Anda di halaman 1dari 23

Nama : Luthfi Nur Laely

NIM : 181120002144

Kelas : AB

RESUM AUDITING

 Kelompok 7
(Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedures, Audit Teknik, Resiko Audit dan
Mateerialitas)
Audit Plan
(Agoes, 1996) mengungkapkan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-
baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”.Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa sebelum menjalankan program audit dan
menyusun prosedur audit, maka para auditor harus menyusun audit plan yang
baik.Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup
audit yang diharapkan disusun segera setelah Management Letter (surat perikatan)
disetujui klien.
Menurut Boynton et al (2006:284) perencanaan audit atau audit
planmelibatkan pengembangan suatu strategi menyeluruh untuk pelaksanaan dan
penentuan lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan audit dengan
suatu sikap skeptisme profesional mengenai hal-hal seperti integritas manajemen,
kekeliruan dan ketidakberesan, serta tindakan melawan hukum (Novianty, 2020).
Dalam audit plan, yang harus dipertimbangkan seorang auditor antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana
satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya
b. Kebijakan  dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang segnifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
d. Penetapantingkat resiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tentang tingkat meterialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
resiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas (sebagai
contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk
menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian).
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan
supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan
satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan
usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi:
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan,
laporan audit tahun lalu
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor
akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha
c. Mengajukan pertanyaan terhadap perkembangan bisnis saat ini yang berdampak
terhadap satuan usaha
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan
e. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris, atau
komite audit
f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru
g. Mengkoordinasi bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data
h. Menentukan luasanya keterlibatan jika ada konsultan, spesialis, dan auditor intern
i. Membuat jadwal pekerjaan audit ( time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan
informasi tentang tujuan audit  yang akan dilakasanakan sehingga auditor dapat
mengartisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.
Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus
memahami bisnis lien dengan sebaik-baiknya (understanding client business), termasuk
sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode
produksi, pemasaran, distribusi dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui
pengalaman dengan satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan
kepada pegawai perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi
informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karateristik
operasi, serta auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industry, laporan
keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks, majalah, dan perorangan yang
memiliki pengetahuan mengenai industry.
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:
a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus
b. Menilai kondisi yang didalamnya dat akuntansi yang dihasilkan, diolah, di-review dan
dikumpulkan dalam organisasi
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan
piutang ragu-ragu persentase penyelesaian kontrak jangka panjang
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapanya
Supervisi mencakup pengaraha usaha asisten yang terkait dalam pencapaian
tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervise adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetatp menjaga penyampaian informasi masalah-
masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang
dilaksanakannya, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor
akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak
factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang kutan dengan
melaksanakan audit.
Para asisten harus di beritahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur
audit yang mereka laksanakan. Mereka harus di beritahu hal-hal yang kemungkinan
berpengaruh terhadap sifat, luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti
sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah
akuntansi dan audit. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus
mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing
signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa
signifikan masalah tersebut.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten hrus direview untuk menentukan
apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah
hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien.
Isi dari Audit Plan mencakup:
a. Hal-hal yang mengenai klien
1. Bidang usaha Klien, Alamat, Nomor Telephon, facsimile dan lain-lain
2. Status Hukum Perusahaan ( berdasar akta Pendirian )
3. Accounting policy ( kebijakan akuntansi )
4. Neraca ( laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan penjualan Laba/Rugi
tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara Neraca tahun lalu dan Neraca tahun
sekarang/ bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran
besar kecilnya perusahaan
5. Client contact yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering dihubungi
auditor misalnya:
 Presiden Direktur
 Controller, Chief  Accountant
 Dewan komisaris dan komite Audit
6. Accounting, Auditing & Tax Problem, harus dijelaskan persoalan-persoalan yang
(mungkin) akan dihadapi oleh klien, seperti:
 Accounting Problem, misalnya:
1) Perubahan metode pencatatan dari menual ke computer
2) Revaluasi fixed asset
3) Perubahan metode atau tarif penyusutan
 Auditing Problem, misalnya:
1) Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
2) Perubahan accounting policy
 Tax Problem, misalnya:
1) Masalah restitusi, kekurangan penyetoran
2) Adanya 2 pembukuan
b. Hal-hal yang mempengaruhi Klien, bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat
kabar, antara lain: Business News, ekonomi keuangan Indonesia.
Contoh: adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
c. Rencana Kerja Auditor
Hal-hal yang penting antara lain:
1. Staffing
 Nama partner
 Nama menejer
 Nama supervisor
 Nama senior
 Nama asisten
2. Waktu Pemeriksaan
 Waktu dimulainya suatu pemeriksaan
 Berapa lama waktu pemeriksaan
 Dead line, dalam arti laporan pemeriksaan:
1) Selesai kapan?
2) Dikirim ke mana? Dan waktu sampainya kapan?
3) Kepada siapa report itu dikirim?
 Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan. Tarif yang
dibebankan kepada klien antara lain:
1) Tariff masing-masing staf dan taksiran jumlah jam kerja masing-masing staf antara
lain
- Partner
- Manager
- Senior
- Junior
- Budget per section/ area
(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam), terdiri atas: 10 jam incharge, 50 jam
asisten.
3. Jenis jasa yang diberikan
 General audit
 Special audit
 Bantuan administrasi
 Menyusun laporan posisi keuangan (neraca)/ laba rugi (L/R komperehensif)
 Perpajakan
4. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien
 Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang
 Membuat schedule-schedule:
1) Aging schedule
2) Rincian asset tetap
3) Rincian utang dan piutang
4) Rincian biaya yang masih harus dibayar
5. Time Schedule
Missal:
Bulan November:
 Review Internal Control
 Tentative audit program (aydit program sementara).
Bulan desember:
 Chas Count
 Observasi persediaan.
 Dan lain-lain
Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa jam kira-kira
waktu yang dibutuhkan.

Pada akhir audit plan dituliskan:


 Dibuat oleh:
 Review oleh:
 Approved oleh:
 Kelompok 8 (Pemeriksaan Kas dan Setara Kas)

- Sifat dan Contoh Kas dan setara Kas


Kas merupakan asset lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan.Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut
penerimaan dan pengeluaran kas.Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan,
diperlukan adanya pengendalian intern yang baik atas kas dan setara kas.

Rudianto (2012) berpendapat bahwa kas adalah alat pertukaran yang dimiliki
perusahaan dan siap digunakan dalam transaksi perusahaan, setiap saat
diinginkan.Demi alasan keamanan, biasanya perusahaan menyimpan kasnya di bank
karena disamping lebih aman juga untuk mempermudah pengendalian atas arus
keluar masuknya harta perusahaan.Akan tetapi, disamping menyimpan dananya di
bank, perusahaan juga selalu memiliki kas yang disimpan oleh kasir perusahaan atau
bagian keuangan dan biasanya disebut kas kecil. (Akbar, Ridwansyah, & Nurmala)

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
msenghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Agoes (2012) berpendapat
bahwa setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat liquid yang dimiliki
untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau
lainnya. (Sudarto, 2006)

- Menurut standar Akuntansi Keuangan tahun 1994:


a. Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahan.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa di golongkan sebagai kas dan setara
kas adalah:
 Kas kecil dalam rupiah maupun mata uang asing.
 Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing
 Bon sementara
 Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed
 Check tunai yang akan didepositokan

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan setara kas pada
laporan posisi keuangan (neraca) adalah:

 Deposito berjangka
 Check mundur dan check kosong
 Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu
 Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di
luar negeri, misalnya karena dibekukan.
- Menurut PSAK No.2, hal 2.2 dan 2.3 (IAI : 2002)
Kas terdiri atas: saldo kas dan rekening giro.
Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, brjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi
harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa
mnghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi
baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh
tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Investasi
dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, sebagai contoh, saham preferen
yang dibeli dan akan jatuh tempo serta tanggal penebusan telah ditentukan.
Cerukan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas
perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan
setara kas.

- Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 28)


Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau
lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas
hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak
tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan
sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka
cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.

- Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Kas dan Setara Kas


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan
setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control
atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan
bank berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtansive
test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi
atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank.
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil,
d. Penerimaan kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah
seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya,
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brankas
atau bank,
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan menganggur atau
terlalu banyak disimpan di rekening giro. Jika ada uang kas yang menganggur
sebaiknya disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan surat berharga
yang sewaktu-waktu bisa diuangkan sehingga bisa menghasilkan bunga atau
dividen
g. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus dihindari
penandatanganan check dalam bentuk blanko. Penandatanganan check
harus dilampirkan bukti-bukti pendukung yang lengkap,
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2 orang
untuk menghindari penyalahgunaan
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan,
untuk back up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan yang dilakukan
oleh kasir
j. Digunakan kkwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di
stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk dip roses pembayaran
dua kali (double payment ).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada
dan dimiliki perusahaan.
Maksudnya auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang
dimiliki perusahaan (cash on hand dan in bank) betul-betul ada dan dimiliki
perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena iru
auditor harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi bank.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas.
Jika perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan
pelunasan obligasi berikut bunganya maka dana tersebut tidak dapat dilaporkan
sebagai bagian dari kas di asset lancar.
Begitu juga jika ada saldo rekening giro yang dibekukan karena perusahaan
tersangkut suatu masalah hokum, maka saldo tersebut tidak boleh di laporkan
sebagai bagian dari kas di asset lancar. Hal tersebut harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas/setara kas dalam valuta asing,
apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia (BI) pda tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan
apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
(komprehensif) tahun berjalan.
Misalkan per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank sebesar US
$10.000 yang dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp. 100.000.000,-
Misalkan kurs BI per 31 Desember 2010 : kurs jual 1 US $ 9.600,- dan kurs beli 1
US $ 9.400,-. Maka saldo US $ 10.000 tersebut dikonversikan dalam rupiah
dengan menggunakan kurs 1 US $ = 9.500,. Karena itu harus dibuat adjustment:
Dr. Rugi selisih kurs Rp. 5.000.000,-
Cr. Bank Rp. 5.000.000,-
Untuk mengoreksi selisih kurs dari saldo bank dalam US $ per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca)
5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca)
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
Menurut SAK :
o Kas dan Setara Kas disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset
lancar.
o Kas dan Setara Kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam
asset lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan
dana untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau jika pembatasan
tervebut hanya berlaku selama satu tahun.
o Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek. Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank
yang sama dapat digabung dan disajikan pada laporan posisi keuangan
(neraca) sebagai satu kesatuan.
 Kelompok 9 (Piutang Usaha dan Piutang lainnya)

Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber


terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain:

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan
atau jasa secara kredit.piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di
luar kegiatan usaha normal perusahaan. piutang usaha dan piutang lain-lain yang
diharapkan bias ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai
piutang lancar.

Piutang merupakan bagian dari tagihan kepada perorangan atau individu


atau organisasi yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
tanpa disertai janji tertulis secara formal (=periode jatuh tempo) dimana
pelunasannya kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva
lancar.penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan saat ini
banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tegangan waktu sejak penyerahan
barang atau jasa sampai saat diterima uang (Sihombing, 2013).

Jenis-jenis piutang lain-lain :

a) Piutang Bunga

Pertama, ada piutang bunga dimana, pendapatan ini termasuk bunga yang
belum diterima tapi, sudah dimasukkan kedalam pendapatan oleh basis
akrual.

b) Piutang Pajak

Piutang pajak biasanya terjadi karena adanya kelebihan dalam pembayaran


pajak perusahaan.

c) Piutang karyawan

Piutang pada karyawan biasanya terjadi saat sebuah perusahan


meminjamkan dana atau kredit kepada karyawannya.

- Tujuan Pemeriksaan Piutang

1. untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang dan
transaksi penjualan, piutang, dan penerimaan kas.
2. untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keontetikan) dari pada
piutang.
3. untuk memeriksa collectability (kemungkingan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).
4. untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contigent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih.
5. untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporkan posisi keuangan (neraca)
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi
Keuangan/SAK ETAP.

- Prosedur Pemeriksaan Piutang

1. pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas.
2. buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
3. minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang,
umur piutang, dan kalau bias subsequent collectionsnya.
selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka dan
lain-lain, per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
4. pemeriksa mathematical accuracy-nya dan chek individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ladger.
5. test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. kirimkan konfirmasi piutang :
a. tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat
konfirmasi.
b. tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negative.
c. cantumkan nomor informasi baik di schedule piutang maupun di surat
konfirmasi.
d. jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien yang dicari
perbedaannya.
e. buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
7. pemeriksa subsequent collections dan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan
kas untuk periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai
mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan (audit field work). perhatikan bahwa
yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan
penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8. pemeriksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. peemriksa dasar penentuan allowance for bad debts dan pemeriksa apakah jumlah
yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil.
10. test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca). pemeriksa apakah barang0barang yang dijual melalui invoice sebelum
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikirim per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca). kalau belum dikirim cari tahu alasannya.
pemeriksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan
dalam periode berikutnya.
11. pemeriksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. pemeriksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan (neraca) dilakukan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (sak/etap/ifrs).
13. terik kesimpulan mengenai kewajaran aldo piutang yang diperiksa.
 Kelompok 10(Pemeriksaann Persediaan)

A. Pengertian persediaan
Menurut standar Akuntansi Keuangan ( PSAK: NO. 14, hal 14. 1 s/d 14.2 dan 14.9–IAI,
2002), persediaan merupakan aset:

a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


b. Dalam proses produksi dan atau perjalanan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplis) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa
Adapun sifat-sifat persediaan meliputi:
 Biasanya merupakan aset lancar ( current assets) karena masa perputarannya
biasanya kurang atau sama dengan satu tahun
 Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri
 Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan
perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam mementukan persediaan pada akhir
periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total aset, beban
pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian
deviden dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan
berikutnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah


sebagai berikut:

 Bahan baku (raw materials)


 Barang dalam proses (work in process)
 Barang jadi (finish goods)
 Suku cadang (spare-part)
 Bahan pembantu
 Bahan dalam perjalanan (goods in transit) merupakan barang yang sudah dikirim
oleh supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
 Barang konsinyasi :
Consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada perusahaan lain)
Consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual diperusahaan) tidak boleh
dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 56-57)
Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunkan rumus biaya masuk-
pertama keluar- pertama (MPKP) atau rata-rata terimbang. Rumus biaya yang sama harus
digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk
[persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang
berbeda dapat dibenarkan.Metode masuk terakhir keluar pertam (MTKP) tidak
diperkenankan oleh SAK ETAP.
Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat ditukarkan, barang dan jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
dengan menggunakan identifikasi khusus atas biaya secara individual.
Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya
yaitu nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara penuh ( misalnya karena kerusakan,
keusangan dan penurunan harga. Jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari persediaan
menurun nilainya, maka persediaan harus diukur pada harga jual dikurangi biaya untuk
menyelesaikan dan menjual, serta mengakui kerugian penurunan nilai.

B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan


Adapun tujuan pemeriksaan (Audit objectives) persediaan sebagai berikut:

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada yang
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (volution) sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak
lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescance) sudah dibuatkan
allowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan
yang cukup
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchase/sales commitmen) yang mempunyai pengaruh besar terhadap laporan
keuangan.
9. Untuk mengetahui apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan
Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas perolehan,
penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan
dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:
 Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagian pembelian, penerimaan
barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
 Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut tercetak),
seperti: purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order
pembelian), delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan
barang), sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
 Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,
maupun pengeluaran kas/bank.
 Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan
penerimaan serta pengeluaran kas.
 Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity
dan iron stock.
 Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan
yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada yang
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
Di Amerika pernah terjadi “Robinson Case”, yaitu terdapat perusahaan yang
melaporkan saldo persediaannya sangat besar, yang sebenarnya jumlah tersebut
banyak yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan publik diharuskan untuk melakukan
pengamatan terhadap persediaan perusahaan per tanggal neraca, untuk meyakinkan
keberadaan persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang
dalam perjalanan dan barang konsinyasi (hanya consignment out).

3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan standar


akuntansi keuangan.
Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan (acquisition cost)
dalam hal ini bisa dipilih metode first in first out (fifo) , last in first out (Lifo) atau
Average cost (moving average atau weighted average).
Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat rusak
(hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa dinilai berdasarkan harga jual
untuk barang-barang yang usang, rusak atau bergerak lama bisa diadakan penyisihan
(allowance) sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang
lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi,
penggunaan fifo akan mengakibatkan harga pokok penjualan rendah dan laba kotor
menjadi tinggi penggunaan lifo akan menghasilkan laba kotor yang rendah :
penggunaan average cost akan menghasilkan laba kotor yang lebih kecil
dibandingkan fifo tetapi lebih besar dari penggunaan lifo.
Dari segi undang-undang pajak tidak diperkenankan menggunakan lifo karena berarti
pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan penggunaan fifo dan average cost.
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu perpetual syslem
0 physical (periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian,
perkiraan persediaan akan didebit, setiap ada penjualan, perkiraan persediaan akan
dikredit. digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak pernah didebit
waktu pembedan tidak pemah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika
perusahaan ingin mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus
dilakukan stock opname (perhitu fisik persediaan).

Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada akhir bulan
tanggal tertentu bisa digunakan Retail Inventory Method atau Gross Profit Method.
Namun demikian pada akhir tahun tetap lerus dilakukan stock opname, agar bisa
diketahui berapa saldo persediaan yang betul-betul dimiliki perusahaan. Perbedaan
pencatatan antaa perpetual dan physical inventory system:

Perpectual Physical

Pembelian : DR persediaan xx - DR pembelian xx -


CR utang/kas - xx CR utang/kas - xx
Penjualan : DR piutang/kas xx - DR piutang/kas xx -
CR penjualan - xx CR penjualan - xx
DR harga pokok penjualan xx -
CR persediaan. - xx

Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya


tidak banyak tetapi nilai persediaan perunitnya besar, misalnya diler mobil dan toko
emas. Phisical system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan
perunitnya kecil, misalnya toko bahan bangunan.
5. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan
ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup. Barang-barang tersebut di
atas tidak mungkin lagi di jual dengan harga normal, supaya bisa terjual harus dijual
dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga perolehannya. Karena itu
harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil
(karna akan mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar (akan
mengakibatkan laba terlalu kecil).
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. Salah satu
bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan. Jika
ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (didisclose) dalam
catatan atas laporan keuangan (note to financial statement).

7. Untuk mengetahui apakah persediaan di asuransikan dengan nilai pertanggungan


(insurance coverage) yang cukup. Persediaan harus diasuransikan, sehingga
seandainya terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi dan
perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai
pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan persedian
dengan insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang
lesu, mungkin perusahaan bermaksud membakar persediaannya agar mendapat
keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang
mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. Jika hal tersebut
ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya :
pada tanggal 24 november 2010, perusahaan menandatangin kontrak penjualan
dengan salah satu pelanggannya untuk menjual 10.000 unit barang X dengan harga
jual Rp 100.000 per unit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13
Februari 2011. Ternyata dibulan februari 2011 harga pasar barang X tersebut
meningkat menjati Rp 130.000 per unit. Karena sudah ada sales commitment, maka
perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang tersebut kepelanggannya
sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak, yaitu Rp 100.000 per unit. Dalam
hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X (Rp 130.000 - Rp 100.000) = Rp 300.000.
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Dalam hal
ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan
perusahaan(perpetual atau physical system) dan metode penilaian persediaan yang
digunakan perusahaan (apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO
atau Average cost method), apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas
persedian tersebut.

 Kelompok 11 (Pemeriksaan Aset Tetap)

- Pengertian Aset Tetap


Berdasarkan SAK No. 16aset tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali dalam kondisi tertentu,
misalnya aset yang dimiliki rusak dan dapat dijual.

Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva
yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan
lainnya, ataupun sumber-sumber alam.Aktiva tetap pada awalnya harus diukur
berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva
pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipergunakan.

- Karakteristik utama aktiva

1. Memiliki manfaat di masa yang akan datang.artinya disini adalah dapat digunakan
untuk memproduksi sesuatu yang bernilai bagi kesatuan usaha tersebut.

2. Dapat dikendalikan manfaatnya.Untuk memiliki aktiva, suatu kesatuan harus


mengendalikan manfaat ekonomi suatu elemen dimasa yang akan datang dan pada
umumnya dengan dapat mengatur penggunaan manfaat elemen tersebut.

3. Transaksi sudah terjadi.Manfaat ekonomi di masa yang akan datang suatu aktiva dari
suatu kesatuan usaha merupakan hasil suatu transaksi atau suatu peristiwa seperti
pembelian atau perjanjian persewaan telah terjadi yang memberikan hak
penggunaan dan pengendalian terhadap manfaat ekonomi aktiva tersebut.

- AUDIT OBJECTIVE (TUJUAN PEMERIKSAAN) AKTIVA TETAP

Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
2. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada,
masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode
yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan
benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang
diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah
perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
6. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah
pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
8. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai
(imperment).
9. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

- PROSEDUR PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP


Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.

2. Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal,
penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutannya.

3. Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau
Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.

4. Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan
kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya.

5. Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan
nomor kode dari Fixed Assets.

6. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.

Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta
SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).

Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.

7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan
konsisten dari tahun sebelumnya.

8. Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui


apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures
tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.

9. Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak.

10. Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan


biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.

11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa
apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak.

12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau
menjual Fixed Assets.

13. untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets.

14. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa
apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.

16. periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).

Anda mungkin juga menyukai