Anda di halaman 1dari 3

FRAUD

Fraud atau kecurangan merupakan hal yang sekarang banyak dibicarakan di indonesia. Pengertian fraud itu
sendiri merupakan penipuan yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan
keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya.
Adapun menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah perbuatan-perbuatan
melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
kepada pihak lain) dilakukan oleh orang-orang dari dalam atau luar untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun
kelompok secara langsung atau tidak langsung merugikan orang lain.
KORUPSI
Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai di perbincangkan, baik di media massa maupun maupun media cetak.
Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat
luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara.
Korupsi merupakan budaya peninggalan masa lalu. Ini merupakan suatu budaya yang sulit dirubah karena
melekat pada diri manusia itu sendiri yang merupakan moralitas atau akhlak.Untuk merubah itu semua perlu dicari
sebab-sebab dan bagaimana untuk mengatasinya. Penyebab utama adanya korupsi adalah berasal dari masing-masing
individu dan untuk mengatasinya harus dimulai dari penyusunan akhlak yang baik dalam diri manusia itu sendiri selain
upaya-upaya lain yang bersifat eksternal berupa pencegahan-pencegahan melalui penegakan hukum itu sendiri.
Korupsi umumnya didefinisi adalah penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintahan (misuse of public office)
untuk keuntungan pribadi. Korupsi yang didefinisikan seperti itu meliputi, misanya, penjualan kekayaan negara secara
tidak sah oleh pejabat, kickbacks dalam pengadaan di sektor pemerintahan, penyuapan, dan “pencurian”
(embezzlement) dana-dana pemerintah.
FRAUD TREE (POHON FRAUD)

Secara skematis, Assosiation of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam
bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta rantinf dan
anak rantingnya. Occupational fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropriation,
dan fraudulent statements.
1. Corruption, tindak pidana korupsi dan 4 bentuk dalam ranting-ranting: conflicts of interest, bribery, illegal
gratuities, economics extortion.
2. Aset Misappropriation
Aset misappropriation atau “pengambilan” aset secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri.
Di dalam istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan oleh
seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut menggelapkan. Istilah
pencurian, dalam fraud tree disebut larceny. Istilah penggelapan dalam bahasa Inggris nya adalah embezzlement.
3. Fraudulent Statement
Cabang dan ranting yang menggambarkan fraud yang diberi label “Fraudulent Statements” dapat dilihat
di sisi kanan dari fraud tree. Jenis fraud ini sangat dikenal oleh auditor yang melakukan general audit (opinion
audit). Fraud yang berkenaan dengan penyajian laporan keuanga, sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat
atau para LSM/NGO, namun tidak menjadi perhatian akuntan forensik.
MANFAAT FRAUD TREE
Fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat. Fraud tree memetakan fraud dalam lingkungan kerja. Peta
ini membantu akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada gejal-gejala “penyakit” fraud yang
dalam auditing dikenal sebagai red flags. Dengan memahami gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik audit
investigatif, akuntan forensik dapat mendeteksi fraud tersebut.
Fraud Triangle
PERCEIVED
OPPORTUNITY

FRAUD
TRAIANGL
E
PRESSURE RATIONALIZATION

Dalam perkembangan selanjutnya, hipotesis dari penelitian tersebut dikenal sebagai fraud triangle atau segitiga
fraud. Sudut pertama dari segitiga itu diberi judul pressure yang merupakan perceived non-shareable financial need.
Sudut keduanya, perceived opportunity. Sudut ketiga, rationalization.
PRESSURE (non-shareable financial problem)
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya.
Orang ini mempunyai kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan nya kepada orang lain.
Konsep yang penting di sini adalah, tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia
tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain. Dari penelitiannya, Cressey menemukan bahwa non-shareable problem
timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam enam kelompok:
 Violation of Ascribed Obligation
Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi
yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikannya. Di samping harus jujur, ia dianggap
perlu memiliki perilaku tertentu.
 Problems Resulting from Personal Failure
Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang mempunyai kedudukan
serta dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahan nya menggunakan akal sehatnya, dan karena itu
menjadi tanggungjawab pribadinya.
 Business Reversals
Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga mengarah kepada
non-shareable problem. Masalah ini berbeda dari kegagalan pribadi yang dijelaskan diatas, karena pelakunya
merasa bahwa kegagalan itu berasal dari luar dirinya atau luar kendalinya. Dalam persepsinya, kegagalan itu
karena inflasi yang tinggi, atau krisis moneter, tingkat bunga yang tinggi, dan lain-lain.
 Physical Isolation
Situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian. Dalam situasi ini, orang itu
bukan tidak mau berbagi keluhan dengan orang lain. Ia tidak mempunyai orang lain tempat ia berkeluh dan
mengungkapkan masalahnya.
 Status Gaining
Situasi ini tidak lain dari kebiasaan buruk untuk tidak mau kalah dengan “tetangga”. Orang lain punya
harta tertentu, ia juga harus seperti itu atau lebih dari itu. Orang lain punya jabatan tertentu, ia juga harus
punya jabatan seperti itu atau bahkan lebih baik. Dalam situasi yang dibahas di atas, pelaku berusaha
mempertahankan status. Di sini, pelaku bersedia meningkatkan statusnya.
 Employer-Employee Relation
Situasi ini mencerminkan kekesalan (atau kebencian) seorang pegawai yang menduduki jabatan yang
dipegangnya sekarang, tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan baginya, yakni ia tetap harus
menjalankan apa yang dikerjakannya sekarang.

PERCEIVED OPPORTUNITY
 general information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust atau
kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
 technical sklill atau keahlian/ketrampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut.
RATIONALIZATION
Rationalization (rasionalisasi), dapat dikatakan sebagai usaha untuk mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan, bukan sesudahnya. Biasanya secara naluri alamiah ketika kejahatan telah dilakukan, rationalization ini
ditinggalkan. karena tidak diperlukan lagi. Pertama kali manusia akan berbuat kejahatan atau pelanggaran, ada
perasaan tidak enak.

Bentuk-bentuk korupsi dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu


1. Benturan kepentingan (conflict of interest)
Benturan kepentingan (conflict of interest) terjadi saat seorang pegawai, manajer, atau eksekutif memiliki
kepentingan ekonomis perorangan dalam transaksi yang bertentangan dengan kepentingan pemberi kerjanya.
Dalam beberapa hal, kepentingan tersebut tidaklah selalu berupa kepentingannya sendiri. Terdapat beberapa
kasus dimana si pegawai melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan demi
keuntungan kaawan atau saudaranya, walaupun dia sendiri tidak memperoleh keuntungan finansial dari
tindakannya tersebu
2. Pemberian Hadiah Yang Illegal (illegal gratuity)
Pemberian sesuatu yang mempunyai nilai kepada seseorang tanpa disertai dengan niat untuk mempengaruhi
keputusan bisnis tertentunya. Pemberian tersebut biasanya dilakukan setelah keputusan bisnis yang
menguntungkan orang atau pemasok tertentu telah dilakukan. Pihak-pihak yang diuntungkan dengan adanya
keputusan tersebut memberikan hadiah sesuatu kepada pegawai yang mengambil keputusa
3. Pemerasan (economic extortion)
Pemerasan ini dilakukan oleh orang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan sesuatu. Dengan
kewenangan yang dimilikinya maka pelaku kecurangan meminta pihak yang terkait untuk memberikan
keuntungan keuangan. Contoh kecurangan ini, pemasok bukannya menawarkan pembayaran suap untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan si pembeli, namun justru pegawai perusahaan pembelilah yang meminta
pemasok untuk membayar sejumlah tertentu pada dia agar membuat keputusan yang menguntungkan si
pemasok. Jika si pemasok menolak membayar, dia akan menghadapi kerugian, seperti kehilangan kesempatan
untuk menjadi pemasok perusahaan tersebut.
4. Penyuapan (bribery)
Suap dapat didefinisikan sebagai penawaran, pemberian, atau penerimaan segala sesuatu dengan niat untuk
mempengaruhi aktivitas pegawai. Sering dikenal juga dengan istilah commercial bribery yaitu berkaitan dengan
penerimaan uang di bawah meja sebagai imbalan atas penggunaan pengaruhnya dalam pelaksanaan transaksi
bisnis. Dalam kejahatan suap tersebut, si karyawan / pegawai menerima pembayaran tanpa sepengetahuan si
pemberi kerja.

Anda mungkin juga menyukai