Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

Oleh : Siti muntamah


Komisariat Pattimura

1. Awal mula pendirian ikhwanul muslimin (IM)


Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi islam yang berlandaskan ajaran islam.
IM didirikan di Kota Ismailiyah, Mesir pada bulan Maret 1928. Pendiri IM adalah Hassan al-
Banna yang lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyah, Mesir. Beliau adalah anak sulung dari 8
saudara dari pasangan Ahmad bin Abd Rahman (tukang jam dan seorang jurnalistik) dengan Puan
Fudhla (wanita yang pintar, peka, mahir dalam urusan rumah tangga dan tegas serta mempunyai
tekad yang kuat yang kemudian diwarisi oleh Hassan al- Banna). Ayah Hassan al- Banna
merupakan ulama’ sunni yang berguru kepada Muhammad Abduh. Dalam mendirikan gerakan ini,
Hassan al-Banna dibantu oleh 6 orang temannya yaitu: Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al- Khusairi,
Fuad Ibhrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada Bulan Dzulqa’dah
1347 H/ Maret 1828, keenam temannya tersebut mendatanginya dengan menyatakan kekaguman
mereka terhadap pelajaran dan ceramah yang disampaikan oleh Hassan al-Banna. Mereka berkata
kepada Hassan al-Banna:”Kami telah mendengar pelajaran-pelajaranmu dan sangat terkesan
karenanya. Namun kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan demi kejayaan Islam dan
Muslimin. Kami sudah jenuh dengan kehidupan yang penuh kehinaan ini. Engkau sendiri
menyaksikan bahwa orang Arab dan Muslimin di negeri ini tidak memiliki kedudukan dan
kemuliaan. Kami pun tidak memiliki apa pun selain darah yang mengalir dalam tubuh kami. Kami
tidak tahu cara berjuang seperti yang engkau ketahui. Maksud kami sekarang adalah bahwa kami
telah siap mengabdi kepada Islam demi melaksanakan perintah Allah. Sebab, setiap komunitas
yang mengadakan perjanjian dengan Allah secara tulus, pasti akan menang, kendati jumlah dan
fasilitas mereka sedikit.”
Ucapan yang tulus dan hangat ini membuat Hasan al Banna terkesan. Dengan terharu ia
berkata, ”Semoga Allah meridhai kalian semua dan menambah niat tulus kalian serta memberi
kita taufik untuk mengabdi kepada masyarakat demi ridha-Nya. Kita harus berbaiat dengan Allah
dan menjadi tentara gerakan Islam.”
Setelah pertemuan ini, mereka melakukan baiat dan bersumpah untuk menjadi saudara
sesama mereka dan berjuang demi keagungan Islam sampai titik darah penghabisan. Salah satu
dari mereka berkata kepada Hasan al Banna, ”Apa nama organisasi kita?” Ia menjawab, ”Mari
kita singkirkan formalitas. Fondasi pertama bangunan himpunan kita adalah spiritualitas,
pemikiran, dan aktifitas. Kita adalah sekelompok saudara yang mengabdi bagi Islam. Oleh karena
itu, kita adalah ‘Ikhwan Al-Muslimin’.”

2. Tujuan
Mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, bekerja denganNya dan untukNya,
keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam
akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.
Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim,
rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh
negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas,
kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan
ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Pengaruh ajaran shufi hanya terbatas pada zikir/wirid yg
dibaca konsisten setiap pagi dan petang (Al-Ma'tsurat) berdasrkan hadits2 yg shohih. Ikhwanul
Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam
proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya (bukan tujuan), sebagaimana kelompok-
kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir
yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut.

3. Sarana
Wasilah (sarana) untuk merealisasi sasaran-sasaran tersebut telah disebutkan oleh ustadz
Hasan al-Banna rahimahullah: "Sarana kita dalam mengokohkan da’wah, dapat diketahui secara
jelas, dan dapat dibaca oleh semua orang yang ingin mengetahui sejarah jama’ah. Ringkasan
semua itu ada pada dua kalimat yakni: Iman dan amal, cinta dan persaudaraan (Ukhuwah). Apa
yang paling banyak dilakukan Rasulullah saw. tidak lain adalah menda’wahkan manusia pada
keimanan dan amal. Kemudian memadukan hati kaum mu’minin di atas pilar cinta dan
persaudaraan. Lalu terpadulah antara kekuatan ‘aqidah dan kekuatan persatuan.

Dalam kesempatan lain, Ustadz al-Banna rahimahullah mengatakan: "Sarana-sarana umum


bagi da’wah tidak berubah, tidak berganti dan tidak lain dari aspek iman yang dalam (Imaan
‘amiiq), pembentukan yang cermat (takwiin daqiiq), dan amal yang berkesinambungan (amal
mutawashil)". Selain itu, Syaikh telah menyebutkan bahwa rukun-rukun sarana dalam da’wah ada
tiga: Manhaj yang benar (minhaj shahih), orang mu’min yang beramal (mu’minun ‘amilun), dan
pemimpin yang tangguh dan dipercaya (qiyadah hazimah mautsuq biha).

Rincian Sarana Da’wah Ikhwanul Muslimin


Pertama, menyebarkan da’wah melalui semua sarana sampai dapat dipahami oleh opini umum
dan mereka dapat menjadi penolong da’wah didorong oleh aqidah dan iman.

Kedua, menyaring semua unsur-unsur baik untuk dijadikan pilar pendukung yang kokoh bagi
fikrah ishlah (perbaikan).

Ketiga, memperjuangkan perundang-undangan hingga suara da’wah Islam dapat


berkumandang secara formal dan legal di pemerintahan sekaligus mendukungnya dan menjadi
kekuatan dalam pelaksanaannya. Di atas landasan ini, Ikhwan mengajukan calon mereka dalam
pemilihan parlemen ketika datang saat yang tepat pada ummat untuk melakukannya. Kami percaya
keberhasilan da’wah yang merupakan pertolongan Allah swt., selama kami mengharapkan itu
kepada Allah swt. semata. “Dan niscaya Allah akan menolong orang yang menolong (agama)-
Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuat dan Maha Mulia.” (QS. al-Hajj: 40)

Keempat, manhaj (metode) yang benar. Ikhwan telah mendapatkannnya dalam al-Qur’an,
sunnah Rasul-Nya dan melalui berbagai hukum Islam ketika kaum muslimin memahaminya secara
bersih, jauh dari tambahan unsur asing dan kedustaan. Ikhwan melakukan kajian terhadap Islam
di atas landasan ini dengan mudah, luas disertai penguasaan yang menyeluruh.
Kelima, kaum mu’minin yang beramal atau aktivis muslim. Ikhwan menerapkan apa yang
mereka pahami dari Agama Allah, penerapan menyeluruh tanpa pandang bulu. Ikhwan,
alhamdulillah, mengimani fikrah, meyakini tujuan, dan percaya dengan pertolongan Allah kepada
mereka selama mereka bekerja untuk-Nya serta berada di atas petunjuk Rasulullah saw.

Keenam, kepemimpinan yang tangguh dan dipercaya. Ikhwanul Muslimin telah


mendapatkannya. Anggota Ikhwan taat pada pimpinannya, dan beramal di bawah benderanya.

4. Penyebarannya
Ikhwanul Muslimin adalah organisasi Islam tertua dan terbesar di Mesir, didirikan oleh
Hassan al-Banna pada 1928. Gerakan ini awalnya dimaksudkan untuk menyebarkan nilai-nilai
Islam, tetapi kemudian tumbuh menjadi gerakan politik. Di Mesir terutama, gerakan ini
berjuang melawan koloni Inggris dan memberantas semua pengaruh dari Barat. Mereka mampu
menyebar ke seluruh dunia lewat aktivitas politik yang dipadukan dengan kegiatan amal. Para
anggotanya mengklaim bahwa mereka mendukung prinsip-prinsip demokrasi, tetapi tujuan
yang telah ditetapkan adalah membentuk negara yang didasarkan pada hukum Islam atau
syariah. Slogan yang dipakai di seluruh dunia berbunyi: "Islam adalah solusi". Cabang-
cabangnya segera dibentuk di seluruh negeri dan masing-masing menjalankan sekolah, masjid,
dan organisasi olahraga. Jumlah anggotanya lalu meningkat dengan pesat. Pada akhir dekade
1940an, kelompok ini diperkirakan sudah memiliki 500.000 anggota di Mesir, dan ideologinya
telah menyebar di berbagai penjuru di Timur Tengah

Anda mungkin juga menyukai