Anda di halaman 1dari 2

Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi islam yang berlandaskan ajaran islam.

IM 
didirikan di Kota  Ismailiyah, Mesir  pada bulan Maret 1928. Pendiri IM adalah Hassan al-Banna
yang lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyah, Mesir. Beliau adalah anak sulung dari 8
saudara dari pasangan Ahmad bin Abd Rahman (tukang jam dan seorang jurnalistik) dengan
Puan Fudhla (wanita yang pintar, peka, mahir dalam urusan rumah tangga dan tegas serta
mempunyai tekad yang kuat yang kemudian diwarisi oleh Hassan al- Banna). Ayah Hassan al-
Banna merupakan ulama’ sunni yang berguru kepada Muhammad Abduh. Dalam mendirikan
gerakan ini, Hassan al-Banna dibantu oleh 6 orang temannya yaitu: Hafiz Abdul Hamid, Ahmad
al- Khusairi, Fuad Ibhrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada
Bulan Dzulqa’dah 1347 H/ Maret 1828, keenam temannya tersebut mendatanginya dengan
menyatakan kekaguman mereka terhadap pelajaran dan ceramah yang disampaikan oleh Hassan
al-Banna. Mereka berkata kepada Hassan al-Banna:”Kami telah mendengar pelajaran-
pelajaranmu dan sangat terkesan karenanya. Namun kami tidak tahu apa yang harus kami
lakukan demi kejayaan Islam dan Muslimin. Kami sudah jenuh dengan kehidupan yang penuh
kehinaan ini. Engkau sendiri menyaksikan bahwa orang Arab dan Muslimin di negeri ini tidak
memiliki kedudukan dan kemuliaan. Kami pun tidak memiliki apa pun selain darah yang
mengalir dalam tubuh kami. Kami tidak tahu cara berjuang seperti yang engkau ketahui.
Maksud kami sekarang adalah bahwa kami telah siap mengabdi kepada Islam demi
melaksanakan perintah Allah. Sebab, setiap komunitas yang mengadakan perjanjian dengan
Allah secara tulus, pasti akan menang, kendati jumlah dan fasilitas mereka sedikit.”
Ucapan yang tulus dan hangat ini membuat Hasan al Banna terkesan. Dengan terharu ia berkata,
”Semoga Allah meridhai kalian semua dan menambah niat tulus kalian serta memberi kita
taufik untuk mengabdi kepada masyarakat demi ridha-Nya. Kita harus berbaiat dengan Allah
dan menjadi tentara gerakan Islam.”
Setelah pertemuan ini, mereka melakukan baiat dan bersumpah untuk menjadi saudara sesama
mereka dan berjuang demi keagungan Islam sampai titik darah penghabisan. Salah satu dari
mereka berkata kepada Hasan al Banna, ”Apa nama organisasi kita?” Ia menjawab, ”Mari kita
singkirkan formalitas. Fondasi pertama bangunan himpunan kita adalah spiritualitas,
pemikiran, dan aktifitas. Kita adalah sekelompok saudara yang mengabdi bagi Islam. Oleh
karena itu, kita adalah ‘Ikhwan Al-Muslimin’.”
Anggaran Dasar  IM dibuat dan disahkan pada Rapat Umum IM pada 24 September 1930 dan
tahun 1932 struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan mulai membuka cabang di
Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, IM menerbitkan majalah mingguan
yang dipimpin oleh Muhibbudin Khatib.

Kemudian, pada tahun 1934 IM membentuk divisi persaudaraan muslimah yang ingin bergabung
ke IM, pada tahun 1941 anggota IM berjumlah 100 orang dan pada tahun 1948 IM ikut
berpartisipasi dalam perang melawan Israel di Palestina. Pada tahun ini pula oraganisasi IM
berkembang pesat dan dicurigai sebagai anggota yang menculik Perdana Menteri Mesir yaitu
Muhammad Fahmi Naqrasyi. Hassan al-Banna meninggal dunia karena terbunuh pada tanggal 12
Februari 1949. Pada tahun 1950, pemerintah Mesir yang dipimpin oleh Musthafa an-Nuhas
Pasha merehabilitasi organisasi ini karena  pembekuan organisasi ini tidak sah dan
inkonstitusional. Tahun 1950 IM dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi, lalu pada tanggal 23 Juli
1952 Mesir dipimpin oleh Muhammad Najib yang bekerjasama dengan IM untuk
menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada revolusi Juli. Tapi, IM menolak rencana ini
karena tujuannya untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya dan
tidak berpihak pada rakyat. Oleh sebab itu, Jamal Abdul Natsir menganggap bahwa IM menolak
mandat revolusi, sejak saat itu IM mulai dibenci kembali oleh pemerintah.

Dalam persoalan palestina dan penjajahan Israel di Negara itu, IM memberikan dukungan penuh
kepada Palestina yang berupa dukungan politik, militer dan finansial. Banyak anggotanya yang
terjun langsung dalam peperangan Palestina melawan Israel. Persiapan militer yang matang dan
persenjataan lengkap yang dimiliki oleh IM menambah kekhawatiran pemerintah Mesir dan
Inggris, sehingga Raja Faruk memrintahkan kepada Muhammad Fahmi Naqrasyi untuk
membubarkan organisasi ini. Pembubaran ini terjadi pada Bulan Desember 1948. Banyak
anggota IM yang tertangkap dan dipenjarakan serta aset- aset IM disita oleh pemerintah Mesir.
Setelah pembubaran IM, Muhammad Fahmi Naqrasyi  dibunuh oleh salah satu anggota IM pada
tanggal 28 Desember 1948.

Pada masa pemerintahan Anwar Sadat, anggota IM yang dipenjara mulai dilepaskan. Pada tahun
1973 Hasan al-Hudhaibi meninggal dunia yang kemudian posisinya sebagai pemimpin
digantikan oleh Umar Tilmisani. Beliau menggunakan jalan moderat dengan tidak memusuhi
penguasa.

Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid ‘Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari
Mursyid ‘Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini
adalah daftar Mursyid ‘Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
1. Hassan al-Banna (1928 – 1949)
2. Hassan al-Hudhaibi (1949 – 1972)
3. Umar at-Tilmisani (1972 – 1986)
4. Muhammad Hamid Abu Nasr (1986 – 1996)
5. Mustafa Masyhur (1996 – 2002)
6. Ma’mun al-Hudhaibi (2002 – 2004)
7. Muhammad Mahdi Akif (2004- 2010)
8. Muhammad Badie (2010)

Anda mungkin juga menyukai