Anda di halaman 1dari 31

Gerakan Islam Transnasional Di M. Imdadun Rahmat, M.

Si
Wasekjen PBNU
Indonesia: Tantangan Nation Wakil Ketua Komnas HAM

Building Kita Peneliti Gerakan Politik Islam


Islam Transnasional

• Wacana Transnasional sebagai cultural studies muncul


di Eropa untuk mengamati fenomena imigran muslim
dari Timur Tengah (10-15 jt) yang tidak kunjung bisa
beradaptasi dengan budaya di mana mereka tinggal.
Para muslim pendatang tersebut menjadi komunitas
ekslusif, tertutup dan teralienasi dengan budaya
sekitarnya.
• Sebab ketidakmampuan berintegrasi dengan kondisi
sosial, kultural dan politik setempat adalah kaitan
berlebihan pada kultur asal terutama fatwa-fatwa
keagamaan. Negara asal (Timur Tengah) tetap menjadi
satu-satunya “poros” beragama.

….. Transnasional

• Meskipun mereka tinggal atau bahkan lahir dan


tumbuh di Eropa, namun mereka tetap meminta
fatwa kepada ulama-ulama di negara asal atau
negara leluhur mereka bukan kepada ulama yang
tinggal di Eropa. Mereka mengasosiasikan Islam
dengan tanah asal mereka. Islam yang berkembang
di Eropa bukanlah Islam yang benar menurut
mereka. Akibatnya, antara keislaman dan identitas
kebangsaan (identitas bangsa Eropa) mereka tidak
terjembatani.
• Kajian Transnasional berkembang menyoroti
gerakan Islam lintas benua, lintas region dan lintas
negara.
Konteks Di Indonesia

• Persoalan adaptasi dan persenyawaan antara


ajaran Islam dengan ekspresi budaya dan adat-
istiadat yang hidup di Indonesia serta adaptasi
dengan perkembangan jaman juga digugat oleh
gerakan trans-nasional ini.
• Dialog antara ajaran Islam dengan kultur Indonesia
yang melahirkan warna ”Islam Indonesia” dianggap
sebagai Islam yang tidak murni dan tidak otentik.
Ia dianggap penuh dengan syirik, bid’ah dan
churafat. Sedangkan ijtihad-ijtihad baru dalam
kerangka pembaharuan Islam juga dituduh telah
menyebabkan sekularisme, penyelewengan Islam
dan kesesatan.
…. Indonesia

• Oleh karena itu, pedang pemurnian kalangan trans-nasional


ini diarahkan kepada dua pihak sekaligus; Islam tradisionalis
dan Islam modernis.
• Formula baru yang mereka tawarkan baik politik maupun
faham keagamaan semata-mata adopsi dari organisasi-
organisasi yang menjadi induk mereka. Organisasi-organisasi
yang berasal dari Timur Tengah ini menjadi acuan dan
rujukan gerakan Islam trans-nasional ini.
• Melihat hal ini, tampak adanya kesamaan fenomena antara
Islam trans-nasional sebagai gejala demografis dan Islam
Trans-nasional dalam konteks jaringan gerakan dan
organisasi, yakni sama-sama merujuk kepada faham Islam di
negara asal yang puritanis dan tidak mengakui faham Islam
yang tumbuh di negara setempat.
Transnasional sebagai “Islam Global”

• Globalized Islam: gejala baru Islam yang bercorak


individual, tercerabut dari konteks sosial dan
kultural, serta bersifat lintas-negara
(transnasional).
• Anak kandung Globalissasi: kemudahan komunikasi
dan transportasi => penyebaran ide dan Human
movement.
• Deteritorialisasi: “hilangnya relasi kebudayaan dari
teritori sosial dan geografisnya”.
• Individualisasi: trend Islam yang bergerak ke arah
Islamisasi individu-individu di dalam konteks
pembentukan suatu gagasan tentang ummat yang
terdeteritorialisasi dan bersifat global.
….. Islam Global

• Trend ini selanjutnya akan membentuk dua


alternatif wajah Islam:
• pertama, gerakan yang menonjolkan kesalehan
individual dan moderat; dan
• kedua gerakan politik Islam yang bersifat
radikal atau neo-fundamentalis. Dan
sayangnya, kenyataan belakangan ini
memperlihatkan bahwa alternatif yang kedua
mengambil lebih banyak manfaat dari
perkembangan globalisasi.

