Anda di halaman 1dari 16

STUDI GERAKAN ISLAM: MODERATISME ISLAM DOKTRINASI NAHDLATUL

ULAMA’ DALAM MEMBACA PERKEMBANGAN BANGSA MENURUT KH. A


WAHAB CHASBULLAH ANALISIS HERMENAUTIKA JE. GRACIA

Diajukan memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah

Seminar Proposal

Oleh:

Muhamad Ghufron Nur Kholis

NIM: E91217094

Dosen Pengampu:

Dr. Mukhammad Zamzami, Lc. M.Fil.I

Nip: 198109152009011011

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagasan tentang moderasi, akhir-akhir ini banyak diperbincangkan oleh berbagai


kalangan. Gagasan ini semakin menghangat seiring dengan berkembangnya gerakan dan paham-
paham kekerasan yang muncul akhir-akhir ini. Gagasan moderasi adalah sebuah gagasan yang
menghendaki sebuah kehidupan yang aman dan damai dalam sebuah masyarakat yang beragam
tanpa adanya tindakan-tindakan kekerasan atau pemaksaan antara satu dengan yang lain karena
para anggota masyarakatnya memiliki kesadaran untuk saling memahami dan menghargai satu
dengan yang lain.

Indonesia adalah merupakan negara yang majemuk baik dari sisi tradisi, budaya, bangsa,
bahasa dan juga agama. Kemajemukan ini akan menjadi kekayaan yang berharga apabila bisa
merawatnya dengan baik, dan sebaliknya akan bisa menjadi petaka apabila masyarakat bangsa
Indonesia tidak mampu merawatnya. Oleh karena itu merawat keragaman adalah sebuah
keharusan apabila kita menginginkan bangsa ini terus hidup rukun dan damai sepanjang masa.

Akhir-akhir ini berkembang sekelompok masyarakat yang dengan pahamnya berusaha


memaksakan keyakinannya kepada orang lain, tanpa memikirkan pihak lain. Paham ini dikenal
dengan Istilah radikal. Paham radikal adalah sebuah paham yang menginkan sebuah perubahan
secara menyeluruh sampai ke akar-akarnya tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi yang ada.
Tindakan-tindakan tersebut sangat berbahaya karena bisa mengancam keselamatan jiwa manusia
dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Nahdhatul Ulama sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia


tidak tinggal diam dengan munculnya berbagai paham dan gerakan radikal tersebut. Sebagai
sebuah organisasi yang berpaham moderat berpandangan bahwa tindakan radikal tersebut jelas
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama selama ini yaitu
paham ahlussunnah wal Jama`ah. Dalam rangka turut serta mengatasi persoalan-persoalan
radikalisme, berbagai langkah terus dilakukan oleh kalangan Nahdlatul Ulama. Salah satunya
adalah dengan menggagas sebuah ide yang dikenal dengan istilah “Islam Nusantara” yang
dideklarasikan pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang Jawa Timur Timur
pada Agustus 2015. Adapun tema yang diusung dalam muktamar tersebut adalah: “Meneguhkan
Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia”.

Sebenarnya istilah “Islam Nusantara” bukanlah sesuatu yang baru di kalangan umat
Islam di Indonesia. Dalam tataran praktis, tipologi Islam Nusantara telah lama terwujud di
wilayah Nusantara. Sebuah model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran- ajaran
Islam dengan mempertimbangkan tradisi atau budaya lokal, sehingga dalam hal-hal tertentu
di luar ajaran pokok Islam, mampu mengekpresikan model praktek Islam yang bercirikan c
budaya Nusantara dan sekaligus menjadi ciri pembeda dengan praktek-praktek Islam yang
ada di wilayah lainnya seperti di Timur Tengah, India, Turki dan sebagainya. 1

Secara konseptual, identitas Islam Nusantara ini telah ditulis oleh beberapa penulis,
antara lain: Azyumardi Azra (2015) dengan judul Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal
dan Nor Huda (2013) dengan judul Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di
Indonesia. Maka istilah Islam Nusantara bukanlah istilah baru, melainkan telah dikenal cukup
lama, termasuk yang diperkenalkan kedua penulis tersebut. Hanya saja, kedua penulis ini
menjelaskan Islam Nusantara ini dari segi tinjauan historis, belum banyak menyentuh tinjauan
metodologis.

Dari adanya peristiwa tersebut kemudian menimbulkan beragam persoalan baru, yang
mana persoalan tersebut memiliki inti bahwa, dapatkah kelompok yang memiliki perbedaan
dalam melakukan praktik amaliah beragama dapat menghormati antar perbedaan, melakukan
praktik amaliah beragama tanpa saling menyalahkan, serta bersedia berdialog ketika terjadi
perbedaan pendapat?. Apabila pertanyaan tersebut dijadikan sebuah landasan dalam sebuah
praktik amaliah beragama, maka sesungguhnya kelompok tersebutlah bisa dikatakan sebagai
kelompok yang memiliki sikap moderasi. Sehingga, adanya beragam perbedaan tersebut bukan
menibulkan perpecahan, namun malah menciptakan sebuah rahmat dalam beragama.

Moderasi Islam lahir sebagai solusi atas perlawanan terhadap dua pemahaman yang
bertentangan yakni paham fundamentalis akan melahirkan tindakan yang radikal sedangkan

1
Mujamil Qomar, “Islam Nusantara: Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman dan Pengalaman,”
dalam Jurnal el-Harakah, UIN Maliki Vol. 17 No. 2 Tahun 2015, 199.
paham liberal akan melahirkan tindakan yang bebas dan menyimpang dari norma yang berlaku.
Moderasi Islam sendiri merupakan ajaran keagaman yang sesuai dengan keadaan agama disemua
aspek baik ras, suku, adat istiadat ataupun bangsanya sendiri (Dawing, 2017).

Selain itu juga, Moderasi Islam dengan paham yang mengutamakan kesatuan umat dan
menghindari kekerasan (Mohamad Fahri dan Ahmad Zainuri, 2019). Atas dasar itulah moderasi
Islam bisa berdampak positif bagi keseimbangan diantara paham liberalisme dan
fundamentalisme, sehingga keadaan negara Indonesia akan menjadi kondusif dan mampu
membangun peradaban tanpa adanya konflik yang dapat menghancurkan umat Islam. 2

Munculnya tema Islam Nusantara tidak lepas dari bentuk respon dari kalangan
Nahdlatul Ulama mewakili umat Islam mainstream Indonesia atas semakin memburuk dan
negatifnya citra Islam di mata dunia internasional dikarenakan berbagai kasus kekerasan yang
terjadi dengan mengatasnamakan Islam, baik itu penyanderaan, pemboman, pembunuhan dan
sebagainya. Kasus-kasus tersebut bisa kita lihat di berbagi belahan dunia. Di Indonesia sebagai
misal, di sepanjang lima belas tahun terakhir tidak kurang dari 25 aksi terror terjadi yang
menyebabkan jatuhnya ratusan dan bahkan ribuan korban. Demikian pula di berbagai negara
yang lain telah terjadi hal yang serupa. Bahkan justru hal ini banyak terjadi pada sejumlah
negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, terutama di kawasan Timur Tengah, seperti di
Irak, Suriah, Yaman, Somalia, Afghanistan, Mesir dan Libya.

