Anda di halaman 1dari 136

NAHDHATUL ULAMA DAN AKOMODASI BUDAYA LOKAL

Nasrullah, S. Ag., M. Hum*

ABSTRAK
Sebagai sebuah organisasi keagamaan yang terbesar dan menjadi representasi dari
umat Islam di Indonesia, Nahdhatul Ulama yang disingkat NU memposisikan dirinya
sebagai organisasi yang memiliki kepekaan untuk selalu mengkompromikan ajaran
agama dengan budaya lokal dengan mengedepankan konsep al-Muhfazhah al
Qadm al-Shlih wa al-Akhdzu bi al-Jadd al-Ashlh. Konsep inilah yang membedakan
NU dengan organisasi Islam lainnya yang ada di Indonesia. Keberadaan NU
memberikan warna tersendiri dalam proses dan penyebaran Islam yang begitu masif
dan cepat tersebar. Hal ini dapat dilihat pada pendekatan yang digunakan NU dalam
memperkenalkan Islam kepada masyarakat melalui akomodasi budaya. Artinya
bahwa disamping menyebarkan dan mensyiarkan Islam, NU tidak menggusur atau
memberangus budaya yang sedianya memang sudah tumbuh dan berakar di
masyarakat tapi justru mempertahankan nilai budaya tersebut yang dikemas dengan
nilai-nilai keislaman terlepas apakah hal tersebut sejalan atau tidak dengan syariat
agama. Hal ini pula yang memperkuat posisi NU di masyarakat tetap kuat karena
nilai tawar terhadap budaya tersebut.

KATA KUNCI: Nahdatul Ulama, akomodasi, Buday Lokal

*Dosen

Sambas

Fakultas Adab dan Ushulludin Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Merujuk kepada catatan sejarah masukya Islam di Indonesia, bahwa tersebarbya Islam keseluruh kepulauan nusantara hampir tanpa ada pertentangan
dan konflik dari masyarakat setempat.
Islam begitu mudah diterima karena
agama yang dibawa adalah riaslah yang
menyeru kepada kedamaian, humanisme, keadilan serta akomodatif terhadap
budaya lokal meskipun pada waktu itu
mereka menganut agama Hindu dan
Budha. Ini artinya, para mubalig dalam
menyebarkan Islam tidak
dengan pemaksaan melainkan melalui
pendekatan psikologis yang menyentuh
langsung ke jantung masya-rakat. Islam
masuk tidak membedakan kasta sebagaimana dalam agama Hindu tapi justru
menempatkan harkat dan martabat manusia pada level yang sejajar dan mulia.
Budaya setempat tidak lantas dibuang
atau dihilangkan bahkan ditransformasikan menjadi tradisi Islam atau
budaya Islam lokal seperti budaya Islam
Jawa, Islam Melayu, Islam Makasar dan
sebagainya yang antara tradisi satu
dengan lainnya berbeda.
Itulah sebabnya mengapa Islam begitu cepat tersebar di Indonesia dan
tercatat sebagai negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun
begitu jauh dari tempat kelahirannya
karena sikap akomodatif dan prinsip ahli
sunnah yang diterapkan seperti tawasuth, tawazun, tasammuh dan amr maruf
nahi munkar. Prinsip-prinsip ini menjadi
senjata para muballigh dalam menaklukan hati sebagian besar masyarakat
Indonesia yang sangat terkenal dengan
toleransinya. Tanpa prinsip di atas,
diganti dengan pendekatan literal, tekstual
2
Nurcholish Madjid, Kata Pengantar,
dalam Zuhairi Misrawi, (ed), Menggugat Tradisi,

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


tekstual, Islam tidaklah sebesar dan
sebanyak hari ini.
Demikian pula halnya dengan
Nahdhatul Ulama yang disingkat NU.
Sebagai organisasi keagamaan yang terbesar dan representasi dari ummat Islam
di Indonesia yang memiliki kepekaan
untuk selalu mengkompromikan ajaran
agama dengan budaya lokal dengan
mengedepankan konsep al-Muhfazhah
al Qadm al-Shlih wa al-Akhdzu bi alJadd al-Ashlh.2 NU sangat sensitif terhadap perubahan dan akomodatif pada
budaya setempat disamping senantiasa
menjadi inspirasi bagi gerakan dan
pemikiran keislaman yang berwawasan
kebangsaan. Hal ini berbeda dengan organisasi keagamaan lainnya yang tertekan menutup diri terhadap tradisi
masyarakat bahkan menolak dan menguburnya dalam-dalam.
Padahal kalau direfleksi kebelakang
sejak Islam pertama hadir di jazirah
Arab, Rasulullah sangat mengapresiasi
dan mengakomodir kebudayaan lokal
kedalam kebudayaan Islam tanpa harus
meninggalkan apalagi memusuhinya. Sebut saja misalnya kebiasaan thawaf
masyarakat Arab yang diakomodir dan
dijadikan salah satu bagian ibadah
penting dalam pelaksanaan ibadah haji.
Namun dewasa ini akibat dari peng
aruh moderenisme Barat, seakan yang
mem pengaruhi modernisme Barat,
seakan yang mempertahankan budaya
lokal tidak modern dan sebaliknya yang
meninggalkan tradisi setempat adalah
modern. Sementara yang modern bagi
mereka justru yang tradisional. Modern
menurut mereka adalah kelanjutan dari
tradisi yang sudah berumur ribuan
tahun, tepatnya sejak Yunani Kuno.3
Meskipun NU sering diidentikkan
dengan tradisional, kaum sarungan, tidak beranjak dari kitab-kitab klasik yang
Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU, Jakarta :
Kompas, 2004, hlm. ix.
3
Ibid, hlm. x.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 81 -

IAIS Sambas
berpegang teguh pada madzhab tertentu, namun hal tersebut tidak selamanya benar. Terbukti Sepanjang sepuluh
tahun terakhir, ada fenomena baru kebangkitan Islam Indonesia dalam pemikiran Islam baru yang signifikan, mempunyai masa depan, penuh vitalitas dan
bermutu, yang tidak dapat disejajar-kan
dengan dunia Islam lainnya.
Fenomena baru tersebut adalah mun
culnya gerakan intelektual generasi muda Nu yang menyerukan perlunya pembaharuan pemikiran Islam Indonesia,
khususnya dalam lingkup NU. Mereka
muncul sebagai kaum muda NU yang
responsif terhadap peristiwa kekinian,
baik pada aras pemikiran maupun dalam
makna riil kehidupan masyarakat. Mereka cenderung mempunyai penguasaan
yang lebih baik terhadap ilmu-ilmu Islam
tradisional, tetapi bacaan mereka lebih
luas dari kurikulum tradisional semata.
Mereka melakukan kritik terhadap kemapanan doktrin dan kemandegan tradisi dengan mengembangkan dan mengapresiasi gagasan baru yang berpijak
pada tradisi intelektualnya.4
Berangkat dari permasalahan di
atas, penulis tertarik untuk menelusuri
lebih lanjut tentang peran akomodatif
NU terhadap budaya lokal dalam menyiarkan agama Islam di nusantara dari
corak berpikir tradisional hingga berpikir kritis.
A. Sekilas Latar Belakang Lahirnya NU
Nahdhatul Ulama didirikan pada
tahun 1926 oleh KH. Hasyim Asyary dan
sejumlah tokoh ulama tradisional dan
usahawan Jawa Timur di Surabaya.5
Terbentuknya organisasi ini adalah
4

Ahmad Suaedy, Muslim Progresif Dan


Praktek Politik Demokrasi Di Era Indonesia Pasca
Suharto, dalam Jurnal Tashwirul Afkar, No. 16,
2004, hlm. 25.
5
Gus Dur, Nahdhatul Ulama dan Islam di
Indonesia Dewasa Ini, dalam Taufik Abdullah dan
Sharon Siddique, (ed), Tradisi Dan Kebangkitan

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


sebagai reaksi defensif terhadap aktivitas kelompok reformis 6 dalam kehidupan keagamaan. Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 di Yogyakarta
menekankan kegiatannya pada pendidikan dan kesejahteraan social disamping mereformasi berbagai masalah iba
dah dan aqidah. Sikap kritisnya tampak
pada penolakan terhadap kepercayaan
lokal dengan varian prakteknya serta
menentang otoritas ulama tradisional.
Sedang NU lebih menekankan pada pertemanan dengan budaya yang berkembang di masyarakat atau lebih dikenal
dengan pendekatan tradisionalis.
Ajaran kelompok reformis berlawanan dengan seluruh bangunan kepercayaan dan amalan muslim tradisional.
Banyak diantara kepercayaan tradisional dianggap bidah, bukan sebagai ajaran Islam asli. Kaum reformasi yang lebih ketat dikalangan mereka mengarahkan segala usaha untuk membasmi semua unsur lokal dalam kehidupan keagamaan dan bahkan sampai soal-soal
furu dalam peribadatan yang tidak pernah dikerjakan Nabi. Salah satu contoh
misalnya adalah masalah niat. Menurut
kalangan tradisional, niat harus dinyatakan dengan bersuara, namun dalam
pandangan kelompok reformasi niat tidak dinyatakan dengan suara tapi cukup
dalam hati karena tidak ditemukan dalilnya dalam hadst.7
Selain itu, kelompok reformis juga
mengkritisi amalan kalangan tradisional
yang berkaitan dengan hubungan antara
orang yang masih hidup dengan orang
yang sudah meninggal dunia. Dalam
pandangan kelompok reformis kematian
berarti berakhirnya komunikasi antar
Islam di Asia Tenggara, Jakarta, LP3ES, 1989, hlm.
193.
6
Label
yang
ditujukan
kepada
Muhammadiyah.
7
Munawir Abdul Fattah, Tradisi OrangOrang NU, Yogyakarta : LKiS, 2008, hlm. 35.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 82 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2015

manusia dan upaya-upaya untuk berhubungan dengan arwah orang yang sudah meninggal dunia, dengan tujuan apa
pun, merupakan penyimpangan dari ajaran tauhid. Mereka secara tegas menolak kepercayaan pada pertolongan arwah dan bentuk-bentuk kontak spiritual
lainnya. Pemujaan wali dikutuk sebagai
amalan yang bertentangan dengan ajaran Islam dan sebagainya yang merupakan bagian keagamaan yang sangat
penting bagi kalangan tradisional.8
Terancamnya posisi dan peran para
ulama atau kiyai tradisional dalam kehiduapan keagamaan yang selalu bersandarkan pada budaya lokal selama
tidak bertentangan dengan syara adalah
menjadi salah satu penyebab lahirnya
gerakan NU sebagai respons terhadap
kritikan-kritikan yang dilontarkan kelompok Reformasi atau dengan kata lain
reaksi anti pembaharu.9 Faktor lain yang
paling dominan mendorong kelahiran
gerakan ini adalah kemenangan Ibn
saud terhadap lawan politiknya Syarif
Husain di Hijaz. Ibn Saud adalah pemimpin gerakan wahabi yang menentang pra
tek-praktek bidah,10 yang tentunya mengancam bentuk keagamaan Islam tradisional di Indonesia. Pada saat yang sama Ibn Saud mencari dukungan Internasional, salah satunya melalui organisasi
Islam di Indonesia. Moment yang tepat
inilah digunakan oleh kalangan tradisional membentuk gerakan Nahdhatul
Ulama sebagai corong suara bagi ulama
atau kiyai pedesaan di pelosok nusantara
kepada Ibn Saud agar tetap mengako-

modir kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.11

8
Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi,
Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wajah Baru,
Yogyakarta : LKiS, 2009, hlm. 20.
9
Ibid, hlm. 23.
10
Kacung Marijan, Quo Vadis NU, Setelah
Kembali Ke Khittah 1926, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 1992, hlm. 15.
11
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di
Indonesia 1900 1942, Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia, 1996, hlm. 242.

12
M. Rusli Karim, Dinamika Islam di
Indonesia, Suatu Tinjauan Sosial dan Politik,
Yogyakarta : Hanindita, 1985, hlm. 84.
13
Penerbit Risalah, Nahdlatul Ulama
Kembali Ke Khittah 1926, Bandung : Risalah,
1985, hlm. 118.
14
Hasyim Asyari, Risalah Ahlussunnah
Wal Jamaah, Yogyakarta : LKPSM, 1999, hlm. 7.

Pada perkembangan selanjutnya keberpihakan masyarakat pedesaan lebih


tertuju pada kelompok tradisional atau
NU sekaligus mengandaskan Muhammadiyah menyusup ke pedesaan.12 Dari
sini dapat dipahami bahwa NU yang
dimotori Islam tradisional sangat memperlihatkan tradisi-tradisi yang berkembang dalam masyarakat bukan sebagai
penghalang dalam mendakwahkan Islam
tapi justru sebagai entry point agar Islam
lebih dikenal sebagai agama yang toleran, universal, dan pastinya rahmatan lil
lamn.
B. Ajaran-ajarannya
Sejak awal ulama tradisional
Indonesia mengikut aqidah ahlussunnah
wal jamaah yang berpangkal pada tiga
buah panutan inti yaitu dalam Ushuluddin menganut madzhab Abu al-Hasan
al-Asyari.13 Dalam fiqh menganut mazhab Imam Syafii. Dalam bertasawuf
mengunut madzhab Imam al-Ghazali dan
Abi al-Hasan al-Syadzili.14
Dalam berfiqh, NU tidak hanya meng
embangkan literatur keputusan agama
dalam skala massif tetapi juga menyusun
pemikiran hukum dari teori hukum yang
mulai disistematisasikan oleh Imam
Syafii lebih dari 12 abad yang lalu.
Pemikiran hukum itu tertuang dalam
kerangka normatif yaitu kaidah fiqh ,
menentukan bentuk akhir keputusan
hukum yang akan diambil jika kondisi
dan persyaratan yang melatari sesuatu

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 83 -

IAIS Sambas
masalah yang tadinya sudah diputuskan
telah mengalami perubahan. Disinilah
letak dinamika pengembangan hukum
agama NU melalui fiqh dapat dilakukan.
15

Selain itu, dalam hal bertasawuf


memberikan bobot kedalaman spiritualitas penghayatan agama warga NU
apabila telah diikuti pola hidup serba
berfiqh dalam kehidupan sehari-hari.
Model tasawuf ini merujuk kepada
pemujaan terhadap wali songo. Semangat spiritualitas yang dikongkritkan kedalaman bentuk ritual memungkinkan
adanya penyiraman agama terhadap
jiwa yang telah kering sehingga terpelihara kesinambungan antara berfiqh di
satu sisi dan intensitas penghayatan
iman di sisi lain yang pada akhirnya
membentuk sebuah rasa kesejarahan
tersendiri.16
Dalam praktek dakwahnya warga
NU yang berpegang teguh pada ajaran
ahlussunnah wal jamaah mengaplikasikan prinsip-prinsip tawasuth, tawazun,
tasammuh dan amr maruf nahi munkar.
Prinsip tawassuth, adalah jalan tengah,
tidak ekstrem kanan atau kiri. Sebagai
penengah antara dua pemikiran qadariyah dan Jabariyah, ortodoks salaf dan
Mutazilah dan sebagainya. Sikap ini
menunjukkan tidak menolak tradisi
lokal dan tidak mengakomodir semuanya, namun ada sikap selektifnya selama
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Prinsip tawazun, adalah menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga ter
pelihara secara seimbang antara kepen
tingan pribadi dan masyarakat, dan
kepentingan masa kini dan masa datang.
Pola ini dibangun lebih banyak untuk
persoalan-persoalan yang berdimensi
sosial politik. Prinsip tasamuh, yaitu toleransi, pluralis, mengakui realitas per15
16

Gus Dur, Nahdhatul...., hlm. 198.


Ibid, hlm. 199.

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


bedaan pandangan terutama dalam halhal yang bersifat furuiyah, sehingga
tidak saling menyalahkan, sebaliknya
terbina Ukhuwwah Islmiyyah. Prinsip
amar maruf nahi munkar, adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.17 Prinsip yang mendorong
kerukunan antar umat beragama dan antar agama, mendorong persamaan derajat tanpa harus menindas golongan yang
lemah serta menolak segala bentuk kejahatan termasuklah korupsi.
C. Akomodasi terhadap Budaya Lokal

Islam sebagai sebuah ajaran yang


menanamkan nilai-nilai kebersamaan
dan persamaan terus berdialektika dengan budaya lokal. Dalam proses ini
lahirlah varian Islam yang khas dan unik,
sebutlah seperti Islam Jawa, Islam
Melayu, Islam Lombok, Islam Sunda, dan
sebagainya. Varian Islam ini tidak membuat Islalm ternodai dari akar kemurniannya, tapi justru Islam telah berkulturasi dengan budaya lokal atau terjadi
inkulturasi budaya. Inkulturasi diandaikan sebagai sebuah proses internalisasi
sebuah ajaran baru kedalam konteks ke
budayaan lokal dalam bentuk akomodasi
atau adaptasi. Inkulturasi dilakukan dengan maksud mempertahankan identitas yang dalam hal ini budaya lokal.
Dengan demikian, Islam tetap tidak terkeluar akar ideologisnya, demikian pula
dengan budaya lokal tidak lantas terkubur dengan masuknya Islam kedalam budaya tersebut.
Bentuk lain Islam lokal ini tetap memiliki ciri khasi yang menjadi pembeda
dengan varian Islam lainnya di dunia.
Islam Indonesia berbeda kulturnya dengan Islam Arab dan sebagainya, sehingga mempunyai ciri khasi dan keunikan
17

http://newhistorian.wordpress.com/2006/11/30/ahlu
-sunnah-waljamaah/

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 84 -

IAIS Sambas
tersendiri. Islam adalah agama universal,
agama bagi semua umat, tidak ditujukan
pada satu umat atau bangsa seperti pada
agama-agama sebelumnya. Tetapi menjadi agama rahmatan lil lamn serta
membawa kedamaian kepada seluruh
alam.
Tersebarnya Islam ke berbagai pen
juru dunia, membuat corak dan varian
Islam semakin berwarna dengan ciri dan
kekhasannya masing-masing. Karena
Islam tidak bisa lepas dari realitas di
mana ia berada. Islam bukanlah agama
yang lahir dalam ruang yang hampa dari
budaya, tetapi Islam terus berdialog dan
berteman dengan realitas budaya yang
terus berlangsung secara dinamis.
Dalam proses Islamisasi di Indonesia, Islam tetap bergelut dengan budaya
lokal yang telah ada dalam masyarakat
dengan bahasa yang akur dan bersahabat, sehingga Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat sebagai agama
baru tanpa harus memberangus budaya
setempat yang sudah mendarah daging,
meskipun pada diri mereka sudah ada
agama terdahulu. Dalam proses dialog
tersebut terdapat titik temu bahwa budaya lokal yang termanifestasikan dalam
tradisi dan adat istiadat dapat diikuti
tanpa harus mencabik-cabik ajaran
Islam, dan sebaliknya ajaran Islam tetap
dapat dipatuhi dengan tidak mencederai
budaya setempat.
Untuk menjadi Islam tidak mesti
harus menjadi orang Arab, tetapi karena
Islam bukan untuk satu golongan maupun entitas bahkan untuk seluruh alam.
Tetapi menjadi muslim mengikut kultur
dan budaya masing-masing itulah musim pribumi menurut anak muda NU.18
Dalam pemahaman ulama Indonesia, tradisi dan adat tidak lantas dipa18

PP Lakpesdam NU, Islam Pribumi,


Menolak Arabisme, Mencari Wajah Islam
Indonesia, dalam Zuhairi...., hlm. 89.
19
Muhammad
Tholhah
Hasan,
Ahlussunnah Wal Jamaah, Dalam Persepsi Dan

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


hami sebagai sesuatu yang sesat, selama
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Mereka bahkan memodifikasi budaya
dan tradisi yang ada kedalam bangunan
budaya yang mengikut kaidah-kaidah
Islam, sehingga antara tradisi dan Islam
tidak saling berseberangan justru menjadi teman sejati. Disinilah letak ketentuan dan keluwesan dakwah NU yang
terus mereka pertahankan.19
Ada sebuah konsep yang dibawa oleh Gus Dur yaitu pribumisasi Islam. Secara sederhana konsep ini dapat dipahami sebagai upaya untuk melindungi
proses asimilasi dan akulturasi nilai-nilai Islam dengan kebudayaan lokal
Indonesia yang berlangsung secara alamiah.Upaya ini dilakukan dengan mengemas proses yang alamiah kedalam tataran konsep agar tradisi-tradisi yang
terbentuk dari proses asimilasi dan
akulturasi ini tetap dapat diakui sebagai
budaya Islami.20
Apabila kembali kepada islamisasi di
Indonesia, bahwa pribumisasi Islam sebenarnya sudah lama ada seumur masuk
nya Islam di nusantara dan merupakan
fakta sejarah. Hal ini terlihat jelas dalam
rekam jejak dakwah Walisongo dan para
pengikutnya dengan melakukan trasformasi kultur dalam masyarakat. Islam
dan tradisi tidak ditempatkan dalam
posisi yang berhadap-hadapan, tapi didudukan dalam kerangka dialog kreatif,
di mana diharapkan terjadi transformasi
di dalamnya. Proses tranformasi kultural
tersebut pada gilirannya menghasilkan
perpaduan antara dua entitas: Islam dan
Budaya lokal. Perpaduan inilah yang
melahirkan tradisi-tradisi Islami yang hi
ngga saat ini masih dipraktekan dalam
berbagai komunitas Islam kultur yang
ada di Indonesia.21
tradisi NU, Jakarta : Lantabora Press, 2005, hlm.
213.
20
PP Lakpesdam NU, Islam...., hlm. 90.
21
Ibid, hlm. 90.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 85 -

IAIS Sambas
NU sebagai organisasi keagamaan
paling besar di Indonesia, menjalankan
misi dakwahnya melanjutkan dari apa
yang telah dilakukan wali songo yaitu
datang meremes masuk secara damai
dan perlahan-lahan tapi pasti. Dari membuat kidung dan tembang keagamaan
sampai festival shalawat dan kasidah,
dari kerawitan sampai rebana, dari sesajen ke selamatan, dan dari sedekah
sampai ke walimahan. Hal ini merupakan konversi nilai-nilai pra Islam menjadi nilai-nilai baru yang Islami. Fenomena seperti ini dapat dilihat dalam tra
disi NU seperti pada upacara perkawinan dengan berbagai macam simbolsimbol ritualnya yang sarat dengan nilainilai Islam. Perlu untuk diketahui bahwa
NU lahir di Jawa, di tengah-tengah masyarakat yang kaya tradisi, nilai-nilai
budaya, dari gamelan sampai mistisisme,
dari tradisi non Islam sampai tradisi
yang dimodifikasi menjadi budaya baru,
yang mengikut alur Islam seperti tahlilan, shalawatan, yasinan, istighasah,
manaqiban, ziar kubur, khitanan massal,
peringatan hari besar Islam, hala bi halal
dan sebagainya. Namun pendekatan dan
metodologi yang digunakan meniru
cara-cara wali songo yang damai kultur,
berangsuri-angsur, populis atau merakyat, menjadi efektif dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat. Maka
tepatlah kiranya motto yang dipegang
warga Nahdhiyin dalam melanggengkan
tradisi setempat yaitu al-Muhfazhah
al Qadm al-Shlih wa al-Akhdzu bi alJadd al-Ashlh.22
D. Gerakan kritis Pemuda NU
Generasi muda NU memiliki kesadaran kritis terhadap keberadaan NU.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
22

Muhammad Tholhah Hasan,


Ahlussunnah ....,hlm. 214.
23
Ahmad Ali Riyadi, Dekonstruksi
Tradisi, Kaum Muda NU Merobek Tradisi,
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007, hlm. 16.

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


keinginan untuk melakukan pembaruan.
Pertama, kejumudan berpikir. Secara
internal, NU dianggap telah mengalami
stagnasi yang dapat membahayakan
perjalanan dan eksistensinya ke depan.
Perkembangan global yang dipengaruhi
oleh pembangunan dan perubahan atas
nama modemisasi dalam segala aspek
kehidupan telah mendorong kaum muda
NU untuk melakukan perubahan. Arus
perubahan ini tidak mungkin dihadapi
hanya dengan sistem kajian keagamaan
yang dikembangkan.dalam lingkungan
NU yang hanya mengandalkan kajiankajian yang bersumber dari kitab-kitab
tradisional (salaf). Persentuhan NU
dengan dunia luar tidak dapat dihindari
dengan cara-cara defensif, yakni mempertahankan tradisi lama tanpa kritik,
melainkan harus dilihat sebagai kondisi
objektif yang harus dihadapi dengan
melakukan berbagai upaya penyesuaian
dari dalam NU itu sendiri. Substansi dari
hal ini adalah adanya keinginan kaum
muda NU pembaru agar dapat keluar
dari tradisi berpikir jumud sebagai dam
pak dari perwarisan nilai-nilai budaya
lama. Kelompok NU pembaru berobsesi
agar NU mengembangkan metodologi
berpikir baru (ijtihad) tanpa secara ketat
mempertahankan tradisi berpikir lama
seraya mengeksklusifkan diri yang terekspresikan dengan munculnya sikap de
fensif (bertahan) orang-orang NU terhadap arus perubahan.23
Kedua, kiprah NU dalam politik formal. Secara praksis, kiprah organisasi Nu
selama ini lebih terjerumus dalam politik
praktis sehingga menjebak komunitasnya ke dalam kencah politik. Dengan
terseretnya NU ke persoalan politik,
membuat organisasi ini tidak sempat
mengembangkan potensi umat,24 sehi24

Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU :


Lajnah Bahtsul Masail 1926 1999, Yogyakarta :
LkiS, 2004, hlm. 63.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 86 -

IAIS Sambas
ngga muncul obsesi kalangan muda NU
untuk menggeser gerakan politik formal
NU ke arah gerakan Islam kultural sebagaimana misi awal organisasi ini.25
Ketiga, pengelolaan organisasi. Penanganan organisasi NU secara tradisional yang mengandalkan model pengelolaan pesantren dengan tergantung pada ulama menjadikan organisasi ini lemah dalam mengakomodasi kebutuhan
umat. Keberadaan NU yang dikelola
secara tradisional dipandang merugikan
NU, karena sebuah organisasi dengan
massa besar tidak mungkin dikelola secara tradisional, melainkan perlu pengelolaan modem secara profesional. Persoalan ini merupakan refleksi dari perkembangan internal NU dimana latar
belakang kader-kadernya tidak lagi homogen dari latar belakang pesantren,
melainkan lebih heterogen karena sudah
mengalami perluasan di luar pesantren.
26

Fenomena gerakan pembaruan kaum muda NU itu dimulai oleh kalangan


aktivis dan intelektual yang tergolong
berusia muda. Mereka ada yang berkiprah pada basis organisasi NU dan juga
yang bergerak di luar struktur kelembagaan NU, namun tetap membangun komunikasi dengan habitatnya. Pada umumnya, mereka mampu mengekspresikan gagasannya dalam bentuk karya tulis yang tersebar diberbagai media.9
Gagasan mereka tidak hanya dituangkan
dalam bentuk gagasan dan tulisan-tulisan mereka yang kontroversial manurut
layaknya tradisi NU, akan tetapi juga
dalam bentuk kajian-kajian Islam yang
tergabung dalam kelompok studi atau
lembaga penelitian. Ada kelompok kajian
kaum muda NU yang dibentuk secara
25

Ahmad Ali Riyadi, Dekonstruksi....,

hlm. 16.
26

Ibid, hlm. 17.


Asep Gunawan dan Dewi Nurjulianti,
(ed), Gerakan Keagamaan Dalam Penguatan Civil
Society, Analisis Perbandingan Visi dan Misi LSM
27

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


organisasi berada di bawah payung organisasi NU, semisal Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia) NU Jakarta,27 LKPSM
(Lembaga Kajian Pesantren dan Sumber
Daya Manusia) Yogyakarta, dan PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Ada lembaga yang dibangun dalam kultur NU, semisal P3M (Perhimpunan pengembangan Pesantren clan mas
yarakat) Jakarta, namun ada lembaga
yang merupakan tempat berkumpulnya
kaum muda NU dalam menyalurkan
aspirasi intelektual yang terlepas secara
organisasi dengan NU, bahkan organisasi
ini tidak mengatasnamakan NU dan aktivitas intelektual tidak hanya terdiri dari
kelompoknya, semisal LKiS (Lembaga
Kajian Islam dan Sosial) Yogyakarta clan
JIL (Jaringan Islam Liberal) Jakarta. Kelompok-kelompok ini adalah komunitas
ilmiah yang secara intens melakukan
kajian-kajian dan penelitian.28
Realitas tersebut sekaligus menjadi
indikator bahwa penilaian tradisional
terhadap NU dan generasi mudanya semakin tidak relevan lagi untuk era sekarang, tentunya jika hal itu dilihat dari sebagian generasi mudanya yang kreatif
seperti ditunjukkan dalam fenomena
tersebut. Fenomena ini mengindikasikan
adanya gerak perubahan sejarah umat Is
lam sebagai karakteristik yang menandai
format baru gerakan pemikiran kaum
muda NU. Ada kecenderungan semakin
melemahnya masalah-masalah sektarian
di kalangan sebagian kaum muda NU dan
tampak kian menonjolnya kajian-kajian
Islam yang didasarkan pada liberalisme
pemikiran dan pemberdayaan umat
Islam tanpa harus meninggalkan tradisi
ke-NU-annya.29
dan Ormas Berbasis Keagamaan, Jakarta : LSAF,
1999, hlm. 103.
28
Ahmad Ali Riyadi, Dekonstruksi....,
hlm. 17
29
Ahmad Baso, NU Studies : Pergolakan
Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 87 -

IAIS Sambas
Signifikansi peran pembaruan Islam
kaum muda NU tersebut mulai tampak
satu dasawarsa terakhir yang embrionya
mulai muncul pasca Muktamar NU
Situbondo 1984 dan geliat pemikirannya
tumbuh subur pasca era 1990-an. Pada
periode ini, muncul klasifikasi generasi
NU yang dibedakan secara antagonis.
Pertama, generasi yang sangat kental
pengetahuan agama dengan latar belakang pendidikan pesantren dan perguruan tinggi, akan tetapi terjadi transformasikan pemikiran, bahan tidak jarang gagasan mereka dianggap liberal
dan revolusioner di kalangan NU konservatif. Kecenderungan kelompok generasi
ini mempunyai keinginan yang kuat
terhadap perubahan di tubuh NU. Kedua,
generasi dengan latar belakang pesantren dan pendidikan perguruan tinggi,
akan tetapi generasi kelompok ini ada
kecenderungan tidak terjadi transformasikan pemikiran dan tetap konsisten pada pola-pola pemikiran dan hubungan
sosial masyarakat pesantren. Ketiga,
generasi yang hanya mencukupkan diri
pada pendidikan dan bergelut dengan
tradisi pesantren. Berdasarkan pengelompokan tersebut, kajian ini lebih difokuskan pada kelompok generasi pertama. Generasi ini merupakan kelompok
muda yang menunjukkan perubahan
dalam menggeluti pemikiran. Mereka
berani keluar dari wacana pemikiran yang selama ini berkisar pada kitab-kitab
yang diakui kalangan NU, kemudian meloncat ke dunia pemikiran baru yang
didasarkan atas bacaan mereka terhadap metodologi para pemikir modem
maupun kontemporer. Kelompok ini
mempunyai pola pikir dan aktualisasi
kritis, liberal, rasional, dan terdapat
kecenderungan perubahan dalam kultur
NU yang dianggap mapan.30
Fundamentalisme Neo-Liberal, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2006, hlm. 167 168.

Vol III No. 1 Januari Juni 2015


E. Penutup
Kehadiran NU dalam kancah Islam
Indonesia tidak sekedar merasa terancam dengan gerakan kelompok reformis
yang selalu melabeli mereka sebagai
kelompok bidah syukur tidak dikatakan
sesat, tetapi lebih kepada upaya melanggengkan tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat. Tradisi-tradisi lokal
diintegrasikan kedalam bangunan ritual
keagamaan dengan tidak mengesamping
kan peran al-Quran dan Hadts, agar tidak berseberangan. Hal inilah yang
menunjukkan kekonsistensian NU terhadap budaya setempat sebagai kelanjutan
dari strategi dakwah wali songo untuk
merebut hati masyarakat yang notebenenya beragama Hindu dan Budha. Dengan konsep ajarannya yang berpegang
teguh pada ahli sunnah wal jamaah
memposisikan NU sebagai gerakan yang
tetap mempertahankan budaya lokal
dalam menjalankan aktivitas keagamaan
nya yang dewasa ini mulai terkikis oleh
arus globalisasi, disamping terus berbenah diri dalam meng-up grade pemikiran
yang tradisional. Kaum muda NU tampil
ke depan untuk memberikan warna baru
terhadap pemikiran NU yang terkenal
tradisional ke arah lebih kritis, menginte
grasikan ilmu-ilmu modern Barat ke
dalam tubuh pemikiran umat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan tentunya juga tidak melupakan tradisi lokal se
bagai basis kekuatan dakwah. Perubahan pemikiran ini setelah digawangi oleh
Gus Dur dengan pribumisasi Islamnya.

30

Ahmad Ali Riyadi, Dekonstruksi ....,

hlm. 19.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 88 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ali, Avonturisme NU, Menjejaki Akar Konflik Kepentingan-Politik
kaum Nahdliyin, Bandung, Humaniora, 2004
Asyari, Hasyim, Risalah Ahli Sunnah Wal Jamaah, Yogyakarta : LKPSM, 1999
Baso, Ahmad, NU Studies : Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme
Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, Jakarta : Penerbit Erlangga,
2006

Bruinessen, Martin Van, NU, Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana


Baru, Yogyakarta : LkiS, 2009
Fattah, Munawir Abdul, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta : LKiS, 2008

Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnah Wal Jamaah, Dalam Persepsi Dan


tradisi NU, Jakarta : Lantabora Press, 2005
Karim, M. Rusli, Dinamika Islam di Indonesia, Studi Tinjauan Sosial dan
Politik, Yogyakarta : Hanindita, 1985

Marijan, Kacung, Quo Vadis NU, Setelah Kembali Ke Khittah 1926, Jakarta :
Penerbit Erlangga, 1992
Miswari, Zuhairi, (ed), Menggugat Tradisi, Pergulatan Pemikiran Anak Muda
NU, Jakarta : Buku Kompas, 2004

Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900 1942, Jakarta :


LP3ES, 1996

Nurjulianti, Asep Gunawan dan Dewi, (ed), Gerakan Keagamaan Dalam


Penguatan Civil Society, Analisis Perbandingan Visi dan Misi LSM dan
Ormas Berbasis Keagamaan, Jakarta : LSAF, 1999
Penerbit Risalah, Nahdlatul Ulama Kembali Ke Khittah 1926, Bandung :
Risalah, 1985

Riyadi, Ahmad Ali, Dekonstruksi Tradisi, Kaum Muda NU Merobek Tradisi,


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 89 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2015

Siddique, Taufik Abdullah dan Sharon, (ed), Tradisi Dan Kebangkitan Islam
di Asia Tenggara, Jakarta, LP3ES, 1989
Suaedy, Ahmad, Muslim Progresif Dan Praktek Politik Demokrasi Di Era
Indonesia Pasca Suharto, dalam Jurnal Tashwirul Afkar, No. 16, 2004

Zahro, Ahmad, Tradisi Intelektual NU : Lajnah Bahtsul Masail 1926 1999,


Yogyakarta : LkiS, 2004
http://newhistorian.wordpress.com/2006/11/30/ahlu-sunnahwaljamaah/ diunduh tanggal 5 Juni 2011

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 90 -

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERBATASAN DENGAN


PENDEKATAN KETAHANAN NASIONAL
Studi Terhadap Nasionalisme Masyarakat di Kawasan Perbatasan Indonesia Malaysia
Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


ketahanan nasional masyarakat perbatasan, bentuk-bentuk ketahanan nasional yang
dilakukan oleh masyarakat perbatasan serta pengaruh interaksi lintas negara terhadap
ketahanan nasional masyarakat perbatasan di Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas. Penelitian ini menggunakan disain penelitian kualitatif dalam
bentuk deskriptif dikarenakan peneliti ingin menggambarkan sekaligus serta
memecahkan permasalahan dengan mengemukakan fakta sebagaimana adanya pada
saat penelitian ini dilakukan. Dengan pendekatan ini diharapkan temuan-temuan
empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat, terutama
yang berhubungan dengan ketahanan nasional masyarakat perbatasan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan nasional masyarakat perbatasan di Desa Temajuk meliputi faktor
kelembagaan pertahanan dan optimalisasi pemberdayaan pertahanan wilayah
perbatasan. Adapun faktor kelembagaan ini meliputi penguatan dan koordinasi peran
TNI, Kepolisian, Pemerintah Pusat dan Daerah serta Muspida untuk terus melakukan
kesiapan dan kesiagaan pertahanan nasional dari setiap ancaman yang datang dari baik
dalam maupun dari luar. Dalam hal pemberdayaan pertahanan wilayah perbatasan hal
ini sangat terkait dengan peran aktif masyarakat untuk berpartisipasi menjaga
stabilitas keamanan dan terus meningkatkan ketahanan nasional serta pengamalan
pancasila. Bentuk ketahanan nasional masyarakat di Desa Temajuk dapat dilihat dari 5
(lima) indikator meliputi: pertama, status kewarganegaraan masyarakat yang terlihat
dari kepemilikan KTP. Kedua, penggunaan Bahasa Indonesia dalam kegiatan resmi dan
bahasa melayu Sambas dalam kegiatan sehari-hari serta kebanggaan mereka terhadap
identitas diri sebagai orang Melayu Sambas sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Ketiga, keikutsertaan masyarakat dan partisipasi masyarakat di Desa Temajuk dalam
pesta demokrasi baik Pilkades, Pilkada maupun Pemilu Nasional. Keempat, dari tempat
pendidikan anak-anak di Desa Temajuk yang secara keseluruhan masih memilih
sekolah di Desa Temajuk dalam memberikan pendidikan formal pada anak. Serta
kelima, kemeriahan pelaksanaan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang menunjukkan
cinta dan semangat kebersamaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Disadari atau tidak, pengaruh interaksi lintas negara terhadap ketahanan
nasional secara tidak langsung akan berimbas pada memudarnya semangat ketahanan
nasional masyarakat itu sendiri. Hal ini terlihat dari interaksi masyarakat Desa Temajuk
yang sudah pada level ketergantungan terhadap produk dari Malaysia, dan akses media
TV serta informasi yang didominasi dari negara tetangga. Namun disisi lain, interaksi
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Temajuk merupakan bentuk pilihan rasional
akibat kondisi dan ketersediaan fasilitas yang lebih mudah diakses dari negara
Malaysia.
Kata kunci : ketahanan nasional, interaksi, masyarakat perbatasan

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara besar yang
terdiri dari berbagai macam suku
bangsa dan mempunyai gugusan pulau
yang tersebar dan terpanjang di dunia.
Mempunyai sekitar 17.504 pulau besar
atau kecil, baik yang masih berpenghuni
atau masih kosong dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km2. Atas kondisi ini,
Indonesia merupakan wilayah strategis
yang kemudian disebut sebagai posisi
silang dunia yang terletak antara
samudra hindia dan samudra pasifik
serta antara benua asia dan benua
Australia.
Atas kondisi geografis tersebut,
Indonesia selanjutnya berbatasan langsung dengan beberapa Negara tetangga
baik daratan maupun perbatasan lautan.
Kawasan perbatasan pada hakikatnya
adalah daerah atau teritorial Indonesia
yang dalam susunan dan pembagian
administrasi pemerintah disebut desa,
kecamatan atau kabupaten dan kota,
yang berbatasan langsung dengan wilayah Negara asing atau Negara tetangga
baik darat, laut, maupun pantai dan
pulau (LIPI, 2004).
Secara geografis, wilayah perbatasan
darat Indonesia berhadapan langsung
dengan 3 (tiga) Negara yaitu, Wilayah
perbatasan darat dipulau Papua dengan
garis batas sepanjang 770 km2, yang
berbatasan langsung dengan Papua
New Guinea (PNG), Wilayah perbatasan
darat di Pulau Timor dengan garis batas
sepanjang 268,8 km2 yang berbatasan
langsung dengan Republik Demokratik
Timor Leste (RDTL), dan yang terakhir
adalah wilayah perbatasan darat pulau
Kalimantan yang berhadapan langsung
dengan Negara Malaysia dengan garis
batas sepanjang 2.004 km2.
Sedangkan wilayah laut Indonesia
berbatasan dengan 10 negara, yaitu
India, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Filipina, Republik Palau,
Australia, Timor Leste dan Papua Nugini

(PNG). Wilayah perbatasan laut pada


umumnya berupa pulau-pulau terluar
yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk
pulau-pulau kecil. Beberapa diantaranya
masih perlu penataan dan pengelolaan
yang lebih intensif karena mempunyai
kecenderungan permasalahan dengan
negara tetangga.
Kawasan perbatasan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayah yang dibentuk dengan Undangundang. Maka dari itu penataan, pengembangan dan pembangunan kawasan perbatasan merupakan sesuatu hal yang
sangat penting dan mendasar dalam
rangka percepatan pelaksanaan pembangunan nasional dan pelayanan masyarakat serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat. Perbatasan suatu wilayah
merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah daerah, dimana perbatasan
mempunyai peranan penting dalam
penentuan batas wilayah kedaulatan,
pemanfaatan sumber daya dan kepastian
hukum bagi penyelenggaraan aktifitas
kepemerintahan.
Saat ini dalam RPJM Nasional Tahun
2010-2014, ditetapkan arah kebijakan
yaitu mempercepat pembangunan kawasan perbatasan diberbagai bidang sebagai beranda depan negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga
secara terintegrasi dan berwawasan
lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin
keamanan nasional. Terkait dengan hal
tersebut pembangunan pada bidang ketahanan nasional merupakan salah satu
dari beberapa bidang dalam pembangunan diantara bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan/kerohanian, transportasi dan lain-lain.
Harus diakui, penanganan perbatasan negara selama ini belum dapat
berjalan secara optimal dan kurang
terpadu, yang berakibat pada timbulnya

2
konflik antar berbagai pihak (baik secara horisontal, sektoral, maupun vertikal)
tidak dapat dihindari. Persepsi bahwa
penanganan kawasan perbatasan ini
hanya menjadi domain pemerintah
(pusat) saja sudah waktunya diperbaiki
dalam era otonomi daerah. Perhatian
Pemerintah terhadap wilayah-wilayah
terluar yang berbatasan langsung dengan
negara lain, ditunjukan dengan komitmen
untuk membangun wilayah tersebut,
terutama untuk menjamin keutuhan
dan kedaulatan wilayah, pertahanan
keamanan nasional, serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan.
Pembangunan dan pengembangan
wilayah perbatasan yang selama ini
cenderung berorientasi inward looking
mestinya diubah dengan paradigma baru
yang berorientasi pada arah kebijakan
yang berorientasi pada outward looking.
Dengan demikian, wilayah perbatasan
dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan
dengan negara tetangga. Pembangunan
yang dilakukan di wilayah perbatasan
negara menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dengan
tidak meninggalkan pendekatan keamanan (security approach).
Di wilayah perbatasan Kalimantan
Barat pada umumnya tingkat kesejahteraan masyarakat jauh tertinggal dibandingkan dengan di wilayah perbatasan
Serawak. Penyebab rendahnya tingkat
kesejahteraan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu : pertama, selama ini kurangnya perhatian pemerintah
pusat dan daerah terhadap pengembangan wilayah perbatasan ; kedua, pendekatan pembangunan lebih menekankan
pada sistem pendekatan keamanan dari
pada pendekatan sosial ekonomi ;
ketiga, kualitas sumber daya manusia,
kesehatan, pendapatan dan lapangan
kerja yang marih rendah ; keempat,
sarana dan prasaran yang terbatas

seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, jalan dan jembatan serta sistem
keamanan yang sangat minim. (BPPN,
2007 ; KIMPRASWIL, 2007 ;)
Menurut Kaseipo dan Haba, faktor
munculnya fenomen kesenjangan tingkat kesejahteraan diwilayah perbatasan
disebabkan oleh 5 (lima) isu pokok.
Pertama, kurangnya infrastruktur yang
sangat membatasi komunikasi keluar
dari warga komunitas-komunitas daerah
perbatasan, begitu juga tertutupnya
kesempatan untuk pengembangan dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kedua, kemiskinan (dalam skala nasional)
banyak mewarnai kehidupan masyarakat,
sebab rendahnya sumberdaya manusia
dan program-program pembangunan
yang dapat dilakukan di daerah-daerah
perbatasan. Kebijakan yang terlalu sentralistik selama tiga dekade, membuat
ketidakberdayaan bagi masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah
terpencil. Ketiga, dari sisi pemerintahan,
lemahnya sistem pengawasan dan buruknya mental birokrat telah ikut menumbuhkan praktek-praktek penyelundupan
(barang dan manusia) melalui pos-pos
lintas batas. Keempat, terdapat kesenjangan sosial dan ekonomi antara penduduk perbatasan negara tetangga (seperti Sarawak) dan masyarakat warga
negara Indonesia (contoh Entikong,
Kalimantan Barat). Kelima, terbatasnya
teknologi untuk pengelolaan sumberdaya alam (hasil pertanian, hutan dan
pertambangan), sehingga nilai barang
begitu rendah, dan banyak kali potensi
yang berada di daerah perbatasan dicuri
oleh pengusaha negara tetangga, seperti
kasus illegal logging di Kalimantan
Barat. (LIPI : 2007).
Keberhasilan pembukaan wilayah perbatasan dengan menetapkan Pontianak
(Kalimantan Barat) dan Kuching (Serawak)
sebagai wilayah lintas batas antara kedua
negara pada tahun 1989. Selanjutnya

3
tanggal 1 Oktober 1990 diresmikan Pos
Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) yang
berada di Kecamatan Entikong (Kabupaten
Sanggau) dan Distrik Tebedu (Serawak),
dalam upaya memaksimalkan kegiatan
operasional perbatasan. Secara umum
telah memberikan dampak positif terhadap berbagai aktivitas masyarakat di
kedua negara khususnya aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Badan
Perencanaan Pengembangan Nasional
(2007) Pada tahun 2000 Indonesia
telah mengalami surplus arus barang
senilai Rp 2,6 milyar dari perdagangan
melalui Entikong, surplus tersebut memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Berkaca pada keberhasilan dan peningkatan yang terjadi di wilayah perbatasan di Kecamatan Entikong (Kabupaten
Sanggau) memberikan motivasi bagi pemerintah Kalimantan Barat untuk membuka wilayah perbatasan lain, salah satunya adalah di Kabupaten Sambas. Maka
pada tahun 2008 Pemerintah Kalimantan
Barat akan membuka secara resmi
perbatasan baru antara Kalimantan
Barat dan Serawak, dengan menetapkan
lokasi di wilayah Kabupaten Sambas
(Kecamatan Paloh dan Sajingan) dan
Distrik Lundu (Biawak dan Melano).
Pertimbangan pembukaaan wilayah
perbatasan ini, untuk mempercepat
pembangunan sosial ekonomi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di wilayah perbatasan, khususnya di
Kabupaten Sambas. Hal ini sebagai realisasi dari 3 (tiga) pilar strategi pembangunan yang ditetapkan pemerintah
Kalimanta Barat, 2 (dua) diantaranya
adalah membangun kondisi sosial masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. (Warta
Pemprov : 2007).
Adapun pertimbangan lain dari pembukaan wilayah perbatasan tersebut disebabkan. Pertama, wilayah Kabupaten
Sambas memiliki sumber daya alam
yang sangat berlimpah diantaranya tana-

man pangan dengan luas 81.638 hektar,


perkebunan dengan luas 92.031 hektar,
kehutanan dengan luas 0,64 juta hektar,
perikanan dengan garis pantai 128,5
kilometer serta potensi hasil pertambangan dan penggalian (BPS & Pemkab
Sambas : 2006). Kedua, jarak perbatasan Sajingan (Kabupaten Sambas) dan
Biawak (Distrik Lundu) sepanjang 5 km,
pada tahun anggaran 2001-2004 telah
dibangun jembatan Sui Sijang II yang
berada di desa Aruk, dengan panjang
100 meter dan lebar 8 meter. Jembatan
tersebut akan menjadi salah satu pintu
gerbang dalam mengoptimalkan kegiatan lintas batas antara kedua wilayah.
Sedangkan jarak perbatasan antara
Paloh (Kabupaten Sambas) dan Melano
(Distrik Lundu) sepanjang 1,5 km
dengan menetapkan desa Temajo sebagai pintu gerbang dimana terdapat
pelabuhan Sintete sebagai salah satu
debarkasi laut yang digunakan dalam
aktivitas perdagangan dan kelautan (BPS
& Pemkab Sambas : 2006). Ketiga, batas
wilayah Kecematan Paloh (Kabupaten
Sambas) dan Biawak (Distrik Lundu)
hanya dipisahkan oleh daerah perbukitan (daratan) yaitu berupa areal perkebunan sawit, sedangkan Kecamatan
Sajingan (Kabupaten Sambas) dan Melano
(Distrik Lundu) dipisahkan oleh darat
dan laut. Keempat, beberapa tahun terakhir aktivitas ekonomi, sosial, budaya,
agama, politik dan keamanan kedua
wilayah sangat berkembang pesat, ini
disebabkan oleh faktor adanya saling
ketergantungan diantara kedua masyarakat yang memiliki akar budaya yang
serumpun. Kelima, secara historis antara
ke dua rumpun masyarakat di wilayah
perbatasan memiliki struktur sosial
budaya, etnis dan agama yang sama.
Kabupaten Sambas dan Distrik Lundu,
masyarakatnya mayoritas etnis Melayu
dan Dayak dengan memiliki peninggalan nilai-nilai budaya, seperti rumah
betang panjang suku dayak yang masih

4
terdapat di kedua wilayah, tenunan dan
songket khas suku dayak dan melayu,
anyaman rotan dan manik-manik serta
seni budaya tradisional diantara suku
dayak dan melayu. Adapun dalam keyakinan (agama) kedua wilayah perbatasan
mayoritas beragama, Islam, Kristen dan
Animisme.
Sebagai bagian dari entitas politik
(negara), perbatasan Kabupaten Sambas
tentu tidak luput dari isu-isu seputar
keamanan. Kawasan perbatasan menjadi
salah satu prioritas dalam pengelolaan
keamanan negara. Workala mengungkapkan (2006: 4) Pola ancaman keamanan negara saat ini telah mengalami
transisi dari isu-isu tradisional seperti
perang, konflik antar negara dan lainnya kearah isu-isu non tradisional seperti separatism, terorisme, konflik komunal,
dan kejahatan transnasional yang terorganisir. Ancaman keamanan saat ini
lebih dimanikan oleh aktor-aktor nonnegara yang memiliki mobilitas yang
tinggi untuk berimigrasi antar negara.
Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas merupakan salah
satu wilayah perbatasan yang berhadapan langsung dengan Negara tetangga
Malaysia. Daerah ini merupakan salah
satu wilayah yang sempat mendapat
sorotan dimedia lokal, nasional maupun
Internasional di tahun 2011 yang lalu.
Setelah adanya kasus Tapal Batas di
Tanjung Datok, yang sebenarnya sampai
saat ini masih merupakan salah satu
diantara wilayah yang berkategori Out
Standing Boundery Problem (OPB) masih
dalam perundingan RI-Malaysia, tetapi
pihak Malaysia menganggap sudah selesai dan menganggapnya sepihak sebagai
bagian dari kedaulatan Negara Malaysia.
Wilayah Tanjung Datuk yang merupakan bagian dari Desa Temajuk dengan
jumlah penduduk sebanyak 493 KK dan
luasnya lebih kurang 4.750 Km2. Merupakan wilayah yang dua Dusun, yaitu
Dusun Camar Bulan dan Dusun Maludin.

Terjadinya konflik antara negara


terkait masalah tapal batas merupakan
isu strategis yang akan sangat berimbas
pada stabilitas nasional dan sosial politik
masyarakat diwilayah tersebut. Hal ini
menjadikan jiwa nasionalisme masyarakat diwilayah perbatasan lebih teruji.
Asumsi ini bukanlah tanpa alasan, melihat kondisi dan keseriusan pemerintah
dalam membangun wilayah perbatasan
merupakan salah satu alasan terusiknya
jiwa nasionalisme. Belum lagi, kondisi
politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan yang kontras di
perbatasan. Selain itu pelayanan publik,
akses informasi, dan keterbatasan sarana dan prasarana yang dirasa kurang
pada masyarakat di wilayah perbatasan
menjadikan pemerintah dan negara merupakan satu hal yang menyebabkan
terkikisnya nasionalisme.
Besarnya interaksi masyarakat perbatasan dengan negara tetangga dimana
dalam kegiatan sehari-hari masyarakat
seperti belanja, menjual hasil kebun,
dan layanan kesehatan hampir sepenuhnya berhubungan dan dilakukan di
Negara tetangga. Masyarakat perbatasan
lebih menggantungkan hidupnya pada
Negara tetangga karena fasilitas yang
diberikan Pemerintah Indonesia di wilayah perbatasan sangat minim. Pemerintah kurang memfasilitasi masyarakat
yang berada di wilayah perbatasan, dan
cenderung kurang peduli, sehingga masyarakat pun menjadi kurang simpatik
terhadap kondisi dan situasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tidak mustahil lama-kelamaan masyarakat di wilayah perbatasan merubah
status kewarganegaraannya karena ketergantungan dan kondisi tersebut.
Dari paparan di atas maka dianggap
perlu untuk segera mengambil langkah
untuk mempertahankan kedaulatan NKRI.
Salah satu cara yang paling mendasar
adalah meningkatkan nasionalisme dan
patriotisme bangsa Indonesia pada

5
umumnya dan khususnya masyarakat
perbatasan Negara.

Lembaga Penyelenggara Pertahanan


Nasional di Wilayah Perbatasan
Sistem pertahanan negara yang
dianut Indonesia bersifat semesta dan
bertumpu pada keterlibatan seluruh
rakyat berdasar atas kesadaran akan
hak dan kewajiban seluruh warga negara, serta memiliki keyakinan akan
kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
negara Indonesia. Kesemestaan pertahanan mengandung makna pelibatan
seluruh rakyat dan segenap sumber
daya nasional, sarana dan prasarana,
serta seluruh wilayah negara sebagai
satu kesatuan pertahanan yang utuh
dan menyeluruh.
Aspek kelembagaan (institusional)
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengelolaan wilayah perbatasan negara utamanya yang terkait
masalah ketahanan nasional. Institusiinstitusi yang terkait dalam mengelola
perbatasan mencakup lintas sektoral. Di
wilayah perbatasan Indonesia, permasalahan-permasalahan yang sering muncul seringkali tidak dapat diatasi dengan
segera oleh institusi-institusi yang ada
secara menyeluruh, efektif dan efisien.
Kondisi demikian dapat terjadi disebabkan institusi-institusi yang ada memiliki
kewenangan dan tanggung jawab yang
terbatas dan terpisah-pisah dalam masingmasing induk institusi yang memberikan mereka otoritas. Sebagai contoh
terpisahnya tugas dan fungsi masingmasing institusi yang terkait dalam
pengelolaan perbatasan negara adalah
imigrasi, pabean, dan karantina. Imigrasi selama ini berada di bawah kendali
dan koordinasi Menteri Hukum dan
HAM/Menko Polkam, pabean berada di
bawah kendali dan koordinasi Menteri
Keuangan/Menko Perekonomian, sedangkan karantina di bawah kendali dan koor-

dinasi Menteri Kesehatan/Menko Kesra.


Hal ini tentunya membawa konsekuensi
pada sulitnya menghasilkan kesamaan
sikap dan respon, serta kontrol kebijakan yang efektif ketika berhubungan
dengan pemerintah daerah perbatasan
setempat untuk mengamankan, membangun dan juga mengembangkan daerah
perbatasan
Ketahanan nasional merupakan kewajiban dari seluruh masyarakat bangsa Indonesia. Namun ketika berbicara
pada sub kelembagaan maka lembaga
pertahanan nasional perbatasan akan
menjadi tanggung jawab dan wewenang
dari militer (TNI), kepolisian dan pemerintah daerah yang saling bekerjasama
dan berkoordinasi. Pada tingkat kecamatan peranan muspika merupakan hal
utama yang harus dijalankan dalam
menjaga stabilitas dan ketahanan nasional. Namun pembatasan hanya pada
Muspika kecamatan merupakan sebuah
kekeliruan dimana unsur ini tidak mempunyai wewenang otonomi dan kebijakan perencanaan dan anggaran yang
merupakan kewajiban dari tingkat yang
lebih tinggi yaitu pemerintah daerah
setingkat kabupaten/kota, oleh karena
itu lembaga pertahanan di Kecamantan
Paloh Desa Temajuk meliputi militer
yang mempunyai tugas pokok pembinaan territorial serta penyelenggaraan
operasi pertahanan wilayah dengan
mengikut sertakan kekuatan wilayah
untuk memelihara dan mempertahankan
integritas wilayah dari segala bentuk
ancaman baik dari dalam negari maupun luar negeri.
Pembinaan territorial dilakukan dengan cara membantu pemerintah kabupaten dalam menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan darat
yang disiapkan secara dini, meliputi wilayah pertahanan serta kekuatan pendukung, membantu pemerintah kabupaten
dalam penyelenggaraan pertahanan dan
keamanan daerah, membantu pemerin-

6
tah daerah untuk memberikan bantuan
kemanusiaan, penanggulangan akibat
bencana, pengungsi, rehabilitasi infrastruktur dan mengatasi masalah pemogokan serta konflik komunal dan membangun, memelihara meningkatkan dan
memantapkan kemanunggalan TNI
Rakyat (Lihat Peraturan Kasad tentang
Organisasi dan Tugas Kodim).
Kedua Unsur pemerintah Daerah
Kabupaten Sambas terdiri dari unsur
kecamatan Paloh, dinas dan badan pelaksana tugas dan Unsur pemerintahan
Desa Temajuk. Dalam hal ini pemerintah
daerah memiliki tugas untuk menyiapkan secara dini kekuatan cadangan yang
terdiri dari warga negara, sumber daya
alam, sumber daya buatan serta sarana
dan prasarana dalam menjaga ketahanan
nasional. (Lihat UU Pertahanan Nasional
No. 3 tahun 2002). Dalam hal ini untuk
menjalankan tugas dan fungsi tersebut
pemerintah daerah kabupaten Sambas
melaksanakan fungsi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan wilayah perbatasan, pembinaan kesadaran bela negara, penyediaan dan pembinaan rakyat
terlatih dan perlindungan masyarakat.
Ketiga Unsur Polres Sambas terdiri
dari Polsek Paloh dan Unit reskrim
polres Sambas. Dalam hal ini kepolisian
mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk memberikan fungsi pembinaan ketertiban masyarakat dan penegakan hukum dalam rangka menjamin
keamanan masyarakat daan menjamin
kedaulatan negara kesatuan RI. Sedangkan tugas pokok polsek Paloh adalah
untuk pengamanan wilahah perbatasan,
monitoring keluar masuk kendaraan
dan barang melalui wilayah perbatasan,
memberikan bantuan pada instansi
maupun masyarakat dalam penegakan
hukum dan pengamanan wilayah serta
menciptakan kondisi yang aman dan
kondusif di daerah perbatasan utamanya di Desa Temajuk.

Keempat unsur-unsur kelembagaan


tersebut dibantu oleh dinas-dinas
instansi terkait meliputi Kantor Bea
Cukai Kabupaten Sambas, Kantor Imigrasi Kabupaten Sambas, Kantor Karantina Ikan dan Pertanian Sambas, dan
Kantor Pos Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(P4TKI) Kabupaten Sambas.

Pemberdayaan Pertahanan Wilayah


Perbatasan
Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan dan atau menghancurkan setiap
tantangan, ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang yang disebut dengan
Ketahanan Nasional. Oleh karena itu,
ketahanan nasional mutlak senantiasa
untuk dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus
dengan simultan dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa.
Lebih jauh dari itu adalah makin tinggi
tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa
itu dalam pergaulan dunia.
Pertahanan negara secara normatif
bukan hanya menjadi urusan elit sipil
atau militer, namun seluruh rakyat
Indonesia apapun profesi dan dimanapun domisilinya. Oleh karena itu, bila
dasar pelibatan seluruh rakyat adalah
kesadaran akan hak dan kewajiban,
serta keyakinan akan kekuatan sendiri
maka faktor kunci yang harus dibina
adalah kesadaran dan keyakinan seluruh rakyat akan makna, urgensi, kemampuan dan bentuk-bentuk keterlibatan dalam usaha pertahanan demi tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam konteks pertahanan keamanan, pemberdayaan wilayah merupakan
sebuah strategi dalam upaya membantu
pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan yang
meliputi wilayah dan kekuatan pendu-

7
kungnya; membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib bagi setiap warga negara,
sesuai dengan peraturan perundangundangan dan membantu pemerintah
memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung (lihat UU No. 34/2004).
Oleh itu, dalam konteks perbatasan di
Desa temajuk, terdapat beberapa aspek
utama meliputi kekuatan militer dan
partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan pertahanan merupakan bagian
yang Utah yang tidak bisa dilepaskan.
Sesuai dengan amanat UU No. 34
tahun 2004 tentang TNI pasar 8 bahwa
tugas utama TNI yang berkaitan dengan
wilayah perbatasan adalah menjaga
keamanan wilayah perbatasan darat
dengan negara lain yang kemudian
dilimpahkan dengan TNI angkatan darat
sebagai pilar terdepan dalam pengamanan di perbatasan desa Temajuk.
Hadirnya Pos Pengamanan Perbatasan
(PAMTAS) di Desa temajuk sedikit
banyak memberi rasa aman pada masyarakat sekitar dalam pengawasan
keamanan wilayah perbatasan.
Adapun komponen pendukung yang
melibatkan sumber daya nasional (SDM,
SDA dan SDB) dapat dilihat dari kondisi
keamanan dan kesiapan TNI yang didukung oleh pembinaan territorial meliputi
ruang juang, alat juang dan Kondisi
Juang yang tangguh serta terwujudnya
keakraban dan kemanunggalan TNIMasyarakat di perbatasan desa Temajuk.
Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat menunjukkan
terjalinnya keakraban dan silaturahmi
yang kuat antara masyarakat dan TNI.
Anggapan masyarakat pada TNI yang
mempunyai identitas garang, kejam dan
tidak manusiawi, justru berbeda diperbatasan Desa Temajuk. Kuatnya hubungan masyarkat-TNI terlihat dari silaturahmi dan kerjasama dalam kegiatan
kerja bakti dan aktivitas sosial seharihari.

Keberhasilan dalam pemberdayaan


pertahanan wilayah perbatasan tentunya
merupakan sebuah bukti dalam menjaga
ketahanan nasional perbatasan. Konteks
wilayah geografis menjadi wilayah perbatasan tidak serta merta dibawa dalam
kondisi wilayah pertempuran dengan
menerapkan asas manfaat. Dimana konsepsi wilayah pertempuran hanya bersifat perencanaan yang dihadapi pada
situasi perang, dengan demikian selama
masa damai dan aman pemanfaatan
wilayah geografis disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan
tetap menjaga kesiap-siagaan pasukan
militer.
Namun dalam konteks ideologis
dan sosial budaya, utamanya dalam
memantapkan dan pemahaman pengamalan pancasila kepada seluruh lapisan
masyarakat, mengamalkan nilai-nilai
kebenaran dalam berpolitik, dan menghormati adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat masih perlu untuk
ditingkatkan. Hal ini karena implementasi tersebut dilaksanakan hanya melalui
program-program formal dalam bentuk
penyampaian pesan pada kegiatan tertentu seperti ceramah, acara pertemuan
warga, undangan kawinan (di tarub),
kegiatan peresmian. Sehingga kesan yang
tampak tidak terlalu berkesan dalam
benak masyarakat. Hal ini menjadikan
perlunya penguatan pembinaan ideologis masyarakat untuk meningkatkan
kecintaan tanah air NKRI.
Bentuk-bentuk Ketahanan Nasional
yang dilakukan oleh Masyarakat
Perbatasan
di
Desa
Temajuk
Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas
Salah satu bentuk ketahanan nasional dapat dilihat dari semangat dan jiwa
nasionalisme seseorang atau kelompok
masyarakat. Nasionalisme memang bisa
muncul dalam beragam wujud. Kalau
kita mengkaji dari segi teori nasionalisme,

8
berbagai definisi nasionalisme dari era
klasik hingga era modern pada intinya
mengandung tiga unsur (Hutchinson
dan Smith, 1994:5).
Pertama, otonomi (autonomus). Unsur
ini mengacu kepada satu prinsip atau
logika pemikiran yang menjelaskan
nasionalisme adalah satu pemikiran
yang menganggap bahwa nation adalah
satu entitas komunitas yang mampu
berdiri sendiri secara utuh. Dan seperti
dalam konteks perkembangan sejarah,
kemampuan biasa mengacu pada upaya
setiap nation untuk mendirikan satu self
government.
Kedua, kesatuan (unity). Ini adalah
unsur dalam pemikiran nasionalisme
yang menerangkan bahwa suatu nation
adalah suatu komunitas yang hidup
dalam kesatuan sejarah atau nasib yang
sama. Dan dengan keberadaannya, nasionalisme dapat mengikat setiap individu
yang berbeda-beda berdasarkan ras,
etnis, maupun kelas-kelas ekonomi
berada dalam sebuah komunitas bernama nation.
Ketiga, identitas (identity). Identitas
adalah satu unsur yang menyertakan
nasionalisme sebagai sebuah paham
pembeda antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya. Dalam hal ini
nasionalisme selalu memiliki muatan
primordialis yang selalu menguatkan
perbedaan antara kita dan mereka, Us
versus Them.
Menurut para teoritisi klasik, negara merupakan aktor terpenting dalam
nasionalisme yang tidak hanya berfungsi untuk menjadi simbol kekuatan suatu
bangsa, tetapi juga menjadi actor utama
untuk menjaga perkembangan identitas
sebuah bangsa agar selalu dapat berlaku sustainable terhadap perkembangan
zaman (Smith, 1979:3).
Pemikiran Jean-Jacques Rousseau
(1712-1778) dianggap menjadi titik
balik penting dari pemikiran dari era
klasik menuju modern. Jika sebelumnya

nasionalisme selalu bekerja berdasarkan


nilai-nilai tradisi semata yang menarik
ketertarikan massif, pada pemikiran
modern nasionalisme menjadi sebuah
sistem-ide yang memadukan dua hal:
pertama, budaya tradisional yang menyediakan kekuatan emosi guna memistifikasi orang-orang secara massif terlibat dalam gerakan, dan kedua, pikiranpikiran rasional seperti egalitarianisme
yang tidak hanya mengenalkan solidaritas bangsa secara objektif tetapi juga
mampu menyediakan kerangka kerja
(framework) rasional bagi permasalahan
sosial yang terjadi dan menentukan
arah bagi masa depannya.
Negara yang kuat adalah negara
yang tidak hanya memiliki sistem pertahanan militer yang mapan, namun juga
adanya partisipasi yang aktif dari masyarakat untuk mendukung ketahanan
nasional yang diwujudkan dengan jiwa
nasionalisme yang tinggi. Hal demikian
menjadi penting untuk dipertanyakan
ketika masyarakat disebuah wilayah
merasa dikesampingkan kehadirannya
dan mendapat pelayanan yang tidak
memuaskan oleh negara. Hal ini tampak
dan dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat perbatasan di Desa Temajuk. Dengan minimnya pelayanan publik disatu
sisi, terputusnya jalur transportasi dan
kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan di wilayah perbatasan ini menjadi penting untuk melihat
bagaimana rasa memiliki dan rasa
kebangsaan masyarakat di perbatasan
pada wilayah ini.
Memiliki semangat dan jiwa nasionalisme mestinya menjadi sebuah keharusan yang harus ada dalam pribadi
setiap anak bangsa. Namun rasa nasionalisme antara satu pribadi dengan
yang lainnya mungkin akan berbeda,
utamannya dalam hal pemaknaan dan
peranan yang bisa dilakukan dalam
mewujudkan rasa nasionalisme tersebut.

9
Bagi masyarakat perbatasan seperti
wilayah Desa Temajuk kecintaan terhadap tanah kelahiran Indonesia merupakan harga mati. Meskipun hubungan
kekerabatan dan jalinan persaudaraan
dengan masyarakat Teluk Melano begitu
kuat namun tidak pernah terfikir bagi
mereka untuk berpindah kewarganegaraan. Bahkan ketika terjadi sengketa
lintas batas, bagi masyarakat kedua
belah pihak sesungguhnya seperti tidak
ada permasalahan sama sekali. Berdasarkan pengkuan dari salah satu tokoh
masyarakat menjelaskan bahwa;
Hubungan itu kekerabatan antara
masyarakat temajuk dan telok melano
sudah terbina sejak dulu dari pernikahan di antara kedua desa yang beda
negara ini. Hubungan baik kedua
kampung tersebut diuji saat masalah
patok batas negara mencuat. Bahkan,
muncul isu warga Temajuk tidak lagi
boleh ke Melano karena dijaga ketat
tentara Malaysia, itu semua tidak benar.
Kami baik-baik saja. Yang ribut kan
orang atas. Meski kami bergantung ke
Malaysia, kami masih cinta Indonesia
Bagi masyarakat di desa Temajuk,
hubungan kekerabatan yang terjalin
antara masyarakat Desa Temajuk dan
Teluk Melano bukanlah alasan untuk
pindah kewarganegaraan. Karena bagi
mereka hubungan dan interaksi yang
mereka lakukan hanyalah sebatas menjalin persaudaraan antara sesama warga
dari etnis yang sama, yang tidak sama
sekali mempunyai pengaruh dan kecenderungan muatan politis yang akan
membahayakan dan menjadi ancaman
bagi keamanan negara.
Bukti dari tingginya jiwa nasionalisme masyarakat perbatasan adalah
dari kepemilikan KTP (Kartu Tanda
Penduduk). KTP adalah identitas yang
paling mudah untuk melihat dan membuktikan kewarganegaraan seseorang.
Sesorang bisa saja mengaku berwarganegara Indonesia, namun ketika dia

belum memiliki KTP Indonesia, maka


secara resmi sesungguhnya pengakuan
itu belum bisa dibuktikan. Dalam hal ini
belum ditemukan adanya warga negara
Indonesia khususnya di desa Temajuk
yang berpindah kewarganegaraannya
dengan mengganti KTP pada kepemilikan IC (identity card). Meskipun ketika
mereka memiliki IC maka secara otomatis meraka akan mudah untuk mendapatkan pelayanan di negara Malaysia.
Teguhnya pendirian mereka untuk
tetap menjadi warga negara Indonesai
secara resmi bukanlah hal biasa, karena
tawaran dan kemudahan ketika berpindah kewarganegaraan adalah hal yang
menjadi rasional. Namun disisi lain,
kuatnya rasa memiliki dan rasa kebesaran sebagai orang melayu Indonesia
merupakan sesuatu kebanggaan dan
tetap dipertahankan.
Selain itu, pemaknaan nasionalisme
bagi masyarakat Desa Temajuk juga
tampak dari bahasa yang digunakan.
Dalam interaksi sehari-hari masyarakat
cenderung menggunakan bahasa Melayu
Sambas yang menjadi identitas bagi
mereka. Adapun dalam kegiatan formal
seperti rapat desa, pengantar dalam
pendidikan penggunaan bahasa Indonesia
tetap menjadi pilihan utama yang tidak
tergantikan.
Bahasa merupakan gejala sosial dan
gejala kebudayaan, karena setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan tertentu. Bahasa adalah unsur pendukung
identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang
yang secara arbitrer dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Bahasa nasional
merupakan salah satu wujud rill persatuan dari berbagai suku yang ada
disuatu Negara.
Kegigihan masyarakat dalam menjaga budaya dan tradisi dalam kebahasaan merupakan bukti kecintaan mereka

10
terhadap tanah air dan bangsa. Artinya
ketika bahasa asli Melayu Sambas yang
digunakan dalam berinterakasi menunjukkan bukti bahwa mereka masih
bagian dari orang Sambas. Dan ketika
bahasa Indonesia juga digunakan sebagai
bahasa dalam kegiatan formal menunjukkan adanya ikatan yang kuat terhadap rasa kebangsaan Indonesia.
Indikator lain dalam melihat semangat nasionalisme masyarakat di Desa
Temajuk juga terlihat dari kesadaran
dan partisipasi politik masyarakat dalam
setiap perhelatan pemilihan pemimpin
baik dalam pilkades, pilkada maupun
pemilu nasional. Menurut pengakuan
Camat Paloh bapak Usman, S.Sos, MM,
berkaca pada partisipasi pemilih di
Desa Temajuk sesungguhnya tidak jauh
berbeda dengan wilayah lain di Desa
Paloh. Secara umum masyarakat di Desa
Temajuk bukanlah masyarakat apatis
yang tidak peduli atau bahkan tidak
pernah terlibat dalam konteks pesta
demokrasi, namun karena kondisi menjadikan tingkat partisipasi pemilih di
wilayah ini sangat minim. Pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati 2011 tingkat partisipasi masyarakat di Desa ini
hanya sebesar 43,4% dari total pemilih
sebanyak 973 jiwa, meskipun di lain
pihak adanya nada sinis dan kurang
kepercayaan masyarakat pada janji
politik tidak di nafikan oleh pemimpin
Kecamatan Paloh tersebut.
Berkaca pada kondisi tersebut, tinggi rendahnya partisipasi pemilih sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yakni
kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah. Menurut Ramlan
Surbakti (2007; 144) setidaknya terdapat empat tipe pemilih yang dari faktor
kesadaran dan kepercayaan tersebut
meliputi pertama apabila seseorang
memiliki kesadaran politik yang tinggi
dan kepercayaan pada pemerintah juga
baik maka partisipasi politik yang diberikan cenderung tinggi.

Kedua, apabila kesadaran politik


masyarakat dan kepercayaan pada pemerintah rendah maka hal ini akan
berakibat pada minimnya partisipasi
politik atau bahkan cenderung menjadi
pasif tertekan (apatis). Ketiga, tipologi
masyarakat yang memiliki partisipasi
militan radikal, dimana apabila kesadaran politik tinggi, tapi kepercayaan
kepada pemerintah sangat rendah maka
akan sangat aktif untuk mengikuti
pemilihan umum. Dan keempat, kecenderungan masyarakat yang mempunyai
kesadaran politik yang rendah, disisi
lain mempunyai kepercayaan yang
tinggi pada pemerintah maka berakibat
pada kurangnya partisipasi politik masyarakat tersebut.
Berkaca pada teori politik diatas
dalam konteks masyarakat Desa Temajuk
menurut analisis penulis mengarah pada
tipologi yang kedua yakni rendahnya
kesadaran politik dan kurang percayanya pada pemerintah. Hal ini merupakan hubungan sebab akibat yang tidak
hanya dirasakan dan dialami oleh masyarakat di Desa Temajuk namun juga
merupakan di Kecamatan Paloh pada
umumnya.
Rendahnya tingkat kepercayaan pada
pemerintah merupakan faktor utama
yang menjadi masalah rendahnya tingkat partisipasi pemilih di wilayah ini.
Tingkat angka Golput yang mencapai
56,6% merupakan gambaran bahwa
masyarakat sudah bosan dengan janjijanji manis para pemimpin. Tidak
adanya realisasi yang jelas dan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari
pergantian pemimpin politik dianggap
sebagai hal utama tingginya angka
golput.
Ukuran lain dalam melihat semangat nasionalisme masyarakat di Perbatasan Desa Temajuk ini adalah dengan
melihat pilihan pendidikan pada anak
untuk sekolah. Meskipun jarak dengan
Teluk Melano dekat namun adanya

11
fasilitas pendidikan di desa Temajuk
dari SD, SMP sampai SLTA menjadikan
hampir tidak ada yang melanjutkan atau
memilih sekolah di negara Malaysia. Hal
ini didukung lagi dengan ungkapan
warga yang menyatakan
Interaksi yang dilakukan masyarakat di Desa temajuk hanyalah sebatas
Interaksi Ekonomi dan mungkin juga
interaksi budaya, namun untuk pilihan
pelayanan publik utamanya sekolah dan
kesehatan. Masyarakat di Desa Temajuk
masih bisa dilakukan di Desa.
Selain karena tersedianya fasilitas
pendidikan di Desa Temajuk dari tingkat SD, SMP atau SMA faktor lain juga
pilihan mereka untuk menyekolahkan
anak di Desa Temajuk adalah karena
identitas orang tua yang masih merupakan warga Indonesia. Selain itu,
faktor jarak yang cukup dekat di Desa
juga menjadi pilihan, tingginya minat
orang tua untuk menyekolahkan anak di
hanya di Desa Temajuk.
Berdasarkan data Statistik Kabupaten Sambas tahun 2012 bahwa desa
Temajuk adalah salah satu desa yang
memiliki sekolah setingkat SLTA di
Kecamatan Paloh. Adapun jumlah sekolah di desa ini meliputi, sekolah TK ada
satu, SD Negeri terdapat 2 (dua), satu
gedung SMP dan satu SMA.
Terkait dengan perayaan HUT
Kemerdekaan RI, sesungguhnya di wilayah Desa Temajuk sangat menunjukkan
jiwa dan semangat nasionalisme yang
tinggi. Terlebih lagi setelah adanya
kasus tapal batas akhir November 2011
kemaren. Besarnya antusias masyarakat
dan pemerintah daerah dalam memeriahkan perayaan HUT Kemerdekaan RI
di Desa Temajuk sampai pada kegiatan
pesta rakyat yang menggunakan anggaran di Pemerintah Dearah cukup besar.
Tingginya semangat nasionalisme
dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI
ini di tunjukkan pula dengan keterlibatan masyarakat dan suka cita warga

memanfaatkan moment tersebut untuk


mempererat kebersamaan serta memupuk rasa kebangsaan dengan berbagai
kegiatan perlombaan dan Upacara
Bendera yang cukup Khidmat. Adanya
isu pergeseran tapal batas sesungguhnya membawa dampak yang cukup
tinggi dalam meningkatkan semangat
nasionalisme warga dan pemerintah
daerah dalam memaknai nasionalisme
yang terlihat dari meriahnya perayaan
HUT Kemerdekaan RI di Desa Temajuk.
Semangat senasib sepenanggungan sebagai warga perbatasan yang harus
menjadi keamanan dan kedamaiaan
bangsa ditengah minimnya fasilitas
serta besarnya ketergantungan dengan
masyarakat negara Malaysia membuat
warga semakin haru dan kuat untuk
tetap siap dan bersedia menjadi pasukan terdepan yang akan mempertahankan keutuhan NKRI.
Dari gambaran dan paparan uraian
bentuk Nasionalisme di Desa Temajuk
dapat di uraikan dalam bentuk tabel 4.1
di bawah ini.
Tabel 4.1
Bentuk Nasionalisme Masyarakat
Perbatasan Di Desa Temajuk Kecamatan
Paloh Kabupaten Sambas
No

Indikator

1.

Identitas
Resmi

2.

Bahasa

3.

Partisipasi

Bukti Empis

Hampir semua
masyarakat di
Desa Temajuk
belum ada
yang pindah
kewarganegar
aan hal ini
ditundukkan
dari KTP yang
mereka Miliki
Bahasa seharihari adalah
bahasa Melayu
Sambas. Dan
bahasa formal
adalah bahasa
Indonesia
Masyarakat

Faktor
Pendukung
Pelayanan
Publik serta
kemudahan
lain

Rasa
Kebanggaan
sebagai
orang
Melayu
Sambas dan
sebagai
Warga
Indonesia
Besarnya

12
Politik

4.

5.

yang
mempunyai
kesadaran
politik dan
tingkat
kepercayaan
terhadap
pemerintah
yang rendah
Pendidikan Hampir semua
anak di Desa
Temajuk
sekolah dari
TK, SD, SMP
dan SMA di
Desa Temajuk
Perayaan
Meriahnya
HUT
perayaan HUT
Kemerdeka Kemerdekaan
an RI
RI di Desa
Temajuk
apalagi pasca
pergeseran
Patok
perbatasan.

angka
Golput, dan
kurangnya
kepercayaan
pada
pemerintah
Tersedianya
Fasilitas dan
Jarak yang
dekat
dengan
sekolah
Tingginya
rasa
kebangsaan
dan
kebersamaa
n
masyarakat
dalam
menyuksesk
an kegiatan

Pengaruh Interaksi Lintas Negara


Terhadap
Ketahanan
Nasional
Masyarakat Perbatasan di Desa
Temajuk
Kecamatan
Paloh
Kabupaten Sambas
Kondisi Ekonomi Masyarakat Perbatasan. Kesejahteraan masyarakat merupakan amanat Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 3 (tiga) yang berbunyi
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu. Amanat tersebut dipertegas dalam Bab XIV pasal
33 ayat 1 Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,


berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Sejalan dengan amanat UUD 1945
di atas, maka pemerintah menetapkan
suatu Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2004-2009 meliputi 5 (lima) sasaran
pokok dengan prioritas dan arah kebijakannya sebagai berikut: 1) Menurunkan jumlah penduduk miskin ; 2) Berkurangnya kesenjangan antar wilayah
dengan meningkatkan peran pedesaan
sebagai basis pertumbuhan ekonomi ;
3) Meningkatkan kualitas manusia secara menyeluruh, baik dari sisi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) ; 4) Memperbaiki mutu lingkungan hidup dan
pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan ; serta 5) Membaiknya
infrastruktur dengan meningkatknya
kuantitas dan kualitas sarana penunjang
pembangunan.
Pada dasarnya peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan
individu dan masyarakat melalui pembangunan sosial ekonomi, membutuhkan suatu konsep, perencanaan, strategi
dan kebijakan yang tersusun secara
sistematis. Beberapa tahun terakhir,
pembangunan sosial ekonomi masyarakat telah disusun beberapa konsep
yang diharapkan dapat memecahkan
berbagai problematika dalam perbedaan tingkat kesejahteraan diantara
masyarakat. Adanya konsep pembangunan
ekonomi alternatif, konsep modernisasi
dan pembangunan, konsep pembangunan
wilayah perbatasan, merupakan beberapa
usaha yang dilakukan dalam mecahkan
masalah tersebut. Khusus pembangunan wilayah perbatasan, dewasa telah
dijadikan sebagai alternatif bagi usaha
menyelesaikan permasalahan kesenjangan
tingkat kesejahteraan masyarakat diwilayah perbatasan. Sebab pada umumnya

13
di wilayah perbatasan tingkat perbedaan kesejahteraan masyarakat sangat
tinggi. Sehingga diperlukan konsep
pembangunan wilayah perbatasan yang
merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan bersifat komprehensif mencakup
aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya.
(Misra dalam Djakapermana : 2007).
Disamping itu dalam rangka pencapaian sasaran pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan arah kebijakan sebagai berikut : Mengembangkan
wilayah-wilayah perbatasan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan
yang selama ini cenderung berorientasi
inward looking menjadi outward looking,
sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan
yang dilakukan selain menggunakan
pendekatan yang bersifat keamanan
(security approach), juga diperlukan
pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach) (Administrator : 2008).
Namun berkaca pada kondisi saat
ini, adalah ironis bahwa ekonomi menjadi salah satu problem sosial utama
yang dihadapi masyarakat perbatasan
Indonesia-Malaysia khususnya di Desa
Temajuk. Kesenjangan antara kedua
negara menjadi pemicu orientasi masyarakat lebih banyak beriteraksi dengan
masyarakat negara tentangga. Dalam
hal ini, kegagalan pemerintah merupakan faktor utama yang dijadikan sebagai
alasan. Besarnya ketimpangan pembangunan dan perhatian pemerintah antara daerah pinggara (perbatasan) dengan
wilayah perkotaan di Ibu kota kecamatan
(Paloh) dan di desa Temajuk dimenjadi
alasan tingginya interaksi masyarakat
kedua wilayah tersebut.

Keadilan menjadi isu utama yang


dianggap belum bisa diwujudkan diperbatasan. Nurrachman (2004:19) mengungkapkan bahwa keadilan adalah alat ukur
yang dijadikan untuk melihat kebijakan
pemerintah terhadap rakyat. Dimana
secara kasap mata bahwa masyarakat
perbatasan di Desa Temajuk merupakan
masyarakat Bangsa Indonesia yang perlu mendapat perhatian pembangunan.
Kondisi paradox masyarakat perbatasan menjadikan mereka harus bisa
bertahan hidup dengan menggantungkan
harapan dan ekonomi pada masyarakat
perbatasan di negara tetangga. Disatu
sisi mereka dituntut untuk senantiasa
menjaga keutuhan bangsa dan negara
dengan menguatkan rasa nasionalisme,
sementara disisi lain pembangunan
perhatian pemerintah selalu tidak
berpihak pada mereka. Pembangunan
yang ada selama ini pada kenyataannya
tidak melihat kebutuhan dan kondisi
masyarakat perbatasan.
Oleh itu, pendekatan pembangunan
khususnya pembangunan desa yang ada
disekitar perbatasan seharusnya di
desain untuk menciptakan peningkatan
kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Dimana menurut Ali (2007: 87), pendekatan ini mestinya menitikberatkan
pada pentingnya partisipasi masyarakat,
beroritenasi kebutuhan, keswadayaan,
peningkatan kesadaran, perencanaan
dari bawah dan melibatkan masyarakat.
Interaksi Masyarakat Perbatasan di
DesaTemajuk. Pengembangan wilayah
merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah
secara harmonis melalui pendekatan
yang bersifat komperhensif mencakup
aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya
(Misra R.P, Regional Development,
1982). Pada dasarnya pendekatan
pengembangan wilayah ini digunakan
untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini tersus berkembang disesuaikan dengan tuntutan

14
waktu, teknologi dan kondisi wilayahnya. Sementara dalam pandangan
Depkimpraswil (2007a) bahwa pengembangan wilayah perbatasan dapat
dirumuskan sebagai rangkaian upaya
untuk mewujudkan keterpaduan dalam
penggunaan berbagai sumber daya,
merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian
antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI.
Dalam Program Pembangunan
Nasional (Propenas) 2000-2004
(Depkimpraswil : 2007b) dinyatakan
bahwa Program pengembangan wilayah
perbatasan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi wilayah perbatasan, dan
memantapkan ketertiban dan keamanan
daerah yang berbatasan dengan negara
lain. Sasarannya adalah terwujudnya
peningkatan kehidupan sosial-ekonomi
dan ketahanan sosial masyarakat, terkelolanya potensi wilayah, dan ketertiban
serta keamanan kawasan perbatasan.
Adapun Komponen-komponen program
prioritasnya antara lain : (1) Pengembangan pusat-pusat permukiman potensial
termasuk permukiman transmigrasi di
daerah perbatasan ; (2) Peningkatan
pelayanan prasarana transportasi dan
komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dan pemasaran produksi ;
(3) Peningkatan pelayanan sosial dasar
khususnya pendidikan dan kesehatan;
penataan wilayah administratif dan
tapal batas ; (4) Pengembangan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi
wilayah khususnya pertambangan dan
kehutanan ; (5) Peningkatan kerjasama
dan kesepakatan dengan negara tetangga di bidang keamanan, ekonomi, serta
pengelolaan sumberdaya alam dan ling-

kungan daerah perbatasan. Karena


hakikat perbatasan sebagai batas-batas
luar negara yang mana batas wilayah
adalah daerah-daerah pengganti negara,
(Resmini : 2007 lihat Anderson & ODowd)
dimana ekonomi dan kehidupan sosialnya adalah langsung dan berhubungan,
karena dipengaruhi oleh dekatnya kepada sebuah perbatasan internasional
(Hansen dalam Resmini : 2007).
Karl Marx (1904) mengemukakan
bahwa ditempat perbatasan antara
satu komunitas dengan komunitas lain
akan sangat berpengaruh besar pada
pertumbuhan ekonomi, dimana akan
terjadi pertukaran komoditi yang sangat
signifikan di daerah perbatasan. Adanya
pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
tersedianya infrastruktur, transportasi,
komunikasi, dan energi di wilayah
perbatasan. (UNIDCP : 2007), Dalam
wilayah perbatasan akan terjadi perdagangan terbuka yang dampaknya memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan
karena tersedianya barang-barang dan
investasi yang melintasi perbatasan melalui perdagangan internasional (Edwards
dalam Sesay : 2007)
Dalam kasus perbatasan di
Kalimantan barat adanya kesamaan
budaya, adat, dan keturunan di kawasan
perbatasan telah melahirkan kegiatan
lintas batas tradisional, yang sebagian
diantaranya bersifat ilegal dan sulit
dicegah. Kegiatan lintas batas tradisional ini telah berlangsung lama dan
pada awalnya didorong oleh kebutuhan
dan manfaat bersama bagi penduduk
kedua negara di perbatasan. Kegiatan
ini bahkan telah diatur melalui perjanjian perdagangan lintas batas Indonesia
Malaysia pada tanggal 11 Mei 1967,
yang mengizinkan penduduk melakukan
transaksi maksimum 600 RM per bulan.
Akan tetapi seiring dengan perjalanan
waktu, kegiatan lintas batas tradisional
tersebut mulai dimanfaatkan oleh oknum-

15
oknum tertentu dari kedua negara
untuk melakukan kegiatan ilegal, yaitu
berupa transaksi dagang yang melebihi
ketentuan atau bahkan berupa penyelundupan. Kegiatan ilegal ini khususnya
dilakukan untuk jenis komoditi yang
memiliki selisih harga relatif tinggi
diantara kedua negara. Ironisnya, pelaku kegiatan ilegal ini sebagian besar
justru penduduk yang barasal dari luar
perbatasan. Kalaupun ada penduduk
asli perbatasan terlibat umumnya karena
kepolosan dan ketidaktahuan, dan mereka memperoleh peran serta bagian
keuntungan yang kecil.
Demikian pula halnya terhadap
interaksi yang dilakukan masyarakat di
desa Temajuk yang sudah pada titik
ketergantungan dengan warga negara
tetangga. Interaksi dan ketergantungan
yang dimaksud merupakan buah dari
kondisi infrastruktur dan askses jalan
yang begitu sulut untuk berhubungan
dengan wilayah lain di kota Kecamatan
wilayah Indonesia. Hal ini menjadikan
peredaran barang-barang kebutuhan
pokok sehari-hari didominasi oleh barang produk Malaysia. Dimana kebutuhan masyarakat Desa Temajuk terhadap
masyarakat Telum Melano begitu tinggi.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan masyarakat menunjukkan
bahwa tingkat kemudahan dalam hal
ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat sepenuhnya dilakukan di wilayah Teluk Melano negara
Malaysia.
Dari Temajuk, hanya butuh 15
menit perjalanan dengan motor menuju
ke Teluk Melano. Membeli sembako dari
Teluk Melano jauh lebih murah daripada membeli ke Kecamatan Paloh.
Sebagai contoh harga telur. Jika membeli ke Teluk Melano, harga telur per
karton (isi 30 butir) sekitar RM 9
(sekitar Rp25.400). Jika membeli telur
di Kecamatan, harganya mencapai Rp30
ribu per karton. Dari Temajuk, lokasi

terdekat untuk membeli telur adalah di


Kecamatan Paloh. Pulang pergi (TemajukPaloh) butuh enam jam. Sampai sini
telur hancur-semua, jelas salah satu
warga.
Hampir sebagian besar hasil sadapan
karet dan hasil tangkap ikan di pasarkan di Desa Teluk Melano Malaysia dengan memanfaatkan jalur darat. Warga
di desa Temajuk melakukan aktivitas
perdagangan dan ekonomi lainnya
dengan menggunakan uang rupiah atau
ringgit merupakan hal yang lumrah.
Di Desa Temajuk memang banyak
lahan karet. Menurut data desa, dua
puluh persen lahan dari 26.800 hektare
saat ini mulai ditumbuhi pohon karet.
Sepertiganya lagi adalah lahan aktif
yang digunakan warga sebagai hunian.
Sisanya merupakan lahan tidur yang
bercampur antara hutan dan perkebunan. Menurut Madjid (salah tokoh
masyarakat), saat ini banyak warga yang
beralih pekerjaan menjadi penyadap
getah karet. Itu biasa dilakukan selama
September hingga Maret. Pada bulanbulan itu lautnya penuh ombak. Jadi,
tidak mungkin mencari ikan. Sementara
ambil getah dululah, imbuhnya.
Sudah sejak lama warga di Desa
Temajuk merasakan betapa sulitnya
mereka mendapatkan barang-barang
kebutuhan pokok. Selama ini seluruh
kebutuhan pokok warga seperti bahan
makanan, bahan bakar minyak, dan
beberapa barang kebutuhan lainnya
dibeli dan didatangkan dari Malaysia.
Seorang warga yang memperlihatkan
barang dagangan yang dijual di warung
kecilnya seperti produk minyak goreng,
susu kotak merek Milo, dan juga
makanan kaleng kemasan semacam
sarden dan kornet yang berlabel
Malaysia. Padahal di Indonesia, produkproduk sejenis itu sangat berlimpah
pabriknya. Dan yang lebih memprihatikan adalah ditempat itu pula berderet
beberapa tabung gas elpiji yang jika

16
dilihat dari warnanya itu adalah tabung
gas elpiji milik Malaysia.
Lebih menyedihkan lagi, semua
barang-barang kebutuhan warga dibeli
dengan harga yang relatif mahal. Hal
tersebut terpaksa dilakukan warga
karena tidak ada lagi alternatif lain yang
dapat dilakukan untuk bertahan hidup
selain membeli dari wilayah Malaysia.
Berharap ada barang kebutuhan produk
dalam negeri sendiri adalah hal yang
sulit karena kondisi akses jalan yang
terputus. Mudahnya akses dan kondisi
infrastruktur di Malaysia yang jauh lebih
baik daripada di Indonesia menjadikan
masyarakat di Desa Temajuk lebih
memilih berbelanja dan berinteraksi
dengan warga Melano. Pemerintah
Malaysia sangat memperhatikan sarana
jalan di wilayah itu, meskipun terletak
di perbatasan.
Jalanan di perbatasan yang merupakan wilayah Indonesia sangat-sangat
memprihatinkan. Pemukiman penduduknya juga tidak tertata rapi dan
cenderung masih terbuat dari bangunan
kayu. Benar-benar pemandangan yang
kontras. Namun kesenjangan ekonomi
pada dua negara yang berbatasan ini
tidak menghalangi dan membatasi antar
warga untuk beriteraksi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Bagi masyarakat Temajuk, kebiasaan
menganggap interaksi secara ekonomi
dengan Desa Teluk Melano merupakan
hal yang biasa dan tidak sama sekali
menjadi permasalah bagi mereka. Namun disisi lain, sebagian kalangan dan
ahli melihat kondisi ini sebagai potensi
awal munculnya ancaman serius yang
harus diwaspadai oleh pemerintah
Indonesia terkait kuatnya hubungan
masyarakat desa Temajuk dengan warga Teluk Melano yang berakibat pada
pudarnya semangat nasionalisme.
Pertaruhan antara kebutuhan ekonomi dan semangat nasionalisme di
Desa Temajuk disadari atau tidak telah

terjadi sekian lama dan menjadi bagian


kehidupan warga. Keseharian yang dilakoni dengan ketergantungan ekonomi
yang tinggi kepada warga Malaysia
secara langsung telah mempengaruhi
pola hidup masyarakat desa Temajuk.
Beberapa indikator yang dapat dilihat
dari lunturnya semangat nasionalismen
tersebut adalah hilangnya sikap kepedulian masyarakat terhadap program
pemerintah dan kepedulian terhadap
isu geografis. Hal ini terbukti dari
bergesernya patok batas negara di
wilayah ini beberapa waktu yang lalu.
Terjadinya pergeseran patok batas
negara di wilayah ini bukanlah hal yang
biasa, sampai saat ini masih menjadi
pertanyaan besar siapa yang menggesar
batas patok tersebut? Namun ketika
didaerah tersebut telah terjadi pergesaran patok wilayah negara, tidak mustahil suatu ketika akan terjadi pergeseran
dan perubahan status kewarganegaraan
dari masyakarat akibat ketergantungan
disatu sisi dan kurangnya perhatian
pemerintah disisi lain.
Dalam upaya menguatan dan peningkatan fasilitas di Desa Temajuk Pemkab
Sambas kini memprogramkan pembangunan jalan untuk membuka keterisolasian Desa Temajuk. "Target pembangunan jalan akan tembus sejak tahun
2012 yang lalu dari Liku Ibu Kota
Kecamatan Paloh," kata Kepala Dinas
PU Bina Marga, Pengairan, Energi dan
Sumberdaya Mineral Kabupaten Sambas,
Ir. H. Ferry Madagaskar, M.Si di Sambas.
Lebih lanjut Ferry "Tahun ini, rencananya dibuat badan jalan dengan lebar
delapan meter, panjangnya sekitar 14
kilometer. Tahun depan, dilanjutkan,"
Dalam perencanaan pemerintah
Daerah Kabupaten Sambas Jalan tersebut nantinya akan diusulkan sebagai
jalan strategis nasional sehingga pendanaannya dapat berasal dari berbagai
sumber. Selain itu, juga akan dibuat
jalan paralel perbatasan mulai dari

17
Temajuk hingga batas Kalbar - Kaltim.
Sementara Sekretaris Kecamatan Paloh
Rohaimi menambahkan, beberapa tahun
lalu sudah pernah dibuat badan jalan
menuju Temajuk. Namun, lanjut dia,
karena lama tidak digunakan maka
kondisinya kini ditumbuhi semak
belukar.
Interaksi dan Nilai Nasionalisme
Masyarakat Perbatasan. Interaksi masyarakat Desa Temajuk dengan negara
tetangga merupakan sebuah tuntutan
dari kondisi dan kebutuhan hidup.
Fenomena ini menjadi sebuah interasi
yang bersifat mutlak dan menjadi
sebauh ketergantungan dalam upaya
mempertahankan hidup.
Aspek geografis Desa Temajuk dijadikan alasan dalam memberikan kebutuhan
akan pelayana publik, pembangunan
dan akses jalan oleh pemerintah. Hal ini
menjadikan Desa Temajuk hanya bisa di
jangkau dalam waktu dan periode tertentu oleh masyarakat diluar desa
Temajuk. Hal ini menjadikan kebutuhan
ekonomi warga Desa di gantungkan
sepenuhnya pada negara Malaysia.
Minimnya pembangunan jalan, akses
jaringan telepon seluler, penerangan
desa dan pelayanan publik lainnya
menjadi pemandangan utama di desa
ini.
Dalam keadaan ekonomi yang sulit,
ditambah perhatian pemerintah yang
minim, masyaraakt desa Temajuk mendapat kemudahan dari dekatnya dan
mudahnya askes masyarakat desa
Temajuk dengan Desa Teluk Melano di
Malaysia. Hampir semua kebutuhan pokok seperti beras, gula, tepung terigu,
minyak goreng, bumbu dapur, gas elpiji
dan barang kebutuhan rumah tangga
lainnya dipasok dari Teluk Melano
Malaysia.
Hal ini memicu meningkatnya konsumsi barang-barang produk Malaysia
di Desa Temajuk. Akibatnya warga merasa sangat ketergantungan dan lebih

familier dengan produk Malaysia. Secara


politis negara mungkin dirugikan dari
sikap dan tindakan warga Desa Temajuk,
namun disisi lain hal ini merupakan
pilihan bijak yang diambil oleh warga
untuk tetap bertahan hidup.
Selain itu, interaksi dan kemudahan
masyarakat perbatasan di Desa Temajuk
tidak hanya pada masalah ekonomi.
Kondisi jarak yang dekat dengan negara
Malaysia menjadikan sinyal telephon
selulur yang dominan di daerah ini
adalah sinyal dari perusahaan Malaysia.
Selain itu, untuk siaran televisi juga di
dominasi oleh channel dari TV Malaysia.
Sehingga informasi dan perkembangan
informasi bangsa Indonesai ini tidak
terlalu diketahui. Tidak salah perkembangan Malaysia dan proganda dari
siaran Malaysia lebih banyak diterima
oleh warga di desa Temajuk.
Kondisi geografis dan Topografi
wilayah perbatasan khusunya di Desa
Temajuk yang masih terisolir, karena
keterbatasan prasarana jalan, transportasi darat, sungai serta fasilitas publik
lainnya. Kondisi ini berdampak pada
kondisi kesejahteraan sosial, ekonomi,
pendidikan dan skill masyarakat daerah
perbatasan yang masih tertinggal dibanding dengan masyarakat daerah Teluk
Melano.
Tingginya interaksi yang berimbas
pada ketergantungan ekonomi di khawatirkan akan menjadi ancaman pada jiwa
nasionalisme masyarakat di perbatasan.
Besarnya iteraksi dan pengaruh sosial
politik dari negara tetangga secara tidak
langsung akan memudarkan identitas
masyarakat di Desa Temajuk. Jika Identitas suatu kawasan telah memudar
maka akan berdampak kepada rasa
nasionalisme dari dimana negara yang
mereka tempati. Beberapa faktor seperti
kesenjangan ekonomi, diskriminasi pembangunan, pendidikan dll, karena Jika
kita hubungankan jiwa nasionalisme
dengan keadaan perekonomian maka

18
akan terlihat seperti dua sisi mata uang
yang sangat erat hubungannya.
Bagaimana mungkin rasa nasionalisme itu bisa terbangun jika kualitas
hidup secara ekonomi rendah. Rasa
nasionalisme bisa kalah hanya karena
kebutuhan untuk bertahan hidup. Kondisi ini seolah-olah memberikan pembenaran bahwa nasionalisme bangsa ini
mulai redup. Apalagi warga diperbatasan yang pendidikannnya minim.
Salah satu faktor keterbelakangan
secara ekonomi di perbatasan adalah
diskriminasi ekonomi yang dilakukan
pemerintah. Kehidupan warga begitu
kontras jika dibandingkan dengan daerah lain. Prioritas pembangunan yang
dijanjikan pemerintah tidak sebanding
dengan realisasi yang ada di wilayah
Desa Temajuk. Warga Desa Temajuk
terpaksa harus menggantungkan hidup
dan kebutuhannya di Malaysia.
Makna Nasionalisme secara politis
merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan
pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai
pendorong untuk membangun dirinya
maupun lingkungan masyarakat, bangsa
dan negaranya.
Lebih lanjut Atep Afia Hidayat (2010)
kawasan perbatasan merupakan bagian
wilayah NKRI yang rawan terhadap
pengambil-alihan (akuisisi) oleh Negara
lain. Oleh itu perlunya penguatan jiwa
dan semangat nasionalisme secara
massif harus terus dilakukan.
Dari gambaran kondisi di Desa
Temajuk memberikan sebuah penegasan
bahwa sesungguhnya perhatian terhadap
penguatan rasa nasionalisme masyarakat
perbatasan harus segera dilakukan. Hal
ini sebagai upaya untuk menghindari
pudarnya semangat kebangsaan dan ketergantungan yang berubah pada aspek
politis kedaulatan negara NKRI.

