Anda di halaman 1dari 6

BAB 8

AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES, AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT, DAN
MATERIALITAS

1.1 AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)


Perencanaan dan supervisor berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang
berkaitan sering kali tumpeng (overlap). Auditor sebagai penanggung jawab akhir dapat
mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisor auditnya kepada staf lain dalam
kantor akuntannya (asisten).
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup
audit yang diharapkan.sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang bisnis
satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain :
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industry dimana satuan
usaha tersbut beroperasi didalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut
c. Metode yang digunakan oleh satuan usahatersebut dalam mengolah informasi yang
signifikan,termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan
d. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuian (adjustment)
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
resiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak
yang mempuyai hubungan istimewa
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas (sebagai contoh,
Laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalm perencanaan dan supervise biasanya
mencangkup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi
dengan staf lain dalam kantor akuntan dan gawai satuan usaha tersebut Contoh prosedur tersebut
meliput :

a. Meriview arsip korespondensi, kertas kerja,arsip permanen, laporan keuangan, laporan audit
tahun lalu

b. Membahas masalah-masalah yang brdamakirhada audit dngan staf kantor Akuntan yang
bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha

c. Mengajukan pertanyaan terhadap perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap satuan
usaha

d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan

e Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan klomisaris, atau komite
audit.

f. Mempertimbangkan dampak diterapkan pernyataan standar akuntansi dan standar auditing yang
diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia, terutama yang baru
g. Mengkoordinasi bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data

h. Menentukan luasnya keterlibatan jika ada kunsultan,spesialis, dan auditor intern

i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)

j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit

k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pmbri tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang
tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan
perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui pengalaman
dengan satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada pegawai perusahaan
Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat mengenai sifat
bisnis, struktur organisasi,dan karakterstik operasi, serta auditor adalah publikasi yang dikeluarkan
oleh industry, laporan keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks, majalah, dan
perorangan yang memiliki Pengetahuan tentang industry. Pengetahuan tentang bisnis klien,
membantu auditor dalam:

a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus


b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan. Diolah, direview dan
dikumpulkan dalam organisasi
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan depresiasi, penyisihan piutang
ragu-ragu persentase penyelesaian kontrak jangka panjang
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang ditetapkan dan kecukupan
pengungkapannya

Supervise mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan
menentukan apakan tujuan tersebut tercapai Unsur supervise adalah memberikan intruksi kepada
asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit,
me-review pekerjaan yang dilaksanakannya, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf
audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memandai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak
factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.

Para asisten harus di beritahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka
laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas,
dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis satuanusaha yang bersangkutan
dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor dengan tanggung jawab akhir
untuk setiap audit harus mergarahkan asisten untuk mengemukkan pertanyaan akuntansi dan
auditing signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan
masalah tersebut.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus direview untuk menentukan apakah pekerkjaan
tersebut telah dilaksanakanm secara memadai dan menilai apakah hasilnya sejalan dengan
kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.

Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien.

Isi dari Audit Plan mencangkup :

1.Hal-hal mengenai klien


a. Bidang usaha Klien, Alamat, Nomor Telephon. Facsimile dan lain-lain
b. Status Hukum Perusahaan (berdasarkan akta pendirian)
c. Accounting policy (kebijakan Akuntansi)
d. Neraca (laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan Penjualan Laba Rugi tahun
lalu dan sekarang Perbandingan antara Neraca tahun lalu dan Neraca tahun lalu dan Neraca
tahun sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran mengenaiukuran
besar kecilnya perusahaan.
e. Client contact yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering Dihubungi auditor
misalnya
1) Presiden Direktur
2) Controllel, Chief Accountant
3) Dewan komisaris dan komite Audit
f. Accounting. Auditing & Tax Problem, harus dijelaskan Persoalan yang (mungkin) akan
dihadapi oleh klien seperti :
1) Accuounting Problem, misalnya:
a) Perubahan metode pencatatan dari manual ke computer
b) Revaluasi fixed asset
c) Perubahan metode atau tarif penyusutan
2) Auditing Problm misalnya:
a) Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
b) Perubahan accounting policy
3) Tax Problem, misalnya:
a) Masalah resititusi, kekurangan penyetoran
b) Adanya 2 pembukuan

2. Hal-hal yang mempengarungi klien

Hal-hal yang mempengaruhi Klien, bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara
lain: Business News ekonomi keuangan Indonesia.

3. Rencana kerja auditor

Hal-hal yang penting antara lain

a. Staffing
b. Waktu Pemeriksaan
c. Jenis jasa yang diberikan
d. Bantuan-batuan yang dapat diberikan klien
e. Time Schedule

12 AUDIT PROGRAM

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan Dimulai, auditor harus
menyusun audit program yang mrupakan kumpulan Dari prosedur audit yang akan dijalankan dan
dibuat secara tertulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus dilaksanakan Audit program harus
menggariskan dengan rinci, prosedur Audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk
mencapai tujuan Audit.