Identitas pelaku tindakan radikal dan mengatas namakan Islam tersebut melahirkan
anggapan yang salah bahwa Islam itu mengajarkan kekerasan, pertumpahan darah, tindakan
keji, perlakuan kejam dan sadis, perbuatan barbar, dan tindakan-tindakan dehumanisasi lainnya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Machasin, bahwa citra Islam sebenarnya banyak dirusak
oleh umat Islam sendiri. Konflik berkepanjangan yang terjadi di Timur Tengah, telah
memunculkan citra buruk bagi Islam itu sendiri. Ketika pembicaraan tentang Islam mencuat,
maka muncul persepsi buruk bahwa Islam adalah agama teroris dan keburukan. 3 Hal senada juga
dinyatakan oleh KH Mustafa Bisri bahwa merosotnya nilai kemanusiaan banyak diakibatkan
oleh faudla dan kekacauan seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Banyak kelompok-

Hanafi, Moderasi Islam, (Ciputra: Pusat Studi Ilmu Al-Qur‟an, 2013), 1-2
2

Machasin, “Islam Nusantara dalam Kanca Internasional”, Aula MajalahNahdlatul Ulama, No. 08
3

SNH XXXVII Agustus 2015, 19.


kelompok yang mengatas namakan Islam, namun perilakunya sangat bertentangan dengan
Islam. 4

Padahal bila ditelusuri secara mendalam, Islam adalah sebuah agama yang mengajarkan
kedamaian, kerukunan, keharmonisan, toleransi, dan keterbukaan. Islam adalah agama pembawa
ajaran kasih sayang dan agama penebar rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Namun
sayangnya ajaran-ajaran yang indah dan sejuk ini kurang ditonjolkan, sehingga kurang dikenal
oleh dunia internasional. Demikian pula, mayoritas umat Islam yang justru lebih mengutamakan
kedamaian kurang dikenal dibanding dengan yang melakukan kekerasan. Uniknya, tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh segelintir umat Islam inilah yang mengundang perhatian negatif-
pejoratif dari masyarakat internasional, kemudian dijustifikasi sebagai karakteristik Islam.Inilah
di antaranya yang kemudian menimbulkan keprihatinan di kalangan umat Islam, termasuk
kalangan Nahdlatul Ulama pada khususnya, sehingga muncul gagasan Islam Nusantara. Sebuah
paham yang sebenarnya bukanlah sebuah produk aliran baru, akan tetapi merupakan sebuah
paham keislaman yang toleran, damai dan akomodatif terhadap budaya nusantara. Islam
Nusantara adalah merupakan bentuk ke-Islaman yang tidak mengajarkan kekerasan,
permusuhan, dan kebencian. Namun demikian sosialisasi identitas Islam Nusantara ternyata
mendapat respons yang beragam di kalangan umat Islam dan bahkan di kalangan para tokoh
Nahdlatul Ulama sendiri.

Sedangkan ajaran Islam di Indonesia, sejak dalam penyebaranya sudah diterapkan dengan
menggunakan metode yang sangat unik dan damai seperti tidak melakukan kekerasan,
pemaksaan, serta selalu menghargai berbagai nilai-nilai budaya kearifan lokal. Sehingga
masyarakat Indonesia sangat mudah menerima ajaran Islam dengan kultur yang bebeda yaitu
Islam Nusantara. Islam Nusantara terbentuk atas dasar penggabungan antara budaya lokal dan
ajaran Islam yang disebarkan oleh pedagang Gujurat, yang kemudian penyebarannya dilanjutkan
oleh walisongo dengan cara memasukkan nilai-nilai Islam kedalam budaya lokal (Ahmad Agis
Mubarak dan Diaz Gandara Rustam, 2018). Islam Nusantara mempunyai lima ciri khas yang
membedakan dengan Islam lain di dunia yaitu Kontekstual, Toleran, Menghargai tradisi,

A. Mustafa Bisri, “Islam Nusantara: Revolusi Mental dan Amanat HadratusSyaikh”’ Aula, Majalah
4

Nahdlatul Ulama, No. 09 SNHXXXVII Sepember 2015, 63.


