Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 8 :

Aprizaldi Prasetyo 165020307111021


Vicky Achmad Maulana 165020307111022
Roshief Fani Maulana 165020307111040
Irfan Rakha Widyadhana 165020307111046

RANGKUMAN BAB 8
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES,
AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

A. Audit Plan
Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama audit, dan
prosedur yang berkaitan seringkali tumpang tindih (overlap). Auditor
sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat didelegasikan sebagai
fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada staf lain dalam kantor
akuntannya (asisten). Perencanaan audit meliputi pengembangan
strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.
Sifat, luas dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas satuan usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan
pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Dalam perencanaan audit,
auditor harus mempertimbangkan, antara lain :

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan


industri dimana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam
mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk
penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
4. Penerapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan
audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjusment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau perubahaan
pengujian audit, seperti resiko kekeliruan, dan ketidak beresan
yang material atau adanya transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada
pemberi tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang laporan
keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam


perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap
catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi
dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha
tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi;

1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen,


laporan keuangan dan laporan audit tahun lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit
dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa
non audit bagi satuan usaha.
3. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini
yang berdampak terhadap satuan usaha.
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen,
dewan komisaris, atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang diterapkan Ikatan akuntan
Indonesia,terutama yang baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam
penyiapan data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan,jika ada,konsultan,spesialis,
dan auditor intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule).
10. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk
memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan
dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan
memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor


harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding
client business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur
organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran,
distribusi dan lain-lain. Kertas kerja auditor dari tahun sebelumnya dapat
berisi informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur
organisasi, dan karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan
pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat digunakan oleh auditor
adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industri, laporan keuangan
satuan usaha lain dalam industri, buku teks, majalah, dan perorangan
yang memiliki pengetahuan mengenai industri.

Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :


1. Mengindentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan
khusus.
2. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi yang
dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi.
3. Menilai kewajaran,estimasi, seperti penilaian atas persediaan,
depresiasi penyisian piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang.
4. Menilai kewajaran reprensentasi manajemen.
5. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang
diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam


pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut
tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan intruksi kepada asisten,
tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang
dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor
akuntan.Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan
tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan
kualifikasi orang yang melaksanakan audit. Para asisten harus diberitahu
tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka
laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan
berpengaruh terhadap sifat,luas, dan saat prosedur yang harus
dilaksanakan, seperti sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan
dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audtt. Auditor
dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan
asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing
signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan
seberapa signifikan masalah tersebut. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh
asisten harus direview untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut
telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah hasilnya sejalan
dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit. Auditor harus
menyusun audit plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh
klien.

Isi dari audit plan mencakup :

1. Hal-hal mengenai klien


2. Hal-hal yang mempengaruhi klien
3. Rencana kerja auditor
 Hal-hal mengenai klien
a. Bidang usaha klien, alamat, nomor telephone, facsimile, dan
lain-lain.
b. Status Hukum Perusahaan (berdasarkan Akte Pendirian)
menyangkut Nama Pemilik dan Permodalan
c. Accounting Policy (kebijakan Akuntansi)
 Buku-buku yang digunakan
a. Buku Penjualan
b. Buku Pembelian
c. Buku Kas/Bank
d. Buku Memorial
 Metode Pembukuan
a. Manual : - Tulis tembus atau Biasa
b. Komputer
c. Mesin pembukuan. Komentar mengenai mutu pembukuan
secara umum (membantu dalam menyusun budget dan
pemilihan tenaga-tenaga yang akan ditugaskan di klien tersebut).
d. Neraca komparatif dan perbandingan. Laba/Rugi tahun lalu dan
sekarang. Perbandingan antara Neraca tahun lalu dan Neraca
tahun sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh
gambaran mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.
e. Clien Contact Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan
sering kita hubungi, misalnya :
1. presiden Direktur
2. Controller, Chief Accountant. Selain itu perlu juga diketahui
penasehat hukumnya siapa berikut alamat, nomor telephone dan
fax.
f. Accounting, Auditing & Tax Problem. Harus dijelaskan
persoalan-persoalan yang (mungkin) akan dihadapi oleh klien,
seperti :
1. Accounting Problem, misalnya :
- Perubahan metode pencatatan dari manual ke komputer
- Revaluasi Fixed asset
- Perubahaan metode atau tarif penyusustan.
2. Auditing Problem, misalnya :
- Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan.
- Perubahan accounting policy
3. Tax Problem, misalnya :
- Masalah resitusi, kekurangan penyetoran
- Adanya 2 pembukuan di dalam perusahaan.
 Hal-hal yang mempengaruhi Klien.
Biasa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar,
antara lain ; Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia.
Contoh : Adanya peraturan-peraturan baru yang dapat
mempengaruhi klien.
 Rencana Kerja Auditor
Hal-hal yang penting antara lain :
a. Staffing
- Nama Partner
- Nama Manager
- Nama Supervisor
- Nama Senior
- Nama Asisten
b. Waktu Pemeriksaan :
- Waktu dimulainya suatu pemeriksaan.
- Berapa lama waktu pemeriksaan.
- Dead Line, dalam arti laporan pemeriksaan
c. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya
pemeriksaan. Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain :
- tarif masing-masing staf dan taksiran jumlah jam kerja
masing-masing staf, antara lain : Partner, Manager, Senior,
dan Yunior
- Budget per section/area (misalnya pemeriksaan piutang 60
jam ) terdiri dari : 10 jam in charge dan 50 jam asisten.
d. Jenis jasa yang diberikan :
- General audit
- Special audit.
- Bantuan administasi
- Menyusun Neraca/Laba Rugi
- Perpajakan
e. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien:
- Mengisi formulir konfirmasi.
- Membuat schedule-schedule
- Aging schedule
- Rincian harta tetap
- Rincian utang dan piutang
- Rincian biaya yang harus dibayar
f. Time Schedule
B. Audit Program

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan


dimulai, auditor harus menyusun audit program yang merupakan
kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secata
tertulis. Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah
kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit
program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Audit
program yang baik harus mencantumkan:

1. Tujuan pemeriksaan
2. Audit prosedur yang akan dijalankan.
3. Kesimpulan pemeriksaan

Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandardisir


dan digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit
program yang disusun sesuai dengan kondisi dan situasi di perusahaan
(tailor made). Akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk
Compliance Test dan Substantive Test.

C. Audit Procedures dan Audit Teknik

Audit prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor


dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara
efisien dan efektif. Audit program dilakukan dalam rangka mendapatkan
bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperlukan
audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence, seperti :
konfirmasi,observasi,inspeksi, tanya jawab (inquiry) dan lain-lain.

D. Risiko Audit dan Materialitas

Dalam PSA no 25, diberikan pedoman bagi auditor dalam


mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing
yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia :

1. Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standart


auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar
laporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. Risiko
audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, dan luas prosedur
audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam laporan
audit bentuk baku bahwa auditor memperoleh “keyakinan
memadai” mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam
Hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa bebarapa hal, baik secara
induvidual atau pun keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran
penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, sedangkan beberapa hal lainnya adalah
tidak penting. Frasa “menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum”menunjukan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang
dampaknya, secara individual atau pun keseluruhan, cukup
signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji
dapat terjadi sebagai akibat dari penerapan yang kelitu prinsip
akuntansi yang berlaku umum, penyimpangan fakta, atau
dihilangkannya informasi yang diperlukan.
5. Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas
dampaksuatu salah saji, secara individual ataupun keseluruhan,
auditor umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya
dalam hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan
yang sedang diaudit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang
dianggap material untuk laporan keuangan suatu satuan usaha
mungkin tidak cukup material bagi satuan usaha lainnya yang
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda.Begitu juga apa yang
dipandang material untuk laporan keuangan suatu satuan usaha
dapat pula berubah dari satu periode ke periode yang lain.
6. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor
atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan
yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah
besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang
mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas
informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.
7. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif dalam pertimbangan materialitas, salah saji yang
jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat
mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan.
Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang
jumlahnya tidak material dapat menjadi material,jika
kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban
bersyarat yang material atau hilangnya pendapat yang material.
8. Auditor harus mempertimbangkan risiko dan materialitas baik
dalam Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan
disajikan secara wajar, dalam semau hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus
mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan sebagai dasar yang memadai untuk mengevaluasi laporan
keuangan
9. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa,
sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah,
yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk
menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan. Risiko audit
dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.
10. Dalam merencanakan auditnya, auditor harus menggunakan
pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang
cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat
materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam
keterbatasan yang melekat pada proses audit, dapat memberikan
bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinana yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk
masing-masing laporan keuangan pokok, namun, karena laporan
keuangan saling berhubungan, dan sebagia besar prosedur audit
berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar
lebih efisien, auditor, untuk tujuan perencanaan biasanya
mempertimbangkan materialitas pada tingkat kumpulan salah
saji terkecil yang dapat dianggapmaterial untuk salah satu
laporan keuangan pokok. Sebagai contoh, Jika auditor
berkeyakinan bahwa salah saji secara keseluruhan yang
berjumlahkurang lebih Rp. 100.000.000 akan memberi pengaruh
material terhadap pos pendapatan, namun baru akan
mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka
Rp. 200.000.000, adalah tidak memadai baginya untuk
merancang suatu prosedur audit yang diharapkan dapat
mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp.200.000.000 saja.
11. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan
memadai guna medeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya
cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara
kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang
mungkin material secara kualitatif pada umumnya adalah tidak
praktis untuk merancang prosedur pendeteksiannya. SA Seksi
326 (PSA no.07), bukti audit paragraf 20 menyatakan bahwa
“auditor pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas ekonomis,
agar mempunyai manfaat ekonomis, pendapat auditor harus
dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.”
12. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor
mempertimbangkan materialitas sebelum laporan keuangan
yang akan diauditnya selesai disusun. Dalam situasi lain,
perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan yang
diaudit selesai disusun, namun ia menyadari bahwa laporan
tersebut masih memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam
kedua keadaan tersebut,pertimbangan awal auditor tentang
materialitas mungkin didasarkan atas laporan keuangan interim
satuan usaha tersebut yang disetahunkan atau laporan keuangan
tahunan satu periode atau lebih sebelumnya,
13. Pada tingkat saldo perkiraan atau golongan transaksi, risiko audit
terdiri dari (a) risiko (yang meliputi risiko bawaan (inherent risk)
dan risiko pengendalian (control risk) bahwa saldo perkiraan
atau golongan transaksi mengandung salah saji yang dapat
menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo perkiraan atau
golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko (risiko deteksi
(detection risk) bahwa auditor tidak akan medeteksi salah saji
tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam
konteks tiga komponen risiko di atas. Cara yang digunakan oleh
auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan proposional auditordan
tergantung pada pendekatan audit yang dilakukan.

a. Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo perkiraan atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji yang material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji
demikian adalah lebih besar pada saldo perkiraan atau
golongan traksaksi tertentudebandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin
disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang
lebih sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada
persediaan bat bara. Perkiraan yang terdiri dari jumlah yang
berasal dari estimasiakuntansi cenderung mengandung risiko
lebih besar dibandingkan dengan perkiraan yang sifatnya
relatif rutin dan berisi data berupa fakta.Faktor ekstern juga
mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh ,
perkembangan tekhnologi mungkin menyebabkan produk
tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan persediaan
cenderung dilaporkan lebih besar. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji
material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern satuan usaha. Risiko ini merupakan
fungsi efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian
intern untuk mencapai tujuan umum struktur pengendalian
intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan
satuan usaha.
b. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu
asersi.Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur
audit dan penerapannya oleh auditor.Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor
tidak memeriksa 100%.Ketidakpastian lain semacam itu
timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit
yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang
tepat, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat
yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi
yang memadai dan pelaksanaan praktek audit yang sesuai
dengan standar pengendalian mutu.
14. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko
deteksi. Kedua risiko yang disebut terlalu ada, terlepas dari
dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan
risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat
diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.
 Exhibit 1 : Contoh Rencana Pemeriksaan (Audit Plan)

PT WIDIALOKA

RENCANA PEMERIKSAAN

Tahun Buku 2006

1. Umum
PT WIDIALOKA didirikan berdasarkan akte notaris Tutty Kirana,
Sarjana Hukum, No 7, tertanggal 6 Mei 1999, dengan perubahan-
perubahan dan yang terakhir dengan akte No.64, tertanggal 22
Oktober 1999, yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Akte
pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan surat no.Y.A.7/777/93 tertanggal 27 Juli 1993 dan
telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 25
November 1993 no.99, tambahan no.797. Maksud dan tujuan
Perusahaan Perusahaan bergerak di bidang industri perajutan,
pencelupan, konveksi dan finishing.

