuki perasaan yang dialami pihak Kerendahan hati merupakan kebajikan moral
lain. Empati merupakan sisi emosional dari yang sering diabaikan, padahal merupakan
perspective-taking (hasibu anfusakum qabla bagian yang esensial dari karakter yang baik.
antuhasau). Kerendahan hati merupakan sisi yang efektif
Dewasa ini kita sedang menyaksikan dari pengetahuan-diri (self-kenowledge).
hancurnya empati dalam kehidupan Kerendahan hati dan pengetahuan-diri
masyarakat. Misalnya, meningkatnya merupakan sikap berterus terang bagi
kriminalitas anak-anak muda yang mengarah kebenaran dan keinginan untuk memperbaiki
kepada sikap brutal. Mereka pada dasarnya kelemahan-kelemahan kita. Kerendahan
mampu mengembankan empatinya terhadap hati merupakan pelindung terbaik bagi
sesuatu yang mereka ketahui dan peduli, perbuatan jahat.
tetapi mereka sama sekali tidak dapat
menunjukkan perasaan empati mereka Moral Action (Tindakan Moral)
kepada orang-orang yang menjadi korban Moral action (tindakan moral), dalam
dari kekerasannya. Salah satu tugas pendidik pengertian yang luas, adalah akibat atau hasil
moral adalah mengembangkan empati yang dari moral knowing dan moral feeling. Apabila
bersifat umum. seseorang memiliki kualitas moral intelek
d. Loving the good. Bentuk karakter yang dan emosi, kita bisa memperkirakan bahwa
paling tinggi diperlihatkan dalam kelakukan mereka akan melakukan apa yang mereka
yang baik. Ketika seseorang mencintai ketahui dan rasakan. Untuk memahami
yang baik, maka dengan senang hati ia sepenuhnya apa yang dimaksud dengan
akan melakukan yang baik. Ia secara moral tindakan moral, berikut ini adalah tiga
memiliki keinginan untuk berbuat baik, aspek dari karakter: kompetensi (competence),
bukan semata-mata karena kewajiban moral. keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Kemampuan untuk mengisi kehidupan a. Kompetensi (Competence). Moral
dengan perbuatan baik ini tidak terbatas kompetensi adalah kemampuan untuk
bagi para ilmuwan, tetapi juga pada orang mengubah penilaian dan perasaan moral ke
kebanyakan, bahkan anak-anak. Potensi dalam tindakan moral yang efektif. Untuk
untuk mengembangkan perilaku kehidupan memecahkan masalah konflik misalnya,
yang baik ini dapat dilakukan melalui diperlukan keahlian-keahlian praktis:
tutorial dan pelayanan sosial, baik di sekolah mendengar, menyampaikan pandangan
maupun di masyarakat luas. tanpa mencemarkan pihak lain, dan

