Anda di halaman 1dari 32

AUDIT PLAN,

AUDIT
PROGRAM,
AUDIT
PROCEDURES,
AUDIT TEKNIK,
RISIKO AUDIT
DAN
MATERIALITAS
Auditing I
Audit Planning
(Perencanaan Pemeriksaan)
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
SA 300 menuliskan bahwa Perencanaan suatu laporan keuangan merupakan pedoma
nmenyusun perencanaan pemeriksaan.

Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI, 2011: 310.1) berbunyi sebagai berikut:
“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”.
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)

Auditor harus menetapkan strategi audit menyeluruh yang mengatur scope,


timing dan direction dari audit dan mengarahkan pengembangan audit plan

Planning dibuat dengan tujuan untuk menentukan jumlah dan tipe bukti
audit dan penelaahan yang diperlukan untuk memberikan auditor
keyakinan bahwa tidak terdapat salah saji material dalam laporan keuangan.
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri
dimana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari
luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
Contoh prosedur perencanaan antara lain;
a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja tahun lalu, arsip permanen,
laporan keuangan dan laporan audit tahun lalu
b. Membahas masalah masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf
kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha
c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang
berdampak terhadap satuan usaha
d. Membaca laporan keuangan internal tahun berjalan
e. Membuat jadwal audit schedule
f. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:
a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah,
direview dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka
panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen.
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan
audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor
akuntan. Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak
faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien. Isi
dari Audit Plan mencakup:

1. Hal-hal mengenai klien.


a. Bidang usaha klien ; Alamat, nomor telfon, email, dll
b. Status hukum perusahaan ( berdasarkan akta pendirian; Nama Pemilik, Permodalan
c. Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi) : Buku Buku yang digunakan, metode pembukuan
d. Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba rugi tahun lalu dan tahun sekarang/ bulan yang
berakhir pada tahun sekarang agar memperoleh gambaran mengenai ukuran perusahaan.
e. Client contact (orang orang yang akan sering dihubungi oleh auditor seperti (Dewan komite/
komite audit, chief accountant)
f. Accounting, Auditing & tax Problem ( perubahan metode yang digunakan, hasil pemeriksaan
tahun lalu yang tidak memuaskan, masalah restitusi atau adanya 2 pembukuan)
Audit Planning (Perencanaan Pemeriksaan)
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
Diperoleh melalui informasi diluar klien seperti majalah bisnis/ ekonomi, surat kabar, atau
adanya peraturan peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor.
Hal hal penting seperti :
a. Staffing (Partner, manager, supervisor, senior, asisten)
b. Waktu pelaksanaan (kapan mulai, berapa lama, target penyelesaian sampai terbit
laporan, budget jum kerja)
c. Jenis jasa yang diberikan
d. Bantuan yang diberikan kepada klien
e. Time schedule.
AUDIT PROGRAM
Audit Program
Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus
menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara tertulis.
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang baik harus mencantumkan:
a. Tujuan pemeriksaan
b. Prosedur audit yang akan dijalankan
c. Kesimpulan pemeriksaan
AUDIT PROCEDURES
DAN AUDIT TEKNIK
AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK

Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam


melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit
evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan.
Untuk itu diperlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence
seperti: konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya jawab (inquiry) dan lain-lain.
RISIKO AUDIT
DAN MATERIALITAS
Materialitas
Konsep materialitas adalah
° Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan penyajian
tersebut secara individu atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut;
° Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi yang
melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian atau kombinasi
keduanya dan
° Pertimbangan tentang hal – hal yang material bagi pengguna laporan keuangan didasarkan
pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh
pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak kesalahan penyajian
terhadap pengguna laporan keuangan individual tertentu yang kebutuhannya tidak
dipertimbangkan.
Materialitas
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan
kuantitatif maupun kualitatif.
Materialitas
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Dalam hal ini, masuk akal jika auditor mengasumsikan
bahwa pengguna laporan keuangan ;
1. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
2. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
3. Mengakui ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang ditentukan
berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan atas peristiwa
masa depan , dan
4. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam laporan
keuangan.
Materialitas
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan, dan pelaksanaan audit
serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit, dan
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi jika ada, dan pada saat merumuskan opini dalam
laporan auditor.
Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan pertimbangan tentang ukuran
kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan pertimbangan tersebut
menyediakan suatu basis untuk ;
a) Menentukan sifat dan luas prosedur penilaian risiko
b) Mengidentifikasikan dan menilai risiko kesalahan penyajian material; dan
c) Menentukan sifat dan luas prosedur audit lanjutan
Materialitas
Penentuan materialitas membutuhkan pertimbangan profesional. Faktor faktor yang dapat
mempengaruhi proses identifikasi suatu tolak ukur yang tepat mencakup
° Unsur – unsur laporan keuangan seperti Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban
° Apakah terdapat unsur – unsur yang menjadi perhatian khusu pada pengguna laporan
keuangan suatu entitas tertentu seperti untuk tujuan pengevaluasian kinerja keuangan,
pengguna laporan keuangan cenderung akan fokus pada laba, pendapatan maupun aset
bersih
° Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya dan industri serta lingkungan ekonomi yang
di dalamnya entitas tersebut beroperasi
° Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas seperti jika pendanaan sebuah entitas hanya dari
utang dan bukan ekuitas, maka pengguna laporan keuangan akan lebih menekankan pada
aset dan klaim atas aset tersebut daripada entitas, dan
° Fluktuasi relative tolak ukur
Materialitas

Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan


audit khususnya pada saat
a) Mengidentifikasikan dan menilai risiko kesalahan penyajian material
b) Menentukan sifat, dan luas prosedur audit selanjutnya, dan
c) Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika
ada, terhadap laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam
laporan auditor
Risiko Audit
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh reasonable assurance bahwa laporan keuangan
secara menyeluruh bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Auditor memperoleh reasonable assurance dengan
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang rendah yang dapat diterima.

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa sadar tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atasa suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
Risiko Audit
Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari
a) Risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control
risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan
keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya, dan
b) Risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah
saji tersebut.
Risiko Audit
A. Risiko Bawaan (Inherent Risk (IR))
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi
tertentu dibandingkan dengan yang lain.
B. Risiko Pengendalian (Control Risk (CR))
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk
mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern.
Risiko Audit
C. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak
memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut
diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih
suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya,
atau menafsirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai
pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi yang memadai dan
pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
Risiko Audit
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima.
Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase
atau secara non kuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.
Risiko Audit
°   Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk
DR = detection risk

Penilaian Auditor atas risiko pengendalian


Tinggi Sedang Rendah
Penilaian Auditor Tinggi Paling Rendah Lebih rendah Sedang
atas risiko Bawaan Sedang Lebih Rendah Sedang Lebih Tinggi
Rendah Sedang Lebih Tinggi Paling Tinggi
Risiko Audit dan Materialitas
Risiko deteksi yang diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit tergantung
pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun atau
golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan
risiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko
pengendalian menurun, risiko deteksi yang dapat diterima akan meningkat. Namun,
auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan risiko bawaan dan risiko pengendalian,
dengan tidak melakukan pengujian substantif terhadap saldo akun atau golongan
transaksi, yang di dalamnya memungkinkan terkandung salah saji yang mungkin
material jika digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya.
Buku Referensi :
Agoes Sukrisno dan Trisnawati
Estralita , 2019. Praktikum Audit,
Buku 1 Edisi 4,Jakarta : Salemba
Empat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai