Di Negara kita 80% beragama islam dan Negara kita kita termasuk Negara
yang populasi muslimnya terbanyak didunia sebagai umat muslim yang baik kita
harus toleransi baik itu dengan sesama agama maupun beda agama. Islam secara
historis termasuk agama semitik yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sebagai
penutup para nabi. Agama semitik yang lain dan muncul sebelum Islam adalah agama
Yahudi yang dibawa Nabi Musa dan agama Nashrani yang dipelopori oleh Nabi Isa.
Tiga agama semitik ini sama-sama mengimani keesaan Tuhan (al-tawḥ îd). Namun,
ketiganya memiliki syariat dan spirit yang berbeda.
Islam, sebagai agama semitik terakhir, dikenal luas bukan hanya di tanah
Arab saja melainkan di penjuru dunia termasuk di Indonesia sendiri. Tersebarnya
Islam di tengah-tengah masyarakat bahkan diterima secara legowo tanpa unsur
paksaan tindak terlepas dari visi yang diembanya. Islam membawa misi raḥ mah li al-
ālamīn (rahmat bagi semesta alam). Di samping itu, Islam datang untuk menegakkan
keadilan dan membela kaum yang tertindas sehingga hak-hak ya ng dirampas dapat
diraih kembali. Mulai diturunkannya Islam sampai perkembangannya di era
kontemporer, banyak bermunculan dalam tubuh Islam beberapa kelompok yang
mengatasnamakan Islam. Secara historis, tercatat sejak terjadi tahkim (arbitrase)
antara Alî bin Abi Ṭ âlib dan „Abû Sufyân, pengikut Alî terpecah menjadi tiga:
Pertama, Syiah, kelompok yang mengikuti Alî sebagai pemimpin. Kedua, Khawârij,
kelompok yang memisahkan diri dari Alî. Adapun yang ketiga, Sunni, kelompok
yang berada di posisi tengah.
Tiga kelompok yang muncul pada beberapa abad yang lalu, perkembangannya
sampai sekarang masih tetap terasa. Kelompok Khawârij yang dikenal sebagai
kelompok ekstrem mengkafirkan pengikut Alî bin Abi Ṭ âlib , karena mereka
memutuskan hukum di luar keputusan Allah. Di era modern, ajaran Khawârij
dicangkok oleh kelompok-kelompok keras, seperti kelompok Wahabi2 yang
dicetuskan oleh Muḥ ammad bin „Abd al-Wahhâb, yang lahir pada tahun 1115
H/1703 M. Pendiri kelompok ekstrem ini banyak mempelajari pemikiran-pemikiran
Ibn Taymîyah (w. 728 H/1328 M). Karena, ketertarikannya pada pemikiran Ibn
Taymîyah , maka ia sering kali diklaim mencerminkan kemunculan yang tertunda
dari Ibn Taymîyah .Sebagai perkembangan dari kelompok Khawârij, kelompok
Wahabi memiliki doktrin yang hampir sama. Di antara doktrin-doktrin Wahabi adalah
Pertama, doktrin tasyrīk atau menilai sebuah amaliyah tertentu sebagai bagian dari
syirik atau menyekutukan Allah. Doktrin tasyrīk ini misalkan memuat larangan agar
umat tidak meminta pertolongan atau tawassul kepada para walidan orang saleh.
Apabila seorang muslim melakukan hal tersebut, maka ia termasuk sebagai musyrik
atau kafir sehingga darahnya halal dan wajib diperangi. Kedua, doktrin bid’ah.
Bid‟ah menurut Wahabi, Beberapa doktrin Wahabi tersebut banyak mendapatkan
pertentangan yang begitu keras dari masyarakat di Nusantara. Mayoritas masyarakat
Nusantara menganut doktrin Sunni yang terbentang kuat di tubuh Nahdhatul Ulama
(NU), sebuah organisasi yang dibangun oleh Ḥadrah al-Syakh Hâsyim „Asy‟ari.
Pengertian “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama
yang dipahami dengan haluan paradigma Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja), yaitu
konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proposional antara iman,
Islam, dan ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola prilakunya tercermin
sifat-sifat selektif, akomodatif dan integratif. Pengertian “Indonesia” yang terkandung
di dalam PMII adalah masyarakat bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai
falsafah dan ideologi Pancasila serta UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan dan
keutuhan bangsa serta negara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang
diikat dengan kesadaran wawasan Nusantara. Keindonesiaan yang dipahami oleh
PMII merupakan sebuah gugusan ide tentang Negara bangsa yang secara riil
dibangun di atas fondasi pluralitas dan hetrogenitas baik secara etnis, ras, agama
maupun golongan.Peran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Timur Tahun
2020 dalam Menyebarkan Nilai-nilai Islam Nusantara Jawa Timur diantaranya nilai
kebudayaan, nilai cinta tanah air, nilai tawassuth atau tengah-tengah, nilai tawazun
atau seimbang, nilai al-i’tidal atau adil, dan nilai tasamuh atau tolerans,