Anda di halaman 1dari 9

IDEOLOGI DAN AGENDA SALAFI DI INDONEISA

Mata Kuliah Aqidah Salafi

Dosen Pengampu : Misbah Khoiruddin Zuhri, MA

Disusunoleh :

Fajar Baskoro (1804016095)

Asriyati Syarifah Fajrina (1804016096)

Gita Fajriyani (1804016098)

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, muncul fenomena baru dimana masyarakat
kembali bersemangat mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Hal ini dibuktikan dengan
semakin maraknya kajian-kajian baik di kampus, kantor, maupun masjid-masjid.
Salah satu kelompok kajian yang diminati adalah kajian ahl al-Sunnah wa al-
Jamā’ah1 atau populer juga dengan sebutan Wahhābi Salafi.
Menurut Greg Fealy dan Anthony Bubalo dalam bukunya Joining the Caravan
The Middle East, Islamism and Indonesia terjadi pergeseran Indonesia dari pola
moderat berubah menjadi sumbu gerakan radikalisme yang berskala global. Padahal
Indonesia adalah negara yang sering dikutip sebagai contoh yang baik masyarakat
muslim yang awalnya cenderung lembut, namun kemudian mengalami radikalisasi
akibat pengaruh ideologi dan kebudayaan luar. Indonesia, menurutnya, merupakan
contoh sempurna dari pergeseran peta demografis itu. Dibanding negara lain, saat ini
Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia. Menurut Imadadun Rahmat,
hal itu karena Timur Tengah merupakan sentrum keagamaan bagi umat Islam di
seluruh dunia, termasuk umat Islam di Indonesia. Sehingga hubungan Islam di dua
wilayah tersebut sangat erat. Menurutnya, hubungan antara Islam dengan Timur
Tengah ini melibatkan proses historis yang kompleks dan panjang dengan melacak
masa-masa awal kedatangan dan penyebaran Islam di Nusantara hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ideologi Aliran Salafi ?
2. Bagaimana Agenda Salafi di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Ideologi Aliran Salafi.
2. Mengetahui Agenda Salafi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ideologi Salafi

Munculnya gerakan salafi berawal dari gerakan yang dipelopori oleh Muhammad
bin Abdul Wahhab (1703-1794) M, yang belakangan dikenal dengan gerakan wahabi.
Gerakan ini mengajak seluruh umat islam kembali kepada fundamen-fundamen islam
yang murni, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, dan melakukan pembersihan tauhid dari
berbagai kesyirikan.1 Gerakan ini berawal di daerah Uyaynah, sebuah daerah yang
sekarang terletak di bagian timur Negara Saudia Arabia.

Muhammad bin Abdul Wahhab mengembangkan dakwahnya dengan berpedoman


pada prinsip-prinsip dasar yakni : (a) menghidupkan ilmu-ilmu keislaman(al-ilmu) (b)
memurnikan tauhid dan memberantas kemusyrikan (at-tauhid) (c) menghidupkan sunnah
dan memberantas bid’ah (as-sunnah) (d) pemurnian khasanah ilmu-ilmu keislaman (at-
tasfiyah) (e) menyebarkan ajaran islam yang lurus (ad-dakwah) (f) menganjurkan
kebaikan dan mencegah kemunkaran (amarma’rufnahimunkar) (g) menegakkan hukum
allah dalam pemerintahan dan masyarakat (that biqussyaria’h) (h) membuka pintu-pintu
ijtihad untuk menjawab masalah-masalah kontemporer umat (al-ijtihad) (i) membela
agama allah dan negeri-negeri Muslim dengan kekuatan senjata (jihad fi sabilillah) dan (j)
mensucikan jiwa (at-tazkiyah).

Diawal kemunculannya, Ibn Abdul Wahhab banyak mengkritisi praktik-praktik


peribadatan Islam yang menurutnya banyak yang menyimpang dari ajaran Islam yang
sesungguhnya (Al-Qur’an dan Sunnah). Ia berupaya meluruskan semuanya. Sayangnya,
ia hanya memahami dalil-dalil teks suci umat islam tersebut dengan pemahaman harfiah
yang kaku. Semua orang islam yang tidak sepaham dengan ajaran Ibnu Abdul Wahhab
dan pengikutnya dianggap kafir, musyrik, dan murtad.

Dalam perkembangannya, setelah tidak sabar dengan proses dialog dalam


melakukan perubahan, Ibnu Abdul Wahhab menyimpulkan bahwa kata-kata saja tidak
cukup, dia berusaha melakukan perubahan melalui perbuatan. Dalam hal ini ia mendapat
dukungan kekuatan dan senjata dari pemerintah Uyaynah, Utsman bin Muammar, karena
ia menikahi bibi penguasa tersebut.

