Anda di halaman 1dari 17

Makalah Auditing 1

Audit Plan, Audit Program,Audit procedures Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah auditing 1

Dosen Pengampu: RIANA ANGGRAENI RIDWAN S.E.,Msi.

DI SUSUN
O
L
E
H

MAYA SARI

C0221348

AKUNTANSI D 2021

PROGAM STUDI AKUNTASI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
i
BAB 1
PEMBAHASAN

2.1 Audit Plan ( Perencanaan Pemeriksaan )


Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan
prosedur yang berkaitan sering kali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai
penanggung jawab akhir dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan
supervise auditnya kepada staf lain dalam kantor akuntannya (asisten).
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan
dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi
dengan ukuran dan kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai satuan usaha,
dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industry
dimana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa
dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
d. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tentang tingkat meterialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment)
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti resiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau
adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas
(sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap
kontrak/perjanjian).

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan


supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan
satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan
usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi :
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan
keuangan, laporan audit tahun lalu.
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf
kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan
usaha.
c. Mengajukan pertanyaan terhadap perkembangan bisnis saat ini yang
berdampak terhadap satuan usaha.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan
komisaris, atau komite audit.

ii
f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi
dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama
yang baru.
g. Mengkoordinasi bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data.
h. Menentukan luasanya keterlibatan jika ada konsultan, spesialis, dan
auditor intern.
i. Membuat jadwal pekerjaan audit ( time schedule).
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilakasanakan
sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap
hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus


memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client business),
termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan,
metode produksi, pemasaran, distribusi dan lain-lain.

Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui


pengalaman dengan satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan
kepada pegawai perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi
informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karateristik
operasi, serta auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industry, laporan
keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks, majalah, dan perorangan yang
memiliki pengetahuan mengenai industry.

Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :


a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah,
di-review dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisihan piutang ragu-ragu persentase penyelesaian kontrak jangka
panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapanya.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian


tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-
masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang

iii
dilaksanakannya, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor
akuntan. Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak
faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan
audit.

Para asisten harus di beritahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur
audit yang mereka laksanakan. Mereka harus di beritahu hal-hal yang kemungkinan
berpengaruh terhadap sifat, luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti
sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah
akuntansi dan audit. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus
mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing
signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa
signifikan masalah tersebut.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus direview untuk menentukan


apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah
hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.

Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter


disetujui oleh klien.

Isi dari Audit Plan mencakup :

1. Hal – hal mengenai klien


a. Bidang usaha Klien, Alamat, Nomor Telephon, faksimile dan lain-
lain
b. Status Hukum Perusahaan ( berdasar akta Pendirian )
 Nama Pemilik
 Permodalan
c. Accounting policy ( kebijakan akuntansi )
 Buku – buku yang di gunakan :
 Buku Penjualan
 Buku Pembelian
 Buku Kas/ Bank
 Buku Memorial
 Metode Pembukuan :
 Manual : - Tulis Tembus
- Biasa
 Komputer
 Mesin Pembukuan

iv
 Komentar Mengenai Mutu Pembukuan secara umum
( membantu dalam menyusun budget dan pemilihan tenaga
– tenaga yang akan di tugaskan di klien tersebut).
d. Neraca ( laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan
penjualan Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara
Neraca tahun lalu dan Neraca tahun sekarang/ bulan terakhir tahun
sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran besar kecilnya
perusahaan.
e. Client contact yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan
sering dihubungi auditor misalnya:
 Presiden Direktur
 Controller, Chief Accountant
 Dewan komisaris dan komite Audit
f. Accounting, Auditing & Tax Problem ( harus dijelaskan persoalan-
persoalan yang mungkin akan dihadapi oleh klien, seperti):
 Accounting Problem, misalnya:
 Perubahan metode pencatatan dari menual ke computer
 Revaluasi fixed asset
 Perubahan metode atau tarif penyusutan
 Auditing Problem, misalnya:
 Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
 Perubahan accounting policy
 Tax Problem, misalnya:
 Masalah restitusi, kekurangan penyetoran
 Adanya 2 pembukuan
2. Hal – Hal yang Mempegaruhi Klien
bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara
lain:Business News, ekonomi keuangan Indonesia. Contoh : adanya
peraturan – peraturan baru yang mempengaruhi klien
3. Rencana Kerja Auditor
Hal-hal yang penting antara lain:
 Staffing
 Waktu Pemeriksaan
 Jenis jasa yang diberikan
 Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien
 Time Schedule

Contoh Audit Plan ( Perencanaan Pemeriksaan ):

 Nama Perusahaan : UD. MITRA MEKAR


 Nama Pimpinan : M. Hidayat Suwardi

v
 Alamat Perusahaan : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 63 Kota Tegal
 Bentuk Perusahaan : Usaha Dagang Peseorangan ( UD )
 Tgl/bln/Th mulai usaha : 16 Maret 1989
 SIUP Nomor : 1356 / X/ 1989
 HO Nomor : 5789/VII/1989
 TDP Nomor :970/X/2000, dan
 NPWP Nomor :201890.90.00.87
 Bidang Usaha : Distributor Jamu Dan Farmasi Tolak Angin Sido
Muncul
 Produk : Jamu Dan Farmasi Tolak Angin Sido muncul
 Konsumen yang dituju : Outlet, Warung Gerobogan, Toko Grosir, Supermarket,
Mall
 Jumlah Target omset : Rp 5.000.000.000
 Tenaga Kerja yang Dipekerjakan :

- Struktur Organisasi :

a. Pimpinan : 1 Orang ( M. Hidayat S ) . Gaji Rp 5 Juta/ bln.


b. Staff Pemasaran / Marketing : 10 Orang (
Ragil,Rohman,wahyu,Bowo,Saeful,Udin,Arif,Ari,Doni,Ihya) Rp. 3 juta/bln
c. Staff Keuangan : 2 Orang ( Feni dan Sri ) Rp. 3 juta/bln
d. Karyawan Logistis dan IT : 2 Orang ( Ferdi dan Yani ) Rp 2 juta/bln
e. Karyawan / Office boy : 1 Orang ( Saswad ) Rp. 1 juta / bln

- Kemampuan Karyawan yang diharapkan :

a. Teknologi informasi IT Atau Pengetahuan dan Keahlian di bidang Komputer


b. Mampu memasang Software dan Melakukan perwatan rutin dan perbaikan
c. Mampu membuat pembukuan dan organisasi dasar

- Motivasi Karyawan yang Diharapkan :

a. Mampu Bekerja atau menjalani Aktifitas Jam Kerja yang panjang selama 6
atau 7 hari seminggu
b. Inovatif
c. Mampu memeperhatikan Efisiensi
d. Mampu memecahkan masalah
e. Mampu mengambil inisiatif
f. Mampu menggunakan strategi mempengaruhi
g. Mampu menciptakan ide ide Kreatifitas

- PRASARANA DAN PERALATAN

A. Prasarana
a. Lahan : 450 m2

vi
b. Gedung : Permanen 250 m2
c. Ruang : Kantor 1 ruangan , Pelayanan 1 ruang , Gudang 3
ruangan , Keuangan 1 ruangan
B. Peralatan
a. Komputer, Jaringan Komputer , Laptop
b. Koneksi ke internet : dial- up , broadband atau wireless
c. Langganan Internet Service Provider ( ISP ) atau Provider satelit
d. Perangkat lunak ( Software ) untuk mengelola transaksi dan rekening
e. Meja dan Kursi
f. AC Dan Kipas Angin
C. Kendaraan
a. Mobil Xenia dan Hyundai 2 Unit
b. Sepeda motor 5

Laporan Laba-Rugi

Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi
hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk
satu periode akuntansi tertentu.

