Anda di halaman 1dari 2

Nama: Nahru Nizar

Sejarah Pearadaban Islam Jurnal 12 – Islam Indonesia

1. Umat Islam di Indonesia, yang notabene sebagai umat mayoritas, diakui atau tidak,
selalu menjadi rujukan Muslim dalam skala internasional. Seperti apakah wajah
Islam di Indonesia?

Jawab:

Jika dikerucutkan mengenai persoalan keberagaman, ada dua tantangan besar yang dihadapi
umat islam di seluruh belahan dunia. Pertama adalah gejala Islamophobia. Gejala Islamophobia pun
diperparah dengan adanya Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). Seakan-akan segala bentuk
kekerasan, ekstremisme, terorisme, yang terjadi selama ini diperbolehkan oleh agama. Sehingga
pandangan dunia terhadap Islam semakin negatif, karena dianggap minus terhadap rasa
kemanusiaan. Padahal, mayoritas umat Islam tidak membenarkan perilaku ISIS dkk. Banyak umat
Islam terutama di Indonesia yang menolak segala bentuk kekerasan dan aksi terorisme, apalagi
sampai menjual agama dengan dalih ayat-ayatnya untuk melakukan kekerasan. Hal itu sangat
dilarang. Karena puncak dari agama adalah kemanusiaan. Oleh sebab itu, tantangan dunia saat ini
yang perlu kita jawab adalah bagaimana menyebarkan agama sebagai sumber kasih sayang dan
perdamaian, bukan sebaliknya, menjadi sumber konflik, permusuhan, dan pertikaian.

Problem yang kedua yang menjadi tantangan umat Islam saat ini adalah hate speech (ujaran
kebencian). Di era sosial media seperti saat ini, banyak akun-akun palsu yang sengaja dibuat untuk
menebar benci dan melakukan pembunuhan karakter terhadap target yang tidak disenanginya. Meski
ada kecenderungan penurunan toleransi di kalangan anak muda, tetapi mayoritas anak muda tidak
menyukai tindakan radikal dan ekstrim berbasis agama. Oleh karena itu, pesan-pesan damai dan
pandangan Islam moderat harus diperbanyak.

Banyak tokoh Islam moderat di Indonesia. Kebanyakan diwakili oleh dua ormas besar Islam,
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Seperti KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Buya Syafi’i Ma’arif, KH.
Mustofa Bisri (Gus Mus), Habib Luthfi bin Yahya, dan Habib Quraish Shihab. Beliau-beliau inilah nafas
Islam di Indonesia. Tentu masih banyak lagi tokoh Islam moderat di Indonesia. Namun sederet nama yang
penulis sebutkan di atas adalah sosok-sosok yang mewakili wajah Islam Indonesia. Beliau-beliau tersebut
dikenal mempunyai cara pandang keislaman yang luas. Tidak saklek dan kaku. Orang-orang seperti beliau
justru lebih banyak merangkul, bukan memukul. Kasih sayangnya begitu luas kepada siapapun, termasuk
yang berbeda pandangan atau pemikiran dengannya.

Gus Dur dikenal sebagai bapak pluralis dan pejuang kemanusiaan. Buya Syafi’i dikenal sebagai
tokoh Islam moderat yang mempunyai keilmuan yang mumpuni dibidangnya, berkali-kali beliau
membela hak kaum minoritas. Sementara Gus Mus, dikenal sebagai kiai kampung yang mengayomi
umat. Siapapun yang bertamu kepadanya selalu diterima dengan baik. Bahkan kepada orang yang
membencinya sekalipun. Habib Luthfi dikenal sebagai ahli Thariqah yang menjaga keutuhan bangsa
Indonesia dari ancaman kelompok separatis dan kelompok yang anti terhadap ideologi Pancasila dan
NKRI. Terakhir, Habib Quraish, adalah seorang mufassir paling masyhur di Indonesia yang karyanya
selalu dikaji oleh para sarjana yang menekuni kajian keislaman terutama kitab suci al-Qur’an.
Pandangan-pandangannya banyak diterima oleh umat Islam di Indonesia. Bahkan beliau mempunyai
program khusus di televisi nasional sebagai narasumber yang membahas tema-tema keislaman dan
ayat-ayat al-Qur’an.