Paham mereka yang mengatas namakan pemurnian akidah dengan cara


menghancurkan segala bentuk inovasi dalam beragama meskipun dengan kekerasan dan
pembantaian, juga menolak paham-paham madzab dengan mengembalikan seluruh
hukum islam langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka menyebut ini semua
sebagai dakwah, amarma’ruf nahi munkar, dan jihad. Terminology yang sebenarnya tidak
mempunyai konotasi kekerasan dalam bentuk apapun2.

1
Ahmad DumyathiBashori, “Eksistensi Islam di Timur Tengah dan Pengaruh Globalnya” …,,hlm. 96.
2
Abdurrahman Wahid (ed.), Op. Cit., hlm. 67-69.
Demi penyebaran ideologi ini, dengan finansial yang berlimpah, mereka
bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin, yang terkenal memiliki kader-kader yang
terpelajar, tetapi tidak memiliki dan memadai. Perkawinan dua gerakan ini melahirkan
gerakan-gerakan Islam garis keras yang tersebar di dunia hingga dewasaini. 3

Kemunculan gerakan salafi di Indonesia diawali dengan kembalinya pemuda


Sumatera Barat yang pergi haji sekaligus menuntut ilmu di kerajaan Arab Saudi pada
awal abad ke-19, yang banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaharuan yang
dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Pemuda itu
adalah Haji Abdurrahman, dan Haji Muhammad Arif. Mereka terpesona dengan ideologi
Wahhabi yang mereka pelajari selama di sana, sehingga mereka menyebarkan ideology
ini ketika mereka tiba di tanah air. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang
kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya
adalah Tuanku Imam Bonjol.4

Menurut catatan BIN (BadanIntelejenNasional), memang Gerakan Salafi tidak


selalu disertai dengan kekerasan, karena gerakan ini terbagi menjadi dua, yaitu “Salafi
Jihadi” dan “ Salafi Dakwah”. Salafi jihadi merupakan kolaborasi Wahhabi dan Ikhwanul
Muslimin yang cenderung menggunakan kekerasan dalam penyebaran ideologinya.
Adapun Salafi dakwah, juga dikenal dengan Salafi Sururi, adalah gerakan Wahhabi
internasional yang berkembang melalui jaringan guru-murid, terutama melalui alumni
LIPIA. Gerakan Salafi Dakwah ini menyebarkan paham-paham ideologi mereka yang
tekstual dengan memurnikan akidah, bersifat politik, dan tidak disertai kekerasan fisik.
Gerakan ini banyak disebarkan di pesantren-pesantren yang pendirinya merupakan
alumni LIPIA atau Timur Tengah, khusunya dari daerah Saudi Arabia.5

Selain itu juga ada Laskar Jihad Indonesia. Ideologi keagamaan Laskar Jihad
adalah Islam fundamentalis-radikal dan terinspirasi dari ideologi Wahabi. Laskar Jihad
mengedepankan sikap eksklusivisme beragama dan bermasyarakat. Memberi label „kafir‟
kepada pengikut ormas Islam seperti NU dan Muhamamdiyah, dan menuntaskan
persoalan dengan cara-cara kekerasan. Mereka juga anti peradaban Barat secara total
termasuk sistempolitik, produk Barat seperti sistem demokrasi,memperlakukan kaum
non-muslim dengan sangat diskriminatif melalui konsep Dar al-Islam dan Dar al-Kafir,
dan menolak wanita menjadi presiden.6

3
Ibid.,hlm. 83.
4
Abu Abdirrahman Al-Thalibi. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi (Jakarta
:Hujjah Press) 2006, hlm. 10 dan 30-31. Lihatjuga Abdurrahman Wahid (ed), Op. Cit., hlm. 93.
5
BadanIntelejenNasional, “Gerakan Islam TransformasidanPengaruhnya di Indonesia.
Dalamwww.scribd.com/doc/29986686/Gerakan-Islam-Transnasional, diaksestanggal 05 November 2011.
6
Moh. Sholehuddin, IdeologiReligio-PolitikGerakanSalafiLaskar Jihad Indonesia, Jurnal Review Politik Volume
03, No 1, Juni 2013, hal 65.
B. Agenda Salafi di Indonesia

Di era reformasi sekarang ini, strategi Salafi mengalami kemajuan yang pesat. Mereka
bergerak lebih leluasa dengan mendirikan yayasan-yayasan yang bermanhaj Salafi,
mengorganisir kelompok-kelompok kajian Islam, dan yang paling fenomenal adalah
mendirikan gerakan para-militer seperti Laskar Jihad.