Laporan rugi/laba
PT. ABCD
Untuk periode berakhir 31 Desember 2000

Pendapatan:

Penjualan 10,000,000

Harga pokok penjualan:

Persediaan awal 2,000,000

Pembelian 7,000,000

Tersedia untuk dijual 9,000,000

Persediaan akhir 3,000,000

Harga pokok penjualan 6,000,000

vi
i
Laba kotor 4,000,000

Biaya operasional:

Biaya komisi 500,000

Biaya transportasi 100,000

Biaya listrik, telpon, air 600,000

Biaya gaji pegawai 1,200,000

Biaya penyusutan bangunan 300,000

Biaya penyusutan inventaris 200,000

Total 2,900,000

Laba operasi 1,100,000

Biaya bunga 100,000

Laba sebelum pajak 1,000,000

Biaya pajak 200,000

Laba/(rugi) bersih 800,000

NERACA

PT. ABCD
Per 31 Desember 2000

Aktiva

Aktiva lancar:

Kas 1,000,000

Piutang usaha 5,000,000

vi
ii
Uang muka pembelian 500,000

Persediaan barang 3,000,000

Total aktiva lancar 9,500,000

Aktiva tetap:

Tanah 50,000,000

Bangunan 20,000,000

Akumulasi penyusutan-bangunan (5,000,000) 15,000,000

Inventaris kantor 2,000,000

Akumulasi penyusutan-inventaris (500,000) 1,500,000

Total aktiva tetap 66,500,000

Total aktiva 76,000,000

Hutang

Hutang lancar:

Hutang dagang 2,000,000

Hutang gaji 500,000

Biaya yang masih harus dibayar 1,000,000

Total hutang lancar 3,500,000

Hutang jangka panjang:

Hutang bank 20,000,000

Total hutang jangka panjang 20,000,000

Total hutang 23,500,000

ix
Modal

Modal disetor 40,000,000

Laba ditahan 12,500,000

Total modal 52,500,000

Total hutang dan modal 76,000,000

2.2 Audit Program

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor
harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara tertulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten


mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan
auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.

Audit program yang baik harus mencantumkan :


a. Tujuan pemeriksaan
b. Prosedur audit yang akan dijalankan
c. Kesimpulan pemeriksaan

Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan digunakan
di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi
dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika audit program dibuat
terpisah untuk Compliance test dan substantive test.

x
Berikut contoh audit program :
Audit Program untuk Compliance Test Prosedur Pembelian

WP Ref Paraf Tanggal


1. Dapatkan Surat Pesanan ( SP )/ dan periksa kesesuaian

nomor urutnya untuk bulan January,Juni, Desember

dan pilih 10 SP untuk bulan – bulan tersebut sebagai

sampel secara random.

2. Periksa otorisasinya untuk memastikan bahwa setiap

pembelian yang dilakukan telah disetujui oleh pejabat

perusahaan yang berwenang.

3. Bandingkan kualitas, jenis barang dan lain – lainnya


dengan Surat Permintaan Pembelian Barang ( SPBB ).

4. Cocokan SP dengan Faktur dari Supplier.

5. Periksa kebenaran nomor kode perkiraan.

6. Periksa perhitungan mathematis dan bukti – bukti

pembelian yang di pilih sebagai sampel.

7. Periksa posting ( pemindahbukuan ) ke buku besar/sub

buku besar utang dagang dan persediaan.

8. Catat hal – hal penting yang ditemukan untuk

dimasukkan dalam Management Letter.

xi
9. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan

Contoh Audit Program untuk Substantvie Test : Utang Dagang

WP Ref Paraf Tanggal


1. Buat Top Schedule Utang, yang antara lain mencakup

utang datang, per 31- 12-2002.

2. Minta rincian utang dagang per 31-12-2002 :

a. check footingnya.

b. cocokan jumlahnya dengan buku besar utang.

c. cocokan saldo – saldo dalam rincian tersebut dengan

sub buku besar utang.

3. Untuk saldo utang dagang dalam mata uang asin,

periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan

ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah

BI per tanggal neraca.

4. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi untuk

utang dagang yang saldonya yang besar.

5. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca

( subsequent payment ).

6. Jika ada saldo debit yang cukup material dalam utang

dagang, periksa bukti pendukungnya dan reklasifikasi

sebagai piutang.

xi
i
7. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.

2.3 Audit Prosesdur ( Audit Procedures ) dan Audit Teknik


Audit Prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secar efisien dan efektif.