Jaringan Islam Transnasional
Jaringan Islam Transnasional
Radikal- Wahabis
Ihwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin:
•.
1928, Mursyid ‘Am: Mesir (Hasan Al-Banna), Irak (Syaikh Gerakan
Imam Hasan Al- Muhammad Mahmud Ash-Shawwaf), Tarbiyah:
Banna, Hasan Al- Syiria, (Dr. Mushthafa As-Siba'I), PK/PKS,
Hudhaibi, Umar Jordania (Syaikh Abdul Lathif Abu KAMMI
Talmasani, Qurah), dan negara-negara Teluk
Muhammad Hamid Anak ideologisnya antara lain:
Abu Naser, Mustofa Front Penyelamat Islam (FIS) di Al
Masyhur . Jazair; HAMAS di Palestina; Partai
Keadilan dan Pembangunan di
Ideolog sayap Maroko; Partai Nahdlah di Tunisia;
radikal: Sayyid Partai Keadilan dan Pembangunan di
Quthb Turki; Partai Kebangkitan Islam di
wilayah bekas Uni Soviet; PAS di
Malaysia
IM …..
• Pecahan IM Ultra Radikal (IM
faksi Sayyid Quthb):

Al-Jihad, Jaringan Tandzim Al-Qaidah Jama’ah Islamiyyah;


Organisasi Usamah Bin Ladin-Ayman Tandzim Al-Qaidah
Pembebasan Adzawahiri; Taliban Wilayah Serambi
Islam, Takfir wa Afghanistan Mullah Omar; Al- Mekah; Angkatan
Al-Hijrah, Qaida Abu Mus’ab Al-Zarqawi Mujahidin Nusantara
Jama’at al- Irak; Somalia; Sudan; Yaman. (AMIN); Majlis
Muslimin li al- Mujahidin Indonesia;
Takfir di Mesir Jama’ah Anshorut
Tauhid
HTI
• Hizb al-Tahrir:
1952, Taqiyuddîn al- Berpusat di Yordania Hizbut Tahrir
Nabhâny, dibantu dan London, menyebar Indonesia (Ismail
Syaikh As’ad, Rajab di negara-negara Yusanto), Hizbut
Bayudli al-Tamimi dan Eropa, Australia, Asia Dakwah Indonesia
Abdul Qadir Zallum. Selatan, negara- (Muhammad Al-
Tahun 1979 an- negara bekas Uni Khottoth)
Nabhâny wafat, ‘Abd Soviet
al-Qadîr Zallûm
menggantikannya,
2003 Amir Hizbut
Tahrir dijabat oleh Abu
Yassin.
Dakwah Salafi
Nama • lain
. Pertama, kelompok "Salafiyah Pertama, Kelompok Abdul hakim Abdad-
dari Politik“/“Salafiyyun Sururiyyun” Tokoh: Yazid Jawwad-Abu Bakar M. Altway
Wahabidisu Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, 'Aidh (Jakarta-Bogor) (Berkiblat ke Kuwait,
pport oleh Al-Qarni, dan lain-lain. Syaik Al-Albani, Syaikh Abdurrahman
pemerintah Kedua, "Salafiyun Al-Albaniyun” yang Abdul Khalik)
kerajaan mengikuti Syaikh Al-Muhaddist Kedua, Ainul Harits (Surabaya) (Berkiblat
Arab Saudi. Nashiruddin Al-Albani. ke Kuwait, Syaik Al-Albani, Syaikh
Muassis: Ketiga, "Salafiyun Al-Jamiyun" Abdurrahman Abdul Khalik)
Muhammad (Salafiyun yang beringas). Tokoh: Ketiga, Kelompok Abu Nida (Jogyakarta)
bin Abdul Syaikh Rabi' Al-Madkhali. Sering (Berkiblat ke Kuwait, Syaik Al-Albani,
Wahhab, menyerang semua ulama maupun dai Syaikh Abdurrahman Abdul Khalik)
Imam Ibnu yang bertentangan dengan mereka. Keempat, Ja’far Umar Thalib-Umar Al-
Taymiyyah, Keempat, salafiyyun pengikut Syaikh Sewed (Jogyakarta) (berkiblat ke Saudi
Ibnul Abdurrahman Abdul Khalik di Kuwait Arabi a Syaikh Bin Bash dan Syaikh Al-
Qoyyim Al- dan Utsaimin)
Jauziyyah
kelima, Salafiyyun pengikut Syaikh Bin Kelima, Yusuf Baisa- Farid Okbah
Bazz dan Syaikh 'Utsaimin di Saudi (Salatiga) (Berkiblat ke Salafiyyun
Arabia. Sururiyyun)
Abdullah Bin Baz (Saudi Arabia); Keenam, Majlis Tafsir Al-Quran: Sukino
(Berpusat di Solo)
Karakter Fundamentalis/Dakwah Salafi

