ABSTRAK
Hasan Al Banna melalui gerakan Ikhwanul Muslimun telah menginspirasi pembaharuan Islam
pada abad ke-20. Corak pemikiran yang diketengahkannya adalah pemikiran Islam yang
moderat, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula serba memudahkan. Menjadi alternatif bagi
pemikiran umum yang berkembang saat itu, yakni pemikiran sekularisme (memisahkan urusan
agama dengan negara). Warisan terbesar Hasan Al Banna adalah jama’ah Ikhwanul Muslimun,
yang didirikannya pada bulan Maret 1928 masehi, bertepatan dengan bulan Zulqa’idah 1347
hijriyah. Hasan Al Banna tewas ditembak pada 12 Februari 1949 di depan Kantor Pusat
Pemuda Ikhwanul Muslimun, lewat sebuah perencanaan tingkat tinggi petinggi militer Mesir
dikomandoi Mahmud Abdul Majid, seperti yang diungkap Fathi Yakan. Menjadi semakin
menarik lagi, apabila pemikiran Hasan Al Banna ditinjau lebih dalam, untuk mengangkat
gagasan-gagasan orisinilnya tentang perkembangan dan pergerakan keislaman, akan
dipaparkan pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna meliputi Islam, aqidah, hadits, fiqih, tasawuf
dan tarekat, masalah-masalah khilafiyah, tarbiyah, ilmu pengetahuan, ekonomi, paham-paham
ideologi, gender, jihad, politik, sistem pemerintahan, dan persoalan Khilafah.
*
Dosen Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 13 -
IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018
sikan kecuali kekufuran (Hasan Al banna, dengan tanggal 25 Sya’ban 1324 Hijriyah
2012). di Kota Mahmudiyah, sebuah wilayah di
Akan menjadi semakin menarik lagi, propinsi Buhairah, lebih kurang 90 km dari
apabila pemikiran Hasan Al Banna ditinjau Kairo, Mesir (Amer Syamakh, 2011).
lebih dalam, untuk mengangkat gagasan- Namanya bermakna Sang Pembangun
gagasan orisinilnya tentang perkembangan Kebaikan. Ayahnya adalah sa-lah seorang
dan pergerakan keislaman. Dalam jurnal ahli fiqih dan hadits ternama di masanya,
ini, akan dipaparkan pemikiran-pemikiran Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna Al
Hasan Al Banna meliputi Islam, aqidah, Sa’ati. Beliau memiliki karya-karya yang
hadits, fiqih, tasawuf dan tarekat, masalah- baik dalam bidang hadits Rasul ullah, baik
masalah khilafiyah, tarbiyah, ilmu pengeta- berupa penyusunan, hingga penjelasan
huan, ekonomi, paham-paham ideologi, hadits sehingga mendapatkan penghormat-
gender, jihad, politik, sistem pemerintahan, an dari ulama sezamannya.
dan persoalan Khilafah, rujukan utamanya Diantara karya-karya Syaikh Ahmad
adalah dua kitab yang dituliskan sendiri Abdurrahman Al Banna Al Sa’ati adalah
oleh Hasan Al Banna, yakni, Majmu’atur Badaiul Minan fi Tartibi Musnad Imam Asy
Rasail (Kumpulan Risalah Dakwah), dan Syafi’i (Kumpulan Musnad dan Sunan
Mudzakkiratud Da’wah Wad Da’iyah Imam Syafi’i sesuai dengan bab-bab fiqih),
(Untuk Dakwah dan Para Da’inya), serta be demkian pula dengan musnad Imam Abu
berapa buku lainnya sebagai penunjang. Hanifah. Selain itu beliau menyusun hadits-
Dengan demikian diharapkan dapat meng- hadits dalam musnad Imam Ahmad yang
hadirkan sebuah rekonstruksi pemikiran mencapai 40.000 hadits sesuai dengan bab-
yang utuh mengenai Hasan Al Banna. bab fiqih yang diberi judul Al Fath Ar
Rabbani li Tartib Musnad Al Imam Ahmad
Riwayat Hidupnya Secara Ringkas bin Hanbal As Syaibani. Hadits-hadits di
Suatu kali, seorang wartawan mewa- dalam kitab ini kemudian diberikan syarah
wancarai Hasan Al Banna, wartawan itu me atau penjelasan yang dilengkapi dengan
minta beliau menjelaskan tentang kepribadi hikmah serta hukum-hukum dalam sebuah
annya kepada orang lain, maka Hasan Al kitab yang diberi judul Bulughul Amani min
Banna menjawab: Asraaril Fathi Ar Rabbani. Dikarenakan
“Saya adalah pengembara yang seda- sangat besar, maka beliau meringkasnya
ng mencari kebenaran, seorang manusia lagi dalam sebuah kitab berjudul Mukhtas-
yang sedang memahami hakikat kemanusia har Bulughul Amani min Asraaril Fathi Ar
annya diantara mereka, seorang warga Rabbani yang terdiri dari 24 jilid besar
negara yang selalu mendengungkan kemu- Untuk menafkahi keluarganya, sang ayah
lian kemerdekaan, ketenangan, dan kehi- membuka toko arloji (Muhammad Abdul
dupan yang baik bagi negerinya di bawah Qadir Abu Faris,
naungan Islam yang lurus. Saya berkonsen Sewaktu kecil, Hasan Al Banna menim
trasi untuk memahami rahasian keberada- ba ilmu di Madrasah Diniyah Ar Rasyad di
an-Nya. Kemudian beliau berseru, sesung bawah bimbingan Syaikh Muhammad
guhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan Zahran. Selain belajar insya’ (mengarang),
matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta qawa’id (tata bahasa), dan tahbiq (praktek-
alam. Tiada sekutu bagi-Nya’ dan demikian nya), Madrasah Ar Rasyad mengenalkan
itulah yang diperintahkan kepadaku dan pembaharuan materi-materi kepada murid-
aku adalah orang yang pertama-tama muridnya, suatu materi yang pada saat itu
menyerahkan diri kepada Allah.” (Abbas tidak populer di madrasah-madrasah seje-
As Sissy, 2001). nis, misalnya adab (tata karma) yang ditua-
Hasan Al Banna lahir pada hari Ahad ngkan dalam pelajaran muthala’ah (waca-
14 Oktober 1906 masehi, bertepatan na), atau imla’ (dikte), serta mahfuzhat
Quran dan keshalihan Islam (Ira M. masjid, kafe-kafe, dan di tengah masyara-
Lapidus, 2000). Didorong oleh kegelisahan kat umum.
yang ia saksikan sendiri di negerinya Beberapa kolega yang ikut andil dalam
berupa munculnya budaya permisivisme di proyek dakwah ini, sebagaimana disebut-
kalangan masyarakat dan jauh dari akhlak kan Al Banna dalam memoarnya adalah
yang Islami, serta arus lalu-lintas surat ustadz Muhammad Madkur, Syaikh Hamid
kabar yang isinya bertenta-ngan dengan ‘Askariyah, Syaikh Ahmad Abdul Hamid,
nilai-nilai Islam, ditambah lagi gelapnya dan lain-lain. Adapun kitab-kitab yang
masyarakat umum terhadap hukum-hukum dijadikan rujukan sebagai materi pendidik-
agama, Hasan Al Banna ber pendapat an para da’i ini antara lain kitab Ihya
bahwa, kalau hanya masjid yang digunakan Ulumuddin Imam Al Ghazali, Al Anwar Al
sebagai sarana untuk menyam-paikan Muhammadiyah karangan Syaikh An
ajaran Islam kepada masyarakat luas, Nabhani, Tanwirul Qulub fi Mu’amalati
tidaklah cukup (Hasan Al Banna, 2013). ‘Allamil Ghuyub karangan Syaikh Al
Hasan Al Banna kemudian mengklasi- Kurdi, dan beberapa buku biografi (Hasan
fikasikan masyarakat Mesir menjadi empat Al Banna, 2013).
golongan objek dakwah dalam sebuah pen- Setelah proses pendidikan para da’i itu
jelasan yang sangat panjang pada tulisan- selesai, tiba saatnya mengirim mereka ke
nya Majmu’atur Rasail yakni al mu’minin tengah masyarakat. Hasan Al Banna memi-
(mukmin), al mutaraddin (orang yang liki suatu gagasan yang unik kepada
ragu), al naf’iyin (orang oportunis), dan al mereka, yakni percobaan untuk berdakwah
mutahaamilin (orang yang arogan), yang di kedai-kedai kopi yang memang banyak
dipungkasi oleh sebuah kalimat, sebagaima tersebar di seantero Mesir umumnya. Pada
na diterjemahkan: mulanya, tentu saja mereka menolak gagas
Kami ingin agar kaum kami mengeta- an tersebut. Mereka berpikir bahwa cera-
hui bahwa dakwah ini tidak tepat, kecuali mah yang efektif adalah di mimbar-mimbar
untuk orang yang telah memahami berba- masjid. Selain itu mereka berpendapat
gai aspeknya dan memberikan segala biaya bahwa pemilik kedai-kedai kopi tentu akan
yang dibutuhkannya; baik jiwa, harta, menolak kehadiran para da’i sebab ditakut-
waktu, dan kesehatan (Hasal Al Banna, kan mengganggu kenikmatan para pengun
2006). jung yang berniat melepas lelah dari rumit
Menurut Syaikh Jum’ah Amin, dak- nya pekerjaan sehari-hari.
wah yang dijalankan oleh Hasan Al Banna Tetapi Hasan Al Banna berbeda
adalah dakwah dengan penuh hikmah, di- pendapat dengan mereka, dalam pandangan
hiasi nasihat yang indah dan memuaskan beliau, kebanyakan orang-orang yang ada
akal dengan argumentasi yang baik. Tiada di kedai kopi justru siap mendengarkan
paksaan dan kekerasan. Ditopang dengan ceramah. Hasan Al Banna menilai bahwa
prinsip-prinsip Islam yang luhur dan ber- melalui cara-cara penyampaian yang tepat
sumber dari kitabullah yang nyata dan ke- dan tidak melukai perasaan, kegiatan ini
hidupan Rasul-Nya yang terpercaya. Untuk merupakan hal yang unik langka dan baru
mencapai tujuan itu dibutuhkan beberapa buat para pengunjung. Beliau mengingat-
perkara, pemahaman yang detail; iman ya- kan bahwa ceramah yang efektif itu meng-
ng mandala; cinta yang kokoh; kesadaran habiskan waktu antara lima hingga sepuluh
yang sempurna, dan; amal yang berkelan- menit saja. Paling sama seperempat jam,
jutan (Jum’ah Amin, 2011). sebab beliau berpikir berpanjang-panjang
Hasan Al Banna kemudian berpikir dalam ceramah khawatir dapat menjenuh-
untuk membuat sebuah kelompok pelatihan kan para pendengarnya. Tema-tema yang
berceramah dan penyuluhan agama yang beliau kupas dalam ceramah-ceramah di ke
akan disebarkan secara luas ke masjid- dai kopi itu meliputi tema-tema pokok yang
kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinui- waktu sore dalam keadaan lelah karena
tas amal, berpaling dari ketergantungan bekerja, maka ia diampuni.” Beliau juga
kepada makhluk, cinta karena Allah, dan bersabda, “Sesungguhnya Allah menyu-
keterikatan kepada kebaikan. kai seorang mukmin yang kreatif.”
4. Hai’atun siyaasiyyatun: karena secara 8. Fikratun ijtimaa’iyyatun: karena mereka
internal mereka menuntut perbaikan sangat menaruh perhatian pada segala
pemerintahan, meluruskan persepsi ya- penyakit yang ada dalam masyarakat
ng terkait dengan hubungan umat Islam Islam, dan berusaha menemukan cara
terhadap bangsa-bangsa lain di luar ne- pengobatan, dan mengupayakan penyem
geri, menarbiyah bangsa agar memiliki buhan umat darinya.
kebanggan dan kemuliaan, serta menja- Kemudian dalam risalah da’watunaa
ga nasionalisme sebisa mungkin. fii thaurin jadiid yang dibuat setelah Perang
5. Jamaa’atun riyaadhiyatun: karena me- Dunia kedua meletus, Hasan Al Banna
reka sangat memperhatikan fisik dan me merangkum kembali karakteristik dakwah
mahami benar bahwa seorang mukmin Ikhwanul Muslimun menjadi Rabbaniyatun
yang kuat itu lebih baik daripada seorang ‘alamiyyatun atau Rabbani dan universal.
mukmin yang lemah. Nabi Muhammad Prinsip Rabbani yang dimaksudkan oleh
saw., besabda, “Sesungguhnya badan- beliau adalah prinsip dasar yang melandasi
mu mempunyai hak atas dirimu (untuk seluruh tujuan gerakan, yakni agar manusia
diperhatikan).” Sesungguhnya, semua mengenal Tuhannya dan dari hubungan
kewajiban dalam Islam tidak mungkin inilah mereka dapat meraih kekuatan ruhi-
dapat dilaksanakan dengan sempurna yah yang sanggup membebaskan diri
dan benar tanpa didukung fisik yang mereka dari belenggu kejumudan, hingga
kuat. Salat, puasa, haji, dan zakat juga mencapai kesucian dan keindahan kemanu-
harus dilakukan dengan fisik yang dapat siaan. Sedangkan prinsip universal ialah
memikul beban pekerjaan, amal, dan per karena ia ditujukan kepada semua manusia
juangan untuk mencari rezeki. Mereka dengan prinsip bahwa semua manusia
juga memperhatikan struktur dan klub- adalah saudara. Dengan demikian Ikhwanul
klub olahraga yang dapat menandingi, Muslimun tidak mengakui rasisme dan
bahkan terkadang mengungguli keban- tidak pula mendukung fanatisme terhadap
yakan klub yang dikhususkan untuk olah ras dan warna kulit (Hasan Al Banna,
raga fisik. 2012).
6. Rabithatun ‘ilmiyyatun tsaqaafiyyatun: Tujuan Ikhwanul Muslimun terbagi
karena Islam menjadikan thalabul ‘ilmii dua. Pertama, tujuan jangka pendek yang
sebagai kewajiban bagi setiap Muslim meliputi berperan aktif dalam medan kebi-
dan Muslimah. Dan, karena majelis- jakan secara umum dan bakti sosial apapun
majelis ikhwan pada dasarnya adalah bentuknya selama kondisi memungkinkan.
tempat pengajaran dan peningkatan wa- Kedua, tujuan asasi yakni perubahan total
wasan. Sedangkan lembaga-lembaganya dan integral yang melibatkan semua unsur
adalah tempat untuk menarbiyah fisik, kekuatan umat, saling bahu membahu,
akal, dan ruh. bersatu padu untuk menghadapi dan
7. Syarikatun iqtishadiyyatun: karena Is- mengadakan perubahan secara total yakni
lam sangat memperhatikan pengelolaan menerapkan nilai-nilai Islam dalam seluruh
dan pendapatan kekayaan sebagaimana aspek kehidupan (Hasan Al Banna, 2012).
mestinya. Inilah yang disabdakan
Rasulullah saw., “Sebaik-baik harta Dalam menjalankan aktivitasnya, Ikh-
adalah harta halal (yang dipegang) oleh wanul Muslimun meliputi berbagai hal,
seorang yang shalih.” Rasulullah juga mula-mula berkecimpung dalam dunia pen-
bersabda, “Barangsiapa yang memasuki didikan, pelayanan sosial, kegiatan-kegia-
tan olahraga, keagamaan, hingga berpolitik. ram hati kami, menguasai perasaan kami,
Namun Hasan Al Banna menolak apabila menghilangkan kantuk kami, dan mengalir
dikatakan Ikhwanul Muslimun itu sebagai air mata kami. Sungguh, kami benar-benar
lembaga politik, yayasan sosial, ataupun sedih melihat apa yang menimpa umat ini,
sebagai perkumpulan olahraga. Meskipun sementara kita hanya sanggup menyerah
ia mengakui bahwa politik yang berlandas- pada kehinaan, rida pada kerendahan, dan
kan kaidah Islam merupakan intisari fikrah pasrah pada keputusasaan.
mereka, kerja sosial dan perbaikan merupa- Sungguh, kami berbuat di jalan Allah
kan bagian terbesar tujuan mereka, dan untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih
olahraga menjadi salah satu perangkat ter- banyak dari apa yang kami lakukan untuk
penting mereka. Hasan Al Banna menye- kepentingan diri kami. Kami adalah milik
butkan bahwa Ikhwanul Muslimun adalah kalian wahai saudara-saudara tercinta,
fikrah yang menyeluruh, sebagaimana bukan untuk orang lain. Sesaat pun kami
diterjemahkan: tidak akan pernah menjadi musuh kalian
Kami adalah pemikiran dan aqidah, (Hasan Al Banna, 2012).
sistim dan manhaj, yang tidak dibatasi oleh Meskipun gerakan dakwah ini didiri-
tempat, tidak diikat oleh jenis suku bangsa, kan di negeri Mesir, secara tegas Hasan Al
tidak terhalangi oleh batas geografis, dan Banna mengatakan bahwa Ikhwanul Musli
tidak berhenti hingga Allah mewarisi bumi mun tidak mengkhususkan dakwah untuk
beserta segala isinya (Hasan Al Banna, salah satu negeri Islam saja, tetapi mereka
2012). juga menyampaikan dakwah sebagai seruan
yang diharapkan sampai ke telinga para
Dengan kata lain, sejak awal berdiri- pemimpin dan penguasa di negara-negara
nya, Ikhwanul Muslimin telah menjadi yang rakyatnya memeluk agama Islam
pergerakan yang terbuka bagi setiap umat (Hasan Al Banna, 2012).
Islam di manapun berada, tanpa memanda- Melalui pergerakan Ikhwanul Musli-
ng suku bangsa dan negara. Mengenai hal mun inilah, Hasan Al Banna menuangkan
ini, Hasan Al Banna menuliskan dalam pemikiran-pemikirannya.
risalah da’watunna sebagaimana diterje-
mahkan: Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai
Kami tidak meminta sesuatu pun dari Islam
manusia, tidak mengharap harta, tidak me- Menurut pemikiran Hasan Al Banna,
nuntut balasan, tidak menginginkan popula Islam adalah nilai yang komprehensif
ritas, dan tidak menghendaki imbalan serta mencakup seluruh dimensi kehidupan.
ucapan terimakasih. Sungguh, pahala kami Islam adalah solusi bagi semua penyakit
hanyalah dari Dzat yang telah menciptakan yang menyebabkan kemunduran kaum
kami. Muslimin pada masa kini. Islam memberi
Kami ingin agar umat mengetahui fatwa tentang seluruh masalah kehidupan,
bahwa mereka lebih kami cintai daripada menetapkan sistemnya secara akurat, tidak
diri kami sendiri. Sungguh, jiwa-jiwa kami statis terhadap setiap permasalahan yang
ini senang gugur sebagai penebus bagi dinamis.
kehormatan mereka, jika memang tebusan Dalam Risalah Ta’alim Hasan Al
itu yang diperlukan. Atau melayang untuk Banna menjelaskan pengertian Islam secara
membayar kejayaan, kemuliaan, agama, ringkas, padat, namun terperinci. Islam
dan cita-cita mereka, jika memang adalah sistem yang syaamil, mencakup
mencukupi. seluruh aspek kehidupan. Maka ia adalah
Tiada yang membawa kami pada sikap negara dan tanag air atau pemerintahan dan
seperti ini kepada mereka, kecuali karena umat, moral dan kekuatan atau kasih
rasa kasih sayang yang telah mencengke- sayang dan keadilan, wawasan dan undang-
undang atau ilmu pengetahuan dan hukum, mengarapkan surga, setelah salat wajib,
materi dan kekayaan alam atau penghasilan dan menandingi jihad di jalan Allah. Dan,
dan kekayaan, serta jihad dan dakwah atau tiada lebih mempererat timbangan seorang
pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia hamba melebihi kendaraan yang mati di
juga adalah aqidah yang murni dan ibadah jalan Allah yang menjadikan pengangkut
yang benar, tidak kurang tidak lebih. dk jalan Allah swt.” Inilah definisi Islam
Deskripsi Hasan Al Banna di atas me- menurut Nabi saw., dan beliau adalah yang
rupakan inti kebenaran tentang Islam. Ini paling tahu tentang Islam (Hasan Al
merupakan aksioma terpenting yang telah Banna, 2012).
sirna dari pikiran sebagian besar kaum
Muslimin. Padahal teks-teks Al Quran se- Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai
cara gamblang menerangkan masalah Aqidah
tersebut (Sa’id Hawwa, 2010). Menganai aqidah, Hasan Al Banna
Dalam Ushul ‘Isyrin, pada poin nomor menulis sebuah risalah sederhana berjudul
18, Hasan Al Banna menyebutkan bahwa Risalatul ‘Aqa’id. Bahwasanya aqidah ada-
Islam telah membebaskan akal pikiran, lah perkara-perkara yang wajib dibenarkan
menganjurkan untuk melakukan penelitian oleh hati anda dan jiwa anda menjadi
pada alam, mengangkat derajat ilmu dan tentram karenanya, serta mejadi keyakinan
para ulama, dan menyambut kehadiran pada diri anda, tanpa tercampuri oleh kera-
segala sesuatu yang baik dan bermanfaat. guan dan kebimbangan (Hasan Al Banna,
Dalam Risalah Hal nahnu qaumu 2012). Aqidah Islamiyah terbagi menjadi
‘amaliyyun (Apakah kita Para Aktivis), empat bagian pokok dan masing-masing
Hasan Al banna menulis: Telah disebutkan mempunyai banyak cabang. Empat pokok
dalam riwayat shahih, yang kurang lebih itu adalah Al Illahiyat, An Nubuwwat, Ar
isinya bahwa Mu’adz ra., berjalan bersama Ruhaniyyat, dan As Sam’iyyaat.
Rasululullah saw., beliau berkata, “Wahai Tingkatan aqidah Islam tertinggi
Mu’adz, jika kamu mau, saya akan adalah ma’rifatullah, meng-Esa-kan-Nya,
mengatakan padamu pokok urusan agama dan Me-Mahasuci-kan-Nya (Hasan Al
ini serta puncak ketinggiannya. Pokok Banna, 2012). Lebih jauh, Hasan Al Banna
urusan ini adalah engkau bersaksi bahwa berpendapat bahwa ayat-ayat dan hadits-
tiada Tuhan selain Allah saja, tiada sekutu hadits shahih tentang sifat-sifat Allah
bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah adalah termasuk mutasyabihat. Setiap
hamba dan Rasul-Nya. Pilar urusan ini Muslim wajib mengimaninya seba-
adalah menegakkan salat dan menunaikan gaimana adanya, tanpa menta’wilkan dan
zakat. Dan, puncaknya adalah jihad di tanpa pengingkaran (ta’thil), serta tidak
jalan Allah. Sesungguhnya saya diutus perlu memperuncing perbedaan pendapat
untuk memerangi manusia sehingga mere- diantara para ulama tentang hal tersebut.
ka menegakan salat, menunaikan zakat, Aqidah adalah asas bagi aktivitas; amal
dan bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali hati itu lebih penting daripada amal anggota
Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya dan badan. Namun upaya mencapai kesempur-
bahwa Muhammad adalah hamba dan naan pada kedua hal tersebut merupakan
Rasul-Nya. Jika mereka melakukan itu tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan
semua, niscaya mereka akan terlindung masing-masing berbeda (Hasan Al Banna,
dan dilindungi darah dan harta mereka, 2012).Dengan kata lain, aqidah merupakan
kecuali dengan haknya, dan setelah itu ikatan yang paling kokoh dan paling mahal.
hitungannya dikembalikan peada Allah. Kesamaan aqidah akan memunculkan
Demi Dzat yang Muhammad ada di tangan- kekuatan ukhuwah yang tulus dalam hati
Nya, tidaklah wajah menjadi pucat dan setiap Muslim.
telapak kaki berdebu dalam amal untuk
Darul ‘Ulum (Muhammad Abdul Qadir, beliau memberikan kabar gembira dan
2011). tidak melarang mereka. Berjamaah dalam
Sumber-sumber fiqih menurut Hasan ketaatan itu pada dasarnya dianjurkan,
Al Banna ada tiga yakni Al Quran, Sunnah apalagi jika membuahkan banyak manfaat,
Rasulullah saw., dan kitab-kitab fiqih. seperti: keterpautan hati, kuatnya ikatan,
Ketika masih di madrasah, ia mendiri- menggunakan waktu untuk sesuatu yang
kan Jami’iyah man’ Al Muharramat bermanfaat, memberi pengajaran kepada
(Asosiasi Anti Haram) bersama beberapa orang awam yang belum belajar dengan
sahabatnya antara lain ustadz Muhammad baik, dan mempublikasikan syi’ar agama
Ali Badir, Labib Afandi Nawwar, Al Akh Allah swt.
Abdul Muta’al Sankal Afandi, ustadz Adapun berjamaah dalam zikir yang
Abdurrahman As Sa’ati, dan ustadz Sa’id dilarang, menurut Hasan Al Banna, jika
Badir. Aktivitas asisoasi ini adalah meng- menimbulkan hal-hal yang terlarang secara
ingatkan masyarakat setempat apabila telah syar’i, seperti mengganggu orang salat,
melalaikan ibadah, seperti salat, berpuasa senda gurau dan tertawa, menyelewengkan
(di bulan Ramadan), dan hal-hal lain yang lafal, bacaan sebagian mengikuti bacaan
dipandang perlu diperbaiki dalam sudut lain, atau hal-hal lain yang diharamkan
pandang syari’at (Hasan Al Banna, 2012). dalam syari’at. Dengan demikian, zikir
Hasan Al Banna berpendapat, tidak ada secara berjamaah dilarang karena ada keru-
celaan bagi para mujtahid apabila ia sakan-kerusakan tersebut, bukan karena
mengeluarkan dua fatwa berbeda terhadap berjamaah itu sendiri (Hasan Al Banna,
persoalan yang sama. Dasarnya, beliau 2013).
mencontohkan tentang Abdullah bin Umar, Peristiwa Salat ‘Id menjadi contoh lain
dan juga Imam Syafi’i di mana keduanya bagaimana Hasan Al Banna mengeluarkan
memiliki fatwa lama dan fatwa baru berke- kemampuan tinjauan berpikirnya mengenai
naan dengan persoalan yang sama (Hasan masalah fiqih. Ketika itu beliau masih
Al Banna, 2012). Dian-tara kaidah yang mengajar di Ismailia. Ia menjelaskan bahwa
diungkapkan oleh Hasan Al Banna yaitu salat ‘id itu sunnahnya dilakukan di lapang-
Rasulullah tidak memilih antara dua an, agar semua orang, laki-laki maupun
perkara kecuali yang paling mudah, selama perempuan dapat hadir. Ia mengatakan, pa-
hal itu bukan masalah yang haram (Hasan ra imam madzhab telah sepakat mengenai
Al Banna, 2012). keutamaan salat ‘Id di lapangan, kecuali
Contoh-contoh bagaimana Hasan Al Imam Syafi’i yang memang memfatwakan
Banna menggali solusi terhadap persoalan bahwa shalat ‘Id di masjid itu lebih utama,
fiqih adalah tentang zikir berjamaah. Ia namun dengan catatan jika di suatu wilayah
berpendapat, terdapat banyak hadis yang tertentu terdapat masjid luas yang dapat
mengisyaratkan disunahkannya zikir berja- menampung seluruh penduduk wilayah
maah. Dalam hadist yang diriwayatkan tersebut (Hasan Al Banna, 2013).
Imam Muslim, Rasulullah saw., bersabda,
“Tidaklah suatu kaum duduk-duduk untuk Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai
berzikir kepada Allah, kecuali para malai- Tasawuf dan Tarekat
kat mengitari mereka, rahmat memayungi Sebelum berkiprah bersama Ikhwanul
mereka, ketenangan turun kepada mereka, Muslimun, Hasan Al Banna pernah berke-
dan Allah menyebut-nyebut mereka di cipung dalam dunia tasawuf dan tarekat.
kalangan makhluk yang berada di sisi- Nasehat-nasehat Hasan Al Banna da-
Nya.” lam risalah Kewajiban Aktivis sangat
Rasulullah, menurut Hasan Al Banna, filosofis dan penuh dengan muatan spiritual
keluar dan bertemu sekelompok sahabat serta jalan tasawuf yang meneduhkan,
yang berzikir pada Allah di masjid, maka
sesuai dengan syarat-syarat syari’at itu tidak berarti untuk diperdebatkan dan
benar adanya. Namun harus diyakini bahwa diperselisihkan tidak pernah reda.” (Hasan
mereka (para Waliyullah radhiyallahu Al Banna, 2012).
anhu) tidak memiliki mudha-rat maupun Mengenai masalah-masalah khilafiyah
manfaat bagi dirinya sendiri, baik ketika Hasan Al Banna mengemukakan empat
masih hidup maupun setelah meninggal gagasan penting, yaitu Tujmi’u wa laa
dunia, apalagi bagi orang lain (Hasan Al tufarriqu (menghimpun bukan memecah-
Banna, 2012). belah), al khilaafu dharuuriyi (perbedaan
Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai itu sesuatu yang niscaya), al ijmaa’a ‘ala
Masalah-masalah Khilafiyah amrin far’iyin muta’adzirin (kesepakatan
Dalam risalah Muktamar Al Khomis dalam masalah cabang itu sangat sulit), dan
(muktamar kelima), Hasan Al Banna menu- ta’tadziru limukhalifiinaa (memaklumi
lis: orang-orang yang berbeda pendapat dengan
Ikhwan menjauhi titik-titik perselisih- kami) (Hasan Al Banna, 2012).
an dalam fiqih, karena mereka berkeyakin- Beliau menganjurkan kaum Muslimin
an bahwa perselisihan dalam hal-hal yang yang belum mencapai kemampuan untuk
bersifat cabang (tidak prinsip) adalah menelaah secara mandiri terhadap dalil-
sesuatu keniscayaan. Sebab prinsip-prinsip dalil hukum furu’ (cabang), untuk mengiku
Islam terdiri dari ayat-ayat, hadits-hadits, ti salah satu imam madzhab atau ittiba’.
dan amalan-amalan yang akal pikiran dan Hasan Al Banna tidak menyenangi
pemahaman pasti mengalami perbedaan berlebar-lebar masalah ketika memahami
dalam menafsirkan dan memahaminya. masalah furu’, dan berharap hal ini tidak
Oleh karena itu, perbedaan juga terjadi di menjadi faktor perpecahan dalam beraga-
kalangan sahabat, dan akan terus-menerus ma, tidak menjadi sebab bermusuhan, dan
demikian sampai hari kiamat nanti. Sung- tidak melahirkan kebencian. Beliau berpen
guh, alangkah bijaknya Imam Malik ra., dapat setiap Mujtahid akan mendapatkan
tatkala berkata kepada Khalifah Abu Ja’far pahala masing-masing. Namun demikian,
yang meminta beliau agar mengkondisikan beliau juga berkata tidak ada larangan
manusia semuanya untuk mengikuti Al untuk melakukan studi ilmiah yang jujur
Mu’watha, “Sesungguhnya para sahabat dalam persoalan khilafiyah ataupun masa-
Rasul berpencar ke seluruh penjuru negeri, lah-masalah fiqih yang masih diperselisih-
dan setiap kaum itu mempunyai ilmu, maka kan oleh ulama, dalam bingkai ukhuwah
jika aku bawa mereka kepada satu dan saling mencintai sebagai seorang Mus-
pendapat, tentu akan terjadi fitnah.” lim, serta tolong-menolong untuk mencapai
Bukanlah termasuk aib, manakala kita kebenaran yang sebenarnya. Beliau meng-
berbeda pendapat. Namun, yang merupa- kritik kebiasaan dari sebagian kaum
kan aib adalah fanatic pada satu pendapat Muslimin yang melakukan perdebatan sia-
dan membatasi akal serta pendapat sia mengenai masalah khilafiyah hingga
manusia. cara pandang terhadap masalah- berlarut-larut dan mengungkapkan bahwa
masalah khilafiyah seperti ini dapat perdebatan itu sengaja dimunculkan oleh
menghimpun hati yang bercerai-beraii musuh-musuh Islam dengan maksud agar
kepada satu fikrah. Cukuplah manusia itu ukhuwah kaum Muslimin merenggang,
berhimpun atas sesuatu yang menjadikan tercerai berai dan dengan demikian musuh-
seorang Muslim itu Muslim, sebagaimana musuh Islam dapat menguasai negeri-
dikatakan oleh Zaid ra., “cara pandang negeri Muslim dengan mudah.
seperti ini merupakan keniscayaan bagi Setiap kali ada perbedaan pendapat,
sebuah jamaah yang ingin menebarkan Hasan Al Banna terbiasa mendatangi para
suatu fikrah di suatu negeri, di mana hawa syaikh atau guru tersebut, berdiskusi secara
perbedaan atas hal-hal yang sebenarnya mendalam untuk saling memberikan penje-
lasan yang bisa diterima dengan baik satu menghilangkannya atau paling tidak dapat
sama lain. Beliau selalu menghindar dari meringankannya. Ia tidak boleh menjadi
perdebatan yang keras, kecuali dalam hal- penonton yang hanya tertegun melihat
hal yang prinsipil dalam Islam. orang yang lapar atau sakit, padahal mampu
mengulurkan bantuan dan menolongnya
Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai (Syaikh Yusuf Qaradhawi, 2005).
Tarbiyah Tujuan tarbiyah, sebut Hasan Al Banna
Aspek Rabbaniyah dalam pandangan adalah membentuk pribadi Muslim yang
Hasan Al Banna merupkan aspek pendidik- berkontribusi dalam peradaban Rabbani,
an yang paling penting sangat signifikan humanis, universal dan sarat dengan nilai-
dan memiliki pengaruh yang sangat dalam, nilai moral, yang menggabungkan antara
karena tujuan utama pendidikan Islam kekuatan ilmu dan iman, mengelaborasikan
adalah membentuk pribadi manusia yang materi dengan ruh dan menyeimbangkan
beriman (Syaikh Yusuf Qaradhawi, 2005). antara dunia dan akhirat, serta menjaga
Syaikh Yusuf Qaradhawi memberikan karakteristik dan martabat manusia.
penjelasan bahwa, dalam konsep tarbiyah
Hasan Al Banna, ia berusaha menggabung- Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai
kan unsur-unsur keimanan yang benar yang Ilmu Pengetahuan
diunggulkan oleh ahli kalam, kaum sufi, Ilmu pengetahuan menurut Hasan Al
dan para ulama fiqih, memperbaharui nilai- Banna dalam tulisannya, secara ringkas
nilai yang benar yang terlantar oleh kaum dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini,
Muslimin pada abad-abad terakhir. Kemba- ilmu pengetahuan adalah suatu kebutuhan
li kepada sumber-sumber murni untuk bagi masyarakat yang sedang membangun
mengambil iman yang hakiki dan menjadi negaranya. Menuntut ilmu adalah salah satu
acuan pendidikan, khususnya bagi para kewajiban bagi setiap manusia. Hasan Al
anggota Ikhwanul Muslimun. Banna menceritakan bahwa, Rasulullah
Tonggak dari tarbiyah Rabbaniyah saw., menetapkan tebusan bagi kaum mus-
Hasan Al Banna adalah hati yang hidup dan yrikin yang tertawan dalam perang Badar,
senantiasa berhubungan dengan Allah swt., yaitu setiap tawanan mengajar baca tulis
yakin bahwa suatu saat nanti akan berjumpa kepada sepuluh anak kaum Muslimin, da-
dengan-Nya dan dihisab oleh-Nya, mengha lam rangka menghapuskan buta huruf.
rapkan belas kasih-Nya dan takut akan Bahwasanya Allah tidak pernah menyama-
siksa-Nya. Beliau senantiasa mengingatkan kan orang-orang yang berilmu dengan
para anggota Ikhwan khususnya, dan kaum orang-orang yang bodoh. Islam, menyeta-
Muslimin pada umumnya agar senantiasa rakan tinta para ulama dengan darah para
ikhlas dalam berdakwah. Beliau menyadari syuhada, serta mengolaborasikan antara
bahwa penyakit yang paling berbahaya ilmu dan kekuatan, contohnya seperti da-
yang kerap menjangkiti para aktivis adalah lam surat At Taubah ayat 122, “Tidak
fitnah popularitas, ambisi kepemimpinan, sepatutnya orang-orang yang mukmin itu
dan ingin mencuat, itulah penyakit hati dan pergi semuanya (ke medan perang). Meng-
jiwa. apa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
Hasan Al Banna senantiasa menekan- diantara mereka beberapa orang untuk
kan bahwa aplikasi dari tarbiyah adalah memperdalam pengetahuan tentang agama
berbaurnya setiap kaum Muslimin dalam dan untuk memberi peringatan kepada
masyarakatnya. Hasan Al Banna mengata- kaumnya apabila mereka telah kembali
kan seorang Muslim adalah salah satu ang- kepadanya, supaya mereka itu dapat
gota aktif dalam masyarakatnya, ia dituntut menjaga dirinya?”
agar mampu merasakan penderitaannya Lebih jauh, Hasan Al Banna menyebut
sehingga berusaha sekuat tenaga untuk kan bahwa Al Quran tidak membedakan
ilmu agama dengan ilmu dunia, karena pok miskin yang terhimpit kesulitan
keduanya saling berhimpun, dan dianjurkan hidup.
bagi umat untuk memilikinya, serta menja- 6. Memberikan jaminan sosial dan
dikannya sebagai cara untuk takut kepada tunjangan hidup kepada setiap warga
Allah dan jalan untuk mengenal-Nya negara, serta mengupayakan ketenangan
(Hasan Al Banna, 2012). dan kesejahteraannya.
7. Menggalakkan penggunaan kekayaan
Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai untuk mendukung segala bentuk kebaik
Ekonomi an, membangun solidaritas sosial di
Pandangan Hasan Al Banna mengenai antara sesama warga negara dan mewa-
ekonomi terarah pada kerancuan ideologi jibkan gotong-royong dalam kebaikan
ekonomi yang menjangkit di tengah masya dan takwa.
rakat Muslim, seperti kapitalisme, sosialis- 8. Menetapkan kesulitan harta dan meng-
me, bahkan komunisme. Sistem-sistem hormati kepemilikan selama tidak beten
ekonomi tersebut hanya menghasilkan ke- tangan dengan kepentingan umum.
senjangan yang mengerikan antara masya- 9. Mengatur segala bentuk muamalat
rakat kaya dan miskin, dan membiarkan keuangan dengan peraturan yang adil
sumber daya alam negeri dieksploitasi dan penuh kasih sayang, dan sangat jeli
asing. Karena ideologi-ideologi tersebut dalam urusan-urusan yang berkaitan
tumbuh/berasal bukan dari negeri Muslim, dengan uang.
dan didorong oleh perkembangan kondisi 10. Menetapkan negara harus bertanggu-
serta lingkungan yang berbeda dengan ng jawab melindungi sistem ini (Hasan
kondisi kaum Muslimin (Hasan Al Banna, Al Banna, 2012).
2012). 11.
Hasan Al Banna menawarkan Islam
sebagai solusi kebangkitan ekonomi umat. Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai
Islam telah meletakkan dasar-dasar konsep Paham-paham Ideologi
ekonomi yang lentur sehingga andai saja Mengenai berbagai isme (ideologi)
kaum Muslimin menguasai dan menerap- Hasan Al Banna bersikap pertengahan.
kannya dengan benar, maka semua persoa- Maksudnya, yang sesuai dengan dakwah
lan ekonomi umat akan teratasi. maka akan disambut, sedangkan yang tidak
Kaidah-kaidah sistem ekonomi Islam sesuai, maka berlepas diri darinya adalah
terangkum dalam poin-poin diantaranya: pilihan yang tepat.
1. Memandang harta yang halal sebagai Al Wathaniyah atau nasionalisme,
penopang penghidupan, sehingga harus mengenai paham ini Hasan Al Banna
gigih mendapatkannya, lalu mengatur menjelaskan bahwa paham nasionalisme
dan menginvestasikannya dengan baik. terbagi menjadi lima hal yang diringkas,
2. Mengharuskan setiap orang yang mam- yakni sebagaimana diterjemahkan: (Hasan
pu untuk bekerja dan berusaha. Al Banna, 2013).
3. Mengeksplorasi sumber-sumber kekaya 1. Wathaniyyatul haniini (nasionalisme
an alam dan harus memanfaatkan segala kerinduan), jika yang dimaksud nasio-
potensi dan bahan baku yang terdapat di nalisme olehpara penyerunya adalah
bumi. cinta tanah air, akrab dengannya, rindu
4. Mengharamkan pendapatan melalui kepadanya, dan ketertarikan pada hal
usaha-usaha kotor. di sekitarnya. Nasionalisme semacam
5. Memperkecil kesenjangan antara berba- ini adalah yang telah tertanam dalam
gai lapisan masyarakat hinga dapat fitrah manusia di satu sisi, dan sisi lain
menghilangkan fenomena kelompok kar diperintahkan oleh Islam. Dalilnya,
ya yang bergelimang harta dan kelom- Rasulullah saw., mendengar gambaran
tentang Makkah dari Ushail, tiba-tiba lagi. Sungguh telah kami terangkan
saja air mata beliau bercucuran, karena kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu
rindu padanya. Maka beliau berkata, memahami.” (QS. Ali Imran: 119).
“Wahai Ushail biarkan hati ini 4. Wathaniyyatul fathi (nasionalisme
tenteram.” pembebasan), jika nasionalisme yang
2. Wathaniyyatul hurriyyati wal ‘izzati mereka maksud adalah pembebasan
(nasionalisme kebebasan dan kehormat negara-negara dan kepemimpinan du-
an), jika nasionalisme yang mereka nia, maka Islam telah mewajibkan hal
maksud adalah keharusan bekerja tersebut dan mengarahkan para pembe
serius untuk membebaskan tanah air bas pada pemakmuran yang paling
dari penjajah, mengupayakan kemerde baik serta pembebasan yang paling
kaannya, serta menanamkan makna berkah. Dalilnya, “Dan perangilah
kehormatan dan kebebasan dalam jiwa mereka itu, sehingga tidak ada lagi
putra-putranya, maka kami bersama fitnah dan (sehingga) agama itu hanya
mereka dalam hal itu. Sebab Islam untuk Allah belaka.” (QS. Al Baqarah:
telah menegaskan perintah itu dengan 193).
setegas-tegasnya. Dalilnya firman 5. Wathaniyyatul hizbiyyati (nasionalis-
Allah, “Padahal kekuatan itu me kepartaian), jika nasionalisme yang
hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, mereka maksud adalah memecah-be-
dan bagi orang-orang mukmin, tetapi lah umat menjadi kelompok-kelompok
orang-orang munafik itu tidak yang saling bermusuhan, memendam
mengetahui.” (QS. Al Munafiqun: 8), dendam, mencaci, melempar tuduhan,
dan, “Dan Allah sekali-kali tidak akan dan saling membuat tipu daya, juga
memberi jalan kepada orang-orang mendukung sistem buatan manusia
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang dipandu syahwat, dihormat ambi-
beriman.” (QS An Nisa’: 141). si duniawi, dan ditafsirkan sesuai
3. Wathaniyyatul mujtama’I (nasionalis- kepentingan pribadi, nasionalisme se-
me kemasyarakatan), jika nasionalisme perti itu adalah nasionalisme palsu
yang mereka maksud adalah memper- yang tidak membawa kebaikan.
kuat ikatan antaranggota masyarakat di Batas nasionalisme yang dilontarkan
satu wilayah dan membimbing mereka Hasan Al Banna adalah aqidah, bukan batas
menemukan cara pemanfaatan kokoh- teritorial negara dan batasan geografis. Me-
nya ikatan untuk kepentingan bersama, nurut Hasan Al Banna, setiap jengkal tanah
maka kami juga sepakat dengan yang dihuni Muslim yang mengucapkan
mereka. Karena Islam menganggap itu syahadat, adalah tanah air kaum Muslimin
sebagai kewajiban dan tidak dapat yang berhak mendapatkan pengormatan,
ditawar. Dalilnya, Nabi saw., bersabda, penghargaan, kecintaan, ketulusan, dan
“Dan jadilah kamu hamba-hamba jihad demi kebaikannya.
Allah yang bersaudara.” Adapun da- Al Qaumiyyatu atau kebangsaan. Seba-
lam Al Quran, “Wahai orang-orang gaimana memahami nasionalisme, Hasan
yang beriman, janganlah kamu ambil Al Banna merinci paham kebangsaan seca-
menjadi teman kepercayaanmu orang- ra ringkas, sebagaimana diterjemahkan:
orang yang di luar kalanganmu (Hasan Al Banna, 2012).
(karena) mereka tidak henti-hentinya 1. Qaumiyyatul majdi (kebangsaan kejaya-
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. an), jika yang dimaksud adalah bahwa
Mereka menyukai apa yang menyusah generasi penerus harus mengikuti para
kan kamu. Telah nyata kebencian dari pendahulunya dalam meniti tangga
mulut mereka, dan apa yang disembun kejayaan dan kebesaran, serta kecemer-
yikan oleh hati mereka lebih besar langan dan obsesi, juga menjadikan me-
reka sebagai teladan yang baik karena- Ikhwanul Muslimun. Di Ismailia, beliau
nya ada kesinambungan dan pewarisan, mendirikan sekolah khusus untuk wanita
maka prinsip seperti ini adalah keingin- yaitu sekolah Ummahatul Mukminin.
an baik dan indah yang selalu dianjur- Madrasah ini dibentuk setelah madrasah
kan, yakni menjadikan para pendahulu Ma’had Hira’ untuk laki-laki sudah mapan.
sebagai inspirasi semangat masa kini. Kurikulum dan metode yang digunakan
Dalilnya, Rasulullah bersabda, manusia bersifat Islami dan modern; memadukan
itu seperti tambang; yang terbaik di antara adab dan bimbingan Islam yang
antara mereka di masa jahiliyah adalah luhur terhadap para pemudi, kaum ibu, dan
juga yang terbaik di masa Islam, jika para istri dengan berbagai tuntutan modern,
mereka memahaminya.” berupa ilmu-ilmu teoritis dan praktis. Para
2. Qaumiyyatul ummati (kebangsaan guru yang mengajar adalah para guru
umat), jika yang dimaksud kebangsaan wanita yang oleh Hasan Al Banna digelari
adalah bahwa keluarga besar seseorang sebagai Fiqratul Akhwat Al Muslimat
atau umatnya itu lebih utama mendapat (Hasan Al Banna, 2013).
kebaikan dan baktinya, serta lebih Dalam pemikirannya, wanita adalah
berhak dengan kebajikan dan jihadnya, setengah masyarakat, bahkan ia adalah sete
maka ini benar. ngah bagian yang sangat mempengaruhi
3. Qaumiyyatul jaahiliyyatu (kebangsaan kehidupan masyarakat. Sebab, dia sekolah
jahiliyah), jika yang dimaksud kebang- pertama yang membentuk dan mencetak
saan adalah adalah menghidupkan tradi- generasi. Gambaran yang diterima anak
si jahiliyah yang sudah lapuk, membang dari ibunya sangat menentukan nasib
kitkan kenangan using yang sudah bangsa dan orientasi umat. Disamping itu,
terlupakan, menghapus peradaban baru wanita memberi pengaruh yang pertama
yang bermanfaat dan telah mapan, me- bagi kehidupan pemuda maupun kaum laik-
lepaskan ikatan Islam dengan alasan laki (Hasan Al Banna, 2013).
demi kebangsaan dan kebanggaan deng- Islam telah meninggikan kedudukan
an etnik, maka prinsip kebangsaan wanita, mengangkat harkatnya, dan meng-
dalam makna ini ialah buruk, tercela. anggapnya sebagai saudara laki-laki serta
4. Qaumiyyatul ‘udwaani (kebangsaan per- parter hidupnya. Maka, wanita adalah bagi-
musuhan), jika yang dimaksud kebangsa an dari laki-laki dan laki-laki bagian dari
an itu adalah membanggakan ras, hingga wanita. Islam mengakui hak-hak pribadi
melecehkan ras lain, memusuhinya, dan wanita secara sempurna, hak-hak sipilnya
mengorbankannya demi eksistensi serta secara sempurna, dan hak-hak politiknya
kejayaan suatu bangsa, maka ini juga secara sempurna.
makna tercela dan sama sekali tidak Islam telah mengatur hubungan laki-
memiliki nilai kemanusiaan. laki dan perempuan secara komprehensif,
Kebangsaan yang dipahami Hasan Al menjaga harga diri mereka, dan melindungi
Banna adalah afiliasi universal, yaitu per- mereka dari fitnah yang dihembuskan oleh
saudaraan antar suku bangsa, saling meno- musuh-musuhnya. Hasan Al Banna berpen-
long antar berbagai jamaah, dan membasmi dapat tidak memperbolehkan wanita untuk
berbagai ambisi yang didasari fanatisme di terjun ke dalam politik praktis kecuali da-
mana apinya telah mengobarkan perpecah- lam keadaan darurat diukur sesuai dengan
an dan permusuhan di antara berbagai umat kadarnya dan pekerjaan itu tidak boleh
(Hasan Al Banna, 2012). menjadi peraturan umum. Karena tugas
Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai utamanya yaitu mendidik generasi-generasi
Gender sesuai dengan ajaran agama Islam
Hasan Al Banna sangat memperhati- (Muhammad Abdul Qadir, 2005).
kan kaum wanita sejak awal mendirikan
isinya adalah kebahagiaan dunia dan kebi- agar mereka bisa menyuarakan dakwah
jakan akhirat (Hasan Al Banna, 2012). secara lantang dari atasnya, agar dakwah
Selain ia menolak anggapan bahwa mereka bisa sampai kepada para wakil
Islam tidak membahas masalah politik dan umat Islam dalam lingkup resmi dan terba-
mengatakan bahwa orang-orang yang tas setelah sebelumnya dakwah mereka
berkata seperti itu telah menzalimi diri sudah berkembang dan sampai kepada
sendiri dan pengetahuannya terhadap Is- umat itu sendiri dalam lingkup masyarakat
lam. Kesalahan kaum Muslimin pada saat umum. Oleh karena itu, Maktab Al Irsyad
ini adalah melupakan Islam dan memisah- Al ‘Am memutuskan agar ikhwan ikut da-
kan urusan agama dari politik, walaupun lam pemilihan umum anggota parlemen.
secara teori Hasan Al Banna tidak bisa Hasan Al Banna kemudian terpilih
memungkiri bahwa undang-undang yang menjadi calon anggota legislatif pada
ada (dalam hal ini undang-undang Mesir) pemilihan umum 1942, namun atas tekanan
menegaskan bahwa agama resmi negara Inggris, An Nahhas Pasha meminta beliau
adalah Islam. mengundurkan diri dari pencalonan. Hasan
Diantara teori politik yang dikembang- Al Banna menyetujuinya setelah ada kese-
an oleh Hasan Al banna adalah teori politik pakatan penghapusan prostitusi illegal,
bagi ahli sunnah sebagaimana diungkap Dr. kewajiban menggunakan bahasa Arab di se
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris yaitu luruh perusahaan, mengizinkan ikhwan un-
ketika menyatakan dengan sangat tegas tuk melakukan aktivitasnya kembali serta
bahwa seorang pejabat dalam pemerintah menerbitkan surat kabar untuk kalagan
Islam jika tidak dapat melaksanakan tugas- internal. Pada masa pemerintahan Ahmad
tugasnya, tidak mendengarkan nasehat- Mahir, Hasan Al Banna terpilih menjadi
nasehat dari ahlul hali wal Aqdi dan tidak calon anggota parlemen kembali.
mendengarkan seruan untuk meluruskan Terjunnya Hasan Al Banna ke dalam
penyimpangan-penyimpangannya maka politik praktis melahirkan komentar-
pejabat itu harus dicopot (Muhammad komentar negatif, beliau kemudian menulis
Abdul Qadir Abu Faris, 2011). sebuah risalah yang diberi judul Risalatul
Pada awalnya, gerakan Ikhwanul Ikhwani wal intikhabats (Risalah Ikhwan
Muslimun tidak langsung terjun ke dalam dan Pemilihan Umum). Beliau menjelaskan
politik praktis di Mesir waktu itu. Perbaik- pemikirannya kepada Hai’ah Ta’sisiyah
an-perbaikan yang dilakukan oleh Hasan Al (Dewan Pendiri Ikhwan). Dalam penjelas-
Banna dan gerakannya, terfokus untuk annya, beliau menyebutkan alasan orang
perbaikan kultural, demikian marhalah yang menginginkan agar ikhwan ikut dalam
(tahapan) dakwah yang dilakukan, hingga pemilihan umum dan alasan orang yang
setelah masyarakat dapat dikondisikan, dan tidak menginginkan ikhwan terlibat dalam
anggota-anggotanya telah memahami deng pemilihan umum. Setelah itu, Hai’ah
an sebaik-baiknya tujuan gerakan ini, Ta’sisiyah memutuskan agar ikhwan masuk
Hasan Al Banna mengumunkan secara res- dan terlibat dalam pemilihan umum.
mi pada muktamar keenam Ikhwanul Mus- Ketika Hasan Al Banna menyatakan
limin pada bulan Zulhijjah 1361 hijriyah Islam sebagai solusi, ia tidak menganggap
atau bulan Januari 1941 masehi, bahwa sistem pemerintahan di negara-negara saat
Ikhwanul Muslimun ikut serta dalam pemi- ini bukan negara Islam, namun menyadari
lihan umum anggota parlemen. Melalui dengan sebenar-benarnya bahwa telah
Ikhwanul Muslimun, Hasan Al Banna banyak tejadi penyimpangan yang sangat
mengatakan: serius terhadap Islam dan undang-
Sudah seharusnya bagi ikhwan untuk undangnya. Sehingga ia terdorong dan
menggetarkan mimbar perlemben dengan berupaya untuk memperbaikinya (Amer
para orator dan dai’i-da’inya. Tujuannya Syaamkh, 2011).
Dalam risalah Nahwanuur (Menuju Islam tidak ada perbedaan dalam hal-hal
Cahaya) yang Hasan Al Banna tulis untuk prinsip, sementara perbedaan dalam hal-hal
Raja Faruq dan perdana menteri Mesir saat furu’ tidaklah membahayakan. Dan ketiga,
itu Mustaafa Nahhas Pasha, ia menjelaskan ihtiraamu iradatil ummati (menghormati
secara panjang lebar mengenai keunggulan aspirasi masyarakat) karena diantara hak
sistem Islam yang dapat diringkas sebagai umat Islam adalah mengawasi roda peme-
berikut. Islam sebagai solusi dari perbaikan rintahan dan aktif bermusyawarah berke-
pemerintahan, dan menjadi ruh yang meng- nan sesuatu yang dipandang baik (Hasan Al
gerakannya, karena Islam dapat membang- Banna, 2012).
kitkan kebanggaan dan kecintaan umat Sistem Islam dalam makna ini, menu-
pada tanah airnya, menjalin persatuan yang rut Hasan Al Banna tidak mementingkan
selama ini terceraiberaikan oleh berbagai bentuk atau nama, selama kaidah-kaidah
perbedaan pendapat. Islam dapat melahir- pokok tadi terwujudkan, di mana tidak
kan rasa patriotisme di dalam jiwa masya- mungkin suatu hukum akan tegak tanpanya,
rakatnya. dan selama diterapkan secara tepat hingga
Yang dimaksud pemerintahan dalam dapat menjaga keseimbangan satu sama
Islam, menurut Hasan Al Banna dalam lain. Beliau memberikan contoh bahwa
Risalah Nizamul Hukama: sistem ini pernah terwujud sempurna pada
Islam yang hanif ini mengharuskan masa Khulafaur Rasyidin.
pemerintahannya menjadi salah satu pene- Hasan Al Banna tidak mempermasa-
gak dari beberapa penegak sistem sosial salahkan sistem pemerintahan, apakah itu
yang hadir untuk umat manusia. Islam ti- sistem parlementer (wizaaratut tafwiidh)
dak mentolelir kekacauan, dan tidak mem- ataukah sistem presidensial (wizaratut
berikan umat hidup tanpa pemimpin. tanfiidz) selama sistem tersebut sanggup
Rasulullah saw., bersabda kepada sahabat memikul tugas-tugas yang disyariatkan
nya, “Jika engkau berada di sebuah negeri oleh Islam.
yang tidak ada kepemimpinan di dalamnya, Mengenai Khilafah, Hasan Al Banna
maka tinggalkan negeri itu.” dalam hadits berpendapat Khilafah adalah lambing kesa-
lain, Rasul bersabda, “Jika kalian bertiga, tuan Islam dan bukti adanya keterikatan
angkatlah salah seorang di antara kalian antarbangsa Muslim. Ia merupakan identi-
sebagai pemimpin.” (Hasan Al Banna, tas Islam yang wajib dipikirkan dan diper-
2012). hatikan oleh kaum Muslimin. Khalifah
Ia menyitir kalimat Imam Al Ghazali, adalah tempat rujukan bagi pemberlakuan
“Ketahuilah bahwa syariat itu pondasi, sebagian besar hukum dalam agama Islam.
dan raja itu penjaganya. Sesuatu yang Oleh karena itu para sahabat lebih mendahu
tidak ada pondasinya pasti akan hancur, lukan penanganannya daripada mengurus
dan sesuatu yang tidak ada penjaganya dan memakamkan jenazah Nabi saw.,
niscaya akan hilang.” sampai mereka benar-benar menyelesaikan
Ada tiga tiang penyangga pemerintah- tugas tersebut. Bahkan, melalui Ikhwanul
an dalam Islam menurut Hasan Al Banna: Muslimun, Hasan Al Banna menjadikan
Pertama, mas’uliyatul haakimi (tang- upaya untuk mengembalikan eksistensi
gung jawab pemerintah) dalam hal ini khilafah sebagai agenda utama dalam
pemerintah bertanggungjawab kepada manhajnya (Hasan Al Banna, 2012).
Allah dan rakyatnya, ia adalah pelayan dan Ustadz Rappung Samuddin memberi-
pekerja bagi rakyat yang menjadi tuannya. kan penjelasan yang ringkas mengenai
Kedua, Wahdatul ummati (kesatuan alasan, “Para sahabat lebih mendahulukan
masyarakat) dalam hal ini umat Islam penanganannya daripada mengurus dan
adalah umat yang satu karena ukhuwah memakamkan jenazah Nabi saw.,” ada dua
adalah salah satu landasan iman, bagi umat ulasannya sebagai berikut:
Perlu diketahui bahwa di antara atur- mendesak dan darurat dalam sebuah nega
an politik yang mengakar dalam masyara- ra yang baru terbentuk, yaitu menegakkan
kat Arab sebelum diutusnya Nabi, pengang dan mengangkat pemimpin kaum Muslimin
katan pemimpin dalam setiap kabilah atau pada saat wafatnya Nabi saw.
jama’ah yang disebut sebagai Al Sayyid Kedua, kondisi kota Madinah saat itu
atau Syaikh Kabilah, yang bertugas menja tidak dalam keadaan aman. Ketika
ga persatuan, mengatur utusan mereka, Rasulullah saw., wafat, banyak orang
memimpin peang, menyambut utusan murtad, Yahudi dan Nasrani mulai mengge
(duta), mengikat perjanjian damai dan liat dan mencari kesempatan berperang,
selainnya, hingga jika mereka wafat secara kemunafikan mulai tampak. Jadi untuk men
otomatis berpindah pada orang lain yang jaga maslahat agama, negara, serta kaum
menggantikan posisinya. Perhatian besar Muslimin dari berbagai ancaman dan
dalam hal mengangkat pemimpin yang makar-makar musuh Islam disegerakan
akan mengurus persoalan-persoalan Ma- memilih pemimpin (Rappung Samudin,
nusia yang ada pada aturan politik bangsa 2013).
Arab sebelum kenabian tersebut, mendapat Adapun mengenai langkah-langkah
perhatian besar dari Nabi saw., yang ke- untuk mengembalikan eksistensi khilafah,
mudian disaksikan oleh para sahabat selain yang tertera dalam maratibul ‘amal,
tatkala negara Islam tegak di kota Hasan Al Banna kembali meringkasnya
Madinah. Nabi saw., senantiasa menunjuk menjadi tiga poin penting, yaitu:
seseorang sebagai pemimpin dlam setiap 1. Harus ada kerja sama yang sempurna
pengiriman pasukan-pasukan kecil kendati antara bangsa-bangsa Muslim, menyang
jumlah mereka sedikit serta waktu keluar- kut masalah wawasan, sosial, dan ekono
nya sangat pendek. Bahkan, tatkala beliau mi.
khawatir akan tejadi sesuatu yang buruk 2. Setelah itu membentuk persekutuan dan
terhadap pasukan kaum Muslimin dalam koalisi, serta menyelenggarakan berba-
perang Mut’ah, beliau lantas mempersiap- gai pertemuan dan muktamar di antara
kan tiga nama yang bakal saling menggan negara-negara tersebut.
tikan dalam kepemimpinan. Demikian pu- 3. Setelah itu membentuk persekutuan
la, beliau tidak pernah meninggalkan bangsa-bangsa Muslim. Jika hal itu bisa
Madinah melainkan setelah menunjuk diwujudkan dengan sempurna, akan di-
salah seorang yang mewakili beliau untuk hasilkan sebuah kesepakatan untuk
sementara waktu sebagai pemimpin. mengangkat pemimpin yang satu, dima-
Semisal perhatian akan pengaturan politik na ia merupakan penengah, pemersatu,
tersebut dilakukan oleh Rasulullah saw., penentram hati, dalam naungan Allah di
dalam negara Islam, dalam kondisi-kondisi muka bumi (Hasan Al Banna, 2012).
yang mungkin saja bukan darurat, meng-
uatkan dalam benak para sahabat akan
kewajiban untuk bersegera dalam personal
an yang dikategorikan urusan paling
Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir, Dr., Fiqih Politik Hasan Al Banna. Media Insani
Publishing, Solo, 2011.
Amin, Jum’ah., Ats Tsawabit wal Mutaghayyirat: Konsep Permanen dan Fleksibel
Dakwah Ikhwan. Al I’tishom, Jakarta, 2011.
Al Banna, Hasan., Mudzakkiratud Da’wah wad Da’iyah. Era Adicitra Intermedia, Solo,
2013.
Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid
1. Al I’tishom, Jakarta, 2012.
Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid
2. Al I’tishom, Jakarta, 2012.
Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid
3. Al I’tishom, Jakarta, 2012.
Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid
4. Al I’tishom, Jakarta, 2013.
Hawwa, Sa’id., Fi Afaqi Ta’alim: Studi Analitis atas Konsep Dakwah Hasan Banna
dalam Risalah Ta’alim. Era Intermedia, Solo, 2005
Hawwa, Sa’id., Tarbiyah Ruhiyah Konsep Pembersihan Hati Aktivis Dakwah. Era
Adicitra Intermedia, Solo, 2010.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Ketiga. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2000.
Nurdi, Herry., Perjalanan Meminang Bidadari: Kisah Luarbiasa 10 Tokoh Syahid
Modern. Lingkar Pena Publishing House, Jakarta, 2011.
Ar Rasyid, Muhammad Ahmad., Tadzkiratun Naqib. Robbani Press, Jakarta, 2015.
Ridha, Abu., Islam dan Politik Mungkinkah Bersatu?. Syaamil Cipta Media, Bandung,
2004.
Samuddin, Rappung, Fiqih Demokrasi, Gozian Press, Jakart, 2013.
As Sisiy, Abbas., Ikhwanul Muslimin dalam Kenangan. Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Sjafril, Akmal., Geliat Partai Dakwah Memasuki Ranah Kekuasaan. Afnan Publishing,
Jakarta, 2013.
Syamakh, Amer., Al Ikhwan Al Muslimun Siapa dan Apa yang Kami Inginkan. Era
Adicitra Intermedia, Solo, 2011.
Al Qaradhawi, Yusuf., Fiqh Negara. Robbani Press, Jakarta, 1997.
Al Qaradhawi, Yusuf . Tarbiyah Hasan Al Banna Dalam Jamaah Al Ikhwan Al Muslimun.
Robbani Press, Jakarta, 2005.
Quthb, Sayyid., Mengapa Saya Dihukum Mati?. Mizan, Bandung, 1987.