Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini, baik penganut agama Yahudi, Kristen, Islam maupun Hindu-Budha tidak
bisa lagi melepaskan tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam percaturan politik. Apa
yang kita sebut sekularisasi hanya berlaku dalam aturan administratif formal. Sedangkan dalam
level aktualnya tokoh dan lembaga keagamaan semakin terlibat aktif di dalamnya. Keterlibatan
agama dalam politik akan menjadi positif bahkan sangat di perlukan selama pemuka agama bisa
menjaga martabat keluhuran agama tersebut dan bukan menggunakannya untuk kepentingan
khusus. Maka dari itu prularisme agama harus disikapi dengan positif agar dapat menciptakan
kerukunan beragama.
Namun, pada proses ideologisasi dan manipulasi peran suci agama selalu saja terjadi dari
zaman ke zaman karena secara sosiologis agama memiliki kekuatan untuk menciptakan
solidaritas kelompok guna menyaingi dan mengalahkan kelompok lain. Kenyataan secara
sosiologis agama selalu muncul dalam format plural. Pada zaman klasik perkembangan sebuah
agama bisa saja terpisah dari yang lain. begitu pun secara teologis, adalah suatu kewajaran
bahkan keharusan. jika masing masing penganut agama mengklaim ajarannya sebagai yang
paling benar, dan menjanjikan satu-satunya jalan keselamatan. Namun dewasa ini kita mau tidak
mau harus mengakui bahwa planet bumi di huni oleh manusia dengan ragam bahasa, etnis,
budaya dan agama. Janji-janji keselamatan dan bimbingan moral serta ajaran budi luhur tidak
secara eksklusif dimiliki oleh suatu agama tertentu, melainkan berbagai hal terdapat kemiripan
dan bahkan persamaan antara agama yang satu dengan agama yang lain.
B.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Definisi pluralisme agama
Pandangan pandangan mengenai pluralisme agama
Dampak pluralisme agama dalam kehidupan bermasyarakat
Upaya upaya memelihara prularisme agama
C.
1.
2.
3.
4.
Tujuan
Untuk mengetahui definisi pluralisme
Untuk mengetahui pandangan pandangan mengenai pluralisme
Untuk mengetahui dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
Untuk mengetahui upaya upaya memelihara pluralisme agama
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Pluralisme Agama
a.
b. Mukti Ali dan Alwi Shihab berpendapat pluralisme agama tidak sekedar memberikan pengakuan
terhadap eksistensi agama-agama lain, namun sebagai dasar membangun sikap menghargai dan
membangun keharmonisan antarumat beragama. Dalam konteks ini, kedua pemikir tersebut
berada pada wilayah agree in disagreement (setuju dalam perbedaan). Dengan demikian mereka
meyakini kebenaran agamanya sendiri, namun mempersilahkan orang lain juga meyakini
kebenaran agama yang dianutnya.
c.
Nurcholis Madjid mengemukakan definisi pluralisme agama adalah bahwa semua agama adalah
jalan kebenaran menuju Tuhan. Dalam konteks ini, Madjid menyatakan bahwa keragaman agama
tidak hanya sekedar realitas social, tetapi keragaman agama justru menunjukan bahwa kebenaran
memang beragam. Pluralisme agama tidak hanya dipandang sebagai fakta social yang
fragmentatif, tetapi harus diyakini bahwa begitulah faktanya mengenai kebenaran.
d. Hick berpendapat bahwa pluralisme agama merupakan sebuah gagasan yang mengajarkan
bahwa Tuhan sebagai pusat, dikelilingi oleh sejumlah agama. Setiap komunitas mendekati Tuhn
dengan cara masing-masing. Konsepsi nasr tentang islam pluralis, juga didasarkan pada
pemahaman bahwa pada dasarnya setiap agama terstrukturisasi dari dua hal, yakni perumusan
iman dan pengalaman iman.
e.
Menurut Diana L. Eck (1999), pluralisme itu bukanlah sebuah paham bahwa agama itu semua
sama. Menurutnya bahwa agama-agama itu tetap berbeda pada dataran simbol, namun pada
dataran substansi memang stara. Jadi yang membedakan agama-agama hanyalah (jalan) atau
syariat. Sedangkan secara substansial semuanya setara untuk menuju pada kebenaran yang
transendental itu.
Pandangan Islam
Dalam hal pluralisme agama, al-Quran mengakui terhadap pluralisme atau keragaman
agama. Al-quran disamping membenarkan, mengakui keberadaan, eksistensi agama-agama lain,
juga memberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Ini adalah
sebuah konsep yang secara sosiologis dan kultural menghargai keragaman, tetapi sekaligus
secara teologis mempersatukan keragaman tersebut dalam satu umat yang memiliki kitab suci
Ilahi.Karena memang pada dasarnya tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam adalah
bersudara, kakak adek, masih terikat hubungan kekeluargaan yaitu sama-sama berasal dari nabi
Ibrahim.
Pengakuan al-quran terhadap pluralisme dipertegas lagi dalam khutbah perpisahan Nabi
Muhammad. Sebagimana dikutip oleh Fazlur Rahman, ketika Nabi menyatakan bahwa,
Kamu semua adalah keturunan Adam, tidak ada kelebihan orang Arab terhadap orang lain,
tidak pula orang selain Arab terhadap orang Arab, tidak pula manusia yang berkulit putih
terhadap orang yang berkulit hitam, dan tidak pula orang yang hitam terhadap yang putih
kecuali karena kebajikannya.
Khutbah tersebut menggambarkan tentang persamaan derajat umat manusia dihadapan Tuhan,
tidak ada perbedaan orang Arab dan non Arab, yang membedakan hanya tingkat ketakawaan.2
Sebagaimana Firman Allah
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling takwa.(QS.Al-Hujurat:13).
Al-quran juga secara eksplisit mengakaui jaminan keselamatan bagi komonitas agama-agama
yang termasuk Ahl al-Kitab (Yahudi, Nasrani, Shabiin); sebagaimana dalam pernyataannya.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orangorang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 62).
Sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan,
sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah
sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang
'kami' (Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah.
Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme
dalam agama Islam. Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefiniskan sebagai"Suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama
adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya
agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan
bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".
b.
3.
a.
Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri.
Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masingmasing (lakum diinukum wa liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan
konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.
Pandangan dunia barat
Pluralisme dalam masyarakat barat digunakan untuk menyatakan adanya otonomi yang dimiliki oleh banyak
pihak, seperti pihak gereja, asosiasi dagang, dan organisasi professional. Disamping dalam pengertian tersebut,
pluralisme juga dipahami oleh masyarakat barat sebagai suatu ajaran bahwa semua kelompok masyarakat yang ada
adalah berguna. Dalam pengertian yang terakhir ini pluralisme berkembang menjadi ideologi terpenting bagi Negaranegara modern, baik di barat, maupun juga di timur. Dalam perkembangannya, pluralisme di Inggris semakin pouler
pada awal abad ke-20, melalui para tokoh seperti F. Maitland, S.G. Hobson, Harold Laski, R.H. Tawney, dan GDH
cole dalam melawan keterasingan jiwa masyarakat modern karena tekanan kapitalisme. Oleh karena itu, prinsipprinsip pluralisme dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Hal ini karena dengan pluralisme masalahmasalah yang terjadi memiliki banyak alternatif penyelesaian. Dengan demikian, ide pluralisme berkembang seiring
dengan perkembangan situasi dan kondisi yang melingkupinya.
Dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
Damapak positif
Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralisme ditanggapi secara berlebihan.
4. Upaya upaya memelihara prularisme agama
1. Adanya Kesadaran Islam yang Sehat
Pluralisme dalam masyarakat Islam memiliki karakter yang berbeda dari pluralisme yang
terdapat dalam masyarakat lain. Ciri khas dalam Islam meniscayakan adanya perbedaan baik itu
perbedaan ras, suku, etnis, sosial, budaya dan agama. Dan pluralisme tidak dimaksudkan sebagai
penghapusan kepribadian Islami. Kesadaran Islam yang cerdas merupakan faktor yang menjamin
pluralisme dan menjaganya dari penyimpangan dan kesalahan. Kesadaran Islam yang cerdas
tidak pernah menutup diri dari berbagai kecenderungan yang positif obyektif. Bahkan
kecenderungan itu bisa jadi akan menambah keistimewaan agama Islam itu sendiri.
Kesadaran Islam yang sehat akan mampu melihat dengan jernih sisi kebenaran yang terdapa
dalam agama lain karena semua agama punya nilai-nilai kebenaran yang bersifat univerasl, tidak
panatisme agama secara berlebihan dan selalu membuka diri dengan orang lain walaupun
berbada agama dan keyakinan. Bila sikap seperti ini dimiliki oleh setiap muslim, maka
pluralisme agama dapat berkembang denga baik yang pada akhirnya akan tercipta kerukunan dan
toleransi umat beragama yang baik dan harmonis ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Dialog Antarumat Beragama
Salah satu faktor utama penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah adanya paradigma
keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif (tertutup). Pemahaman keberagamaan ini tidak
bisa dipandang sebelah mata karena pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati
terhadap pemeluk agama lainnya. Pribadi yang tertutup dan menutup ruang dialog dengan
pemeluk agama lainnya. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya saja yang paling
benar sedangkan agama dan aliran keagamaan lainnya adalah salah dan bahkan dianggap
sesat.Paradigma keberagamaan seperti ini (eksklusif) akan membahayakan stabilitas keamanan
dan ketentraman pemeluk agama bagi masyarakat yang multi agama.
Membangun persaudraan antarumat beragama adalah kebutuhan yang mendesak untuk
diperjuangkan sepanjang zaman. Persaudaraan antarsesama umat beragama itu hanya dapat
dibangun melalui dialog yang serius yang diadasarkan pada ajaran-ajaran normatif masingmasing dan komonikasi yang intens, dengan dialog dan komonikasi tersebut akan terbangun rasa
persudaraan yang sejati. Dengan terwujudnya rasa persaudaran yang sejati antarsesama umat,
maka akan sirnalah segala sakwa sangka di antara mereka.
Dialog antarumat beragama mempersiapkan diri untuk melakukan diskusi dengan umat
agama lain yang berbeda pandangan tentang kenyataan hidup. Dialog tersebut dimaksudkan
untuk saling mengenal, saling pengertian, dan saling menimba pengetahuan baru tentang agama
mitra dialog. Dengan dialog akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam rangka
mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu
masyarakat, yaitu toleransi dan pluralisme.Agama Islam sejak semula telah menganjurkan dialog
dengan umat lain, terutama dengan umat Kristen dan Yahudi yang di dalam al-quran disebut
dengan ungkapan ahl al-Kitab (yang memiliki kitab suci). Penggunaan kata ahl al-Kitab untuk
panggilan umat Kristen dan Yahudi, mengindikasikan adanya kedekatan hubungan kekeluargaan
antara umat Islam, Kristen dan Yahudi.Kedekatan ketiga agama samawi yang sampai saat ini
masih dianut oleh umat manusia itu semakin tampak jika dilihat dari genologi ketiga utusan
(Musa, Isa dan Muhammad) yang bertemua pada Ibrahim sebagai bapak agama tauhid. Ketiaga
agama ini, sering juga disebut dengan istilah agama-agama semitik atau agama Ibrahim.
sangat ditekankan oleh semua agama terlebih lagi agama Islam. Dalam ajaran islam
penghormatan kepada umat agama lain sangat dianjurkan karena dengan menghormati agama
lain, maka umat agama lain akan memberi apresiasi yang sama terhadap umat Islam.
BAB III
KESIMPULAN
Pluralisme agama menjadi dasar sejarah bagi terciptanya semangat dan dinamika dalam
agama-agama untuk mammpu menjawab isu-isu kontemporer. Pluralitas mengacu kepada adanya
kebersamaan dan keutuhan. Dengan demikian, kita tidak lagi dapat membatasi diri pada
pembicaraan tentang pluralitas itu sendiri. Banyak sekali perubahan penting yang terjadi didepan
kita, yang melampaui batas-batas nasional dan regional. Perubahan ini juga terkait dengan
globalisasi yang dialami oleh para penganut agama-agama. Walaupun ada faktor perbedaan di
antar agama-agama, terdapat sejumlah kesamaan yang cukup berarti diantara mereka. Pengertian
saling ketergantungan telah mengukuhkan suatu paradigma tentang kesatuan dalam bentuk baru.
Lanatas agama membawa dampak yang luas terhadap seseorang, baik dalam hal pemenuhan
kebutuhan fisik,ekonomi,politik dan agama. Dengan memahami arti pluralisme agama dengan
positif maka akan terciptanya kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.
Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara
festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem
sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada
hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah
(al-maruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum
Muslim awal menjadi khairu ummah karena mereka menjalankan amar maruf
sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan
pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar maruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar maruf
nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata
yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka
membangun masyarakat madani modern, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil
kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk
akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap
seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap
yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,
maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan
maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan
BAB II
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
2.1 Konsep Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar
Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil
society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat
muslim modern.
Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero
adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam
filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan
konsep di luar menjadi Islami. Menilik dari subtansi civil society lalu
membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa
Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi
dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani
sering digunakan untuk menjelaskan the sphere of voluntary activity which takes
place outside of government and the market. Merujuk pada Bahmueller (1997).
2.1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
2.1.2 Masyarakat Madani Dalam Sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai
masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi
kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.1.3 Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
(juga moral) dan bidang sosial ekonomi yang secara moral netral dan instumental
(lih. Gellner:1996).
Seperti Durkheim, pusat perhatian Ferguson adalah pembagian kerja dalam
masyarakat, dia melihat bahwa konsekuensi sosio-politis dari pembagian kerja jauh
lebih penting dibanding konsekuensi ekonominya. Ferguson melupakan
kemakmuran sebagai landasan berpartisipasi. Dia juga tidak mempertimbangkan
peranan agama ketika menguraikan saling mempengaruhi antara dua partisipan
tersebut (masyarakat komersial dan masyarakat perang), padahal dia memasukan
kebajikan di dalam konsep masyarakatnya. Masyarakat sipil dalam pengertian yang
lebih sempit ialah bagian dari masyarakat yang menentang struktur politik dalam
konteks tatanan sosial di mana pemisahan seperti ini telah terjadi dan mungkin.
Selanjutnya sebagai pembanding, Ferguson mengambil masyarakat feodal, dimana
perbandingan di antara keduanya adalah, pada masyarakat feodal strata politik dan
ekonomi jelas terlihat bahkan dijamin secara hukum dan ritual, tidak ada pemisahan
hanya ada satu tatanan sosial, politik dan ekonomi yang saling memperkuat satu
sama lain. Posisi seperti ini tidak mungkin lagi terjadi pada masyarakat komersial.
Kekhawatiran Ferguson selanjutnya adalah apabila masyarakat perang digantikan
dengan masyarakat komersial, maka negara menjadi lemah dari serangan musuh.
Secara tidak disadari Ferguson menggemakan ahli teori peradaban, yaitu Ibnu
Khaldun yang mengemukakan spesialisme mengatomisasi mereka dan
menghalangi kesatupaduan yang merupakan syarat bagi efektifnya politik dan
militer. Di dalam masyarakat Ibnu Khaldun militer masih memiliki peran dan
berfungsi sebagai penjaga keamanan negara, maka tidak pernah ada dan tidak
mungkin ada bagi dunianya, masyarakat sipil.
Pada kenyataannya, apabila kita konsekuen dengan menggunakan masyarakat
Madani sebagai padanan dari Masyarakat Sipil, maka secara historis kita lebih
mudah secara langsung me-refer kepada masyarakatnya Ibnu Khaldun. Deskripsi
masyarakatnya justru banyak mengandung muatan-muatan moral-spiritual dan
mengunakan agama sebagai landasan analisisnya. Pada kenyataannya masyarakat
sipil tidak sama dengan masyarakat Madani. Masyarakat Madani merujuk kepada
sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh hukum agama, sedangkan
masyarakat sipil merujuk kepada komponen di luar negara. Syed Farid Alatas
seorang sosiolog sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan para
sosiolog umumnya), menyatakan bahwa faham masyarakat Madani tidak sama
dengan faham masyarakat Sipil. Istilah Madani, Madinah (kota) dan din
(diterjemahkan sebagai agama) semuanya didasarkan dari akar kata dyn.
Kenyataan bahwa nama kota Yathrib berubah menjadi Medinah bermakna di
sanalah din berlaku (lih. Alatas, 2001:7). Secara historispun masyarakat Sipil dan
masyarakat Madani tidak memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani
bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah
masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar
Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah, antara lain Q.S. An-nisa
ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami
memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat. Kedua hubungan itu harus
berjalan dengan serentak. Dengan melaksanakan kedua hungan itu hidup manusia akan sejahtrera baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
2.4 Manajemen Zakat
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
At-Taubah: 103
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Adapun hadist yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain
adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muaz ke Yaman, ia
bersabda: Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh
karena itu ajaklah mereka untukbersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu
untuk ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam; lalu jika
mereka mentaatimu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa
Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang-orang kaya
mereka; kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka berhatihatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan takutlah terhadap doa
orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu dan Allah tidak hijab
(pembatas).
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya
sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk
dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi
zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha
untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.
7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
2.4.2 Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia
Sejak Islam memsuki Indonesia, zakat, infak, dan sedekah merupakan sumber
sumber dana untuk pengembangan ajaran Islam dan perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan
digunakan untuk melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4
Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan pemerintah untuk
mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan oleh penghulu atau naib
sepanjang tidak terjadi penyelewengan keuangan. Untuk melemahkan kekuatan
rakyat yang bersumber dari zakat itu, pemerintah Belanda melarang semua
pegawai dan priyai pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Larangan itu
memberikan dampak yang sangat negatif bagi pelakasanaan zakat di kalangan
umat Islam, karena dengan sendirinya penerimaan zakat menurun sehingga dana
rakyat untuk melawan tidak memadai. Hal inilah yang tampaknya diinginkan
Pemerintah Kolonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, di Aceh satu-satunya badan resmi yang mengurus
masalah zakat. Pada masa orde baru barulah perhatian pemerintah terfokus pada
masalah zakat, yang berawal dari anjuran Presiden Soeharto untuk melaksanakan
zakat secara efektif dan efisien serta mengembangkannya dengan cara-cara yang
lebih luas dengan pengarahan yang lebih tepat. Anjuran presiden inilah yang
mendorong dibentuknya badan amil di berbagai propinsi.
2.4.3 Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian masyarakat yang
tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan zakat secara produktif, sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada umumnya dan masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan
masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas mengelola dan
zakat, infak dan sedekah dari karyawan perusahaan yang bersangkutan dan
masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk Badan Amil Zakat Nasional.
Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain:
1. Pengelolaan harus berlandasakn Alquran dan Assunnah.
2. Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
amil zakat, pihak pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka.
3. Menggunakan manajemen dan administrasi modern.
4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, antara
lain:
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
4. Meningkatkan syiar Islam
5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.
2.4.4 Hikmah Ibadah Zakat
Apabila prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat dilaksanakan
dipegang oleh amil zakat baik itu berupa badan atau lembaga, dan zakat, infak, dan
sedekah dikelola dengan manajemen modern dengan tetap menerapkan empat
fungsi standar manajemen, tampaknya sasaran zakat, infak maupun sedekah akan
tercapai.
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa
manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan
angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.
Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim
tidak terjadi monopoli, melainkan sistim ekonomi yang menekankan kepada
mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.
2.5 Manajemen Wakaf
Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam. Ia merupakan lembaga Islam yang satu sisi
berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Wakf muncul dari
satu pernyataan dan perasaan iman yang mantap dan solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Dalam
fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian hari, karena ia
merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir selama harta wakaf itu
dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan
umat.
2.5.1 Pengertian Wakaf
Istilah wakaf beradal dari waqb artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar disebutkan bahwa wakaf ialah
menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan atau diberikan atau dipinjamkan oleh yang empunya, guna
dijadikan manfaat untuk kepentingan sesuatu yang diperbolehkan oleh Syara serta tetap bentuknya dan
boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang meneriman wakafan),
perorangan atau umum.
Adapun ayat-ayat Al-Quran dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah:
Al-Baqarah ayat 267:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.
Al-Hajj ayat 77
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, Jika seorang manusia meninggal dunia,
maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya)
selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang
mendoakannya. (Riwayat Muslim).
Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasullullah SAW mengutus Umar untuk memungut zakat di dalam
hadist itu terdapat pula Khalid mewakafkan baju besi dan perabot perangnya di jalan Allah.
2.5.2 Rukun Wakaf
Adapun beberapa rukun wakaf ialah:
1) Yang berwakaf, syaratnya:
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat maka kita sebagai generasi
penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat
menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan
bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari
pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Quran dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah
kepada kita sebagai umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan
masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta
ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di
masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam
membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang
memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan.
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan
spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
Adapun di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik untuk yang
menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat madani. Selain zakat, ada pula yang namanya
wakaf. Wakaf selain untuk beribadah kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara
seorang muslim dengan muslim lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan fungsi
sosial.
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat
madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya
manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya
Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa
ini secara perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan
kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.
Wassalamualaiku wr.wrb.
DAFTAR PUSTAKA
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers Dalam
Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung: Bandung.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat: Bandung.
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung
Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta: Jakarta.
Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadist sebagai pedoman
hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam
menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan
ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al-Qurandan Al Hadist
permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baikpolitik luar
negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
C. TUJUAN
1. Memberikan penjelasan tentang Fase-fase Era Kenabian
2. Memberikan Penjelasan tentang Islam dan Politik & Bukti-bukti sejarahnya
BAB II
PEMBAHASAN
ERA KENABIAN
Era ini merupakan era pertama dalam sejarah Islam. Yaitu dimulai semenjak Rasulullah
SAW memulai berdakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT hingga
meninggalnya beliau. Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era "kenabian" atau"wahyu".
Karena era itu memiliki sifat tertentu yang membedakannya dari era-era yang lain. Ia merupakan
era ideal yang padanya ideal-ideal Islam terwujudkan dengan amat sempurna. Era ini terbagi
menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua fase itu tidak memiliki
perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti yang diklaim oleh beberapa orientalis. Bahkan
fase yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi fase kedua. Pada fase pertama,
embrio 'masyarakat Islam' mulai tumbuh, dan telah ditetapkan kaidah-kaidah pokok Islam secara
general. Kemudian pada fase kedua bangun 'masyarakat Islam' itu berhasil dibentuk, dan kaidahkaidah yang sebelumnya bersifat general selesai dijabarkan secara mendetail. Syari'at Islam
disempurnakan dengan mendeklarasikan prinsip-prinsip baru, dan dimulailah pengaplikasian dan
pelaksanaan prinsip-prinsip itu seluruhnya. Sehingga tampillah Islam dalam bentuk sosialnya
secara integral dan aktif, yang semuanya menuju kepada tujuan-tujuan yang satu.
PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam buku-buku
para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya. Dalam Al-Muhith,
siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha siyasatan berarti
Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan mendidiknya). Bila
dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah
(politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
. Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar kekuatan
utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-hikmah), dan
ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (al-quwwah annafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang akan dilalui
yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman
(al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).
C. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariat Islam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang serbah lengkap
didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir sebuah
istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan bagian
integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa system ketatanegaraan
yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan
oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat. Artinya
agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad hanyalah
seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada
segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya
segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana
pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini
berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapai terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala
agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib yang
kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligus manjadi
pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar kenegaraannya.
Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu bakar yang
merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah. Sistem
pemerintahannya disebut khalifah. Sistem khalifah ini berlangsung hingga kepemimpinan
berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali karramah allahu wajhahu.
D. DEMOKRASI DALAM ISLAM
Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya para
cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis.
Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada
kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah
lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma}, dan penilaian interpretative yang
mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia Islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan, termasuk
etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari dimensi etika
dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam yang
komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak politik.
Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang tak
terbantahkan.
Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-syarat seorang
politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai kapasitas intelektual dan
berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas, Berani berjuang untuk membela
kepentingan rakyat.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: Dan katakanlah: Ya Tuhan ku,
masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan
berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong. (AI Isra: 80).
MASYARAKAT MADANI
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban.
Masyarakat Madinah menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.
F. ASAS-ASAS SISTEM POLITIK ISLAM
1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama
kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.
2. RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam
hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam.
Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang
perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan
menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
3. KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai wakil
Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang
menjadi Pemilik yang sebenar.
PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1. MUSYAWARAH
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran ummat. Asas
musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan
undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkara baru yang
timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.
2. KEADILAN
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem
ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam
kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang
bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa
dan anak-anaknya.
3. KEBEBASAN
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteruskan kepada
makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah tujuan terpenting
bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang
perlembagaan negara Islam.
4. PERSAMAAN
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan
dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undangundang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara dan ummat.
Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga
bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.
Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan
syarak.
Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir.
Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara.
Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.
a. 3. Penyebar Islam
Ada dua pendapat tentang para penyebar Islam ke Indonesia:
a.
Disebarkan oleh para saudagar muslim (MOEN: saudagar persia, HUSEN
NAINAR: saudagar India:
HAMKA: saudagar Arab)
b.
Disebarkan oleh para Mubaligh Muslim (SAYYIR ALWI, VAN DEN BERG)
Ada pergerakkan politik untuk menghimpun kekuatan agar berkwantitas dan berkwalitas.
Prinsip tauhidullah,
2.
Prinsip insaniyah,
3.
Prinsip tasamuh,
4.
Prinsip taawun,
5.
6.
7.
Prinsip kemaslahatan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa
pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik islam berisi:
mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan
hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullahdan Ulill
Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan
tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan memaksakn kehendaknya
kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya, menekan
rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang
menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar negerinya Islam menganjurakan dan
menjaga adanya perdamain. Walaupun demikan islam juga memporbolehkan adanya perang,
namun dengan sebab yang sudah jelas karena mengancam kelangsungan umat muslim itu
sendiri. Dan perang inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi
tidak sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan
kesejahteraan seluruh umat.
SARAN
Ada baiknya jika kita mempelajari tentang pemikiran terutama baik tentang pertumbuhannya,
hakikatnya, sifat-sifatnya atau tujuan-tujuannya, niscaya ia menyandang sifat ini, yaitu sifatnya
sebagai suatu pemikiran politik. Syarat ini merupakan faktor yang terpenting dalam pertumbuhan
pemikiran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Negara: Dalam Penerapan Syariah. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.
Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. 2001. Sistem Politik Islam: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Lentera.
Azra, Azyumardi, Dr. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun, Prof. Dr. 1974. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I. Jakarta: UI Press.
Pulungan, J. Suyuthi. Dr. 1993. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syadzali, Munawir. H. M.A. 1990. Islam Dan Tata Negara, Cet V. Jakarta: UI Press.
Syarif, Mujar Ibnu. Drs. M.Ag. 2003. Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam Komunitas
Islam: Tinjauan Dari Prespektif Politik Islam. Bandung: Angkasa.
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang
RisalahUsrah 3 Sistem-sistem Islam, Abu Urwah
SUMBER : http://khamriadhye.blogspot.com/
Oleh :
NAMA : NOUVAL PATAWARI
NIM: F91120001
PRODI: SASTRA JEPANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
Pengertian Ilmu
3.
Syarat-syarat ilmu
4.
5.
6.
Pengertian filsafat
7.
8.
Pengetahuan
9.
Ilmu Pengetahuan
3.2
3.3
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
ciptakan
itulah
yang
mampu
Ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan panduan atau petunjuk yang telah
diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia sebagai bekal untuk menjadi khalifah dalam
mengelola dunia ini. Ibarat ketika kita membeli suatu barang elektronik maka kita akan
dibekali buku panduan oleh produsennya guna dipelajari sehingga dapat menemukan
cara terbaik dalam menggunakan, merawat serta memperbaiki barang elektronik
tersebut. Begitupun dengan ilmu yang kita miliki saat ini, harus digunakan,
dimanfaatkan serta di amalkan dengan tujuan yang baik agar sesuai dengan fitrahnya.
Oleh sebab itu, maka sangatlah penting agar kita semua mengetahui lebih dalam
mengenai ilmu pengetahuan dalam agama islam terutama perannya terhadap
peradaban dunia hingga saat ini.
2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini terinci sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep umum pengetahuan dalam islam ?
2. Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam islam ?
3. Seperti apa etika islam dalam perkembangan iptek ?
4. Siapa saja ilmuan-ilmuan muslim pada zaman keemasan Islam ?
3.
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Nilai pada dasarnya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika dan biasa
juga disebut filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolak ukur tindakan
dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Adapun yang menjadi
sumber nilai dalam islam yakni al-quran dan hadis. Kedua sumber tersebut adalah
sumber utama dari kajian tentang nilai-nilai dalam kehidupan umat islam.
Secara etimologi,
kata
pendidikan
dalam
bahasa
yunani
dikenal dengan paedagogosyang berarti menuntun anak. Dalam bahasa romawi
dikenal dengan educare yang berarti membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam).
Bahasa
belanda
menyebut
pendidikandengan nama apvoeden yang
berarti membesarkan
atau
mendewasakan,atau voden artinya
memberi
makan. Dalam bahasa inggris disebutkan dengan istilah educate/education yang
berarti to give moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan
melatih intelektual.
Menurut abdul fatah jalal pendidikan adalah proses pemberian pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggungjawab, dan penanaman amanah, sehingga
terjadi penyucian (tazkiyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran
yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan
untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya.
Dari beberapa defenisi diatas baik dari perspektif etimologis maupun
terminologi, benang merah yang bisa kita tarik adalah bahwa pendidikan
merupakan suatu wadah yang bertujuan mendewasakan umat manusia.
Mendewasakan dalam artian mengantar manusia ke tingkat yang berahlak, berilmu,
dan mampu hidup secara sosial.
Jadi, Nilai pendidikan islam adalah nilai moral yang menjadi tolak ukur tindakan
dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya yang di ajarkan melalui
lembaga-lembaga pendidikan.
2.
Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab , masdar dari
yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya
dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan
dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama.
3.
Syarat-syarat ilmu
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.
c.
d.
4.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini
terlihat dari banyaknya ayat Al-quran yang memandang orang berilmu dalam posisi
yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan
bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al-quran, kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780
kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al- quran sangat
kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi
ciri penting dari agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mahadi Ghulsyani
(1995; 39) sebagai berikut:
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-quran dan Alsunah mengajak
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi
Allah SWT. berfirman dalam Al-quran surat Al-Mujadilah ayat 11 :
Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan). Dan ALLAH
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan
menjadi pendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu yang dimiliki seseorang akan
membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah SWT, sehingga akan
tumbuh rasa kepada Allah SWT bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya
yang
takut
kepada
allah
hanyalahulama (orang berilmu); (surat faatir:28)
diantara
hambahambanya
Disamping ayatayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat
istimewa, Al-quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilmu,
seperti tercantum dalam Al-quran surat Thaha ayat 114:
Dan katakanlah, tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan .
dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah
ilmu, menjadi sangat penting, dan islam telah sejak awal menekankan pentingnya
membaca, sebagaimana terlihat dari firman Allah SWT. yang pertama diturunkan,
yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5 yang artinya:
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia
dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk
itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
5.
Ilmu fardu ain . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang
mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui
ilmu fardu ain. Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu
ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya , seperti yang tercakup dalam
rukun Islam.
b.
Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam
menegakan urusan duniawi. yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu
kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian,
ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat
membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.
Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi
kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
a.
b.
alami
pada
manusia,
yang
ia
bisa
Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah. Yaitu ilmu
pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan
indra - indra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya,
persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga
penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan
yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir.
b.
Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadli. Ilmu itu secara keseluruhannya
disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara.
Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama
nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh
melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun
merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari alQuran dan Sunnah Rasul.
Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau
adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu :
a.
Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu
kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.
b.
Al maqulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.
c.
Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa
keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok
yaitu :
a.
Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual,
formatif aposteriori.
b.
Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari
esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi .
Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif
melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar
Khan bahwa al manqulat dan al maqulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli.
6.
Pengertian filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti
cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut Ir. Pudjawijatna
Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu
berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana
artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat
boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan
kebijaksanaan.
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat
mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban
terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya
bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazlba Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu
yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang
tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu
yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan
nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatuyang diluar alam, yang disebut oleh agama Tuhan. Sementara itu Oemar
Amin Hoesin mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan
filsafat memberikan hikmat.
7.
Ontologi, Pengetahuan yang dikaji memiliki bidang studi yang jelas, dapat
diidentifikasi, dapat diberi batasan, dan memiliki sifat essensial. Aspek ontologis
berkaiatan dengan obyek ilmu. Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai
pengertian ontologi, Amsal Bakhtiar menyimpulkan sebagai berikut:
a)
Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos = ada,
danLogos = Ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
b)
Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun
rohani (abstrak).
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber
yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Istilah monisme
oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe.
Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba,
biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
b)
Nilai ruh lebih tinggi dari badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan
manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakekat sebenarnya.
Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya
Materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang
ada energi itu saja.
Dualisme
Aliran ini memandang bahwa hakekat itu ada dua. Aliran ini berpendapat bahwa
benda terdiri dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya yaitu hakekat materi
dan hakekat ruh. Materi bukan berasal dari ruh, dan ruh bukan berasal dari benda.
Keduanya sama-sama hakekat.
c)
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
itu
semuanya
nyata.
Pluralisme
dalam Dictionary
of
Philosophy
and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
d)
Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Doktrin tentang
nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias
yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.
Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.
e)
Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan
kepada orang lain.
Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat
benda, baik itu hakekat materi maupun hakekat ruhani. Kata agnostosisme berasal
dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. Timbulnya aliran ini dikarenakan
belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan
adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas
menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifattrancendent. Jadi
b.
a)
Metode Induktif
Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada
dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulankesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan
apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori
lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulankesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
c)
Metode Positivisme
Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian atau
persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan
segala gejala.
d)
Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
e)
Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidahkaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan seharihari, dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan, ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu
pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua
kutub.
c.
Aksiologi , Pengetahuan atau bidang studi memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam
artian, tidak terdapat kerancuan, atau pun sifat kontradiktif (koheren). aspek axiologis
berkaitan dengan pemanfatan ilmu
Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri, aksiologi
adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh.
Amsal bakhtiar telah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai definisi
aksiologi dan menyimpulkan bahwa dalam aksiologi, permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti. Pertama, etika merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Kedua, etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dapat dikatakan pula
bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik
di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu kondisi yang melibatkan norma-norma.
8.
Pengetahuan
Pengetahuan Umum
Pengetahuan sains adalah jenis pengetahuan manusia yang pertama.dalam
bahasa indonesia yang pertama,pengetahuan ini disebut ilmu. Orang indonesia
menyebut "sains" dengan"ilmu pengetahuan". Dalam bentuknya yang baku (hingga
kini)pengetahuan sains mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya
ialah paradigma sains,metodenya disebut metode sains.
Lanjutan pengetahuan sains yakni pengetahuan jenis kedua yang disebut
dengan pengetahuan filsafat. Paradigma untuk pengetahuan filsafat kita sebut
paradigma logis, metodenya disebut metode rasional yang mengandalkan
pemikiran akal. Cara kerja metode ini sulit dijelaskan, yang dapat dikatakan ialah
"mencari kebenaran tentang sesuatu dengan cara memikirkannya secara logis".
Pengetahuan mistik adalah jenis pengetahuan yang ketiga, yakni segala
pengetahuan yang diperoleh lewat hati, diperoleh dengan cara melatih hati agar
dapat merasakan, menangkap pengetahuan yang tidak dapat ditangkap oleh akal
dikepala. Pengetahuan jenis ini objeknya diluar logika,yaitu supralogis.
b.
Pengetahuan Agama
Bila agama adalah wahyu tuhan, maka Al-qur'an itu isinya ada yang dapat
dipahami secara sains, ada yang dapat dipahami secara filsafat, dan kebanyakan
dapat dipahami secara mistik. Dilihat dari segi lain seluruh ayat Al-qur'an harus
diterima dengan yakin, berarti semuanya masuk pengetahuan mistik. Jadi Al-qur'an
itu isinya ada yang sains, logis, dan mistik.
Diatas itu ialah satu cara membagi pengetahuan manusia. Ada lagi cara membagi
yang lain, yaitu:
a)
b)
Pengetahuan yang diperoleh, maksud diperoleh ialah dicari sendiri oleh manusia.
Yang dimaksud dengan pengetahuan agama atau ilmu agama ialah penegtahuan
yang diwahyukan, yaitu penegtahuan tentang Al-qur'an dan hadits serta semua
pengetahuan tentang isinya yang biasanya dikembangkan dalam tradisi islam.
Menurut islam, pengetahuan tidak ada segi baiknya bila tidak menunjukkan kepada
hakikat pertama alam ini ialah Allah.
9.
Ilmu Pengetahuan
dalam pendidikan, yaitu : (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan
atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;(2) ada pendidik, pembimbing atau
penolong; (3) ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) adanya dasar dan tujuan
dalam bimbingan tersebut, dan (5) dalam usaha tentu ada alat-alat yang
dipergunakan. Sebagai suatu agama,Islam memiliki ajaran yang diakui lebih
sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang
pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hinggahari
akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat,
ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk dalamnya mengatur masalah
pendidikan. Sumber untukmengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur
kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al-Qur'an danal-Sunnah. Islam sebagai
agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al-Qur'an dan Hadits sejak awal
telah menancapkan revolusi dibidang pendidikan dan pengajaran. Langkahyang
ditempuh al-Qur'an initernyataamat strategis dalam upaya mengangkat martabat
kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan
jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan,
dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka dan
seterusnya. Pendidikan dalam arti umum mencakup segalausaha dan perbuatan
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengalamannya,
pengetahuannya,kecakapannya, serta keterampilannyakepada generasimuda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalampergaulanbersama, dengan
sebaik-baiknya.corak pendidikan itu erat kaitannya dengan corakpenghidupan,
karena
jika
corak
penghidupan
itu
berubah,
berubah
pulalahcorak
pendidikannya,agar si anak siapuntuk memasuki lapangan penghidupanitu.
Pendidikan itu memang suatuusaha yang sangatsulit dan rumit, danmemakanwaktu
yang cukup banyaklama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan
menghendakiberbagai macam teori dan pemikiran daripara ahli pendidikan dan
juga ahlidari filsafat,gunamelancarkanjalandan memudahkan cara-cara bagipara
guru dan pendidik dalam menyampaianilmu pengetahuan dan pengajaran kepada
para peserta didik. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan,sebaiknya mungkin
tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengandebat tiada berkeputusan,
akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
yangideal. Tidak adasatupun dari permasalahan kitamendesak dapat dipecahkan
dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa.
Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini,
apabila mereka terus berpikir, yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka
tentuakanmenyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat
mendasar. Filsafat pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis
mengenaimasalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada
al-Qur'an dan al-Hadits sebagaisumber primer, dan pendapat para ahli,khususnya
para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat Pendidikan
Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jadi ia bukan
filsafat yang bercorak liberal,bebas,tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam
pemikiran filsafat pada umumnya. B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat
pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat
adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil
penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak
mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran
yangmendasar, sistematik. Lgosi, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
yang tidak hanyadilatarbelakangi olehpengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.pendapat ini memberi
petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah-masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti maslaah tujuan pendidikan,
maslaah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. C. Kegunaan Filsafat Pendidikan
Islam 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh
perhatian pada segi keagaman saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi
dia menaruh perhatian kepada keduannya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah
pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji
ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains,
sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi
professional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu,
teknis tertenu dan perusahaan tertentu, supaya dapat iamencari rezeki dalam hidup
dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5.
Persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan
Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, sprituil semata-mata, tetapi
menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum,
aktivitasnya.
b.
identitas ilmunya sendiri. Maka, lahirlah ilmu geografi, ilmu pengobatan, ilmu fisika
dan lain-lain. Al-Quran sumber sains Islam, bahkan al-Quran menganjurkan umat
manusia baik beriman atau tidak, supaya menyelidiki alam sebagai tanda
membuktikan wujud dan kebesaran Allah.
Di dalam al-Quran ada lebih 750 ayat menyuruh umatnya supaya belajar,
merenung dan menggunakan akal dengan sebaik-baiknya mencari kebenaran
hakiki.
Kegemilangan tamadun Islam pada waktu itu melahirkan beberapa tokoh ulama
yang berjasa dan memberi sesuatu yang bermakna dalam perkembangan sains
kepada umat manusia . Yang lebih menarik, sumbangsih pemikiran tokoh ulama
Muslim mendapat tempat dan penghargaan tinggi di kalangan sarjana dan orientalis
Barat sehingga karya mereka menjadi teks rujukan utama di Universitas Eropa dan
juga diterjemahkan secara besar-besaran oleh sarjana dan orientalis Barat. Yang
berarti bahwa ulama sains Muslim terlebih dahulu mempelopori bidang sains dan
teknologi pada zaman dahulu.
Akhirnya, ilmu itu berpindah tangan ke Barat dan umat Islam tertinggal dalam
bidang itu. Di antara tokoh ulama tersebut ialah Ibnu Rusd lebih terkenal sebagai
ahli astronomi dengan bukunya yang banyak membahas secara sistematik geografi
matematik dan astronomi di samping mengemukakan teori ahli astronomi Arab,
Yunani dan India.
Begitu juga, seorang ulama bernama Muslim al-Farghani adalah seorang pakar
Astronomi berasal dari Farghana, Uzbekistan. Beliau mengarang kitab al-Kamil fi alAsturlab yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin dengan judul
Compendium sehingga menjadi rujukan utama di seluruh pelusuk Eropa.
Di samping itu, muncul seorang ulama bernama Abu al-Raihan Muhammad bin
Ahmad terkenal dengan al-Biruni. Di kalangan orientalis, beliau dianggap tokoh
ilmuwan terbesar dan seorang experienmentalis ilmu yang tekun pada abad
pertengahan Islam.
Beliau menguasai dengan baik bidang matematik, kedokteran , farmasi ,
asronomi dan fisik. Al Biruni juga dikategorikan sebagai ahli sejarah, geografi,
kronologi, bahasa serta seorang pengkaji mengenai adat istiadat dan sistem
kepercayaan. Beliau juga seorang ulama Islam.
Di dalam bidang pengobatan, Islam melahirkan seorang tokoh terkenal yaitu
Abu Kasim al-Zahrawi sebagai seorang dokter dan ahli bedah Muslim. Beliau juga
dikenal di Barat dengan nama Abulcasis. Di dalam bidang kedokteran, beliau
dianggap perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnosrie) dan cara penyembuhannya
(the rapeutif) penyakit telinga. Dialah juga yang merintis bedah telinga untuk
mengembalikan fungsi pendengaran. Bukan sekadar itu, beliau juga pelopor
pengembangan ilmu penyakit kulit (dermatologi).
moden. Beliau mencatat dengan terperinci lebih 20 alat besi dan kaca. Beliau juga
pakar dalam praktik pengobatan dengan pendapatnya penyembuhan penyakit
adalah kilas balik kimia dalam tubuh seseorang.
Di dalam bidang fisik pula, al-Haitham lebih dikenal di dunia Barat sebagai
Alhazen adalah tokoh optik paling terkenal dalam sejarah tamadun Islam
pengetahuan (di mana al-quran sebagai katalisator) dapat ditemukan dalam alBurhan fi Ulum al-Quran karya Badruddin al-Zarkasyi.
Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang
tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim
yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen). Kedudukan ini berbeda dengan
sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan hanya imajinasi
kosong. (Bahkan dalam agama manapun, tidak ada penghormatan, penjelasan,
pendefinisian ilmu semassif Islam-pen)
Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, almarifah dan al-syuur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah
yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari
akar kata l-m dan diambil dari kata alamah, yang berarti tanda, simbol, atau
lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti
pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala.. Karenanya malam
(amak maalim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau
dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti
rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran
menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam.
Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan alama) di dalam al-Quran tersebut yang
menyebabkan Nabi SAW mengutuk orang-orang yang membaca ayat 3:190-195
yang secara jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang berfikir,
mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi tanpa mau merenungkan
(makna)nya.
Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik dan utuh
(berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai
bukti worldview tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini
berarti persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika dan
spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan epistemologis meluas, baik dari
wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut
sekuler)., karena worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar
antara wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi
implikasi penolokan hikmah dan petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian
dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT sebagai sumber semua pengetahuan,
secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber dan tujuan
epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang
menunjuk pada ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta. Konsep
integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir alQuran, di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat al-Quran yang menguraikan
tentang bintang dan kesehatan, misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masingmasing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan. Ibnu Rusyd dalam fasl almaqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran keagamaan dan
kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat al-Quran yang mendorong manusia
meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi (7:185, 3:191,
88:17-18). Dengan hal yang sama, al-Quran juga mendorong manusia melakukan
perjalanan di bumi untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini
membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan
sebagainya secara utuh.
Dalam 41:53, secara kategoris, al-Quran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah
SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang
berkaitan dengan kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan
yang saling terkait. Namun, keutuhan dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan
ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak ada prioritas diantara
mereka. Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena
berasal langsung dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagia alam
semesta. Semua pengetahuan lain yang benar harus membantu kita memahami
dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di dalam al-Quran untuk
kemajuan individu dan masyarakat.
( 3)
( 4)
(5)
Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu
dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian
malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya
dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat
pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat
ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada
manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus
menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini
wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tandatanda Kekuasaan Allah.
Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja akal
serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lilalamin. Manusia
harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada
manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat
memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan
kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan pilihan yang
terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual,
psikologis dan unsur - unsur penting penghidupan lainnya. Islam mengajarkan
manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya
manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti
zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya
pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan
kehidupan yang cepat ini.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekananya terhadap Ilmu (sains). Al-Quran dan al-Sunah mengajak kaum
muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan
orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Allah SWT telah
menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan.
Allah SWT berfirman:
Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-Mujadalah 11).
Menurut al-Maraghi, tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah meninggikan orangorang yang mukmin dengan mengikuti perintah-Nya dan perintah Rosul, khususnya
orang-orang yang berilmu di antara mereka beberapa derajat yang banyak dalam
hal pahala dan tingkat keridlaan.[8] Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah SWT
sangat memuliakan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ayat tersebut juga
memberikan gambaran kepada manusia mengenai kedudukan ilmu pengetahuan,
sebagai bekal baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ada sebuah
ungkapan terkenal mengenai bagaimana orang harus menuntut Ilmu;Tuntutlah
ilmu sekalipun di negeri Cina.(HR. Ibnu Adiy dan Al-Baihaqi).
Maksud dari ungkapan tersebut adalah; bahwa ilmu harus dicari dan dikejar
walaupun berada di negeri yang sangat jauh sekalipun. Ungkapan tersebut
menunjukkan betapa penting dan utamanya kegiatan Talab al-ilm, hingga harus
dilakukan walau dengan perjalanan ke negeri yang sangat jauh sekalipun. Kata
negeri Cina di atas hanya sebagai perumpamaan negeri yang sangat jauh, karena
negeri Cina adalah negeri yang sangat jauh bagi umat Islam yang berada di Timur
Tengah pada waktu itu. Jadi seandainya sekarang negeri yang perekembangan ilmu
pengetahuannya paling maju, berada di belahan bumi bagian barat maka kesana
pula kita harus mengejar ilmu itu.
( )
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam.[10])HR. Ibnu
Majjah)
Jelaslah dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan.
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada
Allah juga harus dengan ilmu.
Kedudukan akal
Penciptaan manusia sengaja di lebihkan Tuhan dari penciptaan terhadap makhluk makhuk lain.
Kelebihan manusia terletak pada akal, yang agaknya makhluk makhluk tidak ada yang dikaruniai
akal selengkap manusia. Berkat akalnyalah manusia bisa terbang membumbung tinggi di angkasa,
lebih pandai dari rajawali dan jenis burung apapun. Berkat akalnyalah manusia bisa masuk kedalam
bumi, lebih pintar dari jenis binatang melata manapun. Dan berkat akal pula, manusia bisa berenang
dan menyelam dalam air, lebih mahir dari pada ikan dan segala jenis binatang lautan.
Didalam islam akal inilah yang dijadikan ukuran taklif. Artinya terhadap orang yang akalnya
tidak normal, islam mengecualikan dari tuntutan syariat agama. Dalam penyebaran islam banyak
mendekati manusia dalam segi akal atau disebut rational approach. Banyak ayat ayat Al Quranyang
bersifat menggugah akal. Dan berapa banyak hadits hadits Nabi yang isinya mengajurkan,
mewajibkan kaum muslimin untuk mengembangkan akal dan menuntut ilmu pengetahuan. Ini
menunjukan berapa tingginya martabat akal dan ilmu pengetahuan dalam pandangan islam.
Sebagai contoh firman Allah dalam Al Quran yang artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, disana
terdapat ayat ayat Tuhan bagi mereka yang mempergunakan akal. (QS. Ali Imran : 18)
Bagaimana langit dan bumi diciptakan, apakah ada begitu saja tanpa ada yang menciptakan?
Bagaimana pergantian siang dan malam? Kalau di pikir secara mendalam, sampai pada satu
kesimpulan bahwa semua itu tidak terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakan dan
mengaturnya. Kalau dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa bumi inilah tempat manusia menetap,
maka penciptaan langit termasuk didalamnya matahari, penciptaan bumi dan pergantian malam dan
siang itu, mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia untuk tinggal menetap di permukaan
bumi ini. Oleh karena apa? Karena:
1.
Matahari yang di perkirakan panasnya 5000-6000C, karena jaraknya dengan bumi yang sedang,
maka panas/sinarnya yang sampai kebumi sedang pula. Sehingga tidak mematikan hidup dan
kehidupan dibumi. Dan karena bumi berputar pada porosnya, maka kita yang tinggal di
permukaannya bisa menerima sinar matahari secara bergiliran. Kadar sinar matahari yang sampai,
sesuai benar dengan kebutuhan dan kesanggupan manusia untuk menerimanya, di daerah
manapun mereka berada dipermukaan bumi ini.
2.
Peredaran siang dan malam berkisar sekitar 24 jam, sehingga cocok untuk bekerja dan beristirahat
manusia. Bagaimana kiranya, seandainya bumi kita ini seperti venus yang separuh bulatannya
selalu menghadap matahari sehingga siang saja selamanya, sedang bagian lainnya selalu
membelakangi matahari sehingga malam saja selamanya?
3.
Tentang kepadatan zat bumi, melebihi kepadatan zat setiap planet dalam solar sistem ini, bahkan
kepadatan zat matahari itu sendiri. Dengan demikian manusia bisa berdiri tegak diatas permukaan
bumi tersebut, tidak tenggelam tidak terbenam.
4.
Tentang daya magnit bumipun sedang pula, sehingga kita manusia bisa tegak di permukaannya.
Andaikata magnit itu tidak cukup, apalagi tidak ada, pasti kita akan terlempar dari permukaan bumi
ini.
5.
Disamping sedangnya perputaran bumi diatas poros, sedang pula perputaranya di sekeliling
matahari. Sehingga bisa menyuburkan musim musim yang sedang dan cocok untuk menumbuhkan
tumbuh tumbuhan dan memasakan buah buahan.
6.
Disamping itu bumi memiliki sesuatu yang istimewa yaitu udara dan air, yang kedua duanya
merupakan syarat mutlak untuk hidup. Andaikata nanti manusia ingin menetap di bulan sana, maka
banyak perlengkapan hidup yang harus di datangkan dari bumi, diantaranya air dan udara.
Disinilah terletak rahasia kenapa harus bumi yang ditentukan Tuhan sebagai tempat menetap
manusia. Rahasia ini tidak akan bisa di ketahui manusia tanpa mempergunakan akal dan ilmu
pengetahuan.
menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Quran bahkan memposisikan manusia yang
memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Quran surat al-Mujadalah ayat
11 menyebutkan:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
Al-Quran juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan,
sebagaimana dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang
membawa
manfaat
dan
yang
membawa
madharat.
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh
pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk
menuntut
ilmu
pengetahuan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan
ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin
terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
Imam Syafii pernah menyatakan:
Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa
menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan
keduanya, maka harus dengan ilmu.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas
ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat. Dalam
al-Quran surat Thahaa ayat 114 disebutkan:
Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah
setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai
potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu
kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan
menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap
dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat
kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori
empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78
disebutkan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sabda Nabi saw.:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.
Pisau akan sangat berguna ketika digunakan oleh orang yang berpikiran positif
dan ahli dalam menggunakan pisau. Sebaliknya, ketika pisau digunakan oleh orang
yang berpikiran negatif, niscaya bukan kemanfaatan dan kemaslahatan yang akan
dihasilkan dari pisau itu, melainkan kemadharatan.
Demikian halnya dengan pengetahuan, ketika penggunaannya bertujuan untuk
mencapai kemanfaatan niscaya pengetahuan itu pun akan bermanfaat. Namun
sebaliknya, ketika pengunaan pengetahuan digunakan untuk kemadharatan, maka
kemadharatan itulah yang akan didapat.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal dan
wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah
kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti utama
bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki
kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih
membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran,
yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai
khalifah fil ardh.
Wahyu yang diturunkan kepada manusia tidak hanya berisikan perintah dan
larangan saja, akan tetapi lebih dari itu al-Quran juga membahas tentang
bagaimana seharusnya hidup dan menghargai kehidupan. Dan tidak terlepas juga di
dalam al-Quran dikaji tentang sains dan teknologi sehingga tidaklah berlebihan jika
kita menyebutnya sebagai kitab sains dan medis.
Namun, berbagai bentuk kemajuan sains dan teknologi serta ilmu pengetahuan
tanpa didasari tujuan yang benar, niscaya hanya akan menjadi sebuah bumerang
yang menghancurkan kehidupan manusia. Karena tidak jarang saat ini manusia
malah mengalami kejenuhan, kehampaan jiwa, hedonisme, materialisme bahkan
dekadensi moral yang tidak jarang pula implikasinya merugikan diri mereka sendiri
bahkan lingkungan sekitar. Padahal dengan adanya kemajuan sains dan teknologi
kehidupan manusia diharapkan menjadi lebih mudah, efisien, instan, yang bukan
malah menimbulkan tekanan jiwa dan kerusakan lingkungan.
Dalam Islam telah digariskan aturan-aturan moral penggunaan pengetahuan.
Apapun pengetahuan itu, baik kesyariatan maupun lainnya, teoritis maupun praktis,
ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan pemiliknya untuk berlaku munafik
dan berkuasa atau berbuat kebaikan dan mengabdi kepada kepentingan umat
manusia. Pengetahuan tentang atom umpamanya, dapat digunakan untuk tujuan-
paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa
manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta
merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan
dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk
melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligus
bentuk taabbudnya kepada Allah swt.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah
yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatism/
utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa
boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukumhukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan
oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Paradagima Sekuler
Yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain.
Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan
(fashl al-dinan al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak
mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek
tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama
sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat
sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan
aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
b.
Paradigma Sosialis
Yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama
sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan
iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.
Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam
paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusiatuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu
dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan
memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama
menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang
kejam. Karl Marx mengatakan: Religion is the sigh of the oppressed creature, the
heart of the heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the
opium of the people. (Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari
suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi
yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat)
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya
Farghal, 1994: 112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang
adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000: 110).
c.
Paradigma Islam
Yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi
qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun
seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari
ayat yang pertama kali turun : bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan (Qs. sl-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh
lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap
berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash,
1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan
bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan
berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu (Yahya Farghal,
1994: 117). Firman Allah SWT:
kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
(pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (Qs. an-Nisaa` [4]: 126).
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (Qs. ath-Thalaq [65]: 12).
3.2
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.
Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat
Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam
segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu
pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan,
mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem
ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep
pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya
Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan
fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler
yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam
(bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu
pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam
dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari
al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi
benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh
bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12).
3.3
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam
harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun
juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh
syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits
yang
mewajibkan
umat
Islam
menyesuaikan
perbuatannya
(termasuk
menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain
firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65).
ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3). Maksudnya: pemimpin-pemimpin
yang membawamu kepada kesesatan.
Sabda Rasulullah Saw:
Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya,
maka perbuatan itu tertolak. [HR. Muslim].
destilasi. Jadi secara otomatis, tidak akan ada kegiatan industrialisasi dan
transportasi sampai saat ini. Selain itu, dapat juga kita lihat jika beliau tidak ada,
sudah pasti tidak akan ada proses pembuatan gula dan garam yang berkaitan
dengan proses kristalisasi.
2.
Algorithm atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Algoritma yang
dapat diartikan secara umum sebagai urutan langkah yang harus ditempuh dalam
memecahkan suatu permasalahan. Algoritma merupakan jantung ilmu informatika /
komputer. Maka, tanpa kehadiran beliau dalam percaturan dunia sains, sudah pasti
dapat diketahui bahwa, tidak akan ada teknologi komputer di zaman modern ini.
3.
Al Kindi (801 M 873 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Alkindus. Beliau
adalah seorang filosof, namun juga memiliki keahlian di berbagai macam bidang
sains : kimia, fisika, geografi, kedokteran dan matematika. Karya-karya beliau yang
fenomenal, terdapat dalam bidang keilmuan sains berikut :
Dalam bidang optika geometrik, sebenarnya beliaulah ilmuwan pertama kali yang
membahas hukum pemantulan cahaya sebelum disempurnakan dengan sebuah
persamaan matematis oleh matematikawan berkebangsaan Belanda, Willebrord
Snellius (1580 M 1626 M), pada tahun 1621 (kurang lebih delapan abad setelah
kiprahnya). Alkindus telah berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya, yang
berbunyi : sudut datang sama besarnya dengan sudut pantul, dimana penemuan
beliau merupakan dasar ilmu penemuan dan pengembangan alat-alat optik di
zaman-zaman selanjutnya, termasuk di zaman modern saat ini, seperti : teropong
(teleskop), kacamata, proyektor, mikroskop, lup dan sebagainya.
Dalam bidang fenomena gelombang beliau juga memiliki sejumlah karya yang
cukup fenomenal, yang banyak terpakai dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
zaman modern ini, semua karya beliau tentang optika geometrik dan fenomena
gelombang telah terintegrasi dalam ilmu fisika di zaman modern ini. Tampaknya,
kita semua harus bersyukur dengan kehadiran beliau dalam percaturan ilmu sains.
Jika beliau tidak ada, maka di zaman modern ini, sudah pasti tidak akan ada :
Teropong, Slide, OHP, Hand Phone, Telepon, Televisi, Radio, Sistem Navigasi dan
sebagainya.
Dalam bidang kimia, beliau telah berhasil mematahkan ajaran Mesir kuno
tentangtransmutasi logam-logam menjadi emas. Terbukti hingga saat ini tidak
ada eksperimen kimia yang berhasil merubah sebuah logam menjadi
emas.Transmutasi logam-logam adalah adanya sebuah usaha untuk merubah
sebuah logam, seperti : besi, timah, nikel, dan sebagainya menjadi emas.
4.
Ibnu Qurroh (826 M 901 M) adalah ahli ilmu perbintangan (astronomi) dan
matematika. Selain ahli matematika dan astronomi, beliau banyak menulis di
bidang kedokteran, fisika dan ilmu filsafat.
5.
Al Battani (858 M 929 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Albategnius.
Beliau adalah ahli matematika dan astronom. Beliau mamiliki dua karya yang
fenomenal dalam matematika dan astronomi, yaitu :
Dalam bidang astronomi, beliaulah ilmuwan yang paling pertama kali berhasil
mengukur lamanya waktu dalam satu tahun masehi secara teliti, yaitu : 365 hari 5
jam 46 menit 24 detik. Sehingga, dari hasil pengukuran beliau inilah, terdapat suatu
perhitungan yang menyatakan bahwa sekali dalam kurun waktu 4 tahun, terdapat
satu tahun kabisat dalam tahun masehi.
Namun banyak diantara kaum cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu
saat ini yang tidak mengenal beliau. Bahkan yang sangat disayangkan lagi, mereka
yang tidak mengenal beliau, banyak yang berkecimpung di bidang matematika dan
astronomi. Padahal tanpa beliau, tidak akan ada perkembangan ilmu matematika,
astronomi dan aplikasinya di bidang tekhnologi yang berkaitan hingga saat ini,
terutama
sekali
pengembangan
dan
penemuan
IPTEK
yang
banyak
mempergunakan
fungsi
trigonometri
dalam
proses
penciptaan
dan
pengembangannya.
6.
Ar Razi (865 M 925 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Rhazes. Beliau
adalah ahli kedokteran klinis dan kimia. Karya beliau yang paling fenomenal adalah
di bidang kimia, yang dapat dikatakan sebagai penerus kiprah Ibnu Hayyan. Beliau
mempergunakan peralatan canggih, sehingga bisa mengamati dan mencatat sifat
kimiawi dari objek eksperimen yang ditelitinya di laboraturium. Sehingga, semua
hasil eksperimen beliau telah dibukukan dalam bentuk sebuah buku karangan
beliau, berupa buku manual laboraturium yang telah berhasil menjadi buku
pegangan untuk setiap objek eksperimen kimia di sejumlah laboraturium terkemuka
di Eropa, selama berabad-abad.
7.
beliau yang paling fenomenal dalam ilmu fisika adalah mengenai fenomena
gelombang bunyi yang dipergunakan dalam not nada musik, yang dimulai dengan
nada dasar pada frekuensi 400 Hz hingga kenaikkan dalam frekuensi tertentu, yang
dapat menghasilkan bunyi not nada secara bertingkat. Semua hasil karya beliau
telah terdokumentasi dalam bukunya yang berjudul Kitab Al Musiqa.
8.
Selain itu masih ada lagi karya beliau di bidang : etika, ilmu sosial dan politik.Az
Zahrawi (936 M 1013 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Albucasis. Beliau
adalah ahli kedokteran dan kedokteran gigi terkemuka, yang banyak membidani
lahirnya ilmu kedokteran dalam spesialisasi ilmu bedah dan ilmu kedokteran gigi.
Selama kiprahnya dalam dunia sains beliau telah berhasil membidani sejumlah
karya ilmiah, antara lain :
Karena beliau ahli bedah yang tersohor di zamannya, di dalam bukunya yang
berjudul At Tasif, yang merupakan ensiklopedi medis raksasa yang terdiri atas 30
jilid, terdapat uraian tekhnik tentang : pengambilan batu ginjal lewat bedah, bedah
mata, bedah telinga dan bedah tenggorokkan. Selain itu, dalam buku tersebut
beliau juga menampilkan bagaimana tekhnik membedah dan mengambil janin yang
telah mati di dalam rahim seorang ibu, dan tekhnik amputasi bagian tubuh
manusia. Dalam buku tersebut dilengkapi dengan diagram kerja praktis dan
berbagai macam peralatan yang akan dipergunakan dalam proses pembedahan.
9.
tekhnik
Tanpa jika Al Battani dan Al Buzjani tidak ada, maka segala keilmuan sains :
fisika, matematika dan astronomi tidak akan berkembang hingga zaman sekarang.
Padahal, tanpa Al Battani dan Al Buzjani, Erwin Schrodinger tidak akan bisa
memecahkan persamaannya, yang terkenal dalam bidang fisika kuatum saat ini,
yang melibatkan bentuk persamaan trigonometri. Bahkan, sejenius apapun seorang
Sonya Kovalevsky sebenarnya tidak berarti apa-apa dihadapan seorang Al Battani
dan Al Buzjani.
10.
Dalam bidang kedokteran dalam sebuah bukunya Kitab Al Manazhir beliau berhasil
membahas secara tuntas mengenai anatomi mata manusia, yang merupakan dasar
ilmu mutlak yang harus dipelajari bagi mahasiswa kedokteran hingga saat ini.
Dalam sains fisika beliau memiliki sangat banyak karya yang fenomenal,
diantaranya :
1.
2.
Dalam mekanika klasik beliau telah berhasil membahas mengenai gaya aksi-reaksi
antara dua benda yang saling berinteraksi, dimana dalam hal ini beliau sangat jauh
mendahului Sir Isaac Newton (1642 M - 1727) selama 6 abad, yang baru
mengemukakan salah satu postulatnya tentang hal ini, dalam sebuah postulat yang
dikenal dengan Hukum III Newton.
3.
Karya beliau dalam mekanika klasik masih terpakai hingga saat ini, yaitu tentang
konsep kelembaman benda yang dikenal dengan momen inersia dan konsep torka
(momen gaya).
4.
Dan masih banyak lagi karya beliau yang terpakai dalam pengembangan ilmu
fisika hingga saat ini.
Hingga saat ini nama beliau tidak begitu populer dikalangan candikiawan
muslim, tidak seperti : Archimedes, Galileo Galelei, Albert Einstein, Johanes
Bernoulli, Erwin Schrodinger, Richard P. Feynman, James Clark Maxwell, Marrie
Currie dan sebagainya, yang terus terlahir di zaman modern ini dengan berbagai
macam penemuannya yang telah menghasilkan nobel, yang telah membuat dirinya
terkenal sejagad raya.
11.
Al Bairuni (937 M 1048 M) beliau adalah seorang ilmuwan muslim yang cukup
kompleks, yang memiliki banyak keahlian di bidang : geografi, matematika, fisika,
geologi, farmasi, kedokteran dan astronomi. Dari sosok beliau yang sangat cerdas,
telah mampu menghasilkan beberapa karya fenomenal, antara lain :
Dalam keilmuan geologi beliau telah menulis sebuah buku yang berjudul Kitab Al
Jamahir. Buku ini banyak berisikan tentang mineral yang terkandung di dalam
lapisan tanah.
Dalam bidang astronomi beliau juga telah menulis sebuah buku yang
berjudulQanun Al Masudi, dimana dalam buku inilah yang menjadikan beliau,
sebagai orang pertama yang berhasil menceritakan tentang perputaran bumi
mengelilingi sumbunya. Disamping itu, secara spektakuler dalam buku ini beliau
berhasil menyatakan bahwa universalitas gaya tarik menarik yang sama antara
benda yang ada dilangit dan di bumi, yang selanjutnya di kenal dengan hukum
gravitasi Newton.
Dalam bidang keilmuan farmasi dan kedokteran, beliau juga memiliki sebuah
karya yang sangat fenomenal yang terdapat dalam buku beliau yang berjudulKitab
As Saidina, yang berisikan segala macam pengobatan berbagai macam penyakit
secara komplit pada waktu itu.
12.
Ibnu Sina (980 M 1037 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Avicenna.
Beliau adalah sosok intelektual muslim yang sangat super jenius yang nyaris tidak
ada tandingannya hingga sekarang, terbukti saat masih berusia 10 tahun beliau
telah hafal Al Quran sebanyak 30 juz, dan pada umur 18 tahun beliau telah
menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada pada saat itu (baik sains maupun
sosial), terlihat bahwa Ibnu Sina adalah sosok yang berwawasan sangat luas. Beliau
adalah bapak kedokteran sedunia, terbukti beliau sangat banyak membidani
kelahiran ilmu kedokteran, yang banyak dimanfaatkan oleh kaum terpelajar yang
mendalami ilmu kedokteran hingga saat ini, dan tak lekang oleh waktu dan zaman.
Bukunya yang terkenal di bidang kedokteran yaitu Qanun Fi At Thibb, yang telah
barabad-abad menjadi pegangan di universitas-universitas terkemuka di Eropa.
Selain itu, beliau juga menulis buku dalam jumlah kurang lebih sekitar 500 buah
buku, dalam bidang keilmuan : Matematika, Astronomi, Fisika, Mineralogi, Ekonomi
dan Politik. Namun, sayang hampir separuh buku karya beliau telah lenyap saat ini,
pasca tentara Mongol meyerbu kota Baghdad.
13.
Az Zarqali (1025 M 1087 M) adalah ahli astronomi dan mekanika planet yang
berdomisili di kota Cordoba, Spanyol. Beliau sangat jauh mendahului Johannes
Keppler (1571 M 1630 M) bersama Tycho Brahe, dalam masalah teori garis
edar planet, dalam rangka mengelilingi matahari. Dimana 500 tahun (lima abad)
sebelum Keppler merumuskan dan mengumumkan tiga postulatnya, beliau telah
mengeluarkan teori yang berbunyi planet-planet beredar mengelilingi matahari
berada dalam lintasan berbentuk elips" . Namun, sayang teori ini dibantah keras
oleh para penganut ajaran Ptolemaeos dari kalangan umat nasrani Eropa Barat
melalui sebuah perdebatan yang sangat alot, yang disertai dengan berbagai macam
adu argumen pada waktu itu. Sama-sama dapat kita lihat, pada akhirnya mereka
yang membantahlah yang kalah sebenarnya, setelah kebenarannya dibuktikan dan
disempurnakan oleh Keppler melalui tiga postulatnya lima abad setelah perdebatan
tersebut. Namun, sayang bukan Az Zarqali yang lebih dikenang kebanyakkan umat
dan cendikiawan muslim saat ini, akan tetapi Keppler dan Brahe, yang berstatus
sebagai peneliti ulang sekaligus penyempurna teori Az Zarqali-lah, yang sangat
terkenal dikalangan kebanyakkan cendikiawan muslim dimanapun berada saat ini.
Az Zarqali adalah sosok ilmuwan muslim yang terlupakan bagi kebanyakkan
kalangan kaum cendikiawan muslim saat ini, tidak seperti Keppler dan Brahe yang
lebih populer di banyak kalangan cendikiawan muslim saat ini.
14.
Disamping itu masih ada karya beliau yang cukup fenomenal dalam bidang
matematika yaitu, berupa kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah
kubik, dan perhitungan yang akurat dalam perhitungan luas bangun datar bidang
dua dimensi, dan volume bangun ruang benda tiga dimensi, yang mengilhami
lahirnya teori integral pada abad-abad setelahnya.
Selain itu masih ada beberapa karya beliau yang terkenal lagi, yaitu di bidang :
syair, sufi dan fisika.
15.
Al Ghazzali (1058 M 1111 M) atau lebih dikenal dengan nama latin Algazel.
Beliau adalah seorang guru sufi yang terlahir di zaman puncak keemasan umat.
Selain sebagai seorang guru sufi, beliau juga menguasai ilmu logika dan ilmu
filsafat dengan baik. Ketika melihat penyimpangan-penyimpangan perkembangan
sains di lingkungan umat, beliau langsung melontarkan kritik tajam terhadap
mereka yang menyeleweng.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah tentang Pendidikan Agama Islam ini kami buat, semoga
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
KESIMPULAN:
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan
alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu
perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
Peranan Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah
Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan
tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat
dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari
Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita simak firmanNya:
Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Qs. al-Araaf [7]: 96).
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan
tentang Al-qur'an dan hadis serta semua pengetahuan tentang isinya yang biasa
dikembangkan dalam tradisi islam.
Ilmu pendidikan Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-qur'an, hadis,
dan akal.
Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dewasa kepada
terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia miliki kepribadian muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, al-Hajj, Yusuf. al-Quran Kitab Sains dan Medis. Terj. Kamran Asad Irsyadi.
Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta. 2003.
al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu Pengetahuan
Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001.
dan
Peradaban.
Terj.
Abad
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV.
Triasco. Jakarta. 2003.
Habib, Zainal. Islamisasi Sains. UIN-Malang Press. Malang. 2007.
Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Quran. Mizan. Bandung. 2004.
Wawasan al-Quran. Mizan. Bandung. 2001.
Zainuddin, M. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Lintas Pustaka. Jakarta. 2006.
Hery Noer Aly & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, (Jakarta:
CV. Triasco, 2003), h. 109.
M. Qusraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 433.
Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2004), h. 168.
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 436. Ibid, h.
442.
Lihat Yusuf al-Qardawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abad
Badruzzaman, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 117-121.
Lihat Yusuf al-Hajj Ahmad, al-Quran Kitab Sains dan Medis, terj. Kamran Asad
Irsyadi, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003), cet.II.