Audit Program yang baik harus mencamtukan :


1. Tujuan pemeriksaan
2. Prosedur audit yang akan dijalankan
3. Kesimpulan pemeriksaan

Sebagai KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan digunakan di setiap
kliennya, sebagian lagi mnggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi situasi diperusahaan
(tailor made). Akan lebih baik Jika audit program dibuat terpisah untuk Compliance test dan
substantive test.

1.3 AUDIT PROCEDURES AUDIT TEKNIK

Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh Asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif Audit procedures dilakukan rangka
mendapatkan bahan-bahan Bukti (audit avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor
atau Kewajaran laporan keuangan Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk
memperoleh audit evidence sepert: konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya jawab (inquiry) Dan lain-
lain

1.4 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

Dalam PSA No.25. diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan
materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :

1. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapn standar auditing. Khususnyan standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercemin dalam laporan audit bentuk
baku.
2. Adanya risiko diakui dngan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan fungsi
auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan
karekteristik kecurangan, auditor dapat mmperoleh kenyakinan memadai, bukti mutlak,
bahwa salah saji terdeteksi.
3. Konsep materialtas mengakui bahwa bebrapa hal, baik secara individual atau keseluruhan,
adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku diindonesia, sedangkan beberapa hal lainnya tidak penting
4. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau
keseluruhan, cukup signifikan sehingga data mengakibatkan laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar, dalam semua hal material, sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah- masalah yang mungkin
material terhadap laporan keuangan, auditor tidak Bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang
disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan.
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak sengaja jumlah Atau
pengukapan dalam laporan keuangan Kekeliruan mencangkup :
a Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusun
laporan keuangan.
b.Estimasisi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir kata
c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan Jumlah klasifikasi,
cara penyajian atau pengakapan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan auditor
secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam
laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit
laporan keuangan salah saji yang timbul dan kecurangan dalam laporan keuangan dan salah saji yang
timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut
dalam SA Seksi 316 (PSA No 32 dan PSA No.70) factor utama yang membedakan kecurangan dan
kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan
keuangan merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh memadai bahwa laporan
keuangan bebas salah saji material tidak ada perbedaan penting antara kekeliruan dan kecurangan.
Namun terdapat perbedaan, dalam hal tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi.
Sebaliknya, bila kecurangan terdeteksi, auditor harus mempertimbangkan implikasi integrtas
manajmen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.

9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara
gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan Sifat dan jumlah dalam
kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan disuatu entitas mungkin
tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan
memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan Pertimbangan
mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya
dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitauf Definisi tersebut mengakui
pertimbangan materialitas dilakukan dengan menghitungkan keadaan yang melingkupi dan
perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik Dalam :
a Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang brlaku umum di Indonesia.
Auditor harus mumpertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup sebagai
dasar memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b).

12 Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada
tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan.

13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangan dalam


menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan
dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Namun,
karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagaian besar prosedur audit
berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar efisien untuk tujuan.
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi
salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar. secara individual atau keseluruhan yang
secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan SA Seksi 326 (PSA
No.07), Bukti audit paragraph 20 menyatakan bahwa," auditor pada hakikatnya bekerja
dalam batas-batas ekonomi, agar mempunyai manfaat ekonom, pendapat auditor harus
dirumuskan dalam jangak waktu dan biaya yang wajar".
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan di auditnya selesai di susun. Dalam
kedua keadaan tersebut, pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin
didasarkan atas laporan keuangan interln tersebut yang disatukan atau laporan
keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya, asalkan ia pengaruh perubahan
besar dalam entitas tersebut (contoh merger) dan perubahan lain yang relevan dalam
perekonomian secara keseluruhan atau industry yang merupakan temapat entitas
tersebut berusaha
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri atas (a) resiko yang
meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk) bahwa
saldo akun atau golongan transakasi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan
atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b)
resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut.
Penjelasan berikut menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen resiko di
atas. Cara yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor tergantung pada
pendekatan audit yang dilakukannya.
17. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi Kedua resiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan, sedangkan resiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapur di
ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko deteksi mempunyai hubungan yang
terbalik dengan resiko bawaan dan resiko pengedalian. Semakin kecil resiko bawaan dan
resiko pengedalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar resiko deteksi yang
diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya resiko bawaan dan resiko pengedalian yang
diyakini auditor, semakin kecil tingkat resiko deteksi yang diterima. Komponen resiko
audit ini ditentukan secar kuantitatif, seperti dalam bentuk persentanse atau secara non
kuantitatif yang berkisar. Misalnya, dari minimum sampai maksimum
AR-IR CRXDR atau DR-AR/IRXCR
Dimana:
AR > overall audit risk
IR > inherent risk
CR = control risk
DR > detection risk

18. Resiko deteksi yang diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi resiko audit suatu saldo akun
atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap resiko
pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko
pengendalian menurun, resiko deteksi yang dapat diterimanya akan meningkat. Namun,
auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian
dengan tidak melakukan pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan
transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika
digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

Anda mungkin juga menyukai