Tahun 1967 didirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) oleh Muhammad
Natsir (1908-1993). Organisasi ini merupakan agen kampanye anti-Syiah di Indonesia.
Aktivitas DDII dalam dakwah dan pendidikan membantu pembangunan masjid, panti
yatim piatu, rumah sakit, sekolah Islam, pembagianal-Qur’an gratis dan buku-buku, dan
pelatihan da’i. DDII menyelenggarakan program ‘da’i transmigrasi’, sebuah program
yang memfasilitasi dan menyalurkan para da’i ke berbagai tempat terpencil. DDII juga
menerbitkan majalah bulanan “Media Dakwah” sebagai salah satu media dakwahnya.
Setiap tahun sejak 1975, DDII memberikan beasiswa kepada para pelajar Muslim untuk
disekolahkan ke universitas-universitas di Timur Tengah, tak terkecuali Arab Saudi dan
Yaman.

Kemudian berdirinya Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (LIPIA).
Lembaga ini sengaja didirikan untuk membendung pengaruh Syiah pasca revolusi Iran
1979 masuk ke Indonesia. Menurut Ja’far Umar Thalib ada empat tujuan dakwah Salafi:
pertama, mengajarkan pemahaman agama yang benar kepada kaum Muslim dengan
menunjukkan pemahaman yang lengkap untuk menjawab permasalahan kehidupan.
Kedua, meluruskan penyimpangan-penyimpangan pemahaman di kalangan kaum Muslim
dari bid’ah dan kufur. Ketiga, menghidupkan, memasyarakatkan, dan mengokohkan
amalan-amalan yang pernah diajarakan dan dilakukan Rasulullah. Keempat,
menumbuhkan persaudaraan dan kesatuan umat Islam atas dasar loyalitas dan kecintaan
kepada Sunnah Rasulullah (alwala’) dan kebencian kepada bid’ah dan kufur (al-bara’).

Adapun proses yang yang dilakukan kalangan Salafi dalam menyebarkan ajaran Islam
sesuai dengan manhaj salaf al-shalih yaitu dengan pendidikan (tarbiyah) dan pemurnian
(tasfiyah).

1. Halaqah dan Daurah


Daurah secara bahasa berarti “giliran”. Sedangkan menurut istilah yaitu suatu
pelatihan atau pengajian yang diadakan dalam waktu dan tempat tertentu yang
telah disepakati, disaat itu peserta berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang telah
direncanakan. Halaqah menurut bahasa bermakna “lingkaran”. Sedangkan
menurut istilah yaitu forum untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman, dimana
seorang ustaz atau pengajar memberikan pelajaran-pelajaran berdasarkan buku-
buku tertentu dan para peserta atau murid-muridnya duduk melingkar untuk
mendengarkan dan menyimak materinya.
2. Mendirikan Yayasan
Meningkatnya generasi muda yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang
bermanhaj Salafi hasil dari daurah dan halaqah membuktikan bahwa dakwah
model tersebut berhasil. Menyikapi hal tersebut, para tokoh Salafi mendirikan
yayasan yang kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan seperti pondok
pesantren dan lembaga kursus bahasa Arab. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan
halaqah dan daurah bisa diselenggarakan lebih efektif dan efesien.

