Anda di halaman 1dari 20

PENYEBAB, RISIKO, JENIS-

JENIS DAN KLASIFIKASI


FRAUD
KELOMPOK 2 :
1. Rinata dwi anggraini 20041008
2. Eka Tri Wulandari 20041016
3.Putri salsa dwi paramita 20041021
• Teori-teori Penyebab Fraud

A. Segitiga Fraud
Konsep fraud triangle saat ini digunakan
secara luas dalam praktik Akuntan Publik
pada Statement of Auditing Standard
(SAS) No. 99, Consideration of Fraud in a
Financial Statement Audit yang
mengantikan SAS No.82". Konsep ini
bertumpu pada riset Donald Cressey
(1953) yang menyimpulkan bahwa fraud
mempunyai tiga sifat umum.
Fraud triangle terdiri dari tiga
kondisi yang umumnya hadir pada
saat fraud terjadi:
b. Peluang atau
kesempatan untuk
melakukan fraud
(opportunity)

a. Insentif atau tekanan c. Dalih untuk


untuk melakukan fraud membenarkan tindakan
(pressure). fraud (rationalization)
Dalam perkembangan selanjutnya hipotesa ini
lebih dikenal sebagai fraud triangle atau segitiga
fraud. Tiga faktor tersebut digambarkan sebagai
segitiga fraud (Fraud Triangle) sebagai berikut:

1 2 3

Incentive/pressure Opportunity Rationalization


Pressure adalah Opportunity adalah Rasionalisasi merupakan
dorongan orang untuk peluang yang bagian dari fraud
melakukan fraud. memungkinkan triangle yang paling
terjadinya fraud. sulit diukur.
Berlian Fraud (Diamond
Enter Theory)
Ada cara lain yang disebut Diamond
Fraud untuk meningkatkan
title

pencegahan dan deteksi fraud dengan


mempertimbangkan elemen keempat
selain menangani peluang atau insentif
(tekanan), kesempatan, dan
rasionalisasi, yaitu mempertimbangkan
kemampuan individu (capability).
Menurut diamond theory terdapat 4
elemen penyebab fraud sebagai
berikut:
a. Insentif: memiliki kebutuhan atau
dorongan untuk melakukan fraud,
b. Peluang: ada kelemahan dalam
sistem yang dapat dimanfaatkan,
Rasionalisasi: fraud yang dilakukan
sebanding dengan risikonya,
c. Kemampuan: memiliki sifat dan
kemampuan yang diperlukan untuk
menjadi orang yang tepat untuk
melakukan fraud.
GONE Theory
Teori lain tentang penyebab fraud dikenal
dengan teori GONE oleh G. Jack Bologna.
Teori ini menggambarkan empat faktor
pendorong seseorang melakukan fraud, yaitu:
a. Greed (keserakahan)
b. Opportunity (kesempatan)
c. Need (kebutuhan)
d. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang


berhubungan dengan individu pelaku fraud
(disebut juga faktor individual), Sedangkan faktor
Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang
berhubungan dengan organisasi sebagai korban
perbuatan fraud (disebut juga faktor
generik/umum).
MCP Theory

Teori MCP merupakan singkatan dari tiga faktor yang


dianggap dapat mendukung atau memicu terjadinya fraud
dalam organisasi. Teori MCP terdiri dari:
1. Motives (motivasi dan motif yang mendorong
seseorang melakukan fraud).
2. Capabilities (kemampuan yang dimiliki seseorang yang
memungkinkan melakukan fraud)
3. Possibility of Exposure (kemungkinan tindakan fraud
akan terungkap atau diketahui oleh pihak berwenang dan
mendapat sanksi).
• Faktor-Faktor Risiko Fraud

Berdasarkan catatan tambahan pada Statement of Auditing


Standard (SAS) No.99 dari American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA) yang Merevisi SAS No. 82
"Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit
disebutkan contoh dan faktor-faktor risiko fraud. SAS No.99
telah mengaitkan faktor risiko fraud dengan segitiga fraud.
Konsep segitiga fraud dipakai untuk menjelaskan faktor risiko
fraud Apa yang disajikan oleh catatan tambahan pada SAS
No.99 adalah hanya sekedar contoh, karena faktor risiko fraud
sebenarnya mencakup situasi dan kondisi yang luas dan
beragam, auditor sendiri yang harus dapat memperkirakan dan

FOUR
menentukan faktor-faktor risiko fraud dalam setiap
penugasannya
Ada dua tipe fraud Menurut standar auditing
tersebut, yaitu :

01
fraud yang berkaitan dengan penyajian dan pelaporan
laporan keuangan (fraudulent financial reporting) dan
penggelapan/penyalahgunaan aset (misappropriation of
assets).

02
penggelapan/penyalahgunaan aset
(misappropriation of assets).
Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan penyajian
secara salah laporan keuangan dalam nilai material atau
5
signifikan (fraudulent financial reporting) :
4.5

4
01
3.5
Insentif atau Tekanan (Pressure)
3

2.5 02
2

1.5
Peluang atau Kesempatan (Opportunities)

03
1

0.5

0 Sikap atau Rasionalitas


(Attitudes/Rationalizations)
• Jenis – Jenis Dan Klasifikasi
Fraud
A. Klasifikasi menurut The Association
of Certified Fraud Examiners (ACFE)

1. Penyimpangan atas aset (Asset


Misappropriation) 3. Korupsi (Corruption)
Asset Misappropriation seringkali diidentikkan
sebagai employee fraud atau fraud yang dilakukan
oleh pegawai sebab mayoritas pelaku Asset Fraud jenis ini sering kali tidak dapat
Misappropriation memang berada pada tingkat dideteksi karena para pihak yang bekerja
atau kedudukan sebagai pegawai. sama menikmati keuntungan (simbiosis
2. Pernyataan atau pelaporan yang
mutualisma).
menipu atau dibuat salah (Fraudulent
Statement)
Fraudulent statement seringkali diidentikkan
sebagai management fraud atau fraud yang
dilakukan oleh manajemen sebab mayoritas
pelaku memang berada pada tingkat atau
kedudukan di lini manajerial (pejabat atau
eksekutif dan manajer senior).
B. Klasifikasi menurut Standar
Auditing Seksi 316 (SA 316)

)
Salah saji yang timbul dari fraud
1. Penyimpangan atas dalam pelaporan keuangan adalah

asset (Asset salah saji atau penghilangan secara

Misappropriation)
Dalam perspektif SA 316, fraud ini
sengaja suatu jumlah atau
pengungkapan dalam laporan
akan dievaluasi potensi risiko
keuangan untuk mengelabui
keterjadiannya dan apabila terjadi
pemakai laporan keuangan.
akan dievaluasi implikasinya
terhadap laporan keuangan, berupa
2. Pembuatan
salah saji yang material pada laporan pernyataan atau
keuangan. pelaporan yang
dipalsukan atau salah
(Fraudulent Statement)
C. Klasifikasi menurut Fraud Type
Triangle
Terdapat versi lain pengklasifikasian fraud yang
penting untuk diketahui, yakni yang diistilahkan
sebagai fraud type triangle yang dibuat oleh Dr.
Steve W. Albrecht. Fraud type triangle membagi
jenis-jenis fraud berdasarkan tingkat kesulitan
dalam mendeteksi dan mengungkapnya.
Enter title

D. Klasifikasi lainnya
• Selain yang telah dikemukakan di atas, jenis-jenis fraud dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Berdasarkan letak pelaku di suatu entitas . dikenal fraud oleh pihak internal
entitas dan fraud oleh pihak eksternal entitas
b. Berdasarkan korbannya dikenal fraud against organisation atau fraud
terhadap entitas dan fraud by organisation atau fraud oleh entitas. Pembagian ini
dibuat oleh Mrashall B. Clinard dan Richard Quinney.
c. Berdasarkan jenis industrinya yang tertentu dikenal banking fraud, credit card
fraud, insurance fraud securities fraud, tax fraud, Sebagaimana diketahui industri
jasa keuangan (perbankan, asuransi, pasar modal) dan perpajakan sangat diatur
oleh Pemerintah
d. Berdasarkan pencatatan, fraud dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori
e. Berdasarkan frekuensi terjadinya, fraud dibagi menjadi dua
f. Berdasarkan kedudukan atau jenis pelaku
E . Fraud dibidang Teknologi Informasi,
Komunikasi dan Multimedia

Di luar klasifikasi jenis-jenis fraud di atas, terdapat satu lagi


tipologi fraud yaitu cybercrime. Inu jenis fraud yang paling
canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian
khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga
akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan di
mana teknologi informasi, komunikasi dan multimedia
berkembang dengan pesat dan canggih.
F. Klasifikasi menurut Undang-
undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Korupsi merupakan perbuatan tindak pidana, melanggar hukum, di

mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-

negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih

kurang kesadaran akan tata kelola pemerintahan yang baik

sehingga faktor integritas pejabat dan pegawai negeri masih

dipertanyakan.
G. Klasifikasi Menurut Kitab
Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP)

Bila yang mengalami kerugian adalah Negara atau


Pemerintah dan Masyarakat, perbuatan fraud tersebut
disebut sebagai korupsi dan pelakunya diancam dengan
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(UUTPK).
H. Fraud atau Kejahatan Kerah
Putih (White-collar Crime)
Istilah white collar crime dikenalkan oleh Edwin H.
Sutherland di bulan Desember 1939 ketika ia
menyampaikan pidato pengukuhannya selaku Ketua
Perhimpunan Sosiolog Amerika di Philadelphia.Status
sosial merupakan faktor dalam kriminalitas white collar,
namun posisi yang dimiliki pelaku yang berkaitan dengan
Matus sosial, bukan status sosial semata, yang memberi
kemampuan kepada white collar.
「 THNAKS

Anda mungkin juga menyukai