Dosen Pembimbing
Arif Rahmatullah, M.Si
PRODI AKUTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
PEMBAHASAN
KERETA MAGLEV
1.1 Pengertian Kereta Maglev
Kereta api merupakan suatu alat transportasi massal yang secara umum
terdiri dari lokomotif dan serangkaian gerbong-gerbong yang dapat
mengangkut banyak penumpang dan barang. Adapun jenis dan macam kereta
api yang sudah kita ketahui adalah: kereta api konvensional, kereta api
monorail, kereta api bawah tanah (subway), dll. Saat ini teknologi
perkembangan di bidang perkereta apian yang terbaru adalah dengan
mengembangkan teknologi system bantalan rel dengan teknologi gaya
melayang magnet atau yang lebih dikenal dengan magnet levitation. Magnetic
leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat sebuah
objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet. Medan ini
digunakan untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi. Jepang
merupakan negara pertama yang mengembangkan jaringan kereta Maglev
yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1964. Mengingat Jepang
merupakan salah satu Negara industry di Asia, dengan mobilitas yang sangat
tinggi, maka diperlukan alat transportasi darat yang mendukung seluruh
aktifitas penduduk Jepang. Hanya Jepang dan Jerman saja yang siap
memasuki dunia Maglev, bila dilihat dari teknologi Maglev yang telah
terbukti mencapai kecepatan yang mencengangkan hasil dari kedua Negara
tersebut.
1.2 Penelitian tentang magnet leviatation
Mulai tahun 1965 penelitian tentang magnetic levitation pertama kali
dipublikasi. Pada periode tahun 1960-an inilah penelitian kereta maglev
mengalami perkembangan. Tahun 1970-1980 teknologi kereta maglev
sudah matang dan mulai diproduksi. Setelah kereta maglev diproduksi, pada
tahun 1990-an kereta maglev berada pada tahap pengujian. Pada tahun
2003, kereta maglev mulai beroperasi di Shanghai China. Pada uji coba
yang dilaksanakan pada tahun 1996, kecepatan yang berhasil dicapai kereta
ini adalah 443 km/jam (275 mil/jam) untuk rel konvensional, dan
menorehkan prestasi karena dinobatkan sebagai kereta tercepat di dunia
dengan kecepatan 581 km/jam (361mil/jam) pada tahun 2003.
Pada bulan maret 2000 China menyetujui pembangunan Maglev dengan
menggunakan teknologi Jerman. Berdasarkan persetujuan ini, China akan
membangun jaringan kereta komersial terpanjang di dunia. Pembangunan
teknologi Maglev ini direncanakan mencapai kecepatan 430 km/jam (270
mil/jam) dan akan menjadi jaringan kereta Maglev terpanjang di dunia.
China menggunakan German Transrapid sistem dengan rute bandara
internasional Pudong, Shanghai-Longyang, melalui 2 jalur metro
(subway/jalur bawah tanah) yang ditempuh dalam waktu delapan menit.
Dengan adopsi teknologi Jerman, China mengembangkan jalur baru dengan
rute ShanghaiHangzhou yang beroperasi tahun 2010.
1.3 riset dan pengembangan kereta maglev
Kereta maglev bisa beroperasi dalam kecepatan 300-400 km/jam. Dalam uji
coba di jepang. JR-Maglev kereta maglev tercepat di dunia dengan
kecepatan resmi, 581 km/jam (2003,Guiness World Record). Penggunaan
kereta api/listrik, 3X lebih hemat dari mobil dan 5X lebih hemat dari
pesawat terbang. Kereta maglev terdiri dari 2 gerbong minimal dan
maksimal bisa 10 gerbong. Dapat juga digunakan sebagai kereta kargo
dengan kapasitas seberat 15 ton/gerbong.
