Anda di halaman 1dari 11

Bab.

3 Ikhwanul Muslimin Sejarah Perkembangan dan


Perjuangannya.
Al-Ikhwanul Muslimun" merupakan salah satu gerakan Islam yang terpenting di
dunia saat ini. Dr Yusuf al-Qardawi mengatakan :” Para pengikutnya tersebar di
lebih dari 70 negara, termasuk di Indonesia. Ikhwan terkenal mempunyai organisasi
yang rapi dan teratur”. Kiprahnya dalam kebangkitan kembali Islam di abad XX
dan XXI ini tak bisa dipungkiri siapa pun.

Gerakan Al-Ikhwanul Muslimun (selanjutnya disebut IM) telah mengisi sejarah


dunia dengan tinta emas melalui aktifitas dakwah dan jihad lebih dari 92 tahun.
Siapa pun yang mengamati perkembangan sejarah Umat Islam mustahil
melewatkan peranan serta kontribusi gerakan IM bagi kebangkitan umat Islam
dewasa ini. IM dengan berbagai gerakan dakwah yang bervariasi telah membuka
mata dunia tentang keindahan Islam dan membangunkan umat Islam dari tidurnya
yang panjang.

Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin

Setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924, pasca perang
dunia pertama, hampir semua negara Arab jatuh ke tangan penjajah Barat. Umat
Islam pun mulai tercabik-cabik oleh kekuatan imperialisme Barat. Dalam kondisi
dunia Islam seperti itulah, seorang pemuda bernama Hasan al-Banna bersama
beberapa orang sahabatnya mendirikan cikal bakal gerakan "Ikhwanul Muslimun"

Hasan Al-Banna lahir di Al-Mahmudiyah, sebuah kota kecil di Mesir, pada 14


Oktober 1906. Ayah beliau, Ahmad Abdurahman As-Sa’ati, bekerja sebagai tukang
arloji tetapi juga merupakan ulama terkenal karena karya besarnya Fathur Rabbani
dan Bulughul Amani. Ini kitab besar yang memberi penjelasan tentang musnad
Imam Ahmad yang mencakup ribuan hadits.

Masa kecil Hasan al-Banna

Hasan kecil mendapat pendidikan awal melalui kedua orangtuanya. Ruh Alquran
telah tertanam dalam jiwanya sejak kecil. Sehingga keberanian untuk
menyampaikan sesuatu yang hak dan mencegah hal yang munkar telah tumbuh
semenjak remajanya. Di usianya yang masih remaja, Hasan telah menunjukkan
kepiawaiannya dalam memimpin dan berorganisasi.

Bersama beberapa kawan sekolahnya, ia mendirikan perkumpulan "Akhlaq


Adabiyyah" yang tujuannya bagaimana menjaga akhlak dan adab yang baik.
Aktivitas mereka, yaitu saling menasihati di antara sesama anggota untuk berakhlak
mulia, di samping menghimpun dana bagi kaum fakir miskin.

1
Mendirikan Ikhwanul Muslimin

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Pemuda Hasan al-Banna


melanjutkan sekolahnya di Universitas Darul Ulum Kairo selama empat tahun.
Sesudah lulus, ia ditugaskan mengajar sekolah dasar di Ismailiyyah. Di kota kecil
inilah Hasan al-Banna membangun gerakan dakwah IM. Gerakan Ikhwan memulai
kiprahnya, semenjak Maret 1928. Al-Ikhwan berupaya menyatukan hati umat
muslim dengan landasan yang satu, yaitu Islam. Ketika Imam Hasan Al-Banna
ditanya oleh para sahabatnya tentang nama gerakannya, beliau menjawab “Kita
semua adalah Umat Islam dan Umat Islam itu pada hakikatnya bersaudara, jadi kita
adalah “Al-Ikhwanul Muslimun (Persaudaraan Islam)”.

Sejak saat itu, pengikut Hasan Al-Banna menamakan Al-Ikhwanul Muslimun bagi
organisasi mereka. Mereka tidak membangga-banggakan nama kelompoknya ini
karena tujuan mereka adalah mengajak kepada Islam. Imam Hasan Al-Banna
sendiri pernah berkata, “Kam minna wa laisa fiina wa kam fiina wa laisa minna”
(Berapa banyak orang dari kita tetapi tidak bersama kita dan berapa banyak orang
yang bersama kita, tetapi belum termasuk golongan kita). Hasan Al-Banna sendiri
sangat mengutamakan kesatuan Umat. Beliau selalu berpesan pada pengikutnya
agar berpegang pada prinsip, “Nata’awan fimaa ittafaqna, wanataa’dzar fimaa
ikhtalafnaa” (Kita bekerja sama pada hal yang kita sepakati dan bertoleransi
terhadap hal-hal yang kita berbeda).

Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928
dengan pendiri Hasan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu :

1). Hafiz Abdul Hamid, (tukang kayu)


2). Ahmad al-Khusairi, (tukang cukur)
3). Fuad Ibrahim, (penarik pajak)
4). Abdurrahman Hasbullah, (sopir)
5) Ismail Izz (tukang kebun)
6). Zaki al-Maghribi (tukang gerobak)

Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930,
Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum
Ikhwanul Muslimin pada 24 September 1930. Pada tahun 1932, struktur
administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul
Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun
1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh
Muhibuddin Khatib.

2
Keunikan dakwah Hasan al-Banna

Pada awalnya, gerakan dakwah Al-Banna dan Ikhwannya sama seperti gerakan
lainnya, yakni lebih terfokus pada pembinaan masyarakat untuk kembali kepada
Islam melalui mimbar mesjid dan sarana dakwah lainnya. Tapi gerakan Ikhwan
mempunyai keunikan tersendiri. Dakwah yang mereka lakukan tidak hanya kokoh
di mesjid-mesjid, tetapi melebar ke tempat-tempat umum, seperti :

1) Sekolah-sekolah,
2) Pasar-pasar,
3) Pabrik-pabrik,
4) Kantor-kantor bahkan di
5) Warung kopi (maqha) tempat berkumpulnya orang-orang untuk melepas
kepenatan.

Metode Hasan al-Banna dalam mengembangkan dakwah Ikhwan

1. Meninggalkan masjid karena didalamnya berkembang berbagai perselisihan,


lalu mengalihkan perhatiannya ke warung-warung kopi. Ia memilih tiga warung
kopi yang paling banyak pengunjungnya. Di sana ia menyusun jadwal kajia,
masing-masing dua pelajaran dalam sepekan.

2. Hasan al-Banna memilih topik-topik yang menyentuh hati (sebagai sasaran),


misalnya memperingatkan hari akhirat. Ia memilih metode yang sederhana yang
kadang-kadang diselingi dengan bahasa pasaran disertai contoh-contoh dan kisah-
kisa, retorika yang persuatif tanpa bertele-tele (sekitar 10 sampai 15 menit). Dalam
waktu yang singkat itu, ia memaparkan sebuah makna yang begitu gamblang lagi
berkesan di hati mereka

3. Setelah banyak orang yang meintanya agar menjelaskan bagaimana hukum-


hukum Islam, beliau mengambil tempat khusus. Di situ beliau menyusun jadwal
kajiandengan menggunakan metode aplikatif dalam pengajaran ibadah disertai
dengan akidah ayng benar. Semua itu dikuatkan dengan ayat-ayat dan hadis-hadis
dan peringatan tentang akherat, menghindari masaalah-masalah filsafat, tidak
menghancurkan kepercayaan yang rusak, kecuali setelah berhasil membangun
akidah yang benar.

4. Hasan Al-Banna berusaha keras menghindari berbagai perbedaan pendapat


dan mengalihkan orang-orang yang menanyakan tentangnya dengan cara-cara
halus, serta mengarahkan mereka menuju amal

5. Pada saat yang sama (kajian-kajian itu tetap berlangsung), beliau menjalin
hubungan dengan para ulama, tokoh torikat, dan pemuka masyarakat terus berjalan
dalam rangka merangkul mereka semua ke dalam barisannya.

3
Dengan metode-metode pendidikan seperti itu, al-Banna berhasil membawa
masyarakat untuk peduli terhadap agama dan hukum-hukumnya. Keberadaan
Inggris, gaya hidup mewah-orang-orang asing, dan penderitaan kaum buruh,
merupakan faktor yang kuat bagi perkembangan dakwahnya di Ismailiyah.

Metode diatas telah berhasil mempengaruhi pendengarnya, sehingga pada bulan


maret 1928, enam orang (tukang kayu, tukang cukur, penarik pajak, sopir, tukang
kebun dan tukang gerobak) berkunjung ke rumahnya, mereka berbincang-bincang
mengenai :

Kehidupan perbudakan dalam komunitas orang-orang asing

Ketidak kefahaman mereka tentang menuju kemuliaan sebagaimana yang ia fahami


dan ketidak tahuan mereka tentang cara berhidmat kepada agama, bangsa dan
negara sebagaimana ia ketahui. Mereka mengusulkan agar menjadi pemimpin
mereka dalam sebuah jamaah yang berbaiat kepada Allah untuk hidup demi
agamanya dan mati di jalannya.

Al-Banna menjawab pertanyaan meraka dengan mengatakan : “ marilah kita


berbaiat kepada Allah untuk menjadi tentara bagi dakwah Islam, dan dengannya
akan terwujudlah kehidupan hakiki negara dan kemuliaan umat” setelah berbaiat
mereka bermuasyawarah tentang nama jamaah mereka. Akhirnya mereka
menyepakati nama” al-Ikhwan alMuslimun”

Hasan al-Banna menegaskan bahwa ciri-ciri gerakan Ikhwan

1. Jauh dari sumber pertentangan


2. Jauh dari pengaruh riya’ dan kesombongan
3. Jauh dari partai-partai politik dan lembaga politik
4. Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah
5. Lebih mengutamakan aspek amaliyah produktif daripada propaganda dan
iklan
6. Memberi perhatian serius kepada para pemuda
7. Cepat tersebar di kampung-kampung dan di kota-kota

Hasan al-Banna menyebutkan karakteristik Ikhwan

1. Ikhwan gerakan rabbaniyyah, sebab asas yang menjadi sasarannya ialah


mendekatkan manusia kepada Rab-Nya.
2. Gerakan ikhwan bersifat alamiyyah (International) sebab arah gerakan
ditujukan kepada semua umat manusia.
3. Gerakan Ikhwan bersifat Islami. Sebab orientasi dan nisbatnya hanya kepada
agama Islam.

4
Tahapan dakwah beliau membaginya pada tiga tahap :

1. Tahap pengenalan
2. Tahap pembentukan
3. Tahap pelaksanaan

Kiprah Ikhwanul Muslimin terhadap Islam


Pada awal Tahun 1940-an, Imam Al-Banna mencalonkan diri sebagai anggota
parlemen untuk daerahnya. Tapi ketakutan pemerintah memaksa Al-Banna untuk
mengundurkan diri dengan ancaman IM akan dibubarkan jika ia tidak
mengundurkan diri dari pemilu. Tahun 1948 Imam Syahid mengirim pasukan
Ikhwan berjumlah 12 ribu orang ke Palestina untuk berperang melawan Yahudi.
Pasukan Yahudi yang dibantu Inggris kalang kabut menghadapi kekuatan pemuda
Ikhwan yang memiliki ruhul jihad tinggi dan mencintai syahid di jalan Allah.

Zionis senantiasa merasa terancam oleh gerakan yang diilhami oleh pemikiran
Hasan Al-Banna. Pada perang Arab-Israel, IM mampu mengerahkan pasukannya
dari segala penjuru negeri-negeri Arab untuk berperang melawan Yahudi. Tercatat,
pasukan sukarelawan Ikhwan dari Mesir dipimpin Abdurrahman, saudara lelaki Al-
Banna. Dari Suriah dipimpin oleh Dr. Musthafa As-Siba’i, dari Yordania dipimpin
Abdurrahman Khalifah dan dari Irak dipimpin Muhammad Mahmud Shawwaf.

Moshe Dayyan, dalam memoarnya, mengakui keuletan dan kegigihan para pejuang
Ikhwan, sehingga daerah-daerah yang diduduki sukarelawan Ikhwan tak dapat
direbut oleh Yahudi. Sayang, ketika mereka pulang, para pejuang itu tak disambut
dengan kegembiraan. Sebaliknya, pintu penjaralah yang menanti kepulangan
mereka.

Perkembangan dan kiprahnya

Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan


Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke
Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna.

Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di
Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru
dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948.
Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul
Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

Pembunuhan terhadap Hasan al-Banna 1949

Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949 oleh
antek-antek suruhan Raja Farouk. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir
5
merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir
dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa
pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin
pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi.

Pada tgl 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama
dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki
Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini,
dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang
dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini,
Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat
revolusi.

Ikhwan dari tahun 1970-sekarang

Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara
mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973,
Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin.

Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan


penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat itu juga menekan Ikhwanul Muslimin,
dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.
Tidak dapat dipungkiri Ikhwan telah berandil besar dalam penumbangan rejim
Hosni Mubarok yang korup.

