Anda di halaman 1dari 19

TANTANGAN ASWAJA di TENGAH

GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL


(AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH)
KELAS AB

Kelompok 8:
1.Sri Rejeki 181120002195
2.David Zaenal Anwar 181120002208
Gerakan Islam Transnasional

Menurut Masdar Hilmy, istilah gerakan Islam transnasional di


Indonesia kemungkinan pertama kali digunakan oleh Syafii
Maarif atau A. Hasyim Muzadi untuk menyebut kelompok
Islamis yang membawa misi transformasi sosial-keagamaan
secara radikal yang bersifat melintasi batas-batas nasionalisme
keindonesiaan. Gerakan itu dinilai Hilmy telah melakukan
transmutasi teologis-ideologis terhadap doktrin-doktrin
keagamaan secara verbatim dan bulat-bulat dari sumber asalnya
ke konteks Indonesia tanpa dibarengi dengan upaya
kontekstualisasi doktrin secara signifikan, dan lebih
mengedepankan proses arabisasi, ketimbang indonesianisasi
Islam
AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
PENGERTIAN VALUTA ASING

Kehadiran gerakan-gerakan baru itu turut melahirkan apa yang


disebut oleh Yon Machmudi sebagai “santri baru”, yang memiliki
orientasi politik, ideologi keagamaan, dan sikap terhadap tradisi
yang berbeda dari “santri lama”. Kemunculan mereka bukan
sekadar dipengaruhi oleh dinamika Islam lokal-nasional, namun
lebih dari itu, ia sangat dipengaruhi oleh dinamika Islam
internasional. Sebagian dari mereka tetap menjaga hubungan
dengan gerakan-gerakan Islam mainstream (santri lama), sebagian
lain menjaga jarak, dan sisanya menampakkan orientasi yang
radikal.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
Aliran-aliran Transnasional

1. Salafi Wahabi

2. IKHWANUL MUSLIMIN 
3. HIZBUT TAHRIR 

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
1. SALAFI
WAHABI
Nama Wahhābiyah adalah nisbat kepada Muhammad ibn Abdul Wahhab, penggagas dan guru
pertama kelompok ini. Kaum Wahabi sendiri tidak mengakui Wahabi sebagai nama bagi
kelompok mereka. Menurut mereka, nama tersebut ditempelkan oleh orang lain kepada
mereka, sedang mereka sendiri menyebut diri mereka Salafiyyīn, artinya penganut ulama salaf.
Di Indonesia kader-kader mereka muncul dengan nama Salafī
mereka cenderung membesar besarkan perbedaan hingga ke tingkat tabdi‟ (menuduh bid‟ah)
atau bahkan takfīr sehingga sering memicu ketegangan dengan kelompok-kelompok Muslim
lainnya. Maka tidak perlu heran jika kebanyakan ulama kontemporer di dunia Islam menuduh
Wahabi sebagai bayang-bayang Khawarij di abad moderen

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
1. SALAFI
WAHABI
doktrin mereka tidak memberi sedikit pun ruang bagi toleransi. Setiap paham yang berbeda
harus dilawan dengan kekerasan. Seperti dikatakan oleh MN Harisuddin, tipologi Wahabi
terletak dalam dua hal, pertama, ketika belum memiliki kekuatan fisik dan militer mereka
melakukan kekerasan secara doktrinal, intelektual dan psikologis dengan menyerang siapa saja
yang berlawanan dengan mereka melalui berbagai media dengan jargon-jargon kufur, syirik,
murtad dan bid‟ah. Membanjirnya bukubuku mereka di toko-toko Gramedia, Toga Mas dan
lainnya termasuk dalam kategori ini.
Kedua, setelah mereka memiliki kekuatan fisik dan militer mereka melakukan kekerasan fisik
dengan cara amputasi, pemukulan, bahkan pembunuhan. Ironisnya, semua itu mereka lakukan
dengan dalih, amar ma‟ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah (MN. Harisuddin, tt.)

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
1. SALAFI
WAHABI
Gerakan Salafi di Indonesia ditrasmisikan oleh sekelompok sarjana yang telah
kembali dari belajar di Saudi Arabia dan menyasar kalangan mahasiswa dan
sejumlah madrasah. Bruinessen menyebut beberapa model Salafi, yaitu: Salafi
murni yang apolitis dan direstui pemerintah Saudi, Salafi politis atau harakî
yang muncul akibat persentuhannya dengan gagasan al-Ikhwân al-Muslimûn,
serta Salafî jihâdî yang memiliki jaringan dengan al-Qaeda. Menurut
Bruinessen, Gerakan Salafi kurang bersentuhan dengan masyarakat hingga—
paling tidak— pada tahun 1999 ketika terjadi konflik antar-umat beragama di
Maluku, ketika itu mereka memobilisasi diri untuk berjihad di sana

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
1. SALAFI
WAHABI
Wahabi-Salafi menyebarkan paham mereka dengan berbagai cara mulai dari
pendekatan personal sampai dakwah terbuka di atas mimbar dan tak jarang
diikuti juga dengan dialog interaktif. Di samping itu, dengan memanfaatkan
potensi dana yang digelontor dari negara asalnya, Arab Saudi, mereka
menerbitkan buku – buku, buletin dan majalah yang didistribusikan secara
cuma-cuma, serta membangun stasiun-stasiun televisi dan radio di berbagai
daerah strategis. Daya tarik mereka, terutama di kalangan pemuda kampus,
terletak pada pemaparan dalil-dalil atas setiap klaim yang mereka sampaikan.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
IKHWANUL MUSLIMIN

Kajian mengenai Ikhwanul Muslimin, tidak bisa dilepaskan dengan


sosok Hasan al-Banna sebagai pencetus gerakan Ikhwanul Muslimin.
Gerakan Ikhwan didirikan di Ismailiyah pada tahun 1928 oleh Hasan
al-Banna (1906-1949) untuk menyebarkan Islam berdasarkan “Cinta,
Persaudaraan dan Persahabatan”. Pada prinsipnya, Ikhwanul Muslimin
beranggapan bahwa Islam adalah sistem yang menyeluruh yang
menyentuh seluruh bidang dan sendi kehidupan.. Makna dari semua itu
adalah akidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan
tidak lebih. Dalam pernyataannya Imam Hasan al-Banna menyebut
istilah syamil (universal), kamil (sempurna) dan mutakamil (integral),
untuk Islam dan nilai yang diperjuangkan.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
IKHWANUL MUSLIMIN
Nilai perjuangan al-Banna yaitu untuk menyerukan pemerintah Mesir pada khususnya dan
bangsa Arab dan Islam untuk kembali kepada Islam. Beberapa pemikiran Al Ikhwan (Saqiv,
1997: 29) antara lain:
1.Inklusifitas Islam. Islam adalah agama dan negara, ibadah dan jihad, ketaatan dan perintah,
kitab (mushaf) dan pedang (saif) (Al Bana, 1966: 145).
2.Islam harus dikembalikan kepada ajaran awalnya. Pada konferensi ke-5 Ikhwan yang
diselenggarakan pada tahun 1938, Hasan al Banna menyatakan “kita harus mengambil
ketentuan-ketentuan Islam dari sumber-sumbernya yang asli dan memahami Islam
sebagaimana dipahami oleh pengikut Nabi dan murid mereka dari generasi salaf yang saleh
(Al Bana, 1977: 145).
3.Pan-Islam. al-Banna menyatakan dengan jelas bahwa setiap milimeter tanah tempat bendera
Islam berkibar adalah tanah air bagi setiap muslim dan harus dipertahankan. Seluruh umat
Islam adalah satu umat, dan tanah air Islam adalah satu tanah air.
4.Konsep khilafah dipahami sebagaimana sebelumnya. Dalam konferensi yang sama, al-
Banna menegaskan bahwa Ikhwan meyakini khilafah merupakan simbol kesatuan Islam
(Ramadhan, 1977: 29)
5.Pemerintah Islam. Dalam Islam, Ikhwan menurut al-Banna, pemerintahan Islam merupakan
ajaran dasar. AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
IKHWANUL MUSLIMIN

Gagasan-gagasan al-Ikhwân al-Muslimûn memiliki pengaruh dominan dalam


gerakan usrah melalui karya-karya nya. Selain itu, beberapa aktivisnya juga
menjalin jaringan dengan organisasi pemuda Islam inetrnasional. Kebanyakan
gerakan usrah bersifat apolitis dan menekankan pada perbaikan moral-
personal anggotanya. Namun demikian, beberapa di antara mereka berafiliasi
dengan beberapa tokoh NII/TII (Negara Islam Indonesia/Tentara Islam
Indonesia), seperti Abu Bakar Baasyir yang meyakini pada pentingnya
mendirikan negara Islam dan penerapan sharî‘ah
.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
IKHWANUL MUSLIMIN

Ikhwanul Muslimin menjadi sebuah gerakan yang besar karena Hasan al-
Banna menggunakan konsep dakwah yang komprehensif. Manajemen dan
strategi dakwah yang digunakan oleh Ikhwanul Muslimin di antaranya
mendirikan madrasah, sekolah ma’had, mendirikan panti asuhan. Selain
pembangunan fisik, Ikhwanul Muslimin juga melakukan kajian-kajian di
masjid, menerbitkan majalah al ikhwan al muslim tahun 1942-1948, membuat
sistem usrah, nizam khas, mendirikan sekolah jumat serta organisasi jawwalah
(kepanduan/ pramuka), serta masih banyak lainnya.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
HIZBUT TAHRIR