1. Membid’ahkan dan memusyrikkan amalan-amalan kaum


pesantren: Mauludan, Ziarah Kubur, Dzibaan, Tahlil,
Dzikir, Toriqoh, dan sebagainya. Ini dianggap menodai
kemurnian Islam.
2. Literalis (harfiyyah): menolak ta’wil dan penafsiran
Qur’an dan Sunnah secara yang tersurat.
3. Tidak mengakui akal: membatasi sumber istinbath hanya
dengan wahyu. Wahyu merupakan sumber satu-satunya
dalam Islam.
4. Anti imam-imam madzhab dan membuang kitab kuning.
Hanya menganut Imam Ahmad Bin Hambal versi Ibnu
Taymiyyah, dan Muhammad Bin Abdul Wahhab.
5. Intoleran: cenderung memusuhi kelompok lain dan
menganggap hanya ajaran kelompoknya sendiri yang
benar. Mudah mengkafirkan orang yang tidak seajaran
dengan mereka.
Karakter Islamis-Radikal dan Kelompok Teroris
1.Kelompok ini memiliki persamaan dengan karakter kelompok
fundamentalis (sebagaimana diuraikan di depan).
2.Radikal: menganggap kehidupan Islam dan sistem kenegaraan yang
telah ada di dunia muslim sebagai penyimpangan, dan harus diubah
dengan cara yang mendasar.
3.Pro-kekerasan: kondisi yang menyimpang harus diluruskan baik dengan
jalan dakwah maupun jalan jihad (perang).
4.Fanatik-militant: meyakini dengan mutlak bahwa ajarannya sendiri
sebagai kebenaran tunggal yang harus disebarluaskan dengan jalan
apapun.
5.Anti-Barat: Barat dipersepsikan sebagai “biang kerok” hancurnya
sistem kehidupan yang Islami baik budayanya, intelektualnya,
ekonominya, maupun sistem politiknya.
6.Politis: meyakini bahwa kekuasaan politik negara harus diraih karena
merupakan kewajiban agama. Mereka yang tidak menerapkan Negara
Islam adalah kafir dan boleh dibunuh meskpun orang Islam.
7.Tatharruf: menempatkan yang sunnah sebagai wajib, menjadikan yang
furu’ sebagai ushul, mengubah yang profan sebagai sakral.
Agenda Islamis-Radikal dan Teroris di Indonesia

Pertama: Merobohkan NKRI dan anti Pancasila.


Menjadikan Islam sebagai entitas politik. Islam
difahami, dipersepsikan dan dipakai sebagai
ideologi politik untuk membentuk sistem negara
yakni negara Islam (al-daulah al-Islamiyyah) atau
Khilafah Islamiyah versi mereka sendiri.
Kedua: Menerapkan ajaran Islam dalam masyarakat
menurut versi mereka. Perempuan harus memakai
cadar, pemisahan yang ketat antara laki-laki-
perempuan, laki-laki harus memakai jenggot,
celana ngatung dan gamis. Tanpa menerapkan hal
tersebut, masyarakat dianggap jahiliyah.
Antagonisme Islam Transnasional terhadap
Prinsip-prinsip Kebangsaan
Pertama, NKRI:
HTI ---- Khilafah Islamiyyah, wajib, sekarang..
NII ----- negara Islam Indonesia, di wilayah Indonesia
MMI / JAT ---- Negara Islam di Indonesia. Khilafah,
nanti kalau memungkinkan..
IM/Tarbiyah ---- negara Islam, negara Islam regional,
dan khilafah…
JI --- Negara Islam Nusantara Raya, meliputi
Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, dan Filipina
Selatan.
Dakwah Salafi non politik (tidak menolak NKRI tapi
tidak menganjurkan penguatan NKRI)
 Kedua, Pancasila:
 HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI: Al-Qur’an dan Sunnah.
Menolak Pancasila sama sekali.
 Dakwah Salafi Abstain
 FPI menerima Pancasila dengan pemaknaan yang
religius.

 Ketiga: UUD 1945 dan Sistem Hukum:


 Kedaulatan Rakyat vs Al-Hakimiatu lillah; demokrasi
vs teokrasi atau teo-demokrasi;

 HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI: Konstitusi Islam yang


bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah dan
implementasi hukum syariat Islam secara kaffah.
Menolak UUD 45 sama sekali.
 Dakwah Salafi Abstain atas konstitusi/UUD 45 tapi
mendukung penerapan Syariat Islam sebagai hukum
publik.
..
• Keempat: Bhinneka Tunggal Ika (Prinsip pengakuan hak
eksistensi dan kesederajatan semua kelompok bangsa
termasuk posisi agama):
• HTI, NII, MMI, IM/Tarbiyah, JI menolak prinsip ini.
• Islam dan ummat Islam sebagai mayoritas harus memiliki
status istimewa (political prefelege): 1. Islam harus
sebagai agama resmi negara. 2. Status warga penuh vs
Dlimmi bagi non-muslim. 3. Hak atas implementasi
hukum syariat. 4. Hak atas kepemimpinan tertinggi dan
jabatan-jabatan penting (presiden harus beragama
Islam, prosentase terbesar pejabat penting harus
muslim). 5. Negara hanya mensupport Islam (dalam
Depag tidak boleh ada direktorat non-Islam)
• Dakwah Salafi abstain (ngomong politik itu bid’ah).
Akar-akar Teologi Kekerasan

• Takfir:
• Sayyid Quthb: Inti dari tauhid Uluhiyyah adalah Al-hakimiyatu lillah.
Siapapun yang membuat, menerapkan dan mentaati hukum dan aturan
buatan manusia ia telah syirik dan kafir meskipun ia seorang muslim.
Mereka ini telah murtad dan halal darahnya.

• Pemerintah yang tidak menerapkan hukum Islam adalah “Toghut” yang


harus diperangi.

• Ulama yang mendiamkan atau mendukungnya mereka sebut “ulama su’”.

• Masyarakat yang membiarkan dan mentaati hukum bukan hukum Islam


adalah “masyarakat Jahiliah”, meskipun mereka orang Islam.
Akar…

• Jihad tanpa syarat (perang ofensif):


• Sayyid Quthb: Memerangi orang kafir saat
ini adalah wajib bagi setiap muslim. Saat
ini tidak ada lagi kategori kafir dlimmi atau
kafir muahhad, semuanya adalah kafir
harbi.
• Jihad melawan orang kafir harus dilakukan
tanpa harus diserang lebih dahulu. (Tiga
ayat dalam surat At-taubah telah
menasakh ayat-ayat lein tentang perang).
Sosialisasi Islam Toleran dan Faham
Kebangsaan