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011


53

menyusun solusi yang dapat diterima suatu reformasi yang menyeluruh dalam
masing-masing pihak. kehidupan sekolah.
b. Kemauan (Will). Pilihan yang benar Pendekatan komprehensif menyebutkan
(tepat) akan suatu perilaku moral biasanya adanya dua belas poin yang harus dilakukan
merupakan sesuatu yang sulit. Untuk menjadi dalam pendidikan karakter, yaitu sebagai
dan melakukan sesuatu yang baik biasanya berikut.
mensyaratkan adanya keinginan bertindak 1) Mengembangkan sikap peduli di dalam
yang kuat, usaha untuk memobilisasi energi dan di luar kelas.
moral. Kemauan merupakan inti (core) dari 2) Guru berperan sebagai pembimbing
dorongan moral. (caregiver), model, dan mentor.
c. Kebiasaan (Habit). Dalam banyak 3) Menciptakan komunitas kelas yang
hal, perilaku moral terjadi karena adanya peduli.
kebiasaan. Orang yang memiliki karakter 4) Memberlakukan disiplin yang kuat.
yang baik, seperti yang dikatakan William 5) Menciptakan lingkungan kelas yang
Bennet, adalah orang yang melakukan demokratis.
tindakan ‘dengan sepenuh hati’, ‘dengan 6) M e n g a j a r k a n k a r a k t e r m e l a l u i
tulus’, ‘dengan gagah berani’, ‘dengan penuh kurikulum.
kasih atau murah hati’, dan ‘dengan penuh 7) M e m b e r l a k u k a n p e m b e l a j a r a n
kejujuran’. Orang melakukan perilaku yang kooperatif.
baik adalah karena didasarkan kekuatan 8) Mengembangkan “keprigelan” suara
kebiasaan. hati.Mendorong dilakukannya refleksi
Karena alasan-alasan di atas, sebagai moral.
bagian dari pendidikan moral, maka harus 9) Mengajarkan cara-cara menyelesaikan
banyak kesempatan yang diberikan kepada konflik.
siswa untuk mengembangkan kebiasaan 10) Menjadikan orang tua/wali siswa
baik, dan memberikan praktik yang cukup dan masyarakat sebagai patner dalam
untuk menjadi orang baik. Dengan demikian pendidikan karakter.
memberikan kepada mereka pengalaman- 11) Menciptakan budya karakter yang baik
pengalaman berkenaan dengan perilaku di sekolah.
jujur, sopan, dan adil (Lickona, 1991: 50-
63). Ada sejumlah hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan model
Pendekatan Komprehensive dan Holistik holistik yang dapat disebutkan sebagai
Pendapat yang umum menyatakan berikut.
bahwa cara terbaik untuk melaksanakan 1) Segala sesuatu yang ada di sekolah
pendidikan karakter adalah melalui diorganisasikan secara menyeluruh
pendekatan komprehensif dan holistik, yang melibatkan pimpinan, siswa,
yaitu pendekatan yang meliputi dimensi karyawan, dan masyarakat sekitar.
kognitif, emosiol, dan perilaku, dengan 2) Sekolah merupakan komunitas moral,
melibatkan dan mengintegrasikannya ke yang secara tegas memperlihatkan
dalam semua aspek kehidupan di sekolah. ikatan antara pimpinan, guru, siswa,
Pendekatan ini dapat juga dikatakan sebagai karyawan, dan sekolah.

Mengapa Pendidikan Karakter?