Dalam pemilu tahun 2010 Mesir menekan semua partai oposisi khususnya
Ikhwanul Muslimin sehingga dengan segala kecurangannya partai pemerintah
menang mutlak. Tapi semuanya itu justru menghantarkan kejatuhan rezim Hosni
Mubarok

Hubungan Ikhwan dan Indonesia

Syahrir, Nazir Pamoncak, MZ Hasan bertemu Hasan Al-Banna di Kantor Pusat


Ikhwanul Muslimin untuk menyampaikan rasa terima kasih bangsa Indonesia atas
sokongan Ikhwanul Muslimin yang kuat sekali pada kemerdekaan RI (Hassan,
M.Z. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan Bintang. Jakarta.
Hal. 277)

Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang
Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Kyai Agus Salim pergi ke
Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan
untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.

Templat:Hassan, M.Z. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan


Bintang. Jakarta. Hal. 220

6
Mesir (Ikhwanul Muslimin) dan kemerdekaan RI
KH. Agus Salim utusan resmi Indonesia yang dikirim oleh presiden Soekarno
bertemu dengan Hasan al-Banna di kantor Ikhwanul Muslimin Mesir.

Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim


bernama Indonesia memplokamirkan
kemerdekaannya dari penjajah kafir, Ikhwanul
Muslimin tanpa kenal lelah terus menerus
memperlihatkan dukungannya. Selain menggalang
opini umum lewat pemberitaan media, yang
memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa
Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan
Indonesia di koran-koran lokal miliknya, berbagai
acara tabligh akbar dan demonstrasi pun digelar.

Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri
berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan
spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan
terhadap Belanda kerap dilakukan mereka.

Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa
mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan
bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah
dikenali pada demonstran.

Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI, juga atas desakan dan lobi
yang dilakukan para pemimpin Ikhwanul Muslimin, membuat pemerintah Mesir
mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946.

Inilah pertama kalinya suatu negara asing mengakui kedaulatan RI secara resmi.
Dalam kacamata hukum internasional, lengkaplah sudah syarat Indonesia sebagai
sebuah negara berdaulat.Bukan itu saja, secara resmi pemerintah Mesir juga
memberikan bantuan lunak kepada pemerintah RI. Sikap Mesir ini memicu
tindakan serupa dari negara-negara Timur Tengah.

Untuk menghaturkan rasa terima kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi


resmi ke Mesir pada tanggal 7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI
pertama yang ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi
tersebut.Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo. Beda
dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini lebih intens. Di
Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Dunia Arab
mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa simpati.

7
Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir.
Termasuk pemimpin Ikhwanul Muslimin Hasan al Banna dan sejumlah tokoh
Ikhwan dengan diiringi puluhan pengikutnya.

Al-Ikhwan dan politik

Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses
demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain
yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir
yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut

Ikhwan Muslimin Mesir Bentuk Parpol Kebebasan dan Keadilan

Dr Mohamed Al Badi, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, menegaskan bahwa Biro


Bimbingan telah mengambil keputusan pada hari Senin 21/02/2011, untuk memulai
persiapan untuk membentuk partai politik bagi organisasi tersebut dengan nama
"partai kebebasan dan keadilan" dan akan mengumumkan lembaga para pendiri
beberapa hari ke depan, dan ketika selesai persiapan organisasi akan mulai
mengambil tindakan hukum.

Mursyid Am mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh surat kabar
"El-Syorouq" Langkah ini datang sejalan dengan orientasi dan kebijakan organisasi
yang diambil oleh Dewan Syura sejak lama, yang mengharuskan organisasi untuk
mendirikan partai politik.

Dia menekankan bahwa pembentukan partai ini datang untuk menanggapi, harapan
keinginan dan aspirasi masyarakat Mesir untuk masa depan terbaik dan hari esok
yang cerah, yang akan mengembalikan kewibawaan, peran dan kepemimpinan
Mesir tercinta.

Misi dan Tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun

Imam Al-Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, beliau
berkata:

“Kami menginginkan terbentuknya sosok 1) individu muslim, 2) rumah tangga


Islami, 3) masyarakat yang Islami, 4) pemerintahan yang Islami, 5) negara yang
dipimpin oleh negara-negara Islam, 6) menyatukan perpecahan kaum muslimin
dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan
dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketenteraman dengan ajaran-
ajaran Islam.”

“Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (An-
Nahl:125). Selain itu, mereka ingin membebaskan negeri-negeri muslimin dari
kungkungan kaum penjajah. Mereka juga berupaya sekuat tenaga menegakkan
8
negara yang merealisasikan hukum-hukum Islam di tengah rakyatnya, serta mampu
menyampaikan misi dan risalah Islam ke luar negeri.

Pemikiran Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam


dengan semangat mempertahankan Islam yang kuat. Bisa dilihat dari pemikiran
utama Ikhwanul Muslimin berikut. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa
jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah agama
yang universal dan menyeluruh, bukan ha-nya sekedar agama yang mengurusi
ibadah ritual (sa-lat, puasa, haji, zakat, dll) saja.

Al-Ikhwan moderat dan menolak ekstrimisme

Di berbagai media khususnya media negara-negara Barat, Ikhwanul Muslimin


sering dikait-kaitkan dengan Al-Qaeda (label dari musuh Islam AS). Pada faktanya,
Ikhwanul Muslimin berbeda jauh dengan Al-Qaeda. Ideologi, sarana, dan aksi yang
dilakukan oleh Al-Qaeda secara tegas ditolak oleh pimpinan Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan
damai dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-
mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).

Kekerasan atau radikalisme bukan jalan perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali


jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada, terancam penjajahan dari bangsa
lain. Inipun, kekerasan di sini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai perlawanan,
bukan radikalisme atau kekerasan sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok
teroris.

Sebagai contoh adalah Hamas yang merupakan perpanjangan tangan Ikhwanul


Muslimin di Palestina. Syekh Ahmad Yassin pendiri Hamas adalah tokoh Ikhwanul
Muslimin. Hamas berhasil mengusir zionis dari Gaza. Kekalahan pertama Israel
lawan Palestina

Al-Ikhwan Mengutuk aksi terorisme

Al-Ikwan Al-Muslimun mengutuk segala bentuk kriminalitas yang disebut dengan


terorisme di seluruh belahan bumi di dunia Arab dan Islam, sebagaimana di
belahan negara lainnya di dunia, seperti yang telah terjadi di New York dan
Washington DC pada Serangan 11 September 2001, aksi ini didalangi oleh orang
AS sendiri. Begitu juga Al-Ikhwan sangan mengecam peristiwa anarkisme yang
terjadi di Riyadh, Bali, Madrid dan lainnya Dengan sangat jelas Al-Ikhwan
mengumumkan bahwa tindakan-tindakan kriminalitas seperti itu sama sekali tidak
didukung oleh Syariat, Agama, dan Undang-undang manapun

9
Mursyid Am Ikhwan

Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau


Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah
untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh
dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah
memimpin Ikhwanul Muslimin:

Hassan al-Banna (‫( )حسن البنا‬1949 - 1928)


Hassan al-Hudhaibi (6‫( )حسن الهضيبي‬1972 - 1949)
Umar at-Tilmisani (6‫( )عمر التلمساني‬1986 - 1972)
Muhammad Hamid Abu Nasr (6‫( )محمد حامد أبو النصر‬1996 - 1986)
Mustafa Masyhur (‫( )مصطفى مشهور‬2002 - 1996)
Ma'mun al-Hudhaibi (‫( )مأمون الهضيبي‬2004 - 2002)
Muhammad Mahdi Akif (‫( )محمد المهدى عاكف‬2004 - 2010 -
Muhammad Badie (2010 - ) Dipenjara oleh rejim Abdul Fatah Sisi

Al-Ikhwan bukan Salafi-Wahabi

Di berbagai media, Ikhwanul Muslimin

juga sering dikait-kaitkan dengan gerakan Wahabi. Pada faktanya, antara Al-
Ikhwan dengan Wahabi berbeda jauh. Pengkait-kaitan Al-Ikhwan dengan Wahabi
pada dasarnya disebabkan adanya kesamaan nama. Di dalam sejarah Wahabi di
Arab Saudi, mereka memang pernah memiliki pasukan tempur yang bernama Al-
Ikhwan, nama Muhammad Badi’ Mursid Am Ikhwan

yang sama persis dengan Al-Ikhwan yang di Mesir. Secara pemikiran pun antara
Ikhwanul Muslimin dengan Wahabi saling bertolak belakang. Ikhwanul Muslimin
masuk ke dalam wilayah politik dalam perjuangannya (bahkan membentuk partai
politik), sedangkan Wahabi sebaliknya, yaitu antipati terhadap partai politik.

10
Hasan al-Banna bersama tokoh dunia Islam (Hasan al-Banna paling kiri)

11

Anda mungkin juga menyukai