Kantor : Jl.Duren Tiga no.16, Jakarta Selatan

Pabrik : Jl. Galunggung no.22, Jakarta Timur

2. Susunan Pengurus

Dewan Komisaris : Rudianto

Presiden Komisaris : Sugiwo

Komisaris : Ruddy Lumbada

Presiden Direktur : Iman Kurniawan

Direktur keuangan : Fransisca

Direktur Umum : Maryadi

Direktur Produksi : Marsudi

Direktur Pemasaran : Susanna

3. Ekuitas
Modal dasar perusahaan berjumlah Rp. 50.000.000, yang terbagi
atas 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal sebesar
rp.5.000, saham.
4. Kebijakan Akuntansi
a. Penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan disusun
berdasarkan konsep harga perolehan, laporan arus kas disusun
berdasarkan metode tidak langsung (indirect Method)
b. Persediaan
- Persediaan bahan baku, olie, dan solar dibukukan
berdasarkan harga perolehannya. Penilaian persediaan akhir
berdasarkan metode FIFO.
- Persediaan barang dalam proses (WIP) dinilai berdasarkan
tahap-tahap penyelesaian dalam proses produksinya.
Penilaian persediaan tersebut didasarkan atas taksiran
ekuivalen unit selesai dari WIP dari masing-masing tahap
proses produksi yang bersangkutan.
- Persediaan barang jadi dinilai berdasarkan metode rata-rata.
c. Piutang Usaha. Perusahaan tidak membuat penyisihan piutang
ragu-ragu, tetapi langsung membebankan ke perkiraan rugi-laba,
piutang yang benar- benar tak tertagih.
d. Penyertaan Dalam Bentuk Saham. Penyertaan dalam bentuk
saham yang mencapai 20% atau lebih dibukukan berdasarkan
metode equty.
e. Aktiva Tetap. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan
dan penyusutannya dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap.
Taksiran umur ekonomis aktiva tetap adalah sebagai berikut :
- Bangunan : 20 Tahun
- Mesin-mesin : 10 Tahun
- Kendaraan Bermotor : 5 Tahun
- Inventaris kantor & pabrik : 5 Tahun
f. Biaya Perijinan. Biaya perijinan yang ditangguhkan diamortisir
selama 10 tahun dengan metode garis lurus.
g. Utang/Piutang Dalam Rangka Hubungan Khusus. Hubungan
khusus adalah hubungan yang secara langsung atau tidak
langsung memepengaruhi kepengurusan atau pengolaan
perusahaan diluar hubungan afiliasi. Utang Piutang ini
diselenggarakan atas dasar transaksi dengan syarat-syarat
sebagai mana lazimnya transaksi normal.
h. Pengakuan Pendapatan Pendapatan dari penjualan diakui pada
saat dilakukan penyerahan barang kepada pembeli.
i. Transaksi dan Penjabaran Mata Uang Asing Pembukuan
perusahaan diselenggarakan dalam mata uang rupiah. Transaksi
dalam mata uang asing dibukukan dengan kurs yang berlaku
pada saat terjadinya transaksi. Saldo aktiva dan kewajiban
moneter dalam mata uang asing pertanggal neraca dijabarkan
dengan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Selisih
kurs yang terjadi dikreditkan (dibebankan) pada perhitungan
rugi laba tahun berjalan.
j. Taksiran Pajak Penghasilan Taksiran pajak penghasilan
ditentukan berdasarkan taksiran laba kena pajak dari tahun yang
bersangkutan. Perusahaan tidak menganut deferred tax
accounting method atas perbedaan waktu.
k. Tahun Buku. Tahun Buku Perusahaan berjalan dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember
5. Buku-buku yang digunakan perusahaan
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, perusahaan telah
menyelenggarakan, antara lain :
- Buku Kas
- Buku Bank
- Buku Besar (G/L)
- Ayat-ayat Jurnal
- Proses pembukuan masih dilakukan secara manual

Anda mungkin juga menyukai