54

3) Pembelajaran sosial dan emosional tersebut siap untuk melakukan pendidikan


ditekankan seperti halnya pembelajaran karakter.
akademik.
4) Kerjasama dan kolaborasi diantara S trategi P elaksanaan
para siswa harus lebih diperhatikan Pendidikan Karakter
dan ditekanan, daripada dengan Strategi pelaksanaan pendidikan
menonjolkan persaingan. karakter yang diterapkan di sekolah dapat
5) Nilai-nilai seperti kejujuran, rasa homat, dilakukan melalui empat cara, yaitu: (1)
kepedulian, dan kedisiplinan harus pembelajaran (teaching), (2) keteladanan
menjadi pelajaran sehari-hari baik di (modeling), (3) penguatan (reinforcing), dan
dalam maupun di luar kelas. (4) pembiasaan (habituating).
6) Para siswa diberikan kesempatan Efektivitas pendidikan karakter sangat
yang luas untuk mempraktikkan dan ditentukan oleh adanya pembelajaran
melaksanakan perilaku moral melalui (teaching), keteladanan (modeling), penguatan
berbagai kegiatan. (reinforcing), dan pembiasaan (habituating)
7) Disiplin dan managemen kelas diarahkan yang dilakukan secara serentak dan
pada pemecahan masalah, selain tetap berkelanjutan. Pendekatan yang strategis
menyeimbangkan diberlakukannya terhadap pelaksanaan ini melibakan tiga
pemberian pujian dan hukuman. komponen yang saling terkait satu sama lain,
8) Model yang menempatkan guru yaitu: (1) sekolah (kampus), (2) keluarga,
atau dosen sebagai pusat di kelas dan(3) masyarakat.
harus digantikan dengan model yang 1. Ketika komponen sekolah (kampus)
demokratis, yaitu ketika guru dan sepenuhnya akan menerapkan dan
siswa bersama-sama membangun melaksanakan nilai-nilai (karakter) tertentu
kebersamaan, melaksanakan norma- (prioritas), maka setiap nilai yang akan
norma yang disepakati, dan memecahkan ditanamkan atau dipraktikkan tersebut
masalah. harus senantiasa disampaikan oleh para guru
melalui pembelajaran langsung (sebagai
Segenap pimpinan sekolah, guru, mata pelajaan) atau mengintegraskannya ke
karyawan, petugas parkir atau kebersihan dalam setiap mata pelajaran.
sekalipun, dan masyarakat, secara bersama- 2. Nilai-nilai prioritas tersebut selanjutnya
sama punya kewajiban untuk membangun harus juga dimodelkan (diteladankan)
kultur sekolah dengan karakter yang baik. secara teratur dan berkesinambungan oleh
Karakter ini harus diperlihatkan oleh mereka semua warga sekolah (kampus), sejak dari
ketika melakukan komunikasi dan interaksi petugas parkir, petugas kebersihan, petugas
dengan semua warga sekolah. Karakter ini keamanan, karyawan administrasi, guru, dan
harus mereka perlihatkan dalam bentuk pimpinan sekolah.
tutur kata, pakaian, dan perilaku. Melalui 3. Selanjutnya, nilai-nilai itu harus
pemodelan bersama ini diharapkan ada diperkuat oleh penataan lingkungan dan
tranmisi yang dapat membangun karakter kegiataan-kegiatan di lingkungan sekolah
para siswa dan warga sekolah secara (kampus). Penataan lingkungan di sini
keseleuruhan. Dengan demikian, sekolah antara lain dengan menempatkan banner

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011


55

(spanduk-spanduk) yang mengarah dan Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan


memberikan dukungan bagi terbentuknya atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan
suasana kehidupan sekolah (kampus) yang dan kenegaraan yang disebut Pancasila, oleh
berkarakter terpuji. karena itu sudah semestinya kalau Pancasila
Penguatan dapat pula dilakukan menjadi sumber nilai dalam berkehidupan.
dengan melibatkan komponen keluarga dan Posisi budaya sebagai sumber nilai juga tidak
masyarakat. Komponen keluarga meliputi dapat diabaikan, demikian juga dengan tujuan
pengembangan dan pembentukan karakter pendidikan nansional yang di dalamnya
di rumah. Pihak sekolah (kampus) dapat telah dirumuskan kualitas yang harus
melibatkan para orang tua untuk lebih dimiliki warga nenagara Indonesia (Puskur,
peduli terhadap perilaku para anak-anak 2010: 8-10). Nilai-nilai yang ditanamkan
mereka. Sedangkan komponen masyarakat dan dikembangkan pada sekolah-sekolah
atau komunitas secara umum adalah sebagai di Indonesia beserta deskripsinya adalah
wahana praktik atau sebagai alat kontrol bagi sebagai berikut:
perilaku siswa dalam mengembangkan dan 1) Religius. Sikap dan perilaku patuh
membentuk karakter mereka. Pihak sekolah dalam melaksanakan ajaran agama
(kampus) dapat melakukan komunikasi dan yang dianutnya, toleran terhadap
interaksi dengan keluarga dan masyarakat pelaksanaan ibadah agama lain, dan
ini dari waktu ke waktu secara periodik. hidup rukun dengan pemeluk agama
4. Pembiasaan (habituation) dapat lain.
dilakukan di sekolah dengan berbagai cara 2) Jujur. Perilaku yang didasarkan pada
dan menyangkut banyak hal seperti disiplin upaya menjadikan dirinya sebagai orang
waktu, etika berpakaian, etika pergaulan, yang selalu dapat dipercaya dalam
perlakuan siswa terhadap karyawan, guru, perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
dan pimpinan, dan sebaliknya. Pembiasaan 3) Toleransi. Sikap dan tindakan yang
yang dilakukan oleh pimpinan, guru, siswa, menghargai perbedaan agama, suku,
dan karyawan, dalam disiplin suatu lembaga etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
pendidikan merupakan langkah yang sangat orang lain yang berbeda dari dirinya.
strategis dalam mebentuk karakter secara 4) Disiplin. Tindakan yang menunjukkan
bersama. perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
N ilai dan D eskripsi N ilai 5) Kerja Keras. Perilaku yang menunjukkan
Pendidikan Karakter upaya sungguh-sungguh dalam
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam mengatasi berbagai hambatan belajar
pendidikan budaya dan karakter bangsa dan tugas, serta menyelesaikan tugas
Indonesia secara khusus diidentifikasi dari dengan sebaikbaiknya.
empat sumber: (1) Agama, (2) Pancasila, 6) Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu
(3) Budaya, dan (4) Tujuan Pendidikan. untuk menghasilkan cara atau hasil baru
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dari sesuatu yang telah dimiliki.
yang beragama, oleh karena itu kehidupan 7) Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak
individu, masyarakat, dan bangsa selalu mudah tergantung pada orang lain
didasari pada ajaran agama. Negara dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Mengapa Pendidikan Karakter?