Audit prosedur dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit


avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit
evidence seperti konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab (inquiry) dan lain-lain.

2.4 Risiko Audit dan Materialitas


Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Auditor
harus mempertimbangkan risiko audit untuk merencanakan audit dan merancang prosedur
audit. Dengan mempertimbangkan risiko audit, auditor harus merancang prosedur audit
secara efisien dan efektif. Risiko audit terdiri atas tiga komponen, yaitu: (1) risiko
bawaan, (2) risiko pengendalian, dan (3) risiko deteksi.

Financial Accounting Standard Board (FASB), mendefinisikan materialitas


sebagai besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi dari keadaan-keadaan yang
melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atas
salah saji tersebut. Auditor diwajibkan untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang
berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan klien) dan informasi yang diperlukan oleh
mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit.
Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri.

xi
ii
Perusahaan harus melakukan evaluasi, pengawasan, dan peninjauan terhadap kepatuhan pelaksanaan
prosedur dalam program audit dan meningkatkan pemahaman auditor mengenai prosedur audit. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam mengaudit sekaligus untuk
memastikan bahwa auditor telah melaksanakan keseluruhan prosedur yang telah disyaratkan

Dalam PSA No.25,diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan


risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan
keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :

1. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapan standar


auditing,khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan,serta
tercemin dalam laporan audit bentuk baku.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasaan tentang
tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai
berikut: “Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,auditor
dapat memperoleh keyakinan memadai,bukti mutlak,bahwa salah saji
material terdeteksi.Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor
tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana
mestinya,atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal,baik secara individual
atau keseluruhan,adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
diindonesia,sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya,secara
individual atau keseluruhan,cukup signifikan sehingga dapat
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,dalam
semua hal yang material,sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
5. Dalam perencanaan audit,auditor berkepentingan dengan masalah-masalah
yang mungkin material terhadap laporan keuangan,auditor tidak
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwaa salah saji,yang disebabkan
karena kekeliruan atau kecurangan,tidak material terhadap laporan
keuangan.
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan.Kekeliruan
mencakup:
a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi
sumber penyusun laporan keuangan.

xi
v
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari
kecerobohan atau salah tafsir fakta.
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
7. Faktor utama yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam
laporan keuangan merupakan tindakan yang disengaja atau tidak
disengaja.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji
material,tidak ada perbedaan penting antara kekeliruan dan kecurangan.
9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual
atau secara gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan
sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam
laporan keuangan yang di audit.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang
yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan
kepercayaan terhadap laporan keuangan.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit.
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan
disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material,sesuai
dengan stndar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa,sehingga risiko
audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah,yang menurut pertimbangan
profesionalnya,memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau
kualitatif.
13. Dalam merencanakan audit,auditor harus menggunakan pertimbangan
dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan
pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang
diharapkan,dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit,dapat
memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna
mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara
individual atau keseluruhan yang secara kuantitatif berdampak material
terhadap laporan keuangan
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor
mempertimbangkan materialitas sebelum laporan keuangan yang akan di
auditnya selesai di susun.
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri atas
resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko

x
v
pengendalian (control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi
mengandung salah saji ( disebabkan oleh kekliruan atau kecurangan ) yang
dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungakan
dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan
resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah
saji tersebut.

Cara yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen


tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor
tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya .
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap salah satu saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat pengendalian yang terkait.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa salah satu saji material
yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau di
deteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.
Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau
tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi
berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat
diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang di yakni auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat di terima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara
kuantitatif, seperti dalam bentuk presentase atau secara non kuantitatif
yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.

Rumus : AR = IR × CR × DR

ATAU

𝐴𝑅
DR =
𝐴𝑅 × 𝐷𝑅

Keterangan :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk

x
vi
DR = detection rsk
18. Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang
prosedur audit tergantung pada tingkat yang diingin untuk membatasi
risiko audit suatu saldo akun atau golongan transaksi dan teergantung
atas penetapan auditor terhadap risiko pengendalian

x
vi

Anda mungkin juga menyukai