Progresif dan memberikan kebebasan kepada msyarakat. Dengan karakter tersebut maka akan
membentuk Islam yang moderat.5

Dengan konteks diatas Nahdlatul Ulama atau yang sering disebut NU ini banyak nya fase
dengan sistem kultural yang mana dengan adanya sebuah toleran keagamaan, etnisitas sejarah,
baik secara dinamis dan progesif akulturasi budaya berkebangsaan, begitu juga adanya konsepsi
tengah (wasathiyah) moderat dengan objek membawa perubahan dan arah gerak bangsa yang
bertoleransi terhadap satu agama dengan agamanya sendiri. Maka dari itu, dengan konteks-
konteks diatas penulis sangat minat untuk mengusut dan mengkaji ulang arogan-arogan yang
telah dikutipkan tersebut, dan penulis menggertak dengan esensi pemikiran kebangsaan dalam
ormas Nahdlatul Ulama dalam perkembangan kebangsaan menurut K.H. A Wahab Chasbullah
dengan menela’ah dengan kutipan hermeneutika J.E. Gracia yang digunakan untuk mencari
artian baru dari paham akan keislaman serta diaktualisasikan dengan konteks perkembangan
bangsa Indonesia saat ini dan dengan harapan dapat menambah wawasan keislaman dan
kebangsaan yang cukup, yang sehingga dapat terhindar dari segala macam bentuk dalam
pengembangan kontekstual Nahdlatul Ulama’ untuk mewujudkan martabat agama dan negara.

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Adapun identifikasi masalah yang ditemukan dalam rumusan latar belakang, yang
sebagaiman telah dijabarkan pembahasan diatas, yaitu:

1. Penekanan dan pengartian moderat pada konsep Islam Nusantara.


2. Pemahaman akan konseptual Nahdlatul Ulama sebagai arus Moderatisme Islam di
Indonesia.
3. Peranan Nahdlatul Ulama dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman
berkebangsaan.
4. Konstruksi pemikiran KH. A Wahab Chasbullah dalam perkembangan bangsa.
5. Signifikasi pemikiran KH. A Wahab Chasbullah terkait pada islam moderat
melalui perkembangan Nahdlatul Ulama.

5
Ahmad Agis Mubarok, Diaz Gandara Rustam, “Islam Nusantara: Moderasi Islam di Indonesia”, Journal
of Islamic Studies and Humanities, Vol. 3, No. 2, 2018, 153-168
Dengan luasnya masalah yang telah terindetifikasi di atas, maka diadakan pembatasan
masalah yang difokuskan mulai dari poin kedua sampai dengan poin kelima, yaitu pembahasan
terkait konstruk atau bangunan konsep moderasi Islam dan ide perkembangan kebangsaan K.H.
A Wahab Chasbullah yang kemudian akan dianalisis mengenai signifikansinnya dengan konteks
kontemporer saat ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya diatas, maka
penulis dapat merumuskan dua rumusan masalah yang menjadi pokok dari permasalahan yang
akan dibahas secara mendalalam pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana konseptual dan peranan Nhadlatul Ulama dalam memerangi tantangan zaman
dan menjawab aktualisasi gerakan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana signifikasi pemikiran KH. A Wahab Chasbullah dalam moderasi islam
sebagai agen perubahan dan perkembangan bangsa dengan menggunakan teori
hermeneutika J.E Gracia?
D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagaimana dalam teks berikut ini:

1. Untuk membahas sebuah arah gerak Nahdlatul Ulama dalam tantangan kebangsaan
melalui pemikiran fiqh kebangsaan KH. A Wahab Chasbullah.
2. Untuk mengetahui sistem gerak Nahdlatul Ulama atas perkembangan bangsa
menggunakan analisi sistem pemikiran kebangsaan dalam konsep pemahaman KH. A
Wahab Chasbullah.
E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini, dapat ditinjau dari dua aspek,
yakni:

1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap


wawasan keagamaan moderat (tidak berlebih-lebihan dalam menjalani kehidupan
beragama). Di samping hal itu penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi
yang lebih komprehensif terhadap wawasan kebangsaan (kehidupan berbangsa dan
bernegara) yang berwawasan Islam moderat. Mengingat akhir-akhir ini begitu
marak wacana yang senantiasa ingin membentur-benturkan antara agama dan
negara yang disertai dengan tindakan-tindakan ekstrem (kekerasan).
2. Manfaat secara praktis, dalam taraf maksimal penelitian ini diharapkan mampu
menjawab tantangan ekstremisme dan liberalisme keagamaan yang setiap saat bisa
bergulir dan bertransformasi dalam ruang gerak masyarakat. Adapun dalam taraf
minimal setidak-tidaknya bisa menambah wawasan atau khazanah keilmuan tentang
cara beragama yang adil santun dan toleran serta menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara.
F. Telaah Pustaka

Sebagai penyeimbang dalam penelitian agar terhindar dari pengulangan-pengulangan


dalam pembahasan, maka penelitian ini setidaknya sudah meninjau dan berdialog dengan
beberapa karya ilmiah yang juga berkaitan dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini.
Adapun beberapa karya tersebut adalah sebagai berikut:

No Nama Judul Penerbit Hasil Penelitian

1 Dalam hasil peneletian ini


Pendidikan Jurnal menunjukkan bahwa terdapat
Pendidikan
Muhammad Aswaja NU pada sistem pendidikan aswaja
Agama Islam
Fahmi Dalam dalam NU yang memiliki
Volume 1 No. 1,
Konteks beberapa sifat plural,
Mei 2013.
Pluralisme Sinta 2 toleran, tasamuh, tawazun, dan
sebagainya, dalam pendidikan
aswaja ini dapat mengatur
hubungan manusia dalam tiga
ikatan persaudaraan dan
kerukunan yang sudah tercatat
dalam jurnal.6
2 Pada penelitian ini
menunjukkan hasil-hasil dari
Muhammad Keislaman Dan Khazanah: pemikiran KH. Hasyim Asy’ari
Rijal Kebangsaan: Jurnal Studi merupakan suatu memahami islam
Fadli dan Telaah Islam dan tradisi yang mengenai sufisme,
Ajat Pemikiran KH. Humaniora teologi, fiqh dan sebagainya,
Sudrajat Hasyim Volume 18 dan sebagaimana KH. Hasyim
Asy’ari No. 1, 06 Asy’ari berfikir dengan
Juni 2020. maksud tertentu dalam
Sinta 2 meniadakan sistem kolonialisme
yang terjadi pada negara dan
bangsa Indoneisa. Pemikiran
tersebut dapat diartikan dalam
jati dirinya yang low profile
dengan keteguhannya dalam
menjaga islam dari ancaman
yang dapat merusak
kulturalisme pada umat islam
yang tertera pada jurnal ini.7
3 Didalam konsep penelitian ini
menyatakan bahwa jurnal ini
Fikih Organisasi Jurnal Al-
menyatakan ajaran dan searah
Miftahul (Reaktualisasi Insyiroh:
perjalanan NU yang merupakan
Ulum dan Sejarah Jurnal Studi
landasan dalam syariat-syariat

6
Muhammad Fahmi, Pendidikan Aswaa NU Dalam Konteks Pluralisme, Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Vol. 1 NO 2, Mei 2013
7
Rijal Fadli dan Ajat Sudrajat, Keislaman Dan Kebangsaan: Telaah Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari,
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Volume 18 No. 1, 06 Juni 2020.
Abd. Nahdlatul Islam, Volume madzhab para empat imam besar,
Wahid HS Ulama (NU) di 5, No. 2, 09 yang dimana NU sendiri
Indonesia) September
mengikuti perjalanan syariat
2019.
yang dipakai Imam Syafi’i
Sinta 3
yang berpenganut pedoman Fiqh,
dan yang digunakan ajaran NU
ini merupakan perjalanan
fleksibilitas dan mobilitas
pada kehidupan di Indonesia
yang menganut ajaran-ajaran
dan syariat-syariat islam yang
digunakan Imam Syafi’i pada
kalangan para Jumhur Ulama’
dan pesantren yang berada di
Indonesia sendiri. Begitu pula
banyak lagi yang ada pada
penilitian jurnal ini, dan
yang saya ambil dari jurnal
ini adalah pedoman-pedoman
fiqh dan juga sejarahnya.
4 Dalam jurnal ini dapat
Indonesianisasi AL-TAHRIR: disimpulkan bahwasanya,
Toto Islam: Jurnal
jurnlal ini menyampaikan
Suharto Penguatan Islam Pemikiran
beberapa sumber diantaranya
Moderat dalam Islam, Vol 17,
Indonesianisasi islam yang
Lembaga NO 1 Mei
memiliki suatu otoriter atau
Pendidikan 2017 : 155-17.
Islam di Sinta 2 instalasi ideologi islam
Indonesia moderat penting dalam
kelembagaan pendidikan islam
denagan internalisasi nilai-
nilai dalam islam pada
kurikulum, yang sebagaimana
untuk menumbuhkan pola
pendidikan yang menjadikan
sebuah kultur islam moderasi.8
5 Dalam penelitian jurnal ini
QUO-VADIS saya simpulkan dengan persepsi
ISLAM MIQOT: Jurnal
Masdar yang berkemajemukan pada
MODERAT Ilmu-Ilmu
Hilmy analisis jurnal, yang saya
INDONESIA? Keislaman,
teliti pada kesimpulan jurnal
Menimbang Vol. XXXVI
ini adalah islam moderat
Kembali No. 2 Juli-
Modernisme Desember Indonesia yang berasal dari

Nahdlatul 2012 dalam bermasyarakatan umat


Ulama dan muslim di Indonesia yang tak
Sinta 2
Muhammadiyah bisa terbantahkan dengan
adanya “emblems culture”
dengan mengkudeta perkembangan
zaman keberagamaan dari masa-
masa yang yang mulai
berkembang.
6. Ahmad Islam Intelektual: Hasil yang saya dapat dari jurnal yang
Khoirul Nusantara: Jurnal sudah diteliti ini merupakan suatu

8
Toto Suharto, Indonesianisasi Islam: Penguatan Islam Moderat dalam Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, AL-TAHRIR: Jurnal Pemikiran Islam, Vol 17, NO 1 Mei 2017. 155-17.
Mustamir Strategi Pendidikan dan pembentukan strategi perkembangan
Perjuangan Studi dengan menggunakan dakwah dari
“Keumatan” Keislaman. NO tempat ke tempat yang lain sehingga
Nahdlatul 9 Vol. 3 30 memudahkan orang-orang untuk
Ulama Desember mengikuti ajaran islam secara
2019 lokalisasi. Dan dapat diterpa oleh
Sinta 2 metode-metode dalam
mengembangkan keumatan dalam
islam di Nusantara,
7. Miftakhul Pemikiran Istinbáth: Jurnal ini berupaya menelusuri
Arif, Ainur Kebangsaan Jurnal Hukum pemikiran kebangsaan KH A Wahab
Rofiq Al KH. Abd. dan Ekonomi Chasbullah. Dalam analisisnya
Amin Wahab Islam, vol. 20, digunakan pendekatan fkih. Pada
Chasbullah: No. 1. 2021 akhir kajian ini menyatakan pemikiran
Perspektif Fikih Sinta 2 kebangsaan KH A Wahab Chasbullah
berakar pada tradisi fkih yang
bersumber dari paham keagamaan Ahl
Al-Sunnah Wa Al-Jamâ‘Ah.9

G. Metodologi Penelitian
1. Metode

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu sebuah
model penelitian yang menggunakan kata-kata (penjelasan secara naratif) sebagai alat
untuk menggambarkan fenomena atau kejadian-kejadianyang ada, baik itu fenomena
alamiah maupun fenomena sintetis yang dibentuk dan direkayasa oleh manusia.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy J. Moleong, yang dikutip dari Bogdan
dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan sebuah metode yang dapat menghasilkan data

9
Miftakhul Arif, Ainur Rofiq Al Amin, Pemikiran Kebangsaan KH. Abd. Wahab Chasbullah: Perspektif
Fikih, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, vol. 20, No. 1. 2021.
deskriptif (penggambaran fenomena) berupa katakata naratif tertulis atau dari perkataan
orang-orang yang diteliti. 10

Selanjutnya, sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya sebagai penunjang


dalam penelitian ini juga menggunakan model library researh, yaitu penelitian dengan
memanfaatkan sumber-sumber data yang ada di perpustakaan, baik itu berupa buku,
jurnal, skripsi, thesis, surat kabar dan manuskrip-manuskrip lainnya yang tersedia.

2. Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik yang
berorientasi kepada bagaimana makna dari suatu teks atau pemikiran tokoh, baik itu
tokoh kontemporer maupun pemikiran tokoh masa lampau dapat ditemukan sebuah
makna baru yang relevan dan ada signifikansinya dengan konteks zaman tertentu
(kontekstual), agar penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar mengulang-ulang
pembahasan (repetisi).

Oleh sebab itu, maka dalam penelitian ini secara khusus menggunakan teori
hermeneutika Jorge Gracia yang secara spesifik mengarah pada tiga fungsi pokok dari
sebuah interpretasi. Sedangkan tiga fungsi yang dimaksud adalah, fungsi historis, fungsi
makna, dan fungsi implikatif. Ketiga lokus utama itulah yang diharapkan dapat
membedah permasalahan dalam penelitian ini.

H. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana jenis metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu deskriptif
kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang dipakai di sini adalah dokumentasi, yang mana
teknik dengan model dokumnetasi ini sangat penting posisinya dalam model penelitian
kualitatif. 11 Mengingat objek material yang dipilih adalah salah seorang tokoh masa lalu, dengan
sendirinya dokumentasi di sini menjadi wajib diaplikasikan, seperti mengoleksi buku atau karya
tokoh yang bersangkutan (sumber primer), dan mencari telaah lain dalam buku atau karya orang
lain tentang tokoh tersebut (sumber sekunder). Dokumentasi yang dimaksud di sini tidak hanya

10
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
11
H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian (Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2006), 80.
terbatas pada dokumen yang berbetuk teks saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan seperti
film, foto, audio dan hal-hal lainnya yang bisa dijadikan sebagai sumber kajian selain wawancara
dan observasi. 12

I. Sistematika Pembahasan.

Pada penelitian skripsi ini dengan judul “Studi Gerakan Islam: Moderatisme Islam
Doktrinasi Nahdlatul Ulama’ Dalam Membaca Perkembangan Bangsa Menurut Kh. A Wahab
Chasbullah Analisis Hermenautika J.E. Gracia” akan disusun secara terstruktur, sistematis dan
komprehensif yang akan dikemas dalam bentuk bahasan perbab sebagaimana berikut.

Bab pertama, substansi yang terdiri dari pendahuluan yang akan menjelaskan serta
memaparkan secara sistematis mengenai rangkuman pembahasan point-point penting dalam
penelitian ini, adapun rincian isi dari pendahuluan yaitu antara lain, ada latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, daftar kajian terdahulu serta terdapat juga deskripsi penjelasan
mengenai metodologi penelitian yang akan diaplikasikan guna untuk membantu dalam
memecahkan rumusan masalah yang telah disusun secara spesifik, yang terdiri dari Metode,
Pendekan dan ada juga Teori yang mana semua itu akan menjadi peta konsep serta penunjang
dalam penyelesaian penelitian.

Bab kedua, membahas seputar diskursus dasar tentang moderatisme Islam secara umum,
meliputi penjelasan terkait makna Islam moderat, eksistensi Islam moderat di Indonesia, dan
paradigma umum Islam moderat dalam merespon segala isu dan realitas kehidupan yang
melingkupinya. Sedangkan yang menjadi concern tentang kajian moderatisme Islam Indonesia
merujuk pada konsep yang digagas oleh K.H. A. Wahab Chasbullah.

Bab ketiga mengkaji sosok K.H. A. Wahab Chasbullah secara khsusus, yang di dalamnya
meliputi pembahasan terkait selayang-pandang tentang K.H. A. Wahab Chasbullah (uraian
biografi), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan seputar prestise K.H. A. Wahab Chasbullah
selama hidupnya, dan menguraikan beberapa genealogi pemikirannya yang berkenaan dengan
konsep keberagamaan beserta pemikirannya tentang kebangsaan yang berwawasan Islam
moderat.

12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007), 240.
Bab keempat, menguraikan analisis serta hipotesis penulis tentang konsep pemikiran
keberagamaan dan kebangsaan K.H. A. Wahab Chasbullah sebagai sebuah pemikiran masa
lampau yang mempunyai historisitas tersendiri, mulai dari audiens, latar belakang ide, dan
kandungan makna di dalamnya. Dalam bab ini mencoba untuk melihat bagaimana dialog
implikasi dan signifikansi pemikiran masa lampau yang tentu sama sekali berbeda dengan
kondisi konteks saat ini, di mana orang-orang sekarang sudah tidak lagi berada dalam ruang dan
waktu di mana K.H. A. Wahab Chasbullah melontarkan gagasannya. Hal tersebut dikupas
dengan pisau analisis hermenutika Jorge Gracia guna untuk menemukan suatu jalan pikiran baru
yang dapat disajikan dan direkontekstualisasikan untuk menjawab tantangan zaman ke depan.

Bab kelima, menyimpulkan hasil temuan penelitian yang bersifat “hasil temuan
sementara” atau hipotesis argumentatif dari penelitian ini dan menjawab rumusan masalah yang
ada sekaligus hal-hal penting lainnya yang perlu untuk direkomendasikan dalam bentuk kritik
dan saran untuk pengembangan penelitian ini maupun penelitian selanjutnya.

J. Daftar Rujukan

Andene, Kuri, “Rekontekstualisasi moderatisme islam dan ide kebangsaan k.h. achmad
shiddiq dalam perspektif hermeneutika jorge gracia”. Skripsi Program Studi Aqidah dan Filsafat
Islam UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2021.

Salik, Mohamad, “Nahdlatul Ulama dan Gagasan Moderasi Islam”, PT. Literindo
Berkah Jaya, April 2019.

Muhammad Rijal Fadli, Ajat Sudrajat , Keislaman Dan Kebangsaan: Telaah Pemikiran
K.H. Hasyim Asy’ari, Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Volume 18 No. 1,
06 Juni 2020.

Fahmi, Muhammad, “Pendidikan Aswaja NU Dalam Konteks Pluralisme, Jurnal

Pendidikan Agama Islam Vol. 1 No. 1, Mei 2013.

Siradj, Said Aqil, Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah Dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta,
LKPSM, 1998)

PB NU, Khittah Nahdlatul Ulama (Jakarta: Lajnah Ta’lif an-Nasr,1985).


Suharto, Toto, Indonesianisasi Islam: Penguatan Islam Moderat dalam Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, AL-TAHRIR: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 17, NO. 1 Mei 2017. 155-
17.

Hilmy, Masdar, QUO-VADIS ISLAM MODERAT INDONESIA? Menimbang Kembali


Modernisme Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 36
No. 2, Juli-Desember 2012.

Mustamir, Ahmad Khoirul, Islam Nusantara: Strategi Perjuangan “Keumatan”


Nahdlatul Ulama, Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman. NO. 9 Vol. 3, 30 Desember
2019.

Al Amin, Miftakhul Arif, Ainur Rofiq, Pemikiran Kebangsaan KH. Abd. Wahab Chasbullah:
Perspektif Fiqh, Istinbáth: Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, vol. 20, No. 1. 2021.

Anda mungkin juga menyukai