a. Yayasan al-Sofwah
Yayasan al-Sofwah didirikan oleh Muhammad Yusuf Harun, alumni
Universitas Muhammad bin Saud. Yayasan ini bermaksud dan bertujuan
merealisasikan pembangunan dan saling tolong menolongdalam kebajikan dan
taqwa, guna mencapai kehidupan lahir dan bathin yang layak bagi manusia
terutama masyarakat Islam dalam arti yang seluas-luasnya untuk meraih Ridho
Allah.
b. Pondok Pesantren Imam Bukhari
Pondok Pesantren Imam Bukhari adalah lembaga pendidikan Islam
swasta yang dirintis oleh Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta pada 6 Juni
1994, dan secara resmi berdiri tanggal 1 Juli 1999. Tujuan pendirian Pondok
Pesantren Imam Bukhari adalah untuk membentuk sebuah sistem pendidikan
berbasis pesantren yang bisa memberikan pengajaran dan pendidikan Islam
kepada para santri untuk menjadi Generasi Thalibul ‘Ilmi yang bermanhaj
Salaf dalam Berakidah, Beribadah, Berakhlaq, Bermuamalah dan Berdakwah,
sekaligus sebagai lembaga yang bisa menjadi salah satu pusat kegiatan
dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Karanganyar - Solo.
3. Mendirikan dan Mengembangkan Media Siaran
Pentingnya sebuah komunikasi membuat kalangan Salafi membuat dan
mengembangkan media komunikasi, misalnya: stasiun televisi dan radio, website,
dan penerbit. Berikut media komunikasi yang didirikan oleh kalangan Salafi.
a. Stasiun televisi, antara lain: (a) Dakwah TV; (b) Insan TV; (c) Ahsan TV; (d)
Rodja TV; (e) Dewan Dakwah TV.
b. Stasiun radio, antara lain: (a) Radio Rodja 756 am di Bogor; (b) Radio Rodja
1476 am di Bandung; (c) Radio Kita 105,2 fm di Madiun; (d) Radio Bass 93,2
fm di Salatiga; (e) Radio As Sunnah 92,3 fm di Cirebon; (f) Radio Hang 106
fm di Batam; (g) Radio Idzaatul Khoir 92,6 fm di Ponorogo; (h) Radio Muslim
107,8 fm di Yogyakarta; (i) Radio Kajian Online di Medan; (j) Radio Suara
Qur’an 94,4 fm di Solo; (k) Radio Nurussunnah 107,7 fm di Semarang; (l)
Radio Al Iman 77 am di Surabaya; (m) RadioAnnajiyah di Bandung; (n)
Radio Suara Qur’an 106,7 fm di Lombok; (o) Radio Al Hikmah 107 fm di
Banyuwangi; (p) Radio Hidayah 104,4 fm di Pekanbaru; (q) Radio Kajian
Barando di Medan; (r) Radio Annash di Jakarta; dan (s) Radio Mu’adz 94,3
fm di Kendari.
c. Internet, website digunakan untuk menerjemahkan dan menyebarkan karya-
karya ulama salafi dan pengunjung bebas untuk meng-upload-nya dalam
internet, antara lain: Maktabah Abu Salmaal-Atstari (http://dear.to/abusalma),
Kampung Sunnah (http://kampungsunnah.wordpress.com), dan Maktabah
Raudhah alMuhibbin (http://www.raudhatulmuhibbin.org). Di samping itu,
adapula website yang dijadikan sumber rujukan dalam memahami akidah dan
manhaj Salafi, misalnya: www.almanhaj.or.id; www.kajian.net;
www.muslim.or.id; dan www.salafy.or.id.
d. Penerbitan, salah satu ciri-ciri penerbit yang bermanhaj Salafi yaitu
menerjemahkan karya-karya ulama Salafi dan menerbitkan tulisan dan
pemikiran tokoh-tokoh Salafi Indonesia, misalnya: Pustaka Sahifa, Media
Hidayah, Pustaka as-Sunnah, Griya Ilmu, Pustaka Azzam, Maktabah Salafy
Press, Pustaka al-Kautsar, Pustaka Salafiyah, dan Pustaka al-Qawam.7

7
Muhammad Ali Chozin, StrategiDakwahSalafi Di Indonesia, JurnalDakwah, Vol. XIV, No. 1 Tahun 2013, hal22.
KESIMPULAN

Gerakan salafi yang dalam gerakannya ingin mengajak umat islam kembali
kepada fundamen-fundamen islam yang murni, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, dan
melakukan pembersihan tauhid dari berbagai kesyirikan. Dan mengembangkan
dakwahnya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar yakni : (a) menghidupkan
ilmu-ilmu keislaman(al-ilmu) (b) memurnikan tauhid dan memberantas kemusyrikan (at-
tauhid) (c) menghidupkan sunnah dan memberantas bid’ah (as-sunnah) (d) pemurnian
khasanah ilmu-ilmu keislaman (at-tasfiyah) (e) menyebarkan ajaran islam yang lurus (ad-
dakwah) (f)menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran (amarma’rufnahimunkar)
(g) menegakkan hukum allah dalam pemerintahan dan masyarakat (that biqussyaria’h) (h)
membuka pintu-pintu ijtihad untuk menjawab masalah-masalah kontemporer umat (al-
ijtihad) (i) membela agama allah dan negeri-negeri Muslim dengan kekuatan senjata
(jihad fi sabilillah) dan (j) mensucikan jiwa (at-tazkiyah).

proses yang yang dilakukan kalangan Salafi dalam menyebarkan ajaran Islam sesuai
dengan manhaj salaf al-shalih yaitu dengan pendidikan (tarbiyah) dan pemurnian
(tasfiyah). Mulai dari adanya pelatihan dan pengajian dalam waktu dan tempat tertentu
yang sudah disepakati, mendirikan yayasan, juga mendirikan dan mengembangkan media
siaran.
Daftar Pustaka

Muhammad Ali Chozin. 2013. Strategi Dakwah Salafi Di Indonesia. Jurnal Dakwah,
Vol. XIV, No. 1.

Moh. Sholehuddin. 2013. Ideologi Religio-Politik Gerakan Salafi Laskar Jihad


Indonesia. Jurnal Review Politik Volume 03, No 1.

Ubaidillah, Global Salafisme Dan Pengaruhnya di Indonesia. Thaqafiyyat, vol. 13, No. 1,
Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai