NIM : 2201106355
Mata Kuliah : Studi Pendekatan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Al Misry, M.A
SOAL DAN JAWABAN UAS PPs IAIN PAI Unit A dan B (2022/2023)
Tulisan ini merupakan hasil kajian perspektif Ahmad Sirhindi. Ini adalah
rujukan yang diintip dari berbagai sumber yang dapat diterima. Hasil rujukan yang
saya lakukan menunjukkan bahwa :
1. Wahdāt al-adyan dari al-Hallaj dan wahdāt al-syuhud dari Sirhindi merupakan
derivasi dari lā Ilāha Illallah
2. Wahdāt al-adyan mengatakan bahwa semua agama pada hakekatnya identik
dan memiliki satu tujuan; beribadah kepada Tuhan
3. Wahdāt al-syuhud dalam tauhid syuhudi mengisahkan bahwa segala sesuatu
berasal dari Yang Esa. Idenya, bagaimanapun, tidak berarti bahwa semuanya
tidak ada.
Konsep wahdāt al-adyan menurut al-Hallaj dan konsep wahdāt al-syuhud
menurut Sirhindi merupakan rumusan turunan dari tauhid, lā Ilāha Illallah. Ajaran
Wahdāt al-adyan mengatakan bahwa semua agama pada hakekatnya sama dan
memiliki tujuan yang sama; beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Mereka berbeda
hanya dalam nama.Wahdāt al-syuhud melalui konsep tauhid mengajarkan tentang
persepsi itu yang ada hanyalah Tuhan, tetapi bukan berarti yang lain tidak.
2. Dalam doktrin Khawarij orang yang memutuskan perkara tidak sesuai apa
yang diturunkan Allah, maka tergolong Kafir, Dzalim dan Fasiq yang halal
darahnya. Menurut pengamatan anda, adakah Fenomena munculnya
Khawarrij baru dizaman modern ini
a. Islam dan Isu Demokratisasi, Secara normatif doktriner, dalam ajaran Islam
terdapat prinsip-prinsip dan elemen dalam demokrasi, meski secara generik
dan global. Prinsip dan elemen-elemen demokrasi dalam ajaran Islam itu
adalah: as-syura, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah.
Realitas demokrasi dalam sebuah negara pernah diterapkan pada masa Nabi
Muhammad dan khulafaurrasyidin. Tetapi setelah itu, pada sebagian besar
negara-negara Islam tidak mewarisi nilai-nilai demokrasi tersebut. Realitas ini
tidak hanya terjadi pada negara-negara Islam saja, tetapi juga negara non-
Islam (Barat).
Inilah problem yang dihadapi oleh banyak negara. Secara umum nilai-nilai
agama memang belum banyak dipraktikkan dalam ikut memberikan kontribusi
pada banyak negara, apalagi negara sekular.
b. Gender, Allah Ta’ala telah menciptakan manusia (laki dan perempuan, juga
terdapat dalam Qs Al Hujurat (49) ayat ke 13) dari dzat yang sama, tetapi
secara biologis dan fisiologis mempunyai kodrat yang berbeda. Kodrat
merupakan ketetapan Allah yang mutlak dan bersifat universal, sedangkan
kesetaraan gender merupakan pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan yang diatur oleh manusia (masyarakat) itu sendiri yang bersifat
dinamis, dan sangat mungkin berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Dalam realita kehidupan, hampir semua tugas gender dapat dilakukan oleh
kedua kaum laki-laki dan perempuan (kecuali yang bersifat mutlak,
melahirkan misalnya). Namun dalam stereotip masyarakat (terutama
Indonesia), masih sering terjadi kesalahan pemaknaan terhadap perbedaan
gender sebagai kodrat fisiologis dan biologis. Sehingga muncul isu bias
gender yang dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan perlakuan terhadap
kaum perempuan.
Topik dan kata yang muncul sebagai perbincangan juga berubah dari awalnya
lebih banyak berkaitan dengan topik kesehatan, seperti pasien, virus, positif,
menjadi berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap wabah Corona,
seperti pada kata pemerintah, sosial, pembatasan, dan sebagainya.
Karena tren perbincangan menjadi positif ketika ada dukungan kegiatan dan
informasi yang bersifat positif dan optimis yang dibahas secara meluas, maka
konten-konten yang bersifat optimis dan membangun kepercayaan diri serta
nilai-nilai kesetiakawanan dan gotong royong perlu diproduksi lebih banyak
lagi, baik oleh pemerintah maupun elemen masyarakat lain.
Bagi mereka, Islam hanya satu itu benar secara substantif, tetapi ekpresinya
beragam sekali, termasuk Islam Nusantara. Islam ini ditampilkan (dipikirkan,
dipahami dan diamalkan) melalui pendekatan kultural. Hasilnya melahirkan
model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam yang
ramah, moderat, inklusif, toleran, cinta damai, harmonis, dan menghargai
keberagaman.
Keberagamaan Islam demikian ini terjadi lantaran perjumpaan Islam dengan
budaya (tradisi) lokal, khususnya Jawa, yang biasa disebut akulturasi budaya.
Islam Indonesia patut menjadi contoh cara berislam yang demikian. Model
Islam yang serba menyejukkan ini perlu dipublikasikan secara internasional
dan diharapkan mampu menggugurkan persepsi dunia bahwa Islam itu penuh
kekerasan.
4. Apa komentar anda tentang Hilmez Fathullah Gulen, Fiqh Sosial Sahl
Mahfudz dan Dekonstruksi sosial Abdullah Ahmad Na’im
Tulisan ini mengkaji gerakan Hilmez Fathullah Gulen sebagai gerakan
masyarakat sipil berbasis sufisme. Terdapat tiga pokok kesimpulan dalam kajian
ini. Pertama, Gulen adalah tokoh kharismatik dan cendekiawan muslim-Turki
dengan pengaruh utama pemikiran Said Nursi. Dengan basis sufisme, Gulen
menginspirasi gerakan hizmet sehingga sangat sukses sebagai gerakan
transnasional yang paling mengglobal. Kedua, hizmet merupakan gerakan
masyarakat sipil Islam transnasional yang menekankan layanan altruistik dan telah
menarik banyak pendukung di lebih dari 160 negara. Inspirasi gerakan ini meliputi
pendidikan, dialog antariman dan antarbudaya, serta bantuan dan pelayanan sosial.
Dalam hizmet sufisme berperan sebagai landasan moral bagi dedikasi sosial
secara tulus. Ketiga, hizmet memiliki tiga faktor yang menjadi kunci suksesnya,
yaitu:
a. Sufisme sebagai ruh layanan tanpa pamrih
b. kemanjuran visi gerakan hizmet dalam kemasan pemikiran baru yang
progresif
c. kemampuan mengarahkan berbagai sumber ke dalam modal sosial yang
efektif.