Mereka semua adalah wajah umat Islam di Indonesia, yang selalu mengajarkan pentingnya
persaudaraan, persatuan, dan keberagaman. Tanpa beliau semua, mungkin Indonesia sudah menjadi
Afganistan, Irak, dan Suriah kedua. Secara, umat Islam di Indonesia jumlahnya sangat besar, dan menjadi
mayoritas sangat mudah sekali jika ingin menerapkan undang-undang negara berdasarkan syariat Islam.
Namun faktanya, sampai hari ini, negara Indonesia, final dalam menetapkan ideologi Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI sebagai pondasi bangsa yang menjunjung tinggi persatuan, menghargai
perbedaan dan keberagaman. Hal inilah yang kemudian menjadikan umat Islam
Nama: Nahru Nizar
Sejarah Pearadaban Islam Jurnal 12 – Islam Indonesia

di Indonesia, pandangan-pandangannya bisa mewakili dunia, dan mampu menjadi kiblat utama bagi
seluruh umat Islam yang lain dibelahan dunia.

2. Sejauh mana pengaruh perkembangan Islam di Timur Tengah mempengaruhi


gerakan Islam di Indonesia?

Jawab:

Kalau melihat sejarahnya, paling tidak ada beberapa bagian Islam di Indonesia yang
terpengaruh. Sejak awal yang berkembang pertama kali tradisionalisme, Islam sunni yang
menghargai tradisi, kemudian di tahun awal-awal abad 20 muncul gerakan Wahabi, muncullah
diantaranya gerakan Muhammadiyah. Sekarang pengaruhnya berupa Wahabi baru, yang dibawa
generasi pemuda yang kuliah dari Timur Tengah. Mereka membawa warna baru ketika di Timur
Tengah juga ada warna baru, misalnya dalam 20 tahun terakhir ini, muncul gerakan-gerakan agak
keras yang tetap terinspirasi Wahabi, muncullah Hizbut Tahrir atau Salafy yang sifatnya juga
internasional. Gerakan itu mempengaruhi beberapa geraka di bebeapa daerah, seperti di
Minangkabau sudah dipengaruhi oleh gerakan-gerakan dari sana.
Indonesia pada awalnya menganut tradisionalisme, ini warisan yang dibawa oleh para
pendakwah awal Islam. Jadi yang berkembang adalah islam yang dari sisi budaya sinkretis. Nah
ketika muncul gerakan Muhammadiyah yang ingin menghapus kecenderungan itu, memang sebagian
terpengaruh, tapi kemudian dikontrol oleh kehadiran NU yang melanggengkan topologi budaya
seperti yang bertahan dan berkembang secara natural. Sebagai warga NU sebaiknya kita untuk
bersikap arif, lawan dengan hujjah Sebab banyak dari mereka yang memiliki semangat tinggi, yang
ingin semuanya membid’ahkan itu sebagai hujjah yang lemah.
Salah satu gerakan islam di Indonesia yakni, Nahdlatul Ulama memiliki prinsip-prinsip dengan
mengembangkan syiar Islam sebagaimana seharusnya, tapi juga menghargai tradisi dan pandangan-
pandangan berbeda yang dimiliki masyarakat lokal, pola yang akomodatif, kalau melihat dari sejarah,
wali songo berhasil mengembangkan syiar Islam. Memperkenalkan Islam, apalagi dengan orang yang
bukan Islam dengan jalan bil hikmah, yang bukan hanya rasionalitas saja yang diperlukan, tetapi
kepandaian, atau cara-cara berdakwah yang dilihat orang. Tidak gampang melarang sesuatu dengan
dalil bid’ah, padahal Islam tidak begitu, hanya saja memang ada bebeapa yang diperbolehkan dan
tidak diperbolehkan.
Tapi disisi lain Islam Indoensia juga menghadapi ancaman liberalisme yang datang dari Barat,
selain konservatifme yang datang dari Timur Tengah. Hal tersbut memang dinamika budaya yang
terjadi, disatu sisi kita menghadapi tantangan Islam yang bercorak hitam putih, tapi disisi lain kita
juga menghadapi ancaman liberalisme. Oleh karena itu kita harus kembali pada pedoman-pedoman
yang kita punya dan yang kita punya, baik untuk melawan yang terlalu hitam putih, yang semuanya
tidak boleh, atau menghadapi kalangan liberal yang membolehkan semuanya. Islam adalah agama
yang disamping memerlukan rasionalitas ada juga bagian agama yang tidak bisa dirasionalkan.

Anda mungkin juga menyukai