Setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924, pasca perang
dunia pertama, hampir semua negara Arab jatuh ke tangan penjajah Barat. Umat
Islam pun mulai tercabik-cabik oleh kekuatan imperialisme Barat. Dalam kondisi
dunia Islam seperti itulah, seorang pemuda bernama Hasan al-Banna bersama
beberapa orang sahabatnya mendirikan cikal bakal gerakan "Ikhwanul Muslimun"
Hasan kecil mendapat pendidikan awal melalui kedua orangtuanya. Ruh Alquran
telah tertanam dalam jiwanya sejak kecil. Sehingga keberanian untuk
menyampaikan sesuatu yang hak dan mencegah hal yang munkar telah tumbuh
semenjak remajanya. Di usianya yang masih remaja, Hasan telah menunjukkan
kepiawaiannya dalam memimpin dan berorganisasi.
1
Mendirikan Ikhwanul Muslimin
Sejak saat itu, pengikut Hasan Al-Banna menamakan Al-Ikhwanul Muslimun bagi
organisasi mereka. Mereka tidak membangga-banggakan nama kelompoknya ini
karena tujuan mereka adalah mengajak kepada Islam. Imam Hasan Al-Banna
sendiri pernah berkata, “Kam minna wa laisa fiina wa kam fiina wa laisa minna”
(Berapa banyak orang dari kita tetapi tidak bersama kita dan berapa banyak orang
yang bersama kita, tetapi belum termasuk golongan kita). Hasan Al-Banna sendiri
sangat mengutamakan kesatuan Umat. Beliau selalu berpesan pada pengikutnya
agar berpegang pada prinsip, “Nata’awan fimaa ittafaqna, wanataa’dzar fimaa
ikhtalafnaa” (Kita bekerja sama pada hal yang kita sepakati dan bertoleransi
terhadap hal-hal yang kita berbeda).
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928
dengan pendiri Hasan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu :
Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930,
Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum
Ikhwanul Muslimin pada 24 September 1930. Pada tahun 1932, struktur
administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul
Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun
1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh
Muhibuddin Khatib.
2
Keunikan dakwah Hasan al-Banna
Pada awalnya, gerakan dakwah Al-Banna dan Ikhwannya sama seperti gerakan
lainnya, yakni lebih terfokus pada pembinaan masyarakat untuk kembali kepada
Islam melalui mimbar mesjid dan sarana dakwah lainnya. Tapi gerakan Ikhwan
mempunyai keunikan tersendiri. Dakwah yang mereka lakukan tidak hanya kokoh
di mesjid-mesjid, tetapi melebar ke tempat-tempat umum, seperti :
1) Sekolah-sekolah,
2) Pasar-pasar,
3) Pabrik-pabrik,
4) Kantor-kantor bahkan di
5) Warung kopi (maqha) tempat berkumpulnya orang-orang untuk melepas
kepenatan.
5. Pada saat yang sama (kajian-kajian itu tetap berlangsung), beliau menjalin
hubungan dengan para ulama, tokoh torikat, dan pemuka masyarakat terus berjalan
dalam rangka merangkul mereka semua ke dalam barisannya.
3
Dengan metode-metode pendidikan seperti itu, al-Banna berhasil membawa
masyarakat untuk peduli terhadap agama dan hukum-hukumnya. Keberadaan
Inggris, gaya hidup mewah-orang-orang asing, dan penderitaan kaum buruh,
merupakan faktor yang kuat bagi perkembangan dakwahnya di Ismailiyah.
4
Tahapan dakwah beliau membaginya pada tiga tahap :
1. Tahap pengenalan
2. Tahap pembentukan
3. Tahap pelaksanaan
Zionis senantiasa merasa terancam oleh gerakan yang diilhami oleh pemikiran
Hasan Al-Banna. Pada perang Arab-Israel, IM mampu mengerahkan pasukannya
dari segala penjuru negeri-negeri Arab untuk berperang melawan Yahudi. Tercatat,
pasukan sukarelawan Ikhwan dari Mesir dipimpin Abdurrahman, saudara lelaki Al-
Banna. Dari Suriah dipimpin oleh Dr. Musthafa As-Siba’i, dari Yordania dipimpin
Abdurrahman Khalifah dan dari Irak dipimpin Muhammad Mahmud Shawwaf.
Moshe Dayyan, dalam memoarnya, mengakui keuletan dan kegigihan para pejuang
Ikhwan, sehingga daerah-daerah yang diduduki sukarelawan Ikhwan tak dapat
direbut oleh Yahudi. Sayang, ketika mereka pulang, para pejuang itu tak disambut
dengan kegembiraan. Sebaliknya, pintu penjaralah yang menanti kepulangan
mereka.
Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di
Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru
dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948.
Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul
Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949 oleh
antek-antek suruhan Raja Farouk. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir
5
merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir
dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa
pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin
pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi.
Pada tgl 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama
dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki
Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini,
dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang
dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini,
Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat
revolusi.
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara
mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973,
Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin.
Dalam pemilu tahun 2010 Mesir menekan semua partai oposisi khususnya
Ikhwanul Muslimin sehingga dengan segala kecurangannya partai pemerintah
menang mutlak. Tapi semuanya itu justru menghantarkan kejatuhan rezim Hosni
Mubarok
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang
Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Kyai Agus Salim pergi ke
Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan
untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.
6
Mesir (Ikhwanul Muslimin) dan kemerdekaan RI
KH. Agus Salim utusan resmi Indonesia yang dikirim oleh presiden Soekarno
bertemu dengan Hasan al-Banna di kantor Ikhwanul Muslimin Mesir.
Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri
berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan
spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan
terhadap Belanda kerap dilakukan mereka.
Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa
mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan
bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah
dikenali pada demonstran.
Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI, juga atas desakan dan lobi
yang dilakukan para pemimpin Ikhwanul Muslimin, membuat pemerintah Mesir
mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946.
Inilah pertama kalinya suatu negara asing mengakui kedaulatan RI secara resmi.
Dalam kacamata hukum internasional, lengkaplah sudah syarat Indonesia sebagai
sebuah negara berdaulat.Bukan itu saja, secara resmi pemerintah Mesir juga
memberikan bantuan lunak kepada pemerintah RI. Sikap Mesir ini memicu
tindakan serupa dari negara-negara Timur Tengah.
7
Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir.
Termasuk pemimpin Ikhwanul Muslimin Hasan al Banna dan sejumlah tokoh
Ikhwan dengan diiringi puluhan pengikutnya.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses
demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain
yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir
yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut
Mursyid Am mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh surat kabar
"El-Syorouq" Langkah ini datang sejalan dengan orientasi dan kebijakan organisasi
yang diambil oleh Dewan Syura sejak lama, yang mengharuskan organisasi untuk
mendirikan partai politik.
Dia menekankan bahwa pembentukan partai ini datang untuk menanggapi, harapan
keinginan dan aspirasi masyarakat Mesir untuk masa depan terbaik dan hari esok
yang cerah, yang akan mengembalikan kewibawaan, peran dan kepemimpinan
Mesir tercinta.
Imam Al-Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, beliau
berkata:
“Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (An-
Nahl:125). Selain itu, mereka ingin membebaskan negeri-negeri muslimin dari
kungkungan kaum penjajah. Mereka juga berupaya sekuat tenaga menegakkan
8
negara yang merealisasikan hukum-hukum Islam di tengah rakyatnya, serta mampu
menyampaikan misi dan risalah Islam ke luar negeri.
9
Mursyid Am Ikhwan
juga sering dikait-kaitkan dengan gerakan Wahabi. Pada faktanya, antara Al-
Ikhwan dengan Wahabi berbeda jauh. Pengkait-kaitan Al-Ikhwan dengan Wahabi
pada dasarnya disebabkan adanya kesamaan nama. Di dalam sejarah Wahabi di
Arab Saudi, mereka memang pernah memiliki pasukan tempur yang bernama Al-
Ikhwan, nama Muhammad Badi’ Mursid Am Ikhwan
yang sama persis dengan Al-Ikhwan yang di Mesir. Secara pemikiran pun antara
Ikhwanul Muslimin dengan Wahabi saling bertolak belakang. Ikhwanul Muslimin
masuk ke dalam wilayah politik dalam perjuangannya (bahkan membentuk partai
politik), sedangkan Wahabi sebaliknya, yaitu antipati terhadap partai politik.
10
Hasan al-Banna bersama tokoh dunia Islam (Hasan al-Banna paling kiri)
11