56

8) Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan 17) Peduli Sosial. Sikap dan tindakan
bertindak yang menilai sama hak dan yang selalu ingin memberi bantuan
kewajiban dirinya dan orang lain. pada orang lain dan masyarakat yang
9) Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan membutuhkan.
yang selalu berupaya untuk mengetahui 18) Tanggung-jawab. Sikap dan perilaku
lebih mendalam dan meluas dari seseorang untuk melaksanakan tugas
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan dan kewajibannya, yang seharusnya
didengar. dia lakukan, terhadap diri sendiri,
10) Semangat Kebangsaan. Cara berpikir, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
bertindak, dan berwawasan yang dan budaya), negara dan Tuhan Yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Maha Esa.
negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Penilaian Hasil Belajar
11) Cinta Tanah Air. Cara berfikir, bersikap, Penilaian pencapaian pendidikan
dan berbuat yang menunjukkan karakter didasarkan pada indikator
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang sudah ditentukan. Sebagai contoh,
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan indikator untuk nilai jujur di suatu semester
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan dirumuskan dengan “mengatakan dengan
politik bangsa. sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa
12) Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan yang dilihat, diamati, dipelajari, atau dirasakan”
yang mendorong dirinya untuk maka guru mengamati (melalui berbagai
menghasilkan sesuatu yang berguna cara) apakah yang dikatakan seorang peserta
bagi masyarakat, dan mengakui, serta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya.
menghormati keberhasilan orang lain. Mungkin saja peserta didik menyatakan
13) Bersahabat/Komuniktif. Tindakan yang perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga
memperlihatkan rasa senang berbicara, dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan
bergaul, dan bekerja sama dengan orang bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu
lain. mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan
14) Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan yang tidak berbeda dengan perasaan umum
tindakan yang menyebabkan orang lain teman sekelasnya sampai bahkan kepada
merasa senang dan aman atas kehadiran yang bertentangan dengan perasaan umum
dirinya. teman sekelasnya.
15) Gemar Membaca. Kebiasaan Penilaian dilakukan secara terus
menyediakan waktu untuk membaca menerus, setiap saat guru berada di kelas
berbagai bacaan yang memberikan atau di sekolah. Model anecdotal record
kebajikan bagi dirinya. (catatan yang dibuat guru ketika melihat
16) Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan adanya perilaku yang berkenaan dengan
yang selalu berupaya mencegah nilai yang dikembangkan) selalu dapat
kerusakan pada lingkungan alam digunakan guru. Selain itu, guru dapat pula
di sekitarnya, dan mengembangkan memberikan tugas yang berisikan suatu
upaya-upaya untuk memperbaiki persoalan atau kejadian yang memberikan
kerusakan alam yang sudah terjadi. kesempatan kepada peserta didik untuk

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011


57

menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai Tanpa keterlibatan semua pihak, ideal-ideal
contoh, peserta didik dimintakan menyatakan dari dilakasanakannya pendidikan karakter
sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, hanya akan berakhir di tataran wacana dan
memberikan bantuan terhadap orang gagasan. Oleh karena itu perlu program aksi
kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan secara menyeluruh dari semua komponen
kontroversial sampai kepada hal yang dapat bangsa ini.
mengundang konflik pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan UCAPAN TERIMAKASIH
anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, Akhirnya, saya selaku penulis
guru dapat memberikan kesimpulan atau mengucapkan terima kasih atas bantuan
pertimbangan tentang pencapaian suatu sejawat lewat sumbang saran pikiran,
indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan baik lewat diskusi, seminar, pembicaraan
atau pertimbangan itu dapat dinyatakan ringan sampai tulisan yang dipresentasikan
dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut dalam berbagai forum. Sumbangsih para
ini. sejawat dan tokoh lain yang pemikirannya
1) BT: Belum Terlihat (apabila peserta dirujuk dalam penulisan ini tentunya dapat
didik belum memperlihatkan tanda- memperkaya wawasan yang dikemukakan.
tanda awal perilaku yang dinyatakan Ucapan terima kasih juga saya sampaikan
dalam indikator). kepada redaktur pembaca yang memberikan
2) MT: Mulai Terlihat (apabila peserta saran perbaikan.
didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku Daftar Pustaka
yang dinyatakan dalam indikator tetapi Balitbang Puskur. 2010. Pengembangan
belum konsisten). Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:
3) MB: Mulai Berkembang (apabila peserta Pedoman Sekolah. Jakarta: Kemdiknas
didik sudah memperlihatkan berbagai Balitbang Puskur.
tanda perilaku yang dinyatakan dalam Deal, Terrence E. dan Kent D. Peterson.
indikator dan mulai konsisten). 2009. Shaping School Culture: Pitfall,
4) MK: Membudaya (apabila peserta didik Paradoxes, and Promises. San Francisco:
terus menerus memperlihatkan perilaku Josses-Bass.
yang dinyatakan dalam indikator secara Darmiyati Zuchdi (ed.). 2011. Pendidikan
konsisten) (Balitbang Puskur, 2010: 23- Karakter dalam Perspektif Teori dan
24). Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character:
Penutup How Our School Can Teach Respect and
Pendidikan Karakter sebagai salah satu Responsibility. New York: Bantam
jalan untuk mengembalikan manusia pada Books.
kesadaran moralnya harus selalu dikawal -------. “Make Your School A School of
oleh semua pihak. Keluarga, lembaga Character”, dalam Character Matters,
pendidikan, media massa, masyarakat, www. Cortland.edu/character.
dan pemerintah harus bahu membahu Diunduh, 10 Oktober 2011.
bekerjasama dalam tanggung jawab ini.

Mengapa Pendidikan Karakter?


58

Ryan, Kevin dan Karen E. Bohlin. 1999. Suyata. 2011. “Pendidikan Karakter: Dimensi
Building Character in Schools: Practical Filosofis”, dalam Darmiyati Zuchdi
Ways to Bring Moral Instruction to Life. (ed.). 2011. Pendidikan Karakter
San Francisco: JOSSEY-BASS A Wiley dalam Perspektif Teori dan Praktik.
Imprint. Yogyakarta: UNY Press.
Shariati, Ali. 1996. Tugas Cendekiawan Muslim.
(Terjemahan M. Amien Rasi). Jakarta:
Srigunting.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai