Anda di halaman 1dari 29

Prosedur perancanan pemeriksaaan serta

pemeriksaan siklus penjualan dan penagihan


piutang

Disusun oleh:

1. Adela Putri Aristanti


2. Dwi Nur Laili Ramadhani
3. Ine Widianti
4. Tria Agusti Khoirun Nisa
A. A. Perencanaan Pemeriksaan dan Perpaduan Proses Akuntansi.
● Dalam perencanaan audit terdapat tiga alasan mengapa harus dilakukan :
1. 1. Memperoleh bukti yang memadai sesuai dengan kondisi pada saat audit dilaksanakan
2. 2. Menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau bagi klien
3. 3. Mencegah kesalahpahaman dengan klien, dengan tujuan supaya dapat melaksanakan audit dengan
berkelanjutan
● Pada perencanaan pemeriksaan ada delapan bagian yang dianggap penting dalam sebuah pemeriksaan
yaitu:
1. 1. Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit
2. 2. Memahami bisnis entisitas
3. 3. Menilai risiko bisnis klien
4. 4. Melakukan prosedur analitis untuk awal audit
5. 5. Memnetukan materialitas
6. 6. Memahami pengendalian internal dan menetapkan risiko pengendalian
7. 7. Mendapatkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. 8. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh
Kemudian setelah tahap perencanaan, kemudian hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat
keputusan penerimaan klien dan melakukan perencanaan pada awal melaksanakan audit
B. Prosedur Perencanaan Pemeriksaan .
Contoh prosedur tersebut antara lain :
1. Melakukan review pada arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan perusahaan
dan laporan audit tahun yang lalu menjadi dasar dalam melaksanakanaudit selanjutnya
2. Pembahasan akan masalah yang berdampak terhadap proses pelaksanaan audit dengan staf auditor yang
bertugas akan memperlancar proses audit. Pemimpin auditor perlu melakukan pemeriksaan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakanoleh stafnya, dikarenakan pemimpin auditor bertanggung jawab atas jasa
nonaudit untuk satuan usaha yang dijalankan oleh klien
3. Memberikan beberapa pertanyaan tentang perkembangan bisnis klien saat ini yang memiliki dampak
terhadap satuan usaha yang dijalankan klien
4. Auditor membaca lapoaran keuangan secara interim untuk tahun yang berjalan, tujuannya adalah untuk
menilai keberlangsungan bisnis yang dijalankan klien, dengan membaca laporan keuangan tersebut, auditor
dapat menilai baik dan buruknya keuangan perusahaan klien
5. Auditor membicarakan kepada klien untuk tipe, luas dan waktu audit yang dibutuhkan untuk melaksanakan
sebuah audit. Hal ini disampaikan manajemen, dewan komisaris dan komite audit klien.
6. Auditor perlu mempertimbangkan dampak dari diterapkannya pernyataan standar akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan dan standar auditing yang akan digunakan untuk melakukan audit perusahaan
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai perusahaan dalam penyiapan data yang akan membantu dalam
proses pelaksanaan audit yang berlangsung oleh auditor dan klien
8. Menentukan luasnya ketelibatan apabila perusahaan memiliki konsultan akuntansi atau auditor internal
9. Membuat jadwal pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor
10. Melaksanakan musyawarah kepada pihak yang memberikan tugas untuk memperoleh informasi lain yang
berkaitan dengan pemeriksaan tentang tujuan audit yang dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi
dan memberikan perhatian terhadapa hal yang berkaitan yang dianggap perlu.

Dalam sebuah prosedur perencanaan dalam pemeriksaan atau audit untuk entitas, harus mencakup hal – hal
antara lain :
1. Hal – hal penting yang memberikan informasi mengenai bisnis klien secara keseluruhan, karena hal ini akan
membantu auditor untuk :
a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan dan perhatian khusus.
b. Memberikan penilaian kondisi yang ada dalam daya akuntansi yang dihasilkan diolah dan direview dan
dikumpulkan dalam sebuah organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, penyusutan, penyisihan piutang tak tertagih,
presentase penyelasaian kontrak jangka Panjang.
d. Menilai kewajaran resperentasi manajemen kemudian mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi
yang diterapkan dan kecukupan dalam hal pengungkapannya.
2. Hal – hal yang mengubah klien dapat dari media informasi yang terkait dengan peraturan dan perundang –
undangan yang berlaku untuk perusahaan yang akan berpengaruh terhadap standar pelaporan perusahaan.

3. Rencana kerja auditor dan tim yang akan dilaksanakan dalam sebuah perusahaan seperti :
● a. Pembagian tugas ke staf auditor.
● b. Jangka waktu pemeriksaan.
● c. Kapan dimulaianya pemeriksaan perusahaan .
● d. Lamanya waktu pemeriksaan .
● e. Batas waktu akhir pemeriksaan .
● f. Biaya yang akan dikeluarkan klien untuk proses pemeriksaan klien.
● g. Jenis jasa yang akan diberikan untuk kliennya yaitu general audit atau special audit, hal tersebut
tergantung pada permintaan klien dalam melaksanakan tujuan utama sebuah audit.
● h. Bantuan pegawai perusahaan atau entitas dalam membantu kinerja auditor supaya dilaksanakan tepat
waktu.
● i. Penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan misalnya laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas dan neraca.
● j. Perpajakan perusahaan, hal yang penting bagi auditor untuk memeriksa ketaatan wajib pajak (klien)
dalam melaksanakan pemeriksaan .
● 4. Hal – hal yang dianggap perlu :
● a. Bantuan yang diberikan kepada klien yaitu membuatkan formulir konfirmasi eksternal untuk membantu
kinerja audit dan membuat jadwal pemeriksaan yang diberikan oleh audtior kepada entitas supaya
terjadwal sesuai dengan kesepakatan antara auditor dengan klien.
● b. Hal ini yang terkait dengan proses audit.

C. Unsur Dalam Perencanaan Pemeriksaan.


Unsur penting dalam perencanaan pemeriksaan harus dikemukakan oleh pemimpin auditor kepada stafnya,
karena unsur tersebut pada dasarnya untuk setiap perusahaan berbeda tergantung pada besar atau kecilnya
perusahaan dan kompleksitas permasalahan yang ada di dalam perusahaan yang diperiksa dan pengetahuan
mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Dalam hal ini elemen dalam perencanaan oemeriksaan menurut
Arens dan Loebbecke (2000) :
1. Perencanaan awal dalam sebuah pemeriksaan perusahaan terdiri dari :
a. Meyelidiki klien baru.
b. Melanjutkan klien lama.
c. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit.
d. Staf untuk penugasan.
e. Memperoleh surat penugasan .
2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien.
Seorang auditor harus memiliki ciri – ciri lingkungan kerja kegiatan perusahaan klien yang akan diperiksa
menjadi acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu dan tidaknya sebuah pemeriksaan secara
khusus. Hal – hal yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat mamhami latar belakang
perusahaan klien adalah dengan cara :
a. Meninjau lokasi pabrik dan kantor klien.
b. Bisnis atau usaha yang dijalankan klien.

3.Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien.


Lingkungan hukum industri klien termasuk dalam salah satu hal yang penting dalam sebuah kegiatan
pemeriksaan yang memiliki dampak besar terhadap hasil dan opini audit, pengetahuan auditor untuk
melakukan penafsiran fakta yang berkaitan selama pemeriksaan perusahaan berlangsung akan meyakinkan
bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan.

4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.


Analisis dalam pemeriksaan perusahaan dianggap penting karena dengan seluruh kegiatan pemeriksaan klien
dapat tergambar dalam analisis pada awal pemeriksaan. Prosedur analisis adalah memahami bidang usaha
yang dijalankan oleh klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan bisnis klien,
indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam pelaporan keuangan dan mengurangi pengujian secara rinci
5.Menetukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima.
Tanggung jawab auditor dalam hal ini adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji
yang dianggap material, apabila auditor memberikan pendapat adanya salah saji yang material maka auditor
berkewajiban untuk menginformasikan hal tersebut kepada klien, sehingga koreksi pada kesalahan terdapat
pada kesalahan tersebut dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan maka auditor
dapat memberikan pendapat dengan tambahan kalinat “dengan pengecualian”.

6. Memahami pengendalian intern dan menilai risiko.


Setiap pengendalian internal memiliki keterbatasan bawaan yang perlu diwaspadai :
1. Kesalahan memepertimbangkan .
2.Gangguan.
3. Kolusi diartikan sebagai tindakan bersama beberapa personel perusahaan untuk tujuan kejahatan.
4. Pengabaian oleh pihak manajemen.
5. Biaya lawan manfaat.
Auditor sebagai pemeriksa harus memperoleh suatu pemahaman akan lingkugan pengendalian dalam hal
aspek teknologi informasi dan lingkungan pengendalian, serta memahami sikap, kesadaran dan tindakan
pemilik atau pengelola serta dewan direksi mengenai lingkungan pengendalian.
Lingkungan pengendalian terdiri dari 6 unsur :
a. Nilai intergritas dan etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Dewan komisaris dan komite audit yang dapat berfungsi.
d. Falsafah dan gaya operasi.
e. Struktur organisasi.
f. Pembagian wewenang dan pembagian tugas .
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Penafsiran risiko adalah sebuah tindakan mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko perusahaan
yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan perusahaan dan desain aktivitas pengendalian untuk
meminimalkan risiko yang ada pada perusahaan terutama risiko pengendalian.
Aktivitas pengendalian terdiri dari kebijakan dan prosedur yang pada umumnya digolongkan menjadi 5
yaitu :
1. Pengendalian pengolahan informasi.
2. Pemisahan fungsi yang menandai .
3. Pengendalian fisik atas kekayaan .
4. Catatan dan review.
5. Catatan atas kinerja.
Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melaksanakan studi terhadap pengendalian
internal kliennya :
1. Bagan organisasi dan deskripsi jabatan.
2. Buku pedoman akun.
3. Buku pedoman sistem akuntansi.
4. Permintaan keterangan karyawan inti dalam perusahaan.
5. Permintaan keterangan karyawan pelaksana dalam perusahaan.
6. Laporan keuangan, kertas kerja dan program audit internal.
7. Pemeriksaan terhadap catatan akuntansi, dokumen, peralatan, mekanis dan media lain yang digunakan
untuk mencatat transaksi, mengolah data keuangan dan data operasi.
8. Kunjungan ke kantor cabang dan pabrik.
9. Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian internal audit dari auditor tahun sebelumnya
yang telah diterbitkan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan sebuah perusahaan atau entitas tertentu ada hal yang dianggap perlu
diperhatikan terkait dengan pengendalian internal :
1. Auditor harus memperhatikan kebijakan tertulis yang telah dibuat oleh perusahaan serta instruksi dalam
melaksanakannya yang tercemin dari perilaku pemilik perusahaan atau manajemen
2. Auditor harus memiliki sifat kehati – hatian dalam melakukan penelaahan untuk mendokumentasikan adanya
kemungkinan pihak manajemen melakukan kecurangan atau penyimpangan
3. Pembuatan formulir kertas kerja terkait dengan pengendalian internal yang terbagi menjadi dua hal penting
yaitu :
a. Bagian 1 : pertimbangan terhadap pengendalian internal
b. Bagian 2 : pertimbangan adanya dugaan kecurangan atau penyimpangan yang dilakukan pihak manajemen

7. Mengembangkan program audit dan rencana audit.


Program audit adalah suatu rangkaian yang sistematis dari banyak prosedur audit yang bertujuan untuk
mencapai tujuan audit atau bisa manakan sebagai rencana langkah kerja yang harus dilaksanakan dengan
mendasarkan pada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan program audit :
a. Menyusun program audit selama tahap persiapan audit.
b. Menyusun program audit setelah melaksanakan survei pendahuluan.
c. Menggunakan program audit standar operasi yang spesifik.
Berdasarkan pada sifat operasi yang akan diaudit, program audit dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
a. Program audit individual yaitu program audit yang disusun tersendiri utntuk masing – masing audit dan
tidak menggunakan bentuk standar, serta disusun setelah melaksanakan survei awal atau survei
pendahuluan
b. Program audit proforma yaotu program audit yang dikembangkan untuk berbagai tujuan dan dipersiapkan
untuk mengumpulkan informasi yang sama dari beberapa periode untuk menilah tingkat kecenderungan
serta perubahannya
Program audit yang baik harus memuat informasi mengenai :
1. Tujuan audit.
2. Daftar pengendalian yang ada atau yang diperlukan.
3. Prosedur audit.
4. Staf pelaksana.
5. Komentar atas hasil pengujian.
Beberapa aktivitas dan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses penyusunan program audit :
6. Melakukan review atas laporan audit.
7. Melakukan survei pendahuluan.
8. Melakukan review atas kebijakan dan prosedur dalam perusahaan.
4. Review atas literatur audit internal yang berkenaan dengan area yang akan di audit.
5. Melakukan penyusunan bagan arus dari operasi dan aktivitas yang di audit .
6. Melakukan review atas standar kinerja baik internal maupun eksternal.
7. Melakukan wawancara dengan perusahaan yang di audit dan menyampaikan tujuan runag lingkup audit.
8. Melakukan penyusunan anggaran secara terinci .
9. Melakukan wawancara dengan pihak lain yang berhubungan dengan fungsi yang akan di audit .
10. Membuat daftar mengenai risiko material yang harus dipertimbangkan .
11. Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi.
12. Menentukan substansi dari masalah .
Program audit memperhatikan kriteria yaitu :
a. Tujuan dari sesuatu operasi yang diaudit harus dinyatakan secara hati – hati dan harus disetujui oleh perusahaan klien.
b. Program audit harus disesuaikan dengan penugasan auditnya dan tidak memiliki sifat memaksa atau mendikte.
c. Setiap langkah kerja yang ada di dalam program harus memperlihatkan alasan yang kuat
d. Langkah kerja diungkapkan dalam bentuk sebuah instruksi
e. Dalam sebuah program audit harus mengindikasikan skala prioritas dalam langkah kerja
f. Program audit harus memiliki unsur fleksibilitas
g. Program audit harus visibel
h. Program audit harus memuat informasi yang diperlukan
i. Program audit harus memuat bukti persetujuan bagian audit internal sebelum dilaksanakan dan termasuk pada
perubahannya
8. Prosedur pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan merupakan langkah yang harus ditempuh oleh auditor beserta dengan timnya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan sangat diperlukan oleh asisten agra tidak melakukan penyimpangan dan dapat
bekerja secara efektif.
Tahapan utama dalam pemeriksaan atau audit :
a. Penerimaan penugasan audit .
b. Perencanaan audit.
c. Pelaksanaan pengujian audit.
d. Pelaporan audit.
Tahap penerimaan penugasan audit, khususnya pada audit berbasis risiko harus menerapkan :
1. Mengevaluasi integritas manajemen atau dengan pemahaman bisnis klien.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risikonya.
3. Menentukan kompetensi auditor untuk melaksanakan audit.
4. Mengevaluasi indendensi auditor.
5. Menetukan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dan cermat dan saksama.
6. Membuat surat penugasan audit oleh partner atau pemimpin auditor untuk menunjuk staff auditor yang
memeriksa sebuah perusahaan.
9. Materialitas.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang bila dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat
mengubah atau memengaruhi pertimbangan materialitas yang dilakukan dengan memperhitungkan keadaan
yang termasuk didalamnya dan perlu melibatkan baik pertimbangan secara kuantitatif dan kualitatif .
Penentuan materialitas umumnya dilakukan dengan menggunakan perhitungan :
a. 2% x total aset = A, kemudian A x 75% = AB
b. 2% x total pendapatan = A, kemudian A x 75% = AB
c. 2% adalah untuk menghitung performance materiality
d. 75% adalah untuk menghitung overall materiality
10. Risiko audit
Risiko audit terbagi menjadi 2 :
e. Risiko bawaan adalah risiko yang melekat pada suatu bisnis dan risiko bawaan tidak dapat dihindarkan dalam
bisnis tersebut
f. Risiko pengendalian adalah sebuah fungsi efetivitas desain dan operasi pengendalian internal untuk
mencapai tujuan entitas yang relevan untuk penyusunan laporan keuangan entitas
g. Risiko deteksi adalah fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya, risiko deteksi dapat diminimalkan
dengan cara : A) Auditor memilih prosedur audit yang seusai, menetapkan dengan benar prosedur yang
semestinya dan menafsirkan secara tepat akan hasil audit. B) Auditor mengumpulkan bahan bukti yang lebih
banyak sebagai bahan dasar untuk pertimbangan pembuatan laporan audit internal. C) Perencanaan dan
supervisi yang tepat. D)Pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu
D. PEMERIKSAAN SIKLUS PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA.
Dalam pemeriksaan sebuah perusahaan yang bergerak dalam usaha dagang, penjualan dan piutang usaha
memiliki keterkaitan yang erat, terkhusus pada penjualan yang secara kredit. Dalam sebuah pemeriksaan
penjualan, tentunya piutang usaha dan penagihan piutang juga memegang peranan yang sangat penting. Berikut
ini dokumen penting dalam siklus penjualan dan penagihan piutang.
1. Kontrak tertulis antara pengangkut dengan penjual mengenai penerimaan dan pengiriman barang.
2. Faktur penjualan yaitu dokumen tentang deskripsi barang yang dijual berikut dengan kuantitas harga, biaya
pengangkutan dan hal lain yang relevan.
3. Nota kredit yaitu dokumen yang menerangkan pengurangan jumlah piutang dan utang dagang karena
adanya pengembalian yang diberikan.
4. Dokumen yang dikirimkan bersama dengan faktur penjualan yang akan dikembalikan pada saat pembayaran
oleh pelanggan kepada penjual.
5. Dokumen yang berisi ringkasan mengenai mutasi dan saldo utang dagang yang dimiliki oleh seorang
pelanggan.
 
1. Pemeriksaan penjualan
a. Pemeriksaan siklus penjualan
Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atau pembeli untuk barang dagangan yang dijual,
baik secara tunai maupun kredit. Penjualan dibagi menjadi dua yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit.
Penjualan secara kredit, konsumen menerima barang langsung dan pembayaran dilakukan dengan cara
mengangsur kepada penjual atau kepada pihak ketiga. Sedangkan untuk penjualan tunai adalah konsumen
menerima barang dengan langsung membayar lunas barang yang dibeli. Pada siklus penjualan ada beberapa
transaksi yang terkait sehingga jika terjadi sebuah kesalahan dalam perhitungan akan berakibat pada salah saji
material, transaksi yang terkait adalah:
1) Penjualan.
2) penerimaan kas .
3) retur dan pengurangan harga penjualan.
b. Rekening dan Penggolongan Transaksi Dalam Siklus Penjualan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus audit penjualan dan penagihan adalah melakukan evaluasi apakah saldo
akun yang diperoleh dari siklus akuntansi dan audit disajikan secara wajar dan sesuai dengan SAK. Sifat dari akun
ini dapat bervariasi, hal tersebut bergantung pada bisnis dan usaha yang dijalankan oleh klien. Dalam siklus
penjualan dan penagihan terdapat 5 klasifikasi transaksi yaitu:
4) penjualan, baik penjualan tunai maupun penjualan kredit.
5) penerimaan kas.
6) retur dan pengurangan harga penjualan .
7) penghapusan piutang tak tertagih.
8) beban piutang tak tertagih.
c. Fungsi bisnis pada siklus audit, catatan serta dokumen yang terkait.
Fungsi dalam siklus penjualan dan penerimaan kas menurut Arens,et al. Dijabarkan sebagai berikut.
1) Pemrosesan order pelanggan .
2) Persetujuan penjualan secara kredit .
3) Pengiriman barang pesanan.
4) Penagihan kepada pelanggan dan pencatatan atas penjualan.
5) Pemrosesan dan pencacatan penerimaan kas .
6) Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga.
7) Penjualan.
8) Penghapusan piutang tak tertagih.
9) Penyusutan piutang tak tertagih atau piutang ragu-ragu.
Pada penjualan dan penagihan piutang usaha jika dibuat dalam jurnal adalah sebagai berikut:
1) Pemrosesan Order Pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal pada sebuah siklus penjualan. Penerimaan order
pelanggan akan menghasilkan pesanan penjualan. Penerimaan pesanan pelanggan menjadikan sebuah hal yang
kita kenal sebagai pesanan penjualan. Pesanan pelanggan merupakan permintaan barang dari pelanggan
sedangkan faktur penjualan yaitu sebuah dokumen atau secarik kertas yang menguraikan tentang barang yang
akan dibeli baik kuantitas, jenis barang dan informasi lain yang berhubungan dengan barang yang akan dipesan
oleh pelanggan. Dokumen dan catatan yang terkait pada fungsi siklus penjualan adalah sebagai berikut. a) Order
pelanggan adalah permintaan barang dagangan oleh pelanggan b) Order penjualan adalah dokumen untuk
mencatat deskripsi, jumlah dan informasi terkait untuk barang yang dipesan oleh pelanggan.
2) Persetujuan penjualan secara kredit Sebelum barang yang telah dipesan dikirim kepada pembeli atau pelanggan,
seorang yang berwenang dalam perusahaan memiliki tugas untuk menyetujui penjualan secara kredit kepada
pelanggan atas penjualan secara kredit tersebut. Persetujuan penjualan secara kredit merupakan hal yang penting
untuk dilaksanakan, karena jika tidak dilaksanakan akan menyebabkan besarnya piutang yang tidak tertagih dan
akan menjadi piutang ragu-ragu atau menjadi piutang yang tidak tertagih.

3) Pengiriman Barang
Nota pengiriman pada faktur penjualan disiapkan pada saat pengiriman yang secara otomatis dilakukan oleh
komputer berdasarkan pada order penjualan. Dokumen pengiriman diperlukan untuk ketepatan penagihan atas
barang yang dikirimkan kepada pelanggan. Dalam sebuah pengiriman barang diperlukan dokumen pengiriman
barang. Dokumen pengiriman adalah dokumen yang telah dibuat untuk memulai pengiriman barang yang
menunjukkan deskripsi atas barang dagang yaitu jenis barang, satuan barang dan kuantitas barang dan data lain
yang terkait dengan keadaan barang yang akan dikirim. Pekerja gudang atau kepala gudang memiliki tanggung
jawab untuk memenuhi pesanan pelanggan dengan memindahkan barang kepada bagian pengiriman dan kepala
gudang harus memegang dokumen pengiriman barang sebelum barang dikirim kepada pelanggan.

4) Penagihan kepada pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek yang paling penting dari sebuah penagihan adalah
sebagai berikut.
a) Semua pengiriman telah siap untuk ditagihkan, hal ini berkaitan dengan asersi kelengkapan;
b) Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali, hal ini menunjuk pada asersi keterjadian; dan
c) Setiap pengiriman ditagihkan dalam jumlah yang tepat tanpa ada pengurangan atau penambahan, hal ini
menunjuk pada asersi ketepatan atau keakuratan.
d. Asersi untuk transaksi penjualan
tujuan audit untuk transaksi penjualan mengacu pada hal di bawah ini.
1. Eksistensi atau keberadaan sebuah transaksi .
Penjualan dalam pengujian pengendalian untuk menentukan apakah faktur penjualan sesuai dengan
perjanjian pada saat pembelian. Kemudian pengujian substantif, auditor harus memperhatikan tiga jenis
letak kesalahan yang sering terjadi, yaitu:
a) Pencatatan penjualan tanpa pengiriman barang. Pemeriksaan dilakukan dengan tracing dari jurnal umum ke
dokumen pengiriman, apakah sesuai dengan sumber dokumen atau tidak.
b) Penjualan dicatat lebih dari satu kali, atau double pencatatan, auditor harus memeriksa apakah terjadi
pembatalan dokumensupaya menghindari kesalahan pada laporan keuangan.
c) Pengiriman yang dilakukan adalah fiktif atau sebenarnya tidak terjadi, pegawai yang mencatat penjualan
harusnya tidak merangkap fungsi untuk otorisasi dan pengiriman, karena sangat riskan terjadi kecurangan.

2. Completeness (Kelengkapan) Transaksi penjualan.


Pengujian pengendalian, pengujian tersebut harus dilakukan dengan teliti dan cermat dimulai dari urutan
dokumen pengiriman, kemudian sistem penomoran faktur menggunakan teknik manual atau menggunakan
prenumbered yang sudah terotomatis. Hal ini penting karena untuk mencegah kecurangan. Kemudian dilanjutkan
dengan pengujian substantif, hal ini dilakukan dengan tracing dari dokumen pengiriman ke faktur penjualan dalam
jurnal penjualan.
3. Accuracy (Akurasi) Transaksi Penjualan .
Pengujian pengendalian dilakukan dengan mendapatkan daftar harga untuk melakukan pemeriksaan keakuratan
dan apakah daftar harga tersebut telah disetujui dan di otorisasi oleh atasan perusahaan. Kemudian melakukan
pengujian substantif, dengan mengambil entri dalam jurnal penjualan dan kemudian membandingkan dengan buku
besar piutang dan faktur penjualan.
4. Classification (Klasifikasi) Transaksi penjualan
Pengujian pengendalian dilakukan dengan dokumen kopian untk melakukan verifikasi dan menentukan kebenaran
dalam transaksi penjualan yang terjadi. Selanjutnya adalah dengan pengujian substantif, dalam hal ini auditor harus
memperhatikan dalam cara penjurnalan akun, memperhatikan bahwa tidak diperbolehkan untuk mendebet akun
piutang untuk penjualan tunai dan kredit untuk penerimaan kas dan penagihan piutang. Tidak diperkenankan pula
untuk mencatat penjurnalan untuk aset operasi sebagai penjualan. Prosedur yang dilakukan adalah dengan
memeriksa dokument duplikat atas faktur penjualan yang digunakan untuk meneliti kebenaran atas klasifikasi
penjualan.
5. Timing (Ketepatan Waktu) Transaksi Penjualan Pengujian.
pengendalian dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan dan urutan dokumen pengiriman barang. Kemudian
untuk pengujian pengendalian, penjualan harus dicatat pada saat kepemilikan barang berubah menjadi milik
pembeli, prosedur yang digunakan adalah membandingkan tanggal pencatatan jurnal penjualan dengan tanggal
pada faktur penjualan duplikat dan juga memeriksa dokumen pengiriman.
6. Posting and Summarization Transaksi Penjualan
Pengujian pengendalian dilakukan pada penelaahan bukti bahwa piutang telah dicocokan atau di rekonsiliasi
dengan buku besarnya. Kemudian untuk pengujian substantif dilakukan dengan footing dan cross footing pada
jurnal penjualan dan tracing pada jumlah totalnya ke buku besar untuk memastikan bahwa perkalian atau
penjumlahan pada faktur penjualan dilakukan dengan benar, sekalipun menggunakan sistem komputer dalam
menghitungnya.
e. Tujuan Audit Untuk retur dan pengurangan harga
Tujuan audit dan prosedur untuk mengaudit retur penjualan (sales return and allowance) sama dengan tujuan
audit dan metodologi untuk Penjualan (sales).
1) Pengendalian internal untuk keberadaan
2) pengendalian Internal untuk Completeness
3) Tipe-tipe transaksi.
f. Audit kecurangan pada transaksi penjualan
Dalam transaksi penjualan memungkinkan adanya kecurangan yang dilakukan, seseorang yang memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam penjualan tentunya memiliki cara untuk mendapatkan keuntungan bagi
dirinya sendiri, antara lain adalah.
1) Adanya penjualan palsu dengan pembuatan faktur yang fiktif, untuk meningkatkan insentif penjualan yang
besar
2) Permainan penjualan antara sales dengan pihak berelasi yang menampung barang dagangan (khusus
perusahaan dagang), dimana pada kondisi tersebut pihak berelasi membutuhkan barang dagangan yang
melebihi batas/limit penjualan.
Cara mengatasinya, dapat dilakukan tindakan preventif antara lain:
1) Pembangunan sistem pengendalian internal yang baik dan ketat
2) Melakukan rotasi pegawai bagian penjualan secara berkala, khususnya rotasi area penjualan
3) Deteksi kecurangan dengan pemeriksaan pada rekap penjualan dan nota penjualan (asumsikan
perusahaan dagang menggunakan prenumbered untuk nota penjualan).
4) Deteksi penjualan yang menyimpang, dapat disimpulkan adanya risiko yang tinggi pada akun penjualan.
 