Kata Hizb al-Tahrīr dalam bahasa Arab berarti Partai Pembebasan. Ini adalah partai politik
Islam yang didirikan oleh Syaikh Taqiyy al-Dīn al-Nabhāni di Suriah pada tahun 1953. Partai
ini mengusung missi menegakkan kembali negara khilafah Islam di muka bumi (Abdullah, tt.)
Issu sentral partai ini adalah berdirinya kembali negara khilafah. Menurut Hizbut Tahrir,
menegakkan negara khilafah adalah wajib hukumnya bagi kaum Muslim, dan itu harus
diperjuangkan sesuai dengan ketentuan hadits riwayat Abu Hurairah dalam Sahih Muslim di
mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kaum Bani Israel selalu dipimpin
oleh para nabi. Bila seorang nabi meninggal dunia, maka seorang nabi yang lain
menggantikannya. Setelah aku nanti tidak akan ada nabi, tetapi akan ada khalifah-khalifah
yang banyak.” Para Sahabat bertanya: “Apa perintahmu kepada kami?” Beliau menjawab:
“Penuhilah dengan membai‟at yang pertama, kemudian yang berikutnya. Penuhilah
kewajiban kalian terhadap mereka, karena Allah akan bertanya pada mereka tentang apa yang
menjadi tanggung jawab mereka.”

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
HIZBUT TAHRIR

Meskipun bergerak dalam bidang politik, tetapi sebagai satu kelompok keagamaan
Hizbut Tahrir mempunyai beberapa prinsip aqidah. Celakanya, beberapa prinsip
aqidah mereka berbeda dengan yang dianut oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah pada
umumnya. Berikut uraiannya.

Aqidah Hizbut Tahrir


1) Tidak percaya pada adanya takdir.
2) Tidak percaya pada adanya siksa kubur.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
HIZBUT TAHRIR

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengusung gagasan negara


khilâfah muncul di Institut Pertanian Bogor (IPB) di awal 1980-an dan
menjadi gerakan bawah tanah hingga 1998. Kelompok yang menolak
demokrasi liberal ini memiliki pengikut yang cukup besar di kalangan
muda terdidik, dan secara aktif terus melakukan rekrutmen anggota
baru. Pada 2007 HTI melakukan show a force dengan melibatkan tidak
kurang dari 100.000 orang

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
HIZBUT TAHRIR

Hizbut Tahrir dipropagandakan terutama di kalangan pemuda kampus


melalui diskusi-diskusi ilmiah dalam forum-forum kegiatan ekstra
kurikuler. Mereka juga rajin menerbitkan media cetak mulai dari buletin,
majalah dan buku-buku. Sementara itu di luar kampus mereka juga
proaktif melakukan pendekatan terhadap masyarakat awam secara
personal dan melalui kelompok-kelompok kegiatan yang ada di desa-
desa

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
2.4 Pemeliharaan Faham ASWAJA

Pemerintah Indonesia, ulama dan organisasi masa Islam memiliki


tanggungjawab untuk memelihara faham ASWAJA. Doktrin ASWAJA
dan ideologi Pancasila memiliki watak yang sama, yaitu moderasi.
Bagaimana umat Islam Indonesia yang jumlahnya paling besar dalam
komposisi kependudukan, menerima Pancasila sebagai dasar negara?
Jawabnya adalah Pancasila itu moderasi antar faham, aliran, golongan,
ras. ASWAJA juga sebuah faham moderat dalam Islam. Ia merupakan
jalan tengah antara radikalisme dan liberalisme. ASWAJA menghargai
pluralitas, perbedaan termasuk beda agama dan keyakinan, karena
wahyu dan pengalaman sejarah menuntunnya untuk menghargai
perbedaan tersebut.

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
2.4 Pemeliharaan Faham ASWAJA

Atas dasar itulah, lembaga pendidikan dan pengajaran agama baik di


rumah tangga, sekolah maupun masyarakat terus menerus mengajarkan
faham ASWAJA. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi pengawal
kelurusan akidah dan akhlak umat Islam melalui Komisi Pengkajian dan
Komisi Fatwa. Pemerintah, khususnya Kementerian Agama RI telah
memiliki unit kerja untuk melakukan penelitian dan pengembangan
kehidupan keagamaan yang salah satu hasilnya adalah pengumpulan
informasi tentang paham, aliran dan gerakan keagamaan termasuk yang
bermasalah dan cara penanganannya

AHLUSSUNNAH WA AL JAMA’AH
Loading… TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai