Anda di halaman 1dari 91

Makalah Pluralisme

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM


PLURALISME

Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini, baik penganut agama Yahudi, Kristen, Islam maupun Hindu-Budha tidak
bisa lagi melepaskan tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam percaturan politik. Apa
yang kita sebut sekularisasi hanya berlaku dalam aturan administratif formal. Sedangkan dalam
level aktualnya tokoh dan lembaga keagamaan semakin terlibat aktif di dalamnya. Keterlibatan
agama dalam politik akan menjadi positif bahkan sangat di perlukan selama pemuka agama bisa
menjaga martabat keluhuran agama tersebut dan bukan menggunakannya untuk kepentingan
khusus. Maka dari itu prularisme agama harus disikapi dengan positif agar dapat menciptakan
kerukunan beragama.
Namun, pada proses ideologisasi dan manipulasi peran suci agama selalu saja terjadi dari
zaman ke zaman karena secara sosiologis agama memiliki kekuatan untuk menciptakan
solidaritas kelompok guna menyaingi dan mengalahkan kelompok lain. Kenyataan secara
sosiologis agama selalu muncul dalam format plural. Pada zaman klasik perkembangan sebuah
agama bisa saja terpisah dari yang lain. begitu pun secara teologis, adalah suatu kewajaran
bahkan keharusan. jika masing masing penganut agama mengklaim ajarannya sebagai yang
paling benar, dan menjanjikan satu-satunya jalan keselamatan. Namun dewasa ini kita mau tidak
mau harus mengakui bahwa planet bumi di huni oleh manusia dengan ragam bahasa, etnis,
budaya dan agama. Janji-janji keselamatan dan bimbingan moral serta ajaran budi luhur tidak
secara eksklusif dimiliki oleh suatu agama tertentu, melainkan berbagai hal terdapat kemiripan
dan bahkan persamaan antara agama yang satu dengan agama yang lain.
B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Definisi pluralisme agama
Pandangan pandangan mengenai pluralisme agama
Dampak pluralisme agama dalam kehidupan bermasyarakat
Upaya upaya memelihara prularisme agama

C.
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Untuk mengetahui definisi pluralisme
Untuk mengetahui pandangan pandangan mengenai pluralisme
Untuk mengetahui dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
Untuk mengetahui upaya upaya memelihara pluralisme agama

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Pluralisme Agama
a.

Berikut definisi pluralisme menurut beberapa ahli dan pemikir muslim :


Menurut pemikir muslim M. Rasjidi, mendifinisikan pluralisme agama sebatas sebagai realitas
sosiologis,bahwa pada kenyataanya masyarakat memang plural. Namun demikian pengakuan
terhadap realitas kemajemukan ini tidak berarti memberikan pengakuan terhadap kebenaran
teologis agama-agama lain.1

b. Mukti Ali dan Alwi Shihab berpendapat pluralisme agama tidak sekedar memberikan pengakuan
terhadap eksistensi agama-agama lain, namun sebagai dasar membangun sikap menghargai dan
membangun keharmonisan antarumat beragama. Dalam konteks ini, kedua pemikir tersebut
berada pada wilayah agree in disagreement (setuju dalam perbedaan). Dengan demikian mereka
meyakini kebenaran agamanya sendiri, namun mempersilahkan orang lain juga meyakini
kebenaran agama yang dianutnya.
c.

Nurcholis Madjid mengemukakan definisi pluralisme agama adalah bahwa semua agama adalah
jalan kebenaran menuju Tuhan. Dalam konteks ini, Madjid menyatakan bahwa keragaman agama
tidak hanya sekedar realitas social, tetapi keragaman agama justru menunjukan bahwa kebenaran
memang beragam. Pluralisme agama tidak hanya dipandang sebagai fakta social yang
fragmentatif, tetapi harus diyakini bahwa begitulah faktanya mengenai kebenaran.

d. Hick berpendapat bahwa pluralisme agama merupakan sebuah gagasan yang mengajarkan
bahwa Tuhan sebagai pusat, dikelilingi oleh sejumlah agama. Setiap komunitas mendekati Tuhn
dengan cara masing-masing. Konsepsi nasr tentang islam pluralis, juga didasarkan pada
pemahaman bahwa pada dasarnya setiap agama terstrukturisasi dari dua hal, yakni perumusan
iman dan pengalaman iman.
e.

Menurut Diana L. Eck (1999), pluralisme itu bukanlah sebuah paham bahwa agama itu semua
sama. Menurutnya bahwa agama-agama itu tetap berbeda pada dataran simbol, namun pada
dataran substansi memang stara. Jadi yang membedakan agama-agama hanyalah (jalan) atau
syariat. Sedangkan secara substansial semuanya setara untuk menuju pada kebenaran yang
transendental itu.

1 . islam radikal dan pluralisme agama. hal.48

2. Pandangan pandangan mengenai pluralisme agama


a.

Pandangan Islam
Dalam hal pluralisme agama, al-Quran mengakui terhadap pluralisme atau keragaman
agama. Al-quran disamping membenarkan, mengakui keberadaan, eksistensi agama-agama lain,
juga memberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Ini adalah
sebuah konsep yang secara sosiologis dan kultural menghargai keragaman, tetapi sekaligus
secara teologis mempersatukan keragaman tersebut dalam satu umat yang memiliki kitab suci
Ilahi.Karena memang pada dasarnya tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam adalah
bersudara, kakak adek, masih terikat hubungan kekeluargaan yaitu sama-sama berasal dari nabi
Ibrahim.
Pengakuan al-quran terhadap pluralisme dipertegas lagi dalam khutbah perpisahan Nabi
Muhammad. Sebagimana dikutip oleh Fazlur Rahman, ketika Nabi menyatakan bahwa,
Kamu semua adalah keturunan Adam, tidak ada kelebihan orang Arab terhadap orang lain,
tidak pula orang selain Arab terhadap orang Arab, tidak pula manusia yang berkulit putih
terhadap orang yang berkulit hitam, dan tidak pula orang yang hitam terhadap yang putih
kecuali karena kebajikannya.
Khutbah tersebut menggambarkan tentang persamaan derajat umat manusia dihadapan Tuhan,
tidak ada perbedaan orang Arab dan non Arab, yang membedakan hanya tingkat ketakawaan.2
Sebagaimana Firman Allah
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling takwa.(QS.Al-Hujurat:13).
Al-quran juga secara eksplisit mengakaui jaminan keselamatan bagi komonitas agama-agama
yang termasuk Ahl al-Kitab (Yahudi, Nasrani, Shabiin); sebagaimana dalam pernyataannya.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orangorang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 62).

2 . melampauai dialog agama. hal.36

Sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan,
sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah
sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang
'kami' (Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah.
Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme
dalam agama Islam. Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefiniskan sebagai"Suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama
adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya

agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan
bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".

b.

3.
a.

Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri.
Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masingmasing (lakum diinukum wa liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan
konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.
Pandangan dunia barat
Pluralisme dalam masyarakat barat digunakan untuk menyatakan adanya otonomi yang dimiliki oleh banyak
pihak, seperti pihak gereja, asosiasi dagang, dan organisasi professional. Disamping dalam pengertian tersebut,
pluralisme juga dipahami oleh masyarakat barat sebagai suatu ajaran bahwa semua kelompok masyarakat yang ada
adalah berguna. Dalam pengertian yang terakhir ini pluralisme berkembang menjadi ideologi terpenting bagi Negaranegara modern, baik di barat, maupun juga di timur. Dalam perkembangannya, pluralisme di Inggris semakin pouler
pada awal abad ke-20, melalui para tokoh seperti F. Maitland, S.G. Hobson, Harold Laski, R.H. Tawney, dan GDH
cole dalam melawan keterasingan jiwa masyarakat modern karena tekanan kapitalisme. Oleh karena itu, prinsipprinsip pluralisme dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Hal ini karena dengan pluralisme masalahmasalah yang terjadi memiliki banyak alternatif penyelesaian. Dengan demikian, ide pluralisme berkembang seiring
dengan perkembangan situasi dan kondisi yang melingkupinya.
Dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
Damapak positif

Adanya toleransi beragama.

Terjadinya kerukunan antar umat bergama di Indonesia


b. Dampak negatif

Munculnya berbagai sekte agama yang mengatas namakan HAM.

Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralisme ditanggapi secara berlebihan.
4. Upaya upaya memelihara prularisme agama
1. Adanya Kesadaran Islam yang Sehat
Pluralisme dalam masyarakat Islam memiliki karakter yang berbeda dari pluralisme yang
terdapat dalam masyarakat lain. Ciri khas dalam Islam meniscayakan adanya perbedaan baik itu
perbedaan ras, suku, etnis, sosial, budaya dan agama. Dan pluralisme tidak dimaksudkan sebagai
penghapusan kepribadian Islami. Kesadaran Islam yang cerdas merupakan faktor yang menjamin
pluralisme dan menjaganya dari penyimpangan dan kesalahan. Kesadaran Islam yang cerdas
tidak pernah menutup diri dari berbagai kecenderungan yang positif obyektif. Bahkan
kecenderungan itu bisa jadi akan menambah keistimewaan agama Islam itu sendiri.
Kesadaran Islam yang sehat akan mampu melihat dengan jernih sisi kebenaran yang terdapa
dalam agama lain karena semua agama punya nilai-nilai kebenaran yang bersifat univerasl, tidak
panatisme agama secara berlebihan dan selalu membuka diri dengan orang lain walaupun
berbada agama dan keyakinan. Bila sikap seperti ini dimiliki oleh setiap muslim, maka
pluralisme agama dapat berkembang denga baik yang pada akhirnya akan tercipta kerukunan dan
toleransi umat beragama yang baik dan harmonis ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Dialog Antarumat Beragama
Salah satu faktor utama penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah adanya paradigma
keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif (tertutup). Pemahaman keberagamaan ini tidak

bisa dipandang sebelah mata karena pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati
terhadap pemeluk agama lainnya. Pribadi yang tertutup dan menutup ruang dialog dengan
pemeluk agama lainnya. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya saja yang paling
benar sedangkan agama dan aliran keagamaan lainnya adalah salah dan bahkan dianggap
sesat.Paradigma keberagamaan seperti ini (eksklusif) akan membahayakan stabilitas keamanan
dan ketentraman pemeluk agama bagi masyarakat yang multi agama.
Membangun persaudraan antarumat beragama adalah kebutuhan yang mendesak untuk
diperjuangkan sepanjang zaman. Persaudaraan antarsesama umat beragama itu hanya dapat
dibangun melalui dialog yang serius yang diadasarkan pada ajaran-ajaran normatif masingmasing dan komonikasi yang intens, dengan dialog dan komonikasi tersebut akan terbangun rasa
persudaraan yang sejati. Dengan terwujudnya rasa persaudaran yang sejati antarsesama umat,
maka akan sirnalah segala sakwa sangka di antara mereka.
Dialog antarumat beragama mempersiapkan diri untuk melakukan diskusi dengan umat
agama lain yang berbeda pandangan tentang kenyataan hidup. Dialog tersebut dimaksudkan
untuk saling mengenal, saling pengertian, dan saling menimba pengetahuan baru tentang agama
mitra dialog. Dengan dialog akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam rangka
mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu
masyarakat, yaitu toleransi dan pluralisme.Agama Islam sejak semula telah menganjurkan dialog
dengan umat lain, terutama dengan umat Kristen dan Yahudi yang di dalam al-quran disebut
dengan ungkapan ahl al-Kitab (yang memiliki kitab suci). Penggunaan kata ahl al-Kitab untuk
panggilan umat Kristen dan Yahudi, mengindikasikan adanya kedekatan hubungan kekeluargaan
antara umat Islam, Kristen dan Yahudi.Kedekatan ketiga agama samawi yang sampai saat ini
masih dianut oleh umat manusia itu semakin tampak jika dilihat dari genologi ketiga utusan
(Musa, Isa dan Muhammad) yang bertemua pada Ibrahim sebagai bapak agama tauhid. Ketiaga
agama ini, sering juga disebut dengan istilah agama-agama semitik atau agama Ibrahim.

3. Menggali semangat pluralisme dalam masyarakat


Dalam menggali semangat pluralisme kita harus menjaga sikap sikap toleran kepada umat
agama lain. Karena hal ini merupakan landasan agar pluralisme dalam beragama dapat tercipta
dengan baik dan antar umat beragama dapat bermasyarakat dengan baik tanpa saling
mengucilkan atau menjelek jelekan agama lain.
4. Saling menjaga tempat tempat peribadatan.
Dalam hal ini kita harus menjaga tempat peribadatan umat beragama, baik dalam hal
kenyamanan maupun keamanan. Karena jika umat agama lan dapat menjalankan ritual
keagamaannya dengan tentram maka hal itu pula yang akan terjadi pada hubungan antar umat
beragama.
5. Saling meniadakan dalam bentuk konflik antar agama.
Hal ini lebih merujuk kepada kesadaran kelompok agama untuk tidak encampuri urusan
internal umat beragama lainnya, karena hal ini merupakan sebuah privasi bagi suatu
klompok umat beragama yang sedang memiliki konflik intern.
6. Saling menjaga relasi antar umat beragama.
Agama secara normatif-doktriner selalu mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan
kerukunan. Dalam hal ini agama mengajarkan untuk menghormati umat agama lain, dan hal ini

sangat ditekankan oleh semua agama terlebih lagi agama Islam. Dalam ajaran islam
penghormatan kepada umat agama lain sangat dianjurkan karena dengan menghormati agama
lain, maka umat agama lain akan memberi apresiasi yang sama terhadap umat Islam.

BAB III
KESIMPULAN
Pluralisme agama menjadi dasar sejarah bagi terciptanya semangat dan dinamika dalam
agama-agama untuk mammpu menjawab isu-isu kontemporer. Pluralitas mengacu kepada adanya
kebersamaan dan keutuhan. Dengan demikian, kita tidak lagi dapat membatasi diri pada
pembicaraan tentang pluralitas itu sendiri. Banyak sekali perubahan penting yang terjadi didepan
kita, yang melampaui batas-batas nasional dan regional. Perubahan ini juga terkait dengan
globalisasi yang dialami oleh para penganut agama-agama. Walaupun ada faktor perbedaan di
antar agama-agama, terdapat sejumlah kesamaan yang cukup berarti diantara mereka. Pengertian
saling ketergantungan telah mengukuhkan suatu paradigma tentang kesatuan dalam bentuk baru.
Lanatas agama membawa dampak yang luas terhadap seseorang, baik dalam hal pemenuhan
kebutuhan fisik,ekonomi,politik dan agama. Dengan memahami arti pluralisme agama dengan
positif maka akan terciptanya kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.

Makalah Masyarakat Madani


MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM
Masyarakat Madani Civil Dan Society Dalam Islam

Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara
festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem
sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada
hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah
(al-maruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum
Muslim awal menjadi khairu ummah karena mereka menjalankan amar maruf
sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan
pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar maruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar maruf
nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata
yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka
membangun masyarakat madani modern, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil
kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk
akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap
seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap
yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,
maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan
maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif


bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

BAB II
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
2.1 Konsep Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar
Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil
society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat
muslim modern.
Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero
adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam
filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan
konsep di luar menjadi Islami. Menilik dari subtansi civil society lalu
membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa
Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi

dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani
sering digunakan untuk menjelaskan the sphere of voluntary activity which takes
place outside of government and the market. Merujuk pada Bahmueller (1997).
2.1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
2.1.2 Masyarakat Madani Dalam Sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai
masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi
kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.1.3 Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena


keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan
terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai
landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan
hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju
yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa

secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup


menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sbb:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembagalembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan
bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap
saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar
mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada
jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat sipilisme yang
sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan
sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu
yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois
dan Milley, 1992).
Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat
menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara-bangsa:
1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti
prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang
terjadi kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang mengagungkan
mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi
dan keadilan sosial.
2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan
antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas

terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan


kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk
mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara
integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata
Kleden (2000:5), penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.
Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu
kelompok ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi
oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih
inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga tingkatan: individual,
organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud sikap
dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala
kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok
tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu
lembaga sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan
terhadap lembaga lainnya.
3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan
terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise.
Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian
dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang lain dalam menjangkau
sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam
masyarakat.
Konsep Masyarakat Madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan untuk
meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural
merupakan produk dari proses demokratisasi di negeri ini yang sedang berlangsung
terus menerus yang kemudian memunculkan ide pluralistik dan implikasinya
kesetaraan hak individual. Perlu kita pahami, perbincangan seputar Masyarakat
Madani sudah ada sejak tahun 1990-an, akan tetapi sampai saat ini, masyarakat
Madani lebih diterjemahkan sebagai masyarakat sipil oleh beberapa pakar Sosiologi.
Untuk lebih jelasnya, kita perlu menganalisa secara historis kemunculan
masyarakat Madani dan kemunculan istilah masyarakat Sipil, agar lebih akurat
membahas tentang peran agama dalam membangun masyarakat bangsa.
Masyarakat Sipil adalah terjemahan dari istilah Inggris Civil Society yang mengambil
dari bahasa Latin civilas societas. Secara historis karya Adam Ferguson merupakan
salah satu titik asal penggunaan ungkapan masyarakat sipil (civil society), yang
kemudian diterjemahkan sebagai masyarakat Madani. Gagasan masyarakat sipil
merupakan tujuan utama dalam membongkar masyarakat Marxis. Masyarakat sipil
menampilkan dirinya sebagai daerah kepentingan diri individual dan pemenuhan
maksud-maksud pribadi secara bebas, dan merupakan bagian dari masyarakat
yang menentang struktur politik (dalam konteks tatanan sosial) atau berbeda dari
negara. Masyarakat sipil, memiliki dua bidang yang berlainan yaitu bidang politik

(juga moral) dan bidang sosial ekonomi yang secara moral netral dan instumental
(lih. Gellner:1996).
Seperti Durkheim, pusat perhatian Ferguson adalah pembagian kerja dalam
masyarakat, dia melihat bahwa konsekuensi sosio-politis dari pembagian kerja jauh
lebih penting dibanding konsekuensi ekonominya. Ferguson melupakan
kemakmuran sebagai landasan berpartisipasi. Dia juga tidak mempertimbangkan
peranan agama ketika menguraikan saling mempengaruhi antara dua partisipan
tersebut (masyarakat komersial dan masyarakat perang), padahal dia memasukan
kebajikan di dalam konsep masyarakatnya. Masyarakat sipil dalam pengertian yang
lebih sempit ialah bagian dari masyarakat yang menentang struktur politik dalam
konteks tatanan sosial di mana pemisahan seperti ini telah terjadi dan mungkin.
Selanjutnya sebagai pembanding, Ferguson mengambil masyarakat feodal, dimana
perbandingan di antara keduanya adalah, pada masyarakat feodal strata politik dan
ekonomi jelas terlihat bahkan dijamin secara hukum dan ritual, tidak ada pemisahan
hanya ada satu tatanan sosial, politik dan ekonomi yang saling memperkuat satu
sama lain. Posisi seperti ini tidak mungkin lagi terjadi pada masyarakat komersial.
Kekhawatiran Ferguson selanjutnya adalah apabila masyarakat perang digantikan
dengan masyarakat komersial, maka negara menjadi lemah dari serangan musuh.
Secara tidak disadari Ferguson menggemakan ahli teori peradaban, yaitu Ibnu
Khaldun yang mengemukakan spesialisme mengatomisasi mereka dan
menghalangi kesatupaduan yang merupakan syarat bagi efektifnya politik dan
militer. Di dalam masyarakat Ibnu Khaldun militer masih memiliki peran dan
berfungsi sebagai penjaga keamanan negara, maka tidak pernah ada dan tidak
mungkin ada bagi dunianya, masyarakat sipil.
Pada kenyataannya, apabila kita konsekuen dengan menggunakan masyarakat
Madani sebagai padanan dari Masyarakat Sipil, maka secara historis kita lebih
mudah secara langsung me-refer kepada masyarakatnya Ibnu Khaldun. Deskripsi
masyarakatnya justru banyak mengandung muatan-muatan moral-spiritual dan
mengunakan agama sebagai landasan analisisnya. Pada kenyataannya masyarakat
sipil tidak sama dengan masyarakat Madani. Masyarakat Madani merujuk kepada
sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh hukum agama, sedangkan
masyarakat sipil merujuk kepada komponen di luar negara. Syed Farid Alatas
seorang sosiolog sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan para
sosiolog umumnya), menyatakan bahwa faham masyarakat Madani tidak sama
dengan faham masyarakat Sipil. Istilah Madani, Madinah (kota) dan din
(diterjemahkan sebagai agama) semuanya didasarkan dari akar kata dyn.
Kenyataan bahwa nama kota Yathrib berubah menjadi Medinah bermakna di
sanalah din berlaku (lih. Alatas, 2001:7). Secara historispun masyarakat Sipil dan
masyarakat Madani tidak memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani
bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah
masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar

ummatnya leluasa menjalankan syariat agama di bawah suatu perlindungan


hukum.
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai
dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat
berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi
utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal
namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan
pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual,
sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan
rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di
Madinah.
Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad
Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari
tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah
sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah
(beradab).
Selang dua tahun pascahijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari
karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau
kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu di antaranya adalah
mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem
sosial yang baru. Sebuah ikatan perjanjian antara berbagai suku, ras, dan etnis
seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragam saat itu,
juga termasuk Yahudi dan Nasrani.
Dalam pandangan saya, setidaknya ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat
madani. Pertama, diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi
sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas
telah menjadi suatu kaidah yang abadi dalam pandangan Alquran. Pluralitas juga
pada dasarnya merupakan ketentuan Allah SWT (sunnatullah), sebagaimana
tertuang dalam Alquran surat Al-Hujurat (49) ayat 13.
Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Dalam ajaran Islam, pluralisme merupakan karunia Allah yang bertujuan
mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Ia (pluralitas) juga
merupakan sumber dan motivator terwujudnya vividitas kreativitas (penggambaran
yang hidup) yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan
(Muhammad Imarah:1999).
Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang
kosmopolit akan tercipta manakala umat Islam memiliki sikap inklusif dan
mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.

Namun, dengan catatan identitas sejati atas parameter-parameter autentik agama


tetap terjaga.
Kedua, adalah tingginya sikap toleransi (tasamuh). Baik terhadap saudara sesama
Muslim maupun terhadap saudara non-Muslim. Secara sederhana toleransi dapat
diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian
orang lain.
Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan Islam
tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama.
Namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup,
berdampingan seiring dan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana hal itu
pernah dicontohkan Rasulullah Saw. di Madinah. Setidaknya landasan normatif dari
sikap toleransi dapat kita tilik dalam firman Allah yang termaktub dalam surat AlAnam ayat 108.
Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih dikenal
dengan istilah musyawarah. Terlepas dari perdebatan mengenai perbedaan konsep
demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya
pada wilayah terminologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Alquran juga
terdapat nilai-nilai demokrasi (surat As-Syura:38, surat Al-Mujadilah:11).
Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan sosial masyarakat madani dalam konteks hari ini.
Paling tidak hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang
dicita-citakan.
2.2 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada masa
Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam
menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu,
seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
2.2.1 Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik dari
semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan
kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Quran
itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.

2.2.2 Posisi Umat Islam


SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan
global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena
kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif
yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh
nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
2.3 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan ekonomi haruslah
berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Setiap ikatan atau hubungan antara seseorang dengan orang lain dan
penghasilannya yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid adalah ikatan atau hubungan yang tidak Islami.
Dengan demikian realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam, sebab hal ini
berarti mengingkari tauhid. Manurut ajaran Islam hak milik mutlak hanya ada pada Allah saja. Hal ini berarti
hak milik yang ada pada manusia hanyalah hak milik nisbi atau relatif. Islam mengakui setiap individu
sebagai pemilik apa yang diperolehnya melalui bekerja dalam pengertian yang seluas-luasnya, dan manusia
berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas yang telah ditentukan secara khusus dalam
hukum Islam. Pernyataan-pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai dengan kodrat manusia
itu sendiri, yaitu dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun atau sekelompok
orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok orangpun boleh
memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan
mereka saja. Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap manusia adalah sama
derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep persaudaraan dan perlakuan
yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai
dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan terhadap
masyarakat.
Allah melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Syuara ayat 183:
Artinya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan;
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan ekonomi dan sosial,
maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam
dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut
bahwa semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat.
Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, akrena setiap orang tidaklah sama
sifat, kemampuan, dan pelayanannya dalam masyarakat.
Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan:
Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang
dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki,
agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.
Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai dengan kebutuhannya. Kelebihan
penghasilan atau kekayaannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus dibelanjakan sebagai
sedekah karena Alah.

Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah, antara lain Q.S. An-nisa
ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami
memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat. Kedua hubungan itu harus
berjalan dengan serentak. Dengan melaksanakan kedua hungan itu hidup manusia akan sejahtrera baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
2.4 Manajemen Zakat

2.4.1 Pengertian dan Dasar Hukum Zakat


Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang
yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran
tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan
haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap
pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab)
zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya.
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh,
bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah
fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut muzakki,sedangkan orang
yang berhak menerima zakat disebut mustahiq .Zakat merupakan pengikat
solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan
dan mempraktikan pengorbanan diri serta kemurahan hati.
Di dalam Alquran Allah telah berfirman sebagai berikut:
Al-Baqarah: 110
Artinya:
Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
At-Taubah: 60
Artinya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan

persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
At-Taubah: 103
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Adapun hadist yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain
adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muaz ke Yaman, ia
bersabda: Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh
karena itu ajaklah mereka untukbersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu
untuk ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam; lalu jika
mereka mentaatimu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa
Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang-orang kaya
mereka; kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka berhatihatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan takutlah terhadap doa
orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu dan Allah tidak hijab
(pembatas).
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya
sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.

3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk
dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi
zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha
untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.
7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
2.4.2 Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia
Sejak Islam memsuki Indonesia, zakat, infak, dan sedekah merupakan sumber
sumber dana untuk pengembangan ajaran Islam dan perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan
digunakan untuk melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4
Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan pemerintah untuk
mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan oleh penghulu atau naib
sepanjang tidak terjadi penyelewengan keuangan. Untuk melemahkan kekuatan
rakyat yang bersumber dari zakat itu, pemerintah Belanda melarang semua
pegawai dan priyai pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Larangan itu
memberikan dampak yang sangat negatif bagi pelakasanaan zakat di kalangan
umat Islam, karena dengan sendirinya penerimaan zakat menurun sehingga dana
rakyat untuk melawan tidak memadai. Hal inilah yang tampaknya diinginkan
Pemerintah Kolonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, di Aceh satu-satunya badan resmi yang mengurus
masalah zakat. Pada masa orde baru barulah perhatian pemerintah terfokus pada
masalah zakat, yang berawal dari anjuran Presiden Soeharto untuk melaksanakan
zakat secara efektif dan efisien serta mengembangkannya dengan cara-cara yang
lebih luas dengan pengarahan yang lebih tepat. Anjuran presiden inilah yang
mendorong dibentuknya badan amil di berbagai propinsi.
2.4.3 Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian masyarakat yang
tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan zakat secara produktif, sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada umumnya dan masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan
masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas mengelola dan

zakat, infak dan sedekah dari karyawan perusahaan yang bersangkutan dan
masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk Badan Amil Zakat Nasional.
Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain:
1. Pengelolaan harus berlandasakn Alquran dan Assunnah.
2. Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
amil zakat, pihak pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka.
3. Menggunakan manajemen dan administrasi modern.
4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, antara
lain:
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
4. Meningkatkan syiar Islam
5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.
2.4.4 Hikmah Ibadah Zakat
Apabila prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat dilaksanakan
dipegang oleh amil zakat baik itu berupa badan atau lembaga, dan zakat, infak, dan
sedekah dikelola dengan manajemen modern dengan tetap menerapkan empat
fungsi standar manajemen, tampaknya sasaran zakat, infak maupun sedekah akan
tercapai.
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa
manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan
angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.

Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim
tidak terjadi monopoli, melainkan sistim ekonomi yang menekankan kepada
mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.
2.5 Manajemen Wakaf
Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam. Ia merupakan lembaga Islam yang satu sisi
berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Wakf muncul dari
satu pernyataan dan perasaan iman yang mantap dan solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Dalam
fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian hari, karena ia
merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir selama harta wakaf itu
dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan
umat.
2.5.1 Pengertian Wakaf
Istilah wakaf beradal dari waqb artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar disebutkan bahwa wakaf ialah
menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan atau diberikan atau dipinjamkan oleh yang empunya, guna
dijadikan manfaat untuk kepentingan sesuatu yang diperbolehkan oleh Syara serta tetap bentuknya dan
boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang meneriman wakafan),
perorangan atau umum.
Adapun ayat-ayat Al-Quran dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah:
Al-Baqarah ayat 267:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.
Al-Hajj ayat 77
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, Jika seorang manusia meninggal dunia,
maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya)
selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang
mendoakannya. (Riwayat Muslim).
Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasullullah SAW mengutus Umar untuk memungut zakat di dalam
hadist itu terdapat pula Khalid mewakafkan baju besi dan perabot perangnya di jalan Allah.
2.5.2 Rukun Wakaf
Adapun beberapa rukun wakaf ialah:
1) Yang berwakaf, syaratnya:

Berhak berbuat kebaikan walau bukan Isalam sekalipun


Kehendak sendiri, ridak sah karena dipaksa
2) Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya:
Kekal zakatnya, berarti bila diambil manfaatnya, barangnya tidak rusak.
Kepunyaan yang mewakafkan walaupun musya (bercampur dan tidak dapat dipisahkan dari yang lain).
3) Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).
4) Lafadz wakaf, seperti: saya wakafkan ini kepada orang-orang miskin dan sebagainya.
2.5.3 Syarat Wakaf
Syarat wakaf ada tiga, yaitu:
1) Tabid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.
2) Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.
3) Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga
2.5.4 Hukum Wakaf
1) Pemberian tanah wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah diamalkannya karena Allah.
2) Pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan mendapatkan ganjaran terus-menerus selagi benda
itu dapat dimanfaatkan oleh umum dan walaupun bentuk bendanya ditukar dengan yang lain dan masih
bermanfaat.
3) seseorang tidak boleh dipaksa untuk berwakaf karena bisa menimbulkan perasaan tidak ikhlas bagi
pemberiannya.

BAB III
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat maka kita sebagai generasi
penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat
menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan
bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari
pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Quran dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah
kepada kita sebagai umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan
masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta
ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di
masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam
membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang
memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan.
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan
spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

Adapun di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik untuk yang
menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat madani. Selain zakat, ada pula yang namanya
wakaf. Wakaf selain untuk beribadah kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara
seorang muslim dengan muslim lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan fungsi
sosial.
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat
madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya
manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya
Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa
ini secara perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan
kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.
Wassalamualaiku wr.wrb.

DAFTAR PUSTAKA
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers Dalam
Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung: Bandung.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat: Bandung.
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung
Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta: Jakarta.

Makalah Politik Dan Pemerintahan dalam Islam


MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM
Politik Dan Pemerintahan Dalam Islam

Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadist sebagai pedoman
hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam
menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan
ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al-Qurandan Al Hadist
permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baikpolitik luar
negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Fase-Fase Era Kenabian

2. Islam Dan Politik


3. Bukti-bukti Sejarah

4. Pengertian Politik dalam Islam


5. Konstribusi yang dilakukan agama islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara
6. Tersiarnya islam di ndonesia
7. Pergerakan yang berada di Indonesia
8. Asas-asas sistem politik dalam Islam
9. Prinsip-prinsip sistem politik
10. Tujuan politik dalam islam
11. Dasar-dasar politik dalam Islam
12. Eksistensi Islam dan Hukum islam dalam sistem hukum di Indonesia

C. TUJUAN
1. Memberikan penjelasan tentang Fase-fase Era Kenabian
2. Memberikan Penjelasan tentang Islam dan Politik & Bukti-bukti sejarahnya

BAB II
PEMBAHASAN

ERA KENABIAN
Era ini merupakan era pertama dalam sejarah Islam. Yaitu dimulai semenjak Rasulullah
SAW memulai berdakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT hingga
meninggalnya beliau. Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era "kenabian" atau"wahyu".
Karena era itu memiliki sifat tertentu yang membedakannya dari era-era yang lain. Ia merupakan
era ideal yang padanya ideal-ideal Islam terwujudkan dengan amat sempurna. Era ini terbagi
menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua fase itu tidak memiliki
perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti yang diklaim oleh beberapa orientalis. Bahkan
fase yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi fase kedua. Pada fase pertama,
embrio 'masyarakat Islam' mulai tumbuh, dan telah ditetapkan kaidah-kaidah pokok Islam secara
general. Kemudian pada fase kedua bangun 'masyarakat Islam' itu berhasil dibentuk, dan kaidahkaidah yang sebelumnya bersifat general selesai dijabarkan secara mendetail. Syari'at Islam
disempurnakan dengan mendeklarasikan prinsip-prinsip baru, dan dimulailah pengaplikasian dan
pelaksanaan prinsip-prinsip itu seluruhnya. Sehingga tampillah Islam dalam bentuk sosialnya
secara integral dan aktif, yang semuanya menuju kepada tujuan-tujuan yang satu.
PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam buku-buku
para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya. Dalam Al-Muhith,
siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha siyasatan berarti
Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan mendidiknya). Bila
dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah
(politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
. Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar kekuatan
utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-hikmah), dan
ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (al-quwwah annafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang akan dilalui

yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman
(al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).
C. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariat Islam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang serbah lengkap
didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir sebuah
istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagian
integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan
yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan
oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad hanyalah
seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada
segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya
segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana
pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini
berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapai terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala
agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib yang
kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligus manjadi
pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar kenegaraannya.
Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu bakar yang
merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah. Sistem
pemerintahannya disebut khalifah. Sistem khalifah ini berlangsung hingga kepemimpinan
berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali karramah allahu wajhahu.
D. DEMOKRASI DALAM ISLAM
Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya para
cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis.
Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada
kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.

Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah
lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma}, dan penilaian interpretative yang
mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia Islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan, termasuk
etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari dimensi etika
dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam yang
komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak politik.
Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang tak
terbantahkan.
Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-syarat seorang
politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai kapasitas intelektual dan
berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas, Berani berjuang untuk membela
kepentingan rakyat.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: Dan katakanlah: Ya Tuhan ku,
masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan
berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong. (AI Isra: 80).
MASYARAKAT MADANI
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban.
Masyarakat Madinah menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.
F. ASAS-ASAS SISTEM POLITIK ISLAM
1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama
kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.
2. RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam
hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam.
Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang
perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan
menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
3. KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai wakil
Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang
menjadi Pemilik yang sebenar.
PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1. MUSYAWARAH
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran ummat. Asas
musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan
undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkara baru yang
timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.

2. KEADILAN
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem
ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam
kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang
bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa
dan anak-anaknya.
3. KEBEBASAN

Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteruskan kepada
makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah tujuan terpenting
bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang
perlembagaan negara Islam.
4. PERSAMAAN
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan
dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undangundang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara dan ummat.
Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga
bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.

H. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM


Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan
utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya
pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah segala
urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak Islam telah
menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam:
Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak salaf
daripada kalangan umat Islam.
Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalangan
orang-orang yang berselisih.
Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan
damai.
Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak
manusia.

Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan


serangan daripada pihak luar.

Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.

Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan
syarak.
Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir.
Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara.
Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.

BUKTI-BUKTI SEJARAH POLITIK ISLAM


a) SEJARAH POLITIK ISLAM MASUK KE INDONESIA
a.1. WAKTU
Pada baris besarnya ada dua pendapat tentang mula pertama islam masuk ke Indonesia:
a
Pendapat lama: Abad ke 13 Masehi. Dikemukakan oleh para sarjana lama, antara lain N.H
KROM dan VAN DEN BERG. Ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan
bantahan.
b
Pendapat baru: Abad ke 7-8 Masehi. Para pendapat baru ini antara lain H. AGUS SALIM,
H.ZAINAL
ABBAS: SAYEPALWI BIN TAHIR AL-HADAD , H.M.ZAINUDDIN,
HAMKA, NJUNED PARIDURI,
T.W.ARNOLD.
a.2. Tempat asal penyebaran Islam
Ada tiga pendapat mengenai tempat asal penyebaran Islam ke Indonesia:
a

India (pendapat: SNOUCK HURGRONJ, H, KERAEMER & VAN DEN BERG)

Persia (pendapat P.A HOESAIN DJAJANINGRAT)

Arab , Mekah (pendapat Buya HAMKA)

a. 3. Penyebar Islam
Ada dua pendapat tentang para penyebar Islam ke Indonesia:

a.
Disebarkan oleh para saudagar muslim (MOEN: saudagar persia, HUSEN
NAINAR: saudagar India:
HAMKA: saudagar Arab)
b.

Disebarkan oleh para Mubaligh Muslim (SAYYIR ALWI, VAN DEN BERG)

b) Beberapa Pergerakan Islam di Indonesia


Ada pergerakkan sosial (yang bergerak dibidang kesosialan dalam Islam). Dan untuk
kepentingan Dawah dan pendidikan Islam agar tersebar luas kemasyarakat.

Ada pergerakkan politik untuk menghimpun kekuatan agar berkwantitas dan berkwalitas.

DASAR-DASAR POITIK DALAM ISLAM


Nilai-nilai dasar politik dalam AL Quran dan Al Hadist.
EKSTENSI ISLAM dan HUKUM ISLAM dalam SISTEM HUKUM di INDONESIA
Membahas mengenai kehidupan beragama dalam perspektif konstitusi dapat dijelaskan bahwa
setiap warga negara wajib untuk memeluk dan menjalankan agama, termasuk Agama Islam. Hal
ini menjadi suatu konsekuensi bagi pemeluk agama yang bersangkutan wajib menjalankan
syariat agama.
Prinsip-prinsip Hukum Islam yang dijadikan landasan ideal fiqih sebagimana dikatakan oleh
Juhaya S. Pradja yaitu:
1.

Prinsip tauhidullah,

2.

Prinsip insaniyah,

3.

Prinsip tasamuh,

4.

Prinsip taawun,

5.

Prinsip silaturahim bain annas,

6.

Prinsip keadilan, dan

7.

Prinsip kemaslahatan.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa
pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik islam berisi:
mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan
hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullahdan Ulill
Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan
tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan memaksakn kehendaknya
kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya, menekan
rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang
menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar negerinya Islam menganjurakan dan
menjaga adanya perdamain. Walaupun demikan islam juga memporbolehkan adanya perang,
namun dengan sebab yang sudah jelas karena mengancam kelangsungan umat muslim itu
sendiri. Dan perang inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi
tidak sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan
kesejahteraan seluruh umat.
SARAN
Ada baiknya jika kita mempelajari tentang pemikiran terutama baik tentang pertumbuhannya,
hakikatnya, sifat-sifatnya atau tujuan-tujuannya, niscaya ia menyandang sifat ini, yaitu sifatnya
sebagai suatu pemikiran politik. Syarat ini merupakan faktor yang terpenting dalam pertumbuhan
pemikiran ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Negara: Dalam Penerapan Syariah. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.

Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. 2001. Sistem Politik Islam: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Lentera.
Azra, Azyumardi, Dr. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun, Prof. Dr. 1974. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I. Jakarta: UI Press.
Pulungan, J. Suyuthi. Dr. 1993. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syadzali, Munawir. H. M.A. 1990. Islam Dan Tata Negara, Cet V. Jakarta: UI Press.
Syarif, Mujar Ibnu. Drs. M.Ag. 2003. Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam Komunitas
Islam: Tinjauan Dari Prespektif Politik Islam. Bandung: Angkasa.
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang
RisalahUsrah 3 Sistem-sistem Islam, Abu Urwah
SUMBER : http://khamriadhye.blogspot.com/

Makalah Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam


MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM
Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015/2016

ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

2.

Rumusan Masalah

3.

Tujuan Penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Defenisi nilai Pendidikan islam

2.

Pengertian Ilmu

3.

Syarat-syarat ilmu

4.

Kedudukan Ilmu Menurut Islam

5.

Klasifikasi Ilmu menurut ulama Islam.

6.

Pengertian filsafat

7.

Pengertian Filsafat Ilmu

8.

Pengetahuan

9.

Ilmu Pengetahuan

10. Hakikat Ilmu Pengetahuan


11. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Islam
13. Konsep Ilmu Dalam Islam
14. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
15. Islam dan Ilmu Pengetahuan
16. Pentingnya Pengetahuan dan Pendidikan Menurut al-Quran
17. Peran dan Pentingnya Ilmu Pengetahuan Menurut Agama
18. Peran Islam dalam perkembangan iptek
3.1

Paradigma Hubungan Agama-Iptek

3.2

Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek

3.3

Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek

19. Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim Di Zaman Keemasan Umat

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan di jaman modern seperti saat ini sangatlah


penting dan telah dimanfaatkan perkembanganya. Karena semua bidang kehidupan
memanfaatkan perkembangan tersebut, mulai dari sektor terkecil hingga ke sektorsektor besar yang digunakan untuk menunjang perekonomian suatu Negara. Oleh
sebab itu, keberadaan dan juga perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah dibutuhkan
oleh seluruh umat didunia ini karena bila ilmu pengetahuan hanya berhenti pada suatu
titik dan tidak mampu berkembang menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan umat manusia maka akan fatal akibatnya bagi kelangsungan masingmasing individunya.
Sedemikian pentingnya ilmu pengetahuan tersebut, hingga Allah STW. berfriman
dalam Al-quran yang berbunyi : Wahai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepada kalian, Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian. Dan
apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
atas apa yang kalian kerjakan. (Qs. Al-Mujadilah: 11).
Namun sebagian dari kita tidak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya islamlah
agama yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan di jaman modern
seperti saat ini. Sebab ilmuan-ilmuan muslimlah yang menemukan teori-teori guna
mempermudah kehidupan manusia. Juga untuk digunakan sebagai alat pembuktian
akan kekuasaan serta ke-Esaan Allah SWT. terhadap alam smesta ini. Adapun ilmuan
muslim yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Ibnu Hayyan (731 M - 815 M)
2. Al Khawarizmi (768 M - 840 M)
3. Al Kindi (801 M 873 M)
Dengan teori-teori yang berhasil mereka
mempermudah kehidupan manusia saat ini.

ciptakan

itulah

yang

mampu

Ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan panduan atau petunjuk yang telah
diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia sebagai bekal untuk menjadi khalifah dalam

mengelola dunia ini. Ibarat ketika kita membeli suatu barang elektronik maka kita akan
dibekali buku panduan oleh produsennya guna dipelajari sehingga dapat menemukan
cara terbaik dalam menggunakan, merawat serta memperbaiki barang elektronik
tersebut. Begitupun dengan ilmu yang kita miliki saat ini, harus digunakan,
dimanfaatkan serta di amalkan dengan tujuan yang baik agar sesuai dengan fitrahnya.
Oleh sebab itu, maka sangatlah penting agar kita semua mengetahui lebih dalam
mengenai ilmu pengetahuan dalam agama islam terutama perannya terhadap
peradaban dunia hingga saat ini.

2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini terinci sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep umum pengetahuan dalam islam ?
2. Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam islam ?
3. Seperti apa etika islam dalam perkembangan iptek ?
4. Siapa saja ilmuan-ilmuan muslim pada zaman keemasan Islam ?

3.

TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dalam islam.


2. Mengetahui para ilmuan muslim yang telah berjasa dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
3. Mengetahui kontribusi islam dalam perdaban ilmu pengetahuan hingga saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Defenisi nilai Pendidikan islam

Nilai pada dasarnya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika dan biasa
juga disebut filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolak ukur tindakan
dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Adapun yang menjadi
sumber nilai dalam islam yakni al-quran dan hadis. Kedua sumber tersebut adalah
sumber utama dari kajian tentang nilai-nilai dalam kehidupan umat islam.
Secara etimologi,
kata
pendidikan
dalam
bahasa
yunani
dikenal dengan paedagogosyang berarti menuntun anak. Dalam bahasa romawi
dikenal dengan educare yang berarti membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam).
Bahasa
belanda
menyebut
pendidikandengan nama apvoeden yang
berarti membesarkan
atau
mendewasakan,atau voden artinya
memberi
makan. Dalam bahasa inggris disebutkan dengan istilah educate/education yang
berarti to give moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan
melatih intelektual.
Menurut abdul fatah jalal pendidikan adalah proses pemberian pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggungjawab, dan penanaman amanah, sehingga
terjadi penyucian (tazkiyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran
yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan
untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya.
Dari beberapa defenisi diatas baik dari perspektif etimologis maupun
terminologi, benang merah yang bisa kita tarik adalah bahwa pendidikan
merupakan suatu wadah yang bertujuan mendewasakan umat manusia.
Mendewasakan dalam artian mengantar manusia ke tingkat yang berahlak, berilmu,
dan mampu hidup secara sosial.
Jadi, Nilai pendidikan islam adalah nilai moral yang menjadi tolak ukur tindakan
dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya yang di ajarkan melalui
lembaga-lembaga pendidikan.

2.

Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab , masdar dari

yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya
dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan
dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama.

Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara


bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Ilmu memang
mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang
tersusun secara sistematis atau menurutMoh Hatta (1954:5) Pengetahuan yang
didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu.

3.

Syarat-syarat ilmu

Ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan


mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah
ada lebih dahulu.
a.

Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

b.

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan


terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada
cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa
Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

c.

Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu


objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.

d.

Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang


bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.

4.

Kedudukan Ilmu Menurut Islam

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini
terlihat dari banyaknya ayat Al-quran yang memandang orang berilmu dalam posisi
yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan
bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al-quran, kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780
kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al- quran sangat
kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi
ciri penting dari agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mahadi Ghulsyani
(1995; 39) sebagai berikut:
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-quran dan Alsunah mengajak
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi
Allah SWT. berfirman dalam Al-quran surat Al-Mujadilah ayat 11 :
Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan). Dan ALLAH
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan
menjadi pendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu yang dimiliki seseorang akan
membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah SWT, sehingga akan
tumbuh rasa kepada Allah SWT bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya
yang
takut
kepada
allah
hanyalahulama (orang berilmu); (surat faatir:28)

diantara

hambahambanya

Disamping ayatayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat
istimewa, Al-quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilmu,
seperti tercantum dalam Al-quran surat Thaha ayat 114:
Dan katakanlah, tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan .
dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah
ilmu, menjadi sangat penting, dan islam telah sejak awal menekankan pentingnya
membaca, sebagaimana terlihat dari firman Allah SWT. yang pertama diturunkan,
yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5 yang artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca
Ayatayat trersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk
tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, sehingga posisi yang
tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah
akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh,
dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan
membuahkan amal, sehingga Nurcholis Madjid (1992: 130) meyebutkan bahwa
keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini
seolah menengahi antara iman dan amal .

Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia
dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk
itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.

Di samping ayatayat Al-quran, banyak juga hadist yang memberikan dorongan


kuat untuk menuntut Ilmu antara lain hadist berikut:
Carilah ilmu walai sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim (hadist riwayat Baihaqi).
Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya bagi
penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut (hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).
Dari hadist tersebut di atas, semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu, dimana
menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal
batas wilayah.

5.

Klasifikasi Ilmu menurut ulama Islam.

Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu


dalam ajaran Islam. Al-Quran telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama
menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan
bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari sini
timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh setiap
muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja?. Hal ini
mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini .
Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk
melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masingmasing, meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap
muslim. Syech Zarnuji dalam kitab Talimu al-Mutaalim ketika menjelaskan hadis
bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan : Ketahuilah bahwa
sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntut segala ilmu
,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (ilmu al- hal)
sebagaimana diungkapkan, sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuatan dan sebagus
bagus amal adalah menjaga perbuatan.
Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda Allah, maka wajib bagi manusia
(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara
tersebut, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji, mengakibatkan wajibnya
menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat
pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat disayangkan bahwa beliau tidak
menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain Ilmu Hal tersebut lebih jauh di dalam
kitabnya.
Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan
Ilmu dalam dua kelompok yaitu:
a.

Ilmu fardu ain . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang
mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui
ilmu fardu ain. Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu
ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya , seperti yang tercakup dalam
rukun Islam.

b.

Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam
menegakan urusan duniawi. yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu
kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian,
ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat
membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.
Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi
kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :

a.

Ilmu yang merupakan suatu yang


menemukannya karena kegiatan berpikir.

b.

Ilmu yang bersifat tradisional (naqli).

alami

pada

manusia,

yang

ia

bisa

Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :


a.

Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah. Yaitu ilmu
pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan
indra - indra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya,
persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga
penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan
yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir.

b.

Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadli. Ilmu itu secara keseluruhannya
disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara.
Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama
nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh
melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun
merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari alQuran dan Sunnah Rasul.
Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau
adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu :

a.

Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu
kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.

b.

Al maqulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.

c.

Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa
keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok
yaitu :

a.

Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual,
formatif aposteriori.

b.

Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari
esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi .
Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif
melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar
Khan bahwa al manqulat dan al maqulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli.

6.

Pengertian filsafat

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti
cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut Ir. Pudjawijatna
Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu
berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana
artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat
boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan
kebijaksanaan.
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat
mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban
terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya
bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazlba Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu
yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang
tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu
yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan
nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatuyang diluar alam, yang disebut oleh agama Tuhan. Sementara itu Oemar
Amin Hoesin mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan
filsafat memberikan hikmat.

7.

Pengertian Filsafat Ilmu

Adanya perbedaan makna antara pengetahuan dan ilmu menurut pandangan


filsafat, memiliki arti bahwa ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan. filsafat ilmu pada dasarnya merupakan upaya untuk menyoroti dan
mengkaji ilmu, dia berkaitan dengan pengkajian tentang obyek ilmu, bagaimana
memperolehnya serta bagaimana dampai etisnya bagi kehidupan masyarakat.
Secara umum kajian filsafat ilmu mencakup 3 aspek, yaitu :
a.

Ontologi, Pengetahuan yang dikaji memiliki bidang studi yang jelas, dapat
diidentifikasi, dapat diberi batasan, dan memiliki sifat essensial. Aspek ontologis
berkaiatan dengan obyek ilmu. Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai
pengertian ontologi, Amsal Bakhtiar menyimpulkan sebagai berikut:

a)

Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada,
danLogos = Ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

b)

Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun
rohani (abstrak).

Dalam pemahaman ontologi, ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran


sebagai berikut:
a)

Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber
yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Istilah monisme
oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe.

Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran:


Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Aliran yang sering juga disebut dengan naturalisme beranggapan bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi,
yang lainnya (jiwa dan ruh) tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri
sendiri. Jiwa dan ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan
kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul
tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai oleh filsafat dan
agama. Alasan mengapa aliran ini dapat berkembang, sehingga memperkuat
dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah:

Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba,
biasanya dijadikan kebenaran terakhir.

Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh


sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani

Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda seperti padi.


Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran
ini beranggapan bahwa hakekat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal
dari ruh atau sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakekat benda adalah ruhani, spirit dan
sebagainya adalah:

b)

Nilai ruh lebih tinggi dari badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan
manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakekat sebenarnya.
Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya
Materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang
ada energi itu saja.

Dualisme
Aliran ini memandang bahwa hakekat itu ada dua. Aliran ini berpendapat bahwa
benda terdiri dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya yaitu hakekat materi
dan hakekat ruh. Materi bukan berasal dari ruh, dan ruh bukan berasal dari benda.
Keduanya sama-sama hakekat.

c)

Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
itu
semuanya
nyata.
Pluralisme
dalam Dictionary
of
Philosophy
and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.

d)

Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Doktrin tentang
nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias
yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.

Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.

Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.

e)

Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan
kepada orang lain.
Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat
benda, baik itu hakekat materi maupun hakekat ruhani. Kata agnostosisme berasal
dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. Timbulnya aliran ini dikarenakan
belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan
adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas
menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifattrancendent. Jadi

agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap


kemampuan manusia mengetahui hakekat benda baik materi maupun ruhani.

b.

Epistimologi, Pengetahuan memiliki metode kerja yang jelas. Proses perolehan


bidang studi atau objek tersebut memenuhi metode deduksi, induksi, atau eduksi. Pada
metode deduksi, proses pengolahan bidang studi diuraikan dari suatu bidang yang
sempit, sedangkan metode induksi, ilmu tersebut berproses dari bidang yang luas dan
dikerucutkan menjadi bidang tertentu.
Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai
metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya:

a)

Metode Induktif

Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil


observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b)

Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada
dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulankesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan
apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori
lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulankesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

c)

Metode Positivisme
Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian atau
persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan
segala gejala.

d)

Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

e)

Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidahkaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan seharihari, dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan, ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu
pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua
kutub.

c.

Aksiologi , Pengetahuan atau bidang studi memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam
artian, tidak terdapat kerancuan, atau pun sifat kontradiktif (koheren). aspek axiologis
berkaitan dengan pemanfatan ilmu

Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri, aksiologi
adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh.
Amsal bakhtiar telah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai definisi
aksiologi dan menyimpulkan bahwa dalam aksiologi, permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti. Pertama, etika merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Kedua, etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dapat dikatakan pula
bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik
di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu kondisi yang melibatkan norma-norma.

Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki


oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Menurut
Kattsof(2004) estetika merupakan suatu teori yang meliputi, (1) penyelidikan
mengenai yang indah, (2) penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari
seni, dan (3) pengalaman yang bertalian dengan seni, termasuk di dalamnya
masalah penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan terhadap seni.

8.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah semua yang diketahui 1 ini tentu bukanlah definisi


pengetahuan,tetapi itu sudah lumayan untuk menjelaskan apa pengetahuan itu.
Dalam pembicaraan sehari-hari sering kali dengar dengan istilah pengetahuan
umum dan pengetahuan agama.
a.

Pengetahuan Umum
Pengetahuan sains adalah jenis pengetahuan manusia yang pertama.dalam
bahasa indonesia yang pertama,pengetahuan ini disebut ilmu. Orang indonesia
menyebut "sains" dengan"ilmu pengetahuan". Dalam bentuknya yang baku (hingga
kini)pengetahuan sains mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya
ialah paradigma sains,metodenya disebut metode sains.
Lanjutan pengetahuan sains yakni pengetahuan jenis kedua yang disebut
dengan pengetahuan filsafat. Paradigma untuk pengetahuan filsafat kita sebut
paradigma logis, metodenya disebut metode rasional yang mengandalkan
pemikiran akal. Cara kerja metode ini sulit dijelaskan, yang dapat dikatakan ialah
"mencari kebenaran tentang sesuatu dengan cara memikirkannya secara logis".
Pengetahuan mistik adalah jenis pengetahuan yang ketiga, yakni segala
pengetahuan yang diperoleh lewat hati, diperoleh dengan cara melatih hati agar
dapat merasakan, menangkap pengetahuan yang tidak dapat ditangkap oleh akal
dikepala. Pengetahuan jenis ini objeknya diluar logika,yaitu supralogis.

b.

Pengetahuan Agama
Bila agama adalah wahyu tuhan, maka Al-qur'an itu isinya ada yang dapat
dipahami secara sains, ada yang dapat dipahami secara filsafat, dan kebanyakan
dapat dipahami secara mistik. Dilihat dari segi lain seluruh ayat Al-qur'an harus
diterima dengan yakin, berarti semuanya masuk pengetahuan mistik. Jadi Al-qur'an
itu isinya ada yang sains, logis, dan mistik.
Diatas itu ialah satu cara membagi pengetahuan manusia. Ada lagi cara membagi
yang lain, yaitu:

a)

Pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan yang diterima, ini adalah


pembagian menurut islam.

b)

Pengetahuan yang diperoleh, maksud diperoleh ialah dicari sendiri oleh manusia.
Yang dimaksud dengan pengetahuan agama atau ilmu agama ialah penegtahuan
yang diwahyukan, yaitu penegtahuan tentang Al-qur'an dan hadits serta semua
pengetahuan tentang isinya yang biasanya dikembangkan dalam tradisi islam.

Menurut islam, pengetahuan tidak ada segi baiknya bila tidak menunjukkan kepada
hakikat pertama alam ini ialah Allah.

9.

Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan dua persoalan yang takkan selesai-selesai


persoalannya, dalam ajaran Rasulullah SAW jauh sebelumnya telah menganjurkan
kita untuk selalu mencari ilmu pengetahuan banyak hadis rasulullah SAW terkait
masalah anjuran untuk menuntut ilmu pengetahuan diantaranya Tuntutlah ilmu
dari buaian sampai lian lahad.
Hadis lain bila hendak menginginkan kebahagiaan dunia maka tuntutlah ilmu
demikian juga siapa yang menginginkan kabahagiaan akhirat maka haruslah
dengan ilmu bahkan siapa yang menginginkan kebahagian dunia dan akhirat maka
harus dengan ilmu
Masih banyak lagi hadis maupun ayat tentang perintah menuntut ilmu, hal ini
menunjukkan betapa islam sangat memandang penting ilmu pengetahuan, anjuran
isalm dalam mengarungi ilmu banyak sekali kita temukan baik itu ayat al quran,
hadis, anjururan oleh para ulama, samapai pada pengajar dilembaga-lembaga
pendidikan baik formal, informal maupun nonformal.

10. Hakikat Ilmu Pengetahuan


Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali
dalam al-Qur'an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan. Ilmu dari segi
bahasa berarti kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas
tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi,
maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang
menyebutnya ilmu juga. Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya
pengetahuan (ontology) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan
kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris,
dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal
atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini.
Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya
diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi
juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal
dari Allah sebagai khaliq (Pencipta) pengetahuan tersebut.
Perintah al-Qur'an Untuk Mencari, Menemukan Dan Mempelajari Ilmu Perintah
al-Qur'an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek: 1. Al-Qur'an
menyusuh manusia menggunakan akal Ratio (akal) adalah merupakan salah satu
dari perangkat anugerah (hidayah) yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Berdasarkan rumusnya ini, Marimba menyebutkan adalima unsure utama

dalam pendidikan, yaitu : (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan
atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;(2) ada pendidik, pembimbing atau
penolong; (3) ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) adanya dasar dan tujuan
dalam bimbingan tersebut, dan (5) dalam usaha tentu ada alat-alat yang
dipergunakan. Sebagai suatu agama,Islam memiliki ajaran yang diakui lebih
sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang
pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hinggahari
akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat,
ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk dalamnya mengatur masalah
pendidikan. Sumber untukmengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur
kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al-Qur'an danal-Sunnah. Islam sebagai
agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al-Qur'an dan Hadits sejak awal
telah menancapkan revolusi dibidang pendidikan dan pengajaran. Langkahyang
ditempuh al-Qur'an initernyataamat strategis dalam upaya mengangkat martabat
kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan
jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan,
dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka dan
seterusnya. Pendidikan dalam arti umum mencakup segalausaha dan perbuatan
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengalamannya,
pengetahuannya,kecakapannya, serta keterampilannyakepada generasimuda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalampergaulanbersama, dengan
sebaik-baiknya.corak pendidikan itu erat kaitannya dengan corakpenghidupan,
karena
jika
corak
penghidupan
itu
berubah,
berubah
pulalahcorak
pendidikannya,agar si anak siapuntuk memasuki lapangan penghidupanitu.
Pendidikan itu memang suatuusaha yang sangatsulit dan rumit, danmemakanwaktu
yang cukup banyaklama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan
menghendakiberbagai macam teori dan pemikiran daripara ahli pendidikan dan
juga ahlidari filsafat,gunamelancarkanjalandan memudahkan cara-cara bagipara
guru dan pendidik dalam menyampaianilmu pengetahuan dan pengajaran kepada
para peserta didik. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan,sebaiknya mungkin
tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengandebat tiada berkeputusan,
akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
yangideal. Tidak adasatupun dari permasalahan kitamendesak dapat dipecahkan
dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa.
Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini,
apabila mereka terus berpikir, yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka
tentuakanmenyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat
mendasar. Filsafat pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis
mengenaimasalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada
al-Qur'an dan al-Hadits sebagaisumber primer, dan pendapat para ahli,khususnya
para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat Pendidikan
Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan

ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jadi ia bukan
filsafat yang bercorak liberal,bebas,tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam
pemikiran filsafat pada umumnya. B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat
pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat
adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil
penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak
mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran
yangmendasar, sistematik. Lgosi, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
yang tidak hanyadilatarbelakangi olehpengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.pendapat ini memberi
petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah-masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti maslaah tujuan pendidikan,
maslaah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. C. Kegunaan Filsafat Pendidikan
Islam 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh
perhatian pada segi keagaman saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi
dia menaruh perhatian kepada keduannya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah
pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji
ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains,
sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi
professional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu,
teknis tertenu dan perusahaan tertentu, supaya dapat iamencari rezeki dalam hidup
dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5.
Persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan
Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, sprituil semata-mata, tetapi
menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum,
aktivitasnya.

11. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Islam


a.

Bani Abbasiah di Baghdad


Berbicara ilmu pengetahuan dalam sejarah islam, maka tidak lepas dari masa
daulah Abbasiah, yaitu sebuah pemerintahan yang didirikan pada tahun 132 H atau
750 M oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass, atau
lebih dikenal dengan sebutan Abu al-Abbas al-Saffah. Masa Daulah Bani Abbasiah ini
termasuk masa keemasan islam (the golden age of islam). Penyebabnya adalah
berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat.

Perkembangan ilmu pengatahuan dalam daulah Abbasiah ini dirintis oleh


khalifah yang ke 5, yaitu Abu Jafar Harun al-Rasyid (786-806). Dia melanjutkan
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh khalifah-khalifah sebelumnya. Hanya saja,
dia tidak memfokuskan pada perluasan daerah kekuasaan, melainkan pada
perkembangan kebudayaan islam. Apa yang diinginkan oleh Harun Al-Rasyid
diwujudkan dalam bentuk pembangunan-pembangunan sarana-sarana sosial yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, diantaranya: Rumah Sakit dan lembaga
pendidikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, serta
kesusasteraan terwujud dengan baik pada masa ini. Maka tak heran ketika di masa
ini islam menempatkan dirinya menjadi negara terkuat dan tak tertandingi.
Sesuatu yang dirintis oleh Harun al-Rasyid ini dilajutkan oleh sang putra
mahkota, al-Makmun. Khalifah yang berkuasa selama kurang lebih 20 tahun ini
menjadikan ilmu pengetahuan semakin berkembang di dunia islam. Salah satu cara
yang ia tempuh adalah dengan melakukan penterjemahan berbagai karya dari
beberapa macam disiplin keilmuan kedalam bahasa Arab. Cara yang dilakukan ini
cukup efektif, karena orang islam akan dengan mudah mempelajari berbagai ilmu
yang sebelumnya tidak ditemukan dalam islam, semisal filsafat, logika, dan lain
sebagainya. Sehingga muncul pada periode ini beberapa filosof muslim, seperti: alKindi dan al-Farabi.
Di samping menggalakkan penterjemahan, al-Makmun juga mendirikan pusat
penterjemahan yang sekaligus dijadikan pusat pendidikan yang diberi nama Baitul
Hikmah. Di tempat inilah orang islam semakin memiliki pengetahuan luas.
Pengetahuan yang akan memajukan peradaban islam. Pada masa inilah, Baghdad
yang tak lain sebagai pusat pemerintahan islam didaulat menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan.

b.

Bani Umayyah di Andalusia


Bani Umayyah pertama kali didirikan oleh Muawiyah Bin Abu Sufyan melalui
politik Arbitrase. Masa keemasan Daulah Umayyah ketika dipimpin oleh Khalifah
Umar Bin Abdul Aziz. Hanya saja perkembangan ilmu pengetahuan atau sain masih
belum tampak pada periode-periode ini sampai akhirnya Daulah Umayyah hancur
setelah direbut oleh Bani Abbasiah. Ketika semua keturunan Bani Umayyah
dibunuh, dan satu yang berhasil lari ke Spanyol, yaitu Abdurrahman (756-788).
Bermula dari inilah, perkembangan Islam di Andalusia cukup pesat. Perhatian
pemerintah pada ilmu pengetahuan cukup terasa. Abdul Rahman adalah seorang
pemimpin yang terpelajar, berwibawa dan amat berminat di bidang kesastraan.
Karena begitu cintanya pada bidang itu, ia mendirikan satu tempat khusus di dalam
istanyanya yang diberi nama Darul Madaniyat untuk kegiatan kesusasteraan
untuk kalangan wanita Andalus.

Setelah masa Abdul Rahman, penggantinya juga adalah seorang pemerintah


yang menitikberatkan dibidang kelimuan. Jasa beliau yang terbesar adalah tentang
penyebaran bahasa Arab dan melemahkan bahasa aing di di seluruh semenanjung
Iberia (Spanyol dan Portugal). Beliau yang menjadikan bahasa arab sebagai Lingua
Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya dan zaman berikutnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menjadikan kota-kota di
Spanyol pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban yang membuat
banyak pelajar-pelajar Eropa menimba ilmu di sana. Andalusia sudah mengetahui
bahwa matahari sebagai pusat tata surya, sedangkan saat itu bangsa Eropa masih
memperdebatkan teori geosentris ptolemeus (bumi sebagai pusat edar). Betapa
jauh peradaban Andalusia. Pada saat itu, Andalusia merupakan sebuah pusat
pendidikan. Kota-kota seperti Toledo, Sevilla, Granada, dan Cordoba adalah tempat
yang pernah menjadi sejarah bagi kejayaan Islam hingga 5 abad lamanya.
Ilmuan-ilmuan pun akhirnya bermunculan saat itu. Ahli matematika (AlKhwarizmi, Orang pertama yang menulis buku berhitung dan aljabar), ahli
kedokteran (Al-Kindi penulis buku ilmu mata, Ar-Razi atau Rhazez penulis buke
kedokteran, Abu Al-Qasim al-Zahrawi ahli bedah, Ibnu Nafis penemu sirkulasi darah,
dan Ibnu Sina), ahli satra (Ibn Abd Rabbih, Ibn Bassam, Ibn Khaqan), ahli hukum,
politik, ekonomi, astronomi (Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash, penentu gerhana dan
pembuat teropong bintang modern), ahli hadits dan fikih (Ibnu Abdil Barr, Qadi
Iyad), sejarah (Ibn Khaldun penemu teori sejarah), ahli kelautan (Ibnu Majid).
Bahkan penjelajah Andalusia menginjakkan kakinya di Benua Amerika lima abad
sebelum Christopher Colombus.

12. Kegemilangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam


Islam menganggap hanya manusia yang dihiasi dengan ilmu pengetahuan saja,
golongan yang benar-benar bertakwa kepada Allah.
Jelas di sini bahawa ilmu pengetahuan dalam Islam mengandung satu arti ilmu
yang menyeluruh dan berkesinambungan dan nilai yang tidak dapat dipisahkan
sama sekali. Termasuk dalam konteks ini, ilmu sains dan teknologi adalah antara
cabang ilmu pengetahuan yang memberi manfaat dan faedah besar kepada
kelangsungan tamadun manusia.
Istilah sains itu sebenarnya berasal dari kata Latin, scientia dan pada bahasa
Arab yang membawa pengertian sama yaitu ilmu pengetahuan. Pada asalnya, ilmu
sains ini merangkum semua cabang ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia
yang ahli seperti falsafah, matematik, astronomi, geografi, geologi, fisika, kimia,
pengobatan dan sebagainya. Semua cabang ilmu itu disatukan dalam ilmu sains.
Kemudian, apabila cabang ilmu itu semakin berkembang dan luas pembahasannya,
cabang ilmu itu mulai memisahkan diri dari ilmu sains dan mulai membentuk

identitas ilmunya sendiri. Maka, lahirlah ilmu geografi, ilmu pengobatan, ilmu fisika
dan lain-lain. Al-Quran sumber sains Islam, bahkan al-Quran menganjurkan umat
manusia baik beriman atau tidak, supaya menyelidiki alam sebagai tanda
membuktikan wujud dan kebesaran Allah.
Di dalam al-Quran ada lebih 750 ayat menyuruh umatnya supaya belajar,
merenung dan menggunakan akal dengan sebaik-baiknya mencari kebenaran
hakiki.
Kegemilangan tamadun Islam pada waktu itu melahirkan beberapa tokoh ulama
yang berjasa dan memberi sesuatu yang bermakna dalam perkembangan sains
kepada umat manusia . Yang lebih menarik, sumbangsih pemikiran tokoh ulama
Muslim mendapat tempat dan penghargaan tinggi di kalangan sarjana dan orientalis
Barat sehingga karya mereka menjadi teks rujukan utama di Universitas Eropa dan
juga diterjemahkan secara besar-besaran oleh sarjana dan orientalis Barat. Yang
berarti bahwa ulama sains Muslim terlebih dahulu mempelopori bidang sains dan
teknologi pada zaman dahulu.
Akhirnya, ilmu itu berpindah tangan ke Barat dan umat Islam tertinggal dalam
bidang itu. Di antara tokoh ulama tersebut ialah Ibnu Rusd lebih terkenal sebagai
ahli astronomi dengan bukunya yang banyak membahas secara sistematik geografi
matematik dan astronomi di samping mengemukakan teori ahli astronomi Arab,
Yunani dan India.
Begitu juga, seorang ulama bernama Muslim al-Farghani adalah seorang pakar
Astronomi berasal dari Farghana, Uzbekistan. Beliau mengarang kitab al-Kamil fi alAsturlab yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin dengan judul
Compendium sehingga menjadi rujukan utama di seluruh pelusuk Eropa.
Di samping itu, muncul seorang ulama bernama Abu al-Raihan Muhammad bin
Ahmad terkenal dengan al-Biruni. Di kalangan orientalis, beliau dianggap tokoh
ilmuwan terbesar dan seorang experienmentalis ilmu yang tekun pada abad
pertengahan Islam.
Beliau menguasai dengan baik bidang matematik, kedokteran , farmasi ,
asronomi dan fisik. Al Biruni juga dikategorikan sebagai ahli sejarah, geografi,
kronologi, bahasa serta seorang pengkaji mengenai adat istiadat dan sistem
kepercayaan. Beliau juga seorang ulama Islam.
Di dalam bidang pengobatan, Islam melahirkan seorang tokoh terkenal yaitu
Abu Kasim al-Zahrawi sebagai seorang dokter dan ahli bedah Muslim. Beliau juga
dikenal di Barat dengan nama Abulcasis. Di dalam bidang kedokteran, beliau
dianggap perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnosrie) dan cara penyembuhannya
(the rapeutif) penyakit telinga. Dialah juga yang merintis bedah telinga untuk
mengembalikan fungsi pendengaran. Bukan sekadar itu, beliau juga pelopor
pengembangan ilmu penyakit kulit (dermatologi).

Beliau tidak ketinggalan mengarang buku ensiklopedia pengobatan yang


berjudul Al-Tasrif Liman Anjaza al-Talif (Medical Vademecum) yang menerangkan
dan melukiskan dengan jelas diagram tidak kurang dari 200 peralatan bedah. Beliau
juga terkenal sebagai dokter gigi. Ensiklopedia itu menjadi rujukan utama
pengobatan di univercity Eropa.
Selain al-Zahrawi, Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Hasan Ali ibnu Sina. Beliau
dikenal Barat dengan nama Aveccina. Lahir pada tahun 370 H di Afghanistan. Beliau
dapat mendalami semua jenis cabang ilmu dalam usia yang muda hingga beliau
dapat menguasai bidang logika, matematik, fisika, politik, kedokteran dan falsafah
di samping ilmu agama.
Ibnu Sina meninggal pada tahun 428 H dinobatkan sebagai Fathers of Doctors.
Beliau juga mengarang lebih 276 buah buku yang meliputi pelbagai bidang ilmu
seperti falsafah, geometri, kedokteran, astronomi, musik, syair, teologi, politik,
matematika, fisika, kimia, sastera, kosmologi dan sebagainya.
Diantara karya terbesar beliau ialah Al-Qanun fi al-Tibb himpunan segala disiplin
ilmu yang beragam dan akhirnya diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul
Canon of Medicine teks rujukan utama dalam bidang pengobatan. Buku lain ialah alSyifa yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris The Book of Discovery dalam 18
jilid. Beliau pernah diberi julukan sebagai Rajanya Dokter atau Medicorum Principal.
Selain diatas tokoh ulama terkenal dalam bidang pengobatan ialah Abu al Walid
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rushd yang terkenal di Barat dengan
gelar Averroce. Beliau seorang ulama, ahli falsafah ulung dan pakar dalam bidang
fisika, kedokteran, biologi dan astronomi. Beliau banyak mengkaji astronomi dan
pernah konsentrasi sebagai dokter dan kadi besar di Cordoba.
Ibnu Rushd dikenal sebagai seorang perintis ilmu kedokteran umum serta
perintis mengenai ilmu jaringan tubuh (Histologi). Beliau juga berjasa dalam bidang
penelitian pembuluh darah serta penyakit cacar. Karya beliau yang berjudul Al
Kulliyyah fi al-Tibb sebanyak 16 jilid, karya terbesar dan rujukan utama dalam
bidang pengobatan. Kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul
General Rules of Medicine.
Di dalam bidang kimia, muncul seorang tokoh ulama yaitu Jabir ibnu Hayyan al
Kufi (Geber). Beberapa karya terbesarnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
Perancis. Diantaranya, Kitab Dacing, Kitab Raksa Timur dan Kitab Kerajaan. Dia
banyak memperkenalkan kegunaan praktik kimia seperti menyediakan keluli,
mencelup kain dan kulit dan sebagainya.
Tokoh kimia yaitu Muhammad Abu Bakar al-Razi lebih terkenal sebagai ahli
pengobatan kimia dan ada yang menganggap beliau sebagai pengagas kimia

moden. Beliau mencatat dengan terperinci lebih 20 alat besi dan kaca. Beliau juga
pakar dalam praktik pengobatan dengan pendapatnya penyembuhan penyakit
adalah kilas balik kimia dalam tubuh seseorang.
Di dalam bidang fisik pula, al-Haitham lebih dikenal di dunia Barat sebagai
Alhazen adalah tokoh optik paling terkenal dalam sejarah tamadun Islam

13. Konsep Ilmu Dalam Islam


Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan
atas izin Allah SWT. Dia-lah Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu.
Konsep kekuasaan-Nya juga meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia
ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT lah yang mengajarkan
manusia disebutkan dalam Al-Quran (2:31, 55:2, 96:4-5, 2:239). Di dalam ayat lain
5:1-4 disebutkan bahwa Dia telah mengajarkan Al-Quran kepada manusia dan
mengajarinya penjelasan (bayan)
Wahyu, yang diterima oleh semua Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT,
merupakan sumber pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga
menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di
dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumbersumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu.
Namun, karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh
Allah SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis
dari ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki
kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh
dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri
dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain
merupakan bayan atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya
pasti. Di sinilah letak perbedaan epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.
Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya
fenomena alam, psikologi manusia, dan sejarah. Al-Quran menggunakan istilah ayat
(tanda) untuk menggambarkan sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi
(2:164, 42:53). Untuk sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Al-Quran
menggunakan istilah ibrah (pelajaran, petunjuk) yang darinya bisa diambil
pelajaran moral (12:111).
Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanannya, al-Quran, di samping
menunjukkan sumber-sumber pengetahuan eksternal, ia sendiri merupakan sumber
utama pengetahuan. Penunjukkannya terhadap fenomena alam, peristiwa sejarah,
metafisis, sosiologis, alami dan eskatologis mesti benar, apakah secara literal atau
metaforis. Kaum muslimin mengambil sistem dan subsistem pengetahuan dan
kebudayaan dari al-Quran. Dokumen paling otentik tentang subyek ilmu

pengetahuan (di mana al-quran sebagai katalisator) dapat ditemukan dalam alBurhan fi Ulum al-Quran karya Badruddin al-Zarkasyi.
Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang
tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim
yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen). Kedudukan ini berbeda dengan
sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan hanya imajinasi
kosong. (Bahkan dalam agama manapun, tidak ada penghormatan, penjelasan,
pendefinisian ilmu semassif Islam-pen)
Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, almarifah dan al-syuur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah
yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari
akar kata l-m dan diambil dari kata alamah, yang berarti tanda, simbol, atau
lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti
pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala.. Karenanya malam
(amak maalim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau
dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti
rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran
menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam.
Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan alama) di dalam al-Quran tersebut yang
menyebabkan Nabi SAW mengutuk orang-orang yang membaca ayat 3:190-195
yang secara jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang berfikir,
mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi tanpa mau merenungkan
(makna)nya.
Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik dan utuh
(berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai
bukti worldview tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini
berarti persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika dan
spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan epistemologis meluas, baik dari
wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut
sekuler)., karena worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar
antara wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi
implikasi penolokan hikmah dan petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian
dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT sebagai sumber semua pengetahuan,
secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber dan tujuan
epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang
menunjuk pada ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta. Konsep
integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir alQuran, di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat al-Quran yang menguraikan
tentang bintang dan kesehatan, misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masingmasing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan. Ibnu Rusyd dalam fasl almaqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran keagamaan dan
kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat al-Quran yang mendorong manusia

meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi (7:185, 3:191,
88:17-18). Dengan hal yang sama, al-Quran juga mendorong manusia melakukan
perjalanan di bumi untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini
membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan
sebagainya secara utuh.
Dalam 41:53, secara kategoris, al-Quran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah
SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang
berkaitan dengan kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan
yang saling terkait. Namun, keutuhan dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan
ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak ada prioritas diantara
mereka. Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena
berasal langsung dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagia alam
semesta. Semua pengetahuan lain yang benar harus membantu kita memahami
dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di dalam al-Quran untuk
kemajuan individu dan masyarakat.

14. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam


a.

Kewajiban Menuntut Ilmu


Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah
yang lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut
adalah dengan dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah
yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya
dengan derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan
akal sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam
Ghazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili, penyebutan
kata yang terkait dengan al-aqlu dalam Al-Quran sedikitnya ada lima puluh kali
dan penyebutan Uulin-nuhaa sebanyak dua kali.
Allah SWT berfirman dalam S. Al-Jastiyah ayat 3-5:

( 3)
( 4)
(5)
Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu
dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian
malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya

dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat
pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat
ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada
manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus
menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini
wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tandatanda Kekuasaan Allah.
Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja akal
serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lilalamin. Manusia
harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada
manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat
memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan
kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan pilihan yang
terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual,
psikologis dan unsur - unsur penting penghidupan lainnya. Islam mengajarkan
manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya
manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti
zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya
pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan
kehidupan yang cepat ini.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekananya terhadap Ilmu (sains). Al-Quran dan al-Sunah mengajak kaum
muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan
orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Allah SWT telah
menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan.
Allah SWT berfirman:

Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-Mujadalah 11).

Menurut al-Maraghi, tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah meninggikan orangorang yang mukmin dengan mengikuti perintah-Nya dan perintah Rosul, khususnya
orang-orang yang berilmu di antara mereka beberapa derajat yang banyak dalam
hal pahala dan tingkat keridlaan.[8] Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah SWT
sangat memuliakan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ayat tersebut juga
memberikan gambaran kepada manusia mengenai kedudukan ilmu pengetahuan,
sebagai bekal baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ada sebuah
ungkapan terkenal mengenai bagaimana orang harus menuntut Ilmu;Tuntutlah
ilmu sekalipun di negeri Cina.(HR. Ibnu Adiy dan Al-Baihaqi).
Maksud dari ungkapan tersebut adalah; bahwa ilmu harus dicari dan dikejar
walaupun berada di negeri yang sangat jauh sekalipun. Ungkapan tersebut
menunjukkan betapa penting dan utamanya kegiatan Talab al-ilm, hingga harus
dilakukan walau dengan perjalanan ke negeri yang sangat jauh sekalipun. Kata
negeri Cina di atas hanya sebagai perumpamaan negeri yang sangat jauh, karena
negeri Cina adalah negeri yang sangat jauh bagi umat Islam yang berada di Timur
Tengah pada waktu itu. Jadi seandainya sekarang negeri yang perekembangan ilmu
pengetahuannya paling maju, berada di belahan bumi bagian barat maka kesana
pula kita harus mengejar ilmu itu.

Rasulullah menegaskan dengan sabda beliau:

( )
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam.[10])HR. Ibnu
Majjah)
Jelaslah dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan.
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada
Allah juga harus dengan ilmu.

15. Islam dan Ilmu Pengetahuan


a.

Kedudukan akal

Penciptaan manusia sengaja di lebihkan Tuhan dari penciptaan terhadap makhluk makhuk lain.
Kelebihan manusia terletak pada akal, yang agaknya makhluk makhluk tidak ada yang dikaruniai
akal selengkap manusia. Berkat akalnyalah manusia bisa terbang membumbung tinggi di angkasa,
lebih pandai dari rajawali dan jenis burung apapun. Berkat akalnyalah manusia bisa masuk kedalam
bumi, lebih pintar dari jenis binatang melata manapun. Dan berkat akal pula, manusia bisa berenang
dan menyelam dalam air, lebih mahir dari pada ikan dan segala jenis binatang lautan.
Didalam islam akal inilah yang dijadikan ukuran taklif. Artinya terhadap orang yang akalnya
tidak normal, islam mengecualikan dari tuntutan syariat agama. Dalam penyebaran islam banyak
mendekati manusia dalam segi akal atau disebut rational approach. Banyak ayat ayat Al Quranyang
bersifat menggugah akal. Dan berapa banyak hadits hadits Nabi yang isinya mengajurkan,
mewajibkan kaum muslimin untuk mengembangkan akal dan menuntut ilmu pengetahuan. Ini
menunjukan berapa tingginya martabat akal dan ilmu pengetahuan dalam pandangan islam.
Sebagai contoh firman Allah dalam Al Quran yang artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, disana
terdapat ayat ayat Tuhan bagi mereka yang mempergunakan akal. (QS. Ali Imran : 18)
Bagaimana langit dan bumi diciptakan, apakah ada begitu saja tanpa ada yang menciptakan?
Bagaimana pergantian siang dan malam? Kalau di pikir secara mendalam, sampai pada satu
kesimpulan bahwa semua itu tidak terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakan dan
mengaturnya. Kalau dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa bumi inilah tempat manusia menetap,
maka penciptaan langit termasuk didalamnya matahari, penciptaan bumi dan pergantian malam dan
siang itu, mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia untuk tinggal menetap di permukaan
bumi ini. Oleh karena apa? Karena:
1.

Matahari yang di perkirakan panasnya 5000-6000C, karena jaraknya dengan bumi yang sedang,
maka panas/sinarnya yang sampai kebumi sedang pula. Sehingga tidak mematikan hidup dan
kehidupan dibumi. Dan karena bumi berputar pada porosnya, maka kita yang tinggal di
permukaannya bisa menerima sinar matahari secara bergiliran. Kadar sinar matahari yang sampai,
sesuai benar dengan kebutuhan dan kesanggupan manusia untuk menerimanya, di daerah
manapun mereka berada dipermukaan bumi ini.

2.

Peredaran siang dan malam berkisar sekitar 24 jam, sehingga cocok untuk bekerja dan beristirahat
manusia. Bagaimana kiranya, seandainya bumi kita ini seperti venus yang separuh bulatannya
selalu menghadap matahari sehingga siang saja selamanya, sedang bagian lainnya selalu
membelakangi matahari sehingga malam saja selamanya?

3.

Tentang kepadatan zat bumi, melebihi kepadatan zat setiap planet dalam solar sistem ini, bahkan
kepadatan zat matahari itu sendiri. Dengan demikian manusia bisa berdiri tegak diatas permukaan
bumi tersebut, tidak tenggelam tidak terbenam.

4.

Tentang daya magnit bumipun sedang pula, sehingga kita manusia bisa tegak di permukaannya.
Andaikata magnit itu tidak cukup, apalagi tidak ada, pasti kita akan terlempar dari permukaan bumi
ini.

5.

Disamping sedangnya perputaran bumi diatas poros, sedang pula perputaranya di sekeliling
matahari. Sehingga bisa menyuburkan musim musim yang sedang dan cocok untuk menumbuhkan
tumbuh tumbuhan dan memasakan buah buahan.

6.

Disamping itu bumi memiliki sesuatu yang istimewa yaitu udara dan air, yang kedua duanya
merupakan syarat mutlak untuk hidup. Andaikata nanti manusia ingin menetap di bulan sana, maka
banyak perlengkapan hidup yang harus di datangkan dari bumi, diantaranya air dan udara.
Disinilah terletak rahasia kenapa harus bumi yang ditentukan Tuhan sebagai tempat menetap
manusia. Rahasia ini tidak akan bisa di ketahui manusia tanpa mempergunakan akal dan ilmu
pengetahuan.

16. Pentingnya Pengetahuan dan Pendidikan Menurut alQuran


Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa melalui
pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk
diwujudkan. Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah
dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu
melalui metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses
ini pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu
tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam
memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan
pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan
porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu
(pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang
ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi
juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa
melalui jalan kehidupan dunia ini.
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala
sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa
dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan
hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami
fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai
implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk
pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.
Dalam makalah ini akan dipaparkan pandangan Islam tentang pendidikan,
pemerolehan pengetahuan (pendidikan), dan arah tujuan pemanfaatan pendidikan.
Pendidikan Menurut al-Quran al-Quran telah berkali-kali menjelaskan akan
pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan

menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Quran bahkan memposisikan manusia yang
memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Quran surat al-Mujadalah ayat
11 menyebutkan:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
Al-Quran juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan,
sebagaimana dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang
membawa
manfaat
dan
yang
membawa
madharat.
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh
pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk
menuntut
ilmu
pengetahuan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan
ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin
terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
Imam Syafii pernah menyatakan:
Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa
menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan
keduanya, maka harus dengan ilmu.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas
ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat. Dalam
al-Quran surat Thahaa ayat 114 disebutkan:
Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah

setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai
potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu
kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan
menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap
dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat
kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori
empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78
disebutkan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur.

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati, manusia dapat memahami dan


mengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya, bahkan manusia mampu
menaklukkan semua makhluk sesuai dengan kehendak dan kekuasaannya. Dalam
al-Quran surat al-Jatsiyah ayat 13 disebutkan:
Dan dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
Namun, pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan
membaca, sebagaimana dalam al-Quran surat al-Alaq ayat 1-5:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).
Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra terambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks
tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Quran
menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik,
dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra berarti bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Sebagaimana dalam al-Quran surat Yunus ayat 101 disebutkan:
Katakanlah: Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.

Al-Quran membimbing manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam


sekitarnya. Karena dari lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh
pengetahuan.
Dalam al-Quran surat asy-Syuara ayat 7 juga disebutkan:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?.
Demikianlah, al-Quran secara dini menggarisbawahi pentingnya membaca
dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan bacaan yang
tepat.
Namun, pengetahuan tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diindra saja.
Pengetahuan juga meliputi berbagai hal yang tidak dapat diindra. Sebagaimana
tertuang dalam al-Quran surat Al-Haqqah ayat 38-39:
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat (38). Dan dengan apa yang
tidak kamu lihat (39).
Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan nonmateri, fenomena dan
nonfenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia
pun tidak. Dalam al-Quran surat Al-Nahl ayat 8 disebutkan:
Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, dalam pengetahuan manusia tidak
hanya sebatas apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, namun
juga semua pengetahuan yang dapat menyelamatkannya di akhirat kelak.
Islam mengehendaki pengetahuan yang benar-benar dapat membantu
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu pengetahuan
terkait urusan duniawi dan ukhrowi, yang dapat menjamin kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Pengetahuan duniawi adalah berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan
urusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik pengetahuan moderen maupun
pengetahuan klasik. Atau lumrahnya disebut dengan pengetahuan umum.
Sedangkan pengetahuan ukhrowi adalah berbagai pengetahuan yang mendukung
terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia kelak di akhirat.
Pengetahuan ini meliputi berbagai pengetahuan tentang perbaikan pola perilaku
manusia, yang meliputi pola interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, dan manusia dengan Tuhan. Atau biasa disebut dengan pengetahuan agama.
Pengetahuan umum (duniawi) tidak dapat diabaikan begitu saja, karena sulit
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui kehidupan
dunia ini yang mana dalam menjalani kehidupan dunia ini pun harus mengetahui

ilmunya. Demikian halnya dengan pengetahuan agama (ukhrowi), manusia tanpa


pengetahuan agama niscaya kehidupannya akan menjadi hampa tanpa tujuan.
Karena kebahagiaan di dunia akan menjadi sia-sia ketika kelak di akhirat menjadi
nista.
Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan, baik
keseimbangan dhohir maupun batin, keseimbangan dunia dan akhirat. Dalam Qs.
Al-Mulk ayat 3 disebutkan:
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang! Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.
Dalam al-Quran surat ar-Rad ayat 8 juga disebutkan:
Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran.
Dari sini dapat dipahami bahwa Allah selalu menciptakan segala sesuatu dalam
keadaan seimbang, tidak berat sebelah. Demikian halnya dalam penciptaan
manusia. Manusia juga tercipta dalam keadaan seimbang. Dari keseimbangan
penciptaannya, manusia diharapkan mampu menciptakan keseimbangan diri,
lingkungan dan alam semesta. Karena hanya manusia yang mampu melakukannya
sebagai bentuk dari kekhalifahan manusia di muka bumi.
Dalam al-Quran surat al-Qashash ayat 77 disebutkan:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Manusia tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya
berorientasi pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak
melupakan pengetahuan tentang urusan dunia. Meskipun kehidupan dunia ini
hanyalah sebuah permainan dan senda gurau belaka, atau hanyalah sebuah
sandiwara raksasa yang diciptakan oleh Tuhan semesta alam. Namun, pada
dasarnya manusia diharapkan mampu menjaga keseimbangan dirinya dalam
menjalani realita kehidupan ini, termasuk dalam mencari pengetahuan.
Al-Quran surat al-Anaam ayat 32 menyebutkan:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?.

Islam menghendaki agar pemeluknya mempelajari pengetahuan yang


dipandang perlu bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Dalam
al-Quran surat al-Baqoroh ayat 201 disebutkan:
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Kebaikan (hasanah) dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak
akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan,
ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak
akan tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk
keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan
untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri.
a.

Pemanfaatan Pengetahuan (Orientasi Pendidikan)


Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam
semesta ini. Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan
fenomena yang lainnya. Karena hanya manusia yang disamping diberi kelebihan
indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu
memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu memahami apa yang
tidak nampak. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya.
Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum
sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum
Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum
alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk
memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.
Namun, di sisi lain manusia juga memiliki nafsu yang cenderung mendorong
manusia untuk menuruti keinginannya. Nafsu jika tidak terkontrol maka yang terjadi
adalah keinginan yang tiada akhirnya. Nafsu juga tidak jarang menjerumuskan
manusia dalam lembah kenistaan. Dalam al-Quran surat Yusuf ayat 53 disebutkan:
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku.
Al-Quran menandaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang mampu
menciptakan lingkungan yang baik, kondusif, yang bermanfaat bagi seluruh alam.
Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya. Dalam al-Quran surat Ali Imron ayat 110 disebutkan:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sabda Nabi saw.:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.
Pisau akan sangat berguna ketika digunakan oleh orang yang berpikiran positif
dan ahli dalam menggunakan pisau. Sebaliknya, ketika pisau digunakan oleh orang
yang berpikiran negatif, niscaya bukan kemanfaatan dan kemaslahatan yang akan
dihasilkan dari pisau itu, melainkan kemadharatan.
Demikian halnya dengan pengetahuan, ketika penggunaannya bertujuan untuk
mencapai kemanfaatan niscaya pengetahuan itu pun akan bermanfaat. Namun
sebaliknya, ketika pengunaan pengetahuan digunakan untuk kemadharatan, maka
kemadharatan itulah yang akan didapat.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal dan
wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah
kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti utama
bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki
kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih
membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran,
yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai
khalifah fil ardh.
Wahyu yang diturunkan kepada manusia tidak hanya berisikan perintah dan
larangan saja, akan tetapi lebih dari itu al-Quran juga membahas tentang
bagaimana seharusnya hidup dan menghargai kehidupan. Dan tidak terlepas juga di
dalam al-Quran dikaji tentang sains dan teknologi sehingga tidaklah berlebihan jika
kita menyebutnya sebagai kitab sains dan medis.
Namun, berbagai bentuk kemajuan sains dan teknologi serta ilmu pengetahuan
tanpa didasari tujuan yang benar, niscaya hanya akan menjadi sebuah bumerang
yang menghancurkan kehidupan manusia. Karena tidak jarang saat ini manusia
malah mengalami kejenuhan, kehampaan jiwa, hedonisme, materialisme bahkan
dekadensi moral yang tidak jarang pula implikasinya merugikan diri mereka sendiri
bahkan lingkungan sekitar. Padahal dengan adanya kemajuan sains dan teknologi
kehidupan manusia diharapkan menjadi lebih mudah, efisien, instan, yang bukan
malah menimbulkan tekanan jiwa dan kerusakan lingkungan.
Dalam Islam telah digariskan aturan-aturan moral penggunaan pengetahuan.
Apapun pengetahuan itu, baik kesyariatan maupun lainnya, teoritis maupun praktis,
ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan pemiliknya untuk berlaku munafik
dan berkuasa atau berbuat kebaikan dan mengabdi kepada kepentingan umat
manusia. Pengetahuan tentang atom umpamanya, dapat digunakan untuk tujuan-

tujuan perdamaian dan kemanusiaan, tapi dapat pula digunakan untuk


menghancurkan kebudayaan manusia melalui senjata-senjata nuklir. Al-Quran juga
telah menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi adalah akibat dari ulah manusia
sendiri. Dalam al-Quran surat ar-Rum ayat 41 disebutkan:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia.
Manusia adalah makhluk yang memiliki tanggung jawab, yaitu tanggung jawab
menjadi khalifah fil ardh. Kekhalifahan manusia adalah salah satu bentuk dari
taabbud-nya kepada sang Khalik. Sedangkan taabbud adalah tugas pokok dari
penciptaan manusia, sekaligus menggali, mengatur, menjaga dan memelihara alam
semesta ini. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran surat adz-Dzariyat ayat
56:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Dalam al-Quran surat al-Araf ayat 85 disebutkan:
Sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.
Pemanfaatan pengetahuan harus ditujukan untuk mendapatkan kemanfaatan
dari pengetahuan itu sendiri, menjaga keseimbangan alam semesta ini dengan
melestari-kan kehidupan manusia dan alam sekitarnya, yang sekaligus sebuah
aplikasi dari tugas kekhalifahan manusia di muka bumi. Dan pemanfaatan
pengetahuan adalah bertujuan untuk taabbud kepada Allah swt., Tuhan semesta
alam.
Dari deskripsi singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Quran telah
memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang
komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan
hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di
akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan
sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dua piranti penting untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan dua piranti ini manusia mampu
memahami bacaan yang ada di sekitarnya. Fenomena maupun nomena yang
mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia makhluk yang diberi kelebihan
ini.
Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya diorientasikan
untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang

paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa
manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta
merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan
dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk
melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligus
bentuk taabbudnya kepada Allah swt.

17. Peran dan Pentingnya Ilmu Pengetahuan Menurut


Agama
Menurut al-Ghazali, tujuan kita mempelajari ilmu pengetahuan dari segi agama
ada tiga yaitu, Ilmu pengetahuan sebagai wujud ibadah kepada Allah; Pembentukan
akhlaq al karimah; Mengantarkan peserta didik mencapai kehidupan dunia dan
akhirat. Salah satu cara umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah
dengan mencari ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan kita tidak
menjadi orang yang bodoh.
Dan Allah berjanji jika kita mencari ilmu, kita akan memperoleh derajat yang
tinggi. Baik derajat tinggi di dalam kehidupan dunia maupun di akherat. Dari
wajibnya Nabi sampai bersabda untuk mencari ilmu sampai negeri Cina, Dan kita
wajib mencari ilmu dari buaian hingga liang lahat.
Antara ilmu dan iman sangat berkaitan dan berhubungan. Seorang yang berilmu
tanpa mempunyai iman akan berakibat pemanfaatan pengetahuan secara
berlebihan. Sedang orang beriman tanpa ilmu akan berakibat kebodohan dalam
beribadah. Dan orang yang paling baik adalah orang yang memiliki ilmu dan iman.
Dan menurut saya, orang yang paling buruk adalah orang yang tidak memiliki ilmu
dan iman.

18. Peran Islam dalam perkembangan iptek


Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah
yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatism/
utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa
boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukumhukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan
oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Hal hal yang berkaitan peran Islam dalam perkembangan IPTEK

3.1 PARADIGMA HUBUNGAN AGAMA-IPTEK


Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Jujun S.
Suriasumantri, 1992). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari
(Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk mengatur
hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah),
hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan
pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan
muamalah dan uqubat/sistem pidana) (An-Nabhani, 2001).
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
a.

Paradagima Sekuler
Yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain.
Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan
(fashl al-dinan al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak
mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek
tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama
sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat
sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan
aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).

b.

Paradigma Sosialis
Yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama
sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan
iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.
Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam
paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusiatuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu
dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan
memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama

menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang
kejam. Karl Marx mengatakan: Religion is the sigh of the oppressed creature, the
heart of the heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the
opium of the people. (Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari
suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi
yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat)
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya
Farghal, 1994: 112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang
adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000: 110).
c.

Paradigma Islam
Yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi
qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun
seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari
ayat yang pertama kali turun : bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan (Qs. sl-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh
lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap
berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash,
1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan
bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan
berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu (Yahya Farghal,
1994: 117). Firman Allah SWT:
kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
(pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (Qs. an-Nisaa` [4]: 126).
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (Qs. ath-Thalaq [65]: 12).

3.2

AQIDAH ISLAM SEBAGAI DASAR IPTEK

Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.
Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat
Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam
segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu
pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan,
mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem
ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep
pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya
Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan
fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler
yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam
(bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu
pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam
dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari
al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi
benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh
bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12).

3.3

SYARIAH ISLAM STANDAR PEMANFAATAN IPTEK

Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam
harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun
juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh
syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits
yang
mewajibkan
umat
Islam
menyesuaikan
perbuatannya
(termasuk
menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain
firman Allah:

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65).
ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3). Maksudnya: pemimpin-pemimpin
yang membawamu kepada kesesatan.
Sabda Rasulullah Saw:
Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya,
maka perbuatan itu tertolak. [HR. Muslim].

19. Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim Di Zaman Keemasan Umat


George Sarton, seorang penulis History of Science, membagi tiap abad dalam
selang waktu (periode) 50 tahun dan mengaitkan masing-masing periode tersebut
dengan tokoh ilmuwan yang paling menonjol dalam selang waktu tersebut. Tampak
dalam tulisannya selama 350 tahun (3,5 abad) sains dimonopoli oleh ilmuwan islam
berkebangsaan : Arab, Turki, Afghanistan dan Persia.
Mereka adalah para ilmuwan di bidang : matematika, kedokteran, fisika,
astronomi dan kimia. Selain ahli di bidang keilmuan sains, mereka juga sangat
memahami ajaran agama dengan baik, sehingga mereka sangat taat dalam
menjalankan ajaran agama. Disamping itu, pada umumnya mereka juga ahli di
bidang ilmu sosial dan ilmu sains secara rangkap (penguasaan lebih dari satu
cabang ilmu sains), yang merupakan karakteristik ilmuwan yang sangat langka di
zaman modern ini. Adapun diantara mereka, adalah sebagai berikut :
1.

Ibnu Hayyan (731 M 815 M) atau di Eropa dikenal dengan


nama Jeber / Geber /Ceber. Beliau adalah seorang ahli filosof dan logika, yang
bekerja di bidang fisika dan kedokteran. Namun, selain itu beliau juga memiliki
keahlian yang luar biasa di bidang kimia. Beliau sangat mahir dalam perkara
prosedur pemisahan zat kimia, seperti : kristalisasi, destilasi, kalsinasi, ekstraksi,
dan sebagainya. Keahlian lain yang dimilikinya, adalah kemampuan yang baik
dalam membuat berbagai macam jenis zat asam. Sehingga tampak, bahwa
beliaulah ilmuwan pertama kali yang menemukan berbagai macam prinsip-prinsip
pemisahan zat dalam ilmu kimia yang terpakai hingga zaman sekarang, dalam
bidang keilmuan fisika dan kimia. Maka tampaklah, jika beliau tidak ada sudah pasti
minyak bumi sampai sekarang tidak akan bisa diolah menjadi beberapa fraksifraksinya, berupa : bensin, avtur, solar, dan sebagainya. Karena proses pengolahan
minyak bumi menjadi berbagai macam fraksinya diatas, berkaitan dengan proses

destilasi. Jadi secara otomatis, tidak akan ada kegiatan industrialisasi dan
transportasi sampai saat ini. Selain itu, dapat juga kita lihat jika beliau tidak ada,
sudah pasti tidak akan ada proses pembuatan gula dan garam yang berkaitan
dengan proses kristalisasi.
2.

Al Khawarizmi (768 M 840 M) atau di Eropa dikenal dengan nama Algorism.


Beliau sangat terkenal dalam ilmu hitung atau aritmatika (ilmu deret), yang
merupakan bagian dari ilmu matematika. Beliau memiliki sebuah buku yang sangat
terkenal yaituAljabar wal Muqobalah yang terkenal di Eropa. Adapun bentuk karya
beliau yang fenomenal antara lain :

Algorithm atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Algoritma yang
dapat diartikan secara umum sebagai urutan langkah yang harus ditempuh dalam
memecahkan suatu permasalahan. Algoritma merupakan jantung ilmu informatika /
komputer. Maka, tanpa kehadiran beliau dalam percaturan dunia sains, sudah pasti
dapat diketahui bahwa, tidak akan ada teknologi komputer di zaman modern ini.

Dalam bidang keilmuan geografi dan perbintangan (astronomi), beliau juga


memiliki karya fenomenal; hal ini dibuktikan dengan adanya karya beliau dalam
bidang tabel astronomis.

3.

Al Kindi (801 M 873 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Alkindus. Beliau
adalah seorang filosof, namun juga memiliki keahlian di berbagai macam bidang
sains : kimia, fisika, geografi, kedokteran dan matematika. Karya-karya beliau yang
fenomenal, terdapat dalam bidang keilmuan sains berikut :

Dalam bidang optika geometrik, sebenarnya beliaulah ilmuwan pertama kali yang
membahas hukum pemantulan cahaya sebelum disempurnakan dengan sebuah
persamaan matematis oleh matematikawan berkebangsaan Belanda, Willebrord
Snellius (1580 M 1626 M), pada tahun 1621 (kurang lebih delapan abad setelah
kiprahnya). Alkindus telah berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya, yang
berbunyi : sudut datang sama besarnya dengan sudut pantul, dimana penemuan
beliau merupakan dasar ilmu penemuan dan pengembangan alat-alat optik di
zaman-zaman selanjutnya, termasuk di zaman modern saat ini, seperti : teropong
(teleskop), kacamata, proyektor, mikroskop, lup dan sebagainya.

Dalam bidang fenomena gelombang beliau juga memiliki sejumlah karya yang
cukup fenomenal, yang banyak terpakai dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
zaman modern ini, semua karya beliau tentang optika geometrik dan fenomena
gelombang telah terintegrasi dalam ilmu fisika di zaman modern ini. Tampaknya,
kita semua harus bersyukur dengan kehadiran beliau dalam percaturan ilmu sains.
Jika beliau tidak ada, maka di zaman modern ini, sudah pasti tidak akan ada :
Teropong, Slide, OHP, Hand Phone, Telepon, Televisi, Radio, Sistem Navigasi dan
sebagainya.

Dalam bidang kimia, beliau telah berhasil mematahkan ajaran Mesir kuno
tentangtransmutasi logam-logam menjadi emas. Terbukti hingga saat ini tidak
ada eksperimen kimia yang berhasil merubah sebuah logam menjadi
emas.Transmutasi logam-logam adalah adanya sebuah usaha untuk merubah
sebuah logam, seperti : besi, timah, nikel, dan sebagainya menjadi emas.

4.

Ibnu Qurroh (826 M 901 M) adalah ahli ilmu perbintangan (astronomi) dan
matematika. Selain ahli matematika dan astronomi, beliau banyak menulis di
bidang kedokteran, fisika dan ilmu filsafat.

5.

Al Battani (858 M 929 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Albategnius.
Beliau adalah ahli matematika dan astronom. Beliau mamiliki dua karya yang
fenomenal dalam matematika dan astronomi, yaitu :

Dalam bidang matematika, sebenarnya beliaulah ilmuwan yang pertama kali


memperkenalkan fungsi trigonometri, berupa : sinus, cosinus, tangens, secan,
cosecan dan cotangens.

Dalam bidang astronomi, beliaulah ilmuwan yang paling pertama kali berhasil
mengukur lamanya waktu dalam satu tahun masehi secara teliti, yaitu : 365 hari 5
jam 46 menit 24 detik. Sehingga, dari hasil pengukuran beliau inilah, terdapat suatu
perhitungan yang menyatakan bahwa sekali dalam kurun waktu 4 tahun, terdapat
satu tahun kabisat dalam tahun masehi.
Namun banyak diantara kaum cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu
saat ini yang tidak mengenal beliau. Bahkan yang sangat disayangkan lagi, mereka
yang tidak mengenal beliau, banyak yang berkecimpung di bidang matematika dan
astronomi. Padahal tanpa beliau, tidak akan ada perkembangan ilmu matematika,
astronomi dan aplikasinya di bidang tekhnologi yang berkaitan hingga saat ini,
terutama
sekali
pengembangan
dan
penemuan
IPTEK
yang
banyak
mempergunakan
fungsi
trigonometri
dalam
proses
penciptaan
dan
pengembangannya.

6.

Ar Razi (865 M 925 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Rhazes. Beliau
adalah ahli kedokteran klinis dan kimia. Karya beliau yang paling fenomenal adalah
di bidang kimia, yang dapat dikatakan sebagai penerus kiprah Ibnu Hayyan. Beliau
mempergunakan peralatan canggih, sehingga bisa mengamati dan mencatat sifat
kimiawi dari objek eksperimen yang ditelitinya di laboraturium. Sehingga, semua
hasil eksperimen beliau telah dibukukan dalam bentuk sebuah buku karangan
beliau, berupa buku manual laboraturium yang telah berhasil menjadi buku
pegangan untuk setiap objek eksperimen kimia di sejumlah laboraturium terkemuka
di Eropa, selama berabad-abad.

7.

Al Farabi (870 M 950 M) atau di Eropa lebih dikenal dengan


nama Alpharabius. Beliau adalah seorang filosof terkemuka. Namun, demikian
beliau juga ahli dalam bidang : sosial politik, matematika, farmasi dan fisika. Karya

beliau yang paling fenomenal dalam ilmu fisika adalah mengenai fenomena
gelombang bunyi yang dipergunakan dalam not nada musik, yang dimulai dengan
nada dasar pada frekuensi 400 Hz hingga kenaikkan dalam frekuensi tertentu, yang
dapat menghasilkan bunyi not nada secara bertingkat. Semua hasil karya beliau
telah terdokumentasi dalam bukunya yang berjudul Kitab Al Musiqa.
8.

Selain itu masih ada lagi karya beliau di bidang : etika, ilmu sosial dan politik.Az
Zahrawi (936 M 1013 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Albucasis. Beliau
adalah ahli kedokteran dan kedokteran gigi terkemuka, yang banyak membidani
lahirnya ilmu kedokteran dalam spesialisasi ilmu bedah dan ilmu kedokteran gigi.
Selama kiprahnya dalam dunia sains beliau telah berhasil membidani sejumlah
karya ilmiah, antara lain :

Karena beliau ahli bedah yang tersohor di zamannya, di dalam bukunya yang
berjudul At Tasif, yang merupakan ensiklopedi medis raksasa yang terdiri atas 30
jilid, terdapat uraian tekhnik tentang : pengambilan batu ginjal lewat bedah, bedah
mata, bedah telinga dan bedah tenggorokkan. Selain itu, dalam buku tersebut
beliau juga menampilkan bagaimana tekhnik membedah dan mengambil janin yang
telah mati di dalam rahim seorang ibu, dan tekhnik amputasi bagian tubuh
manusia. Dalam buku tersebut dilengkapi dengan diagram kerja praktis dan
berbagai macam peralatan yang akan dipergunakan dalam proses pembedahan.

Dalam ilmu kedokteran gigi, beliau juga berhasil mematenkan


pembuatanprotese dan cara memperbaiki gigi-geligi yang bengkok.

9.

Al Buzjani (940 M 997 M) beliau adalah kiprah penerus Al Battani, yang


memiliki keahlian dalam bidang matematika dan astronomi. Beliau memiliki dua
buah karya buku yang terkenal, yaitu : Ilm Al Hisab (aritmatika) dan Ilm Al
Handasah(geometri). Beliau juga telah berhasil membuat tabel zhil dan meneruskan
kiprah Al Battani dalam rangka pengembangan ilmu trigonometri, menjadi
trigonometri sferik yang membidani banyaknya lahir teori dalam ilmu astronomi
hingga zaman sekarang. Namun, nasib beliau setali tiga uang dengan Al Battani
bagi para ilmuwan muslim saat ini. Karena sangat banyak diantara kaum
cendikiawan muslim saat ini yang tidak kenal dengan siapa itu Al Buzjani ? Bahkan,
diantara mereka yang tidak kenal beliau, malah ada yang berkecimpung di bidang
keilmuan sains astronomi dan matematika. Tidak seperti : Sonya Kovalevsky, Erwin
Schrodinger, Albert Einstein, Galileo Galilei, Johannes Keppler, dan sebagainya.

tekhnik

Tanpa jika Al Battani dan Al Buzjani tidak ada, maka segala keilmuan sains :
fisika, matematika dan astronomi tidak akan berkembang hingga zaman sekarang.
Padahal, tanpa Al Battani dan Al Buzjani, Erwin Schrodinger tidak akan bisa
memecahkan persamaannya, yang terkenal dalam bidang fisika kuatum saat ini,
yang melibatkan bentuk persamaan trigonometri. Bahkan, sejenius apapun seorang
Sonya Kovalevsky sebenarnya tidak berarti apa-apa dihadapan seorang Al Battani
dan Al Buzjani.

10.

Ibnu Al Haitham (965 M 1039 M) atau lebih dikenal dengan nama


latin Alhazen. Beliau adalah sosok intelektual muslim yang sangat jenius dan
memiliki banyak keahlian di bidang : matematika, fisika, astronomi dan kedokteran.
Sehingga banyak menghasilkan banyak karya yang sangat fenomenal, yang
merupakan dasar pengembangan ilmu sains hingga saat ini, terutama di bidang :
matematika, fisika, astronomi dan kedokteran. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa
hasil karya beliau, antara lain :

Dalam bidang matematika, beliaulah ilmuwan pertama kali yang berhasil


menggabungkan aljabar dengan geometri, sehingga menghasilkan cabang ilmu
geometri analitik.

Dalam bidang kedokteran dalam sebuah bukunya Kitab Al Manazhir beliau berhasil
membahas secara tuntas mengenai anatomi mata manusia, yang merupakan dasar
ilmu mutlak yang harus dipelajari bagi mahasiswa kedokteran hingga saat ini.

Dalam sains fisika beliau memiliki sangat banyak karya yang fenomenal,
diantaranya :

1.

Dalam melanjutkan kiprah Al Kindi di bidang optika geometrik beliau berhasil


melakukan berbagai macam analisis tentang pemantulan cermin dan lensa, meneliti
tentang pemantulan pada cermin sferis dan parabolis, meriset pembiasan lensa.

2.

Dalam mekanika klasik beliau telah berhasil membahas mengenai gaya aksi-reaksi
antara dua benda yang saling berinteraksi, dimana dalam hal ini beliau sangat jauh
mendahului Sir Isaac Newton (1642 M - 1727) selama 6 abad, yang baru
mengemukakan salah satu postulatnya tentang hal ini, dalam sebuah postulat yang
dikenal dengan Hukum III Newton.

3.

Karya beliau dalam mekanika klasik masih terpakai hingga saat ini, yaitu tentang
konsep kelembaman benda yang dikenal dengan momen inersia dan konsep torka
(momen gaya).

4.

Dan masih banyak lagi karya beliau yang terpakai dalam pengembangan ilmu
fisika hingga saat ini.
Hingga saat ini nama beliau tidak begitu populer dikalangan candikiawan
muslim, tidak seperti : Archimedes, Galileo Galelei, Albert Einstein, Johanes
Bernoulli, Erwin Schrodinger, Richard P. Feynman, James Clark Maxwell, Marrie
Currie dan sebagainya, yang terus terlahir di zaman modern ini dengan berbagai
macam penemuannya yang telah menghasilkan nobel, yang telah membuat dirinya
terkenal sejagad raya.

11.

Al Bairuni (937 M 1048 M) beliau adalah seorang ilmuwan muslim yang cukup
kompleks, yang memiliki banyak keahlian di bidang : geografi, matematika, fisika,
geologi, farmasi, kedokteran dan astronomi. Dari sosok beliau yang sangat cerdas,
telah mampu menghasilkan beberapa karya fenomenal, antara lain :

Dalam keilmuan geologi beliau telah menulis sebuah buku yang berjudul Kitab Al
Jamahir. Buku ini banyak berisikan tentang mineral yang terkandung di dalam
lapisan tanah.

Dalam bidang astronomi beliau juga telah menulis sebuah buku yang
berjudulQanun Al Masudi, dimana dalam buku inilah yang menjadikan beliau,
sebagai orang pertama yang berhasil menceritakan tentang perputaran bumi
mengelilingi sumbunya. Disamping itu, secara spektakuler dalam buku ini beliau
berhasil menyatakan bahwa universalitas gaya tarik menarik yang sama antara
benda yang ada dilangit dan di bumi, yang selanjutnya di kenal dengan hukum
gravitasi Newton.

Dalam bidang keilmuan farmasi dan kedokteran, beliau juga memiliki sebuah
karya yang sangat fenomenal yang terdapat dalam buku beliau yang berjudulKitab
As Saidina, yang berisikan segala macam pengobatan berbagai macam penyakit
secara komplit pada waktu itu.

12.

Ibnu Sina (980 M 1037 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Avicenna.
Beliau adalah sosok intelektual muslim yang sangat super jenius yang nyaris tidak
ada tandingannya hingga sekarang, terbukti saat masih berusia 10 tahun beliau
telah hafal Al Quran sebanyak 30 juz, dan pada umur 18 tahun beliau telah
menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada pada saat itu (baik sains maupun
sosial), terlihat bahwa Ibnu Sina adalah sosok yang berwawasan sangat luas. Beliau
adalah bapak kedokteran sedunia, terbukti beliau sangat banyak membidani
kelahiran ilmu kedokteran, yang banyak dimanfaatkan oleh kaum terpelajar yang
mendalami ilmu kedokteran hingga saat ini, dan tak lekang oleh waktu dan zaman.
Bukunya yang terkenal di bidang kedokteran yaitu Qanun Fi At Thibb, yang telah
barabad-abad menjadi pegangan di universitas-universitas terkemuka di Eropa.
Selain itu, beliau juga menulis buku dalam jumlah kurang lebih sekitar 500 buah
buku, dalam bidang keilmuan : Matematika, Astronomi, Fisika, Mineralogi, Ekonomi
dan Politik. Namun, sayang hampir separuh buku karya beliau telah lenyap saat ini,
pasca tentara Mongol meyerbu kota Baghdad.

13.

Az Zarqali (1025 M 1087 M) adalah ahli astronomi dan mekanika planet yang
berdomisili di kota Cordoba, Spanyol. Beliau sangat jauh mendahului Johannes
Keppler (1571 M 1630 M) bersama Tycho Brahe, dalam masalah teori garis
edar planet, dalam rangka mengelilingi matahari. Dimana 500 tahun (lima abad)
sebelum Keppler merumuskan dan mengumumkan tiga postulatnya, beliau telah
mengeluarkan teori yang berbunyi planet-planet beredar mengelilingi matahari
berada dalam lintasan berbentuk elips" . Namun, sayang teori ini dibantah keras
oleh para penganut ajaran Ptolemaeos dari kalangan umat nasrani Eropa Barat
melalui sebuah perdebatan yang sangat alot, yang disertai dengan berbagai macam
adu argumen pada waktu itu. Sama-sama dapat kita lihat, pada akhirnya mereka
yang membantahlah yang kalah sebenarnya, setelah kebenarannya dibuktikan dan
disempurnakan oleh Keppler melalui tiga postulatnya lima abad setelah perdebatan

tersebut. Namun, sayang bukan Az Zarqali yang lebih dikenang kebanyakkan umat
dan cendikiawan muslim saat ini, akan tetapi Keppler dan Brahe, yang berstatus
sebagai peneliti ulang sekaligus penyempurna teori Az Zarqali-lah, yang sangat
terkenal dikalangan kebanyakkan cendikiawan muslim dimanapun berada saat ini.
Az Zarqali adalah sosok ilmuwan muslim yang terlupakan bagi kebanyakkan
kalangan kaum cendikiawan muslim saat ini, tidak seperti Keppler dan Brahe yang
lebih populer di banyak kalangan cendikiawan muslim saat ini.
14.

Al Khayyam (1038 M 1148 M) beliau adalah sosok seorang ilmuwan di bidang


: matematika dan fisika yang jenius, dengan beberapa karya fenomenal, antara
lain :

Dalam bidang matematika, beliau merupakan ahli aljabar dengan penemuan


paling fenomenal adalah berupa koefisien binomial, yang sangat jauh (sekitar 6
abad) mendahului Blaise Pascal (1623 M 1662 M) sebelum menemukan
segitiganya yang terkenal, yang disebut dengan segitiga Pascal, dan sangat jauh
(sekitar 6 abad) mendahului Sir Isaac Newton (1642 M - 1727) sebelum
mengeluarkan konsep binomial Newtonnya.

Disamping itu masih ada karya beliau yang cukup fenomenal dalam bidang
matematika yaitu, berupa kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah
kubik, dan perhitungan yang akurat dalam perhitungan luas bangun datar bidang
dua dimensi, dan volume bangun ruang benda tiga dimensi, yang mengilhami
lahirnya teori integral pada abad-abad setelahnya.

Selain itu masih ada beberapa karya beliau yang terkenal lagi, yaitu di bidang :
syair, sufi dan fisika.

15.

Al Ghazzali (1058 M 1111 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Algazel.
Beliau adalah seorang guru sufi yang terlahir di zaman puncak keemasan umat.
Selain sebagai seorang guru sufi, beliau juga menguasai ilmu logika dan ilmu
filsafat dengan baik. Ketika melihat penyimpangan-penyimpangan perkembangan
sains di lingkungan umat, beliau langsung melontarkan kritik tajam terhadap
mereka yang menyeleweng.

Setelah mengalami puncak kejayaan umat pada tahun 1150 M, sains di


kalangan umat Islam mulai mengalami penurunan. Sehingga setelah abad ke-15
sekitar tahun 1400 M, sains di kalangan umat Islam telah mengalami penurunan
yang sangat drastis (telah redup), seperti yang dapat kita rasakan sekarang.

BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah tentang Pendidikan Agama Islam ini kami buat, semoga
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

KESIMPULAN:
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan
alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu
perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
Peranan Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah
Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan
tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat
dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari
Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita simak firmanNya:
Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Qs. al-Araaf [7]: 96).
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan
tentang Al-qur'an dan hadis serta semua pengetahuan tentang isinya yang biasa
dikembangkan dalam tradisi islam.
Ilmu pendidikan Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-qur'an, hadis,
dan akal.
Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dewasa kepada
terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia miliki kepribadian muslim.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, al-Hajj, Yusuf. al-Quran Kitab Sains dan Medis. Terj. Kamran Asad Irsyadi.
Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta. 2003.
al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu Pengetahuan
Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001.

dan

Peradaban.

Terj.

Abad

Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV.
Triasco. Jakarta. 2003.
Habib, Zainal. Islamisasi Sains. UIN-Malang Press. Malang. 2007.
Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Quran. Mizan. Bandung. 2004.
Wawasan al-Quran. Mizan. Bandung. 2001.
Zainuddin, M. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Lintas Pustaka. Jakarta. 2006.
Hery Noer Aly & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, (Jakarta:
CV. Triasco, 2003), h. 109.
M. Qusraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 433.
Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2004), h. 168.
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 436. Ibid, h.
442.
Lihat Yusuf al-Qardawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abad
Badruzzaman, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 117-121.
Lihat Yusuf al-Hajj Ahmad, al-Quran Kitab Sains dan Medis, terj. Kamran Asad
Irsyadi, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003), cet.II.

Anda mungkin juga menyukai