Anda di halaman 1dari 7

9.

PLURALISME AGAMA
Globalisasi yang datang bersama dengan Kapitalisme telah membawa kekuatan baru yang
telah menghapus kekuatan Agama,politik,militer,dan sumber kekuatan-kekuatan lainnya. Hadirnya era
globalisasi sebagai suatu gerakan massif membawa ideologi baru yang bertujuan agar semua menjadi
terbuka dan bebas menerima ideologi dan nilai-nilai kebudayaan barat seperti hak asasi manusia,
demokrasi, feminisme, liberalisme, sekularisme dan pluralisme. Dalam konteks sosial keagamaan,
globalisasi telah melahirkan masyarakat polisentris yang multi-kultural dan multi-religius.

Istilah tersebut menunjukkan bahwa globalisasi telah menyediakan ruang publik yang
lapang bagi keberadaan ragam identitas sosial seperti budaya, agama, ras, dan gender dalam proses
interaksi yang setara dan kooperatif, globalisasi seolah membuka jalan bagi terciptanya keadilan,
demokrasi, perdamaian, integritas, persaudaraan, dan persahabatan didalam perbedaan. Namun
demikian, di dalam belahan dunia lain tengah terjadi resistensi terhadap kuatnya arus faham
globalisasi, hal ini ditandai dengan tumbuhnya semangat dan sikap tidak toleran, yakni munculnya
berbagai komunitas primoldial yang justru mempertebal kesadaran subjektif universalistik dan
ekslusifisme yang sangat radikal. Oleh karena itu, tidak jarang masyarakat mengalami konflik terbuka
atas nama identitas primordial seperti agama ini.
a. Hubungan antara agama dan globalisasi
Masyarakat global saat ini cenderung dicirikan dengan sebuah perselisihan
antara partikularisme dan unuversalisme. Partikularisme adalah penekanan
karakteristik yang berbeda dari kelompok tertentu. Perbedaan ini bisa adat, nasional,
regional, budaya, atau agama. Universalisme adalah penekanan terhadap kesamaan
antara orang-orang atau masyarakat atau nilai-nilai yang dilahirkan dari diri
kemanusiaan mereka secara umum.
b. Privatisasi agama; sebuah konsekwensi globalisasi
Sebagai dampak dari hadirnya globalisasi yang mengakibatkan maraknya paham
pluralisme sehingga memunculkan privatisasi agama. Globalisasi memang memiliki dua efek yang
kontradiktif satu sisi gloibalisasi dapat meningkatkan bahaya perselisihan antara budaya yang
berbeda bahkan dengan budaya yang sama sekalipun.

Disisi lain dapat meningkatkan hubungan antara budaya-budaya dan agama-agama


dalam mengurangi perbedaan antara mereka yang berarti dapat mengurangi konflik intrnal
maupun eksternal.

Pluralisme agama merupakan pemikiran yang menganggap bahwa semua agama adalah
jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Jadi menurut penganut paham ini semua
agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama atau mereka menyatakan bahwa
agama adalah persepsi manusia yang relatif terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karrena
kerelatifannya maka setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini, bahwa agamanya
lebih benar atau lebih baik dari agama yang lain.
c. Pluralisme dalam pandangan katolik
Menghadapi sebuah paham pluralisme agama ini maka para tokoh agama-agama tidak
tinggal diam. Paus Yohanes paulus II, tahun 2000 mengeluarkan dekrit ‘Doninus Jesus’ penjelasan
ini selain menolak paham pluralisme agama, juga ditegaskan kembali bahwa Yesus kristus adalah
satu-satunya pengantara keselamatan ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui
Yesus.
Latar belakang dikeluarnya dekrit ‘Dominus Jesus’ dikarenakan ketidak setujuan paulus
kepada para pemikir pluralisme agama
d. Pluralisme dalam pandangan protestan
Berbeda dengan agama katoloik yang memiliki pemimpin tertinggi dalam hirarki gereja
( paus ) dalam kalangan protestan tidak bisa ditemukan satu sikap yang sama terhadap paham
pluralisme agama. Teolog-teolog protestan banyak yang menjadi pelopor paham ini meskipun
demikian dari kalangan protestan, juga muncul tantangan keras terhadap paham pluralisme agama.

A.Siregar dalam buku beriman dan berilmu menjelaskan pluralisme bukan sekedar
menghargai pluralitas agama tetapi sekaligus menganggap ( penganut ) agama lain setara dengan
agamanya. Ini adalah sikap yang mampu menerima dan menghargai dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik dan benar, serta mengakui adanya jalan keselamatan didalamnya.
e. pluralisme dalam pandangan islam
Jika kita bicara pluralisme dalam agama islam sungguh sangat banyak pendapat yang
pro ataupun yang kontra terhadap pluralisme agama. Pluralisme agama bertentangan dengan
ajaran islam sebab dengan pemahaman tersebut dakwahan islam menjadi terputus, syariah islam
terhapus, bahkan akidah islam tergerus.

Mengakui kebenaran semua agama, adalah paham sirik, karena mencampur adukkan
yang hak dan yang batil, dan menodai tauhid islam.

Paham seperti ini meremehkan ayat-ayat alquran yang mengkritik kepercayaan agama
lain yang dinilai islam telah menyimpang, seperti kepercayaan kaum kristen bahwa ‘Allah
mempunyai anak’ padahal alquran memandang serius penyimpangan yang dilakukan kaum Nasrani
dalam pemahaman konsep Tuhan mereka. Hal yang paling mendasar dan sangat bertentangan
antara islam dengan agama lain adalah Tuhan yang disembah berbeda dan tata cara
penyembahannyapun berbeda. Haql inipun menafsirkan ayat quran pada surat ali-imran yang
menjelaskan bahwa agama yang diridoi Allah hanyalah islam.
MUI menyatakan tentang sesatnya paham pluralisme karena sangat masuk akal bahwa
dijelaskan ketika orang berpandangan bahwa semua agama adalah sama maka oramg akan bebas
untuk keluar masuk agama sesuai dengan keinginan nafsunya tanpa memperhatikan rambu-rambu
yang telah diatur dalam syariat agama islam seperti kebolehan untuk menjadi murtad. MUI
mengeluarkan fatwa tersebut, merupakan salah satu langkah preventif guna pembentengan akidah
umat dari pengikisan akidah dan telah mempertimbangkan berbagai aspek naik aspek teologis,
sosiologis, budaya, polotik, dan syariat dalam islam.

Anda mungkin juga menyukai