YAHUDI, ISLAM
AM Hendropriyono, 2009
Penulis mencoba menggambarkan penyebab dan faktor faktor yang bisa mendorong tumbuh
suburnya terorisme dengan cara melakukan kajian analitis bahasa terhadap ungkapan ungkapan
pelaku teror. Pada Bab Pendahuluannya dengan judul
Bab Kedua (Terorisme Global, Regional, Nasional). Akar dari terorisme adalah ideologi
universal. Kapitalisme yangdibawa oleh demokrasi, di wilayah praksis kini berhadapan dengan
kemiskinan penganguran dan ketidakadilan.Berbagai krisis yang mendera ekonomi dunia akhir
akhir ini membuat beberapa negara kembali ke nasionalis menutup keran globalisasi. Hal ini
membuat AS mulai memainkan hardpower-nya dibanding soft power ataupun smart powernya
yang justru semakin memancing tumbuh suburnya ide fundamentalis universal yang
melibatkan doktrin dan praktik politik keagamaan. Di sub bab terorisme AlQaeda penulis
menguraikan nodes dan links didalam jaringan AlQaeda dan menyampaikan bahwa berbagai
terorisme dilakukan oleh sekelompok teroris yang masih salingberhubungan keluarga atau
bersahabat dekat. penulis juga menyatakan bahwa terorisme sangat memerlukan dukungan
media massa, sementara media sendiri tidak menyadari bahwasanya mereka ikut membantu
keberhasilan operasi terorisme tersebut. Bab ini diakhiri oleh sub bab Terorisme Regional dan
Nasional yang menggambarkan sejarah dan perkembangan AJAI (JI) dan linknya dengan camp
camp pelatihan di Filipina serta tidak lupa pula mengaitkan kesamaan antar pola pikir Imam
Samudra dengan OBL terhadap dunia Islam - Barat.
Penulis memulai Bab Ketiga (Bahasa Terorisme) dengan menjelaskan kegunaan Filsafat
Analisa Bahasa untuk uji ungkapan terorisme oleh pelakunya dengan menyingkirkan makna
makna yang tidak diperlukan. Penulis mengutarakan dalam kajian ontologis terdapat kemiripan
keluarga (family resemblance) pada ungkapan yang digunakan keduanya yang melibatkan
Tuhan yaitu sebagaimana penggunaan ungkapan InsyaAllah / dengan Ridho Allah oleh
OBL ataupun ungkapan GodBless America oleh GWB. Sedangkan kajian epistemology
menunjukkan bahwa terorisme OBL bersumber pada paham jihad yang menurut Penulis
pengertian tersebut disalahtafsirkan, sedangkan terorisme GWB didasarkan pada dasar
epistemology demokrasi. Analisa terhadap languange games OBL dan GWB menunjukkan
bahwa ungkapan ungkapan keduanya sebenarnya tidak memiliki kandungan faktual apapun,
yang terjadi justru terorisme internasional mulai mengancan dan membahayakan ketahanan
nasional masing masing. Terakhir, untuk menjelaskan pokok masalah mengap OBL merasa
benar untuk membunuh penduduk sipil Amerika dan mengapa GWB menginvansi sebuah
negara yang dianggap basis terorisme, maka teori Ryle bisa digunakan untuk menjelaskan
kegalatan berfikir mereka: kekeliruan pokok yang sering terjadi adalah melukiskan fakta yang
termasuk kategori sesuatu, dengan menggunakan ciri ciri logis kategori lain.
Bab Penutup diberi judul Terorisme dan Kepribadian yang Terbelah, bab penutup berisi
kesimpulan yang merangkum detail uraian empat bab sebelumnya, ditambah empat saran yang
ringkasnya adalah (1) tanggungjawab PBB dan negara negara maju untuk demokrasi yang etis
(2) perlunya pembersihan fundamentalis ala khawarij yang mengaku penganut wahabi (3)
revitalisasi Pancasila (4) masing masing agama perlu merevisi tujuan kemanusiaan dengan
menafsir dan merekontruksi kembali ajaran agama bagi aksi kemanusiaan global tanpa
memandang latar belakang pemeluk agama. Buku ini diawali oleh pengantar dari penulis dan
juga pengantar dari Zuhairi Misrawi, Intelektual Muda NU sekaligus Ketua Moderate Muslim
Society. Zuhairi menjelaskan panjang lebar tentang sejarah dan tindakan ekstrem pengikut
Wahabi serta memetakan kelompok Islam menjadi kelompok wahabisme total, kelompok
wahabi cenderung moderat dan kelompok anti Wahabisme. Zuhairi mengakhiri pengantarnya
dengan mendorong NU dan Muhamaddiyah mencegah pengaruh wahabisme yang berpotensi
melahirkan terorisme.
Kesimpulan
Saran pada buku ini akhirnya menempatkan bahwa terorisme yang harus dimusuhi adalah
terorisme fisik khususnya yang dilakukan oleh AlQaeda dan kelompok Wahabi kontemporer
lainnya sebab aktivitas fisik mereka mulai merambah dan membahayakan ketahanan nasional
dari aspek ideologi hankam dan kemanusiaan. Adapun terroris mefisik yang dilakukan oleh
Amerika masa kini terhadap Iraq Afghanistan dan belahan bumi lainnya tidak perlu disikapi.
Untuk mencegah terorisme fisik nasional tersebut tiada lain adalah dengan mencegah
berkembangnya paham wahabi ekstrim dan gerakan gerakan transnasional (asing). Sengaja
kata (asing) dituliskan sebab pada hakekatnya organisasi keagamaan lokal seperti NU dan
Muhammadiyah sebenarnya telah menjadi organisasi transnasional yang memiliki cabang di
berbagai negara.