LANDASAN TEORI
disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian internal tidak lain adalah untuk
6
7
1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan
internal diterapkan agar supaya seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan
2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini
dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan
Agar pengendalian internal dapat berjalan secara efektif seperti yang diharapkan,
maka harus memiliki unsur pokok yang dapat mendukung prosesnya. Adapun unsur
1. Struktur organisasi
fungsi dan tingkatan unit yang dibentuk. Prinsip dalam menyusun struktur
organisasi, yaitu pemisahan antara setiap fungsi yang ada dan suatu fungsi jangan
diberi tanggung jawab penuh melaksanakan semua tahapan kegiatan, hal ini
maksimal.
Struktur organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur hak dan
kemudian berhubungan dengan pencatatan harus disertai pula prosedur yang baku.
Prosedur yang baik menjamin ketelitian dan keandalan data dalam perusahaan.
Transaksi terjadi apabila telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan setiap
dokumen memiliki bukti yang sah, ada paraf dan tanda tangan penjabat yang
memberi otorisasi.
Tata cara kerja secara sehat merupakan pelaksanaan yang dibuat sedemikian rupa
dalam beberapa cara. Unsur kehati-hatian (prudent) penting dijaga agar tidak
seorang pun menangani transaksi diawal sampai akhir sendirian, harus rolling
4. Pegawai berkualitas
Salah satu unsur pokok penggerak organisasi ialah karyawan, karyawan harus
karyawan di tentukan oleh tiga aspek yaitu, pendidikan, pengalaman, dan akhlak.
Tidak hanya berkualitas, tetapi kesesuaian tanggung jawab dan pembagian tugas
Dari ke empat unsur diatas yang paling pokok adalah kualitas seorang karyawan
Sedangkan menurut COSO dalam buku sujarweni (2015:71), ada 5 komponen dari
1. Lingkungan pengendalian
adalah:
perusahaan harus selalu ditanamkan etika dimana jika etika dilanggar itu
b. Filosofi yang dianut oleh manajemen dan gaya operasional yang dipakai oleh
c. Struktur organisasi
1) Komite audit untuk dewan direksi. Tidak hanya karyawan kecil saja yang
dalam memilih karyawan harus selektif dan melalui prosedur tes yang
4) Pengaruh dari luar, apabila lingkungan dalam perusahaan sudah baik, maka
pengaruh dari luar yang buruk akan mudah bersama-sama ditangkal dan
5) Kegiatan pengendalian.
2. Aktivitas pengendalian.
Kegiatan pengawasan merupakan berbagai proses dan upaya yang dilakukan oleh
3. Penaksiran Risiko.
secara manual).
dipercaya.
5. Pemantauan.
12
sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera
perusahaan.
Satu hal yang tidak akan ditemui pada perusahaan yang menjual produk utama
barang dagangan yang belum dijual atau diproses dan dianggap sebagai persediaan.
terhadap neraca dan laba rugi perusahaan. Itu sebabnya persediaan harus dikontrol
sebaik mungkin.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak
boleh terlalu sedikit karena akan memperngaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk
persediaan tersebut.
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan (bahan baku, setengah jadi
barang-barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali, yang diproses ataupun
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak tersedia dipasaran.
diperlukan.
Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal
dagang, ataupun perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis persediaan
yang dimiliki adalah persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses
(work in process), persedian barang jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang
akan digunakan dalam proses produksi. Dan perusahaan dagang maka persediaannya
dari tiap-tiap jenis persediaan tersebut maka dapat dilihat dari penggolongan
1. Persediaan bahan baku (raw material), merupakan terdiri atas harga pembelian,
ongkos angkut, biaya gudang dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan
2. Barang dalam proses (work in process) merupakan barang yang masih dalam tahap
Untuk persediaan barang setengah jadi atau barang jadi harus dipahami bahwa
mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu perusahaan merupakan barang jadi bagi
perusahaan lain karena proses produksi bagi perusahaan tersebut hanya sampai disitu.
Namun dapat saja terjadi barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu perusahaan
merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya. Jadi untuk menentukan apakah
persediaan tersebut merupakan bahan baku barang setengah jadi, ataupun barang jadi
bagi perusahaan harus dilihat apakah perusahaan tersebut sebagai input ataupun
output dari perusahaan atau hasil dari bagaian yang mana dari proses perusahaan
tersebut.
Metode pencatatan persediaan ada dua yaitu, metode perpetual dan metode
periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis persediaan
dikatakan metode fisik karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk
Menurut Stice dan skousen (2009 : 667), “Ada beberapa macam metode penilaian
(Average), masuk pertama, keluar pertama (FIFO), masuk terakhir, keluar pertama
(LIFO)”.
a) Identifikasi Khusus
Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode
berjalan dan barang yang ada ditangan pada akhir periode berdasarkan biaya
aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya
historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat
Metode ini mebebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan
biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap
tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang
terlebih dahulu masuk. FIFO yang dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis
dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode indentifikasi khusus
adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus
17
biaya yang mendekati pararel dengan arus fisik dari barang yang dujual. FIFO
pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam
FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir di beli,
sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya
Metode ini didasarkan pada asumsi barang yang paling baru yang terjual. Metode
LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling
baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO
digunakan periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok
yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir
margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya
yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang harga jual yang meningkat,
pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan
antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.