2. Pemeriksaan siklus piutang usaha
a. Pemeriksaan piutang usaha
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagang atau jasa yang secara kredit atau
melakukan pembayaran dengan cara mengangsur. Dalam piutang usaha terdapat sebuah istilah piutang
macet atau piutang ragu-ragu. Piutang ragu-ragu adalah piutang yang menurut perusahaan tidak dapat
ditagih atau kemungkinan untuk dapat tertagih sangat kecil. Penghapusan piutang tak tertagih dan estimasi
beban piutang tak tertagih adalah contoh kelas transaksi dalam siklus piutang.
Terdapat delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha (arens et al. 2008). Delapan
tujuan audit tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan dokumen sumber piutang yang ada dalam perusahaan
dan totalnya telah ditambahkan dengan benar dan memiliki angka yang sama dengan buku besar umum.
2) Piutang usaha yang dicatat memang benar adanya tanpa pengurangan atau penambahan nilai. Menunjuk
pada asersi keberadaan atau eksistensi.
3) Piutang usaha yang ada telah dicantumkan dengan benar. Menunjuk pada asersi kelengkapan atau
completeness
4) Piutang usaha yang terjadi telah dicatat dengan angka yang benar sesuai dengan dokumen sumber, dan
menunjuk pada asersi keakuratan.
5) Piutang usaha yang terjadi telah diklasifikasikan berdasarkan kelompok yang benar, dan menunjuk pada
asersi klasifikasi.
6) Pisah batas piutang tercatat dalam periode yang tepat sesuai dengan tanggal terjadinya. Dan menunjuk
pada asersi cut off atau pisah batas.
7) Piutang usaha dicatat berdasarkan pada nilai realisasi.
8) Klien memiliki hak atas piutang, dan menunjuk pada asersi hal dan kewajiban bagi perusahaan.
 
b. Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang adalah surat pernyataan dari auditor kepada pelanggan yang memiliki kewajiban membayar
hutang kepada perusahaan klien. Surat konfirmasi piutang dibuat oleh perusahaan klien dan dikembalikan kepada
auditor. Di samping itu auditor telah memiliki catatan piutang pelanggan dan surat konfirmasi balasan tersebut
digunakan untuk mencocokkan dengan catatan piutang yang dimintakan kepada perusahaan klien. Surat konfirmasi
harus ditandatangani oleh direktur perusahaan dan kemudian ditanda tangan oleh pelanggan yang menyatakan
kebenaran keadaan piutang kepada perusahaan klien. Surat konfirmasi bertujuan hanya untuk menanyakan
kebenaran pada suatu piutang dan bukan untuk tujuan untuk menagih.

c. Asersi terkait untuk Transaksi Penagihan Kas.


Pada pemeriksaan transaksi penagihan piutang memiliki asersi yang terkait, asersi ini menilai dan mengacu kepada
beberapa transaksi dalam pemeriksaan supaya tidak ada hal penting yang terlewat dalam pemeriksaan tersebut.
1) Existence Transaksi Penagihan Kas. Pengujian pengendalian dimana auditor melakukan observasi terhadap
rekonsiliasi bank milik perusahaan. Kemudian untuk pengujian substantif, auditor melakukan tracing dari
jurnal penerimaan kas ke rekening koran perusahaan, untuk memeriksa kecocokan antara dua dokumen
sumber tersebut.
2) Completeness Transaksi Penerimaan. Pengujian pengendalian dalam hal ini auditor memeriksa dan
mengobservasi penerimaan uang tunai untuk memastikan bahwa uang tersebut benar-benar diterima oleh
perusahaan khususnya bagian penerimaan kas. Kemudian untuk tes substantif, auditor harus melakukan
perbandingan dengan penerimaan uang kas dengan slip setoran atau kopi faktur penjualan yang telah lunas.
3) Accuracy Transaksi Penerimaan Kas Dalam akurasi transaksi, auditor harus melakukan observasi apakah sudah
melakukan pemeriksaan terhadap rekonsiliasi bank dengan melihat rekening koran. Kemudian untuk
pengujian substantif, auditor harus membandingkan antara bukti penerimaan kas dengan rincian bukti
penerimaan dalam rekening koran.
4) Classification Transaksi Penerimaan Dalam pengujian asersi untuk klasifikasi, auditor harus melakukan
penghitungan terhadap bukti-bukti penerimaan kas dengan cara verifikasi internal. Kemudian untuk pengujian
substantif, auditor melakukan pemeriksaan kepada bukti transaksi terhadap pengujian kebenaran dan
klasifikasi akun.
5) Timing Transaksi Penerimaan Kas Pada asersi waktu untuk penerimaan kas, auditor harus mengamati kas yang
belum tercatat pada waktu yang tepat dan harus sesuai dengan faktur yang sudah dapat ditagihkan. Kemudian
untuk pengujian substantif, auditor harus membandingkan tanggal penerimaan pada rekening koran dengan
tanggal penerimaan kas melalui jurnal penerimaan kas.
6) Posting and Summarization Transaksi penerimaan kas harus melakukan penghitungan dan pemeriksaan bahwa
piutang pada buku besar utama telah direkonsiliasi atau dicocokkan dengan buku besar umum. Kemudian
untuk pengujian substantif, auditor harus melakukan penghitungan dengan footing dan cross footing terhadap
jurnal penerimaan kas melakukan tracing pada jumlah totalnya pada buku besar umum.
a. Audit Kecurangan Penagihan Piutang.
Penjualan dan penagihan piutang memiliki kaitan yang erat dikarenakan penjualan dengan sistem kredit.
Penagihan merupakan celah yang cukup banyak untuk terjadinya kecurangan. Kecurangan dalam penagihan
piutang dapat dilakukan beberapa pihak antara lain sebagai berikut.
1) Bagian penagihan, dalam menagihkan uang kepada konsumen uang tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan pribadinya dan tidak disetorkan pada kasir di perusahaan.
2) Kasir, sebagai pemegang keuangan dapat memanipulasi data yang ada dalam sistem komputer dan uang yang
diterima digunakan untuk kepentingan memperkaya diri sendiri.
3) Kasir dan bagian penagihan, keduanya dapat bekerja sama untuk melakukan kecurangan dengan mengambil
uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya sehingga seakan akan faktur penjualan kepada konsumen
belum lunas, pada kenyataannya konsumen sudah melunasi atas barang yang dibelinya.
4) Lapping pada piutang, adalah kejadian atau kecurangan dimana bagian yang mengurus tagihan atau piutang
melakukan pencurian kas atas penerimaan piutang, dimana seorang pegawai pengurus piutang melakukan
penundaan pencatatan penerimaan kas dari satu atau lebih pelanggan dan menutupi kekurangan dengan
penerimaan dari pelanggan yang lain.
5) Pengujian piutang tidak tertagih Pengujian ini memiliki hal yang harus diperhatikan, yaitu pada pencurian kas
yang lakukan dengan menghapus data piutang yang sebenarnya sudah dapat ditagihkan dan memberikan
pemasukan bagi perusahaan namun data tersebut dihilangkan untuk menghilangkan bukti. Pengujian audit
harus dilakukan untuk menilai keabsahan otorisasi penghapusan piutang, yang biasanya dilajukan dengan
penelaahan umur piutang dan dokumentasi terkait karena adanya hubungan istimewa antara pegawai
pengurus piutang dengan pelanggan yang hendak berbuat curang.
Tindakan yang dilakukan oleh auditor dalam memeriksa kecurangan dalam, piutang adalah
dengan cara sebagai berikut:
1) Memeriksa pengendalian internal atas penagihan utang
2) Melakukan konfirmasi piutang
3) Otorisasi pelunasan piutang
 
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai