DAKWAHNYA
Dosen pembimbing:
Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
1441H/2019M
HASAN AL-BANNA, IKHWANUL MUSLIMIN DAN
MANHAJ-MANHAJ DAKWAHNYA
Izzul Islam bin Zohan
Universitas Darussalam Gontor
Email : izzulislamzohan@gmail.com
Abstrak
Hasan Al-Banna adalah pendiri sebuah organisasi pergerakan muslim terbesar yang
pertama kali berdiri di Mesir yaitu Ikhwanul Muslimin. Organisasi Ikwanul Muslimin
banyak memberi perubahan yang besar terhadap Islam terutama di Mesir melalui
dakwahnya.Makalah ini ditulis untuk mengetahui riwayat hidup Hasan Al-Banna,
untuk mengetahui sejarah berdirinya organisasi Ikhwanul Muslimin, untuk mencari
tahu manhaj-manhaj yang digunakan mereka dalam berdakwah. Metode yang
digunakan adalah metode Historis dan Deskriptif. Tujuannya adalah untuk
merekonstruksi, meneliti, mengevaluasi, serta penjelasan bukti-bukti untuk
mendapatkan fakta mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. HAsil
pembahasan dapat disimpulkan bahawa organisasi Ikhwanul Muslimin ini
mencetuskan kebangkitan Islam di Mesir dengan dakwahnya dan juga di benci oleh
negara-negara barat sehingga ditindas dengan berbagai cara.
Kata Kunci : Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin, Manhaj Dakwah
Pendahuluan
Manusia dibekali akal dan kemampuan untuk berfikir yang dapat mengolah apa
saja yang menjadi kemauan mereka. Apabila mempelajari perkembangan sejarah Islam
pada suatu Negara khususnya dibagian timur tengah yaitu Mesir, semenjak awal
pertumbuhannya sampai saat sekarang ini, kita menyadari bahwa umat Islam itu telah
mengalami beberapa ujian yang begitu berat sehingga mengancam eksistensi Islam itu
sendiri. Mesir adalah salah satu Negara yang memiliki peranan sangat penting dalam
perkembangan berbagai aspek dikawasan timur tengah. Kebijakan luar Negeri Mesir
ini tidak terlepas dari keadaan politiknya. Mesir merupakan salah satu Negara yang
terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Eropa dan jalur utama serta dua
perairan penting diantaranya laut tengah dan dan laut merah. Oleh sebab itu mesir
memiliki kekuatan untuk menguasai lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan posisi
yang strategis di timur tengah tersebut, membuat politik luar Negeri Mesir cenderung
dikuasai dan dipengaruhi oleh lingkuangan barat seperti Amerika Serikat serta Negara
Eropa yang lainnya. Mesir termasuk salah satu Negara sekutu Amerika Serikat yang
membantu keberlangsungan kepentingan Amerika Serikat di timur tengah terutama
terkait dengan keberadaan Israel yang terjalin semenjak lama. Kedekatan Amerika
Serikat dengan Mesir menyebabkan politik luar Negeri Mesir cenderung
menguntungkan Amerika Serikat dan banyak merugikan kelompok Islam yang
merupakan kelompok dominan yang ada di timur tengahtersebut.
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan
menuntut ditegakkannya syariat Allah, bekerja denganNya dan untukNya, keyakinan
yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam
akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku
dan politik. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia.
Biografi Hasan Al-Banna
Hasan Al-Banna meninggal pada umur 43 tahun, beliau dibunuh pada tanggal 12
Februari 1949 oleh polisi Mesir, atas perintah Raja Farouk I. Kejadiannya, ketika beliau
1
Farid N’man, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka Nauka,
2004), hlm. 137.
2
Richard Paul Mitchell, Masyarakat Al Ikhwanul Muslimun: Gerakan Da’wah Ikhwan di
Mata Cendekiawan Barat, terj. Safrudin Edi Wibowo, hlm. 4.
3
Zabir Rizq, Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi, terj. Syarif
Ridwan, (Bandung: Harokatuna, 2007), hlm. 9
berada didalam mobil untuk suatu keperluan (dakwah), beserta sahabatnya, Dr. Abdul
Karim Manshur. Kemudian tiba-tiba datang beberapa polisi rahasia menembak
mobilnya dengan peluru, Al-Banna saat itu masih sempat hidup dan sempat dibawa
kerumah sakit dua jam Hasan Al-Banna dibiarkan terbaring dilantai rumah sakit tanpa
ada petolongan dari pihak rumah sakit. Tidak berselang setelah dua jam tersebut Hasan
Al-Banna menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit al-Qashr al Aini, Kairo.
Beliau dishalatkan di masjid Qaisun dan dimakamkan di tempat pemakaman Imam al
Syafi‟i.4.
Majmu’ah Rasail terdiri dari beberapa risalah antara lain sebagaimana yang disebutkan
oleh Ali Abdul Halim Mahmud, yaitu:
1. Risalah “Akidah” ditulis pada tahun 1350 H /1931M, dalam risalah ini Al
Banna mengumumkan target dan tujuan Ikhwan sejalan dengan masa
4
Abdul Muta‟al al Jabbari, Pembunuhan Hasan Al Banna, terj. Afif Mohammad, (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1986), hlm. 164-166.
5
Hery Muhammad, Tokoh – Tokoh Islam yang Berpengaruh abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press,
2006), hlm. 206
pertumbuhannya. Dalam risalah ini juga ditetapkan berbagai dimensi dakwah
Islamiyah, serta menegaskan sejak semula bahwa target Ikhwan adalah untuk
mewujudkan kebaikan duniawi dan ukhrawi.
2. Risalah “Dakwah Kami” ditulis pada tahun 1936 M. Berisi tentang program
dan tujuan Ikhwan. Dalam risalah ini al Banna membagi masyarakat ke dalam
empat tipe manusia, yaitu orang mukmin, orang yang ragu-ragu, orang yang
oportunis, dan orang yang memusuhi. Dan ia juga menjelaskan bahwa dakwah
Ikhwan menyentuh semua sendi kehidupan. Artinya Islam adalah agama yang
mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia.
3. Risalah “Ke Mana Kami Membawa Umat ”, ditulis pada tahun 1936 M, di
dalamnya dibahas masalah agama, politik, dan nasionalisme secara jelas dan
meyakinkan.
4. Risalah “Menuju Cahaya” ditulis tahun 1936 M, dan ditujukan kepada Raja
Faruk, kepada kepala pemerintahan pada saat itu, Mustafa al-Nahas Pasha, dan
seluruh raja, amir, dan penguasa di semua negara Islam. Di dalamnya al-Banna
menekankan pentingnya membebaskan umat Islam dari segala bentuk ikatan
politik yang membelenggunya, dengan menggunakan segala cara yang legal,
dan dengan menerapkan sistem Islam. Dalam risalah ini pula Hasan Al Banna
mencantumkan Indonesia sebagai salah satu negara yang harus mendapat
perhatian oleh orang – orang Islam karena Indonesia sebagai negara dengan
populasi penduduk muslim terbesar di dunia yang masih berada dalam jajahan
Belanda.
5. Risalah “Untukmu Para Pemuda”, ditulis juga pada tahun 1936 M, di dalamnya
Al Banna menjelaskan bentuk amal Islami yang hendaknya dilaksanakan para
pemuda. Amal itu berupa pembentukan pribadi muslim, rumah tangga muslim,
masyarakat muslim, pemerintah muslim, dan bangsa muslim dengan
menyatukan seluruh negara Islam yang sudah dipecah belah akibat perbedaan
politik. Al Banna juga menjelaskan bahwa keberhasilan suatu konsep
ditentukan oleh empat faktor yakni keimanan, keikhlasan, semangat dan usaha.
6. Risalah yang ditujukan kepada Konferensi Pelajar, merupakan teks pidato yang
disampaikan Al-Banna pada bulan Muharram 1357 H /Maret 1938 M di
hadapan para pelajar muslim. Di dalamnya Al Banna menyinggung masalah
Islam dan politik, kebebasan berpendapat sebagai hal yang sangat penting
dalam mencari kebenaran.
7. Risalah “Ikhwanul Muslimin di Bawah Bendera AlQuran” ini adalah pidato
yang disampaikan Al Banna pada tanggal 14 Shafar 1358 H /4 April 1939 M,
berisi ajakan untuk kembali kepada Islam yaitu menyandarkan segala sendi
kehidupan pada alQur‟an dan sunnah.
8. Risalah “Antara Kemarin dan Hari Ini”, ditulis pada tahun 1942 M. Di
dalamnya al-Banna membicarakan sistem pendidikan secara serius dan
mendalam.
9. Risalah “Pengarahan”, ditulis pada tahun 1943 M. Di dalamnya Al Banna
mengungkapkan program pendidikan dan pembinaan jamaah, serta target dan
sarana pendidikan mereka.6
6
Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu Jil 1, hlm. 365-397
Sejarah Ikhwanul Muslimin
7
Ismail Al-Kilaniy, Sekularisme :Upaya Memisahkan Agama Dari Ngara, terj. Suhardi
(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1992) hlm.197-208
Dakwah Hasan Al Banna mendapat sambutan dari para pengunjung warung-
warung kopi, sehingga sebagian diantara mereka bertanya kepadanya tentang apa yang
harus dilakukan demi Agama dan tanah air. Demikian Al Banna pada permulaan
dakwahnya di Isma’iliyah berhasil menarik simpati dan mengambil hati masyarakat.
Setelah beberapa lama berda’wah di warung-warung kopi kemudian Hasan Al Banna
pindah dari warung kopi ke Mushalla (Zawiyah). di Zawiyah inilah beliau berbicara
dan mengajarkan praktek ibadah, dan meminta kepada mereka agar meninggalkan
kebiasaan hidup boros bermewah-mewahan. Para pendengar menyambutnya dengan
baik. Selain itu Hasan Al Banna juga memperluas interaksinya kepada seluruh unsur
yang berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu para ulama, Syaikh kelompok sufi, tokoh
masyarakat (wujaha), dan berbagai perkumpulan-perkumpulan. Perkembangan Ikhwan
di Ismailiah sangat pesat dan sudah menembus ke beberapa kota di sekitar Ismailiah,
seperti: Syubrakhit, Mahmudiyah, Abu Syuwair, Port Said, Bahr Shaghir, Suez dan
Balah. Namun proses yang mereka jalani tidak selamanya mulus. Mereka menghadapi
berbagai rintangan serta menanggung berbagai cobaan. Banyak sekali tulisan di
berbagai media massa saat itu yang bernada memojokkan dan memfitnah aktivitas
mereka. Walau demikian, semua itu tidak sedikit pun menghambat aktivitas dakwah
mereka.8 Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi
Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung
ke Ikhwanul Muslimin, Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna.Saat
organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan
oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita
penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin
membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
8
Hasan Al-Banna, Catatan Ikhwanul Muslimin kepada Menteri Keadilan tentang Kewajiban
Mengamalkan Syari’at Islam,( Kairo: Dâr asy-Syihab, tt.), hlm. 122.
Pada tahun 1948 Negara Israel secara resmi didirikan dan hal ini memicu
terjadinya Perang Arab-Israel. Ikhwanul Muslimin ikut mengirimkan anggota-
anggotanya sebagai sukarelawan untuk menyertai pasukan Arab dalam menghadapi
Israel. Namun tak lama setelah itu, sikap pemerintah Mesir menjadi semakin tidak
bersahabat terhadap Ikhwanul Muslimin. Pengaruhnya yang semakin luas membuat
pemerintah Mesir merasa terancam, ditambah lagi dengan adanya beberapa kasus
kekerasan yang melibatkan anggota Ikhwanul Muslimin, yang tidak disetujui dan
dikecam oleh Al-Banna sendiri sebagai hal yang bertentangan dengan Agama Islam.
Organisasi itu kemudian dibekukan dan anggotaanggotanya ditangkap. Meskipun
anggota-anggota dari Ikhwanul Muslimin banyak yang ditangkap dan dipenjara bahkan
ada yang dihukum mati, akan tetapi dakwah Ikhwanul Muslimin tetap berkembang
pesat hingga hari ini.Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna
meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950,
pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu,
parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap
bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. dengan Kemudian,
tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama
Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk
pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan
Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer
sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul
Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat
ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
Ikhwanul Muslimin sekali-kali tidak akan pernah rela dan menyetujui undang-
undang thogut9, mereka senantiasa bekerja dengan segala cara dalam rangka mengganti
undang-undang semacam itu dengan syariat Islam yang adil dan utama, disemua sisi
dan perundang-undangan. Sekarang bukan saatnya menanggapi berbagai syubhat yang
berhubugan dengan masalah ini atau berbagai asumsi kendala yang menghalangi jalan
menuju ke sana.
Ikwanul Muslimin adalah salah satu organisasi yang paling peduli terhadap
tanah air dan totalitas dalam memberi pelayanan terhadap pengikut dan umat islam
secara umum , mengharapkan negaranya mendapat kehormatan, kejayaan, kemajuan
dan keberhasilan. Dan itu pernah diraih oleh kepemimpinan berbagai bangsa muslim
pada jaman dahulu, meski berbagai tangtangan yang mengiringi suasana pada saat itu.
Bagi Ikhwanul Muslimin, gaung pembebasan atas nama Nasionalisme dan
kebangsaan adalah suatu yang sangat baik dan indah. Namun, kebaikan dan keindahan
tersebut hilang manakala diletakkan prinsip nasionalisme di satu sisi dan Islam di satu
sisi yang lain. Apabila dikatakan kepada mereka (bangsa timur) yagn nota bene ya
mayoritas muslim bahwa “apa yang ada dalam ini lebih mulia dibandidngkan apa yang
sering digembor-gemborkan oleh orang barat” tiba-tiba saja meeka enggan bahkan
membabi buta dalam berpegang pada fanatisme kebangsaannya.10
9
Penguasa Zhalim yang mengubah hukum-hukum Allah SWT seperti peletak undang-undang yang
tidak sejalan dengan ajaran Islam
10
Hasan Al-banna, Risalah Pergerakan Kaum Muslimin, 38
khusus. Selanjutnya Islam yang hanif ini tumbuh di Arab, sampai ke umat lain melalui
orang Arab, kitabnya menggunakan bahasa Arab yang fasih dan umat-umat bersatu
dengan nama Islam yang berbahasa Arab. Kesatuan Arab merupakan suatu keharusan
demi mengembalikan kejayaan Islam, dan kokohnya kekuasan Islam, oleh karenya,
setiap muslim wajib bekerja untuk menghidupkan kembali persatuan Arab, mendukung
dan membelanya, inilah Ikhwanul Muslimin terhadap kekuasaan Arab.
Manhaj Khalifah
Kesimpulan
Hassan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad ke-20
terbesar dan paling berpengaruh organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan Al-Banna
adalah penting bagi pertumbuhan ikhwanul muslimin selama tahun 1930-an dan 1940-
an. Hasan Al-Banna adalah seorang yang berwibawa dan berhati tabah. Beliau
memiliki peribadi Muslim sejati. Setiap tindakannya melambangkan ciri-ciri hidup
Islam.
N’man Farid, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka
Nauka, 2004)
Rizq Zabir, Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi, terj. Syarif
Ridwan, (Bandung: Harokatuna, 2007)
Halim Mahmud Ali Abdul, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu Jil 1
Al- Kilaniy Ismail, Sekularisme: Upaya Memisahkan Agama dari Negara, (Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar,1992)