PENUTUP
Berdasarkan paparan dan temuan
dari penelitian ini dapat disimpulkan
hasil penelitian ini meliputi;
Pertama, faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan nasional perbatasan
di Desa Temajuk meliputi faktor kelembagaan pertahanan dan optimalisasi
pemberdayaan pertahanan wilayah perbatasan. Adapun faktor kelembagaan ini
meliputi penguatan dan koordinasi peran
TNI, Kepolisian, Pemerintah Daerah dan
Muspida untuk terus melakukan kesiapan dan kesiagaan pertahanan nasional
dari setiap ancaman yang datang dari
baik dalam maupun dari luar. Dalam hal
pemberdayaan pertahanan wilayah perbatasan hal ini sangat terkait dengan
peran aktif masyarakat untuk berpartisipasi menjaga stabilitas keamanan dan
terus memperkuat ketahanan nasional
serta pengamalan Pancasila.
Kedua, bentuk ketahanan nasional
masyarakat di Desa Temajuk dapat dilihat dari 5 (lima) indikator meliputi:
pertama, status kewarganegaraan masyarakat yang terlihat dari kepemilikan
KTP. Kedua, penggunaan Bahasa Indonesia dalam kegiatan resmi dan Bahasa
Melayu Sambas dalam kegiatan seharihari serta kebanggaan mereka terhadap
identitas diri sebagai orang melayu
Sambas sebagai bagian dari bangsa
Indonesia. Ketiga, keikutsertaan masyarakat dan partisipasi masyarakat di
Desa Temajuk dalam pesta demokrasi
baik Pilkades, Pilkada maupun Pemilu
Nasional. Keempat, dari tempat pendidikan anak-anak di Desa Temajuk yang
secara keseluruhan masih memilih
sekolah di Desa Temajuk dalam memberikan pendidikan formal pada anak.
Serta kelima, kemeriahan pelaksanaan
peringatan HUT kemerdekaan RI yang
menunjukkan cinta dan semangat kebersamaan sebagai bagian dari bangsa
Indonesia.

19
Ketiga, disadari atau tidak, pengaruh
interaksi terhadap ketahanan nasional
secara tidak langsung akan berimbas
pada melemahnya ketahanan nasional
masyarakat itu sendiri. Hal ini terlihat
dari interaksi masyarakat Desa Temajuk
yang sudah pada level ketergantungan
terhadap produk dari Malaysia, dan
akses media TV serta Informasi yang
didominasi dari negara tetangga. Namun
disisi lain, interaksi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Temajuk merupakan
bentuk pilihan rasional akibat kondisi
dan ketersediaan fasilitas yang lebih
mudah diakses di negara Malaysia.
Dari hasil penelitian tersebut juga
peneliti memberikan beberapa saran
yaitu :
Pertama, Ketahanan nasional merupakan faktor utama yang harus dijaga
diwilayah perbatasan. Diperlukan penguatan ideologi masyarakat perbatasan
dalam program pembinaan dan perhatian yang serius oleh pemerinah pusat
maupun pemerintah daerah. Tingginya
ancaman ideologi dan pudarnya jiwa
nasionalisme masyarakat perbatasan
akibat besarnya interaksi dengan warga
negara tetangga akan sangat berimbas
pada aspek politik dan diplomasi
Indonesia di mata Internasional, karena
dianggap gagal mengelola wilayah dan
batas negaranya sendiri, mengingat
Kabupaten Sambas memiliki 2 (dua)
pintu masuk ke Malaysia. Oleh karena
itu, perlu dibentuk Badan Pembangunan
Perbatasan dan Daerah Tertinggal
(BPPDT) Kabupaten Sambas agar Pemerintah Daerah dapat terus melakukan

edukasi dan pembinaan pada masyarakat


dalam upaya meningkatkan ketahanan
nasional dan jiwa nasionalisme masyarakat perbatasan. Selain itu, dengan
dibentuknya BPPDT Kabupaten Sambas,
maka pembangunan kawasan perbatasan di Kabupaten Sambas dapat dikoordinasikan secara terpadu dengan Badan
Pembangunan Perbatasan dan Daerah
Tertinggal (BPPDT) Provinsi Kalimantan
Barat, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Republik Indonesia serta
Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal Republik Indonesia.
Kedua, kuat atau lemahnya ketahanan nasional disuatu wilayah bukanlah
tanpa alasan, dan sangat dipengaruhi
oleh beberapa aspek utama. Aspek yang
paling vital adalah aspek ekonomi, budaya dan hankam. Berkaca pada kondisi
masyarakat Desa Temajuk aspek yang
harus diperhatikan dan di tekankan
adalah aspek ekonomi. Oleh karena itu,
diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk melakukan pemerataan
dan peningkatan kesejahteraan di wilayah ini.
Ketiga, masalah Infrastruktur merupakan masalah utama yang menjadikan
besarnya ketergantungan masyarakat
Desa Temajuk pada negara tetangga.
Oleh itu, perlunya perhatian pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam upaya pembangunan infrastruktur jalan dan akses
pelayanan publik lainnya. Hal ini sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan nasional masyarakat perbatasan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochammad Yani, 2006, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, Bandung: Rosda.

Afia, Atep Hidayat, Urgensi Pembentukan Badan Otorita Kawasan Perbatasan,


hhtp;//netsains.net/wp-content dikunjungi tanggal 21 oktober 2013
Anonim, 2006. Model Kelembagaan Pengelolaan perbatasan Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Sosial Ekonomi Wilayah Perbatasan. Samarinda: Pusat Kajian
Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi Negara (PKP2A III
LAN).
Anderson, Benedict, 1991, Imagined Community: Reflection on the Origin and Spread of
Nationalism, London: Verso.

Anderson, J. and L. ODowd, Borders, Border Regions and Territoriality: Contradictory


Meanings,
Changing
Significance,
http://ideas.repec.org/a/taf/regstd/v33y1999i7p 593-604.html, dikunjungi 25
Agustus 2013.
Antara, Dephan Pelajari Konsep Palsa Untuk Pertahanan Perbatasan, http://www.dep
dikunjungi 29 Agustus 2013
Ali, M, 2007, Orang Desa Anak Tiri Perubahan, Malang: Averroes Press.

Armawi, Armeidy, 2011, Nasionalisme dalam dinamika Ketahanan Nasional,


Yogyakarta: Gajahmada Press.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta:


PT Rineka Cipta.

Association of European Border Regions (AEBR), The EU Initiative INTERREG and


Future Developments, http://www.aebr.net/publikationen/pdfs/interreg_97.
en.pdf, dikunjugi 25 September 2013
BP2KP, 2008. Evalusai Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perbatasan Di Kalimantan
Barat 2007. Pontianak: BP2KP Kalbar

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cetakan ke-28, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta: 2006

Budiyono, Suko. 2004. Mobilitas Penduduk di Perbatasan PAPUA-PNG, Sebuah Peluang


dan tantangan. Jakarta : PPK LIPI.
Cahyono, Imam, Melacak Akar Ideologi Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia", dalam
Jurnal Pemikiran Islam, International Institute of Islamic Thought Indonesia
Vol.1, No.2, Juni 2003

3
Dirjen Penataan Ruang Departemen Penataan dan Pemukiman Wilayah (DPPW),
Kebijakan Dan Strategi Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan
- Serawak Sabah, http://penataanruang.pu.go.id/taru/Makalah/ KasabaJakstra.pdf, dikunjungi 20 September 2013
Depkimpraswil, 2002, Strategi dan Konsepsi Pengembangan Kawasan Perbatasan
Negara. Jakarta.

Endang Z. Sukaya, dkk. 2000, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Paradigma


Yogyakarta.
Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan. Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta, Uhaindo Media dan Offset.
Goldstein, Joshua S., 2002, International Relations Brief Edition, Amerika Serikat :
Longman.

Hadiwijoyo, Suryo sakti, 2011, Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hambali, Yofie, 2012, Persepsi Masyarakat Pencipta Sepakbola terhadap Nasionalisme


dan Implementasinya bagi Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Tesis UGM.
Hutchinson, John dan Smith, Anthony D. 1994. Nationalism, Oxford Readers. Oxford:
Oxford University Press
Lawang, Robert M.Z, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gramedia

Kellas, J.G, 1998, The Politics of Nationalism and Ethnicity, London: MacMillan
Publishing.
Kusrahmadi, Sigit Dwi, 2010, Ketahanan Nasional, staff.uny.ac.id, diakses tanggal 12
September 2013.
Kurnia,Mahendra P, 2008. Hukum kewilayahan Indonesia. Malang: Bayumedia.

Pemerintah Kabupaten Sambas & BPS Kabupaten Sambas, Kabupaten Sambas Dalam
Angka, 2012, Sambas : BPS Kabupaten Sambas, 2013
Patton, Adri. 2004. Peran Informal LeaderDalam Pelaksanaan Pembangunan Desa
Perbatasan Kabupaten Malinau. Malang : Disertasi Program Doktor Ilmu
Ekonomi Kekhususan Ilmu Manajemen Publik.

Purwanto, Wawan H, 2010, Panas Dingin Hubungan Indonesia-Malaysia, Jakarta : CMB


Press.
Purnowo, M. Bambang, 2010, Multidimensi Ketahanan Nasional, Jakarta: Pustaka
Alvabet.

4
Rumford, C. 2006. Borders and bordering, in G. Delanty (ed.) Europe and Asia Beyond
East and West: Towards a New Cosmopolitanism. London: Routledge

Matindas, R.W. dan Sutisna, S, 2006, Kebijakan dan Strategi Penataan dan Pemeliharaan
Batas Wilayah NKRI dan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Bakosurtanal, Jakarta:
Kompas.
Moleong, Lexy J, 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Nawawi, Hadari, 1990, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada
Universiti Press

., 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University


Press.
Noeng Muhadjir, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Hi, Yogyakarta: Rake
Sarasin.

Nurachman, N, 2004, Keadilan dalam Perspektif Psikologi Sosial, dalam Keadilan


Sosial: Upaya mencari makna kesejahteraan Bersama di Indonesia, Jakarta:
Penerbit Kompas.
Schurmann, Franz, 1973, Ideology and Organization in Communist China, USA:
University of California Press.

Simandjuntak, Marsillam, 2003, Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur, dan


Riwayatnya Dalam Persiapan UUD 1945,Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Smith, 2003, Nasionalisme Teori Ideologi Sejarah, Jakarta: Gagasan Utama Erlangga.

Smith, Anthony D. 1979. Nationalisme in the Twentieth Century. New York: New York
University Press.

Susilo S. Budi, 2009, Geopolitik dan sistem pertahanan Nasional untuk wilayah
perbatasan NKRI, diakses 20 September 2013.
Suradinata, Ermaya, 2005, Hukum dasar Geopolitik dan Geostrategic dalam kerangka
keutuhan NKRI, Jakarta: Suara Bebas.
Surbakti, R, 2007, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Indonesia

Suryadi, Umar Bakri, 1999, Pengantar Hubungan Internasional, Jakarta: Jaya Baya
University Press
Soekanto, 1997, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.

5
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Warsito, Tulus, 1998, Teori-Teori Politik Luar Negeri: Relevansi dan Keterbatasannya,
Yogyakarta: Bigraf Publishing

Wendy A. Prajuli & Mufti Makaarim A, 2008, Kebijakan Umum Keamanan Nasional,
Jakarta; Policy Paper, IDSPS.
Workala, Frans B, 2006, Implementasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Guna
Mendukung Pertahanan Negara, Ditwilhan Ditjen Strahan Dephan, Jakarta.
Modul Panduan Umum Konsep Ketahanan Nasional, 2012

Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 65 Tahun 2008, Tentang: Tugas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama
Provinsi Kalimantan Barat.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang: Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang nomor 43 Tahun 2008, Tentang: Wilayah Negara.

PENGEMBANGAN KARIR PERSONALIA DALAM


PENDIDIKAN ISLAM
Susilawati *

ABSTRAK
Karier menunjukkan pada pengembangan karyawan secara individual dalam jenjang
jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja tertentu dalam suatu
organisasi. Pengembangan karier sebagai tugas perkembangan harus diwujudkan
dalam suatu organisasi.pengembangan karier sebagai tugas perkembangan harus
diwujudkan pekerja secara individual, sedangkan dari organisasi merupakan kegiatan
manajemen sumber daya manusia. Untuk mendapatkan tebaga kerja yang kompetitif,
diperlukan usaha memberikan bantuan agar para pekerja yang potensial dapat
mencapai jenjang karier sejalan dengan usahanya untuk mewujudkan tugas
perkembangannya.

KATA KUNCI: Pengembangan, Personalia, Pendidikan Islam

*Dosen

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Kegiatan personalia seperti penyaringan, dan penilaian berfungsi untuk
dua peran dasar dalam organisasi. Pertama peran tradisional mereka adalah
menstafkan organisasi mengisi posisiposisinya dengan karyawan yang mempunyai minat, kemampuan dan keteram
pilan yang memenuhi syarat. Akan
tetapi semakin banyak dari kegiatan ini
berlangsung pada peran kedua yang
memastikan bahwa minat jangka dari
karyawan dilindungi oleh organisasi
dan bahwa, khususnya, karyawan didorong untuk bertumbuh dan merealisasi
potensinya secara penuh. Perujukan
pada penstafan atau manajemen personalia seperti manajemen sumber daya
manusia mencerminkan peran kedua
ini. Anggapan yang melandasi peran ini
adalah bahwa majikan memiliki satu
kewajiban untuk memanfaatkan kemampuan-kemampuan karyawan secara penuh dan memberikan semua karywan
satu kesempatan untuk bertumbuh dan
merealisasikan potensi mereka secara
penuh serta mengembangkan yang
berhasil. Satu cara pewujudan kecende
rungan ini tampak dalam meningkatnya
tekanan yang diberikan oleh banyak
perusahaan dewasa ini pada perencaan
dan perkembangan karir.
A. Perencanaan Karier
1. Pengertian Perencanaan Karier
Karier adalah urutan posisi yang
terkait dengan pekerjaan yang diduduki
seseorang sepanjang hiupnya. Orangorang mengejar karier untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu secara
mendalam. Pada satu waktu, mengidentifikasikan dengan satu pengusaha
sudah cukup untuk memenuhi beberapa
kebutuhan tersebut. (Thomson, 2002:
62).
Karier adalah realitas obyektif dan
subyektif. Setiap posisi mempunyai
kewajiban-kewajiban dan hak-hak, dan
pilihan-pilihan masa depan terbuka dan
tertutup. Karier (Career) merupakan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


istilah teknis dalam administrasi personalia. Karier adalah semua pekerjaan
adalah atau jabatan yang dimiliki atau
dipengang selama kehidupan kerja seorang. Perencanaan karier adalah suatu
perencanaan tentang kemungkinan seorang karywan suatu organisasi atau
perusahaan sebagai individu meniti
proses kenaikan pangkat atau jabatan
sesuai persyaratan dan kemampuannya.
Untuk meniti karier, seorang karyawan
harus memiliki atau memenuhi persyaratan tertentu guna mendukung peningkatan kariernya.
Keberhasilan karier seseorang
dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
a. Pendidikan formal
b. Pengalaman kerja
c. Sikap atasan
d. Prestasi kerja
e. Bobot pekerjaan
f. Lowongan jabatan
g. Produktivitas kerja
Sesulit apapun meniti karier, perencanaan karier diperlukan bagi karyawan
agar selalu siap menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya.
Orang-orang yang berhasil dan berprestasi baik dalam penugasannya pada
suatu organisasi atau perusahaan biasanya sangat memperhatikan masalah perencanaan karier.
2. Ruang Lingkup Perencanaan Karier
Perencananan karier merupakan bagian yang sangat penting karena menen
tukan dinamika organisasi atau bagian
yang sangat penting karena menetukan
dinamika organisasi atau perusahaan
untuk manajemen sumber daya manusia.
Ruang lingkup perencanaan karier
mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Perencanaan jenjang jabatan atau
pangkat karyawan.
b. Perencanaan tujuan-tujuan
organisasi atau perusahaan.
Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya
saling berkaitan. Jenjang karier sesorang
akan menunjang kepentingan dan atau

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 68 -

IAIS Sambas
tujuan-tujuan organisasi atau perusahaan
yang telah disiapkan. Oleh karena itu,
setiap perencanaan karier akan mengarah pada tercapainya kepentingan atau
tujuan organisasi. Makin lancar perencanaan dan pelaksanaan karier maka
organisasi atau perusahaan yang bersangkutan akan semakin dinamis.
Perencanaan pada dasarnya maupun pengambilan keputusan sekarang
tentang hal-hal yang akan dipekerjakan
di masa depan. (Sondang, 2007: 41).
Sampai sekarang ini, perencanaan
manajerial masih dianggap sebagai suatu
hak istimewa keorganisasian sematamata bekerja dengan baik, mereka akan
diakui dan dipromosikan. Walaupun
para manajer yang mahir tetntang politik
tahu bagaimana mempengaruhi proses
penugasan dan peluang pelatihan, tidak
terdapat mekanisme formal melalui
mana pendapat manajer itu sendiri
dimintan. Hal ini masih berlaku bahkan
pada kebanyakan organisasi. Meskipun
demikian, makin disediakan peluang
bagi para karywan untuk ikut serta
dalam perencanaan karier maka mereka
sendiri. (George Stauruss, 1991: 136).
Untuk memahami karier diperlukan
pengakuan bahwa karier itu pada
dasarnya adalah suatu respon terhadap
kebutuhan untuk bekerja. (Mohammad,
1992: 36).
Langkah pertama dalam perencanaan karier (anda sendiri atau orang
lain) adalah mempelajari minat, bakat,
dan keterampilan seseorang. Pada
hakikatnya orang-orang mencari dan
menggeluti pekerjaan-pekerjaan yang
mereka minati dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu, cara
terbaik untuk memulai perencaan karier
adalah dengan mempelajari diri kita
sendiri. (Gary Dessler, 1997: 159).
Perencanaan karier selalu merupakan butir preoritas yang agak rendah
bagi carter cleaning. Karena sekedar
membuat karyawan datang ketempat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kerja dan selanjutnya menjaga mereka
tetap jujr sudah cukup merupakan
masalah seperti mungkin dikatakan
Jack. Namun Jenifer berfikir bahwa
bukanlah gagagsan yang jelek untuk
memikirkan tentang apa yang mungkin
tercakup oleh program perencanaan
karier bagi Carter. . (Gary Dessler,
1997:73).
Sejumlah karyawan mereka telah
bersama dengan mereka selama bertahun-tahun dalam jabatan-jabatan jalan
buntu, dan jenifer terus terang merasa
kurang sedikit enak atas mereka: barangkali kita dapat membantu mereka
mendapatkan perspektif yang lebih baik
tentang apa yang ingin mereka
lakukan, pikirnya dan dia pasti yakin
bahwa kelompok manajemen tokoh
membutuhkan arah karier. (Mohammad,
1992: 36).
Pembahasan tentang perencanaan
karir dalam rangka manajemen sumber
daya manusia. Bertitik tolak dari asumsi
dasar bahwa seseorang yang mulai
bekerja setelah penempatan dalam suatu
organisasi akan terus bekerja untuk
organisasi tersebut selama masa aktifnya
hingga ia memasuki usia pensiun.
(Sondang, 2007: 62).
Perencaan karier dapat menjadi
agak membingungkan, karena terdapat
dua sudut pandang yang berbeda. Perencanaan karier dapat bersifat terpusat
pada organ, pada individu, pada keduanya. (Thomson, 2002: 62).Perencanaan
karier yang terpusat pada organisai
memfokuskan pada pekerjaan-pekerjaan
dan pada pembangunan. Jalur karier
yang menyediakan tempat bagi kemajuan logis dari orang-orang, diantaranya
berbagai pekerjaan yang ada di dalam
organisasi.
Perencanaan karier yang terpusat
pada individu memfokuskan pada
karier individual dari pada kebutuhan
itu. Ini dilakukan oleh karyawan
sendiri, dan keterampilan individual
menjadi fokus darri analisis ini. analisis

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
seperti ini ungkin mempertimbangkan
siatuasi baik dalam maupun di luar
organisasi yang dapat mengembangkan
karier seseorang.
Perencanaan karier yang efektif
pada tingkat individual pada awalnya
menuntut suatu pemahaman diri sejumlah masalah. Seberapa keras keinginan
saya untuk bekerja? Hal apa yang
terpenting dalam hidup saya? Apa tukar
tambahnya antara pekerjaan dan keluar
gan atau liburan yang dapat saya
berikan? Pertanyaan-pertanyaan ini dan
yang lainnya harus diahadapi sebelum
tujuan dan arah seseorang dapat diten
tukan secara realistis di dalam perencanaan kariernya.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mengganti pekerjaan dan karier
telah kegiatan yang dapat diterima
akhir-kahir ini, dan bahkan dapat meng
untungkan secara keuangan. Meskipun
demikian, melompat-lompat pekerjaaan (mengganti pekerjaan dengan sering) dapat menimbulkan persoalan dalam hal pensiun, masa cuti, senioritas,
dan keuntungan lainnya. (Thomson,
2002: 67).
Aktivitas-aktivitas seperti penyaringan training dan penilaian memiliki
dua fungis pokok dalam organisasi. Per
tama adalah fungsi tradisioanl yaitu
mengadakan staf vagi organisasi-organisasi losongan posisi dengan pegawai
yang memiliki minat, maki mengambil
bentuk fungsinya yang kedua, yaitu
memastikan bahwa minat pegawai dalam
jangka panjang dilindungi oleh organisasi dan, khususnya, para pegawai didorong untuk berkembang dan menyadari
potensinya secara penuh. (Gary Dessler,
1997: 546).
Untuk membantu perencanaan karier perseorang, ahli manajemen personalis mungkin bertanggung jawab untuk
memberikan alat-alat dan kesempatankesempatan. (buku catatan dan lokakarya guna penyelidikan sendiri dan
analisis pegawai. Ahli-ahli manajemen

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


personalia juga mempunyai tanggung
jawab untuk menyediakan penyuluhan
karier bagi para karywan.Ahli-ahli
manajemen personalia harus membantu
aistem penilaian pelaksanaan pekerjaan
dan umpan balik kepada pegawai secara
berkala, memlihara data penilian
pribadi dalam sistem informasi sumber
daya manusia atau dalam arsip kepegawaian dan mungkin mensponsori atau
membiayai pusat-pusat penialain. Tang
gung jawab untuk mengkomunikasikan
pilihan-pilhan dan kesempatan-kesempatan karier temasuk mengembankan
jalur-jalur karier sesuai dengan kebutuhan akan sumber daya manusia organisasi dan menyebarkan informasi kepada pegawai melalui bahan-bahan
tertulis, lokakarya, pengumuman pekerjaan atau cara-cara lainnya.
Sehubungan dengan penyuluhan
karier, tanggung jawab utama ahli
manajemen personalia adalah memberikan informasi yang diperlukan oleh
penasihat, dan mungkin latihan agar
dapat berkerja sama efektif sebagai
penasihat.
Bagian personalia harus sering
menangani perencanaan karier karena
rencana-rencana Sumber Daya manussianya menunjukkan kebutuhan-kebutu
han akan pekerjaan organisasi yang
akan datang dan kesmpatan-kesempatan
karier yang berhubungan. Lagi pula
ahli-ahli dalam bidang personalia
kemungkinan besar sadar akan latihan
atau kesempatan-kesempatan pengembangan lainnya. Dengan sendirinya
manajer-manajer perseorangan harus
memajukan perencanaan karier. Akan
tetapi, apabila ahli-ahli dalam bidang
personalia menyerahkan perencanaan
karier kepada paa manajer, maka hal ini
mungkin tidak dilakukan. Tidak semua
manajer menaruh perhatian besar
terhadap karier pegawai-pegawainya.
Dalam praktek, bagian personalis
menaruh perhatian besar teradap karier
pegawai-pegawainya. Dalam praktek,

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
bagian personalia mendorong perencanaan karier dengan tiga cara, yakni
memlalui pendidikan, informasi dan
penyuluhan karier.
3. Manfaat Perencanaan Karier
Manfaat Perencanaan karier dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. mengembangkan karywan
yang
dapat dipromosikan. Ini berarti bahwa
perencanaan karier dapat membantu
mengembangkan supai karyawan
internal, terutama karyawan yang
potensial.
b. Menurunkan perputaran karyawan
(turnover). Perhatian terhadap karier
individual dalam perencenaan karier
yang telah ditetapkan akan dapat
meningkatkan loyalitas pada organi
sasi tempat mereka bekerja (rasa
kesetiaan organisasional)
c. Menungkap potensi karyawan, adanya perencanaan karier yang jelas
akan mendorong para karyawan secara individual maupun kelompok
menggali kemampuan potensial masing-masing untuk mencapai sasaran
sasraran karier yang diinginkan.
d. Mendorong pertumbuhan.
Perencanaan karier yang baik akan
dapat mendorong semangat kerja
karyawan untuk tumbuh dan berkem
bang. Dengan demikian, motivasi
kerja para karyawan dapat dipelihara.
B. Pengembangan Karier
1. Pengertian Pengembangan Karier
Beberapa pendapat tentang pengertian pengembangan karier adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan karier adalah suatu
rangkaian posisi atau jabatan yang
ditempati seseorang selama masa
kehidupan tertentu.
b. Pengembangan karier adalah perubahan nilai-nilai, sikap dan motivasi
yang terjadi pada seseorang, karena
dengan penambahan usia akan
menjadi semakin matang.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Karier menunjukkan pada pengembangan karyawan secara individual
dalam jenjang jabatan atau kepangkatan
yang dapat dicapai selama masa kerja
tertentu dalam suatu organisasi. Pengembangan karier sebagai tugas perkem
bangan harus diwujudkan dalam suatu
organisasi.pengembangan karier sebagai tugas perkembangan harus diwujud
kan pekerja secara individual, sedangkan
dari organisasi merupakan kegiatan
manajemen sumber daya manusia.
Untuk mendapatkan tebaga kerja yang
kompetitif, diperlukan usaha memberikan bantuan agar para pekerja yang
potensial dapat mencapai jenjang karier
sejalan dengan usahanya untuk mewujudkan tugas perkembangannya.
Pengembangan
karier
(caree
development) adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanaya peningkatan
status seseorang dalam suatu organisasi
pada jalur karier yang telah ditetapkan
dalam organisasi yang bersangkutan.
2. Tujuan pengembangan karier dan
analisis karier yang sukses
Pengembangan karier pada dasarnya
bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efektivitas pelaksanaan
pekerjaan para pekerja agar semakin
mampu memberikan kontribusi terbaik
dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Dari segi pengembangan karier, ada
tiga alternatif dalam perlakuan organisasi terhadap karyawan, yaitu sebagai
berikut.
a. Organisasi perlu mempertahankan
jabatan semula untuk jangka waktu
tertentu dengan memberikan ganjaran
yang sesuai.
b. Organisasi perlu memudahkan peker
jaan pada jabatan lain secara
horizontal yang lebih relevan dengan
peningkatan dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dialami pekerja.
c. Organisasi perlu menginformasikan
kepada pekerja secara vertikal untuk

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
mengisi suatu jabatan, yang secara
struktural lebih tinggi kedudukannya.
3. Tanggung jawab pengembangan
karier
Tanggung jawab pengembangan
karier tradisonal, yaotu sebagai berikut.
a. Perencanaan pengembangan karier
disusun dan ditepakan oleh prganisasi
secara sepuhak.
b. Pelaksanaan pengembangan karier
bergantung sepenuhnya pada
organisasi.
Kontrol hasil pengembangan karier
dilakukan secara ketat oleh organisasi.
Pengembanagan karier sebagai kegi
atan manajemen sumber daya manusia
merupakan realisasi hubungan antara
individu sebagai pekerja dengan organisasinya. Untuk mewujudkan karier
diri sendiri, diperlukan kondisi:
a. Kesadaran dan pemahaman bekerja
bahwa setiap pekerjaan selalu mem
berikan kesempatan untuk maju
berkembang.
b. Setiap pekerja harus memahami
tanggung jawab pengembangan karier
merupakan tanggung jawab individu
sehingga setiap individu harus
melakukan manajemen karier sendiri.
Berdasarkan ketiga kondisi tersebut,
setiap pekerja yang merencanakan peng
embangan karier perlu bersikap dan
bertindak sebagai berikut.
a. Memilih bidang pekerjaan
1) Harus memiliki gambaran makro
mengenai bidang kerjanya yang
dihubungkan dengan tujuan jangk
panjang karier.
2) Untuk memperoleh masukan yang
kaurat, pelajari setiap langkah
yang potensial pada setiap posisi
yang searah dengan karier yang
diinginkan dan realistis untuk
dicapai.
3) Persiapan diri secara cermat utnuk
menguasi pengetahuan keterampilan, dan keahlian yang diisyarat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kan untuk menerima posisi yang
lebih tinggi.
b. Memahami dan menerima kedudukan yang sekarang
1) Menerima setiap kesempatan
menduduki posisi sebagai sesuatu
yang berhara untuk mewujudkan
kemampuan memberi kontribusi
bagi pencapaian tujuan organisasi.
2) Berlaku cermat dan jujr pada diri
sendir dalam memprediksi kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaan.
Manajemen pengembanagan karier
berlangsung secara dua arah.
1. Arah pertama harus datang dari para
pekerja dengan aktif merencanakan
dan melakukan kegiatatan kearah
kemajuan dan perkemangan untuk
mewujudkan karier yang sukses.
2. Arah kedua dalam pengemnabangan
karier harus datang dari organiasasi
untuk membantu dan memberi
peluang bagi pekerja yang potensial
dalam mengembangkan karier.
Setiap organisasi ikut memikul
tanggung jawab membantu para pekerja
agar mencapai sukses dalam kariernya.
Bantuan organisasi dalam pengembangan karier dapat berupa hal-hal berikut
ini.
a. Organisasi harus menempatkan para
pekerja sebagai partner yang harus
dibantu sepenuhnya dalam mengembangkan kariernya.
b. Organisasi wajib membantu para
pekerja untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan.
c. Organisasi perlu memberikan dorongan kepada para pekerja agar meng
elola kariernya sejalan dengan strategi organisasi dan
pengembanagannya.
4. Manfaat pengembangan karier
Pengembangan karier pada dasarnya
memiliki manfaat sebagai berikut.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
a. Meningkatnya kemampuan karyawan. dengan pengembangan karier
melalui pendidikan dan pelatihan,
akan lebih meningkatkan kemampuan intelektual dan keterampilan
karyawan yang dapat disumbangkan
pada organisasi.
b. Meningkatnya suplai karyawan yang
berkemampuan. Jumlah karywan
yang lebih tinggi kemampuannya
dari sebelumnya akan menjadi
bertambah sehingga memudahkan
pihak pimpinan (manajemen) untuk
menempatkan
karyawan
dalam
pekerjaan yang lebih tepat.
Betapa pun baiknya suatu rencana
karier yang telah dibuat oleh seorang
pekerja disertai oleh suatu tujuan karier
yang wajar dan realistik, rencana
tersebut tidak akan menjadi kenyataan
adanya pengembangan karier sistematik
dan progmatik. Karena perdefinis
perencanaan, termasuk perencaan karier,
adalah keputuasan yang diambil sekarang tentang hal-hal akan dikerjakan di
masa depan, berarti bahwa seseorang
yang sudah menetapkan rencana
kariernya, perlu mengambil langkahlangkah tertentu guna mewujudkan
rencana tersebut. berbagai langkah
yang perlu ditempuh itu dapat diambil
atas prakarsa sendiri, tetapi dapat pula
berupa kegiatan yang disponsori oleh
organisasi, atau gabungan dari keduanya. Perlu ditekankan lagi bahwa
meskipun bagian pengelola sumber daya
manusia dapat turut berperan dalam
legiatan pengembangan tersebut, sesungguhnya yang palin g bertanggjng
jawab adalah pekerja yang bersangkutan
sendiri karena dialah yang paling
berkepentingan dan dia pulalah yang
kelak akan memetik dan menikmati
hasilnya.
Jika seseorang sudah siap memikul
tanggung jawab, tujuh hal perlu mendapat perhatiannya.
Pertama: prestasi kerja yang merumuskan. Pangkal tolak pengembangan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


karier seseorang adalah prestasi kerjanya
melakukan tugas yang dipercayakan
kepadanya sekarang.
Kedua: pengenalan oleh pihal lain.
Yang dimaksudkan dengan pengenalan
di sini ialah bahwa berbagai pihak yang
berwenang memutuskan layak tidaknya
seseorang dipromosikan-seperti atasan
langsung dan pimpinan bagian kepegawaian-mengetahui kemampuan dan
prestasi kerja pegawai yang ingin
merealisasikan rencana kariernya.
Ketiga: kesetiaan pada organiasasi.
Per definisi pengembangan karier
berarti bahwa seorang pegawai rajin
berkarya dalam organisasi tempatnya
bekerja untuk jangka waktu yang la,a
sampai, misalnya, usia pensiun.
Keempat: pemanfaatn mentor dan
sponsor. Pengalaman menunjukkan bah
wa pengembangan karier seseorang
sering berlangsung dengan lebih mulus
apabila da orang lain dalam organisasi
yang dengan berbagai cara dan jalur
bersedia memberikan nasihat kepadanya
dalam usaha meniti karier.
Kelima: dukungan para bawahan.
Bagi mereka yang sudah mendduduki
posisi manajerial tertentu dan mempun
yai rencana karier yang ingin diwujud
kannya, dukungan para bawahan tersebut dapatberaeka ragam benrtuknya,
akan tetapi kesemuanya berkisar pada
usaha mensukseskan tugas manajer
yang bersangkutan.
Dalam usaha memperoleh dukungan
para bawahannya seorang manajer
perlu memperhatikan paling sedikit dua
hal, yaitu:
a. Loyalitas bawahan kepada manajer
yang bersangkutan hanya mungkin
diperoleh apabila manajer tersebut
loyal pula kepada para bawahannya.
b. Pengembangan kariernya harus juga
berakibat pada pengembangan karier
para bawahan tersebut.
Keenam: pemanfaatn kesempatan
untuk bertumbuh. Telah berulang kali
ditekankan bahwa pada akhirnya tang-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
gung jawab dalam mengembangkan
karier terletak pada masing-masing
pekerja.
Ketujuh: berhenti atas permintaan
dan kemauan sendiri. Dalam banyak
hal, berhenti atas kemauan dan permintaan sendiri munkin pula merupakan
salah satu cara terbaik untuk mewujud
kan rencana karier seseorang. (Sondang,
2007: 319).
Pengembangan karier dapat dilihat
sebagai pertumbuhan kamampuan yang
terjadi jauh melampaui apa-apa yang
dituntut dalam suatu pekerjaan, hal ini
mewakili usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk
menangani berbagai jenis penugasan.
Pengembangan menguntungkan bagi
organisasi maupun individu.
Organisasi dapat memudahkan perencanaan karier dengan beberapa cara
D.T. hall yang menggolongkan bidangbidang konsentrasi sebagai berikut.
Masuk organisasi pekerjaan, kepala
atau majikan prosedur dan struktur
organisasi, dan kebijakan pegawai.
Organisasi yang berusaha keras
untuk memepekerjakan para lulusan
baru perguruan tinggi, karena mereka
percaya (benar menurut kami) bahwa
pemasukan tenaga kerja berbakat terus
menerus perlu sekali untuk keberhaslian
suatu organisasi. Tetapi, secara khas,
50% dari sarjana-sarjana ini meningkatkan pekerjaan mereka selama 5
tahun pertama, dan mereka yang pergi
rata-rata sama cakapnya seperti yang
tetap tinggal. Sebagian, perpindahan
tinggi merupakan akibat dari suatu
bentrokan antara apa yang diharapkan
oleh para sarjana baru itu dan apa yang
diberikan sebenarnya oleh pekerjaan
itu. Sarjana yang khas mengharapkan
bahwa pekerjaan pertamanya menantang
dan berarti. Di (sering kali harapanharapan tidak realitistis ini didorong
oleh janji-janji berlebihan oleh para
perekrut perusahaan). Orang-orang yang
menyadang MBA terutama ingin meng-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


gunakan keterampilan yang mereka
kembangkan di sekolah. Tetapi organisasi mungkin memberikan tugas kepada
seorang karyawan baru. (George, 1991:
243).
Kebanyakan organisasi mengetahui
bahwa para sarjana yang baru pekerjaan memerlukan suatu perkenalan yang
lancar ke dalam manajemen, dan sejumlah perusahaan telah mengadakan
progam-progam pelatihan khusus. Program-program itu yang panjangnya bisa
anatara 6 minggu sampai lebih satu
tahun, memeberikan suatu orientasi
umum tentang perusahaan dan kebijakan-kebijakannya. Mereka juga memungkinkan
manajemen
sekarang
mengamatai dan menilai para petatar.
Sacara khas, para petatar dipindahkan dari satu bagian kebagian lain
tiap beberapa minggu atau beberapa
bulan seklai. Sering kali pelatihan yang
mudah dari dari suasana kampus ke
suasana bisnis yang sangat berbeda itu,
selanjutnyaprogam-progam itu memberikan kepada mereka sekedar pengalaman dan pengertian yang tidak pernah
akan mereka peroleh seandainya mereka
tetap tinggal dalam satu bagian saja.
Sesungguhnya, seluruh proses itu
dimaksudkan untuk memantu si petatar
dan perusahaan memilih pekerjaan
yang nampaknya paling cocok bagi
petatar itu.
Tetapi dalam praktek, progamprogam ini mempunyai keterbatasan
yang berat. Para petatar tidak pernah
dinilai dalam keadaan normal : semua
orang tahu bahwa mereka orang-orang
khusus dan harus diperlakukan diperlukan sesuai dengan kekhususan itu,
pengalaman petatar di tiap bagian
sering kali tidak lebih dari pengamatan
dangkal. Penugasan-penugasan mereka
yang remeh sedikit mempergunakan
pelatihan mereka di perguruan tinggi.
Kadang-kadang, para manaejr meuda
itu disuruh bekerja biasa harus mempunyai suatu pengalaman dalam pro-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
duksi, sebaliknya, seperti yang telah
kita lihat, para serjana muda itu sangat
kecewa terhadap jenis pekerjaan
mickey mouse seperti ini.
Karena masalah-masalah inilah,
orang-orang personalia menjadi makin
yakin bahwapada permulaan karier
seorang eksekutif muda, suatu pekerjaan
yang menantang adalah lebbih penting
daripada luasnya pengalaman. Perusahaan-perusahaan seperti AT dan T,
procter and Gamble, dan ford telah
mengadakan percobaan dengan memberikan penugasan yang menantang kepada para calaon manajer para
permulaan sekali-masalah-masalah akan
menguji kecerdikan mereka, tetapi yang
barangkali tidak melebihi kemampuan
mereka untuk menyelesaikannya. Secara
khas, penugasan seperti itu menyangkut
kegiatan operasi dan, setelah kira-kira
satu tahun, perlu memimpin sebuah
regu. Penugasan ini cukup sulit
sebagian petatar akan gagal (kadangkadang satu dari lima berhenti dalam
tahap pertama)

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


beberapa perusahaan, para manajer
yang bekerja dengan para petatar itu
diselelsi dan dilatih secara khusus dan
tidak ada manajer yang diperbolehkan
menjadi penyelia bagi lebih dari satun
petatar.
Setelah melampaui tahap permulaan, bagaimana para manajer tingkat
bawah dilatih untuk kedudukan yang
lebih tinggi? Sejumlah program memberikan pengalaman terpimpin yang
membantu mempersiapkan manajer
yang menanjak dewasa untuk promosi.
Pada analisis diatingkat organisasi,
tanggung jawab eksekutif untuk
menciptakan strategi organisasi yang
lebih luas juga harus membuat sebuah
sistem untuk membangun orang-orang
yang akan memimpin dan mencapai
strategi-strategi yang sudah ditentukan.
Kebutuhan pengembangan yang
spesifik dapat diidentifikasikan oleh
perencanaan Sumber Daya Manusia.
Saat ini, lebih banyak pekerjaan
memiliki karakteristik dari pekerjaan
yang bersifat pemahaman (Knowledge
Work).

SIMPULAN
Sebalinya, penugasan yang menantang lagi manajer yang belum berpeng
alaman mungkin sulit untuk dikembangkan. Kebanyakan tergantung pada
atasan kepada siapa petatar itu ditugas
kan, terutama tergantung pada apakah
ia menyadari masalah-masalah yang
dihadapi para manajer baru dan apakah
ia bersimapati dengan gaya hidup dan
cita-cita petatar itu (dan bukan takut
akan seseorang calon pesaing). Dalam

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Gary Dessler, Manajemen Personalia, Erlangga, Jakarta, 1997.
George Strauss, Leonard Sayles, Manajemen Personalia, PT Karya Unipress,
Jakarta,1991.
Mohamad Thayib Mahiru, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Karier, Bumi
Aksara, Jakarta, 1992.
Sondang p. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta,
2007.
Thomson, Manajemen sumber daya masnusia, Selemba Empat, Jakarta, 2002.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

JADAL DALAM PANDANGAN AL-QURAN

Syarifah Hasanah *

ABSTRAK
Berargumentasi ataupun berpendapat dalam Islam merupakan hal yang lumrah dalam
kehidupan. Hanya saja harus dilihat dari cara penyampaiannya dan apa yang
disampaikan. Karena apabila memberikan argumen atau pendapat terlalu keras atau
terlalu mempertahankan pendapat yang disampaikan walaupun kurang diterima oleh
orang lain maka akan menimbulkan hal yang negative atau masalah bagi orang lain.
Maka dari itulah disebut dengan kata jadal, jadal yang dimaksud terlalu keras dalam
perdebatan berpendapat bahkan menjatuhkan kawan lawan. Oleh karena itu Al -Quran
juga berbicara dalam hal jadal dengan apa yang dimaksudkan.

KATA KUNCI: Jadal, Al-quran

Dosen Fakultas Adab & Ushulludin Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Sebagaimana juga digunakannya
majaz, kinayah, tasybih, matsal, dan
lain-lain untuk menggunakan berbagai
pola kalimat dan variasi susunan redaksi,
al-Quran juga menggunakan apa yang
disebut dengan jadal. Untuk membuktikan kebenarannya dan mematahkan
argumen penentangnya.
Dalam berdebat dengan para penetapannya, al-Quran banyak mengemukakan bukti dan dalil yang kuat dan
jelas yang dapat dimengerti oleh kalangan awam secara sempurna. Begitu
juga kalangan intelektual, bisa memahaminya melebihi apa yang dipahami
orang awam.
Disini penulis mencoba untuk
mendes kripsikan lebih lanjut apa dan
bagaimana jadal itu serta bagaimana alQuran dalam membangun susunan
variasi pola-pola kalimat dalam berjadal.
Pengertian
Term jadal yang berasal dari bahasa
arab, pada asalnya bermakna gulat atau
seseorang yang menjatuhkan kawannya
pada tanah yang keras. Terkadang juga
disebut jidal, dan biasa diartikan dengan debat dengan saling mengalahkan.
Selain itu, juga berarti kokoh, seperti
jika dikatakan jadaltu al habla yang
berarti aku kokohkan jalinan tali itu.
Dikatakan demikian, karena kedua belah pihak yang berdebat saling mengokohkan pendapatnya masing-masing
dan saling menjatuhkan lawannya.
Secara terminologi jadal adalah
pola atau cara yang digunakan alQuran dalam ayat-ayatnya untuk membuktikan kebenarannya dan sekaligus
mematahkan pendapat yang menentang
nya dengan maksud menyerunya ke
jalan yang benar. Sedangkan kaum
teolog mendefinisikan jadwal lebih
spesifik lagu walaupun pada dasarnya
senada, yaitu argumentasi yang dikemukakan oleh seorang teolog untuk
memperkuat pendapatnya dengan huj-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


jah yang mematahkan pendapat yang
menantangnya sesuai dengan cara yang
berlaku dikalangan ahli kalam. Sedang
Manna Khalil al-Qattan mendefinisikan jadal masih secara umum yang
tidak hanya terikat dengan jadal yang
terdapat dalam al-Quran yakni berdebat dengan cara saling menjatuhkan dan
mengalahkan pendapat lawan demi
menundukkannya.
Sedang menurut Syahrur al-Quran
penggunaan kata jadala untuk konteks
manusia dalam kondisi yang berlawanan bukan bukan berpasangan, dengan
mengetahui bahwa hubungan antara
hal-hal yang berlawanan adalah berhubungan kontradiktif.
Orang-orang kafir berjadal atau
berdialektika dengan cara yang batil,
agar dengan demikian itu mereka dapat
melenyapkan yang riil (al-haq), dan
mereka menganggap ayat-ayat Kami
dan peringatan-peringatan terhadap me
reka sebagai olok-olokan. (Q.S.alKahfi: 56)
dan mereka berdialektika dengan
(alasan) yang semu (al-Batil) untuk melenyapkan kebenaran (al-haq) dengan
semu itu, karena itulah, Aku mengazab
mereka. Maka betapa pedihnya azabKu. (Q.S. al-Ghafir: 5)
Disini, lanjut Syahrur, kalau diperhatikan terlihat bagaimana jadal digunakan antara al-bathil dan al-haq. Keduanya adalah perlawanan dalam satu
kesatuan yaitu pada pikiran manusia,
yang mana diantara makna jadal adalah
berbicara dan mengembalikan pembicaraan. Seperti terlihat dalam ayat:
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita (tujadil) yang me
ngajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan dia mengadu kepada
Allah. Dan Allah mendengar dialog
(tahawur) antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi
maha melihat. (Q.S.al-Mujadilah:5)
Perempuan yang mengaku kepada
Rasulullah mengenai masalah mudza-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 68 -

IAIS Sambas
rah (menyamakan seorang istri dengan
ibunya) berada dalam posisi yang
berlawanan, hubungannya dengan sang
suami. Akan tetapi tidak dalam posisi
yang berlawanan dengan Nabi. Disini
bagaimana digunakan dua kata yaitu aljadal (dialektika) dan hiwar (dialog)
pada ayat yang satu. Manakala seseorang mengarahkan pembicaraab kepada
orang lain, baik berupa perintah, larangan ataupun informasi, tanpa peduli
posisi orang yang lain tersebut, maka
dalam kondisi seperti ini dinamakan
khitab, sebagaimana firman-Nya kepada Nuh, Dan janganlah kamu mengjhitab-Ku mengenai orang yang zalim
itu, sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan. (Q.S.al-Hud:37)
Dan ini yang menjadi titik tolak
munculnya konsep al-mahrajan alkhithabi (kampanye) yang dalam orasinya satu pandang diajukan kepada
orang-orang, dan setelah itu sebagian
orang mendebatnya dan sebagian yang
lain mendialogkan.
Disini terlihat bahwa al-jadal bukanlah al-hiwar. Artinya dimungkinkan
bahwa disini ada dialog antara dua
orang yang sama-sama mukmin seputar
makna ayat. Akan tetapi oarng yang
mengambil posisi yang berlawanan
dengan ayat-ayat Allah, maka ini adalah posisi dialektis. Dan karenanya Dia
berfirman tidaklah mereka mereka
mendapatkan jalan keluar dan juga
berfirman mengenai mereka orangorang yang kafir, dan juga sesungguhnya tidak ada dalam dada mereka
melainkan hanya (keinginan akan)
kebesaran yang mereka sekali-kali
tiada akan mencapainya. (Q.S. alGhafir : 56)
Dengan begitu secara umum apa
yang disebut jadal adalah debat untuk
mengalahkan lawan yang dalam alQuran ditujukan untuk orang-orang
yang menentang atau mengkufurinya
sehingga dengan dialektika (jadal)
tersebut yang didalamnya disertai

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


bukti-bukti yang logis dapat mematahkan argument lawan dan tak terbantahkan.
Cara al-Quran dalam ber-jadal
Cara yang di tempuh al-Quran
dalam berdebat sangat simpel, praktis,
mudah dipahami oleh semua lapisan
masyarakat, dan didukung oleh buktibukti yang resentatif serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Al-Quran tidak menggunakan caracara yang rumit dan membingungkan
umat. Al-Quran cukup menggunakan
dalil yang dapat mematahkan argumen
lawan dalam keindahan uslub (gaya
bahasa) yang tidak memerlukan banyak
pentelian dan penyelidikan serta
berfikir mendalam.
Al-Quran dalam berargumentasi
menempuh cara yang biasa dilakukan
oleh orang Arab secara umum dan tidak
menempuh cara yang diterapkan oleh
kaum teolog. Hal ini, paling tidak
disebabkan karena dua alasan yang
pertama, firman Allah yang artinya :
Kami tidak mengutus seorang Rasul
pun melainkan dengan bahasa kaumnya
supaya ia dapat memberi pelajaran
dengan terang (Q.S. Ibrahim (14):4).
Kedua, bersandar pada fitrah jiwa, yang
percaya kepada apa yang disaksikan
dan dirasakan, tanpa perlu menggunakan pemikiran yang mendalam lebih
kuat pengaruhnya dan lebih efektif
hujjahnya. Ketiga, meninggalkan pembicaraan yang jelas dan menggunakan
perkataan yang pelik merupakan kerancuan dan teka-teki yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. Sedang alQuran adalah diperuntukkan bagi
semua lapisan masyarakat baik yang
terpelajar, maupun orang awam, dungu,
atau yang terpandang dan seterusnya.
Oleb sebab itu, cara yang digunakan alQuran dalam ber-jadal senantiasa
sejalan dengan fitrah manusia yakni
cenderung lebih percaya kepada apa
yang dilihat dan dirasa sehingga
pembicaraannya selalu cocok dengan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
kondisi mereka dan dapat dipahami
oleh semua lapisan masyarakat dan
generasi ke generasi berikut. Dengan
cara berdebat seperti itu maka semua
orang akan menerima dan meyakini
kebenaran al-Quran, bahkan orang kafir pun bila ditanya siapa tuhan mereka niscaya mereka akan menjawab
Allah. Dan disinilah letak keistimewaan jadal al-Quran, seperti ayat :
Dan kami jadikan malam dan siang
sebagai dua bukti (kekuasaan dan
kebesaran Allah) lalu kami hapuskan
tanda malam dan kami jadikan tanda
slang itu terang agar kamu gunakan
untuk mencari karunia dari tuhanmu,
dan supaya kamu mengetahui bilangan
tahun-tahun dan perhitungkan ....
(Q.S. al-Isra: 12)
Tanpa berpikir panjang tampak
dengan jelas bahwa ayat di atas membeikan argumen yang tegas kepada
umat maitusia tentang eksistensi Allah,
dan kemahakuasaan-Nya sekaligus dengan mengemukakan bukti yang konkrit berupa pergantian siang dan malam
berikut fungsinya, yang merupakan
bukti tak terbantah akan keberadaaan
Allah. berdebat seperti itu jauh lebih
efektif dan lebih tegas dalam menyatakan bahwa Tuhan ada dan maha kuasa
dan pada cara atau pola yang dipakai
untuk berdebat dalam ilmu kalam
misalnya dikatakan: ini ciptaan dan
setiap yang diciptakan pasti ada pencipaanya.
Menurut lbn Taimiyah dalam kitab
al-Radd ala al Manthiqiyyin sebagaimana yang dikutip oleh Manna alQaththan bahwa cara berargumen
seperti mutakallimin hanya menegaskan bahwa Tuhan ada, tidak dapat
dijadikan argumen untuk mendukung
bahwa keberadaannya. Jadi argumen itu
tidak menunjuk secara khusus tentang
keberadaan Allah karena argumen itu
bersifat kulli (umum). Sebaliknya
dalam al-Quran yang sekaligus
didukung oleh bukti-bukti yang tak

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


terbantah. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan al-Quran sendiri yaitu:
kemukakan bukti jika anda benar
(Q.S. al-NamI: 64).
Macam-Macam Jadal
Menurut Muhammad Abu Zahrah
dalam bukunya al-Mujizat al-Kubra alQuran, sebagaimana yang dikutip oleh
Nasruddin Baidan, bahwa al-Quran
menerapkan jadal dalam enam kategori
atau bentuk seperti yang tersirat dalam
uslub (susunan)nya, Diantaranya:
Pertama, Jadal Tarif
(memperkenalkan)
Yaitu Allah berargurnen dengan
memperkenalkan diri-Nya atau makhluk-Nya melalui sifat-sifat yang dapat
dipahami oleh manusia, jika itu menyangkut tentang eksisiensi-Nya, karena
zat Tuhan tak dapat dijangkau oleh
manusia, sehingga dengan tarif tersebut penentangnya tidak bisa rnengelak
seperti dalam ayat:
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji
buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dan yang mau, dan mengeluarkan
yang mati dan yang hidup. (Yang
memiliki sift-sifat) demikian adalah
Allah, maka mengapa kamu masih
berpaling? Dia menyingsingkan pagi
dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan
bulan untuk perhitungan. Tulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi
maha mengetahui. Dan Dialah yang
yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk
dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya telah kami jelaskan ayat
(kami) kepada kaum yang memahami.
Dan Dialah yang menurunkan air hujan
dari langit, lalu karni tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuhtumbuhan, maka kami keluarkan dari
tumbuh-turnbuhan itu tanaman yang
menghijau, kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
banyak, dan dari mayang koma tangkaitangkai yang menjulai (begitu pula
kami tumbuhkan) kebun-kebun anggur,
zaitun, dan delima, yang serupa dan
tidak serupa. Perhatikanlah buahnya
ketika pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi
bukit atas (wujud dan kekuasaan Allah)
bagi kaum yang beriman. Dan mereka
(orang-orang musyrik) menjadikan jin
sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan)
Allah mempunyai anak-anak, laki-laki
dan perempuan tanpa (berdasarkan)
ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan
maha tinggi dari sifat-sifat yang mereka
berikan (Q.S. al-Anam: 95-100).
Ayat diatas merupakan jadal, didalamnya terdapat gambaran yang diperkenalkan (tarif) al-Quran kepada umat
tentang fenomena alam, khususnya
mengenai penciptaan tumbuh-tumbuhan,
pemanfatan siang dan malam, yang
ditutup dengan suatu pernyataan bahwa
Allah maha suci dan mempunyai anak,
untuk memperkuat suatu argumen,
sehingga tak ada alasan untuk menolaknya, karena informasi yang diberikan atau diperkenalkan itu didukung
oleh bukti-bukti yang tak terbantah.
Kedua, Jadal Al-Tajizat (bagian)
Yang dimaksud al-Tajizat disini
adalah bagian-bagian yang disebutkan
dalam suatu ungkapan memberikan
argumen atas kebenaran yang dibawa
oleh ayat-ayat tersebut seperti dalam
ayat:
Katakanlah segala bagi Allah dan
kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya
yang dipilihnya. Apakah Allah yang
lebih baik, ataukah apa yang mereka
sekutukan dengan-Nya? Atau siapakah
yang menciptakan langit dan bumi yang
menurunkan air untukmu dan langit,
lalu kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang (berpemandangan)

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


indah, yang kamu sekali-kali tidak mam
pu menumbuhkan pohonnya? Apakah
disamping Allah ada Tuhan yang lain?
bahkan mereka adalah orang-orang
yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan
bumi sebagai tempal tinggal, dan yang
menjadikan sungai-sungai sebagai
celah-celahnya, dan yang menjadikan
sesuatu yang memisahkan antara dua
laut (terdapat pada muara sungai yang
selalu tawar ketika bertemu air taut
yang tetap asin). Apakah disamping
Allah ada Tuhan yang lain?, bahkan
kebanyakan mereka tidak mengetahuinya, Atau siapakah yang memperkenan
kan doa orang yang menghilangkan
kesusahan, dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi?
Apakah disamping Allah ada Tuhan
yang lain? Amat sedikit diantara kamu
yang mengambil peringatan (pelajaran)
atau siapakah yang memimpin didalam
kegelapan di daratan dan di lautan dan
siapa (pulakah) yang mendatangkan
angin sebagai pembawa kegembiraan
sebelum datang rahmat-Nya? (hujan).
Apakah disamping Allah ada Tuhan
yang lain? Maha tinggi Allah dan apa
yang mereka sekutukan dengan-Nya.
Atau siapakah yang memulai penciptaan makhluk? Kemudian mengulanginya
kembali (setelah hancur)?, dan siapa
(pula) yang menganugerahi kamu rez-ki
dari langit dan bumi? Apakah disamping
Allah ada Tuhan lain? katakanlah,
kemukakan bukti, jika kamu memang
orang yang benar (Q.S. al-Naml: 5964).
Dalam ayat diatas, tampak dengan
jelas masing-rnasing (tajizat) ayat
dapat berdiri sendiri dengan yang lain
dalam menegaskan atau berargumen
tentang ketidakbersekutuan Allah.
Ketiga, aI-Tamim wa aI-Takhsis
(Umim dan Khusus)
Maksudnya ialah bahwa dalam
berargumen mula-mula Allah menyebut

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
sesuatu secara umum (tamim), kemudian diikuti dengan penjelasan secara
rinci (takhsis) seperti dalam ayat:
bertanya Firaun, maka siapakah
Tuhanmu berdua hai Musa? Musa
menjawab. Tuhan kami ialah yang
telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya. kemudian
diberi-Nya pentunjuk. Firaun bertanya tagi, maka bagaimanakah kadaan
umat-umat yang silam (generasi
pertama)? Musa menjawab, pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di
dalam kitab (Lawh al-Mahfudz).
Tuhanku tidak bingung dan tidak pula
lupa, yang telah menjadikan bagi kamu
bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan (pula) bagimu di bumi
jalan-jalan dan menurunkan dari langit
air hujan, maka kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berbagai jenis
tumbuhan yang berpasang-pasangan.
Makanlah dan gembalakanlah binatangbinatang kalian. Sesungguhnya pada
yang demikian itu menjadi bukti (wujud
dan keesaan Allah) bagi yang berakal.
(Q.S. Thaha: 49-54).
Awalnya, yakni ketika terjadi
dialog diantara nabi Musa dan Firaun
Tuhan menggambarkannya dalam kalimat yang mengandung makna umum (ta
mim) seperti dikatakannya, Tuhan
telah memberi bentuk kepada tiap-tiap
sesuatu, kemudian memberinya petunjuk. Sedang dalam kalimat berikutnya
merupakan bentuk khusus (takhsis)
yakni informasi bahwa Allah-lah yang
telah menurunkan hujan dari langit, lalu
ditumbuhkan-Nya dengan air hujan itu
berbagai jenis tumbuhan yang berpasang-pasangan untuk makanan manusia
dan hewan mereka. Ini jelas merupakan
perkara yang khusus, mengingat kondi
si masyarakat Mesir, dimana Firaun
berdomisili, kebanyakan bertani dan
berternak. Sehingga dengan argument
ini benar-benar tak terbantahkan.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Keempat, Jadal al-Illat wa al-Ma lul
(sebab-akibat)
Yaitu argumen yang digunakan alQuran dengan mengemukakan berbagai kasus yang membentuk bagianbagian, kemudian tampak satu bagian
merupakan akibat (illat) dan bagian
yang lain (malul). Kekuatan argumen
(istidlal) ini teletak pada sejauh mana
kuatnya pertalian antara sebab-akibat
tersebut. Seperti terlihat pada ayat:
Dan perangilah dijalan Allah
orang-orang yang memerangi kamu
(tetapi) kamu jangan melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak suka orang
yang melampaui batas. Dan bunuhlah
mereka dimana saja kamu jumpai, dan
usirlah mereka dan tempat mereka
mengusir kamu dulunya (mekkah), dan
fitnah (menimbulkan kekacauan, penganiayaan, dan sebagainya) lebih besar
bahayanya dari pembunuhan, dan jangan kamu memerangi mereka di masjid haram, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu) maka
bunuhlah mereka. Begitulah balasan
bagi orang-orang kafir. Kemudian jika
mereka berenti memusuhimu maka
sesungguhnya Allah maha pengampun
lagi maha penyayang. Dan perangilah
mereka sehingga tidak ada lagi fitnah,
dan agama (ditegakkan) karena Allah
semata. Jika mereka berhenti memusuhimu maka tidak ada permusuhan lagi,
kecuali terhadap orang-orang zalim.
(Q.S. al-Baqarah. 190-193).
Ayat diatas menyatakan bahwa
perang sebagai akibat (malul) dan
orang yang terlebih dahulu memerangi
atau menimbulkan fitnah dan lain
sebagainya. Dengan kata lain diperbolehkannya perang hanya jika untuk
langkah preventif (illat).
Kelima, Jadal Al-muqabalat
(mempertentangkan)
Yang dimaksud di sini adalah alQuran berjadal dengan mempertenta-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
ngkan dua hal yang salah satu
diantaranya mempunyai efek lebih
besar wujudnya dibanding yang lain
seperti mempertentangkan antara Allah
dan berhala-berhala yang disembah
kaum musyrik yang tidak dapat berbuat
apa-apa, sehinga bear-benar tidak
dapat dibantah oleh penentangnya atau
yang mengkufurinya. Seperti ayat:
Apakah Allah pencipta (segala
sesuatu) sama dengan (berhala-berhala)
yang tidak dapat menciptakan (apaapa)? Mengapa kalian tidak (mau)
mengambil pelajaran?. (Q.S. al-Nahl:
17)
Keenam, Jadal Tamtsil
(perumpamaan)
Perumpamaan dan suatu argumen
amat penting, terutanma menyangkut
hal-hal yang bersifat absrak yang sulit
dibayangkan, sehingga akan menjdi
jelas dan seakan-akan dapat diraba dan
disentuh. Seperti:
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang lewat pada
suatu negeri yang bangunannya sudah
runtuh. Lantas dia berkata: bagaimana
Allah rnenghidupkan (membangun)
kembali negeri yang telah roboh
(hancur seperti) ini?. Maka Allah
mematikan orang itu seratus tahun lamanya, kemudian dihidupkan kembali.
Allah bertanya kepadanya: berapa
lama kamu tinggal disini?. Ia
menjawab: sehari atau kurang sehari.
Tidak, kata Allah. Kamu telah tinggal
disini selama seratus tahun. (kalau
kamu tak percaya) lihatlah makanan
dan minumanmu yang belum berubah,
dan lihat pula keledaimu (yang telah
menjadi tulang belulang). Kami akan
menjadikan kamu sebagai bukti (kekuasaan) kami bagi manusia. (untuk itu)
perhatikanlah tulang-belulang (keledai
itu, niscaya kamu akan tahu) bagaimana
kami menyusunnya kembali, kemudian
kami balut dia dengan daging. Maka
tatkala nyata baginya (bagaimana Allah

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


menghidupkan keledainya seperti semula) dia berucap, saya yakin sepenuh
nya bahwa Allah sungguh maha kuasa
atas segala sesuatu. (Q.S. al- Baqarah:
259).
Perumpamaan dalam ayat ini sangat
tepat jika digunakan untuk menggambarkan adanya kebangkitan di akhirat.
Yang mana kisah ini merupakan kisah
yang sangat populer khususnya dikalangan Yahudi. Sehingga mereka tidak
bisa menolaknya kecuali jika tertutupi
kekufuran.
Apabila diperhatikan keenam bentuk jadal yang dituangkan dalam alQuran, terlihat bahwa dalam berargumen al-Quran senantiasa mengemukakan bukti. Disinilah letak kekuatan
hujahnya.
Sedang Manna Khalil al-Qattan
membagi jadal kedalam beberapa
bagian:
1. Menyebut ayat kauniyah yang
desertai dengan perintah untuk
berfikir dan merenungkannya untuk
dijadikan dali) bagi penetapan dasar
akidah seperti ayat:
Wahai manusia, sembahlah Tuhan
mu yang telah nenciptakanmu dan
orang-orang yang sebelum kamu, agar
kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit
sebagai
atap,
dan
Dia
menurunkan air (hujan) dan langit, lalu
Dia menghasilkan dari hujan itu segala
buah-buahan sebagai rezeki untukmu,
karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui. (Q.S.al-Baqanah:
22).
2. Membantah pendapat para penentang dan lawan, sertamematahkan
argumentasi mereka. Perdebatan
semacam ini mernpunyai beberapa
bentuk:
a. Menghubungkan
lawan
bicara
dengan menghubungkan pertanyaan
tentang hal-ha yang telah diakui dan
diterima baik oleh akal, agar ia

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
menakui apa yang tadinya diingkari,
se-perti dalil yang digunakan un-tuk
menetapkan
adanya
khalik.
Misalnya:
Apakah meraka diciptakan tanpa
sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)?
Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi itu? Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang
mereka lakukan). Ataukah di sisi
mereka ada perberadaharaan Tuhanmu
ataukah mereka yang berkuasa?
Ataukah mereka mempunyal tangga (ke
langit) untuk mendengarkan pada
tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka
hendaklah orang yang mendengarkan
diantara mereka mendatangkan suatu
keterangan yarg nyata. Ataukah untuk
Allah anak-anak perempuan dan untuk
kamu anak-anak laki-laki? Ataukah
kamu meminta upah kepada mereka
sehingga mereka dibebani dengan
utang? Apakah ada pada sisi mereka
pengetahuan tentang yang lalu mereka
menuliskannya?
Ataukah
mereka
hendak melakukan tipu daya? Maka
orang-orang kafir itu merekalah yang
kena tipu daya. Ataukah mereka
mempunyai tuhan selain Allah? Maha
suci Allah dan apa yang mereka
sekutukan. (Q.S. al-Tur: 35-43).
b. Mengambil dalil dengan mabda
(asal mula kejadian) untuk menetapkan (maad hari kebangkitan)
misalnya: maka apakah kami letih
dengan penciptaan yang pertama?
Sebenarnya mereka dalam keadaan
ragu-ragu tentang penciptaan yang
baru. (Q.S. al-Qaf: 15).
c. Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan ke kebenaran
(kebalikannya) misalnya:
Katakanlah: siapakah yang menurunkan kitab (taurat) yang dibawa oleh
Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi
manusia, kamu jadikan kitab lembaranlembaran kertas yang bercerai-berai,
kamu perlihatkan sebagiannya dan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kamu sembunyikan sebagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa
yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui(nya)? Katakanlah:
Allah-lah (yang menurukannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan alQuran kepada mereka), biarkanlah
mereka bermain-main dengan kesesatan
mereka. (Q.S. al-Anam: 91).
Ayat ini merupakan bantahan
terhadap pendirian orang yahudi, sebagaimana Allah dalam firman-Nya. dan
mereka tidak mnghormati Allah dengan
penghormatan yang semestinya di kala
mereka mengatakan: Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.
Q.S. al-Anam: 91).
d. Menghimpun dan merinci (al-sabr
wa al-taqsim), yakni menghimpun
beberapa sifat dan menerangkan
bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah
illah hukum, seperti firman-Nya
Delapan binatang yang berpasangpasangan dari domba dan sepasang dari
kambing, katakanlah: apakah dua yang
jantan yang diharamkan Allah ataukah
dua betina, ataukah yang ada dalam
kandungan dua betinanya? Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang
yang benar. Dan sepasang dari unta dan
sepasang dari lembu. Katakanlah:apakah dua yang jantan yang diharamkan
ataukah dua yang betina ataukah yang
ada dalam kandungan dua betinanya?
Apakah kamu menyaksikan diwaktu
Allah menetapkan ini bagimu? Maka
siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia
tanpa penetahuan? Seungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang zalim.(Q.S. al-Anam:
143-144).
e. Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan
bahwa pendapat yang dikemukakannya itu menimbulkan sesuatu berpen

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
dapat yang tidak diakui oleh siapapun Misalnya:
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadijkan jin itu sekutu bagi
Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong
(dengan mengatakan): bahwasanya
Allah rnempunyai anak laki-laki dan
perempuan,
tanpa
bedasar
ilmu
pengetahuan, maha suci Allah dan
maha tinggi dari sifat-sifat yang mereka
berikan. Di pencipta langit dan bumi.
Bagairnana dia mempunyai anak
padahal dia tidak mempunyai ism? Dia
menciptakan segala sesuatu dan Dia
mengetahui segala sesuatu. (Q.S. alAnam: 100-101).
Terkadang dalam al-Quran juga
menggunakan metode induksi yang
biasa digunakan oleh mutakallimin
seperti pada ayat : sekiranya ada di
langit bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentunya keduanya itu telah hancur
binasa (Q.S. AL-Anbiya: 22). Dari
sisi ini, maka setiap orang yang
mempunyai pengetahuan lebih banyak,
tentu akan lebih banyak pula pengetahuan atau pemahamannya tentang ilmu
al-Quran, itulah sebabnya mengapa
apabila Allah menyebutkan hujjah atas
rububiyah (ketuhanan) dan wahdaniyah
(keesaan)-Nya selalu dihubungkan, kadang-kadang dengan mereka yang berakal mereka yang mendengar, dengan
mereka yang berpikir, dan kadang yang
mau menerima pelajaran. Hal ini untuk
mengingatkan setiap potensi-potensi
tersebut dapat digunakan untuk memahami hakikat hujjah-Nya itu.
Sedangkan menurut Syahrur alQuran telah membagi dialektika
berlawanan yang dianggap sebagai feno
mena untuk menggambarkan kontradiksi internal pada hubungan sosial, ekonomi, politik dan pemikiran manusia,
menjadi dua bagian yaitu:
Pertama, dialektika yang saling
membenahi dan tidak saling bermusuhan, yang artinya disana terdapat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


posisi-posisi dialektis antara dua kelom
pok manusia yang diistilahkan al-jadal
billati hiya ahsan. Bisa dipastikan
disana terdapat dialektika yang berlawanan yakni hubungan antara kaum
muslimin dengan ahli kitab. Hubungan
ideologis adalah hubungan yang saling
membenahi (melainkan dengan cara
yang terbaik). Artinya memang ada
posisi dialektis tetapi tidak bermusuhan. Namun jika terkait dengan keadilan
dan kezaliman. maka dimungkinkan
sebaliknya dan karenanya Allah berpir
man: kecuali orang-orang yang zalim.
Disini al-kitab menjelaskan posisi
yang jelas bagi islam dan ahli kitab
yang terkait dengan masalah ideogis,
serta posisi yang dialektis-yang saling
bermusuhan yang masih ada berhubungan dengan masalah sosial, ekonomi
dan politik.
Kedua, dialektika yang saling bermusuhan yang termasuk alarm dialektika yang kontradiktif dalam substansinya, baik pada hubungan sosial
ataupun politik seperti dan tatkala put
ra Maryam (lsa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaum (Quraisy) bersorak
karenanya. Dan mereka berkata,
manakah yang lebih baik tuhan-tuhan
kami atau Tuhan dia (Isa)? Mereka
tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan hanya dialektika,
sebenarnya mereka adalah kaum yang
suka bermusuhan. (Q.S. al-Zukhruf:
57-58)
Dia berfirman, aksara syaiin jadala (yang paling banyak berdialektika.
(Q.S. al-Kahti: 54) Penggunaan kata
aksar (yang paling banyak) adalah
untuk menunjukkan kuantitas lebih
dalam proses dialektik. Artinya bahwa
dialektik yang terdapat pada segala
sesuatu juga ada di dalam diri manusia,
akan tetapi dialektika yang terdapat
pada manusia tidak ada pada segala
sesuatu, yaitu dialektika pikiran. Kalau
seandainya dialektika yang terdapat
pada manusia adalah dialektika yang

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

juga terdapat pada segala sesuatu,


hanya saja ia lebih nyata pada manusia,
maka kalimatnya akan berbunyi, Wa
kana at-insanu akbara syaiin jadala
(dan manusia adalah yang paling besar
dialektikanya).
Dengan demikian Jadal yang ada
dalam al-Quran disamping untuk untuk
manusia tetapi juga untuk entitas lain,
walau dalam hal ini Syabrur tidak
memberi contoh ayat yang terjadi jadal
untuuk yang lain tersebut.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Ai-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum al-Qura, Tahqiq, Muhammad Abu Fadhl
Ibrahim, Mesir : Isa al-Bab al-Halabi, tt.
Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahis Fi Ulum al-Quran, Cairo : Mansyurat alasyr al-Hadist,tt.
Al-Suyuti, Jalaluddin, al-Ithqan Fi Ulum al-Quran, Bairut : Dar al-Fikr, 1951.
Ash shiddieqy, M. Hasbi, Ilmu-ilmu al-Quran Media-media Pokok Dalam
Menafsirkan al-Quran, Jakarta : Bulan Bintang, 2003.
Baidan, Nasrudin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta Pustaka Pelajar,
2005.
Syahrur, Muhammad, Dialektika Kosmos dan Manusia dasar -dasar
epistemologi Quraini, terj. M. Firdaus, Bandung : Nuansa, 2004.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 77 -

EKSEKUSI JAMINAN SENGKETA BISNIS SYARIAH


Tehedi *

ABSTRAK
Eksekusi barang jaminan harus melalui prosedur-prosedur eksekusi, sehi-ngga
pelaksanaanya mempunyai kekuatan hukum dalam mengeksekusi. Eksekusi barang
jaminan terhadap putu san peradilan dalam putusan peradilan dalam pelaksanaannya
tidak dengan mudah langsung dapat dieksekusi begitu saja, terkadang pihak yang
kalah (baik debitur atau kreditur) tidak bersedia untuk dieksekusi, mereka tidak terima
terhadap putusan yang telah ditetapkan hakim. Sehingga mereka tetap memper
tahankan barang tanggungan atau jaminan. Dari itu diperlukan ketegasan hakim (ketua
pengadilan untuk memberikan surat eksekusi) atau jurusita maupun penagak hukum
(kepolisian) untuk membantu pelaksanaan eksekutor barang yang telah dijadikan
jaminan tersebut.

KATA KUNCI: Eksekusi, Sengketa, Bisnis, Syariah

Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
litigasi dan secara nonlitigasi. Penyelesaian sengketa secara litigasi yaitu
penyelesaian melalui pengadilan, baik
Pengadilan Agama maupun Pengadilan
Negeri. Sedangkan penyelesaian secara
nonlitigasi adalah penyelesaian yang
dilakukan diluar pengadilan yaitu dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi
dan melalui arbitrase termasuk arbitrase
syariah. (Abdul Ghofur Anshori, 2010:
39-41).
Penyelesaian sengketa bisnis syariah baik secara litigasi maupun nonlitigasi tidak jarang berujung pada eksekusi barang jaminan, karena ketika
pihak nasabah pembiayaan atau debitur
tidak dapat memenuhi suatu kewajiban
membayar, dan pihak bank pemberi
pembiayaan atau kreditur sudah melakukan berbagai macam upaya atau cara
restrukturisasi pembiayaan serta negosiasi pada pihak nasabah pembiayaan
untuk memenuhi prestasinya, maka
eksekusi barang jaminan merupakan
alternatif terakhir dalam penyelesaian
sengketa bisnis syariah. (PBI Nomor
13/9/PBI/2011).
Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006, terkait tentang adanya perluasan
kewenangan Pengadilan Agama yang
tertuang dalam Pasal 49 huruf (i), yaitu
berupa kewenangan menyelesaikan sengketa dibidang ekonomi syariah,meliputi bank syariah, asuransi syariah,
reasuransi syariah, reksadana syariah,
obligasi syariah dan surat beharga
berjangka menengah syariah, sekuritas
syariah, pembiayaan syariah, pegadaian
syariah, dana pensiun lembaga keuangan
syariah, bisnis syariah dan lembaga
keuangan mikro syariah. (UU. No. 3
Tahun 2006 pasal 49 huruf i).
Perubahan strategis atas kompetensi
Peradilan Agama ini merupakan suatu
tanggung jawab Pengadilan Agama
untuk menyelesaikan sengketa ekonomi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


syariah sampai pada kewenangan meng
eksekusi atas putusan hakim maupun
permohonan eksekusi sita jaminan atas
akta jaminan hutang. Kewenangan ini
juga di perkuat dengan adanya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tantang
Perbangkan Syariah Pasal 55 yang
memberikan kewenangan absolut Pengadilan Agama untuk menyelesaikan
sengketa perbankan syariah. Maka dari
itu ketua Pengadilan Agama, hakim
maupun juru sita mau tidak mau harus
mengetahui prosedur atau mekanisme
eksekusi yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan sehingga tidak
bertentangan dengan undang-undang
yang berlaku.
Eksekusi barang jaminan dapat dilakukan dengan dua cara atau metode
yaitu eksekusi jaminan melalui penjualan barang jaminan oleh pemegang hak
jaminan dan eksekusi jaminan melalui
putusan hakim badan peradilan baik
Pengadilan Agama maupun Pengadilan
Negeri.
Eksekusi barang jaminan harus me
lalui prosedur-prosedur eksekusi, sehingga pelaksanaanya mempunyai kekuatan hukum dalam mengeksekusi.
Eksekusi barang jaminan terhadap putu
san peradilan dalam putusan peradilan
dalam pelaksanaannya tidak dengan
mudah langsung dapat dieksekusi begitu
saja, terkadang pihak yang kalah (baik
debitur atau kreditur) tidak bersedia
untuk dieksekusi, mereka tidak terima
terhadap putusan yang telah ditetapkan
hakim. Sehingga mereka tetap memper
tahankan barang tanggungan atau jaminan. Dari itu diperlukan ketegasan hakim
(ketua pengadilan untuk memberikan
surat eksekusi) atau jurusita maupun
penagak hukum (kepolisian) untuk
membantu pelaksanaan eksekutor barang
yang telah dijadikan jaminan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, pemakalah akan membahas
masalah Eksekusi Jaminan Sengketa
Bisnis Syariah. Eksekusi yang meliputi

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 68 -

IAIS Sambas
jaminan berupa penyitaan dan penjualan oleh pemegang hak jaminan dan
eksekusi jaminan melalui putusan
hakim badan peradilan baik Pengadilan
Agama maupun Pengadilan Negeri.
B. Pembahasan
1. Pengertian Eksekusi
Eksekusi dalam kamus istilah hukum dapat diartikan pelaksanaan putusan pengadilan; pelaksanaan putusan
hakim; pelaksanaan hukuman badan
pengadilan, atau dapat juga diartikan
penyitaan dan penjualan seseorang atau
lainnya karena berhutang. Pengertian
yang sama juga terdapat dalam kamus
Bahasa Indonesia pengertian eksekusi
adalah pelaksanaan putusan hakim atau
penyitaan dan penjualan harta orang
karena berhutang. (Putri Susanti, 1983:
16).
Subekti dan Retno Wulan, 1977:
128), dan Sutantio (1979: 111). Mengalihkan istilah eksekusi (executie) ke
dalam bahasa Indonesia dengan istilah
pelaksanaan untuk mengeksekusi sesuai dengan apa yang telah diperjan
jikan maupun pelaksanaan dari putusan pengadilan. Pembakuan istilah pe
laksanaanputusan sebagai kata ganti
eksekusi, dianggap sudah tepat. Sebab
jika bertitik tolak dari ketentuan bab
kesepuluh bagian kelima HIR, pengertian eksekusi sama dengan tin-dakan
menjalankan putusan (ten uitvoer
legging van vonnissen).
Selanjutnya tindakan hukum yang
dilakukan oleh pengadilan kepada pi
hak yang kalah dalam suatu putusan
pengadilan dinamakan eksekusi. (A.
Mukti Arto, 2000:314). Oleh karena itu,
eksekusi dalam suatu sistem peradilan
adalah tidak lain daripada tindakan
yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara dan pelaksanaan terhadap putusan hakim baik keputusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap maupun yang belum mempunyai hukum tetap. Eksekusi merupa-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kan suatu kesatuan yang tidak terpisah
dari pelaksanaan tata tertib beracara di
pengadilan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang pengertian eksekusi maka
dapat disimpulkan menjadi dua bentuk
eksekusi yaitu pertama eksekusi merupakan pelaksanaan hukuman terhadap
putusan hakim di pengadilan, bentuk
yang kedua eksekusi merupakan penyitaan dan penjualan oleh pemegang hak
jaminan karena orang yang berhutang
tidak memenuhi prestasi atau cidera
janji. Istilah makna yang pertama menyangkut eksekusi dalam suatu putusan
hakim di lembaga peradilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
maupun tidak, sementara istilah yang
kedua eksekusi di luar atau tidak
melibatkan putusan hakim di lembaga
peradilan namun pemegang jaminan
mempunyai hak untuk mengeksekusi
atau melelang jaminan yang dibenarkan
atau diataur dalam peraturan undangundang.
2. Eksekusi Jaminan oleh Pemegang
Hak Jaminan
Eksekusi jaminan oleh pemegang
hak jaminan di lembaga keuangan syariah dapat didasarkan atas beberapa
macam bentuk akta tertentu yang menu
rut undang-undang disamakannilainya dengan putusan yang memperleh
kekuatan hukum tetap antara lain terdiri
dari: hak tanggungan, jaminan fidusia,
grosse akta pengakuan hutang, grosse
akta hipotik dan crediet verband.
(Sofyan Zefri, 2009: 17). Namun
menurut Abdul Hadi, untuk grosse akta
hipotik dan crediet verband, kemudian
sesuai dengan kebutuhan kegiatan
perkreditan dan perkembangan tata
ekonomi Indonesia, diganti dengan hak
tanggungan berdasarkan konsideren
huruf c, Pasal 24 Ayat 1 dan Ayat 3
serta Pasal 29 Undang-Udang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan. (Abdul Hadi, 2).

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
Berdasarkan penjelasan tersebut di
atas, akan diuraikan secara singkat
mengenai beberapa macam bentuk akta
yang menurut undang-undang disamakannilainya dengan putusan pengadilan yang memperleh kekuatan hukum
tetap. Sebagai berikut:
a. Hak Tanggungan
Hak tanggungan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan (UUHT).
Menurut Pasal 1 Ayat 1 hak tanggungan
adalah hak jaminan yang dibebankan
pada hak atas tanah berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,
untuk pelunasan utang tertentu. Jaminan
pelunasan utang menggunakan hak tanggungan memberikan suatu keistimewaan pada penerima hak tanggungan
atau kreditur (sebutan untuk pemberi
hutang atau pembiayaan) sebagai
kreditur preferen. Kreditur preferen
adalah kreditur yang diistimewakan
atau didahulukan dari kreditur lainnya
atas pelunasan utang debitur apabila
terjadi gagal tagih. Pemegang hak tanggungan yang juga merupakan kreditur
separatis mempunyai kedudukan yang
dipisahkan dari kreditur-kreditur lainnya dalam hal terjadinya suatu keadaan
pailit yang dialami oleh debitur
(pemberi hak tanggungan) perorangan
atau badan hukum sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran utang.
Sertifikat hak tanggungan mempun
yai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. (Pasal 14
Ayat 2 Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996). Obyek hak tanggungan dapat
dijual melalui pelelangan umum menurut
tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk perlunasan piutang pemegang hak tanggungan. Apabila terhadap objek lelang

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


yang terjual tersebut terdapat pihakpihak yang tidak mau menyerahkan
objek lelang kepada pemenang lelang,
maka pengadilan berdasarkan ketentuan Pasal 14 UU RI No. 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan memiliki
kewenangan untuk melaksanakan eksekusi lelang dan pengosongan terhadap
objek jaminan tersebut.
Eksekusi hak tanggugan ada dua
macam. Pertama eksekusi lelang untuk
pembayaran sejumlah uang, dan kedua
eksekusi riil untuk pengosongan tanah
dan bangunan yang ada di atasnya.
b. Jaminan Fidusia
Fidusia menurut pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia pengertian
fidusia adalah Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikan dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda itu. Maksud dari pengalihan hak kepemilikan adalah pemindahan hak kepemilikan pemberi fidusia
kepada penerima fidusia atas dasar
kepercayaan, dengan syarat bahwa ben
da yang menjadi objeknya tetap berada
di tangan pemberi fidusia.
Perjanjian fidusia ini merupakan
perjanjian pembiayaan untuk di lembaga keuangan syariah dan hutang
piutang kreditor kepada debitor di
lembaga atau perusahaan konvensional
yang melibatkan penjaminan. Jaminan
tersebut kedudukannya masih dalam
penguasaan pemilik jaminan.Tetapi
untuk menjamin kepastian hukum bagi
penerima fidusia maka dibuat akta yang
dibuat oleh notaris dan didaftarkan ke
Kantor Pendaftaran Fidusia. Kemudian
penerima fidusia akan memperoleh
sertifikat jaminan fidusia dengan berka
limatkan Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
demikian, memiliki kekuatan hak
eksekutorial langsung apabila pemberi
fidusia melakukan pelanggaran perjan-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
jian fidusia kepada penerima fidusia
(parate eksekusi), sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia. UndangUndang Jaminan Fidusia menjelaskan
bahwa debitur (pemberi fidusia) dan
kreditur (penerima fidusia) dalam
perjanjian jaminan fidusia berkewajiban unuk memenuhi prestasi. (Pasal 4
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tantang Jaminan Fidusia).
Apabila tidak memenuhi prestasi
maka dikatakan cidera janji dan pemegang sertifikat jaminan fidusia berhak
untuk mengeksekusi objek jaminan
fidusia tersebut bisa dengan penjualan
benda dibawah tangan yang dilakukan
dengan kesepakatan para pihak maupun
penjulan dengan pelelangan umum.
Sebagaimana terdapat dalam Pasal 29
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, sebagai
berikut:
1 )Apabila debitor atau Pemberi
Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap
Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia dapat dilakukan dengan cara:
a. pelaksanaan titel eksekutorial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (2) oleh Penerima Fidusia;
b. penjualan benda yangrnenjadi objek
Jaminan Fidusia atas kekuasaan penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan
umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan; c.
penjualan di bawah tangan yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan
Pemberi dan Penerima Fidusia jika
dengan cara demikian dapat diperoleh
harga tertinggi yang menguntungkan
para pihak.
2)Pelaksanaan penjualan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c
dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu)
bulan sejak diberitahukan secara
tertulis oleh Pemberi dan Penerima
Fidusia kepada pihak-pibak yang
berkepentingan
dan
diumumkan
sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


yang beredar di daerah yang bersangkutan.
Dalam hal pemberi fidusia tidak
menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada waktu eksekusi
dilaksanakan, penerima fidusia berhak
mengambil benda yang menjadi objek
jaminan fidusia dan apabila perlu dapat
meminta bantuan pihak yang berwewenang. Sebagaimana dalam Pasal 30
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia: Pemberi
Fidusia wajib menyerahkan Benda
yang menjadi objek Jaminan Fidusia
dalam rangka pelaksanaan eksekusi
Jaminan Fidusia.
c. Grosse Akta Pengakuan Hutang
Secara umum grosse akta pengakuan hutang diatur pada Pasal 224
HIR, merupakan salah satu akta notaris
yang mempunyai sifat dan karakteristik
khusus bila dibandingkan dengan akta
otentik lainnya. Adapun pengertian
dari grosse akta sendiri adalah suatu
salinan atau kutipan (secara pengecualian) dari minuta akta (naskah asli)
yang di atasnya (di atas judul akta)
memuat kalimat berikut ini: Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa dan dibawahnya dicantumkan
kalimat berikut ini: Diberikan sebagai
Grosse pertama dengan menyebut nama
dari orang, yang atas permintaannya,
grosse itu diberikan dan tanggal pemberiannya. Sebagaimana Pasal Pasal
224 HIR berbunyi:
Grosse dari akta hipotek dan surat
utang yang dibuat di hadapan notaris di
hidonesia dan yang kepalanya berbunyi
"Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan
yang Maha Esa" berkekuatan sama dengan keputusan hakim, jika tidak dengan keputusan hakim. Jika tidak dengan
jalan damai, maka surat demikian
dijalankan dengan perintah dan di bawah
pimpinan ketua pengadilan negeri, yang
dalam daerah hukumnya tempat diam
atau tempat tinggal debitur itu atau
tempat kedudukan yang dipilihnya, yaitu

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
menurut cara yang dinyatakan pada
pasal-pasal yang lalu dalam bagian ini,
tetapi dengan pengertian, bahwa paksaan
badan hanya boleh dilakukan, jika
sudah dengan keputusan hakim. Jika
keputusan hakim itu harus dilaksanakan
seluruhnya atau sebagian di luar daerah
hukum pengadilan negeri yang memerintahkan pelaksanaan keputusan itu,
maka haruslah dituruti peraturan pasal
195 ayat (2) dan seterusnya. Kaitannya
dengan perjanjian pembiayaan maupun
kredit bahwa dalam praktek pemberian
pembiayaan maupun kredit grosse akta
tersebut merupakan alat bukti adanya
utang,
adapun alasan
dibuatnya
grosse akta pengakuan hutang adalah
sebagai berikut:
1) Perjanjian kredit tidak mempunyai
kekuatan eksekutorial sehingga jika
debitur melakukan wanprestasi maka
kreditur tidak dapat melakukan
eksekusi langsung terhadap jaminan
yang ada tetapi harus melakukan
gugatan melalui Pengadilan Negeri
terlebih dahulu kepada debitur;
2) Akta pengakuan utang merupakan
perjanjian sepihak, didalamnya hanya dapat memuat suatu kewajiban
untuk membayar utang sejumlah
uang tertentu. Akta pengakuan utang
yang dibuat dihadapan Notaris
berdasarkan Pasal 224 HIR/258 RGB
memiliki kekuatan hukum yang sama
seperti keputusan hakim yang bersifat tetap atau dengan kata lain dapat
diartikan bahwa akta pengakuan
hutang memiliki kekuatan eksekutorial;
3) Mempercepat eksekusi jaminan
secara langsung tanpa memerlukan
gugatan terlebih dahulu kepada
debitur.
Terhadapkekuatan eksekutorial ter
sebut, dalam kenyataannya tidaklah
mudah bahkan bisa jadi tidak dapat
dilaksanakan, mengingat untuk melakukan suatu eksekusi jaminan terkadang
debitur mengajukan bantahan melalui

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


pengadilan agar membatalkan eksekusi
berdasarkan grosse akta pengakuan
hutang yang sudah dibuat tersebut. Jika
tidak dengan jalan damai dan tidak
terdapat kata kesepakatan para pihak,
maka surat akta grosse tersebut dijalankan dengan perintah dan dibawah
pimpinan ketua Pengadilan Negeri.
3. Eksekusi Berdasarkan Putusan
Hakim di Badan Peradilan
Eksekusi jaminan melalui badan
peradilan pada prinsipnya, hanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang
dapat dilaksanakan putusannya, yaitu
putusan pengadilan termasuk putusan
peradilan di arbitrase yang bersifat
kondemnatoir. (Sofyan Zefri, 2009: 1).
Putusan kondemnatoir adalah putusan yang bersifat menghu-kum pihak
yang kalah untuk memenuhi suatu
prestasi yang ditetapkan oleh hakim.
Dalam putusan yang bersifat kondemnatoir amar putusan harus meng
andung kalimat "menghukum tergugat
(berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu,
menyerahkan sesuatu, membongkar
sesuatu, menyerahkan sejumlah uang,
membagi, dan mengosongkan). Karena
putusan telah berkekuatan hukum tetap,
di dalamnya mengandung hubungan
hukum yang tetap dan pasti (fixed and
certain), antara pihak yang berperkara.
Putusan yang berkekuatan hukum tetap
adalah putusan Pengadilan Agama atau
Pengadilan Negeri yang diterima oleh
kedua belah pihak yang berperkara,
putusan perdamaian, putusan arbitrase
atau BASYARNAS yang telah didaftar
kan ke Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama, putusan terhadapnya tidak diajukan verzet atau banding, putusan Pengadilan Tinggi yang diterima
oleh kedua belah pihak dan tidak
dimohonkan kasasi dan putusan Mahkamah Agung dalam hal kasasi.
Adapun ciri-ciri yang dapat
dijadikan indikator menentukan suatu
putusan bersifat kondemnatoir, dalam
amar atau diktum putusan tersebut

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
terdapat perintah yang menghukum
pihak yang kalah, yang dirumuskan
dalam kalimat sebagai berikut:
a. Menghukum atau memerintahkan
menyerahkan suatu barang. (Pasal
200 ayat (1) HIR, Pasal 218 ayat (2)
R.Bg)
b. Menghukum atau memerintahkan
pengosongan sebidang tanah atau
rumah. (Pasal 1033 Rv)
c. Menghukum atau memerintahkan
melakukan suatu perbuatan
tertentu. (Pasal 225 HIR dan Pasal
259 Rbg)
Menghukum atau memerintahkan
penghentian suatu perbuatan atau
keadaan. (Pasal 225 HIR, Pasal 259
R.Bg)
Menghukum atau memerintahkan
melakukan pembayaran sejumlah
uang. (Pasal 196 HIR, Pasal 208
R.Bg)
Dalam praktek peradilan umum
apabila suatu putusan telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap (in kracht
van gewijsde) dapat dilaksanakan
eksekusi terhadap barang-barang yang
menjadi jaminan baik itu barang
bergerak maupun barang tidak bergerak, kecuali. (Wildan Suyuti, 2005: 64).
a. Terhadap putusan uit voerbaar bij
voorraad atau putusan serta-merta
meskipun belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap putusan
pengadilan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, khususnya eksekusi
terhadap barang-barang yang menjadi jaminan (objek) dari perjanjian
yang dipersengketakan oleh para
pihak dalam suatu perkara.
b. Putusan propisionil baik dalam
sengketa perceraian maupun dalam
sengketa pedata lainnya apabila ada
dugaan terhadap barang-barang bergerak yang menjadi objek sengketa
akan digelapkan oleh pihak tergugat,
maka demi untuk kepentingan salah
satu pihak (penggugat) hakim yang
menangani sengketa tersebut dapat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


menjatuhkan propisionil sebelum
putusan akhir sehubungan dengan
pokok perkara. Agar untuk sementara waktu sambil menunggu keputu
san akhir eksekusi dapat dilaksanakan terlebih dahulu dengan alasan
yang sangat mendesak dan atau
adanya dugaan bahwa barang-barang
yang menjadi objek sengketa akan
digelapkan oleh pihak tergugat.
Sementara dalam putusan arbitrase
dalam hal ini putusan arbitrase
syariah nasional, terhadap permohonan eksekusi, maka Ketua Pengadilan
memeriksa apakah putusan arbitrase
telah memenuhi ketentuan sebagai
berikut: (Undang-undang Nomor 30
Tahun 1999 Pasal 4, 5, 62).
a. Para pihak telah menyetujui bahwa
sengketa di antara mereka akan
diselesaikan melalui arbitrase
(BASYARNAS).
b. Persetujuan untuk menyelesaikan
sengketa melalui dimuat dalam suatu
dokumen yang ditandatangani oleh
para pihak.
c. Sengketa yang dapat diselesaikan
melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perda-gangan dan mengenai
hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang berseng
keta.
d. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
Lebih lanjut apabila pihak yang
dikalahkan dalam suatu persidangan
pengadilan tidak mau menyerahkan
barang jaminan yang menjadi objek
sengketa dengan sukarela, maka ketua
pengadilan dapat melaksanakan putusan
dengan cara paksa yang dibantu oleh
aparat toritorial setempat.
Menurut sifatnya ada 3 (tiga)
macam putusan, yaitu:

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
a. Putusan deklaratif, adalah putusan
yang isinya bersifat menerangkan
atau menyatakan apa yang sah,
misalnya anak yang menjadi sengketa
adalah anak yang dilahirkan dari
perkawinan yang sah, putusan yang
menolak gugatan.
b. Putusan konstitutif, adalah putusan
yang bersifat menghentikan atau
menimbulkan hukum baru yang tidak
memerlukan pelaksanaan dengan
paksa, misalnya memutuskan suatu
ikatan perkawinan.
c. Putusan kondemnatoir adalah putusan
yang bersifat menghukum pihak
yang kalah untuk memenuhi suatu
prestasi yang ditetapkan oleh hakim.
Dalam putusan yang bersifat
kondemnatoir amar putusan hams
mengandung kalimat "menghukum
tergugat (berbuat sesuatu, tidak
berbuat sesuatu, menyerahkan
sesuatu,
membongkar
sesuatu,
menyerahkan sejumlah uang,
membagi, dan mengosongkan).
Seperti telah dijelaskan, salah satu
asas eksekusi adalah hanya dapat
dijalankan terhadap putusan pengadilan
yang memiliki kekuatan hukum tetap
yang bersifat kondemnatoir, yakni
dalam amar putusan terdapat pernyataan
penghukuman terhadap tergugat
untuk melakukan salah satu perbuatan
yaitu:
a. Menyerahkan sesuatu barang atau
eksekusi riil dalam bentuk penjualan
lelang.
b. Mengosongkan sebidang tanah atau
rumah, yang disebut dengan eksekusi
riil
c. Melakukan suatu perbuatan tertentu
atau menghentikan suatu perbuatan
atau keadaan.
d. Membayar sejumlah uang. (Pasal
196 HIR)
Jika ditinjau dari sasaran yang
hendak dicapai oleh hubungan hukum
yang tercantum berdasarkan amar putusan pengadilan yang bersifat kondem-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


natoir, seperti tersebut di atas, maka
jenis eksekusi dapat diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:
(Sudikno, 1998: 181).
a. Eksekusi Untuk Melakukan Suatu
Perbuatan.
Selain dua jenis eksekusi tersebut,
masih ada satu lagi jenis eksekusi, yaitu
eksekusi untuk melakukan suatu perbuatan. Hal ini diatur dalam pasal 225
HIR, yang menyatakan yang intinya
Jika seseorang dihukum akan melakukan
suatu perbuatan, dan ternyata ia tidak
melakukannya, maka pihak yang dimenangkan, memiliki wewenang untuk
meminta pertolongan pada ketua Pengadilan agar kepentingannya didapatkan.
b. Eksekusi Riil
Eksekusi riil yaitu melakukan suatu tindakan nyata/riil seperti menyerahkan sesuatu barang, mengosongkan sebidang tanah atau rumah, melakukan suatu perbuatan tertentu, dan
menghentikan suatu perbuatan atau
keadaan. Misalnya meyerahkan barang,
pengkosongan sebidang tanah atau
rumah, pembongkaran, menghentikan
suatu perbuatan tertentu, dan lain-lain.
Eksekusi riil ini dapat dilakukan langsung dengan perbuatan nyata, sesuai
dengan amar putusan tanpa memerlukan
lelang.
Sumber hubungan hukum yang
disengketakan dalam eksekusi riil,
hukum yang mengikuti persengketaan
hak milik atau persengketaan hubungan
hukum yang didasarkan atas perjanjian
jual beli, sewa menyewa, atau perjanjian
melaksanakan suatu perbuatan. Proses
beracara pada eksekusi riil, ketua
Pengadilan Negeri cukup mengeluarkan
surat penetapan yang memerintahkan
eksekusi atas permintaan pihak yang
dimenangkan. Dengan penetapan itu,
panitera atau jurusita pergi ke lapangan
melaksanakan penyerahan atau pembongkaran secara nyata. Dengan penyerahan atau pembongkaran, eksekusi
sudah sempurna dan dianggap selesai.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
c. Eksekusi Pembayaran Sejumlah
Uang.
Yaitu eksekusi yang menghukum
pihak yang dikalahkan untuk membayar
sejumlah uang (pasal 196 HIR, pasal
208 R.Bg). ini kebalikannya dari
eksekusi riil dimana eksekusi tidak
dapat dilakukan langsung sesuai dengan
amar putusan tanpa pelelangan terlebih
dahulu. Dengan kata lain, eksekusi
yang hanya dijalankan dengan pelelangan terlebih dahulu, hal ini disebabkan
nilai yang akan dieksekusi itu bernilai
uang. Sumber hubungan hukum yang
disengketakan dalam eksekusi pembayaran sejumlah uang sangat terbatas
sekali, yaitu semata-mata hanya didasarkan atas persengketaan perjanjian
utang piutang dan ganti rugi didasarkan cidera janji/ wanprestasi, dan
hanya dapat diperluas berdasarkan
pasal 225 H.I.R, dengan membayar
nilai sejumlah uang apabila tergugat
enggan menjalankan perbuatan yang
dihukumkan dalam batasan jangka waktu
tertentu.
Pembahasan eksekusi tidak terlepas
dari masalah proses penahapannya,
dengan segala macam tata cara dan syarat-syarat yang terkait pada setiap tahap
proses yang bersangkutan. Secara
ringkas dapat diuraikan tahapan proses
eksekusi pembayaran sejumlah uang
dilakukan sebagai berikut: (Zefri Sofyan
2009).
a. Peringatan (anmaning)
Peringatan atau teguran merupakan
tahap awal proses eksekusi. Proses
peringatan merupakan prasyarat yang
bersifat formil pada segala bentuk ek
sekusi, baik pada eksekusi riil maupun
pembayaran sejumlah uang. Apabila
putusan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dan pihak tergugat atau
debitor tidak mau menaati pelunasan
pembayaran jumlah uang yang dihukum
kan kepadanya secara sukarela, terbuka
hak penggugat (pihak yang menang)
untuk mengajukan permohnan eksekusi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kepada ketua pengadilan yang bersangkutan.
Adanya pengajuan permohonan
eksekusi, merupakan dasar hukum bagi
Ketua Pengadilan untuk melakukan
tindakan peringatan dalam persidangan
insidentil:
1) Dengan jalan memanggil pihak tergugat untuk hadir pada tanggal yang
ditentukan guna diperingatkan agar
menjalankan pelunasan pembayaran
yang dihukumkan kepadanya.
2) Pada persidangan peringatan, ketua
pengadilan memberi batas waktu
pemenuhan putusan, yang disebut
masa peringatan, dan masa peringatan tidak boleh lebih dari delapan
hari sebagaimana yang ditentukan
dalam pasal 196 HIR.
Apabila pihak tergugat tidak
hadir memenuhi panggilan peringatan
tanpa alasan yang sah, atau setelah
masa peringatan dilampaui tetap tidak
mau memenuhi pembayaran yang
dihukumkan kepadanya, sejak saat itu
ketua pengadilan mengeluarkan surat
penetapan yang berisi perintah kepada panitera atau jurusita untuk melaku
kan sita eksekusi terhadap harta kekayaan tergugat, sesuai dengan syarat
dan tata cara yang diatur dalam pasal
197 HIR.
b. Sita eksekusi (executoriale beslag)
Sita eksekusi atau executoriale
beslag merupakan tahap lanjutan dari
peringatan dalam proses eksekusi pem
bayaran sejumlah uang. Sita eksekusi
adalah penyitaan harta kekayaan tergugat (pihak yang kalah) setelah dilampaui tenggang masa peringatan. Si
ta eksekusi dimaksudkan sebagai penjamin jumlah uang yang mesti dibayar
kan kepada pihak penggugat. Cara
untuk melunasi pembayaran sejumlah
uang tersebut, dengan cara menjual
lelang harta kekayaan tergugat yang
telah disita. Kemudian, sita eksekusi
itu dilakukan berdasarkan surat perintah yang menyusul peringatan, baru me

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas
rupakan penahapan proses sita eksekusi
atas harta kekayaan tergugat. Penahapan
proses sita eksekusi harus lagi disusul
dengan penahapan proses surat perintah penjualan lelang, dan disusul pen
jualan lelang oleh kantor lelang.
Mekanisne sita eksekusi meliputi:
1) Berdasarkan surat perintah Ketua
Pengadilan
2) Dilaksanakan panitera atau jurusita
3) Pelaksanaan dibantu dua orang saksi
4) Sita eksekusi dilakukan di tempat
5) Pembuatan
berita
acara
sita
eksekusi.
c. Biaya eksekusi
Memeriksa dan mengadili perkara
sampai dengan putusan dieksekusi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Untuk apa putusan kalau tidak
dapat dilaksanakan pemenuhannya. Sedangkan untuk pemenuhan amar putusan apabila tergugat tidak mau melaksanakannya secara sukarela, diperlukan
biaya eksekusi. Oleh karena itu, biaya
eksekusi merupakan rentetan lanjutan
dari biaya pemeriksaan persidangan.
Tidak mungkin memisahkannya dan
menganggap biaya eksekusi berada di
luar perkara. Semua biaya eksekusi
tanpa kecuali merupakan biaya yang
harus dijumlahkan perhitungannya dengan biaya yang dikeluarkan selama
proses pemeriksaan perkara di semua
tingkat persidangan hingga pada tahap
eksekusi, apabila dibutuhkan sita eksekusi. Kalau amar menghukum pihak
tergugat untuk membayar biaya perkara, kepada pihak tergugat (tereksekusi) pula dibebankan biaya eksekusi.
Kalau biaya perkara menurut amar
putusan dibebankan kepada pihak tergugat dan dan penggugat, biaya eksekusi pun dibebankan kepada kedua belah pihak. Hal ini sejalan dengan prin
sip, bahwa biaya perkara dengan biaya
eksekusi adalah satu kesatuan yang
tidak terpisah dalam satu perkara, yang
menegaskan ke dalam biaya perkara
termasuk biaya eksekusi.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Menurut Sarwono ada beberapa pro
sedur atau tata cara pelaksanaan ekseku
si terhadap barang-barang jaminan,
sebagai berikut: ( Sarwono, 336-337).
a. Mengajukan
surat
permohonan
eksekusi
Untuk dapat segera dilaksanakan ek
sekusi terhadap barang-barang jaminan
baik terhadap barang-barang bergerak
maupun tidak bergerak pihak yang
dimenangkan dalam suatu perkara diper
sidangkan pengadilan harus mengajukan surat permohonan eksekusi kepada
ketua pengadilan dengan membayar
biaya-biaya eksekusi yang ditentukan
oleh pengadilan.
b. Aanmaning (teguran/peringatan)
Surat teguran/peringatan ini diberikan oleh pengadilan negeri kepada
debitur yang telah wanprestasi dengan
cara memanggil pihak yang dikalahkan
utuk diberikan nasihat agar mematuhi
keputusan pengadilan secara sukarela
dengan cara memenuhi prestasinya pada
paling lambat 8 (delapan) hari terhitung
setelah adanya peringatan dari pihak
pengadilan (Pasal 196 HIR). Di samping
itu, pihak debitur yang dikalahkan dalam
suatu persidangan juga diberitahukan
tentang akibat-akibatnya apabila tidak
mematuhi putusan hakim pengadilan
dengan cara sukarela, maka akan dilak
sanakan dengan cara paksa.
c. Tidak mengindahkan Aanmaning
d. Keputusan belum In Kracht Van
Gewijsde
Dalam praktik apabila keputusan pe
ngadilan belum In Kracht Van Gewijsde
sita eksekusi jaminan belum dapat
dilaksanakan dan pelaksanaan eksekusinya menunggu sampai keputusannya
In Kracht Van Gewijsde (Pasal 129
Ayat 4 HIR jo. Pasal 153 Ayat 5 RBg
jo. Pasal 346 Rv), kecuali terhadap
keputusan uit voerbaar bij voorraad
walaupun ada perlawanan dari pihak
yang dikalahkan terhadap keputusan
pengadilan ditingkat pertama dapat dilaksanakan terlebih dahulu tanpa harus

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

IAIS Sambas
menunggu keputusan pengadilan tingkat
pertama In Kracht Van Gewijsde.
e. In Kracht Van Gewijsde
Setelah 8 (delapan) lewat terhitung
sejak adanya peneguran pihak yang
dikalahkan tidak juga memenuhi prestasinya, maka ketua pengadilan yang k
arena jabatannya dapat memberikan surat printah kepada panitera pengganti
atau juru sita pengganti untuk mengadakan eksekusi terhadap barang-barang
jaminan baik terhadap barang-barang
bergerak maupun tidak bergerak dengan
cara paksa yang dibantu oleh aparat
teritorial setempat.
Eksekusi jaminan terhadap barangbarang bergerak maupun tidak bergerak
dapat dilaksanakan oleh pengadilan
setelah keputusan pengadilan tingkat
pertama, baik diupayakan hukum lain
atau tidak diupayakan hukum lain telah
In Kracht Van Gewijsde. Jadi, sebelum
keputusan In Kracht Van Gewijsde
eksekusi terhadap barang-barang jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak belum dapat dilaksanakan.
Simpulan
Eksekusi jaminan merupakan suatu
proses pelaksanaan penyitaan suatu
objek atau barang jaminan yang dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu berupa
eksekusi langsung yang dilakukan oleh
pemegang hak jaminan tanpa melaui
proses persidangan di pengadilan maupun eksekusi setelah keluar putusan
hakim di pengadilan. Eksekusi langsung oleh pemegang hak jaminan harus
berupa akta perjanjian yang meliputi
akta hak tanggungan, jaminan fidusia
dan grosse akta pengakuan hutang.
Apabila eksekusi langsung salah satu
pihak melakukan perlawanan, maka
pemegang hak jaminan dapat memohon
bantuan pengadilan untuk memberikan
surat peringatan dan mengeksekusi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


barang jaminan dengan dibantu oleh
penegak hukum atau pihak keamanan.
Sementara eksekusi atas putusan hakim
di pengadilan Eksekusi terhadap putusan pengadilan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bentuk yaitu, eksekusi
untuk melakukan suatu perbuatan,
eksekusi riil dan eksekusi pembayaran
sejumlah uang.
Pada prinsipnya, hanya putusan
yang berkekuatan hukum tetap yang
dapat dilaksanakan putusannya, yaitu
putusan pengadilan yang bersifat
kondemnatoir, putusan kondemnatoir,
yaitu putusan yang bersifat menghukum
pihak yang kalah untuk memenuhi
suatu prestasi yang ditetapkan oleh
hakim. Sebab putusan telah berkekuatan
hukum tetap, didalamnya mengandung
hubungan hukum yang tetap dan pasti
(fixed and certain), antara pihak yang
berperkara. Kecuali ada dugaan terhadap
barang-barang bergerak yang menjadi
objek sengketa akan digelapkan oleh
pihak tergugat, maka demi untuk
kepentingan salah satu pihak (penggugat) hakim yang menangani sengketa
tersebut dapat menjatuhkan propisionil
sebelum putusan akhir sehubungan
dengan pokok perkara.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 77 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Analisis
Konsep dan UU No.21 Tahun 2008), (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2010).
Abdullah Jayadi, Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah, (Yogyakarta:
Mitra Pustaaka, 20011.
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000).
Putri Susanti, Kamus Istilah Hukum, (Jakarta: Pustaka Acuan, 1983)
Retno Wulan Susanti Susantie dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktik (Bandung : Alumni, 1979).
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek, Sinar Grafika: Jakarta, Cet.
3, 2012.
Sofyan Zefri, Prosedur Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan (H.T) Dalam
Sengketa Bisnis Syariah, 2009.
Subekti, Hukum Acara Perdata (Jakarta : BPHN, 1977).
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta : Liberty,
1998.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
Wildan Suyuthi, Sekitar Acara dan Hukum Perdata Agama (PUSDIKLAT
pegawai Mahkamah Agung RI, 2005).
Zefri, Sofyan, Sengketa Perbankan Syariah (Studi Kasus Sengketa
Pembiayaan usyarakah di Pengadilan Agama Purbalingga). Tesis Program
Pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tantang Perbangkan Syariah.
PBI Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah.
HIR (Herziene Inlandsch Reglement) untuk wilayah jawa dan Madura.
RBG (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) untuk wilayah luar jawa dan
Madura.
BW (Burgerlijk Wetboek) / KUHPerdata.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 78 -

MENYELAMI PERISTIWA ISRA MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW


Etriadi

ABSTRAK
Isra Miraj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat
Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam . Isra miraj
bukanlah kisah perjalanan antariksa. Aspek astronomis sama sekali tidak ada dalam
kajian Isra miraj. Namun, Isra miraj mengusik keingintahuan akal manusia untuk
mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek ilmiah
dalam membahas Isra miraj. Inspirasi saintifik Isra Miraj mendorong kita untuk
berfikir mengintegrasikan sains dalam aqidah dan ibadah. Memahami peristiwa isra
miraj harus disikapi secara serius agar tidak terjebak pada kesalahan yang berakibat
fatal karena hal ini menyangkut tentang keyakinan s eseorang terhadap apa yang
diyakininya selama hidup didunia. Pemahaman yang keliru tentang isra miraj akan
berakibat pada cara kita bertauhid kepada Tuhan.

KATA KUNCI: Isra Miraj, Aqidah dan Ibadah

Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Isra Miraj (Arab:
, al-Isr wal-Mirj) adalah
dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam waktu
satu malam saja. Kejadian ini merupakan
salah satu peristiwa penting bagi umat
Islam, karena pada peristiwa ini Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu dalam sehari
semalam.
Israsecara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu ma
lam. Isra secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi
Muhammad s.a.w. diwaktu malam hari
dari masjidil Haram (di Makkah) ke
masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina). Miroj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga,
atau alat untuk naik dari bawah ke atas.
Miraj secara terminologi atau
menurut istilah adalah perjalanan nabi
saw dari alam bawah (bumi) ke alam
atas (langit) sampai langit yang ke
tujuh sampai ke sidratul muntaha, yakni
dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke
alam atas melalui beberapa langit dan
ke sidratul muntaha dan terakhir sampai
ke Arasyi dan Kursy dimana beliau
menerima wahyu dari Allah yang meng
andung perintah shalat lima waktu.
(Abu Ahmadi, 2008: 166).
Isra Miraj Nabi Muhammad
seringkali di kalangan masyarakat kita,
dalam mendefinisikan isra dan miraj,
mereka menggabungkan Isra Miraj
menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Miraj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini penulis bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan miraj,
sejarah isra miraj nabi Muhammad
SAW serta hikmah dari perjalanan isra
miraj Nabi Besar Muhammad SAW.
Isra Miraj adalah dua bagian dari
perjalanan yang dilakukan oleh Nabi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Muhammad dalam waktu satu malam
saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat
perintah untuk menunaikan salat lima
waktu sehari semalam. Isra Miraj
terjadi pada periode akhir kenabian di
Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah.
Menurut al-Maududi dan mayoritas
ulama, Isra Miraj terjadi pada tahun
pertama sebelum hijrah, yaitu antara
tahun 620-621 M. Menurut al-Allamahal-Manshurfuri Isra Miraj terjadi
pada malam 27 Rajab tahun ke-10
kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman
al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan Karena Khadijah
radhiyallahu anha meninggal pada
bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian,
yaitu 2 bulan setelah bulanRajab. Dan
saat itu belum ada kewajiban salat lima
waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6
penda-pat tentang waktu kejadian Isra
Miraj. Tetapi tidak adasatupun yang
pasti. Dengan demikian, tidak diketahui
se-cara persis kapan tanggal terjadinya
Isra Miraj (Murrad, Mustafa, 2007:55)
Peristiwa Isra Miraj terbagi
dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam
Isra, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam diberangkatkan
oleh Allah SWT dari Masjidil Haram
hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Miraj
Nabi Muhammad SAW dinaikkan kelangit sampai ke Sidratul Muntaha yang
merupakan tempat tertinggi. Di sini
Beliau mendapat perintah langsung dari
Allah SWT untuk menunaikan salat
lima waktu. Bagi umat Islam, peristiwa
tersebut merupakan peristiwa yang
berharga, karena ketika inilah salat
lima waktu diwajibkan, dan tidak ada
Nabi lain yang mendapat perjalanan
sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Walaupun begitu, peristiwa ini juga

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 81 -

IAIS Sambas
dikatakan memuat berbagai macam hal
yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Sejarah Kisah Perjalanan Isra Miraj
Nabi Muhammad SAW
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendari buraq bersama Jibril. Jibril
berkata, turunlah dan kerjakan shalat.
Rasulullah pun turun. Jibril berkata,
dimanakah engkau sekarang? Tidak
tahu kata Rasul.Engkau berada di
Madinah, disanalah engkau akan berhijrah, kata Jibril. Perjalanan dilanjutkan
ke Syajar Musa (Masyan) tempat
penghentian Nabi Musa ketika lari dari
Mesir, kemudian kembali ke Tunisia
tempat Nabi Musa menerima wahyu,
lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat
kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan
ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu (Yatim
Badri:87).
Jibril menurunkan Rasulullah dan
menambatkan kendaraannya. Setelah
rasul memasuki masjid ternyata telah
menunggu Para nabi dan rasul. Rasul
bertanya: Siapakah mereka?. Saudaramu para Nabi dan Rasul. Kemudian
Jibril membimbing Rasul kesebuah
batu besar, tiba-tiba Rasul melihat
tangga yang sangat indah, pangkalnya
di Maqdis dan ujungnya menyentuh
langit. Kemudian Rasulullah bersama
Jibril naik tangga itumenuju kelangit
tujuh dan ke Sidratul Muntaha. Dan
sesungguhnya nabi Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain, yaitu di
Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tingal, (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi
oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling
dari yang dilihatnya itu dan tidak pula
melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
(QS. An-Najm: 13 18).

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa
ditemani Jibril Rasulullah membaca
yang artinya: Segala penghormatan
adalah milik Allah, segala Rahmat dan
kebaikan.
Allah berfirman yang artinya: keselamatan bagimu wahai seorang nabi,
Rahmat dan berkahnya. Rasul membaca lagi yang artinya keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah
yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya
menerima perintah ibadah shalat.
Kembalilah kepada umatmu dan
sampaikanlah kepada mereka dari Ku.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul
Muntaha. Jibril berkata: Allah telah
memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah
diberikan kepada seorangpun dari makh
luk-Nya baik malaikat yang terdekat
maupun nabi yang diutus.
Dan Dia telah membuatmu sampai
suatu kedudukan yang tak seorangpun
dari penghuni langit maupun penghuni
bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang
diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang
tiada bandingnya. Ambillah kedudukan
tersebut dengan bersyukur kepadanya
karena Allah Tuhan pemberi nikmat
yang menyukai orang-orang yang bersyukur.
Lalu Rasul memuji Allah atas
semua itu. Kemudian Jibril berkata:
Berangkatlah ke surga agar aku perilhatkan kepadamu apa yang menjadi
milikmu disana sehingga engkau lebih
zuhud disamping zuhudmu yang telah
ada, dan sampai lah disurga dengan
Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat
pun aku biarkan terlewatkan. Rasul
melihat gedung-gedung dari intan
mutiara dan sejenisnya, Rasul juga
melihat pohon-pohon dari emas. Rasul
melihat disurga apa yang mata belum
pernah melihat, telinga belum pernah
mendengar dan tidak terlintas dihati

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 82 -

IAIS Sambas
manusia semuanya masih kosong dan
disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapatmelihatnya.
Semua itu membuat Rasul kagum untuk
seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan
neraka sehingga rasul dapat melihat
belenggu-belenggu dan rantai-rantainya
selanjutnya Rasulullah turun ke bumi
dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
Mandapat Mandat Shalat 5 waktu
Ada hal yang lebih wajar untuk di
pertanyakan, bukannya bagaimana Isra
Miraj, tetapi mengapa Isra Miraj
terjadi? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat allsra, Miraj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat lima waktu.
Jadi, shalat inilah yang menjadi inti
peristiwa IsraMiraj tersebut.
Shalat merupakan media untuk
mencapai kesalehan spiritual individual
hubungannya dengan Allah. Shalat juga
menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian.
Makanya tidak berlebihan apabila
Alexis Carrel menyatakan: Apabila
pengabdian, sholat dan doa yang tulus
kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah mendatangi kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut. Perlu diketahui bahwa
A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama,
tetapi dia adalah seorang dokter dan
pakar Humaniora yang telah dua kali
menerima nobel atas hasil penelitiannya
terhadap jantung burung gereja dan
pencangkokannya. Tanpa pendapat
Carrel pun, AlQuran beberapa abad
yang lalu telah menyatakan bahwa
shalat yang dilakukan dengan khusu
akan bisa mencegah perbuatan keji dan
mungkar, sehingga tercipta tatanan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


masyarakat yang harmonis, egaliter,
dan beretika (Setiawan Arif, 2002:77)
Hikmah Isra Miraj Nabi Besar
Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan
isra dan miraj Nabi Muhammad SAW,
kemudian menjadi ibadah wajib bagi
setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah
wajib lainnya.Sehingga, dalam konteks
spiritual-imaniah maupun perspektif
rasional-ilmiah, Isra Miraj merupakan
kajian yang tak kunjung kering inspirasi
dan hikmahnya bagi kehidupan umat
beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah,
Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376
Hijriyah, melalui buku yang berjudul
asli Kitab al-Mikraj ini, berupaya
memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari
perjalanan agung Isra Miraj Nabi
Muhammad SAW, beserta telaahnya.
Dengan menggunakan sumber primer,
berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadisthadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan
cukup gamblang menuturkan peristiwa
fenomenal yang dialami Nabi itu
dengan runtut. Selain itu, buku ini juga
mencoba mengajak pembaca untuk
menyimak dengan begitu detail dan
mendalam kisah sakral Rasulullah
SAW, serta rahasia di balik peristiwa
luar biasa ini, termasuk mengenai meng
apa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah
berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu
hingga tak bisa dialami orang lain?
Ataukah semacam wisata ruhani
Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi
yang lain dan para wali? Bagaimana
dengan mikraj kita sebagai Muslim?
Serta apa hikmahnya bagi kehidupan
kita? Semua dibahas secara gamblang
dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra Miraj
merupakan perjalanan suci, dan bukan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 83 -

IAIS Sambas
sekadar perjalanan wisata biasa bagi
Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi
perjalanan bersejarah yang akan menjadi
titik balik dari kebangkitan dakwah
Rasulullah SAW. John Renerd dalam
bukuIn the Footsteps of Muhammad:
Understanding the Islamic Experience,
seperti pernah dikutip Azyumardi Azra,
mengatakan bahwa Isra Miraj adalah
satu dari tiga perjalanan terpenting
dalam sejarah hidup Rasulullah SAW,
selain perjalanan hijrah dan Haji Wada.
Isra Miraj, menurutnya, benar-benar
merupakan perjalanan heroik dalam
menempuh kesempurnaan dunia spritual. (T.Djamaluddin, 2011:33)
Jika perjalanan hijrah dari
Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi
permulaan dari sejarah kaum Muslimin,
atau perjalanan Haji Wada yang
menandai penguasaan kaum Muslimin
atas kota suci Mekah, maka Isra Miraj
menjadi puncak perjalanan seorang
hamba (al-abd) menuju sang pencipta
(al-Khalik). Isra Miraj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani
(insan kamil) Sehingga, perjalanan ini
menurut para sufi, adalah perjalanan
meninggalkan bumi yang rendah menuju
langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat dambakan setiap pengamal tasawuf. Sedang
kan menurut Jalaluddin Rakhmat, salah
satu momen penting dari peristiwa Isra
Miraj yakni ketika Rasulullah SAW
berjumpadengan Allah SWT. Ketika
itu, dengan penuh hormat Rasul
berkata, Attahiyatul mubaarakaatush
shalawatuth thayyibatulillah; Segala
penghormatan, kemuliaan, dan keagung
an hanyalah milik Allah saja. Allah
SWT pun berfirman,Assalamualaika
ayyuhan nabiyu warahmatullahi
wabarakaatuh.
Mendengar percakapan ini, para ma
laikat serentak mengumandangkan dua
kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan
bersejarah inilah kemudian bacaan ini
diabadikan sebagai bagian dari bacaan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


shalat. Selain itu, Seyyed Hossein Nasr
dalam buku Muhammad Kekasih
Allah) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah
SAW saat Miraj mencerminkan hakikat spiritual yang dijalankan umat
Islam sehari-hari. Dalam artian bahwa
shalat adalah miraj-nya orang-orang
beriman. Sehingga jika kita tarik
benang merahnya, ada beberapaurutan
dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan
dalam perjuangan yang disikapi dengan
kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Miraj dan perintah
shalat. Dan ketiga, shalat menjadi
senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum
Muslimin untuk bangkit dan merebut
kemenangan. Ketiga hal diatas telah
terangkum dengan sangat indah dalam
salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepadaNya.
Mengacu pada berbagai aspek
diatas, buku setebal 178 halaman ini
setidaknya sangat menarik, karena
selain memberikan bingkai yang cukup
lengkap tentang peristiwa Isra mikraj
Nabi saw, tetapi juga memuat mirajnya
beberapa Nabi yang lain serta beberapa
wali. Kemudian kelebihan lain dalam
buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu YazidalBisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan
ini merupakan rujukan bagi kondisi,
kedudukan, dan perjalanan ruhaninya
menuju Allah. Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain
Allah. Maka, sampai pada satu kesim-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 84 -

IAIS Sambas
pulan bahwa jika perjalanan hijrah men
jadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin atau perjalanan Haji Wada yang
menandai penguasaan kaum Muslimin
atas kota suci Mekah, maka Isra Miraj
menjadi puncak perjalanan seorang
hamba menuju kesempurnaan ruhani..
Dewasa ini, telah terjadi banyak
kesalah pahaman diantara umat Muslim
tentang masjid Al-Aqsa yang sebenarnya. Banyak umat Muslim maupun non
Muslim yang mempublikasikan foto
Masjid Al-Aqsa yang salah, tapi yang
mengkuatirkan saat ini, kebanyakan
umat Muslim memajang foto Qubbatus
Shakrah (Kubah Batu/ Dome of The
Rock) dirumah maupun dikantor mereka
dengan sebutan Masjid Al-Aqsa. Ini
telah menjadi kesalahan umum di dunia
Muslim. Namun tragedi sesungguhnya
adalah bahwa kebanyakan generasi
muda/ anak-anak Muslim (sebagaimana
juga Muslim dewasa) di seluruh dunia,
tidak dapat membedakan antara Masjid
Al Aqsa dengan Qubbatus Shakrah
(Kubah Batu).
Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa
Al-Masjid El-Aqsa merupakan
nama arab yang berarti Masjid terjauh.
10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan malam hari Mekkah
ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan
kemudian menuju langit ketujuh untuk
menerima perintah sholat 5 waktu
dariAllah, peristiwa ini disebut Isra
Miraj. Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat shalat umat
Muslim, selama 16 setengah bulan
setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan
arah kiblat. Ketika masih hidup, Nabi
Muhammad SAW memerintahkan umat
Muslim untuk tak hanya mengunjungi
Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang
berjarak sekitar 2000 kilometer sebelah
utara Mekkah (Mohammad Herry,
2007: 20)

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Masjid Al-Aqsa merupakan bang
unan tertua kedua setelah Kabah di
Mekkah, dan tempat suci dan tempat
terpenting ketiga setelah Mekkah dan
Madinah. Luas kompleks Masjid AlAqsa sekitar 144.000 meter persegi,
atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang
berdiri saat ini. Dikenal juga sebagai Al
Haram El Sharif atau oleh yahudi
disebut Kuil Sulaiman. Kompleks
Masjid Al-Aqsa dapat menampung
sekitar 400.000 jemaah (Masjid AlAqsa menampung sekitar 5.000 jamaah,
selebihnya sholat dikompleks yang berarea terbuka).\
Pembangunan kembali kompleks
Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah
Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab.
Beliau menginginkan untuk dibangun
sebuah masjid di selatan Foundation
Stone
(membelakangi
Foundation
Stone, menghadap selatan/Mekkah).
Pembangunan tersebut dilakukan oleh
Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn
Marwan dan diselesaikan oleh anaknya
Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat
dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.
Di pusat kompleks Kuil Sulaiman,
terdapat Foundation Stone yaitu batu
landasan yang dipercaya umat Yahudi
sebagai tempat Yahweh menciptakan
alam semesta dan tempat Abraham
mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam
batu ini adalah tempat Nabi Muhammad
menjejakkan kakinya untuk Miraj.
Untuk melindungi batu ini, Khalifah
Abd Al Malik Ibn Marwan membangun
kubah dan masjid polygon, yang
kemudian terkenal dengan nama Dome
of The Rock (Kubah batu).
Masjidil Aqsa merupakan kiblat
pertama bagi Umat Islam sebelum
dipindahkan ke Kabah dengan perintah
Allah SWT. Kini berada didalam
kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan
yang demikian, disinyalir pihak Yahudi
telah mengambil kesempatan untuk
mengelirukan pengetahuan Umat Islam

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 85 -

IAIS Sambas
dengan mengedarkan gambar Dome of
The Rock sebagai Masjidil Aqsa. Tujuan
mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya
dan mendirikan kembali haikal Sulai
man. Saat ini,hanya Tembok sebelah
Barat yang tersisa dari bangunan kuil
atau istana Sulaiman yang masih berdiri,
dan pada saat yang bersamaan tempat
ini dinamakan Tembok Ratapan/Wailing Wall oleh orang Yahudi. Apabila
Umat Islam sendiri sudah keliru dan
sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa
yang sebenarnya, maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila
Masjid Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya.
Berikut disertakan terjemahan surat
yang ditulis dandikirimkan oleh Dr.
Marwan kepada ketua pengarang harian
Al-Dastour tentang kekeliruan umat
dan hubungannya dengan rencana
zionis.
Terdapat beberapa kekeliruan
antara Masjidil Aqsa dan The Dome of
The Rock. Apabila disebut tentang
Masjidil Aqsa di dalam media lokal
maupun internasional, foto The Dome
of The Rock-lah yang ditampilkan.
Alasannya adalah untuk mengalihkan
masyarakat umum yang merupakan
siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat
saya tinggal di USA, dimana saya telah
mengetahui bahwa Zionis di Amerika
telah mencetak dan mengedarkan foto
tersebut dan menjualnya kepada orang
arab dan Muslim. Kadangkala dijual
dengan harga yang murah bahkan
kadang diberikan secara gratis agar
Muslim dapat mengedarkannya dimana
saja. Baik dirumah maupunkantor.
Hal ini meyakinkan kita bahwa
Israel ingin menghapuskan gambaran
Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam
supaya mereka dapat memusnahkannya
dan membangun kuil mereka tanpa ada
publikasi. Bila ada yang membangkang
atau memprotes, maka Israel akan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


menunjukkan foto The Dome of The
Rock yang masih utuh berdiri, dan
menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang sungguh
pintar! kita juga merasa heran ketika
bertanya kepada beberapa rakyat arab,
Muslim, bahkan rakyat Palestina karena
mendapati mereka sendiri tidak dapat
membedakan antara kedua bangunan
tersebut.Ini benar-benar membuatkan
kita merasa kesal dan sedih karena
hingga kini Israel telah berhasil dalam
siasat mereka.
Demikianlah, dengan kondisi yang
mengkuatirkan ini,kita sebagai Muslim
hendaklah turut membantu menyebarkan
informasi yang benar kepada saudara
kita dan dunia.
Masa Terjadinya Isra Miraj
Para ulama tarikh banyak berselisih tentang waktu terjadinya isra
miraj. Sebagian ulama berpendapat
bahwa isra miraj terjadi pada tanggal
7 Rabiul awal,sebagian lagi pada tanggal 17 Rabiul awal, sebagian lagi pada
tanggal 27 Rabiul akhir dan sebagian
lagi berpendapat bahwa isra miraj
terjadi pada tanggal tanggal 27 rajab.
Tapi sebagian besar ulama berpendapat
bahwa isra miraj terjadi pada tanggal
27 Rajab Sedangkan tahun terjadinya
Isra Miraj terjadi pada periode akhir
kenabian di Makkah sebelum Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke
Madinah. Yaitu pada malam 27 Rajab
tahun ke-10 kenabian. Wallahu alamu
bis-shawab
Konteks Situasi Terjadinya Isra
Miraj
Kita kenal Isra' wal Mi'raj terjadi
sekitar setahun sebelum Hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib
ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW
dalam situasi yang sangat "sedih",
seolah tiada celah harapan masa depan
bagi agama ini. Selang beberapa masa
sebelumnya, isteri tercinta Khadijah

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 86 -

IAIS Sambas
r.a. dan paman yang menjadi dinding
kasat dari penjuangan meninggal dunia.
Yang kita kenal dengan Ammul husni
(tahun duka cita). Sementara tekanan
fisik maunpun psikologis kafir Qurays
terhadap perjuangan semakin berat.
Rasulullah seolah kehilangan pegangan,
kehilangan arah, dan pandangan itu
berkunang-kunang tiada jelas. Dalam
sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah"
Allah meliputi segalanya, mengalahkan
dan menundukkan segala sesuatunya.
"warahamatii wasi'at kulla syaei",
demikian Allah deklarasikan dalam
KitabNya. Beliau di suatu malam yang
merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah perjuangan,
tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan
dan kegetiran untuk "berjalan-jalan"
(saraa) melihat langsung kebesaran
singgasana Ilahiyah di "Sidartul
Muntaha". Sungguh sebuah "penyejuk"
yang menyiram keganasan kobaran api
permusuhan kaum kafir. Dan kinilah
masanya bagi Rasulullah SAW untuk
kembali "menenangkan" jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan
baju untuk melangkah menuju ke depan.
Kronologi Terjadinya Isra Miraj
Suatu hari malaikat Jibril
datang menemui Nabi dan kemudian
didatangkan buraq, 'binatang' berwarna
putih yang lebih besar daripada keledai.
Sekali melangkah langkahnya sejauh
pandangan mata. Dengan buraq itu
Nabi melakukan isra' dari Masjidil
Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha
(Baitul Maqdis) di Palastina. Nabi menambatkan buroqnya dengan tali dimana
para nabi sering menambatkan kendaraannya di tempat itu. Kemudian Nabi
Muhammad SAW salat dua rakaat di
Baitul Maqdis, setelah selesai sholat
beliau keluar dan Jibril mendatanginya
dengan membawa segelas khamer
(minuman keras) dan segelas susu.
Nabi Muhammad SAW memilih susu.
Kata malaikat Jibril, "Engkau dalam

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kesucian, sekiranya kau pilih khamer,
sesatlah ummat engkau."
Dengan buraq pula Nabi SAW
melanjutkan perjalanan bersama Jibril
naik ke langit . Setelah sampai di langit
yang pertama,Jibril meminta kepada
malaikat penjaga agar dibukakan pintu
langit tersebut, meraka ditanya oleh
malaikat penjaga langit, Siapakah
kamu? Jibril Menjawab:Saya Jibril
kemudian malaikat penjaga langit bertanya kembali,Dan siapa yang bersamamu? Jibril menjawab,Saya bersama
Muhammad, ditanyakan lagi Apakah
Muhammad sudah diutus oleh Allah
untuk datang kesini?, Jibril menjawab
lagi,ya,Muhammad sudah diutus oleh
Allah. Kemudian dibukakanlah pintu
langit tersebut, setelah mereka masuk
ke langit yang pertama itu, dijumpainya
Nabi Adam. Nabi Adam menyambutnya
dengan hangat dan mendoakan baginya
kebaikan. Perjalanan diteruskan ke
langit ke dua, dii langit ke dua dijumpai
nya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit
ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris
dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi
SAW bertemu dengan Nabi Harun di
langit ke lima, dan Nabi Musa di langit
ke enam. Di setiap langit, Jibril meminta kepada malaikat penjaga langit
agar dibukakan pintu langit tersebut,
mereka juga ditanya oleh penjaga
masing-masing langit dengan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan pada
waktu di langit yang pertama tadi.Nabinabi tersebut menyambutnya dengan
hangat dan juga mendoakan kebaikan
sebagaimana yang dilakukan nabi
Adam tadi. Kemudian Nabi bersama
Jibril melanjutkan perjalanan ke langit
ke tujuh,di sana nabi menjumpai nabi
Ibrahim yang sedang menyandarkan
punggungnya ke Baitul Mamur.Baitul
Ma'mur adalah tempat 70.000 malaikat
shalat tiap harinya, setiap malaikat
hanya sekali memasukinya dan tak akan
pernah masuk lagi (Muhammad Husein
Haikal, 2002:66)

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 87 -

IAIS Sambas
Perjalanan dilanjutkan ke Sidaratul Muntaha. Sidratul Muntaha
adalah suatu tempat yang sangat indah,
yang tidak bisa dibayangkan keindahannya oleh seorangpun. Dari Sidratul
Muntaha didengarnya kalam-kalam
.Dari sidratul muntaha dilihatnya pula
empat sungai, dua sungai non-fisik
(bathin) di surga, dua sungai fisik
(dhahir) di dunia: sungai Efrat dan
sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga
gelas berisi khamr, susu, dan madu,
dipilihnya susu. Jibril pun berkomentar,
"Itulah (perlambang) fitrah (kesucian)
engkau dan ummat engkau." Jibril
mengajak Nabi melihat surga yang
indah.
Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib.
Mulanya diwajibkan salat lima puluh
kali sehari-semalam.Kemudian Nabi
menemui Nabi Musa,dan Nabi Musa
menyuruh nabi untuk meminta keinginan kepada Allah, karena Nabi musa
pernah memerintahkan hal itu kepada
Bani Israil,dan mereka tidak sanggup
menjalankannya. Sehingga Nabi Musa
yaqin bahwa ummat Nabi Muhamm
adpun tidak sanggup menjalankannya.
Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW
meminta keringanan dan diberinya
pengurangan sepuluh-sepuluh setiap
meminta.Akhirnya diwajibkan lima
kali sehari semalam. Nabi Muhammad
kembali menemui Musa dan mengatakan
bahwa sholat wajib itu menjadi 5x
shalat dalam sehari. Nabi Musa masih
menyuruh Nabi Muhammad agar
kembali kepada Allah untuk meminta
keringanan, Namun nampaknya Nabi
Muhammad enggan dan malu kepada
Allah untuk meminta keringanan ."Saya
telah
meminta
keringan
kepada
Tuhanku, kini saya rela dan menyerah."
Maka Allah berfirman, "Itulah fardluKu dan Aku telah meringankannya
(menjadi 5x shalat) atas hamba-Ku.
Setiap satu sholat (sebagai pengganti
dari) sepuluh sholat, sehingga genaplah

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


50 kali sholat. Barang siapa berniat
melakukan kebaikan dan tidak melakukannya, maka diulis baginya satu kebaikan. Dan barang siapa yang berniat
kebaikan kemudian dia melakukannya,
maka ditulis baginya sepuluh kebaikan.
Dan barang siapa berniat keburukan, dan
ia tidak melakukannya, maka tidak
ditulis baginya satu keburukan. Dan
barang sapa yang berniat keburukan.
kemudian dia mngerjakannya, maka di
tulis baginya satu keburukan; kemudian
nabi pulang dari langit pada malam itu
ke Masjidil Haram di Makkah.
Tanggapan Kaum Musyrikin Qurays
Keesokan hari setelah nabi
melakukan Isra miraj, beliau datang
ke Masjidi Haram dan akan menyampaikan kejadian itu pada khalayak
ramai. Abu jahal pun tidak ketinggalan
menyaksikannYA dengan congkak dan
sombongnya.Nabi Muhammad menceritakan peristiwa tersebut pada Abu
Jahal.Nabi bercerita bahwa semalam
tadi beliau pergi ke Baitul Maqdis. Tapi
Abu Jahal tidak percaya,bagaimana
mungkin pada malam hari beliau di
Baitul Maqdis dan paginya sudah di
Makkah. Abu Jahal menantang Nabi
untuk menyampaikan hal tersebut pada
semua kaum Quraisy, dan beliau
menyetujuinya.Beliau menyampaikan
ceritanya .Ada yang tertawa terbahakbahak , ada yang keheranan, ada yang
bertepuk tangan, bahkan mengejek.
Kemudian seseorang mendatangi Abu
Bakar dan menceritakan kepadanya
bahwa Nabi Muhammad telah bercerita
tentang kejadian malam itu.Abu bakar
membenarkan Nabi .Orang tadi kebenaran karena Abu Bakar begitu mempercayai Nabi. Sejak saat itulah Abu
Bakar
diberi
gelar
As-Shiddiq
.Sebagian dari mereka mengemukakan
berbagai prtanyaan kepada Nabi tentang
keadaan Baitul Maqdis .Bagaimana
bentuk bangunannya, rupanya, jumlah
pintu, jendela, tiang, dan lain sebagai-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 88 -

IAIS Sambas
nya. Sperti itu untuk menguji kebenaran
Nabi dan sebagai bantahan penghabisan
bagi Nabi. Nabi menjelaskan dengan
tenang karena seketika itu Allah
mengutus Jibril untuk menggambarkan
Baitul Maqdis . Mereka juga bertanya
kepada Nabi tentang Iran, Irak, dan
Habsy yang telah dilewatinya, dan Nabi
menjelaskan keadaannya dengan tenang
dan benar. Skalipun demikian,mereka
tetap tidak percaya dan menganggap
jawaban yg serta merta jelasnya itu
adalah sihir yang nyata.
Nabi Muhammad SAW Mulai
Mengerjakan Sholat
Pada saat isra dan Miraj, Nabi
telah menerima wahyu dari Allah SWT.
Wahyu tersebut mengandung perintah
wajib mengerjakan shalat lima kali (lima waktu) sehari kepada beliau maupun
kepada segenap ummatnya. Keesokan
harinya, sesudah beliau menyampaikan
berita isra miraj kepada kaum
musyrikin qurays dan terutama kepada
para sahabatnya dan pengikutnya,
datanglah malaikat Jibril kepada beliau
untuk menjelaskan dan mengajarkan
cara sholat yang wajib dikerjakan.
Malaikat jibril datang kepada
Nabi dan berkata, Marilah sholat!
,Nabi kemudian melakukan shalat
dzuhur 4 rakaat pada waktu matahari
telah condong (tergelincir). Malaikat
Jibril datang lagi kepada nabi pada
waktu ashar dan berkata , Marilah
shalat!. Lalu Nabi shalat ashar 4 rakaat
pada waktu bayangan menjadi sama
panjang dengan aslinya. Malaikat Jibril
datang lagi kepada nabi pada waktu
magrib dan berkata, Marilah sholat!,
Lalu nabi sholat maghrib 3 rakaat pada
waktu matahari telah masuk(terbenam).
Malaikat jibril datang lagi kepada nabi
pada waktu isya, dan berkata Marilah
sholat!, Lalu nabi sholat isya 4rakaat
pada waktu telah hilang tanda merah
tempat matahari terbenam. Kemudian
Jibril datang kepada nabi pada waktu

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


isya,sehabis tengah malam, Jibril
berkata, Marilah sholat!.Kemudian
Nabi sholat isya 4 rakaat. Kemudian
Jibril datang lagi pada waktu sebelum
terbit matahari, Jibril berkata marilah
sholat!, kemudian beliau sholat subuh
2rakaat.
Isra Miraj Dengan Ruh Atau Jasad
Banyak sekali perbedaan pendapat para ulama tentang hal ini. Apakah
Nabi Muhammad menjalankan isra
miraj dengan ruhnya saja atau kah
dengan jasadnya juga. Orang yang
mengatakan bahwa Isra dan Miraj
Muhammad dengan ruh itu berpegang
kepada keterangan dari Umm Hani dan
Aisyah, beliau mengatakan: Jasad
Rosulullah s.a.w. tidak hilang, tetapi
Allah menjadikan Isra itu dengan
ruhnya. Juga Muawiyyah bin Abi
Sufyan ketika ditanya tentang Isra
Rosul menyatakan: Itu adalah mimpi
yang benar dari tuhan. Disamping
semua itu,orang berpegang pada firman
Allah : Tidak lain mimpi yang Kami
perlihatkan kepada kamu itu adalah
ujian bagi manusia.Sebaliknya orang
yang berpendapat bahwa isra dari
Makkah ke Baitul Maqdis itu dengan
jasad, landasanya ialah apa yang pernah
dikatakan oleh Muhammad , bahwa
dalam isra itu ia berada di pedalaman.
Sedangkan miraj ke langit adalah
dengan ruh. Disamping mereka ada lagi
yang berpendapat bahwa isra dan
miraj itu semuanya dengan jasad dan
ruh. Wallahu alamu bisshawaab...
Makna Pentingnya Isra Miraj
Bagaimanapun ilmu manusia tak
mungkin bisa menjabarkan hakikat
perjalanan isra' mi'raj. Allah hanya
memberikan ilmu kepada manusia
sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya
dengan iman kita mempercayai bahwa
isra' mi'raj benar-benar terjadi dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupa
nya begitulah rencana Allah menguji

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 89 -

IAIS Sambas
keimanan hamba-hamba-Nya (QS. AlIsra:60) dan menyampaikan perintah
salat wajib secara langsung kepada
Rasulullah SAW. Makna penting isra'
mi'raj bagi ummat Islam ada pada
keistimewaan penyampaian perintah
salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan
kekhususan salat sebagai ibadah utama
dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh
setiap Muslim, baik dia kaya maupun
miskin, dia sehat maupun sakit. Ini
berbeda dari ibadah zakat yang hanya
dilakukan oleh orang-orang yang
mampu secara ekonomi, atau puasa
bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi
yang sehat badannya dan mampu
keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam
yang didistribusikan di sela-sela kesi
bukan aktivitas kehidupan, mestinya
mampu membersihkan diri dan jiwa
setiap Muslim. Allah mengingatkan:
"Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Ankabut:45).
Isra Miraj (Integrasi Sain dalam
Aqidah dan Ibadah
Isra miraj bukanlah kisah
perjalanan antariksa. Aspek astronomis
sama sekali tidak ada dalam kajian Isra
miraj. Namun, Isra miraj mengusik
keingintahuan akal manusia untuk
mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah
dan ibadah berintegrasi dengan aspek
ilmiah dalam membahas Isra miraj.
Inspirasi saintifik Isra Miraj mendorong kita untuk berpikir mengintgrasikan sains dalam aqidah dan ibadah.
Mari kita mendudukkan masalah
Isra miraj sebagai mana adanya yang
diceritakan di dalam Al-Quran dan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


hadits-hadits shahih. Kemudian sekilas
kita ulas kesalahpahaman yang sering
terjadi dalam mengaitkan Isra miraj
dengan kajian astronomi. Hal yang juga
penting dalam mengambil hikmah
peringatan Isra miraj adalah menggali
inspirasi saintifik yang mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah
dan menyempurnakan ibadah.
Kisah dalam Al-Quran dan Hadits
Di dalam QS. Al-Isra:1 Allah
menjelaskan tentang Isra: Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW)
pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya, agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. Dan tentang miraj
Allah menjelaskan dalam QS. AnNajm: 13-18: Dan sesungguhnya dia
(Nabi Muhammad SAW) telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain, di Sidratul
Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha)
ada surga tempat tinggal. (Dia melihat
Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi
oleh suatu selubung. Penglihatannya
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak (pula) melampauinya. Sesung
suhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang
paling besar.
Sidratul muntaha secara harfiah
berarti tumbuhan sidrah yang tak
terlampaui, suatu perlambang batas
yang tak seorang manusia atau makhluk
lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi.
Hanya Allah yang tahu hal-hal yang
lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali
penjelasan dalam Al-Quran dan hadits
yang menerangkan apa, di mana, dan
bagaimana sidratul muntaha itu.
Kejadian-kejadian sekitar Isra
dan miraj dijelaskan di dalam haditshadits nabi. Dari hadits-hadits yang

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 90 -

IAIS Sambas
shahih, didapati rangkaian kisah-kisah
berikut. Suatu hari malaikat Jibril
datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan dibersihkannya
hatinya, diisinya dengan iman dan
hikmah. Kemudian didatangkan Buraq,
binatang berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan
Buraq itu Nabi melakukan Isra dari
Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil
Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.
Nabi SAW shalat dua rakaat di Baitul
Maqdis, lalu dibawakan oleh Jibril
segelas khamr (minuman keras) dan
segelas susu; Nabi SAW memilih susu.
Kata malaikat Jibril, Engkau dalam
kesucian, sekiranya kau pilih khamr,
sesatlah umat engkau.
Dengan Buraq pula Nabi SAW
melanjutkan perjalanan memasuki
langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi
Adam yang di kanannya berjejer para
ruh ahli surga dan di kirinya para ruh
ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke
langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit
ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi
Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi
Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke
empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan
Nabi Harun di langit ke lima, Nabi
Musa di langit ke enam, dan Nabi
Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke
tujuh dilihatnya Baitul Mamur, tempat
70.000 malaikat shalat tiap harinya,
setiap malaikat hanya sekali memasuki
nya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul
Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (pena). Dari
sidratul muntaha dilihatnya pula empat
sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di
surga, dua sungai fisik (dhahir) di
dunia: sungai Efrat dan sungai Nil.
Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi
khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu.
Jibril pun berkomentar, Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan
umat engkau. Jibril mengajak Nabi
melihat surga yang indah. Inilah yang

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


dijelaskan pula dalam Al-Quran surat
An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula
Nabi melihat wujud Jibril yang
sebenarnya.
Puncak dari perjalanan itu adalah
diterimanya perintah shalat wajib.
Mulanya diwajibkan shalat lima puluh
kali sehari-semalam. Atas saran Nabi
Musa, Nabi SAW meminta keringanan
dan diberinya pengurangan sepuluhsepuluh setiap meminta. Akhirnya
diwajibkan lima kali sehari semalam.
Nabi enggan meminta keringanan lagi,
Aku telah meminta keringanan kepada
Tuhanku, kini saya rela dan menyerah.
Maka Allah berfirman, Itulah fardhuKu dan Aku telah meringankannya atas
hamba-Ku. Urutan kejadian sejak
melihat Baitul Mamur sampai menerima perintah shalat tidak sama dalam
beberapa hadits, mungkin menunjukkan
kejadian-kejadian itu serempak dialami
Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik
(zhahir) dan non-fisik (bathin) bersatu
dan perlambang pun terdapat di
dalamnya. Nabi SAW yang pergi
dengan jasad fisik hingga bisa shalat di
Masjidil Aqsha dan memilih susu yang
ditawarkan Jibril, tetapi mengalami
hal-hal non-fisik, seperti pertemuan
dengan para Nabi yang telah wafat jauh
sebelum kelahiran Nabi SAW dan pergi
sampai ke surga. Juga ditunjukkan dua
sungai non-fisik di surga dan dua
sungai fisik di dunia. Dijelaskannya
makna perlambang pemilihan susu oleh
Nabi Muhammad SAW, dan menolak
khamr atau madu. Ini benar-benar ujian
keimanan, bagi orang mukmin semua
kejadian itu benar diyakini terjadinya.
Allah Maha Kuasa atas segalanya.
Dan (ingatlah), ketika Kami
wahyukan kepadamu: Sesungguhnya
(ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia;. Dan Kami tidak menjadikan
pemandangan yang telah Kami perilhatkan kepadamu, melainkan sebagai
ujian bagi manusia. (QS. 17:60).

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 91 -

IAIS Sambas
Ketika orang-orang Quraisy tak
mempercayai aku (kata Nabi SAW),
aku berdiri di Hijr (menjawab berbagai
pertanyaan mereka). Lalu Allah menam
pakan kepada saya Baitul Maqdis, aku
dapatkan apa yang aku inginkan dan
aku jelaskan kepada mereka tandatandanya, aku memperhatikannya.
(HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Hakikat Tujuh Langit
Peristiwa Isra miraj yang
menyebut-nyebut tujuh langit mau tak
mau mengusik keingintahuan kita akan
hakikat langit, khususnya berkaitan
dengan tujuh langit yang juga sering
disebut-sebut dalam Al-Quran. Bila
kita dengar kata langit, yang terbayang
adalah kubah biru yang melingkupi
bumi kita. Benarkah yang dimaksud
langit itu lapisan biru di atas sana dan
berlapis-lapis sebanyak tujuh lapisan?
Warna biru hanyalah semu, yang
dihasilkan dari hamburan cahaya biru
dari matahari oleh partikel-partikel
atmosfir. Langit (samaa atau samawat)
berarti segala yang ada di atas kita,
yang berarti pula angkasa luar, yang
berisi galaksi, bintang, planet, batuan,
debu dan gas yang bertebaran. Dan
lapisan-lapisan
yang
melukiskan
tempat kedudukan benda-benda langit
sama sekali tidak ada.
Bilangan tujuh sendiri dalam
beberapa hal di Al-Quran tidak selalu
menyatakan hitungan eksak dalam sistem decimal. Di dalam Al-Quran ungkapan tujuh atau tujuh puluh sering
mengacu pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya, didalam Q.S. AlBaqarah: 261 Allah menjanjikan: siapa
yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah ibarat menanam sebiji benih yang
menumbuhkan tujuh tangkai yang masing-masingnya berbuah seratus butir.
Allah melipatgandakan pahala orangorang yang dikehendakinya. Juga di
dalam Q.S. Luqman: 27: Jika seandai
nya semua pohon di bumi dijadikan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


sebagai pena dan lautan menjadi tinta
nya dan ditambahkan tujuh lautan lagi
maka tak akan habis Kalimat Allah.
Jadi tujuh langit lebih mengena bila
dipahamkan sebagai tatanan bendabenda langit yang tak terhitung banyak
nya bukan sebagai lapisan-lapisan
langit.
Lalu, apa hakikatnya langit dunia. Langit ke dua, langit ke tigasam
pai ke tujuh dalam kisah Isra miraj
munkgin ada orang mengada-ada penaf
siran, mengaaitkan dengan astronomi.
Para penafsir dulu ada yang berpendapat
bulan di langit pertama, matahari di
langit ke empat, dan planet-planet lain
di lapisan lainnya. Kini ada sembilan
planet yang sudah diketahui, lebih dari
tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang
yang ingin mereka-reka. Kebetulan,
dari jumlah planet yang sampai saat ini
kita ketahui, dua planet dekat matahari
(Merkurius dan Venus), tujuh lainnya
termasuk bumimengorbit jauh dari
matahari.
Pengertian langit dalam kisah
Isra miraj bukanlah pengertian langit
secara fisik. Karena, fenomena yang diceritakan Nabi pun bukan fenomena
fisik, seperti perjumpaan dengan para
Nabi yang hakikatnya telah wafat. Lang
it dan Sidratul Muntaha dalam kisah
Isra miraj adalah alam ghaib yang tak
bisa kita ketahui hakikatnya dengan
keterbatasan ilmu manusia. Hanya
Rasulullah SAW yang berkesempatan
mengetahuinya. Isra miraj adalah
mukjizat yang hanya diberikan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan Keluar Dimensi Ruang
Waktu
Isra miraj jelas bukan perjalanan
seperti dengan pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina dan pe
nergangan antariksa dari Masjidil Aqsha
ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul
Muntaha. Isra Miraj adalah perjalanan
keluar dari dimensi ruang waktu.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 92 -

IAIS Sambas
Tentang caranya, iptek tidak dapat
menjelaskan. Tetapi bahwa Rasulullah
SAW melakukan perjalanan keluar ruang waktu, dan bukan dalam keadaan
mimpi, adalah logikanya yang bisa bisa
menjelaskan beberapa kejadian yang
diceritakan dalam hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang
waktu setidaknya untuk memperkuat
keimanan bahwa itu sesuatu yang lazim
ditinjau dari segi sains, tanpa harus
mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu kisah yang hanya
dapat dipercaya saja dengan iman.
Kita hidup di alam yang di batas
oleh dimensi ruang-waktu (tiga dimensi
ruang mudahnya kita sebut panjang,
lebar, dan tinggi , serta satu dimensi
waktu). Sehingga kita selalu memikirkan
soal jarak dan waktu. Dalam kisah Isra
miraj, Rasulullah bersama Jibril
dengan wahana Buraq keluar dari
dimensi ruang, sehingga dengan sekejap
sudah berada di Masjidil Aqsha. Rasul
bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara detail tentang masjid
Aqsha dan tentang kafilah yang masih
dalam perjalanan. Rasul juga keluar
dari dimensi waktu sehingga dapat
menembus masa lalu dengan menemui
beberapa Nabi. Di langit pertama (langit
dunia) sampai langit tujuh berturutturut bertemu (1) Nabi Adam, (2) Nabi
Isa dan Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4)
Nabi Idris, (5) Nabi Harun, (6) Nabi
Musa, dan (7) Nabi Ibrahim. Rasulullah
SAW juga ditunjukkan surga dan
neraka, suatu alam yang mungkin berada
di masa depan, mungkin juga sudah ada
masa sekarang sampai setelah kiamat
nanti.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya
dengan iman kita mempercayai bahwa
isra' mi'raj benar-benar terjadi dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupa
nya, begitulah rencana Allah menguji
keimanan hamba-hamba-Nya (QS. AlIsra:60) dan menyampaikan perintah
salat wajib secara langsung kepada
Rasulullah SAW. Makna penting isra'
mi'raj bagi ummat Islam ada pada
keistimewaan penyampaian perintah
salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan
kekhususan salat sebagai ibadah utama
dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh
setiap Muslim, baik dia kaya maupun
miskin, dia sehat maupun sakit. Ini
berbeda dari ibadah zakat yang hanya
dilakukan oleh orang-orang yang mampu
secara ekonomi, atau puasa bagi yang
kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat
badannya dan mampu keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam yang
didistribusikan di sela-sela kesibukan
aktivitas kehidupan, mestinya mampu
membersihkan diri dan jiwa setiap
Muslim. Allah mengingatkan:

SIMPULAN
Bagaimanapun ilmu manusia tak
mungkin bisa menjabarkan hakikat
perjalanan isra' mi'raj. Allah hanya
memberikan ilmu kepada manusia

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 93 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Mutiara Isra Miraj, Jakarta, Amzah, 2008
Al- Asqalani Ibnu Haja,r Isra Miraj, Qisthi Press, 2010
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Departemen, 1993
Hadi Abdul, Muhammad Sebagai Tokoh Ummat Sepanjang Sejarah, Jakarta: Hijri
Pustaka, 2011
Haikal, Muhammad Husein, Muhammad Sebagai Teladan Ummat, Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2002
Herry, Mohammad, 44 Teladan Kepemimpinan Muhammad SAW, Jakarta: Gema
Insani, 2007
Imam al-Qusyairi, Kisah dan Hikmah Miraj Rasulullah, Qisthi Press, 2010
Murrad, Mustafa, Kisah Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2007
Setiawan Arif, Memahami Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Jakarta: Hijri
Pustaka, 2002
T.Djamaluddin, Isra Miraj: Mujizat, Salah Tafsir dan Makna Pentingnya,
Bandung Inti Press, 2011
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 94 -

KHILAFAH BANI ABBASIYAH;


MASA KEJAYAAN DAN PERSEBARAN BUDAYA ISLAM
Jailani *

ABSTRAK
Kekhalifahan Bani Abbasiyah merupakan babak baru perpolitikan Islam melalui peran
penting yang dimainkan oleh khalifah Abu Al-Abbas, dengan menjadikan Irak sebagai
pusat kekuasaan dinasti Arab Islam ketiga setelah Khulafa Al -Rasyidin dan dinasti
Umayyah. Kebangkitan khilafah Bani Abbasiyah tahun 749 M, tidak hanya
menyiratkan pergantian sebuah dinasti, tetapi lebih dari itu yakni pergeseran struktur
sosial dan perubahan ideologi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebangkitan khilafah
Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi. Masa kejayaan daulah Abbasiyah
merupakan gambaran peradaban yang pernah dicapai umat Islam, ketika secara
konsisten mengejawantahkan ajaran Islam secara kaffah dan universal. Berbagai unsur
kebudayaan masyarakat diikat dalam satu nafas ajaran Islam, seh ingga memberi
semangat dan motivasi untuk saling mengenal dalam berbagai perbedaan suku, bangsa,
adat dan tradisi, yang pada akhirnya menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan yang tinggi.

KATA KUNCI: Bani Abbasiyah, Masa Kejayaan, Budaya, Islam.

Dosen Fakultas Adab & Ushulludin Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Bicara tentang kejayaan Islam di
masa lalu (baca: sejarah), demikian
juga jatuhnya kemuliaan Islam merupakan sebuah nostalgia. Bahkan ada yang
bilang, romantisme sejarah. Namun
menurut Mansur, sejarah pada dasarnya
tidak hanya memberikan romantisme,
tetapi lebih dari itu merupakan refleksi
historis. Dengan kata lain, mempelajari
sejarah keberhasilan dan kesuksesan di
masa silam dapat memberikan semangat untuk membuka babak baru dan
mengukir kejayaan di dalamnya
(Mansur, 2004: 1).
Bukankah masa lalu adalah bagian
dari hidup kita, baik atau buruk, masa
lalu adalah milik kita. Kaum muslimin,
pernah memiliki kejayaan di masa lalu,
di mana Islam menjadi rujukan sebuah
peradaban modern. Fatah Syukur berpendapat bahwa Islam pernah mencapai
kejayaan yang diakui oleh dunia Internasional, dimana banyak orang-orang
non Islam yang belajar kepada ilmuan
muslim, baik secara langsung maupun
tidak. Banyak karya-karya ilmuan
muslim yang dijadikan referensi ilmuan
Eropa sampai hampir tujuh abad
lamanya, seperti karya Ibnu Sina, alGhazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, alKhawarizmi, dan sebagainya (Fatah
Syukur, 2010: 3). Peradaban yang
dibangun untuk kesejahteraan umat
manusia di muka bumi ini.
Mengkaji sejarah berarti menyangkut peristiwa-peristiwa masa lalu, baik
tentang
dimensi
sosial,
politik,
ekonomi, pemerintahan, seni budaya
maupun agama. Terkait perkembangan
kebudayaan Islam berarti menyoroti
dinamika pasang surut kebudayaan
orang Islam dalam suatu kurun waktu
tertentu (Mansur, 2004: 1). Munculnya
suatu daulah, dinasti atau khilafah
(selanjutnya istilah ini akan digunakan
secara bergantian), tentu memiliki latar
belakang sejarahnya sendiri. Oleh
karena itu, sehubungan dengan pemba-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


hasan tentang Khilafah Bani Abbasiyah
penulis akan memaparkan latar belakang berdirinya, masa Kejayaan dan
sekaligus kontribusinya dalam persebaran budaya Islam. Namun fokus pemba
hasan kali ini adalah aspek kebudayaan
Islam yang ada pada masa kekhilafahan
Bani Abbasiyah (749-1258.M), baik
kebudayaan dalam arti fisik maupun
kebudayaan dalam arti pemikiran, ide,
gagasan, dan lain sebagainya.
A. Awal Berdirinya Khilafah Bani
Abbasiyah
Kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan
khilafah Bani Umayyah. Dinamakan
khilafah Bani Abbasiyah karena pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas, paman Rasulullah
SAW (Badri Yatim, 1998: 49). Sementara itu, khalifah pertama Bani Abbasiyah adalah As-Saffah, dikenal dengan
sebutan Abu Al-Abbas, Abdullah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Dia dilahirkan pada tahun 108 H, ada
pula yang mengatakan 104 H, di
Humaimah sebuah tempat dekat Balqa,
besar dan berkembang di tempat
tersebut dan dibaiat sebagai khalifah
pada tanggal 3 Rabiul Awwal 132 H di
Kufah (Imam As-Suyuthi, 2010: 307308).
Babak baru perpolitikan Islam telah
dimulai dengan peran penting yang
dimainkan oleh khalifah Abu AlAbbas, dengan menjadikan Irak sebagai
pusat kekuasaannya. Ia menjadi pendiri
dinasti Arab Islam ketiga setelah
Khulafa Al-Rasyidin dan dinasti
Umayyah. Kekuasaannya sangat besar
dan berlangsung dalam waktu yang
lama, dari 750 M hingga 1258 M (Philip
K. Hitti, 2010: 358). Ahmad Al-Usairy
sedikit berbeda dalam penetapan awal
kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah
yaitu tahun 749 M, sementara beberapa
literatur seperti halnya dalam History

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 81 -

IAIS Sambas
of The Arabs, tercantum tahun 750 M,
sedangkan untuk akhir masa kekuasaannya tidak ada perbedaan. Asumsi
penulis terhadap perbedaan tersebut,
mungkin disebabkan oleh tanggal dan
bulan (penanggalan Hijriyah) pembaiatan khalifah pertama Bani Abbasiyah,
karena dalam beberapa literatur memang tanggal dan bulannya tidak dicantumkan. Apabila tanggal dan bulan
yang dipakai Imam Al-Suyuti, sebagai
mana disebutkan di atas kemudian dicocokan dengan menggunakan software
Hijry Gregorian Converter dari Adel
A. Al-Rumaih, maka hasilnya adalah
lebih tepat tahun 749 M, bertepatan
dengan tanggal 3 Rabiul Awal tahun
132 H.
Berdirinya khilafah Bani Abbasiyah dianggap sebagai kemenangan atas
sebuah konsep yang pernah digaungkan
oleh
Bani
Hasyim
sepeninggal
Rasulullah dengan mengatakan bahwa
yang berhak untuk berkuasa adalah
keturunan Rasulullah dan anak-anaknya (Ahmad Al-Usairy, 2010: 215).
Ath-Thabari mengatakan bahwa: awal
mula kekhilafahan Bani Abbas adalah
Rasulullah memberitahukan kepada
Abbas, pamannya, bahwa khilafah akan
ada ditangan anak cucunya. Sejak itulah Bani Abbas membayangkan dating
nya khilafah tersebut (Imam AsSuyuthi, 2010: 307). Konsep tersebut
menurut Ahmad Al-Usairy tidak bisa
bersaing dan kalah dengan konsep
Islam yang berkembang pada saat itu,
yakni konsep bahwa kekuasaan adalah
hak semua kaum muslimin dan
siapapun berhak selama dia mampu
memegang amanat (Ahmad Al-Usairy,
2010: 215).
Kebangkitan khilafah Bani Abbasiyah tahun 749 M, dinilai oleh para
sejarawan sebagai peristiwa yang unik
dan menarik. Karena yang terjadi bukan
hanya pergantian dinasti, tetapi lebih
dari itu yakni pergantian struktur sosial
dan ideologi (M. Atho Mudzhar, 2007:

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


83). Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebangkitan khilafah Bani Abbasiyah
merupakan suatu revolusi.
Richard Frye seperti dikutip M.
Atho Mudzhar (2007: 83-84), menyatakan bahwa ciri-ciri yang menyertai
kebangkitan khilafah Bani Abbasiyah
ketika itu sama dengan ciri-ciri yang
menyertai revolusi diberbagai negara
modern. Richard Frye menggunakan
teori anatomi revolusi yang dikembang
kan dari Crane Brinton, dimana dinyata
kan bahwa dari empat macam revolusi
yaitu di Inggris, Perancis, Amerika, dan
Rusia, sedikitnya dapat ditarik empat
persamaan atau ciri-ciri dari revolusi
tersebut, yaitu:
a. Bahwa pada masa sebelum revolusi,
ideologi yang berkuasa mendapat
kritik keras dari masyarakat
disebabkan kekecewaan dan
penderitaan masyarakat yang di
sebabkan ketimpangan-ketimpangan
dari ideologi yang berkuasa itu.
b. Mekanisme pemerintahannya tidak
efisien karena kelalaiannya
menyesuaikan lembaga-lembaga
sosial yang ada dengan
perkembangan keadaan dan tuntutan
zaman.
c. Terjadinya penyeberangan kaum
intelektual dari mendukung ideologi
yang berkuasa pada wawasan baru
yang ditawarkan oleh para kritikus.
d. Revolusi itu pada umumnya bukan
hanya di pelopori dan digerakkan
oleh orang-orang lemah dan kaum
bawahan, melainkan juga oleh
sebagian para penguasa karena halhal tertentu yang merasa tidak puas
dengan sistem yang ada.
Dengan menerapkan ciri-ciri revolusi yang ditawarkan Crane Brinton
tersebut, maka Richard Frye empat ciri
berkesimpulan bahwa keempat
revolusi di atas ada pada kebangkitan
khilafah Bani Abbasiyah. Disamping
empat ciri revolusi dimaksud, juga
terdapat beberapa faktor yang dinilai

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 82 -

IAIS Sambas
menjadi penyebab berdirinya khilafah
Bani Abbasiyah diantaranya menurut
Mansur (2004: 34-35) adalah sebagai
berikut:
a. Faktor internal, yaitu kelompok
Abbasiyah merasa lebih utama
daripada Bani Hasyim untuk
mewarisi kepemimpinan setelah
Rasulullah, karena nenek moyang
mereka adalah paman Rasulullah dan
pusaka peninggalan tidak boleh
pihak sepupu.
b. Faktor eksternal, yakni
pemerintahan Bani Umayyah
menerapkan nepotisme yakni
kepegawaian pemerintah,
berdasarkan suku, golongan, dan
kawan.
c. Adanya diskriminasi Arab dan non
Arab, sehingga menghidupkan
kembali fanatik Arab. Atau dengan
kata lain, Bani Umayyah adalah
kerajaan arab yang mementingkan
orang Arab dan melalaikan orang
non Arab (Mawali), sehingga
menimbulkan kekecewaan, yang
kemudian menggalang kekuatan
untuk menggulingkan pemerintah.
d. Adanya paham Khawarij, Syiah,
dan Mutazilah, juga telah
mendorong berdirinya khilafah Bani
Abbasiyah, sebab konsep imamah
dalam Khawarij dan Mutazilah
adalah kepemimpinan merupakan
hak setiap orang Islam. Dengan
demikian, hal ini telah
menghancurkan sistem
kepemimpinan khilafah Bani
Umayyah yang menganggap bahwa
urusan kepemimpinan adalah hak
mutlak kaum Quraisy.
Sementara itu M. Atho Mudzhar
(2007: 86-88), menjelaskan bahwa
setidaknya ada empat teori kebangkitan
khilafah Bani Abbasiyah. Pertama,
teori faksionalisme rasial atau teori
pengelompokkan kebangsaan. Kedua,
teori faksionalisme sektarian atau teori
pengelompokkan golongan atas dasar

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


paham keagamaan. Ketiga, teori faksionalisme kesukuan. Keempat, teori yang
menekankan kepada ketidakadilan ekonomi dan disparitas regional. Dengan
berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah,
maka kepemimpinan umat Islam berpin
dah kepada Bani Abbasiyah dengan
format dan ideologi baru. Revolusi
sosial dan politik ini dilakukan karena
kekuasaan Daulah Bani Umayyah yang
digulingkan dianggap telah korup,
dekaden, otoriter, dan sekuler (Lathiful
Khuluq dalam Siti Maryam dkk., 2009:
100).
B. Masa Kejayaan dan Persebaran
Budaya Islam
Pembahasan tentang masa kejayaan
khilafah Bani Abbasiyah, tentu sangat
terkait dengan subjek atau pelaku dibalik kesuksesan tersebut. oleh karena itu,
pemaparan tentang peranan beberapa
khalifah dinasti Abbasiyah dalam
mendorong perkembangan kebudayaan
Islam dapat menjadi gambaran atas
prestasi yang pernah dicapai. Sebelum
menguraikan pencapaian-pencapaian
tersebut, penulis akan paparkan namanama khalifah yang dalam beberapa
literatur, dinilai punya andil besar
terhadap kejayaan khilafah Bani
Abbasiyah.
Ahmad Al-Usairy (2010: 218)
membagi masa kekuasaan khilafah
Bani Abbasiyah menjadi dua periode:
a. Pemerintahan Abbasiyah periode I,
yang dimulai sejak sejak 132 - 247
H/749-861M. Periode ini merupakan
masa keemasan khilafah Bani
Abbasiyah, yang jumlah khalifahnya
ada sepuluh orang, sebagaimana
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Nama
Khalifa
h
Abul
1. Abbas
Abdulla
N
o

Gelar

Masa
Berkuasa

AsSaffah

132 - 136 H/
749 - 753 M

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 83 -

IAIS Sambas

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

h
bin
Muham
mad
Abu
Jafar
Abdulla
h
bin
Muham
mad
Muham
mad bin
Abdulla
h
bin
Muham
mad
Musa
bin
Muham
mad bin
Abdulla
h
Harun
bin
Muham
mad bin
Abdulla
h
Muham
mad bin
Harun
bin
Muham
mad
Abdulla
h
bin
Harun
bin
Muham
mad
Muham
mad bin
Harun
bin
Muham
mad
Harun
bin
Muham

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

AlMansh
ur

137 - 158 H/
753 - 774 M

AlMahdi

158 - 169 H/
774 - 785 M

AlHadi

169 - 170 H/
785 - 786 M

ArRasyid

170 - 193 H/
786 - 808 M

AlAmien

193 - 198 H/
808 - 813 M

AlMakm
un

198 - 218 H/
813 - 833 M

AlMutas
him

218 - 227 H/
833 - 841 M

AlWatsiq

227 - 232 H/
842 - 846 M

mad bin
Harun
Jafar
bin
1
Muham
0.
mad bin
Harun

AlMutaw
akkil

232 - 247 H/
846 - 861 M

b. Pemerintahan Abbasiyah periode


II, yang dimulai dari tahun 247 656 H/86 - 1258 M. Pada masa ini,
kekhalifahan sangat melemah, karena hilangnya legitimasi
kekuasaan mereka, dimana
dominasi militer sangat menonjol.
Pada periode ini dapat dibagi tiga
dominasi kekuasaan yaitu:
1) Dominasi Turki, yaitu tahun 247
334 H/861 - 945 M.
2) Dominasi Buwaihid, yaitu tahun
334 467 H/945 - 1074 M.
3) Dominasi Saljuk, yaitu tahun 467
656 H/1074 - 1258 M.
Pada periode pertama, khilafah
Bani Abbasiyah mencapai masa kejayaannya. mana secara politis para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat
dan merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus (Badri Yatim,
1998: 50). Menurut Nourouzzaman
Shiddiqi (1996: 33), dinasti Abbasiyah
menginginkan agar semua kebijaksanaannya yang mereka jalankan mendapat
legitimasi agama. Sehingga mereka
sendiri menggunakan gelar-gelar seperti, Al-hadi, Ar-Rasyid, Al-Makmun,
Al-Mutashim dan sebagainya. Hal ini
mengisyaratkan bahwa disamping sebagai pimpinan agama, pada saat yang
bersamaan mereka juga adalah pimpinan pemerintahan. Walaupun bukan
seperti kedudukan seorang Paus dalam
agama Katholik .
Di
samping
itu,
kemajuan
peradaban Bani Abbasiyah sebagiannya
disebabkan oleh stabilitas politik dan
ekonomi. Di mana Baghdad sebagai
pusat kekuasaan Abbasiyah, memiliki
basis pertanian dengan sistem irigasi

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 84 -

IAIS Sambas
yang lebih maju dengan dibangunnya
kanal-kanal menuju sungai Eufrat dan
Tigris. Demikian juga perdagangan
menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Baghdad, karena daerah ini menjadi
kota transit perdagangan antara wilayah
Timur seperti Persia, India, Cina, dan
Nusantara dengan wilayah Barat seperti
negara-nagara Eropa dan Afrika Utara
sebelum ditemukannya jalur laut menuju Timur melalui Tanjung Harapan di
Afrika Selatan (Lathiful Khuluq dalam
Siti Maryam dkk., 2009: 97). Dengan
kepemimpinan yang mampu menjalan
kan amanahnya dan didukung oleh
stabilitas politik serta ekonomi, maka
wajar dinasti Abbasiyah memperoleh
kemajuannya.
Abad X Masehi merupakan abad
pembangunan daulah Bani Abbasiyah
dimana dunia Islam, mulai dari
Cordova di Spanyol sampai ke Multan
di Pakistan mengalami pembangunan
disegala bidang, terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(Musyrifah Sunanto, 2007: 54). Keberhasilan ini pada dasarnya bukan murni
usaha para khalifah Bani Abbasiyah
saja, tetapi merupakan kelanjutan dari
dinasti sebelumnya. Dalam bahasa
Philip K. Hitti (2010: 300), benih telah
disebarkan dan pohon pengetahuan
yang tumbuh rindang pada masa awal
dinasti Abbasiyah di Baghdad jelas
berakar kuat pada masa sebelumnya.
Prestasi luar biasa pada masa
daulah Umayyah yang dapat menaklukan wilayah-wilayah kerajaan Romawi dan Persia merupakan embrio atas
lahirnya prestasi yang lebih hebat lagi
dalam bidang ilmu pengetahuan pada
abad berikutnya. Penelaahan ilmu yang
dimulai sejak daulah Umayyah, kemudian mendapat perhatian serius dan
usaha besar-besaran pada masa daulah
Abbasiyah (Musyrifah Sunanto, 2007:
56). Menurut Harun Nasution (2005:
65), hal inilah yang membedakan antara
keduanya, daulah Umayyah merupakan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


masa ekspansi daerah kekuasaan Islam,
sedangkan daulah Abbasiyah adalah
masa pembentukan dan perkembangan
kebudayaan Islam
Dasar-dasar pemerintahan daulah
Abbasiyah berhasil diletakkan dan
dibangun oleh khalifah pertama yaitu
Abu al-Abbas dan Abu Jafar alManshur, dan terus dikembangkan oleh
khalifah-khalifah berikutnya. Kemajuan peradaban daulah Abbasiyah baru
tercapai ketika masa khalifah Al-Mahdi
(774 - 785 M) dan mencapai puncak
popularitasnya pada masa Harun ArRasyid (786 - 808 M) dan putranya AlMakmun (813 - 833 M). Kekayaan yang
melimpah dimanfaatkan oleh Harun ArRasyid untuk membangun rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter, farmasi,
dan untuk keperluan sosial. Sehingga
kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kesusateraan berkembang sangat pesat (Badri
Yatim, 1998: 52-53).
Keberhasilan tersebut merupakan
hasil dari kebijakan para khalifah
Abbasiyah yang memiliki orientasi
terhadap pembangunan kebudayaan dan
peradaban. Sebagaimana dikemukakan
Mansur (2004: 36-37), bahwa peranan
penguasa Bani Abbasiyah dalam
memajukan ilmu pengetahuan sangat
berarti, diantaranya sebagai berikut:
a. Harun Ar-Rasyid memberikan 4.000
dinar kepada setiap penghafal AlQuran, periwayat Hadits dan yang
mendalami ilmu pengetahuan.
Penerjemahan buku-buku Yunani
dilakukan tidak hanya sekedar
memindahkan bahasa asal ke dalam
bahasa Arab, tetapi dikembangkan
dalam bentuk penelitian intensif
yang pada akhirnya sumber-sumber
Yunani tersebut tidak lagi digunakan
sebagai buku pedoman. Mereka
mampu menerbitkan karya
terbaiknya, misalnya karya Al-Razi
dalam bidang kedokteran yaitu

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 85 -

IAIS Sambas
samllpox and measles (campak dan
cacar).
b. Transfer ilmu pengetahuan dari
Yunani yakni penerjemahan secara
besar-besaran yang ditandai dengan
pendirian lembaga penerjemah yang
dilengkapi berbagai sumber pustaka,
pada masa khalifah Al-Makmun.
c. Khalifah Al-Makmun memberi
imbalan kepada setiap penerjemah
buku dengan emas seberat buku yang
diterjemahkannya.
Sejak awal kelahirannya sampai
masa pemerintahan Al-Mutawakkil
(berkuasa: 846-861 M), telah menjanjikan aliran Mutazilah sebagai mazhab
negara, yang dianggap menjadi pendorong lahirnya kajian ilmu pengetahuan
dalam segala cabangnya. Tercatat
antara tahun 750 M - 850 M, mereka
giat melakukan penerjemahan bukubuku ilmu pengetahuan yang tertulis
dalam bahasaYunani, Persia dan India
kedalam bahasa Arab (Nourouzzaman
Shiddiqi, 1996: 33). Dari upaya-upaya
tersebut, maka lahirlah cabang-cabang
ilmu pengetahuan umum seperti ilmu
kedokteran, astronomi, matematika,
fisika, optika, geografi, sejarah dan
filsafat (Harun Nasution, 2005: 65).
Di samping itu, munculah para
ilmuwan muslim, seperti Abu Abdullah
Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi
(770 - 840 M), dilahirkan di Khwarizm
(Kheva) sebuah kota bagian selatan
sungai Oxus (sekarang Uzbekistan), ia
adalah salah satu ahli matematika yang
menciptakan berbagai cabang ilmu
matematika beserta konsep dasarnya.
Seperti aljabar adalah istilah yang
diambil dari bukunya yang berjudul AlJabar wal Muqabalah. Selain ahli
matematika al-Khawarizmi juga seorang ahli astronomi dan geografi
(Manda Mila dan Triningsih, 2003: 3334). Kemudian Yakub Ibn Ishaq alKindi (800 - 873 M), dilahirkan di Kufa
dan ayahnya adalah seorang pegawai
kerajaan Harun al-Rasyid. Al-Kindi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


atau alkindus (Latin) merupakan seorang filosof yang juga ahli matematika,
fisika, geografi, kedokteran dan musik.
Beberapa karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gherard dan Cremona pada abad
pertengahan antara lain, Risalah dar
Tanjim, Ikhtiyarat al-Ayyam, IlahyatAristu, al-Musiqa, Mad-u-Jazr, dan
Aduiyah Murakkaba (ibid: 45, 47-48).
Selain
itu
ada
Abu
Bakr
Muhammad bin Zakariya al-Razi (864 930 M), lahir di Rayy dekat Teheran,
semula tertarik dengan musik namun
kemudian ia lebih menekuni ilmu
pengobatan, matematika, astronomi,
kimia, dan filsafat. Al-Razi atau Rhazes
(Latin) adalah seorang spesialis di
bidang pediatric (ilmu kesehatan anak),
obsetric (ilmu ahli kandungan), dan
ophthalmology (ilmu tentang mata)
(ibid: 63 dan 65 ). Sementara itu Abu
Ali al-Husain ibn Abdullah Ibn Sina
(980 - 1037 M) seorang kelahiran desa
Afshana dekat Bukhara, sekarang
berada di sebelah selatan Rusia, adalah
ahli kedokteran dan mempunyai
perhatian besar terhadap metafisika dan
beberapa karya Aristoteles. Karya
terbesar ibn Sina adalah kitab al-Qanun
al-Tibb berisi beberapa pemikiran dari
Arab-Yunani yang membahas tentang
obat-obatan (ibid: 111 dan 115 ). Dan
masih banyak lagi tokoh dan ilmuwan
muslim lainnya, yang pada kesempatan
kali ini belum bisa penulis paparkan.
Philip K. Hitti (2010: 381-382),
menilai bahwa kesuksesan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh masuk
nya berbagai pengaruh asing, sebagian
Indo-Persia dan Suriah dan yang paling
penting adalah pengaruh Yunani. Di
Suriah mereka menyerap peradaban
Aramaik yang telah ada sebelumnya
dan telah dipengaruhi Yunani. Di Irak
mereka menyerap peradaban serupa
yang telah dipengaruhi Persia. Hanya
dalam waktu beberapa puluh tahun para
sarjana Arab telah menyerap ilmu dan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 86 -

IAIS Sambas
budaya yang dikembangkan selama
berabad-abad oleh orang Yunani. Dalam proses penyerapannya, gagasangagasan utama Yunani dan Persia Islam
telah kehilangan sebagian besar karakte
ristik utamanya, namun demikian ia
berhasil menempati kedudukan penting
dalam unit budaya abad pertengahan
yang menghubungkan Eropa selatan
dengan Timur Dekat. Lebih lanjut ditegaskan bahwa budaya tersebut dibawa
oleh satu aliran saja, yang bersumber
dari Mesir kuno, Babilonia, Phoenisia,
dan Yahudi, yang semuanya mengalir
ke Yunani, dan kembali lagi ke Timur
dalam bentuk budaya Hellenis. Yang
menarik adalah bahwa dari aliran yang
sama ini dibelokkan kembali ke Eropa
oleh orang Arab di Spanyol dan Sisilia,
yang kemudian membidani lahirnya
Renaisan Eropa.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


nya pun tidak dapat dihindarkan. Masa
keruntuhan ini terjadi pasca pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dan
lemah terutama dalam bidang politik,
meskipun dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan sebenarnya masih mengalami perkembangan. Sampai akhirnya
kekhilafahan Bani Abbas benar-benar
runtuh, tepatnya pada masa khalifah
Al-Mustashim (640-656 H/1242-1258
M), dimana pada tahun tersebut
Baghdad dihancurkan oleh tentara
Mongol (Hulagu Khan).

SIMPULAN
Demikianlah kemajuan politik dan
kebudayaan yang pernah dicapai oleh
pemerintahan Islam pada masa klasik,
kemajuan yang menurut catatan sejarah
tidak ada tandingannya saat itu.
Eksistensi Islam sebagai agama kaffah
dan rahmatan lil alamin betul-betul
menjadi kenyataan. Jika teori siklus
menjelaskan bahwa setiap peradaban
akan mengalami setidaknya tiga masa
(pertumbuhan, kegemilangan, dan keruntuhan), demikian halnya dengan
khilafah Bani Abbasiyah, setelah mencapai masa kegemilangan, keruntuhan-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 87 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam; Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
terj, Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media, 2010.
As-Suyuthi, Iman, Tarikh Khulafa; Sejarah Para Penguasa Islam, terj, Samson
Rahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.
Hitti, Philip K., History of The Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.
Khuluq, Lathiful, Perkembangan Peradaban Islam Masa Daulah Abbasiyah,
dalam Siti Maryam dkk. (ed.), Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, 2009.
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004.
Mila, Manda dan Triningsih (penyusun & alih bahasa), Cendekiawan Islam dari
Geber sampai Tamerlane, Yogyakarta: Kota Kembang, 2003.
Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, Jakarta: UIPress, 2005.
Shiddiqi, Nourouzzaman, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik; Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam, Jakarta: Kencana, 2007.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 88 -

REKONSTRUKSI BUDAYA HUKUM BIROKRASI PELAYANAN


PUBLIK BIDANG KESEHATAN SEBAGAI UPAYA
MEMPERCEPAT PROSES REFORMASI BIROKRASI
Jamiat Akadol *

ABSTRAK
Budaya hokum birokrasi dalam pelayanan kesahatan sangat penting dan menentukan.
Budaya hukum birokrasi yang diharapkan adalah dan diterima oleh masyarakat. Begitu
pentingnya budaya hukum birokrasi dalam pelayanan kesehatan menjadi alasan
penelitian ini dilakukan. Penelitian dengan fokus studi pada budaya hukum birokrasi
dalam pelayangan kesehatan ibu dan bayi (anak) mengajukan permasalahan: (1)
bagaimana budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan saat ini? (2) mengapa budaya
hukum birokrasi pelayanan kesehatan belum mencerminkan rasa keadilan bagi
masyarakat? (3) bagaimana konstruksi ideal budaya hukum birokrasi pelayanan
kesehatan berbasis hukum progresif, sehingga mencerminkan rasa keadilan
masyarakat? Penelitian ini mengungkap bahwa birokrasi pelayanan kesehatan
merupakan model weberian dan maxian yang mempengaruhi budayan hukum birokrasi
yang berakibat pada pelayanan kesehatan berbasis hukum progresif, sehingga
mencerminkan rasa keadilan masyarakat.

KATA KUNCI: Rekonstruksi, Kesehatan, Birokrasi

*Dosen

Fakultas Syariah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Reformasi birokrasi saat ini sudah
menjadi bahan diskusi dan perdebatan
baik di lingkungan akademis, masyarakat bahkan di dalam penyelenggaraan
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah. Menjadi bahan diskusi
dan perdebatan karena setelah ditetap
kan dengan berbagai kebijakan nasional
tentang Reformasi Birokrasi, ternyata
apa yang ingin diwujudkan dari
kebijakan tersebut belum menampakkan
hasilnya bahkan terkesan tidak ada
perubahan kearah yang lebih baik. Hal
ini dibuktikan dari masih buruknya
perilaku birokrasi dalam pelayanan
publik dan investasi. Berdasarkan hasil
survei birokrasi tahun 2010 ternyata
kinerja birokrasi Indonesia dinilai
terburuk kedua di Asia setelah India
yang dianggap terburuk diberi nilai
9,41 ; Indonesia 8,59; Philipina 8,37 ;
Vietnam 8,13; Cina 7,93 ; Malaysia
6,97 ; Taiwan 6,60 ; Jepang 6,57 ; Korea
Selatan 6,13; Thailand 5,53; Hongkong
3,49 ; dan Singapura 2,53. (Ahmad
Ainur Rohman,dkk, 2010: 64).
Pelayanan publik sebagai salah satu
sasaran reformasi birokrasi yang ditetapkan untuk dilakukan perbaikan. Melalui perbaikan pelayanan publik diharapkan kinerja birokrasi dapat dilihat
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sekaligus sebagai alat untuk mengukur keberhasilan pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah karena selain merupakan
amanah Undang-Undang Dasar 1945,
Pasal 28 H ayat (1) ditegaskan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Sebagai hak asasi
manusia, maka pelayanan kesehatan
wajib disediakan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah. Hal tersebut telah

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


diamanahkan oleh Pasal 4 UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Kemudian pada Pasal 14
ayat (2) dalam Undang-Undang kesehatan tersebut ditegaskan kembali bah
wa tanggung jawab pemerintah dikhususkan pada pelayanan kesehatan.
(Hasbullah Thabrany,dkk. 2009, 77).
Ternyata pelayanan kesehatan di
Indonesia dinilai masih sangat buruk,
bahkan Azhari mengatakan sebuah
jorgan, jika anda orang miskin dan ti
dak berduit, janganlah sekali-kali mencoba yang namanya sakit, jika anda
bukan orang yang berpengaruh dan
terkenal jangan minta pelayanan rumah
sakit. (Azhari, 2010, xv). Rendahnya
atau buruknya pela-yananan kesehatan
di rumah sakit tun-jukan dengan sikap
arogansi suatu rumah sakit menyikapi
pasien, yaitu dipraktikkan oleh birokrasi
berikut aparatnya yang berpegang pada
ajaran, kalau urusan bisa diperumit,
mengapa dipermudah. (Ahmad Ainur
Rohman,dkk. 2010, 73).
Permasalahan ini menarik untuk
dianalisis dan atau didiskusikan karena
beberapa alasan. Pertama, saat ini di era
reformasi telah terjadi perubahan paradigma pemerintahan dari kekuasaan
menjadi pelayanan publik yang disenergikan dengan perubahan penyelenggaraan system pemerintahan daerah
dari semula sangat sentralistik menjadi
desentralistik. Hal ini telah dipertegas
dari berbagai produk perundang-undadangan yang memberikan kewenangan
yang seluas-luasnya bagi pemerintah
daerah untuk membuat kebijakan daerah dalam rangka pengingkatan pelaya
nan kepada masyarakat. Kenyataannya
pelayanan publik, terutama pelayanan
kesehatan masih sangat mengecewakan
masyarakat. Kedua, peran birokrasi pemerintahan dalam menggerakan roda
pemerintahan di daerah masih sangat
besar dan diharapkan mampu menyiapkan bahan pertimbangan untuk kebijakan public di daerah karena selain

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 68 -

IAIS Sambas
tinggal dilingkungan masyarakat yang
memerlukan pelayanan publik, juga
aparat birokrasi pemerintahan itu lebih
baik dari pada lembaga lainnya seperti
anggota DPRD dan lembaga swadaya
masyarakat dalam hal pengetahuan dan
keterampilan serta jiwa korsanya yang
tunduk pada peraturan perundangundangan yang berlaku. Meskipun dalam
kenyataannya, birokrasi pemerintahan
yang ada saat ini justru tidak mendukung
sepenuhnya peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Friedman, perilaku birokrasi yang menerima atau menolak
hukum yang berlaku adalah aspek budaya hukum yang amat penting dalam
sistem hukum. Kultur (budaya) hukum
birokrasi tersebut adalah sikap, nilainilai dan pendapat para birokrasi pemerintahan terhadap hukum yang berlaku.
(Lawrence, 1975: 15-16).
Berdasarkan latar belakang di atas,
tulisan ini akan membahas tentang
bagaimana budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia saat ini. Selanjutnya juga dicari
faktor-faktor yang mempengaruhi budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan tersebut dan diakhir tulisan ini
akan mengajukan saran perbaikan (rekomendasi) budaya hukum birokrasi pe
layanan kesehatan dikaitkan dengan stu
ktur hukum dan substansi hukum
pelayanan kesehatan agar masyarakat
menjadi semakin puas dan reformasi
birokrasi, khususnya pelayanan publik
yang ingin dilakukan dapat diwujudkan.
Reformasi Birokrasi Dan Pelayanan
Kesehatan Di Daerah
1.1. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi merupakan upa
ya sistematis, terpadu dan komprehensif
yang ditujukan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (Food governance), termasuk tata kelola pemerintahan yang baik (good public governance). Jadi, reformasi birokrasi ada-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


lah suatu perubahan yang menyeluruh
dan mendasar pada semua aspek kehidupan birokrasi yang dinilai menghalangi terwujudnya birokrasi yang diharapkan. Artinya, ketika birokrasi yang
ingin diubah dan diperbaiki menjadi
lebih baik sesuai dengan harapan masya
rakat, maka yang juga harus diperhatikan dan dipertimbangan adalah tidak
hanya internal birokrasi tetapi juga
aspek eksternal dari birokrasi seperti
dunia usaha dan masyarakat.
(Komarudin, 2011: 57).
Berdasarkan grand desain reformasi birokrasi, bahwa reformasi birokrasi bermakna sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata
kelola pemerintahan Indonesia. Repor
masi birokrasi juga bermakna sebagai
sebuah perubahan besar bagi bangsa
Indonesia dalam menyonsong tantangan
abad ke-21. Jika berhasil dilaksanakan
dengan baik, reformasi birokrasi akan
mencapai sesuatu yang diharapkan,
yaitu:
a. Mengurangi dan akhirnya
menghilangkan setiap
penyalahgunaan kewenangan publik
oleh pejabat di instansi yang
bersangkutan;
b. Menjadikan negara yang memiliki
most improved bureaucracy;
c. Meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat;
d. Meningkatkan mutu perumusan dan
pelaksanaan kebijakan / program
instansi;
e. Meningkatkan efisiensi (biaya dan
waktu) dalam pelaksanaan semua
segi tugas organisasi;
f. Menjadikan birokrasi Indonesia
antisipatif, proaktif dan efektif
dalam menghadapi globalisasi dan
dinamika perubahan lingkungan
strategis.
Dengan demikian reformasi birok
rasi bertujuan untuk untuk menjadikan
birokrasi pemerintah yang profesional
dengan karakteristik adaptif, berinteg-

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
rasi, berkinerja tinggi, bersih dan bebas
KKN, mampu melayani publik secara
baik dan memuaskan, netral atau bebas
dari pengaruh politik, sejahtera, berdedikasi yang tinggi dengan tetap memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode
etik sebagai pegawai negeri. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, sasaran
reformasi birokrasi adalah:
a. Terwujudnya pemerintahan yang
bersih dan bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme;
b. Meningkatnya kualitas pelayanan
publik kepada masyarakat ; dan
c. Meningkatnya kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi.
Reformasi birokrasi diyakini dapat
diwujudkan dalam waktu yang lama yang direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, reformasi birokrasi
disusun dalam dua tingkat pelaksanaan,
yaitu tingkat nasional dan tingkat instansional.
Pada tingkat nasional, pelaksanaan
reformasi birokrasi dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan makro dan meso.
Tingkat pelaksanaan makro menyangkut penyempurnaan regulasi nasional
dalam upaya pelaksanaan reformasi
birokrasi. Sementara tingkat pelaksanaan meso menjalankan fungsi manajerial, yaitu mendorong kebijakan-kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, dan mengkoordinasikan
(mendorong dan mengawal) pelaksana
an reformasi birokrasi ditingkat kemen
terian atau lembaga dan pemerintah
daerah. Pada tingkat instansional (disebut tingkat pelaksanaan mikro)
menyangkut implementasi kebijakan /
program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional dan
menjadi bagian dari upaya percepatan
reformasi birokrasi pada masing-masing kementerian/lembaga dan pemeringah daerah.
Untuk merealisasikan kebijakan
tersebut di atas, disusun program kerja

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


yang berorientasi hasil pada masingmasing tingkat pelaksanaan yaitu :
a. Program untuk tingkat makro, adalah
:
- Penataan organisasi
- Penataan tata laksana
- Penataan sisttem manajemen SDM
aparatur
- Penguatan pengawasan
- Penguatan akuntabilitas kinerja,
dan
- Peningkatan kualitas pelayanan
publik
b. Program tingkat meso, yaitu:
- Menajemen perubahan
- Konsultasi dan orientasi
- Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
- Knowledge management
c. Program tingkat mikro adalah :
- Manajemen peruubahan
- Penataan peraturan perundangundangan
- Penataan dan penguatan
organisasi
- Penataan tata laksana
- Penataan sistem manajemen SDM
aparatur
- Penguatan pengawasan
- Penguatan akuntabilitas kinerja
- Peningkatan kualitas pelayanan
publik
- Monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
Menyadari luasnya cakupan pelaksanaan reformasi birokrasi, maka diperlukan perioritas pelaksanaan reformasi
birokrasi. Pertama, kememterian /
lembaga yang terkait dengan penegakan
hukum, pengelolaan keuangan negara,
pemeriksa dan pengawasan keuangan
negara, dan penertiban aparatur negara.
Kedua, kementerian / lembaga terkait
dengan kegiatan ekonomi, sistem produksi, sumber penghasilan penerimaan
negara dan unit organisasi yang melayani masyarakat secara langsung, termasuk pemerintah daerah. Ketiga, kementerian atau lembaga yang tidak

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
termasuk perioritas pertama dan kedua.
Selanjutnya untuk melaksanakan kebijakan reformasi tersebut di atas telah
ditetapkan 9 (sembilan) Peraturan Men
teri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi pada tahun
2011. Kesembilan peraturan tersebut
adalah:
a. Permenpan RB Nomor7 tahun 2011
tentang Pedoman Pengajuan
Dokumen Usulan Reformasi
Birokrasi oleh kementerian/lembaga
b. Permenpan RB Nomor 8 tahun
2011 tentang Pedoman Penilaian
Dokumen Usulan dan Road Map
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
kementerian / lembaga
c. Permenpan RB Nomor 9 tahun
2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rood Map Reformasi Birokrasi
kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah
d. Permenpan RB Nomor 10 tahun
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Manajemen Perubahan
e. Permenpan RB Nomor 11 tahun
2011 tentang Kriteria dan Ukuran
Keberhasilan Reformasi Birokrasi
f. Permenpan RB Nomor 12 tahun
2011 tentang Pedoman Penataan
Tata Laksana
g. Permenpan RB Nomor 13 tahun
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Quick Wins
h. Permenpan RB Nomor 14 tahun
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Manajemen Pengetahuan
i. Permenpan RB Nomor 15 tahun
2011 tentang Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Tunjangan Kinerja bagi
kementerian / lembaga
Selanjutnya telah ditetapkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan
pemantapan kebijakan reformasi birok
rasi pada tahun 2012 dan di awal tahun
2013, yaitu antara lain :

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


a.

Permenpan RB Nomor 38 tahun


2012 tentang Pedoman Penilaian
Unit Pelayanan Publik
b. Permenpan RB Nomor 39 tahun
2012 tentang Pedoman
Pengembangan Budaya Kerja
c. Permenpan RB Nomor 36 tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan
Standar Pelayanan
d. Permenpan RB Nomor 60 tahun
2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di Lingkungan Kementerian atau Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 96
tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik
f. Permenpan RB Nomor 25 tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
g. Permenpan RB Nomor 35 tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan
Standar
Operasional
Prosedur
Administrasi Pemerintahan
h. Permenpan RB Nomor 1 tahun
2012 tentang Pedoman Penilaian
Mandiri Pelaksanaan reformasi
Birokrasi
i. Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2013.
Meskipun telah ditetapkan berbagai
peraturan perundang-undangan tetang
reformasi birokrasi, telah dilakukan sosialisasi, bahkan telah diberikan remunerasi di berbagai kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah, namun
ternyata praktik tidak terpuji para birokrat, pejabat negara bahkan penegak
hukum telah mencoreng bahkan
merusak kebijakan reformasi birokrasi.
Apakah hal ini sebagai pertanda bahwa

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
reformasi birokrasi gagal dalam memperbaiki perilaku aparatur
birokrasi. (Agus Dwiyanto, 2011: 129).
Ataukah konsep kebijkan, maupun
program reformasi birokrasi itu sendiri
masih setengah matang. (Abdul Malik,
2010: 5).
Di daerah, kebijakan reformasi birokrasi masih dianggap sebagai kebijakan yang membingungkan dan terkesan tidak wajib. Membingungkan dalam
arti kata tidak dipahami secara jelas dan
terukur oleh pegawai/birokrasi.
Kebijakan reformasi birokrasi biasanya hanya dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJ
MD).
Pencantuman kebijakan reformasi
birokrasi tersebut hanyalah pernyataan
sekedar meniru kebijakan nasional.
Implementasi dari kebijakan tersebut
tidak dijabarkan lebih lanjut, sehingga
dipahami secara beragam oleh aparatur
/ birokrasi pemerintahan di daerah.
RPJMD adalah sebuah dokumen peren
canaan pembangunan lima tahunan yang disusun berdasarkan visi dan misi
kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih. Karena RPJMD adalah janji
kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih, maka bukan mustahil kebijakan reformasi birokrasi tidak diprioritaskan atau dengan perkataan lain,
hanya sekedar ingin dianggap taat pada
peraturan atau kebijakan nasional,
tetapi dia sendiri tidak tahu dan atau
tidak perlu tahu. Akibatnya, tidak ada
kebijakan operasional lebih lanjut.
Reformasi birokrasi bukan tugas /urusan wajib daerah yang harus dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh
kepala daerah. Masyarakat lebih memi
lih atau memprioritaskan pembangunan
infrastruktur ekonomi seperti jalan,
jembatan, saluran pengairan dari pada
mereformasi birokrasi. Padahal, mereformasi birokrasi sama pentingnya

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


dengan membangun infrastruktur ekonomi.
Reformasi birokrasi merupakan kebijakan untuk melakukan perubahan
mindset dan culture set. Mind set adalah cara berpikir (pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak). Culture set adalah
budaya kerja, yaitu perubahan budaya
dari penguasa mmenjadi pelayan, mendahulukan peran dari wewenang, tidak
hanya berpikir output tetapi juga outcome, perubahan manajemen kinerja
dan pemantauan praktik tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). (Kommaruddin, 2011: 167).
Reformasi birokrasi adalah perubahan
dari government (pemerintah; peran
pemerintah lebih dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan), penye
lenggaraan dan pengelolaan pemerintahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi merupakan sinergisitas antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
For good governance there is no
place of corruption because plan is not
forced from top and there is no lack of
people participation. There the goverment behave like facilitator and people
in government and NGOs are also
involved. Such governance gives due
importance to private sector also.
Administrator have to improve selfdiscipline on them. (Hoshiar, 2007: 51).
Dengan demikian, reformasi birok
rasi yang ditujukan untuk menerapkan
prinsip-prinsip good governance tersebut pada dasarnya memang harus
didahului oleh perubahan mind set dan
culture set pegawai negeri sipil atau
birokrasi dari yang selama ini mereka
menganggap bahwa hanya merekalah
yang diberikan kekuasaan untuk mengatur dan merubah perilaku mmasyarakat
(masyarakat hanya sebagai objek)
kearahdimana masyarakat dan pasar
(swasta) serta birokrasi (government)
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
Sebelum menganalisis lebih jauh
tentang pelayanan di rumah sakit
(khususnya Rumah Sakit milik pemerintah daerah (RSUD) penulis ingin
merilis beberapa catatan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Walikota Singkawang Geram, demikian
judul berita pada halaman 4 harian
Rakyat Kalbar tanggal 18 Maret 2013.
Walikota Singkawang, Awang Ishak
geram dan sangat kecewa dengan
pelayanan
RSUD
Abdul
Aziz
Singkawang karena ketika dia datang
langsung mengantarkan pasien stroke
yang harus mendapatkan perawatan
pada hari Sabtu tanggal 16 maret 2013,
petugas RSUD tersebut bukan langsung
melayani malah bertanya, siapa yang
bertanggung jawab atas pasien tersebut.
Walikota yang membawa pasien, ya
sayalah yang bertanggung jawab, kok
malah ditanya lagi, demikian diungkap
dalam koran tersebut. Namun, petugas
justru melanjutkan pertanyaan, siapa
yang tukang jaga. Sementara itu,
pengalaman wakil walikota Singkawang
juga diungkap dalam koran tersebut
dimana masyarakat banyak mengeluh
tentang pelayanan buruk RSUD milik
daerah tersebut.
Lain halnya dengan pelayanan
kesehatan di RSUD Soedarso Pontianak.
Cerita banyaknya keluhan masyarakat
atas pelayanan RSUD ini sudah sering
kali baik melalui koran maupun melalui
ungkapan lisan baik oleh pasien,
maupun keluarga pasien. Berita tanggal
19 Maret 2013 menjadi headline harian
pontianak post dengan judul Pegawai
RS Soedarso Tuntut Remunerasi. Hal
yang sama diungkap oleh harian Rakyat
Kalbar pada hari yang sama dengan
judul, Dana Remunerasi di tahan, karyawan RSUD berunjuk rasa. Akibat
unjuk rasa tersebut diungkap puluhan
pasien di ruang fisioterapi RSUD
Soedarso terpaksa menunggu sejak subuh untuk mendapatkan pelayanan.

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Tuntutan pegawai RSUD tersebut
menanyakan remunerasi (jasa layanan)
tahun 2012 belum dibayarkan, kesejah
teraan pegawai/lauk pauk dibayarkan
setiap bulan, pembayaran honorarium
pegawai tidak tetap ditunda 2 bulan agar
dibayarkan dan transparansi. Mengenai
pembagian remunerasi yang tidak
sesuai dengan beban kerja. Peristiwa ini
mendapat tanggapan yang luar biasa,
terutama
oleh
Gubernur
Kalbar
(Cornelis) yang mengancam akan memecat pegawai negeri yang demo tersebut.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas
lebih parah lagi. Penulis pernah mendapatkan pelayanan disalah satu Puskes
mas di Singkawang yang sangat mengecewakan. Karena sakit dan ingin
mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit,
penulis datang lebih awal karena telah
izin tidak masuk kantor. Pukul 07.35
wiba penulis datang ke Puskesmas
tersebut ternyata tidak ada petugas,
walau kantornya sudah dibuka. Penulis
pergi dan kembali lagi pukul 08.20
wiba, ternyata baru satu orang petugas
pendaftaran yang datang. Saya daftar
tetapi tidak langsung dilayani. Saya
tinggalkan lagi Puskesmas tersebut dan
kembali pukul 09.10 wiba. Petugas
suda ada beberapa orang, kemudian
penulis menanyakan apakah berkas
saya telah diterima yang saya sampai
kan tadi pukul 08.20. petugas tersebut
diam, lalu saya ulangi lagi tetapi justru
saya dimarah dengan mengatakan sabar pak, kami sibuk. Spontan penulis
bicara yang mengatakan bahwa saya
sudah datang ke Puskesmas ini pukul
07.35 pagi tapi kosong, jam 08.20 juga
kosong. Kembali petugas itu marah
dengan seolah-olah sibuk, baru diserah
kan berkas saya untuk siap diperiksa
lebih kurang 20 menit setelah itu.
Peristiwa yang saya alami di
Puskesmas Singkawang ternyata juga
terjadi di Puskesmas Pontianak dengan
kasus yang berbeda. Uray Henny

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
Novita, anggota komisi D- DPRD Kota
Pontianak mengatakan bahwa pelayanan kesehatan di Kota Pontianak masih
belum maksimal karena tidak mengakomodir masyarakat yang tidak mampu.
Sementara itu, Mudjiono yang juga
anggota DPRD Kota Pontianak mengungkapkan bahwa ada Puskesmas di
Kota Pontianak yang tutup lebih awal
dari waktu yang ditetapkan, yaitu pukul
11.00 ada beberapa Puskesmas sudah
kosong, padahal waktu pelayanan kesehatan mulai pukul 07.00 hingga pukul
13.00 wiba. (Harian Rakyat Kalbar,
Sabtu, 16 Maret 2013).
Mencermati pelayanan kesehatan
sebagaimana digambarkan di atas sung
guh-sungguh memprihatinkan dan ternyata sangat mengecewakan. Padahal
UUD 1945 telah mengamanahkan bahwa pelayanan kesehatan adalah salah
satu hak asasi manusia. Bukankah
perbuatan tidak memberikan pelayanan
kesehatan atau tidak melayani sesuai
ketentuan tersebut sebagai perbuatan
pelanggaran hak asasi manusia. Demikian pula dalam UU Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan yang menegas
kan bahwa pelayanan kesehatan wajib
disiapkan oleh pemerintah / pemerintah
daerah. Bahkan dalam UU Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa
Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
anti diskriminatif, menyediakan sarana
dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin, pelayanan gawat
darurat tanpa uang muka dan lain
sebagainya yang pelayanan kesehatan
oleh petugas kesehatan yang harus
ditanamkan dalam pola pikir dan tindakannya adalah untuk menyelamatkan
manusia.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan publik lainnya,
pemerintah telah menetapkan ketentuan
yang memberikan kemudahan dan
pengecualian terhadap berbagai persyaratan pengadaan barang dan jasa,

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


pengelolaan keuangan dan pengadaan
pegawai. Pengecualian tersebut dapat
diberikan apabila unit pelayanan publik
(termasuk pelayanan kesehatan) ditetapkan sebagai badan layanan umum
atau badan layanan umum daerah.
Pembentukan Badan Layanan um
um (BLU) dan atau Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) didasarkan pada Undang-undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2005
tentang Badan Layanan Umum dan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yang selanjutnya ditetapkan
ketentuan pedoman tekinis untuk BLUD
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 61 tahun 2007. Pada
pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23
tahun 2005 ditegaskan bahwa BLU
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi
dan produktivitas, dan penerapan
praktik bisnis yang sehat.
BLU/BLUD beroperasi sebagai unit kerja K/L/satuan kerja perangkat
daerah untuk tujuan pelayanan umum
yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh industri induk yang bersangkutan dengan
sebuah keputusan. BLUD dalam menetapkan tarif pelayanan cukup dengan
persetujuan kepala daerah. Kewenangan pengadaan barang dan jasa, peng
angkatan pegawai dan lain-lain diatur
tidak mengikuti ketentuan pengadaan
barang dan jasa pemerintah dan pengangkatan pegawai, tetapi cukup dengan
peraturan kepala daerah. Bahkan, penerima dari jasa jasa layanan yang semula
berupa retribusi, hanya dilaporkan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
sebagai lain-lain PAD yang sah, dan
dimasukkan langsung dalam kas BLUD
bukan kas daerah serta dapat digunakan
langsung tanpa prosedur seperti yang
berlaku bagi SKPD yang tidak menetap
kan PPK-BLUD.
Pelayanan kesehatan merupakan ke
wenangan wajib daerah. (Undangundangan No. 36 Tahun 2009). Sebagai
kewenangan wajib berarti, kewenangan tersebut wajib dilaksanakan dengan
segala konsekwensinya, baik menyang
kut sarana-prasarana, sumber daya manusia dan pendanaan pelayanan kesehatan. Dalam undang-undang kesehatan
diteggaskan bahwa semua unsur ini
wajib disediakan pemerintah, bahkan
dalam anggaran kesehatan dalam
APBN minimal 5 % dan dalam APBD
minimal 10 % diluar belanja aparatur
untuk pelayanan kesehatan. Tetapi me
ngapa masih terjadi keluhan terhadap
tidak tersedianya/kekuranganyang di
alami RSUD di beberapa daerah.
(Harian Kalbar, 28 Februari 2013).
Budaya Hukum Birokrasi Pelayanan
Kesehatan di Daerah sebagai Aspek
Penting Mewujudkan Reformasi
Birokrasi di Daerah
Buruknya pelayanan kesehatan di
Kalimantan Barat dapat dibuktikan dari
rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang indikatornya terdiri dari
daya beli masyarakat, derajat kesehatan
dan kualitas pendidikan. IPM Kaliman
tan Barat Barat dalam beberapa tahun
terakhir berada pada urutan 28 dari 33
propinsi di Indonesia, padahal secara
nasional IPM Indonesia meningkat naik
tiga peringkat dari urutan 124 menjadi
121 di antara 187 negara. (Harian Media
Indonesia, 16 Maret 2013). Terlebih
lagi, terbukti bahwa kasus gizi buruk di
Kalbar masih tinggi. (Harian AP Post,
tanggal 27 Februari 2013).
Rendahnya IPM Kalbar dan Indonesia sangat erat kaitannya dengan
birokrasi pemerintahan Indonesia ka-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


rena birokrasilah sebagai pelaksana
pemerintahan dan pelayanan publik
termasuk pelayanan kesehatan. Dalam
hal ini adalah budaya hukum birokrasi
pelayanan kesehatan. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa telah
begitu banyak ditetapkan peraturan
perundang-undangan (hukum) sebagai
upaya untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, ternyata
hasilnya masih sangat mengecewakan.
Ternyata benar dikatakan oleh Esmi
Warrasih bahwa sebaik apapun hukum
yang dibuat, pada akhirnya sangat ditentukan oleh budaya hukum masyarakat yang bersangkutan. Budaya hukum dimaksud adalah sikap-sikap,
pandangan-pandangan serta nilai-nilai
yang dimiliki oleh birokrasi. (Esmi
Warrasih, 2011: 74). Kultur hukum
adalah elemen sikap dan nilai sosial.
Nilai-nilai dan sikap-sikap yang dipegang oleh para pimpinan dan anggotanya adalah diantara faktor budaya
hukum karena perilaku mereka bergan
tung pada penilaian mereka mengenai
pilihan mana yang dipandang berguna
atau benar. Legal culture refers,then to
those parts of general culture-customs,
opinions, ways of doing and thinking
that bend social force toward or away
from the law and in particular ways.
Legal culture way also effect the rate of
use, that is attitutes toward whether it
is right or wrong, usefull or useless, to
go to court will also enter into a
desicion to seek formal
divorce. (Lawrence 1975:15-16).
Budaya birokrasi yang dalam hal
ini adalah budaya hukuum birokrasi
diakui sebagai penyebab gagalnya pelaksanaan program pembangunan yang
telah disiapkan dengan begitu kompre
hensif. Agus Dwiyantosecara tegas
mengungkapkan bahwa kegagalan birokrasi merespon krisis ekonomi dan
politik secara baik juga amat ditentukan
oleh bagaimana sistem kekuasaan,
akuntabilitas, insentif dan budaya yang

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas
berkembang dalam birokrasi selama
ini. (Agus Dwiyanto, 2006: 3).
Sistem kekuasaan yang sentralistis,
baik dalam tingkat makro dan mikro
telah membuat para pejabat birokrasi
gagal dalam merespon krisis ekonomi
dan politik. Birokrasi yang seharusnya
dijadikan barometer penjaga dan penegak peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, birokrasi
hendaknya netral, bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme serta
profesional. Namun disisi lain birokrasi
ternyata lebih memilih hidup aman
dengan mengikuti keinginan pimpinan
atau pejabat politik, meskipun sikapnya
itu melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini dapat
dimaklumi karena birokrasi masih
dipengaruhi
budaya
patron-klien.
(Kausar, 2009: 12-13). Akibatnya,
dalam memberikan pelayanan publik
masyarakat yang memerlukan pelayanan seringkali diperlakukan tidak
pantas, seperti yang terjadi pada loket
pendaftaran di RSUD dan Puskes mas.
Pasien datang dan bertanya sering kali
tidak dilayani, dicuekin, bahkan
disambut dengan kata-kata kasar seperti, kami sedang sibuk, padahal
mereka sedang ngobrol. Namun ketika
yang datang adalah orang penting,
pimpinannya misalnya maka mereka
langsung memberikan ucapan selamat
pagi pak . Kondisi yang demikian itu
menandakan bahwa birokrat Indonesia
lebih mementingkan kepentingan pimpinan (loyalitas) dari pada kepentingan
masyarakat sebagai pengguna jasa.
Dengan perkataan lain bahwa birokrat
kita lebih mengutamakan kepentingan
negara / penguasa dari pada kepentingan
rakyat.
Praktek budaya paternalistik dan
patron-klien juga terjadi di lingkungan
pelayanan kesehatan baik di Puskesmas
maupun di RSUD milik pemerintah.
RSUD lebih mengutamakan mengejar
target peningkatan PAD dari retribusi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


dan meningkatkan jasa layanan bagi
petugas kesehatan dari pada memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Target
PAD jika berhasil dicapai dianggap
RSUD berkinerja baik, tetapi jika
terjadi sebaliknya dianggap berkinerja
buruk, baik oleh pimpinan pemerintahan
eksekutif maupun anggota DPRD.
Dilain pihak ada RSUD yang memaksa
pasien harus rawat inap padahal tidak
perlu. Namun ada pula kasus di RSUD,
pasien dipulangkan dalam kondisi
pasien masih lemah karena stroke.
Kasus yang sama juga terjadi di beberapa rumah sakit milik pemerintah di
Kalimantan Barat. (Hasbullah, 2009:
78).
Walikota Singkawang pantas marah
dengan perilaku petugas pelayanan
kesehatan pada RSUD Dr.Abdul Aziz
karena pihak RSUD menanyakan siapa
yang bertanggung jawab dan siapa yang
menjaga pasien. Pasien gawat darurat
harus dilayani dan berdasarkan Undang-undang Rumah Sakit tidak boleh
atau dilarang dimintai uang muka. Hal
ini berarti pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku (meskipun tidak
secara tegas meminta uang muka), tetapi
dengan menanyakan siapa yang bertanggung jawab, sudah mengarah kesana. Kemudian, yang menjaga pasien
seharusnya adalah perawat, bukan keluarga pasien. Lalu apa kerja perawat,
padahal mereka telah digaji oleh peme
rintah daerah untuk tugas tersebut.
Bahkan seringkali dijumpai dalam pelayanan kesehatan, sangat sulit mencari
dokter spesialis di RSUD padahal
banyak pasien yang perlu diberikan
tindakan medik. Dokter spesialis adalah
orang yang sangat penting, sehingga
terkesan sesuka hati nya memberikan
pelayanan. Mereka lebih mengutamakan pasien yang berada di rumah sakit
swasta di ruang VIP dari pada pasien di
RSUD, padahal dokter spesialis yang
dimaksud adalah PNS yang ditugaskan
di RSUD yang telah diberi remunerasi

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

IAIS Sambas
beberapa kali lipat dari dokter umum
bahkan jauh lebih besar dari pada
penghasilan seorang PNS dengan
pangkat tertinggi di daerah tersebut.
Mereka juga diberi fasilitas mobil dan
rumah dari dana APBD daerah tersebut.
Dan mengapa kepala daerah atau sekda
tidak menegurnya, atau direktur RSUD
karena sesuai ketentuan PP No.53 tahun
2010 tentang disiplin PNS jawabnya
pasti sulit karena keberadaan dokter
spesialis sangat diharapkan/sangat diperlukan oleh masyarakat, jika mereka
pindah, maka masyarakat yang dirugikan.
Masyarakat yang berobat di RSUD
kebanyakan adalah pasien jamkesmas,
askes dan jamkesda serta pasien jampersal. Apakah karena pasien yang demikian itu, maka dokter lebih mengutamakan pasien di Rumah Sakit swasta
yang segera setelah tindakan medik,
maka jasa layanan dapat langsung
diperoleh. Sementara itu jasa layanan
bagi pasien askes, jamkesmas, jamkesda
dan jampersal harus menunggu klaim
dengan asuransi dan pemerintah. Kalau
beenar itu jadi tujuan maka menurut
Alexandra Ide bahwa tindakan tersebut
adalah tindakan tidak beradab. Dokter
yang menjadikan RSUD sebagai tempat
sambilan (bukan yang utama) tentunya
cara kerja dan perlakuannya asalasalan, sekedar datang pegang-pegang
sedikit langsung beri resep. Pertanyaannya, dimana idealisme ketika masih
jadi mahasiswa kedokteran, dimana
tanggung jawab kemanusiaan yang
konon katanya lebih mengutama-kan
menyelamatkan manusia. (Alexandra,
2012, 321).
Ternyata dokter dan rumah sakit
lebih mementingkan uang dari pada
menyelamatkan orang. Mungkinkah ini
sebagai ekses dari liberalisasi yang
sudah merasuk ke dalam pelayanan
kesehatan di tanah air yang tercinta ini.
Mencermati kondisi pelayanan kesehatan tersebut di atas, sebenarnya baik

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Gubernur Kalbar maupun Walikota
Singkawang tidak perlu marah, apalagi
mau memecat PNS yang berdemo di
RSUD tersebut. Seharusnya pimpinan
daerah tersebut lebih arif karena memang ada masalah dengan sistem pela
yanan kesehatan kita saat ini. Diberi
kesempatan untuk menerapkan PPKBLUD mengapa tidak dilakukan.
Kebijakan BLUD memberi kemudahan
pengelolaan keuangan RSUD, sehingga
mempercepat pelayanan kesehatan.
Artinya, untuk keperluan barang pakai
habis tidak perlu harus menempuh caracara yang rumit karena dengan BLUD,
Satuan Kerja Perangkat Daerah RSUD
mengelola sendiri uang dari pelayanan
kesehatan.
Dilain pihak, bagaimana mungkin
pelayanan kesehatan di Singkawang
akan lebih baik karena alokasi dana
pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan
dan RSUD Abdul Aziz pada tahun 2010
(8,80 % dari APBD), tahun 2011 (9,19
% dari APBD), tahun 2012 (11,1% dari
APBD) dan tahun 2013 (9,93% dari
APBD). Padahal berdasarkan Pasal 171
ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan ditegaskan
bahwa belanja kesehatan diluar gaji
aparatur minimal 10 persen.
Pemerintah Propinsi Kalbar pun
ternyata kurang memperhatikan pelayanan kesehatan yang dibuktikan dari
belanja langsung yang diperuntukkan
bagi pelayanan kesehatan dalam
APBDnya sejak tahun 2009. Pada tahun
2009 hanya 6,81%, tahun 2010 sebesar
7,03%, tahun 2011 sebesar 8,04% dan
pada tahun 2012 sebesar 5,53% serta
pada tahun 2013 hanya sebesar 6,24%
dari APBD Propinsi Kalbar.
Dengan ketersediaan dana pelayanan kesehatan yang dialokasikan dalam
APBD kedua daerah tersebut sudah
dapat dipastikan bahwa sektor kesehatan
belum menjadi perioritas daerah.
Akibatnya sudah dapat dipastikan
bahwa IPM Kalbar akan sulit

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 77 -

IAIS Sambas
ditingkatkan, pelayanan kesehatan akan
sulit diharapkan mampu memuaskan
masyarakat. Akibat lebih lanjut adalah
sulit diharapkan dapat diwujudkan
kesejahteraan masyarakat di daerah ini.
Rekonstruksi Budaya Hukum
Birokrasi Pelayanan Kesehatan
Merekonstruksi atau dalam tulisan
ini disamakan artinya dengan merubah
dari suatu keadaan yang kurang baik,
kurang tepat atau kurang sesuai dengan
harapan banyak orang menjadi lebih
baik adalah sesuatu kegiatan yang tidak
mudah dan memerlukan perencanaan
dan berkesinambungan. Terlebih lagi
merubah budaya hukum birokrasi di
Indonesia yang dianggap sebagai warisan dari budaya masa kerajaan, masa
penjajahan (kolonialisme) dan masa
pemerintahan orde lama dan orde baru.
Merubah budaya hukum birokrasi juga
terkait dengan budaya masyarakat pada
umumnya karena menurut Masoed
dalam Agus Dwiyanto bahwa kultur
dalam masyarakat Indonesia pada
umumnya cenderung kondusif untuk
mendorong terjadinya korupsi, seperti
adanya nilai-nilai atau tradisi pemberian hadiah kepada pejabat pemerintah.
(Agus Dwiyanto, 2008: 30). Disamping
itu, terdapat sebagian masya rakat
Indonesia terutama birokrasinya yang
mempunyai sikap segan terhadap
pekerjaan yang bersifat memberi pelayanan pada orang lain. (Koetjaraning
rat, 1987, 27). Diperparah lagi dengan
mentalitas bangsa Indonesia yang meremehkan mutu, mental menerbas, sifat
tidak percaya kepada diri sendiri, sifat
tidak disiplin dan sifat mentalitas yang
suka mengabaikan tanggung jawab
yang kokoh. (Agus Dwiyanto, 2008:
30).
Merubah budaya hukum birokrasi
juga terkait erat dengan merubah sistem
hukum karena sistem hukum is a
complex organism in which structure,
substance and culture interact. The

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


structure of a system is its skeletal
framework : it is the permanent shape,
the institutional body of the system the
tough, rigid bones that keep the process
flowing with inbounds. The substance is
composed of substantive rules and rules
about how institutions should behave.
And the legal culture is the element of
social attitude and value. (Lawrence,
14-16). Jadi, membahas budaya hukum
birokrasi tidak akan terpisah, bahkan
terkait sangat erat dengan substansi /
aturan yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan dan stuktur hukum adalah lembaga, termasuk pejabat
stuktural dalam organisasi birokrasi.
Merubah / merekonstruksi budaya
hukum birokrasi dengan demikian
hendaknya diawali dengan menyempur
nakan berbagai kebijakan nasional di
bidang aparatur. Penyempurnaan kebijakan tentang birokrasi akan mendorong terciptanya kelembagaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah, manajemen pemerintah dan manajemen SDM aparatur yang efektif, serta
ssistem pengawasan dan akuntabilitas
yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas tinggi. Implementasinya akan mendorong perubahan mind set dan culture set pada
setiap birokrat kearah budaya yang
lebih profesional, produktif dan akuntabel. (Peraturan Presiden Nomor 81:
2010).
Berkenaan dengan kebijakan reformasi birokrasi tersebut di atas, kiranya
yang paling utama dilakukan adalah
rekonstruksi mind set atau cara berpikir
tentang hukum birokrasi pelayanan
kesehatan, kedua rekonstruksi tentang
perilaku birokrasi dalam melaksanakan
hukum pelayanan publik bidang kesehatan.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 78 -

IAIS Sambas
Rekonstruksi Cara Berpikir Birokrasi
Merubah mind set atau cara berpikir birokrasi adalah pekerjaan paling
sulit karena merubah sesuatu yang
sudah biasa dilakukan. Roger Cannors
dan Tom Smith mengemukakan bahwa
experience leaders know that changing
the culture can mean changing the game
by growing faster than your rivals,
beating a bad economy, revolu-tioni
zing the value proposition of your
organization, or a host of other competetation-beating achievement. Managing the culture so that it produces the
result you are looking for has become
an essential role of leadership and core
management strategy. (Roger Cannor,
2011: 7). Oleh karena dalam merubah
mind set atau cara berpikir birokrasi
hendaknya terlebih dahulu harus diper
hatikan empat perma salahan paling
mendasar yang beraspek budaya, yaitu
:pengelolaan perubahan (managing
change), pengembangan kepemimpinan
(develop leaders), peng elolan SDM
(managing people), dan budaya kerja
(governance culture).
(Agus Pramarinto, 2009: vi)
Keempat aspek ini seyogyanya men
dapat perhatian utama karena menyang
kut soft side of change yang berbasis
budaya untuk merubah mind set dan
atau cara berpikir birokrasi.
Mind set birokrasi pemerintahan
saat ini masih menganggap dirinya
yang terbaik dari orang lain karena
mereka adalah aparat pemerintah yang
diberi kekuasaan untuk mengatur dan
menertibkan masyarakat. Masyarakat
harus mau dan mengikuti apa saja yang
telah diputuskan oleh pemerintah melalui birokrasi. Birokrasi adalah penguasa bukan pelayan masyarakat.
Cara berpikir birokrasi yang hanya
terpaku pada prosedur dan ketentuan
yang berlaku, tanpa melihat kondisi
masyarakat dan nilai-nilai keadilan dan
kemanusiaan adalah pola pikir yang
harus diubah. Birokrasi pelayanan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


kesehatan hendaknya tidak melihat
siapa yang dilayani, tetapi perhatikan
seberapa penting kondisi seseorang
untuk dilayani. Seorang pasien yang
stroke, tergolong sangat darurat untuk
diberikan tindakan medik. Segera beri
kan pertopongan dengan tujuan utama
menyelamatkan manusia. Seorang petugas pelayanan kesehatan yang hanya
memandang aspek prosedural dan ketentuan standar pelayanan semata ada
lah cara berpikir yang melihat hukum
sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan. Cara berpikir yang demikian itu
mengabaikan nilai kearifan dan nilai
keadilanyang sangat diperlukan dalam
pelayanan kesehatan di daerah.
(Syamsudin, 2012: 235).
Satjipto Rahardjo mengemukakan
bahwa hukum tidak pernah beroperasi
dalam keadaan hampa lingkungan.
Perlu diingat bahwa hukum bekerja
melalui manusia. Jalannya hukum turut
ditentukan oleh sarana perlengkapan
lain dalam masyarakat, seperti tradisi,
lembaga-lembaga sosial lainnya, sikapsikap kolektif dan pandangan yang
dominan dalam masyarakat. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan tugas
nya seorang petugas pelayanan kesehatan, selain memahami berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka mereka harus mempelajari kultur
masyarakat dimana mereka bekerja,
dan juga hendaknya mempelajari terle
bih dahulu sikap dan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
(Satjipto Raharjo, 2009: 20)
Seorang dokter yang hanya ingin
mencari keuntungan materi, pasti tidak
akan diterima di lingkungan masyarakat yang tingkat sosial ekonominya
rendah. Faktanya, dalam masyarakat
pedesaan masyarakat lebih senang dengan seorang perawat dari pada dokter
karena dengan perawat mereka boleh
berhutang atau dibayar dengan barang
dan setiap kali berobat selalu diberikan
injeksi. Banyak masyarakat yang merasa

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 79 -

IAIS Sambas
belum berobat jika tidak di injeksi
(disuntik).
Rekonstruksi Perilaku Birokrasi
Pelayanan Kesehatan
Untuk merealisasikan arah kebijakan reformasi birokrasi, pemerintah
telah menetapkan peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 39 tahun
2012 tentang Pedoman Pengembangan
Budaya Kerja. Peraturan tersebut sebagai penyempurnaan Keputusan Menpan
Nomor: 25/Kep/M.PAN/4/2002 tentang
Pedoman Pengembangan Budaya Kerja
Aparatur Negara.
Peraturan Menpan tersebut dituju
kan untuk: (a). Membantu pengembangan budaya kerja dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi, (b). Membantu
kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah untuk mendorong perubahan
sikap dan perilaku pejabat serta pegawai di lingkungan masing-masing agar
dapat meningkatkan kinerja untuk
mempercepat pelaksanaan reformasi
birokrasi, dan (c). Memberikan panduan
dalam merencanakan, melaksanakan
serta memonitoring dan evaluasi pelak
sanaan pengembangan budaya kerja.
Sasarannya adalah terciptanya perubahan pola pikir dan budaya kerja
aparatur negara menjadi budaya yang
mengembangkan sikap dan perilaku
kerja yang berorientasi pada hasil
(outcome) yang diperoleh dari produktuvutas kerja dan kinerja yang tinggi
untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pengembangan budaya
kerja ini diharapkan bermanfaat untuk
berperan, berprestasi, aktualisasi diri,
mendapat pengakuan, penghargaan,
kebanggaan kerja, rasa ikut memiliki
dan bertanggung jawab, memperluas
wawasan serta meningkatkan kemampuan memimpin dan memecahkan masalah.
Harus diakui bahwa kebijakan yang
dibuat oleh Menpan untuk merubah

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


budaya kerja bagi birokrasi adalah dinilai sudah cukup baik. Namun
demikian budaya birokrasi yang ingin
dirubah hanya dalam batas tertentu atau
lingkup terbatas bidang administrasi.
Padahal, permasalahan birokrasi di
Indonesia sudah sangat memprihatinkan, yaitu persoalan korupsi yang sudah menjalar kemana-mana. Korupsi
terjadi paling banyak di lingkungan
pelayanan publik yang dilakukan oleh
aparatur negara / birokrasi. Bahkan
menurut kepala Ombudsman Perwakilan Kalimantan Barat pemerintah
dinilai masih belum memiliki kemauan
yang sungguh-sungguh untuk memberikan pelayanan publik yang berkulitas
sesuai Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Tolok ukurnya adalah pengawasan
internal yang tidak memenuhi harapan
masyarakat, pengaduan yang disampai
kan masyarakat kerap tidak direspon
sebagaimana mestinya dan pemerintah
belum melakukan apa yang semestinya
dilakukan dalam memberikan pelayanan
publik. Jika pemerintah menerapkan
ketentuan pelayanan publik seperti
yang tertera dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, maka
dapat diyakini budaya hukum birokrasi
pelayanan publik akan berubah. (Harian
AP Post tanggal 4 Nopember 2012).
Indonesia adalah negara hukum,
dimana setiap tindakan penyelenggara
negara hendaknya berdasarkan atas
kaedah hukum yang berlaku. Kenyataannya tidaklah sebagaimana seharusnya.
Ancaman hukum terhadap perbuatan
melanggar hukum, termasuk dalam pelayanan kesehatan begitu jelas, ternyata
belum juga dilaksanakan. Tentu saja
hal tersebut tidak akan membuat petugas pelayanan kesehatan menjadi takut
berbuat melanggar hukum yang berlaku,
justru semakin tak terkendali. Mungkin
kondisi ini yang mendasari pernyataan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 80 -

IAIS Sambas
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Kalimantan Barat yang mengatakan
bahwa hanya orang gila atau hampir
gila yang mau menjadi Direktur Rumah
Sakit. (Harian Rakyat Kalbar 8 Maret
2013.
Berbagai permasalahan dalam pela
yanan kesehatan sebagaimana dikemukakan di atas kunci penyelesaiannya
adalah pada perilaku atau tindakan birokrasi pelayanan kesehatan, atau dengan perkataan lain adalah dipengaruhi
oleh budaya hukum birokrasi pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya
hendaknya melakukan langkah-langkah
konkrit membangun budaya hukum
birokrasi yang berlandaskan pada pola
pikir: (Romli Atmassasmita, 2012: 8384).
(a). Hukum sepatutnya dipandang
bukan hanya sebagai perangkat norma
yang harus dipatuhi oleh masyarakat
melainkan juga harus dipandang sebagai
sarana hukum yang membatasi wewenang dan perilaku aparat hukum dan
pejabat publik;
(b). Hukum bukan hanya diakui sebagai
sarana pembaharuan masyarakat sematamata, akan tetapi juga sebagai sarana
pembaharuan birokrasi;
(c).Kegunaan dan kemanfaatan hukum
tidak hanya dilihat dari kacamata kepen
tingan pemegang kekuasaan (negara)
melainkan juga harus dilihat dari kaca
mata kepentingan pemangku kepentingan (stake holder) dan kepentingan
korban-korban (victims)
(d). Fungsi hukum dalam kondisi
masyarakat yang rentan (vuluarable)
dan dalam masa peralihan (transisional),
baik dalam bidang sosial, ekonomi dan
politik, tidak dapat dilaksanakan secara
optimal hanya dengan menggunakan
pendekatan preventif dan responsif
semata melainkan juga diperlukan
pendekatan restoratif dan rehabilitatif;
(e). Agar fungsi dan peranan hukum
dapat dilaksanakan secara optimal

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


dalam pembangunan nasional, maka
hukum tidak semata-mata dipandang
sebagai wujud dari komitmen politik,
melainkan harus dipandang sebagai
sarana untuk mengubah sikap dan cara
berpikir (mind set) dan perilaku
(behavior) aparatur birokrasi dan
masyarakat bersama-sama.
Berdasarkan pola pikir tersebut,
kiranya pemerintah dan pemerintah
daerah melakukan :
(a). Memberi wewenang yang lebih luas
kepada Sekretaris Daerah dan sekretaris
Kementerian/Lembaga sebagai pembbina pegawai negeri untuk menegakkan
berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi pembinaan pegawai
negeri di masing-masing unit kerjanya
(b).Memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk membentuk
produk hukum daerah tentang pengembangan budaya hukum birokrasi berbasis budaya lokal
(c). Mewajibkan agar setiap unit
pelayanan kesehatan milik daerah
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD). Diberikan sanksi pencabutan
izin operasional jika tidak mengindahkan aturan tersebut, bahkan pimpinannya diberikan sanksi pemberhentian
sebagai pegawai negeri.
PENUTUP
Reformasi birokrasi memang masih
baru digulirkan di Indonesia, namun
gemanya sangat kuat sehingga menerobos dunia ilmu pengetahuan. Terjadi
pergeseran paradigma yang begitu nyata dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu hukum. Reformasi birokrasi ternyata bukan hanya
merubah mind set dan culture set birok
rasi dari aspek administrasi public, ternyata juga berimplikasi pada aspek
hukum, politik, ekonomi, sosiologi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Oleh karena
itu untuk mempercepat reformasi birok
rasi di Indonesia hendaknya melibatkan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 81 -

IAIS Sambas
berbagai ilmu secara terpadu. Budaya
hukum birokrasi pelayanan publik adalah sebuah konsep yang ditawarkan
untuk mempercepat dan mendukung
kebijakan pelayanan publik, termasuk
pelayanan kesehatan.
Berbagai permasalahan dalam pelayanan kesehatan sebagaimana dikemu
kakan di atas, maka kunci penyelesaian
nya adalah melalui rekonstruksi budaya
hukum birokrasi pelayanan public bidang kesehatan sebagai upaya memper
cepat proses reformasi birokrasi di
Kalimantan Barat adalah yaitu dengan
merubah perilaku atau tindakan birokrasi pelayanan kesehatan, atau dengan
perkataan lain adalah dengan mempengaruhi budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, peme
rintah daerah sesuai dengan kewenangan hendaknya melakukan langkahlangkah konkrit membangun budaya
hukum birokrasi yang berlandaskan
pada pola pikir.
Selanjutnya, agar pemerintah daerah
melakukan langkah-langkah konkrit seperti: (a) memberi wewenang yang lebih luas kepada sekretaris daerah sebagai pembina pegawai negeri untuk menegakan berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku bagi pembinaan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


pegawai negeri di masing-masing unit
kerjanya (b) memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mimbentuk produk hukum daerah tentang
pengembangan budaya hukum birokrasi
berbasis budaya lokal dan (c) mewajib
kan agar setiap unit pelayanan kesehatan
milik daerah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD). Diberikan sanksi
pencabutan izin operasional jika tidak
mengindahkan aturan tersebut, bahkan
pimpinannya diberikan sanksi pemberhentian sebagai pegawai negeri.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 82 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Alexandra Ide. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Grasia
Publisher.Yogyakarta.
Ali, Achmad dan W.Haryani. 2012. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap
Hukum. Kencana. Jakarta
Ambar Widyaningrum and Jin Park. 2011. Governance Reform in Indonesia and
Korea : A Comparative Perspective. Gajahmada University
Press.Yogyakarta.
Asmara, Teddy. 2011. Budaya Ekonomi Hukum Hakim. Fasindo. Semarang.
Atmasasmita, Romli. 2012. Teori Hukum Integratif : Rekonstruksi terhadap
teori hukum pembangunan dan teori hukum progresif. Genta Publishing.
Yogyakarta.
Azhari. 2011. Mereformasi Birokrasi Publik di Indonesia : studi perbandingan
intervensi pejabat politik terhadap birokrasi di Indonesia dan Malaysia.
Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Barker, Raymond Charks. 1968. The Power of Decision. Dodd, Mead and
Company. New York
Brewer, Geoffrey and Barb Sanford. 2011. Decade of Change : Managing in
time of uncertainty. Gullup Press. New York.
Cabrera, Angel and Gregory Unruh. 2012. Being Global : Haw to Think, act,
and Lead in a Transformed world. Harvard Business Review Press.Boston.
Cannors, Roger and Tom Smith. 2011. Change the Culture change the Game :
The Breakthrough Strategy for Energizing Your Organiization and Creating
Accountability for Results. Penguin Books Ltd. London

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 83 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi


Birokrasi. Gramedia. Jakarta.
, 2010. Manajemen Pelayanan Publik : Peduli, Inklusif
dan Kolaboratif. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
(editor). 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
, dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Gajahmada University Press. Yogyakarta.
Friedman, Lawrence M. 1975. Legal System : A Social Science Perspective.
Russell sage Foundation. New York.
Kausar. 2009. Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah Dalam Bayang-Bayang
Patron-Klien. Alumni. Bandung
Koentjaraningrat. 1976. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia.
Jakarta.
Lubis, Joharis. 2011. Pandu Gerbang Kampung : mengantarkan Kesejahteraan
Rakyat. Kemenko Kesra. Jakarta.
Pramusinto, Agus dan W.Kumorotomo. 2009. Governance Reform di Indonesia
: Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang
Profesional. Gava Media.Yogyakarta.
Rahardjo, Satjipto. 2009. Membangun dan Merombak hukum Indonesia : sebuah
pendekatan lintas disiplin. Genta Publishing.Yogyakarta.
, 2009. Hukum dan Perilaku : Hidup Baik Adalah dasar
Hukum yang Baik. Kompas. Jakarta.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2010. Manajemen pelayanan :
Pengembangan Modal Konseptual, Penerapan Citizens Charter dan
Standar Pelayanan Minimal. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Rohman, Ahmad Ainur,dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Averroes.
Malang.
Shah,Anwar. 2005. Public Service Delivery.The World Bank.Washington D.C.
Sinambela, Lijan Poltak,dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik : Teori,
Kebijakan dan Implementasi. PT.Bumi Aksara.Jakarta.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 84 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Singh, Hoshiar,dkk. 2007. Coalition Governments and Good Governance.


Aalekh Publisher. Jaipur. India
Sirajuddin,dkk. 2011. Hukum Pelayanan Publik : Berbasis Keterbukaan
Informasi dan Partisipasi. Setara Press. Malang.
Syamsudin. 2012. Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum
Progresif. Kencana.Jakarta.
Teubner, Gunther. 1986. Dilemmas of Law in The Welfare State. welter de
gruyer. New York.
Thabrany, Hasbullah,dkk.2009.Sakit, Pemiskinan dan MDGs. Kompas. Jakarta.
Thoha,Miftah.2009. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era
Reformasi.Kencana.Jakarta.
Tjiptoherijanto, Priyono dan Astrid Meilasari.2011. Bureaucratic Reform in
Four Asean Countries.Kosa Kata.Jakarta.
Warrasih, Esmi.2011.Pranata Hukum : Sebuah telaah
Sosiologis.Undip.Semarang.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 85 -

REFORMASI BIROKRASI: POLITIK HUKUM BIROKRASI


YANG DILEMATIS DALAM SISTEM TATA NEGARA
INDONESIA
Karman *

ABSTRAK
Reformasi birokrasi adalah sebuah kebijakan politik hukum birokrasi dalam sIstem
tata negara Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang harus diakui sebagai
suatu kebijakan yang dilematis karena melalui kebijakan tersebut akan sangat
berpengaruh pada kinerja birokrasi lebih lanjut. Bukan mustahil, reformasi birokrasi
justru menjadikan PNS sangat tidak produktif, hanya masuk kerja tepat waktu, tetapi
hasilnya tidak ada atau dengan istilah 703. Masuk pukul 07.00 pagi, kemudian
pulang pukul 15.00, tetapi hanya duduk, baca koran, ngobrol dan lain -lain. Hal itu
dilakukan karena menghindari akibat hukum jika mengerjakan atau memegang jabatan.
Apa gunanya memegang kegiatan kalau akhirnya masuk penjara. Permasalahan di
lingkungan birokrasi sangat kompleks dan dilematis, namun sejalan dengan kebijakan
reformasi yang telah ditetapkan hendaknya dilaksanakan secara serius dan diwajibkan
untuk dilaksanakan oleh seluruh aparatur pemerintah. Pelanggaran dan penundaan
kebijakan reformasi seharusnya diberikan sanksi dan sebaliknya bagi yang telah
melaksanakannya dengan baik diberikan penghargaan agar memacu atau m enjadi
contoh bagi pembinaan aparatur lebih lanjut.

KATA KUNCI: Reformasi Birokrasi, Politik Hukum, Sistem Tata Negara

Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Reformasi birokrasi saat ini menjadi
objek pembicaraan menarik. Berbagai
tanggapan dan kajian bahkan seminar
dilakukan untuk dan hanya sekedar
membahas atau memperjelas apa itu
dan bahkan mengapa reformasi birokrasi diperlukan atau perlu dibahas.
Pengkajian mendalam yang meliputi
aspek paradigmatik pun juga dilakukan.
Tetapi tetap saja reformasi birokrasi
aparatur negara masih berada di posisi
pinggiran karena belum menyentuh bagian-bagian yang paling mendasar dalam
sistem administrasi. Bahkan dalam pra
tek, reformasi administrasi atau refor
masi birokrasi telah direduksi hanya
sebatas menaikkan gaji sebuah Departemen dan lembaga pengawasan dan
mengangkat tenaga honorer sebagai
PNS. (Sofian Effendi, 2009: 91). Diakui
pula oleh pemerintah bahwa reformasi
birokrasi memang belum berjalan sesuai
dengan tuntutan masyarakat. (Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2007).
Belum berjalannya kebijakan
reformasi birokrasi di Indonesia ditandai
dengan hasil survey indeks tata pemerintahan yang baik yang dilakukan oleh
Governance Assesment Survey dan
Governance and Desentralization Survey. Tahun 2007 pada Human Development Report yang dikeluarkan oleh
UNDP, Indonesia menduduki peringkat
107 dari 177 negara yang dievaluasi,
dua peringkat di bawah Vietnam yang
menduduki peringkat 105. Pada tahun
2007/2008, Indonesia berada pada
peringkat 54 dalam Global Competitiveness Index jauh dibawah India (48),
Thailand (28), Malaysia (21) dan
Singapura (7) dari 131 negara yang
disurvei. Bahkan pada tahun yang sama,
Indonesia termasuk negara dengan
peringkat korupsi tertinggi, yaitu peringkat 143 dari 179 negara. Vietnam
berada di atas Indonesia, yaitu berada
pada 20 tingkat, Thailand 59 tingkat,
Malaysia 102 tingkat dan Singapura

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


139 tingkat di atas Indonesia. ((Sofian
Effendi, 2009: 91). Itulah sebabnya
Zudan Arief Fakhrullah menggaris
bawahi bahwa tata pemerin tahan yang
baik (good governance) sering diartikan sebagai pemerintahan yang bersih
dari praktek KKN. Good governance
dinilai terwujud jika peme-rintah yang
berkuasa mampu menjadi-kan dirinya
sebagai pemerintah yang bersih dari
praktek KKN. (Zudan Arief, 2009: 30).
Kegagalan pemerintah mewujud
kan good governance terkait erat dengan
belum terlaksananya reformasi birokrasi, yaitu karena adanya tarik menarik
untuk perubahan dan keinginan untuk
mengekalkan tradisi lama. Akibatnya,
tidak mengherankan jika kemudian baik
konsep, kebijakan, maupun program
reformasi itu sendiri menjadi setengah
matang. Tarik menarik dimaksud
adalah diantara kelompok yang reformis
dengan kelompok yang ingin melenggengkan status qou. Kasus ini menarik
untuk diamati, dianalisis dan dicari akar
masalahnya untuk selanjutnya ditawar
kan rekomendasi perbaikannya. Terlebih
lagi, reformasi birokrasi yang dilakukan
oleh pemerintah adalah politik hukum
birokrasi yang apabila gagal dalam
pelaksanaannya akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah yang berkuasa saat
ini. Sehubungan dengan latar belakang
permasalahan di atas, penulis ingin
menyoroti dan sekaligus menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kega
galan reformasi birokrasi yang dikaitkan
dengan politik hukum desentralisasi
pemerintahan daerah. (Abdul Malik,
2010: 5).
Kebijakan Reformasi Birokrasi
Sebagai Politik Hukum Birokrasi
A. Urgensi Reformasi Birokrasi
Birokrasi di Indonesia dinilai sangat
korup. Bahkan penilaian birokrasi yang
korup tersebut telah mencoreng nama
baik bangsa Indonesia di mata dunia.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 68 -

IAIS Sambas
Pemerintah yang berkuasa saat ini
dinilai gagal menekan apalagi menghapus korupsi. Padahal, korupsi yang
terbukti merugikan uang rakyat dan
merusak moral pejabat di negara ini.
Kinerja birokrasi Indonesia mendapat
predikat terburuk kedua di Asia setelah
India dalam hal efisiensi pelayanan
masyarakat dan iklim investasi asing.
(Hasil Survey Birokrasi, 4 Juni 2010).
Dengan skala 1 terbaik dan 10 terburuk,
India terburuk dengan nilai 9.41,
Indonesia 8.59, Philipina 8.37, Vietnam
8.13, China 7.93, Malaysia 6.97, Taiwan
6.60, Jepang 6.57, Korea Selatan 6.13,
Thailand 5.53, Hongkong 3.49 dan
Singapura 2.53. Sementara itu, indeks
persepsi korupsi yang dicapai Indonesia
selama kepemimpinan SBY-JK meskipun ada perbaikan, namun kesannya
sangat lamban. Dengan skala 1 terburuk
dan 10 paling baik tercatat Indonesia
telah bangkit menjadi negara yang tata
kelola pemerintahannya membaik,
yaitu dari 2.0 pada tahun 2004 menjadi
2.6 pada tahun 2006 dan 2.8 pada tahun
2009. (Presiden Nomor 5 Tahun 20102014).
Dibandingkan dengan beberapa
negara lain, maka indeks persepsi
korupsi Indonesia pada tahun 2009
adalah berada pada peringkat yang
sangat
rendah.
Yunwon
Hwang
memaparkan bahwa according to CPI
(Corruption Perception Index), Korea
ranks 39 th with Brunei and Oman out
of 180 countries, while Indonesia ranks
111 th with seven other countries such as
Djibouti, Egypt, Kiribati, Mali, Sao
Tome and Principe, Solomon Islands
and Togo. In Relation with the 1 th
ranked country of New Zealand.
(Yunwong Hwang, 2011: 27).
Mencermati data tersebut di atas,
tidak dapat disangkal lagi bahwa
birokrasi di Indonesia memang terbukti
sangat jauh dari harapan masyarakat.
Birokrasi seringkali dianggap sebagai
biang keladinya, korupsi, dianggap

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


sebagai penghambat masuknya investasi
dan bahkan birokrasi dianggap sebagai
penghambat reformasi birokrasi di negara ini.
Kebijakan desentralisasi dalam pen
yelenggaraan pemerintahan daerah sejak ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah merubah paradig
ma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Melalui undangundang tersebut wewenang yang diberikan kea rah semakin luas. Daerah,
terutama kabupaten / kota memiliki
peluang sangat besar untuk mereformasi
sistem administrasi, sehingga memiliki
kompetensi dan menunjukkan kinerja
maksimal dalam menjalankan fungsi
pelayanan, pembangunan dan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan
umum lainnya. (Agus Herianto Nadna,
2010: 135).
Faktor dunia luar juga sangat
mempengaruhi dilakukannya reformasi
birokrasi dalam pemerintahan suatu
negara. Reformasi birokrasi disini terkait dengan pengurangan campur tangan
negara/pemerintah pada aktivitas masy
arakat. Skema IMF dan Bank Dunia
dalam memberikan bantuan yang mensyaratkan negara-negara yang dilanda
krisis untuk memangkas peran negara
dalam berbagai sektor. Bahkan sebelum
krisis melanda negara-negara Asia,
IMF dan Bank Dunia serta Amerika
Serikat telah mengeluarkan suatu paket
yang disebut sebagai Konsensus
Washington yang menekankan serang
kaian langkah-langkah untuk mengurangi derajat campur tangan negara /
pemerintah dalam menangani masalah
perekonomian (Erwan Agus Purwanto,
2009: 300).

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
B. Reformasi Birokrasi Sebagai
Politik Hukum Birokrasi
Reformasi birokrasi pada hakekatnye merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (Business process) dan sumber daya manusia aparatur.
(Peraturan Menpan, Tahun 2008).
Jadi, reformasi birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun
aparatur negara agar lebih berdayaguna
dan berhasil guna dalam mengemban
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Membahas reformasi
sama artinya dengan mengupayakan
bagaimana melakukan restrukturisasi
dan reposisi sistem dan perilaku birokrasi pemerintah menuju tata pemerintah
yang baik (good governance). (Miftah
Thoha, 2009). Dengan demikian, reformasi yang dilakukan itu bertujuan
untuk menciptakan birokrasi pemerintah
yang profesional dengan karakter adatif, berintegritas, berkinerja tinggi,
bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedi
kasi dan memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara.
(Peraturan Presiden No. 81 Tahun
2010.
Politik hukum adalah legal policy
atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang akan diberlakukan baik
dengan pembuatan hukum baru maupun
dengan penggantian hukum lama,
dalam rangka mencapai tujuan negara.
(Moh. Mahfud MD, 2009: 1).
Dengan demikian, reformasi birok
rasi adalah pilihan yang diambil oleh
pemerintah untuk dilaksanakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara
adalah politik hukum birokrasi. Hal itu
dapat dibuktikan dari berbagai kebijakan
pemerintah tentang reformasi birokrasi,
yaitu:

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


1. Ketetapan MPR Nomor: II/MPR/
2002 tentang Rekomendasi Kebijakan
untuk mempercepat Pemulihan ekonomi Nasional yang mengamanatkan
percepatan pertumbuhan ekonomi
nasional, termasuk reformasi birokrasi dan membangun
penyelenggaraan negara dan dunia
usaha yang bersih.
2. Ketetapan MPR Nomor: VI/MPR/20
02 tentang Rekomendasi atas laporan
Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR,
BPK, MA pada Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tahun 2002
yang mengamanatkan pemberantasan KKN, penegakan dan kepastian
hukum, serta reformasi birokrasi
dengan penekanan pada kultur birok
rasi yang transparan, akuntabel,
bersih dan bertanggung jawab, serta
dapat menjadi pelayan masyarakat
dan abdi negara.
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025
yang menegaskan bahwa pembangunan aparatur negara dilakukan
melalui reformasi birokrasi.
4. Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2005
Tentang RPJMN Tahun 2004-2009
yang menggariskan kebijakan Penciptaan Tata Pemerintahan Yang
Bersih dan Berwibawa melalui refor
masi birokrasi
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor:
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang
Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor:
PER/04/M.PAN/4/2009 tentang
Pedoman Pengajuan Dokumen
Usulan reformasi Birokrasi di
Lingkungan Kementerian

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
Lembaga/ Pemerintah Daerah.
7. Peraturan Presiden RI Nomor 5
Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun
2010-2014 yang menegaskan bahwa
reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan sebagai perioritas
pertama dari 11 perioritas nasional.
8. Peraturan Presiden RI Nomor: 81
Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
9. Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor: 20
Tahun 2010 tentang Rood Map
Reformasi Birokrasi 2010-2014.
Peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan sebagai dasar pelaksanaan
reformasi birokrasi tersebut di atas
ditetapkan sebagai hukum. Hukum
(peraturan perundang-undangan) tersebut diberlakukan sebagai alat, untuk
mencapai tujuan negara, yang dalam
hal ini adalah untuk mewujudkan good
governance. (Miftah Thoha, 2009).
Ternyata fungsi hukum tidak cukup
hanya sebagai alat untuk memelihara
ketertiban dalam masyarakat yang
sedang membangun atau masyarakat
yang sedang berubah cepat. Hukum
juga harus dapat membantu proses
perubahan masyarakat itu. (Muchtar
Kusumaatmadja, 2006: 14).
Dengan demikian ketentuan hukum
reformasi birokrasi tidak hanya dituju
kan untuk dijadikan sebagai alat untuk
memandu kebijakan reformasi birokrasi, tetapi jauh lebih dari pada itu
digunakan untuk merubah perilaku
birokrasi agar dapat mengemban tugas
nya sebagai pelayan sekaligus sebagai
agen perubahan dalam masyarakat.
C. Problematika Reformasi Birokrasi
dan Rekomendasi Kebijakan
Reformasi merupakan proses upaya
yang sistematis, terpadu, dan komprehensip, ditujukan untuk merealisasikan
tata pemerintahan yang baik. (Sedarma
yati, 2009: 67). Ternyata reformasi

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


hanya mudah diucapkan tetapi sangat
sulit diwujudkan. Banyak sekali kita
dengar dan baca komentar masyarakat
atas pencapaian reformasi saat ini.
Reformasi mati suri demikian dikemu
kakan oleh aktivis Gerakan 98. (Harian
Equator 20 Mei 2011).
Lebih lanjut dikatakan bahwa ada
berbagai sektor yang belum tersentuh
reformasi. Salah satunya adalah sektor
hukum, penggunaan uang rakyat, serta
perilaku aparatur pemerintah yang belum
sepenuhnya memihak pada rakyat. Per
nyataan tersebut adalah ungkapan rasa
kekecewaan masyarakat atas perjuangan
melakukan reformasi yang susah payah
dilakukan, bahkan mengorbankan nyawa, ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok orang / lembaga untuk mengeruk
keuntungan pribadi dan sesaat.
Salah satu faktor penyebab belum
terlaksananya reformasi, termasuk reformasi birokrasi adalah pemerintahan
koalisi, dimana pasangan presiden dan
wakil presiden yang meskipun dipilih
langsung oleh rakyat, tetapi karena
pasangan tersebut bukan dari satu
partai akan tetapi gabungan dari partaipartai politik, termasuk para menterinya,
maka terjadilah kelemahan permintahaan presidensial tersebut. Bahkan
lebih jauh lagi, kehidupan partai politik
dalam era reformasi ini banyak melakukan inervensi kedalam birokrasi
pemerintah, sehingga diskresi pemerin
tah menjadi terbatas. Sudah tidak jelas
mana tugas para politisi dan mana tugas
birokrasi. Senada dengan peristiwa ini,
di India Hoshiar Singh mempertanyakan is good governance possible
under coalition governance?. (Hoshiar,
2007: 6-7).
Selanjutnya dijelaskannya bahwa
the spectre of coalition governments is
looming larger and larger on the
political horizon of India and I feel that
it is duty of the scholars assambled here
to dissect the phenomenon of coalition
government more thoroughly because

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
under some circumstance, coalition
governments may mean no governance.
Jadi, jelaslah bahwa di dalam pemerintahan koalisi, sangat sulit untuk dapat
mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik. Lalu, politik hukum reformasi
birokrasi yang telah ditetapkan tersebut
di atas untuk apa. Apakah hanya
sekedar untuk retorika belaka atau
memang dipaksa untuk dilakukan agar
masyarakat terlibat untuk mengawasi
pelaksanaannya, sehingga pemerintah
dianggap telah mengakomodir aspirasi
nya dalam kebijakan public.
Pelaksanaan desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagaimana dimulai dengan penetapan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, terbukti
disambut baik oleh seluruh rakyat
Indonesia karena melalui ketentuan
tersebut sebagian besar kewenangan
pemerintah pusat telah dilimpahkan ke
daerah. Kebijakan ini diambil oleh
pemerintah bukan semata-mata untuk
memenuhi tuntutan rakyat pada saat
reformasi 1998 digelorakan, tetapi juga
desakan internasional. Pemerintahan
yang demokratis erat kaitannya dengan
pelaksanaan desentralisasi. Penelitian
Bank Dunia tahun1994 menyatakan
bahwa dari 100 negara demokratis, 95
% diantaranya telah melaksanakan
sistem desentralisasi. Pemerintah sepertinya terpaksa menerima politik
hukum desentralisasi karena mengurangi
kekuasaannya yang selama ini sangat
sentralistis. (Miftah Thoha, 2009: 82).
Kewenangan yang sangat luas diberikan ke daerah untuk mengurus dan
mengatur daerah, ternyata menimbulkan
permasalahan baru. Kecenderungan untuk tetap terjadinya korupsi dalam
pemberian pelayanan publik masih
tetap besar, karena budaya birokrasi itu
belum dibersihkan dari ciptaan orde
baru yang memusatkan birokrasi lebih
sebagai instrumen politik dari pada
sebagai pelayan masyarakat dengan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


praktek budaya amplop masih terus
dipelihara sebagai bias kultur birokrasi
feodal tersebut. (Agus Dwiyanto, 2008:
83). Masih tumbuh suburnya budaya
amplop tersebut karena stuk-tur
hirarki kewenangan dalam birokrasi
terkoneksi dengan budaya patron-klien
yang ternyata masih berkembang dalam
masyarakat yang menyebabkan aparat
pelayanan di tingkat bawah masih memiliki pemahaman harus loyal kepada
pimpinan sebagai pribadi, bukan kepada
visi dan misi institusi birokrasi serta
tujuan pelayanan kepada publik.
(Kausar, 2009: 10).
Akibat lebih lanjut adalah bahwa
kebijakan desentralisasi justru semakin
menyuburkan praktek korupsi, kolusi
dan nepotisme ke daerah.
Kolusi antara birokrasi dan politisi
di daerah makin berkembang sejalan
dengan pelaksanaan desentralisasi. Isu
putra daerah dan politisi jabatan karir
telah memunculkan friksi dan ketegangan antar elit birokrat daerah karena
terjadi persaingan tidak sehat. (Agus
Hernanto Hadna, 2010: 164).
Pembengkakan jumlah pegawai
kabupaten / kota mencapai lima kali
jumlah sebelumnya sehingga beban
APBD pun menjadi sangat berat. Dilain
pihak, juga terjadi upaya untuk
menyembun-yikan sejumlah anggaran
milik DPRD ke anggaran SKPD adalah
salah satu contoh dari upaya pembiaran
yang
dilakukan
para
politisi.
Implikasinya pada kepentingan publik
diabaikan. In many provincial budgets,
development expenditures are far lower
than expen-ditures on salaries of
regional gover-ment officials. In the
province of Bengkulu, for example, 38
percent of the budget expenditure
allocation goes to the payment of public
official salaries and just a mere 15,6
percent is for development expenditures.
(Agus Pramusitno, 2011: 363).
Pada dasarnya latar belakang reformasi di Indonesia adalah disebabkan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
oleh: (1). Praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) masih berlangsung
hingga saat ini; (2). Tingkat kualitas
pelayanan publik yang belum mampu
memenuhi harapan publik; (3). Tingkat
efisiensi, efektivitas dan produktivitas
yang belum optimal dari birokrasi
pemerintah, dan (4). Tingkat transparasi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah, serta (5).
Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai
yang masih rendah. Opini BPK atas
pengelolaan keuangan negara yang
terbukti belum baik adalah kenyataan
yang harus diterima sebagai alat ukur
pelaksanaan reformasi birokrasi selama
ini di Indonesia. Opini BPK atas
pengelolaan keuangan kementerian/
lembaga negara sudah ada perbaikan,
yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) meningkat dari 15 entitas (19%)
pada tahun2007 menjadi 34 entitas
(41%) pada tahun 2008 dan menjadi 44
entitas (57%) pada tahun2009.
Sementara itu, opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) pada tahun 2009
hanya 26 entitas (33%), tidak wajar
(TW) 0 % dan tidak memberikan pendapat (TMP) hanya 8 entitas (10%).
BPK juga memeriksa pengelolaan keuangan daerah dan memberikan opini
WTP sebanyak 4 entitas (1%) pada
tahun 2007, menjadi 12 entitas (3 %)
pada tahun 2008, serta menjadi 14
entitas (4%) pada tahun 2009. Sementara
itu, WDP meningkat dari 283 entitas
(60%) pada tahun 2007 menjadi 324
entitas (67%) pada tahun 2008 dan
menjadi 259 entitas (54%) pada tahun
2009. Opini tidak wajar meningkat dan
opini tidak memberikan pendapat menunjukan penurunan dari tahun 2008
dan 2007. (Badan Pemeriksaan Keuang
an Republik Indonesia.2010.Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun
2010.BPK-RI.Jakarta.Hal : 2-6.).
Masih rendahnya opini WTP dan
WDP atas pengelolaan keuangan daerah perlu menjadi perhatian dan usaha

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


yang sungguh-sungguh oleh pemerintah daerah. Kehawatiran akan upaya
daerah tersebut kiranya yang mendasari
pernyataan Deputi Pengawasan dan
Akuntabilitas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi bahwa pelaksanaan reformasi
birokrasi di daerah yang digodanggodang mulai 2012 mendatang, diperkirakan bakal mengancam posisi kepala
daerah. Pasalnya, dari delapan area perubahan yang menjadi target pelaksanaan reformasi, salah satunya tentang
transparansi pengelolaan keuangan
oleh kepala daerah. (Harian Equator,
Sabtu 21 Mei 2011).
Mencermati berbagai permasalahan
dalam pelaksanaan reformasi birokrasi
di atas, kiranya perlu dilakukan perbaikan melalui perubahan sistem hukum
nasional. Sistem hukum meliputi sub
sistem struktur hukum, substansi hukum
dan kultur hukum. (Lawrance M.
Friedman, 2009). Struktur hukum adalah pelaksana dan institusi yang
menyelenggarakan proses peradilan.
Substansi hukum berupa norma-norma
hukum seperti peraturan, keputusan dan
sebagainya yang dipergunakan oleh
penegak hukum. Sedangkan kultur
hukum adalah ide-ide, sikap-sikap dan
harapan dan pendapat tentang hukum.
Faktor kultur hukum inilah yang
membuat adanya perbedaan penegakan
hukum antara masyarakat yang satu
dengan lainnya. (Esmi Warassih.2011,
60).
Seseorang mengguna kan atau tidak
menggunakan hukum, dan patuh atau
tidak terhadap hukum sangat tergantung
pada kultur hukum-nya. Jadi, kultur
hukum para aparatur negara perlu
dipahami terlebih dahulu sebelum
melakukan reformasi birok-rasi.
Aparatur pemerintah adalah bagian
dari masyarakat dan sebagai anggota
masyarakat, birokrasi terkait dengan
tata nilai yang ada dalam masyarakat
tersebut. A.Muin Fahmal, memberi

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
contoh bahwa Pangadereng sebagai pe
doman hidup bagi orang Bugis sekaligus
sebagai tolak ukur penilaian pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Pangadereng menjadi nilai
dan sebagai pedoman bagi orang-orang
Bugis dan mempunyai sifat luas, terbuka
atas dinamika kehidupan masyarakat.
(A. Muin Fahmal, 2008: 168). Hal
tersebut ditandai dengan anasiranasirnya yang ada yang justru dalamnya terkandung prinsip assituruseng
(persepakatan) sebagai kaedah tertinggi. Dalam masyarakat Melayu biasa
dibentangkan dalam ungkapan Bulat
air karena buluh, bulat kata karena
mufakat. Kiranya, nilai-nilai budaya
tersebut jika dihimpun dan dimanfaatkan
untuk mendukung berkembangnya budaya hukum masyarakat tentunya
sangat baik dan dapat dipastikan bahwa
kebijakan reformasi birokrasi akan
dapat dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan harapan masyarakat.
Karena birokrasi adalah bagian dari
masyarakat, maka seyogyanya budaya
birokrasi berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakatnya. Salah
satu upaya memodernisasi budaya
birokrasi dengan berkembangnya egovernance adalah akibat peningkatan
pelayanan kepada publik melalui berbagai inovasi yang menggunakan
teknologi informasi seperti e-procurement, e-learning dan lain-lain dengan
tujuan meningkatkan performance
pemerintahan dan memenuhi ekspektasi
budaya pelayanan kepada publik. Oleh
karena itu diperlukan cara memoderenisasikan birokrasi dengan cara
mengubah sistem kerja agar perubahan
pola pikir (mindset) dan kultur aparatur
juga ikut berubah. (Fery Anggoro,
2009: 345).
Gaji PNS di Indonesia harus diakui
memang sangat rendah, sehingga akan
sangat berpengaruh pada kinerja PNS
dan bahkan menjadi alasan mengapa
PNS cenderung mencari dana tambahan

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


untuk keperluan sehari-hari. Sistem
penggajian di Indonesia dianggap masih
carut marut, dan tidak mencerminkan
kesesuaian antara beban kerja dengan
pendapatannya. Gaji presiden kalah
dengan gaji Direktur Utama BUMN.
Berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2009,
gaji PNS paling rendah sebesar Rp
1.040.000,- yaitu untuk golongan I/a
dengan masa kerja 0 tahun. Sementara
itu, gaji pokok tertinggi untuk PNS
golongan IV/e dengan masa kerja 32
tahun sebesar Rp.3.400.000,-. Jadi,
perbandingan gaji terendah dan tertinggi
adalah 1 : 3.26.
Sekedar untuk perbandingan, gaji
terendah di Singapura sebesar Rp.
4.282.972,- dan tertinggi sebesar Rp.
171.320.100,- dengan perbandingan 1 :
40. Di Brunai Darussalam, gaji PNS
terendah sebesar Rp 4.112.245,- dan
tertinggi sebesar Rp. 103.591.610,dengan perbandingan 1 : 25.19. Amerika
Serikat, gaji PNS terendah terendah
Rp.10.884.570,- dan tertinggi senilai
308.033.333,- dengan perbandingan 1 :
13. Jelas sekali selain gaji PNS di
Indonesia sangat rendah, juga perbandingan antara PNS golongan terendah
dan tertinggi juga kecil sekali.
Berdasarkan data tersebut, kiranya
tidak salah, banyak pihak yang mengusulkan agar gaji PNS dinaikkan pada
level yang layak sebagai upaya mereformasi birokrasi.
Upaya menaikkan gaji PNS tentunya sangat diharapkan oleh PNS dan
masyarakat, namun dapat dipastikan
akan menguras keuangan negara. Depar
temen Keuangan mencoba menerapkan
sistem renumerasi yang dilaksanakan
pada tahun 2007. Besarnya tunjangan
pembinaan keuangan negara tertinggi
Rp. 46.950.000,- dan terendah jumlah
Rp.1.330.000,- atau 1 : 27. Untuk
keperluan di Departemen Keuangan itu
saja perlu penambahan dana sebesar Rp
5,2 trilyun. Jika kebijakan Renumerasi
diteruskan ke seluruh Kementerian /

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
Lembaga dan Daerah dapat dipastikan
hanya sedikit sekali dana untuk
pembangunan yang mampu dialokasikan
dalam APBN maupun APBD. Kiranya,
permasalahan gaji perlu diatasi segera
melalui kenaikan secara bertahap disamping mengurangi penerimaan PNS
baru, kecuali pengganti pensiun (zero
growth), setidaknya untuk lima tahun
kedepan. Pemerintah hendaknya mencari
alternatif lain dalam upaya mengatasi
persoalan reformasi birokrasi dalam
arti bahwa upaya reformasi birokrasi
disatu sisi harus diteruskan secara
sungguh-sungguh, namun upaya perbaikan kultur hukum masyarakat seperti
para politisi, LSM, penegak hukum dan
lain juga perlu ditingkatkan karena
tekanan dari pihak tersebut terkadang
memaksa PNS untuk melakukan perbuatan melanggar hukum.
SIMPULAN
Reformasi birokrasi adalah sebuah
kebijakan politik hukum birokrasi dalam
system tata negara Indonesia yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yang harus
diakui sebagai suatu kebijakan yang
dilematis karena melalui kebijakan
tersebut akan sangat berpengaruh pada
kinerja birokrasi lebih lanjut. Bukan
mustahil, reformasi birokrasi justru

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


menjadikan PNS sangat tidak produktif,
hanya masuk kerja tepat waktu, tetapi
hasilnya tidak ada atau dengan istilah
703. Masuk pukul 07.00 pagi, kemudian pulang pukul 15.00, tetapi hanya
duduk, baca koran, ngobrol dan lainlain. Hal itu dilakukan karena menghin
dari akibat hukum jika mengerjakan
atau memegang jabatan. Apa gunanya
memegang kegiatan kalau akhirnya
masuk penjara.
Permasalahan di lingkungan birokrasi sangat kompleks dan dilematis,
namun sejalan dengan kebijakan reformasi yang telah ditetapkan hendaknya
dilaksanakan secara serius dan diwajib
kan untuk dilaksanakan oleh seluruh
aparatur pemerintah. Pelanggaran dan
penundaan kebijakan reformasi seharus
nya diberikan sanksi dan sebaliknya
bagi yang telah melaksanakannya dengan baik diberikan penghargaan agar
memacu atau menjadi contoh bagi
pembinaan aparatur lebih lanjut.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
A. Muin Fahmal. 2008. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak
Dalam Mewujudkan Pemerintahan
Yang
Bersih.
Kreasi
Total
Media.Yogyakarta.
A.Qodri Abdillah Azizy. 2010. Mereformasi Birokrasi.Buku Ilmiah Populer.
Bogor.
Abdul Malik Gismar dan Syarif Hidayat (Editor). 2010. Reformasi Setengah
Matang. PT. Mizan Publika. Jakarta.
Achmad Nurmandi. 2010. Manajemen Pelayanan Publik. PT. Sinergi Visi
Utama.Yogyakarta.
Agus Dwiyanto (editor). 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan
Publik. Gajahmada University Press.Yogyakarta.
, 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui
Reformasi Birokrasi. Gramedia. Jakarta.
(dkk). 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Agus Fanar Syukri.2009. Standar Pelayanan Publik Pemda Berdasarkan ISO
9001/IWA-4 . Kreasi Wacana. Bantul.
Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto (Editor). 2009. Reformasi Birokrasi
Kepemimpinan dan Pelayanan Publik : Kajian Tentang Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia. Gava Media.Yogyakarta.
Agus Pramusinto dan Wahyudi Kumorotomo.2009. Governance Reform di
Indonesia: Mencari Arah Kelembagaan Politik Yang Demokratis dan
Birokrasi Yang Profesional. Gava Media.Yogyakarta.
Akmal Boedianto. 2010. Hukum Pemerintahan Daerah : Pembentukan Perda
APBD Partisipatif. Laksbang Pressindo. Yogyakarta.
Ambar Widaningrum dan Jim Park. 2011. Governance Reform in Indonesia and
Korea: A Comparative Prespective. Gajahmada University Press.
Yogyakarta.
Antonius Sujata.2000. Reformasi Dalam Penegakan Hukum. Djambatan. Jakarta.
Arief Sidharta. 2008. Butir-Butir Pemikiran Dalam Hukum : Memperingati 70
tahun Prof.Dr.B.Arief Sidharta.Refika Aditama.Bandung.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Awaloedin Djamin. 2003. Pendayagunaan Aparatur Negara R.I.Dalam Era


Reformasi. Yayasan Brata Bhakti Polri. Jakarta.
Azhari. 2011. Mereformasi Birokrasi Republik Indonesia (Studi Banding
Intervensi Pejabat Politik Terhadap Pejabat Birokrasi di In donesia dan
Malaysia). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
BPK-RI. 2010. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2010.Jakarta. Hal :
2-6.
Brianz Tamanaha.2006. A General Jurisprudence of Law and Society. Oxford
University Press.New York.
David Osborne dan Peter Plastrik. 2001. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi
Menuju Pemerintahan Wirausaha. PPM. Jakarta.
David Osborne dan Ted Gaebler. 2005. Mewirausahakan Birokrasi. Penerjemah
: Abdul Rosyid.PPM.Jakarta.
Dwiyanto Indiahono. 2009. Public Disobedience : Telaah Penolakan Publik
Terhadap Kebijakan Pemerintah.Gava Media.Yogyakarta.
Esmi Warassih. 2011. Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis. UNDIP
Semarang.
Fadel Muhammad. 2008. Reinventing Local Governance: Pengalaman Dari
Daerah. Gramedia. Jakarta
Hetifah Sj. Sumarto. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20
Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Hoshiar Singh, dkk (Editor). 2007. Coalition Government and Good Governance.
Aalekh Publishers. Jaipur-India.
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat.2009. Hukum Administrasi Negara
dan Kebijakan Pelayanan Publik. Nuansa Bandung.
Kausar A.S.2009. Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah Dalam BayangBayang Budaya Patron-Client. Alumni. Bandung
Lawrence M.Friedman. 2009. The Legal System : A Social Science Perspective,
diterjemahkan Oleh M.Khozim, Sistem Hukum : Perspektif Ilmu Sosial . Nusa
Media.Bandung.
Lijan Poltak Sinambela. 2010. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan
dan Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta
M. Masud Said. 2007. Birokrasi di Negara Birokratis. UNMUH. Malang.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 77 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Marwan Effendi. 2010. Pemberantasan Korupsi dan Good Governance. PT.


Timpani Publishing. Jakarta.
Miftah Thoha. 2009. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi.
Kencana.Jakarta.
Mochtar
Kusumaatmadja.
2006.
Pembangunan.PT. Alumni.Bandung

Konsep-Konsep

Hukum

Dalam

Moh.Mahfud MD. 2009. Politik Hukum di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.
Muhadam Labalo. 2008. Memahami Ilmu Pemerintahan : Suatu Kajian, Teori,
Konsep dan Pengembangannya.Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Nimatul Huda. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah. Nusa Media.Bandung.
Nico Andrianto dan Ludy Prima Johansyah. 2010. Korupsi di Daerah : Modus
Operandi dan Peta Jalan Pencegahannya.ITS Press.Surabaya.
Panji Santoso. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.
PT. Refika Aditama. Bandung.
Riant Nugroho. 2009. Public Policy.Gramedia,Jakarta.
Sarundajang. 2005. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah: Upaya Mengatasi
Kegagalan. Kata Hasta Pustaka. Jakarta.
Satjipto Rahardjo. 2009. Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia.
Genta Publishing. Yogyakarta.
., 2009. Membangun dan Merombak Hukum Indonesia: Suatu
Pendekatan LiDisiplin. Genta Publishing. Yogyakarta.
., 2010. Penegakan Hukum Progresif. PT. Kompas kompas
Media Nusantara. Jakarta.
., 2010. Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan
Masalah. Genta Publishing. Yogyakarta.
., 2009. Hukum dan Perubahan Sosial. Suatu Tinjauan Teoritis
Serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia. Genta Publishing. Yogyakarta.
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi dan
Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan Yang Baik). PT Refika Aditama. Bandung.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 78 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Soetandyo Wignjosoebroto. 2008. Hukum dan Masyarakat : Perkembangan dan


Masalah . Bayu Media Publishing. Malang.
, 2002. Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika
Masalahnya. HUMA. Jakarta.
Sulistyowati Irianto. 2009. Hukum Yang Bergerak : Tinjauan Antropologi
Hukum.Yayasan Obor Indonesia.Jakarta.
Supriadi Legino. 2009. Menjawab Tantangan Reformasi Birokrasi :
Kepemimpinan Transformasional dan Organisasi Lateral . Indonesia
Press.Jakarta.
Wahyudi Kumorotomo dan Ambar Widaningrum (editor). 2010. Reformasi
Aparatur Negara Ditinjau Kembali. GAVA MEDIA.Yogyakarta
Yusriadi. 2010. Tebaran Pemikiran Kritis Hukum dan Masyarakat. Surya Pena
Gemilang Publishing.Malang.
PERATURAN/JURNAL/KORAN
Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Dalam Sidang Istimewa MPR Tahun 2002. BP.Cipta Jaya.Jakarta
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomnor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) tahun 2000-2004
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025
Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN 2004-2009
Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Peraturan Menpan Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi
Peraturan Menpan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Rood Map
Reformasi Birokrasi 2010-2014

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 79 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

Jurnal Ilmu Pemerintahan. Edisi : 30 Tahun 2009


Koran Harian Equator, 20 Mei 2011 dan 21 Mei 2011

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 80 -

EPISTEMOLOGI KRITIS IMMANUEL KANT


DAN IMPLIKASI DALAM PENDIDIKAN
Mujahidin *

ABSTRAK
Epistemologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan, untuk mendapatkan Ilmu
pengetahuan perlu adanya proses. Dari berproses mendapatkan ilmu pengetahuan
inilah maka akan melahirkan berbagai disiplin ilmu. Berbicara tentang epistemologi
merupakan suatu rumusan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan secara benar
sehingga memberikan karater keilmuan tersendiri dalam memahaminya. Salah satunya
epistemologi kritis oleh Immanuel Kant yaitu memberikan wawasan dan masukan
dalam memahami perbedaan pendapat antara pemahaman impirisme dengan
rasionalisme sehingga memberikan implikasi-implikasi pemikiran maupun dalam
dunia pendidikan.

KATA KUNCI: Epistemologi , Kritis, Pendidikan

*Dosen

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan yang merupakan
kunci dari kemajuan yang diraih umat
manusia, tentunya tidak bisa datang
begitu saja tanpa adanya suatu proses
sebelumnya. Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ini dalam kajian
filsafat dikenal sebagai epistemologi.
Bidang epistemologis ini menempati
posisi yang sangat strategis, karena ia
membicarakan tentang cara untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar.
Mengetahui cara yang benar dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan berhubungan erat dengan hasil yang ingin di
capai. Pada akhirnya, kepiawaian
dalam menentukan epistemologis, akan
sangat berpengaruh pada warna atau
jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan (Akhmad Haries, 2007: 1).
Di dunia Barat, filsafat adalah menu utama dan sebagai nutrisi penting
menentukan langkah maju. Hal ini lebih
dikarenakan,
paradigma
berfikir
mereka terbuka terhadap peradaban luar, dengan prasyarat rasional khususnya filsafat. Oleh karena itu, filsafat
mampu tumbuh berkembang dengan
suburnya. Perkembangan ini bisa kita
lihat dengan kasat mata menjamurnya
aliran-aliran filsafat seperti; strukturalisme, post-strukturaslisme, semiotika,
feminis, modernitas sampai post-mode
renitas. Selain itu, kemajuan teknologi,
stabilitas politik, ekonomi dan keama
nan sudah merupakan bukti konkrit.
Pada era modern dilewati bangsa Barat pasca Immanuel Kant dua sete-ngah
abad yang lalu bangsa Barat hi-dup
dengan konsep sistem nilai baru,
struktur sosial-budaya dengan sebelum
nya para-syarat rasional juga dengan
ciri-cirinya yang orisinil. Sejauh terkait pemikiran filsafat barat kontemporer
secara periodik (Zubaedi, dkk, 2007:
67).
Filsafat Kant diarahkan untuk mengkombinasikan pandangan Rasionalisme dan Empirisme. Pertama menya-

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


takan bahwa ilmu pengetahuan muncul
dari rasio dengan mengabaikan pengalaman inderawi (apriori) sementara yang kedua menyatakan sebaiknya yakni
ilmu pengetahuan hanya didapat dari
pengalaman inderawi dengan mengabaikan rasio (aposteriori). Para rasionalis menganggap bahwa manusia bisa
mendapat pengetahuan dengan analitis
apriori sementara kaum empirisme
mengatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui sintesis aposteriori. Namun, pemikiran Kant ialah
diantara apriori dan aposteriori, ia
menawarkan adanya sintesis apriori
atau pengetahuan manusia diperoleh
dengan proses sintesis antara apriori
dan apesteriori. (Immanuel Kant 1881:
398-400)
Immanuel Kant berpendapat bahwa
pemikiran telah mencapai arah yang
pasti di dalam ilmu pengetahuan pastialam seperti yang disusun oleh Newton.
Ilmu pengetahuan pasti-alam itu memberikan pengajaran bahwa perlu sekali
terlebih dahulu secara kritis meneliti
pengenalan atau tindakan mengenal itu
sendiri. Dengan filsafatnya Immanuel
Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia dan ilmu pengethuan agar
maksud itu terlaksana, orang harus
menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan dari sifat sepihak
empirisme. Rasionalisme mengira telah
menemukan kunci bagi pembukaan
realitas pada diri subjeknya, lepas dari
segala pengalaman. Sedangkan empirisme mengira hanya dapat memperoleh
pengenalan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa, empirisme sekalipun mulai dengan murni tentangpengalaman,
tetapi melalui idealisme subjektif
bermuara pada suatu skeptisisme yang
radikal (Zubaedi dkk, 3007: 68).
Kant memandang rasionalisme dan
empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kant tidak
menentang adanya akal murni, ia hanya

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 69 -

IAIS Sambas
menunjukkan bahwa akal murni itu ter
batas. Akal murni menghasilkan pengetahuan tanpa dasar indrawi atau independe dari alat pancaindra.
Immanuel Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap
rasio murni. Immanuel Kant mewujudkan pemikirannya tersebut ke dalam
beberapa buku yang sangat penting
yaitu tentang kritik. Buku-bukunya
diantaranya berjudul, Kritik Der Reinen
Vernunft (Kritik atas Rasio Murni),
Kritik Der Praktischen Vernunft
(Ktirik atas Rasio Praktis), Kritik Der
Urteilskraft (Kritik atas Daya Penilaian). Dari ketiga buku kritik tersebut,
yang disebut terakhir adalah sebuah
buku yang bersangkut paut penilaian
estetis (Joko Siswanto, 1998: 57).
Kant dalam argumennya, bahwa
akal dipandu oleh tiga ide transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut
jiwa, ide dunia, dan ide tentang Tuhan.
Ketiganya tersebut memiliki fungsi
masing-masing, yaitu ide jiwa menyatakan dan mendasari segala gejala
batiniah yang merupakan cita-cita yang
menjamin kesatuan terakhir dalam bidang psikis, ide dunia menyatakan
segala gejala jasmaniah, ide Tuhan
mendasari segala gejala, segala yang
ada, baik batiniah maupun yang
lahiriah (Ahmad Tafsir, 2005:150-151).
Penjelasan di atas dapat diuraikan
beberapa pemikiran Immanuel Kant
yang dilatarbelakangi adanya perbedaan pemikiran tentang objektivitas peng
etahuan. Munculnya perbedaan pemikiran dari kalangan filsug mendorong
Immanuel Kant untuk memberikan ma
sukan diantara kedua pemikiran sehingga muncullah karya-karya Immanuel
Kant seperti Kritik Der Reinen
Vernunft (Kritik atas Rasio Murni),
Kritik Der Praktischen Vernunft
(Ktirik atas Rasio Praktis), Kritik Der
Urteilskraft (Kritik atas Daya Penilaian). Karya-karya tersebut Immanuel
Kant dikenal dengan seorang filsuf

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


Kritisisme yang membawa ke-pada
pencerahan diberbagai keilmuan yang
bermanfaat.
Kehidupan dan Karya Immanuel
Kant
Immanuel Kant lahir pada tanggal
22 April 1724 di Konigsberg (sekarang
Kaliningrad, UUSR), Prusia Timur,
Jerman. Dia tinggal di kota ini
sepanjang hidupnya hingga meninggal
pada usia 80-an (1804). Kehidupan
Immanuel Kant adalah dari kalangan
orang biasa-biasa saja yang mempunyai
keinginan merubah tatanan kehidupan
yang lebih baik, Immanuel Kant
terlahir dari kalangan seorang pembuat
pelana kuda. Keluarganya penganut
kristiani yang sangat saleh. Keyakinan
agamanya itu sekaligus merupakan
latar belakang yang cukup penting bagi
pemikiran filosofisnya terutama masalah etika (Bertrand Russell, 1961: 675).
Pada usia 18 tahun, Kant memasuki
Universitas Konigsberg sebagai mahasiswa teologi. Dengan segera Kant men
jadi sangat bosan pada teologi dan mulai menunjukkan minatnya yang besar
pada matematika dan fisika. Ia membaca Newton hingga terbukalah matanya
pada ilmu pengetahuan dan berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan yang diung
kapkan di dalam karya-karya Newton.
Pada tahun 1746, ketika Kant
berusia 22 tahun, ayahnya meninggal
dunia. Sehingga ia terpaksa meninggalkan universitas untuk mencari nafkah.
Meski kemudian tahun 1955 ia dapat
menyelesaikan studinya dan menjadi
pengajar junior. Bahkan tahun 1770 ia
diangkat sebagai professor logika
metafisika. Pada Oktober 1803 Kant
jatuh sakit dan 12 Februari 1804 Kant
meninggal dunia dan dimakamkan di
Katedral Konigsberg.
Kehidupan Kant sebagai filsuf
dapat dibagi menjadi dua periode yakni
zaman Pra-Kritis dan Kritis. Kehidupan
Kant sebagai privatdozentdari tahun

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 70 -

IAIS Sambas
1755-1770 di atas dikenal dengan
zaman Pra-Kritis. Pada zaman PraKritis Kant menganut pendirian rasionalitasnya Wolff dan kawan-kawannya.
Kemudian setelah terpengaruh empiris
nya Hume, berangsur-angsur meninggalkan Rasionalisme. Kant mengatakan
bahwa Hume-lah yang telah membangunkan diri dari tidur dogmatisnya, yang
menyusul ialah zaman Kritis. Dalam
zaman kedua ini Kant mengubah wajah
filsafat secara radikal dengan filsafat
Kritisismenya dan ia mempertentangkan Kritisisme dengan Dogmatisme (K.
Berterns, 1995: 59).
Immanuel Kant sangat berjasa dalam perkembangan bidang ilmu pengetahuan. Karya-karyanya penuh dengan
berbagai dilema dan paradoksyang
sangat abstrak, yang mula-mula terkesan jauh dari masalah-masalah manusia
sehari-hari. Karya-karya itu ditulis
dalam gaya yang sangat akademis, yang
akan sangat mengejutkan siapapun
yang membaca karya itu (Henry D.
Aiken, 2002: 20-21). Karya yang paling
membuat orang terkesan sehingga Kant
terkenal di zamannya adalah filsafat
tentang kritik (Kritisisme) yang dapat
merubah cara berfikir seseorang dalam
memahami karya Kant.
Beberapa karya Kant yang telah
menegakkan popularitasnya antara lain:
1. Kritik der Reiner Vernunf/Critique
of Pure Reason, 1781 M (Kritik Atas
Rasio Murni).
2. Prolegomena zu Einer Jeden
Kunftigen
Metaphysik/Prolegomena to Any
Future Metaphisics, 1783
(Pengantar
Metafisika
Masa
Depan).
3. Idea for Universal History, 1784 M.
4. Grundlegung zur Metaphysik der
Sitten/Groundwork of The
Metaphysic of Morals, 1785
(Pendasaran Metafisika
Kesusilaan).

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


5. Metaphysical Faundations of Normal
Science, 1786 M (Pendasaran
Metafisika Pengetahuan Alam).
6. Kritik der Praktischen
Vernunft/Critique
of
Practical
Reason, 1787 M(Kritik Atas Rasio
Praktis).
7. Kritik der Urtheilskraft/Critique of
Judgement, 1790 M (Kritik Atas
Daya Pertimbangan).
8. Religion Innerhalb der Grenzen der
Blossen Vernunft/Religion Within
the Limits of Reason Alone, 1793
M(Agama di Dalam Batas-batas
Budi Melulu).
9. Zum Ewigkn Frieden/Perpetual
Peace, 1795 M(Menuju Perdamaian
Abadi).
10.
Metaphisik der Sitten, 1797 M
(Metafisika Kesusilaan) (M. Amin
Abdullah, 2002:33)
11. Antropologie in Pragmatischer
Hinsicht/Antropology
from
a
Pragmatic Point of View, 1798
M(Antropologi
dalam
Sudut
Pandang Pragmatis).
12. Pada tahun-tahun terakhir
menjelang wafatnya, Kant masih
sempat membuat berbagai catatan
mengenai sistem filsafatnya.
Semua itu kemudian dibukukan
oleh Erich Adickes dengan judul
Kants Opus Postumum (Karya
Anumerta Kant) pada tahun 1920.
(library.walisongo.ac.id/digilib/do
wnload.php?id=4920)
Epistemologi, Sintesisme, Empirisme
dan Rasionalisme Immanuel Kant
Istilah Epistemologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu episteme yang
berarti pengetahuan dan logos berarti
perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata
episteme dalam bahasa Yunani
berasal dari kata kerja epistamai,
artinya menundukkan, menempatkan,
atau meletakkan. Maka, secara harafiah
episteme berarti pengetahuan sebagai
upaya intelektual untuk menempatkan

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 71 -

IAIS Sambas
sesuatu dalam kedudukan setepatnya.
Bagi suatu ilmu pertanyaan yang
mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari
epistemologinya.
(http://mohnurula.blogspot.co.id/2014/
03/bab-i-pendahuluan-1.html)
Epistemologi merupakan salah satu
cabang dari filsafat yang membahas
tentang metodologi; menyingkap bagai
mana fondasi suatu pengetahuan
dibangun, yang berarti suatu pemikiran
atau teori tentang pengetahuan yang
mengkaji hakikat pengetahuan dan
jenis-jenis pengetahuan.
Sintesis merupakan suatu inegrasi
dari dua atau lebih elemen yang ada dan
menghasilkan suatu hasil baru. Istilah
ini mempunyai arti luas dan dapat
digunakan ke fisika, ideologi, dan fenomenologi. Empirisisme berasal dari
kata Yunani empeiria (berpengalaman,
berkenalan, trampil) atau dari bahasa
Latin: experientia yang berarti pengalaman. Adapun empirisisme dalam
istilah filsafat adalah suatu aliran yang
berpendapat bahwa sumber seluruh
pengetahuan dicari dalam pengalaman.
Rasionalisme adalah paham filsafat
yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh
dengan cara berpik.
Immanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf yang berasal dari Jerman
yang menurutnya bahwa dunia luar
hanya memunculkan materi sensasi,
namun perangkat mental kita sendiri
menata materi ini sesuai ruang dan
waktu, memasok konsep-konsep yang
kita gunakan untuk memahami Ongalaman. Dan hal-hal itu sendiri yang
merupakan penyebab sensasi kita, tidak
bias diketahui; itu semua tidak berada
dalam ruang ataupun waktu, atau bahkan
bukan substansi, tidak pula dapat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


dijelaskan dengan konsep umum
manapun yang oleh kant disebut
"kategori".
Kant memiliki beberapa pokok
pemikiran yang harus diketahui terlebih
dahulu, dikarenakan pemikirannya
begitu original dan terlihat berbeda dari
pemikiran para filsuf sebelumnya
terutama berangkat dari filsuf Inggris
bernama David Hume, Antara lain
pokok pemikirannya adalah:
1. Panca indera, akal budi, rasio. Kita
sudah tahu tentang arti empirisme
yang mementingkan pengalaman
inderawi dalam memperoleh pengeta
huan dan rasionalisme yang mengedepankna penggunaan rasio dalam
memperoleh pengetahuan, tetapi
rasio yang kita ketahui adalah sama
dengan akal dan logis, namun Kant
memberi definisi berbeda. Pada Kant
istilah rasio (yang didapat dari
intelek) memiliki arti yang baru,
bukan lagi sebagai langsung kepada
pemikiran, tetapi sebagai sesuatu
yang ada "di belakang" akal budi dan
pengalaman inderawi. Dari sini
dapat dipilah bahwa ada tiga unsur:
akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman inderawi.
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba
untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan
untuk membuktikan bahwa sumber
pengetahuan itu diperoleh tidak
hanya dari satu unsur saja melainkan
dari dua unsur yaitu pengalaman
inderawi dan akal budi. Filsafat Kant
menyebutkan bahwa pengetahuan
merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
3. Kant dapat dikatakan sebagai
seorang revolusioner karena dalam
ranah pengetahuan ia tidak memulai
pengetahuan dari obyek yang ada
tetapi dari yang lebih dekat terlebih
dahulu yaitu si pengamat obyek
(subyek).

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 72 -

IAIS Sambas
Dari dua aliran empirisme dan
Rasionalisme Kant berpendapat bahwa
dalam diri subyek terdapat dua kemam
puan, yang menerima data (sensibilitas
atau "kemampuan mengindrai"), dan
untuk membentuk atau menghasilkan
konsep sebagai pemahaman, atau dalam
istilah Kant "Verstand" (akal budi).
Hubungan antara kemampuan mengindrai atau "sensibilitas" dengan dengan
kemampuan membentuk konsep erat
sekali. Tanpa sensibilitas obyek tak
dapat masuk dalam subyek, dan tanpa
akal obyek tak dapat dipikirkan.
Kant mengatakan bahwa kegiatan
akal budi (Verstand) muncul dalam
putusan. Dan dalam putusan ini terjadi
sintesis antara data-indrawi dan unsurunsur a priori akal budi. Unsur-unsur a
priori akal budi ini disebut Kant
sebagai "kategori-kategori". Tanpa sintesis ini, kita bisa mengindrai penampakan tapi tidak bisa mengetahuinya.
Atau dapat dikatakan, kategori-kategori
itu merupakan syarat a priori pengetahuan kita.
Epistemologi Immanuel Kant dinilai berhasil menemukan suatu sintesis
atas sistem-sistem sebelumnya dalam
tradisi filsafat Barat. Melalui pengujian
sejumlah persoalan yang sudah dianggap taken for granted, Kant merumuskan ulang validitas kebenaran pengeta
huan secara lebih radikal. Sampai saat
ini, pemikiran Kant tetap menarik
untuk dikaji. Melalui proyek filosofis
yang digagasnya, Kant telah merintis
sesuatu yang berharga bagi pengembangan dan penyelidikan selanjutnya.
Dengan cukup berani, Kant mendorong
suatu kemajuan besar dalam tataran
teoritis yang lebih ketat, dan rasional.
Kant sendiri tidak menilai bahwa
dirinya adalah seorang pioneer. Dalam
karyanya, Prolegomena zu einer jeden
knftigen Metaphysik, Kant dengan
rendah hati mengaku bahwa dirinya
dibangunkan dari tidur dogmatis oleh
kritisisme David Hume. Bahkan, dalam

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


karya besarnya, Kritik der reinen Vernunft, Kant tanpa malu-malu menyatakan bahwa pemikirannya mendapat stimulus dari para tokoh-tokoh sebelumnya. Dalam beberapa rumusan, semisal
konsep kategori, pengertian substansi
dan ide, Kant justru meminjamnya dari
pemikir Yunani Kuno, yakni Aristoteles, dan Plato. Apa yang dilakukan Kant
adalah berupaya mempertajam dan
menjelaskan secara lebih proporsional
masalah-masalah tersebut. Sayangnya,
beberapa komentator akhirnya dengan
gegabah menganggap pemikiran
Kant tidak asli dan sekedar kutipan.
Umumnya pandangan semacam ini
dikarenakan mereka tidak melihat
secara utuh apa yang coba dibangun
Kant. Dengan sistem yang disebutnya
seperti revolusi Copernicus dalam ilmu
alam, Kant mengubah sebuah konsepsi
yang selama ini diterima begitu saja
dalam tradisi filsafat Barat. Para filsuf
sebelum Kant, tidak ada yang mempersoalkan problem akut dalam diri subjek
ketika menerima sejumlah informasi.
Alih-alih menyelidiki substansi pengetahuan dalam pikiran manusia, Kant
terlebih dahulu menelusuri problem
mendasar pada diri subjek, untuk ditem
patkan pada kedudukan yang yang sepantasnya. Dengan usahanya itu, Kant
mencari dasar-dasar yang lebih ketat,
mengenai proses hadirnya pengetahuan
untuk dapat diuji secara rasional dan
terhindar dari kesesatan. Pada kesimpulan akhirnya, Kant menganggap
bahwa pengetahuan selalu berkenaan
dengan pengalaman, dan pengetahuan
manusia hanya bisa meluas berkenaan
dengan pengalaman yang diraihnya.
Bahkan, kebenaran metematika yang
diperoleh dengan dasar-dasar a priori,
selalu dapat dijelaskan dalam tatanan
empiris. Meskipun demikian, pengalaman tetap harus diuji secara rasional
agar bisa mencapai kebenaran pengetahuan universal. Dengan demikian, Kant
menanggap bahwa segala sesuatu yang

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 73 -

IAIS Sambas
tidak memiliki pijakan dalam tataran
empiris adalah sesuatu yang tidak bisa
dijadikan pengetahuankendatipun dinilai memiliki kegunaan. Konsepsi
tentang Tuhan, jiwa, kebebasan, kehidupan setelah kematian, dan sebagainya, berharga dan sangat penting bagi
sebagian orang. Tapi, bagi Kant, halhal semacam itu sama sekali bukan
pengetahuan, karena berada di luar
jangkauan pengalaman manusia secara
umum, alias tidak memiliki pijakan
dalam tataran empiris. (http://repositoryuinjkt.ac.id/dspace/handle/123456
789/4248)
Konstruksi Epistemologi dalam
Pragmatisme Immanuel Kant
Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian tepengaruh
oleh empirisnya (Hume). Walaupun
demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa
empirisme terkadang skep-tisisme.
Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran
ilmu, dan dengan akal manusia akan
dapat mencapai kebenaran (Amsoro
Achmadi, 2008:140).
Epistemologi selalu melekat pada
suatu pemikiran manusia, terlebih pada
pemikiran filsafat. Setiap pemikiran
filsafat selalu akan bertumpu pada
suatu epistemologi yang khas. Abbas
Hamami Mintaredja dalam Ayn Rand
(1970: 8) menyatakan Epistemology is
The Foundation of Philosophy. Hal
demikian dapat dimaklumi karena
epistemologi bertugas untuk menjelaskan struktur dasar pengetahuan manusia, serta mempertanggungjawabkan
mengenai kebenaran kepastian pengeta
huan itu.
Abbas Hamami Mintaredja dalam
Ayn Rand (1970: 8) menyatakan
epistemologi sebagai cabang filsafat
mulai dibicarakan dalam filsafat Plato.
Plato berusaha menjelaskan tentang apa
sebenarnya pengetahuan yang sesungguhnya yang dapat dicapai oleh manusia.
Plato menerangkan secara rinci dalam

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


tulisannya Republik buku yang
kesepuluh dan Theatetus. Kedua
tulisan ini menggambarkan tentang
teori pengetahuan yang lengkap baik
jenis objek, alat untuk memperolehnya
maupun bentuk/jenis pengetahuan serta
nilai kebenaran yang dikandung oleh
pengetahuan itu. Epistemologi sangat
penting dalam menentukan konstruk
pegetahuan yang dapat memberikan
arahan suatu pemikiran.
Sebelum adanya pemikiran Kant
muncul perdebatan soal Objektivitas
Pengetahuan yaitu oleh pemikiran rasionalisme di Jerman sebagaimana
dikembangkan oleh Leibniz-Wolf dengan empirisisme Inggris kemudian
bermuara dalam pemikiran Hume.
Filsafat Kant berusaha mengatasi kedua
aliran tersebut dengan menunjukkan
unsur-unsur mana yang terdapat dalam
akal. Kant menyebut perdebatan itu
dengan antinomy, seakan kedua belah
pihak merasa benar sendiri sehingga
tidak sempat memberi peluang untuk
munculnya alternatif ketiga yang lebih
menyejukkan dan konstruktif
(Muhammad Muslih, 2005: 61).
Implikasi-implikasi Epistemologi
Immanuel Kant dalam Ilmu
Pendidikan
Pemikiran Kant diarahkan untuk
mengkombinasikan pandangan rasionalisme dan Empirisme. Pertama menyata
kan bahwa ilmu pengetahuan muncul
dari rasio dengan mengabaikan pengalaman indrawi (apriori) sementara yang
kedua menyatakan sebaiknya yakni
ilmu pengetahuan hanya didapat dari
pengalaman inderawi dengan mengabai
kan rasio (aposteriori). Para rasionalis
menganggap bahwa manusia bisa
mendapat pengetahuan dengan analitis
apriori sementara kaum empirisme
mengatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui sintesis
aposteriori. Namun pemikiran Kant
ialah diantara apriori dan aposteriori, ia

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 74 -

IAIS Sambas
menawarkan adanya sintesis apriori
atau pengetahuan manusia diperoleh
dengan proses sintesis antara apriori
dan apesteriori.
Immanuel Kant telah memberikan
sumbangan yang sangat besar terhadap
paradigma berpikir manusia antara lain
adalah dengan membagi tiga proses
pengetahuan manusia. Pertama adalah
Tingkat terendah atau tingkat penerapan indrawi yaitu bahwa pengetahuan
manusia diperoleh dari pengamatan
indrawi. Kedua adalah tingkat akal budi
dan pikiran yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman indrawi
bersaman dengan itu pula akal budi atau
pikiran bekerja secara bersama dan
spontan sehingga diperoleh putusanputusan. Ketiga adalah tingkat intelek
yaitu yang membelakangi akal budi
atau pikiran dan pengalaman indrawi
yang merupakan wawasan mendalam,
yang tidak berasal dari pengalaman
manapun (namun bersal dari Allah
bedasarkan kerohanian)
Upaya Islamisasi Ilmu bagi
kalangan muslim yang telah lama
tertinggal jauh dalam peradaban dunia
modern, memiliki dilema tersendiri.
Apakah kita akan membungkus sains
Barat dengan label Islami atau
Islam? ataukah kita berupaya keras
mentransformasikan normativitas agama melalui rujukan utamanya al-Quran
dan Hadits ke dalam realitas kesejarahannya secara empirik? Kedua-duanya
sama-sama sulit jika usahanya tidak
dilandasi dengan berangkat dari dasar
kritik epistemologis. Dari sekian
banyak cendikiawan muslim yang pernah memperdebatkan tentang Islamisasi Ilmu, diantaranya Ismail Raji AlFaruqi, Syed Muhammad Naquib AlAttas, Fazlur Rahman dan Ziauddin
Sardar. Kemunculan ide Islamisasi
Ilmu tidak terlepas dari ketimpanganketimpangan yang merupakan akibat
langsung keterpisahan antara sains dan
agama. Sekularisme telah membuat

Vol III No. 1 Januari Juni 2016


sains sangat jauh dari kemungkinan
untuk didekati melalui kajian agama.
Pemikir kalangan yang mengusung ide
Islamisasi Ilmu masih terkesan sporadis dan dan belum terpadu menjadi
sebuah pemikiran yang utuh.
Pemikiran Immanuel Kant membawa dampak pada berbagai bidang salah
satu bidang pendidikan tentang ilmu
pengetahuan. Teori pengetahuan dalam
pikiran Immanuel Kant bersifat objektif
sehinggga lebih mengutamakan pada
akal yang dimiliki manusia.
Implikasi-implikasi dalam pendidikan adanya pemikiran Immanuel
Kant tentang kritisisme memberikan ma
nfaat dalam bidang pendidikan, contohnya menjadikan praktisi-praktisi bidang pendidikan menjadi lebih teliti dalam menelaah perkembangan dunia pen
didikan berhubungan dengan memberikan kebijakan-kebijakan Salah satu con
toh kebijakaan dalam dunia pendidikan
seperti memberikan fasilitas pengguna
an internet di lembaga-lembaga pendidikan. Selain itu menjadikan seseorang
berpikir kritis dalam merespons kebija
kankebijakan berkaitan dengan pendidikan.
SIMPULAN
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya memadukan dua pendekatan dalam
pencarian keberadaan sesuatu yang
juga tentang kebenaran substansial dari
sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio
tidak membuktikan, demikian pula
pengalaman, tidak dapat dijadikan
melulu tolak ukur, karena tidak semua
pengalaman benar-benar nyata, tapi
tidak-real, yang demikian sukar
untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Kant mempunyai tiga karya yang
sangat penting yakni kritik atas rasio
murni, kritik atas rasio praktis, kritik
atas pertimbangan. Ketiga karyanya
inilah yang sangat mempengaruhi

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 75 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

pemikiran filosof sesudahnya, yang


mau tak mau menggunakan pemikiran
kant. Karena pemikiran kritisisme
mengandung patokan-patokan berfikir
yang rasional dan empiris.
Penjelasan di atas, bahwa pemikir
an Immanuel Kant adalah berusaha
untuk memberi pemahaman-pemahaman
yang bersifat membangun, serta berman
faat bagi umat manusia, Untuk mewujudkan pemikiran Immanuel Kant, dia
menciptakan karya-karyanya berupa
buku yang didalamnya terdapat ide-ide
yang bermanfaat. Dari karya-karyanya
inilah memberikan pemahaman-pemahaman kepada cendikiawan.

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 76 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA
Abbas

Hamami Mintaredja,
Yogyakarta: 1970

Teori-teori

Epistemologi

Common

Sense,

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1995
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2013
Akhmad Haries, Hukum Islam: Antara Teks, Moral, Dan Akal, di Jurnal Mazahib,
Vol. IV, No. 1, Juni 2007
Henry D. Aiken, Abad Ideologi, terj. The Age of Ideology, penj. Sigit Djatmiko,
Yogyakarta : Yayasan Bintang Budaya, 2002
Joko Siswanto, Sistem-sistem Metafisika Barat: Dari Aristoteles Sampai Derrida,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Kant's Critique of Pure Reason, Cambridge, Cambridge University Press, 2006
K. Berterns, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1995
M. Amin Abdullah, Antara Al-Ghozali dan Kant-Filsafat Etika Islam, Bandung :
Mizan, 2002
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2005
Russell Bertrand, History of Western Philosophy, terj, London: George Allen &
Unwin Ltd, 1961
--------------------, Cetakan III, Agustus, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007
Syadali Ahmad, et. At., Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Zubaedi dkk, Filsafat Barat Dari Logika Baru Rene Descartes hingga Revolusi
Sains Ala Thomas Kuhn, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=4920
http://situsilmiah.blogspot.co.id/2011/04/memahami -epistemologi-immanuelkant_06.html
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/4248

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 77 -

IAIS Sambas

Vol III No. 1 Januari Juni 2016

http://makalahpendidikanislamismail.blogspot.co.id/2015/04/komparasi pemikiran-al-ghazali-dan.html

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)

- 78 -

Anda mungkin juga menyukai