• Mengubah ber-Islam “versi pendek” (instant)


menjadi ber-Islam “versi panjang” (ilmiyyah-
manhajiyyah).
• Meneguhkan prinsip tasamuh, tawazun, I’tidal
(Khittoh NU)
• Mereposisi pengertian jihad.
• Mensosialisasikan rumusan NU tentang pilar-pilar
kenegaraan: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Kebhinekaan.
• Mengangkat kembali ajaran (ayat-ayat dan hadits-
hadits) tentang peace and harmony.
Argumentasi Perdamaian dan
Toleransi

• Bid’ah ada dua: bid’ah sayyiah dan bid’ah


hasanah.
• Hal-hal khilafiyyah adalah hal yang wajar dan
tidak menyebabkan kesesatan atau kekafiran.
• Islam menyeimbangkan antara dalil naqli
(literal) dan aqli (rasionalitas).
• Islam menyeimbangkan antara keaslian
(Ashalah) dan tajdid (pembaruan dan
kontekstualisasi).
Argumen

• Mengkafirkan seorang muslim adalah kekafiran.


Sabda Rosulullah: “siapa yang mengatakan kepada
saudara muslimnya “hai kafir”, maka ia telah
kafir”.
• Mengancam sesama muslim dilarang. Sabda
Rasulullah: “siapa yang mengancamkan senjata
kepada kami, maka ia tidak termasuk golongan
kami. Dan siapa yang menipu kami, ia bukan
golongan kami”.
• Membunuh sesama muslim menyebabkan
kekufuran. Sabda Rosulullah: “mencela seorang
muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya
adalah kekafiran”.
Argumen..

• Tauhid uluhiyyah tidak mengharuskan


penerapan al-hakimiatu lillah. Sejauh seorang
muslim terhindar dari syirik dalam ibadah
kepada Allah maka tauhidnya sah.
• Sejauh sebuah pemerintah tidak
memerintahkan maksiat kepada Allah dan tidak
menghalangi pelaksanaan ajaran Islam, maka
pemerintah itu sah dan boleh ditaati. Istilah
“Toghut” yang asli adalah berhala yang
disembah, bukan pemerintahan atau sistem.
Argumen..

• Jihad ada berbagai jenis: jihad perang


(jihad asghar) dan jihad nafs (jihad akbar),
mencari rejeki agar bisa mandiri dan
menghidupi keluarga juga jihad.
• Jihad (perang) ada aturan fiqihnya. Ada
syarat-syaratnya: objeknya adalah kafir
harbi, diserang lebih dahulu (defensif),
tidak berlebih-lebihan, menerapkan akhlaq
peperangan, siap gencatan senjata dan
berdamai.
Strategi Gerakan Ulama

• Aktif:
• Mengimbangi konstruksi “keterampasan” dan
“keterancaman” untuk membendung reproduksi
kebencian.
• Menolak dis informasi dan mis informasi terkait
hubungan “buruk” kaum muslim dan “the other”
• Mengembangkan dan mensosialisasikan etika, nilai-
nilai dan spiritualitas agama yang mendukung
perdamaian dan toleransi. Dalam hal ini, ikhtiar
reinterpretasi nash agama sangat diperlukan.
Strategi…

• Jaring Pembina Perdamaian:


• Para pemimpin agama merankan diri dalam
membina dan mengendalikan ummatnya dari
provokasi dan mencegah mereka dari
keterlibatan dalam aksi kekerasan dan
intoleransi (internal policing).
• Dalam kondisi ketegangan, dan konflik para
pemimpin meredakan permusuhan dan
menjadi aktor rekonsiliasi.
Strategi…

• Defensif:
• Memagari ummat dari firus radikalisme;
khususnya teology of hate.
• Membendung penyebaran syiar kebencian
(hatred spech), paham intoleransi dan ideologi
kekerasan.
Ikhtitam

• Wallahu A’lamu Bishshawab


• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai