Anda di halaman 1dari 17

HASAN AL-BANNA , IKHWANUL MUSLIMIN DAN MANHAJ-MANHAJ

DAKWAHNYA

Memenuhi Tugas Kuliah Pekembangan Pemikiran Modern dalam Islam

Dosen pembimbing:

Al-Ustad. Dr. Jarman Arraisi M.Ud

Oleh:

Izzul Islam bin zohan

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

KAMPUS SIMAN PONOROGO

1441H/2019M
HASAN AL-BANNA, IKHWANUL MUSLIMIN DAN
MANHAJ-MANHAJ DAKWAHNYA
Izzul Islam bin Zohan
Universitas Darussalam Gontor
Email : izzulislamzohan@gmail.com
Abstrak

Hasan Al-Banna adalah pendiri sebuah organisasi pergerakan muslim terbesar yang
pertama kali berdiri di Mesir yaitu Ikhwanul Muslimin. Organisasi Ikwanul Muslimin
banyak memberi perubahan yang besar terhadap Islam terutama di Mesir melalui
dakwahnya.Makalah ini ditulis untuk mengetahui riwayat hidup Hasan Al-Banna,
untuk mengetahui sejarah berdirinya organisasi Ikhwanul Muslimin, untuk mencari
tahu manhaj-manhaj yang digunakan mereka dalam berdakwah. Metode yang
digunakan adalah metode Historis dan Deskriptif. Tujuannya adalah untuk
merekonstruksi, meneliti, mengevaluasi, serta penjelasan bukti-bukti untuk
mendapatkan fakta mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. HAsil
pembahasan dapat disimpulkan bahawa organisasi Ikhwanul Muslimin ini
mencetuskan kebangkitan Islam di Mesir dengan dakwahnya dan juga di benci oleh
negara-negara barat sehingga ditindas dengan berbagai cara.
Kata Kunci : Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin, Manhaj Dakwah

Pendahuluan

Manusia dibekali akal dan kemampuan untuk berfikir yang dapat mengolah apa
saja yang menjadi kemauan mereka. Apabila mempelajari perkembangan sejarah Islam
pada suatu Negara khususnya dibagian timur tengah yaitu Mesir, semenjak awal
pertumbuhannya sampai saat sekarang ini, kita menyadari bahwa umat Islam itu telah
mengalami beberapa ujian yang begitu berat sehingga mengancam eksistensi Islam itu
sendiri. Mesir adalah salah satu Negara yang memiliki peranan sangat penting dalam
perkembangan berbagai aspek dikawasan timur tengah. Kebijakan luar Negeri Mesir
ini tidak terlepas dari keadaan politiknya. Mesir merupakan salah satu Negara yang
terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Eropa dan jalur utama serta dua
perairan penting diantaranya laut tengah dan dan laut merah. Oleh sebab itu mesir
memiliki kekuatan untuk menguasai lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan posisi
yang strategis di timur tengah tersebut, membuat politik luar Negeri Mesir cenderung
dikuasai dan dipengaruhi oleh lingkuangan barat seperti Amerika Serikat serta Negara
Eropa yang lainnya. Mesir termasuk salah satu Negara sekutu Amerika Serikat yang
membantu keberlangsungan kepentingan Amerika Serikat di timur tengah terutama
terkait dengan keberadaan Israel yang terjalin semenjak lama. Kedekatan Amerika
Serikat dengan Mesir menyebabkan politik luar Negeri Mesir cenderung
menguntungkan Amerika Serikat dan banyak merugikan kelompok Islam yang
merupakan kelompok dominan yang ada di timur tengahtersebut.

Hassan Al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa


Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah
menghafal al-Qur'an. Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan
Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin.

Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan
menuntut ditegakkannya syariat Allah, bekerja denganNya dan untukNya, keyakinan
yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam
akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku
dan politik. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia.
Biografi Hasan Al-Banna

Hasan Al Banna lahir di Mahmudiyah,1 sebuah kota kecil di propinsi Buhairah,


kira-kira 9 mil dari arah barat daya kota Kairo Mesir pada bulan Oktober 1906 M.
Nama lengkap beliau, Hasan Ibn Ahmad Ibn ‘Abdurrahman Al-Banna. Ia berasal dari
keluarga pedesaan kelas menengah. Hasan Al Banna lahir dari keluarga yang cukup
terhormat dan dibesarkan dalam suasana keluarga Islam yang taat. Sebagai seorang
ayah, Syeikh Ahmad mencita – citakan putranya (Hasan) sebagai mujahid (pejuang)
disamping seorang mujaddid (pembaharu)2. Syaikh Ahmad memperhatikan dengan
sungguh–sungguh perkembangan dan pertumbuhan Al Banna. Sejak kecil, ia
menuntun Al Banna menghafal Al Quran dan mengajarkannya ilmu – ilmu agama:
sirah nabawiyyah, ushul fiqh, hadits, dan gramatika bahasa Arab. Syaikh Ahmad
memotivasi Al Banna untuk gemar membaca dan menelaah buku-buku yang ada di
perpustakaan yang ia miliki yang sebagian besar isinya merupakan referensi utama
khazanah keislaman. Perhatian Syaikh Ahmad terhadap pertumbuhan Al Banna tidak
terbatas pada cara ia memperoleh pengetahuan ilmiah dan wawasan teoritis, bahkan ia
juga mengajarkan ilmu dan amal sekaligus sehingga Al Banna dapat berkomitmen
dengan perilaku dan akhlak islami dan kepribadiannya pun tersibghah dengan nilai –
nilai agama.3 Al-Banna merupakan pribadi berkharisma yang dikenal cerdas, shaleh,
mulia, dan berpengaruh dalam bentangan sejarah, baik di dataran Arab khususnya,
dunia Islam umumnya, termasuk dunia Barat.

Hasan Al-Banna meninggal pada umur 43 tahun, beliau dibunuh pada tanggal 12
Februari 1949 oleh polisi Mesir, atas perintah Raja Farouk I. Kejadiannya, ketika beliau

1
Farid N’man, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka Nauka,
2004), hlm. 137.
2
Richard Paul Mitchell, Masyarakat Al Ikhwanul Muslimun: Gerakan Da’wah Ikhwan di
Mata Cendekiawan Barat, terj. Safrudin Edi Wibowo, hlm. 4.
3
Zabir Rizq, Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi, terj. Syarif
Ridwan, (Bandung: Harokatuna, 2007), hlm. 9
berada didalam mobil untuk suatu keperluan (dakwah), beserta sahabatnya, Dr. Abdul
Karim Manshur. Kemudian tiba-tiba datang beberapa polisi rahasia menembak
mobilnya dengan peluru, Al-Banna saat itu masih sempat hidup dan sempat dibawa
kerumah sakit dua jam Hasan Al-Banna dibiarkan terbaring dilantai rumah sakit tanpa
ada petolongan dari pihak rumah sakit. Tidak berselang setelah dua jam tersebut Hasan
Al-Banna menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit al-Qashr al Aini, Kairo.
Beliau dishalatkan di masjid Qaisun dan dimakamkan di tempat pemakaman Imam al
Syafi‟i.4.

Hasan Al Banna mewariskan dua karya monumental yaitu Mudzakkirat al Dakwah wa


Da’iyah, dan Majmu’ah Rasail.5 Mudzakkirat al Dakwah wa Da’iyah telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Memoar Hasan Al Banna oleh
Salafuddin Abu Sayyid yang diterbitkan oleh penerbit Era Intermedia Solo. Majmu‟ah
Rasail merupakan kumpulan risalah-risalah yang ditulis Hasan Al Banna juga telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh beberapa penerbit yakni
penerbit Media Dakwah dengan judul Konsep Pembaruan Masyarakat Islam, penerbit
Era Intermedia dengan judul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, dan penerbit Al
I’tishom dengan judul Risalah Dakwah Hasan Al Banna.

Majmu’ah Rasail terdiri dari beberapa risalah antara lain sebagaimana yang disebutkan
oleh Ali Abdul Halim Mahmud, yaitu:

1. Risalah “Akidah” ditulis pada tahun 1350 H /1931M, dalam risalah ini Al
Banna mengumumkan target dan tujuan Ikhwan sejalan dengan masa

4
Abdul Muta‟al al Jabbari, Pembunuhan Hasan Al Banna, terj. Afif Mohammad, (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1986), hlm. 164-166.
5
Hery Muhammad, Tokoh – Tokoh Islam yang Berpengaruh abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press,
2006), hlm. 206
pertumbuhannya. Dalam risalah ini juga ditetapkan berbagai dimensi dakwah
Islamiyah, serta menegaskan sejak semula bahwa target Ikhwan adalah untuk
mewujudkan kebaikan duniawi dan ukhrawi.
2. Risalah “Dakwah Kami” ditulis pada tahun 1936 M. Berisi tentang program
dan tujuan Ikhwan. Dalam risalah ini al Banna membagi masyarakat ke dalam
empat tipe manusia, yaitu orang mukmin, orang yang ragu-ragu, orang yang
oportunis, dan orang yang memusuhi. Dan ia juga menjelaskan bahwa dakwah
Ikhwan menyentuh semua sendi kehidupan. Artinya Islam adalah agama yang
mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia.
3. Risalah “Ke Mana Kami Membawa Umat ”, ditulis pada tahun 1936 M, di
dalamnya dibahas masalah agama, politik, dan nasionalisme secara jelas dan
meyakinkan.
4. Risalah “Menuju Cahaya” ditulis tahun 1936 M, dan ditujukan kepada Raja
Faruk, kepada kepala pemerintahan pada saat itu, Mustafa al-Nahas Pasha, dan
seluruh raja, amir, dan penguasa di semua negara Islam. Di dalamnya al-Banna
menekankan pentingnya membebaskan umat Islam dari segala bentuk ikatan
politik yang membelenggunya, dengan menggunakan segala cara yang legal,
dan dengan menerapkan sistem Islam. Dalam risalah ini pula Hasan Al Banna
mencantumkan Indonesia sebagai salah satu negara yang harus mendapat
perhatian oleh orang – orang Islam karena Indonesia sebagai negara dengan
populasi penduduk muslim terbesar di dunia yang masih berada dalam jajahan
Belanda.
5. Risalah “Untukmu Para Pemuda”, ditulis juga pada tahun 1936 M, di dalamnya
Al Banna menjelaskan bentuk amal Islami yang hendaknya dilaksanakan para
pemuda. Amal itu berupa pembentukan pribadi muslim, rumah tangga muslim,
masyarakat muslim, pemerintah muslim, dan bangsa muslim dengan
menyatukan seluruh negara Islam yang sudah dipecah belah akibat perbedaan
politik. Al Banna juga menjelaskan bahwa keberhasilan suatu konsep
ditentukan oleh empat faktor yakni keimanan, keikhlasan, semangat dan usaha.
6. Risalah yang ditujukan kepada Konferensi Pelajar, merupakan teks pidato yang
disampaikan Al-Banna pada bulan Muharram 1357 H /Maret 1938 M di
hadapan para pelajar muslim. Di dalamnya Al Banna menyinggung masalah
Islam dan politik, kebebasan berpendapat sebagai hal yang sangat penting
dalam mencari kebenaran.
7. Risalah “Ikhwanul Muslimin di Bawah Bendera AlQuran” ini adalah pidato
yang disampaikan Al Banna pada tanggal 14 Shafar 1358 H /4 April 1939 M,
berisi ajakan untuk kembali kepada Islam yaitu menyandarkan segala sendi
kehidupan pada alQur‟an dan sunnah.
8. Risalah “Antara Kemarin dan Hari Ini”, ditulis pada tahun 1942 M. Di
dalamnya al-Banna membicarakan sistem pendidikan secara serius dan
mendalam.
9. Risalah “Pengarahan”, ditulis pada tahun 1943 M. Di dalamnya Al Banna
mengungkapkan program pendidikan dan pembinaan jamaah, serta target dan
sarana pendidikan mereka.6

6
Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu Jil 1, hlm. 365-397
Sejarah Ikhwanul Muslimin

Keruntuhan Khilafah Turki Utsmani telah menyebabkan bencana yang


dampaknya sangat besar bagi Umat Islam di Mesir serta Umat Muslim diseluruh
penjuru dunia. Islam sudah tidak dipandang lagi sebagai Agama, dengan keadaan Umat
Islam yang sudah tidak berpegang lagi kepada ajaran Islam dimana Alquran dan Hadist
dijadikan sebagai panutan hidup. Jatuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924
merupakan masalah besar dalam perjalanan Sejarah dunia yang mengguncang umat
Islam. Dengan adanya Imprealis tersebut maka Negara-nagara Islam terpecah menjadi
Negara kecil, sehingga mengakibatkan sistem pemerintahan yang baik secara politik,
Ekonomi maupun Sosial Budaya. Akibatnya umat Islam semakin lemah dan
kehilangan identitas karena berbagai seruan yang melemahkan Aqidah umat atas nama
Nasionalisme, fanatik etis. Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di
kota Ismailia, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hasan al-Banna, bersama
keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim,
Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada
saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Di masa-masa awal tersebut, orang-orang
Ikhwan langsung menyebarkan pemikirannya menuju utara dan selatan Mesir.7 Pada
tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat
Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September 1930. Pada tahun 1932, struktur
administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin
membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan Al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933,
Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin
Khatib.

7
Ismail Al-Kilaniy, Sekularisme :Upaya Memisahkan Agama Dari Ngara, terj. Suhardi
(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1992) hlm.197-208
Dakwah Hasan Al Banna mendapat sambutan dari para pengunjung warung-
warung kopi, sehingga sebagian diantara mereka bertanya kepadanya tentang apa yang
harus dilakukan demi Agama dan tanah air. Demikian Al Banna pada permulaan
dakwahnya di Isma’iliyah berhasil menarik simpati dan mengambil hati masyarakat.
Setelah beberapa lama berda’wah di warung-warung kopi kemudian Hasan Al Banna
pindah dari warung kopi ke Mushalla (Zawiyah). di Zawiyah inilah beliau berbicara
dan mengajarkan praktek ibadah, dan meminta kepada mereka agar meninggalkan
kebiasaan hidup boros bermewah-mewahan. Para pendengar menyambutnya dengan
baik. Selain itu Hasan Al Banna juga memperluas interaksinya kepada seluruh unsur
yang berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu para ulama, Syaikh kelompok sufi, tokoh
masyarakat (wujaha), dan berbagai perkumpulan-perkumpulan. Perkembangan Ikhwan
di Ismailiah sangat pesat dan sudah menembus ke beberapa kota di sekitar Ismailiah,
seperti: Syubrakhit, Mahmudiyah, Abu Syuwair, Port Said, Bahr Shaghir, Suez dan
Balah. Namun proses yang mereka jalani tidak selamanya mulus. Mereka menghadapi
berbagai rintangan serta menanggung berbagai cobaan. Banyak sekali tulisan di
berbagai media massa saat itu yang bernada memojokkan dan memfitnah aktivitas
mereka. Walau demikian, semua itu tidak sedikit pun menghambat aktivitas dakwah
mereka.8 Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi
Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung
ke Ikhwanul Muslimin, Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna.Saat
organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan
oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita
penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin
membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

8
Hasan Al-Banna, Catatan Ikhwanul Muslimin kepada Menteri Keadilan tentang Kewajiban
Mengamalkan Syari’at Islam,( Kairo: Dâr asy-Syihab, tt.), hlm. 122.
Pada tahun 1948 Negara Israel secara resmi didirikan dan hal ini memicu
terjadinya Perang Arab-Israel. Ikhwanul Muslimin ikut mengirimkan anggota-
anggotanya sebagai sukarelawan untuk menyertai pasukan Arab dalam menghadapi
Israel. Namun tak lama setelah itu, sikap pemerintah Mesir menjadi semakin tidak
bersahabat terhadap Ikhwanul Muslimin. Pengaruhnya yang semakin luas membuat
pemerintah Mesir merasa terancam, ditambah lagi dengan adanya beberapa kasus
kekerasan yang melibatkan anggota Ikhwanul Muslimin, yang tidak disetujui dan
dikecam oleh Al-Banna sendiri sebagai hal yang bertentangan dengan Agama Islam.
Organisasi itu kemudian dibekukan dan anggotaanggotanya ditangkap. Meskipun
anggota-anggota dari Ikhwanul Muslimin banyak yang ditangkap dan dipenjara bahkan
ada yang dihukum mati, akan tetapi dakwah Ikhwanul Muslimin tetap berkembang
pesat hingga hari ini.Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna
meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950,
pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu,
parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap
bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. dengan Kemudian,
tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama
Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk
pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan
Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer
sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul
Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat
ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.

Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang


dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada
tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar
Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa.
Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul
Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.

Manhaj- manhaj gerakan dakwah Hasan Al-Banna

Tujuan Gerakan Ikhwanul muslimin sebenarnya terangkum dalam


pembentukan generasi baru dari kaum beriman yang berpegang pada ajaran Islam yang
benar, dimana generasi tersebut akan berusaha mewarnai umat dengan warna Islam
yang sempurna dalam semua aspek kehidupannya. Sarana yang mereka gunakan
terangkum dalam perubahan tradisi umum dan pembinaanpendukung dakwah dengan
ajaran Islam ini. Mereka menempuh langkah menuju tujuan sesuai sarana yang telah
ditentukan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang menentramkan dan membuat
mereka memuji Allah.

Manusia wajib mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari setiap


penggunakan kekuatan serta berbagai kondisi yang menyertainya, atau bahkan
manusia hanya berkewajiban menggunakan kekuatan setelah itu terjadilah apa yang
akan terjadi. Inilah pandangan yang digunakan Ikhwanul Muslimin mengenai tata cara
mempergunakan kekuatan sebelum bertindak.

Ikhwanul Muslimin berpendapat tentang Revolusi bahwa hal itu merupakan


bentuk penggunaan kekuatan yang paling keras dalam penggunaan kekuatan, hal yang
sangat dihindari kalau masih ada cara dan strategi yang memungkinkan maka itu yang
menjadi pilihnnya. Ikhwanul Muslimin memperingatkan dengan lantang kepada
pemerintah Mesir bahwa jika pemerintah berlarut-larut membiarkan kemungkaran dan
dan tidak berusaha memperbaiki keadaan dan mencari solusi untuk berbagai persoalan
Negara, maka hal itu yang akan memancing terjadinya revolusi.
Manhaj bidang Undang-undang

Ikhwanul Muslimin sekali-kali tidak akan pernah rela dan menyetujui undang-
undang thogut9, mereka senantiasa bekerja dengan segala cara dalam rangka mengganti
undang-undang semacam itu dengan syariat Islam yang adil dan utama, disemua sisi
dan perundang-undangan. Sekarang bukan saatnya menanggapi berbagai syubhat yang
berhubugan dengan masalah ini atau berbagai asumsi kendala yang menghalangi jalan
menuju ke sana.

Manhaj Nasionalisme, Arabisme dan Islam

Ikwanul Muslimin adalah salah satu organisasi yang paling peduli terhadap
tanah air dan totalitas dalam memberi pelayanan terhadap pengikut dan umat islam
secara umum , mengharapkan negaranya mendapat kehormatan, kejayaan, kemajuan
dan keberhasilan. Dan itu pernah diraih oleh kepemimpinan berbagai bangsa muslim
pada jaman dahulu, meski berbagai tangtangan yang mengiringi suasana pada saat itu.
Bagi Ikhwanul Muslimin, gaung pembebasan atas nama Nasionalisme dan
kebangsaan adalah suatu yang sangat baik dan indah. Namun, kebaikan dan keindahan
tersebut hilang manakala diletakkan prinsip nasionalisme di satu sisi dan Islam di satu
sisi yang lain. Apabila dikatakan kepada mereka (bangsa timur) yagn nota bene ya
mayoritas muslim bahwa “apa yang ada dalam ini lebih mulia dibandidngkan apa yang
sering digembor-gemborkan oleh orang barat” tiba-tiba saja meeka enggan bahkan
membabi buta dalam berpegang pada fanatisme kebangsaannya.10

Ikhwanul Muslimin mencintai tanah airnya dan berusaha menjaga kesatuan


nasionalismenya, Ikhwanul Muslimin tidak pernah mengangap aib siapapun yang tulus
berbuat baik bagi bangsanya, inilah cara pandang nasionalisme yang dinyataka secara

9
Penguasa Zhalim yang mengubah hukum-hukum Allah SWT seperti peletak undang-undang yang
tidak sejalan dengan ajaran Islam
10
Hasan Al-banna, Risalah Pergerakan Kaum Muslimin, 38
khusus. Selanjutnya Islam yang hanif ini tumbuh di Arab, sampai ke umat lain melalui
orang Arab, kitabnya menggunakan bahasa Arab yang fasih dan umat-umat bersatu
dengan nama Islam yang berbahasa Arab. Kesatuan Arab merupakan suatu keharusan
demi mengembalikan kejayaan Islam, dan kokohnya kekuasan Islam, oleh karenya,
setiap muslim wajib bekerja untuk menghidupkan kembali persatuan Arab, mendukung
dan membelanya, inilah Ikhwanul Muslimin terhadap kekuasaan Arab.

Islam tidak mengenal batas-batas geografis, tidak memperhatikan perbedaan


suku bangsa dan peralihan darah, menganggap semua kaum muslimin adalah umat
yang satu, dan tanah air Islam yang satu meski wilayah dan batasannya berjauhan.
Dengan demikian Ikhwanul Muslimin, mereka mensakralkan kesatuan ini, meyakini
perpaduan ini, berusaha menyatukan kaum muslimin, mengokohkan persaudaraan
Islam, dan menyatakan bahwa tanah air umat islam adalah setiap jengkal tanah yang di
sana ada orang muslim yang mengucapkan kalimah “La ilaha illallah Muhammadur
Rasulullah,”

Manhaj Khalifah

Sikap Ikhwanul Muslimin terhadap Khalifah dan hal-hal yang terkait


dengannya, sebagai penjelasannya bahwa Khilafah adalah lambang kesatuan Islam dan
bukti adanya keterkaitan antar bangsa muslim. Ia merupakan identitas Islam yang wajib
dipikirkan dan diperhatikan oleh kaum muslimin. Khilafah adalah tempat rujukan bagi
pemberlakuan sebahagian besar hukum dalam agama Allah. Oleh karena itu para
sahabat lebih mendahulukan penangananya daripada mengurus dan menanamkan
jenazah Nabi sampai mereka benarbenar menyelesaikan tugas tersebut (memilih
Khalifah).

Hasan Al-Banna menjadikan fikrah tentang Khalifah dan upaya untuk


mengembalikan eksistensinya sebagai agenda utama dalam manhajnya, gerakan ini
meyakini bahwa semua itu membutuhkan banyak persiapan yang harus diwujudkan.
Langkah untuk mengembalikan eksistensi Khilafah harus didahului oleh langkah-
langkah sebagai berikut ;

Pertama, harus ada kerjasama yang sempurna antara bangsa-bangsa muslim,


menyangkut masalah wawasan, sosial, dan ekonomi. Kedua, setelah membentuk
persekutuan dan koalisi, serta menyelenggarakan berbagai pertemuan dan muktamar di
antara negara-negara tersebut. Ketiga, setelah itu membentuk pesatuan bangsa-bangsa
muslim, jika hal itu bisa diwujudkan dengan sempurna, akan dihasilkan sebuah
kesepakatan, untuk mengangkat imam yang satu, dimana ia merupakan penengah,
pemersatu, penentram hati dan lindungan Allah di muka bumi.

Kesimpulan

Ikhwanul Muslimin merupakan induk dan sumber inspirasi bagi banyak


organisasi Islamis di Mesir dan di beberapa negara Arab lainnya, termasuk Suriah,
Sudan, Yordania, Kuwait, Yaman, dan sebagian negara di Afrika Utara. Organisasi ini
semula dinyatakan sebagai suatu jamaah yang murni filantropis, yang bertujuan
menyebarkan moral Islam dan amal baik. Ikhwanul Muslimin didirikan oleh seseorang
yang bernama Hasan al-Banna. Didirikannya Ikhwanul Muslimin di Mesir tidak lain
dan tidak bukan untuk mengembalikan kembali kejayaan Islam, yang mana Islam
dijadikan sebagai panutan masyarakat Mesir. Serta ketidak puasan masyarakat
terhadap pemerintahan yang Otoriter. Ikhwanul Muslimin merupakan Organisasi
pergerakan Islam yang besar , yang menyeru untuk kembali kepada ajaran Tauhid yang
berlandaskan Alquran dan juga Hadist. Ikhwanul Muslimin bukanlah terorisme, akan
tetapi Ikhwanul Muslimin sebuah gerakan Jihad, Dakwah dan juga Politik.

Hassan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad ke-20
terbesar dan paling berpengaruh organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan Al-Banna
adalah penting bagi pertumbuhan ikhwanul muslimin selama tahun 1930-an dan 1940-
an. Hasan Al-Banna adalah seorang yang berwibawa dan berhati tabah. Beliau
memiliki peribadi Muslim sejati. Setiap tindakannya melambangkan ciri-ciri hidup
Islam.

Demikinlah beberapa pokok-pokok pemikiran gerakan dakwah Hasan Al-banna yang


menjadi visi dan misi dan diwujudkan dalam bentuk organisasi Ikhwanul Muslimin.
Gerakan dakwah yang berlandaskan ajaran islam, alquran dan hadist untuk
mempersatukan Umat Islam dan menjadikan Islam agma yang sejahtera.
Daftar Pusaka

N’man Farid, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka
Nauka, 2004)

Paul Mitchell Richard, Masyarakat Al Ikhwanul Muslimun: Gerakan Da’wah Ikhwan


di Mata Cendekiawan Barat, terj. Safrudin Edi Wibowo (Era Intermedia, 2005)

Rizq Zabir, Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi, terj. Syarif
Ridwan, (Bandung: Harokatuna, 2007)

Halim Mahmud Ali Abdul, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu Jil 1

Al Jabbari Abdul Muta’al, Pembunuhan Hasan Al Banna, terj. Afif Mohammad,


(Bandung: Penerbit Pustaka, 1986)

Al- Kilaniy Ismail, Sekularisme: Upaya Memisahkan Agama dari Negara, (Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar,1992)

Al-Banna Hasan, Catatan Ikhwanul Muslimin kepada Menteri Keadilan tentang


Kewajiban Mengamalkan Syari’at Islam,( Kairo: Dâr asy-Syihab, tt.)

Muhammad Hery, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh abad 20 (Jakarta: Gema


Insani Press, 2006)

Al-banna Hasan, Risalah Pergerakan Kaum Muslimin

Anda mungkin juga menyukai