1.4 Prinsip Kerja Magnetically Levitated Train (Maglev train)
Pada umumnya prinsip kerja dari Maglev train adalah dengan
memanfaatkan daya tolak-menolak dan gaya tarik-menarik antara medan
magnet yang berada pada rel (railway) dengan kereta itu sendiri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa untuk membuat kereta ini terangkat dari lintasannya
dibutuhkan medan magnet yang sangat kuat. Tentu saja untuk mendapat
medan magnet yang kuat dibutuhkan magnet batang dengan jumlah yang
sangat banyak, namun permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan
penerapan hukum Lenz.
Dalam hukum Lenz disebutkan bahwa, “Arus imbas akan muncul dalam
arah yang sedimikan rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan
yang menghasilkannya”. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa hukum Lenz ini hanya berlaku pada rangkaian
penghantar ruangan tertutup. Sehingga bila terdapat perubahan fluks magnet
dalam ruang yang dikelilingi sistem kawat yang membentuk kumparan
tertutup (rangkaian sistem tertutup), maka akan mengakibatkan terciptanya
medan magnet yang melawan perubahan fluks magnet dalam sitem itu.
Daya angkat magnet dapat dilihat berdasarkan material magnet dan system
yang dapat menarik atau menekan bagian masing-masing (antara kereta
dengan dinding lintasan) secara bersama-sama dengan gaya yang
bergantung pada medan magnet dan area dari magnet itu sendiri, sehingga
tekanan oleh magnet (magnetic pressure) dapat diketahui. Tekanan
magnetic dari magnet dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Dimana Pmag merupakan tekanan magnetic persatuan luas (Pacal/Pa), B
adalah medan magnet (Tesla), dan μ0 = 4π×10−7 N·A−2 adalah
permeabilitas vakum. Biasanya design dari Maglev train ini dibuat
streamline (langsing) atau aerodinamis yang bertujuan untuk mengurangi
gesekan terhadap udara, sehingga kereta ini dapat bergerak dengan cepat
mengingat tidak terdapat gesekan antara kereta dengan rel (lintasannya).
3. Initial Configuration
Konfigurasi awal yang diterapkan dalam perancangan LFX adalah sebagai berikut
:
• Wing : Fix Middle wing (untuk memudahkan maneuver)
• Landing gear : Tricycle Retractable (saat flight dan landing)
• Landing area : land
• Material : metal, composite, dan beberapa material lainnya
• Kapasitas : 1 pilot
4. Engine
Engine yang akan dipakai 2 mesin turbo fan, spesifikasinya antara lain :
• Manufacturer : Shenyang Liming
• Model : tipe WS-10G
• Thrust W/afterburner : 155000 N ( 2 engine)
• Lokasi engine : aft body (thrust vector)
• Lokasi fuel tank : center body (down)
5. Weight
Dengan mengambil rata-rata dari perbandingan tiga fighter aircraft maka
perkiraan weight antara lain :
• MTOW : 34473 Kg
• Useful load : 16601kg (36599 lbs)
• Payload : 4 x AIM-120 AMRAAM dengan berat total 12,000 lbs
2× AIM-9 Sidewinder dengan berat total 2,000 lbs
6. Performance
Pesawat supersonik LFX diharapkan mampu memiliki performance :
• Max cruise speed : M = 2 pada ketinggian 40,000 ft dengan beban eskternal
• Climb : Direct climb ke ketinggian 40,000 ft dalam waktu 6 menit
• Pressurization : 5,000 ft, cockpit at 60,000 ft
• Combat radius : 1852 km (1000 nm)
• Range : 3600 km (1944 nm)
• Maximum design g-load : 9g
PERFORMANCE
Maximum Speed 1.6+ 2+ 2.25 (super
(Mach) cruise:1.82)
Range (Km) 2,220 5,500 2,960
Combat Radius Over 1,090 1,500 759
(Km)
Service Ceiling (m) 18,288 20,000 19,812
Rate of Climb m/s - 350
Wing Loading 446 330-470 375
(kg/m2)
Cruise Speed 1,850-
(Km/h) 2,100
Thrust/Weight 0.87 (full fuel) 1.19
1.07 (50% Fuel)
Maximum design 9g 9+g -3.0/+9.0 g
g-load
Langkah ke 2 adalah membandingkan berat MTOW dan berat empty weight (We)
pesawat tempur LAPAN LFX dengan pesawat tempur pembanding.Dari data
Maximum Take-Off Weight (MTOW) pesawat pembanding, maka dapat
ditentukan estimasi berat Wto untuk pesawat LAPAN LFX sebesar 74,000 lbs .
Selanjutnya dengan estimasi berat Wto tersebut, berat bahan bakar (Wf) dapat
dihitung dengan tahap sebagai berikut[Roskam, Jan, 1985]:
• Fase 1 : Engine Start and Warmup,
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.99
Fase 2 : Taxi
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.99
• Fase 3 : Take Off
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.99
• Fase 4 : Climb
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.96
Range Covered sebesar 111 nm
• Fase 5 :Cruise – Out
Fase cruise ini pada ketinggian 12,192 m dengan kecepatan 590 m/s Rasio L/D
saat fase ini adalah sebesar 8.5
Menggunakan persamaan (a) didapatkan rasio nya sebesar 0.9425
• Fase 6 :Loiter
Fase loiter selama 30 menit.
Rasio L/D saat fase ini adalah sebesar 9
Menggunakan persamaan (b) didapatkan rasio nya sebesar 0.9617
• Fase 7 :Descent
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.99
• Fase 8 :Dash-Out
Rasio L/D saat fase ini adalah sebesar 6.5
Menggunakan persamaan (a) didapatkan rasio nya sebesar 0.9726
• Fase 9 :Drop Bomb
Tidak ada pengurangan bahan bakar. Jadi rasio nya sebesar 1
• Fase 10 :Strafe
Waktu strafing selama 5 menit dengan specific fuel consumption maksimum
sebesar 0.9 lb/hr/hp.
Rasio L/D saat fase ini adalah sebesar 6.5
Menggunakan persamaan (b) didapatkan rasio nya sebesar 0.9908
• Fase 11 :Dash-In
Rasio L/D saat fase ini adalah sebesar 7
Menggunakan persamaan (a) didapatkan rasio nya sebesar 0.9756
• Fase 12 :Climb
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.96
Range Covered sebesar 60 nm
• Fase 13 : Cruise – In
Fase cruise ini pada ketinggian 12,192 m dengan kecepatan 590 m/s
Rasio L/D saat fase ini adalah sebesar 9
Menggunakan persamaan (a) didapatkan rasio nya sebesar 0.9456
• Fase 14 : Descent
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.99
• Fase 15 : Landing, Taxi, Shutdown
Mengacu pada table 2.1 Roskam, rasio nya sebesar 0.995
2.7 Analisis Karakteristik Aerodinamik Pesawat LFX telah dilakukan dengan
pengujian model LFX di terowongan angin supersonic
Analisis Karakteristik Aerodinamik Pesawat LFX telah dilakukan dengan
pengujian model LFX di terowongan angin supersonic Lapan pada kecepatan 1.7
M dengan seting tekanan storage 90 psig, tekanan static 20 In Hg(9.8 psi) pada
test section dan tekanan total 55 psig pada settling chamber selama kurang lebih
60 detik. Model uji pesawat LFX ini mempunyai skala 1:56 dari ukuran
sebenarnya,sehingga diperoleh ukuran model dengan panjang body 34 cm dan
panjang wing span 25 cm. Dari pengujian tersebut diperoleh data–data hasil
pengujian berupa gaya – gaya aerodinamik yang terjadi pada pesawat terbang
LFX. Gaya–gaya tersebut adalah gaya axial yang merupakan gaya hambat, gaya
normal atau gaya angkat, dan gaya momen. Pengujian dilakukan hanya pada satu
resim kecepatan, untuk memperoleh informasi karakteristik aerodinamik yang
lebih lengkap perlu dilakukan pengujian untuk beberapa resim kecepatan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa model mengalami gaya momen atau gaya roll
yang cukup besar sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih teliti, terutama
untuk model dan karakteristik aliran dari Terowongan Angin.
Daftar Pustaka