Anda di halaman 1dari 2

Jama’atul Muslimin dan Jama’atul minal muslimin

Bismillahirrahmanirrahiim

Sumber : Resume dari buku Menuju Jama’atul Muslimin, disertasi syaikh Hussain bin Muhammad
bin Ali Jabir, terbitan Robbani Press.

Satu-satunya do'a Rasulullah SAW yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT adalah persatuan
ummat muslim. Ummat muslim akan terpecah-belah ke dalam harakah-harakah Jama'atul minal
muslimin.
Apakah perbedaan antara Jama'atul minal muslimin dan jama'atul muslimin?
Secara sederhana, jama'atul minal muslimin adalah sebagian kaum muslimin yang berkumpul dalam
gerakan tertentu. Bila muslimin tersebut keluar dari gerakannya (jama'atul minal muslimin), maka ia
tidak bisa dibilang kafir. Contoh Jama'atul minal muslimin yang disebutkan dalam buku MJM adalah:
Pertama, Jama’ah Anshor as-Sunnah al-Muhammadiyah, berdiri dan berkembang di Mesir. Jama’ah
ini mewakili gerakan dakwah yang berorientasi pada seruan sosial dan ilmu pengetahuan
(ijtimaiyyah wa ats-tsaqofah). Sering pula di sebut sebagi gerakan Salafi. Kedua, Jama’ah Tabligh,
yang lahir di India. Jamaah ini mewakili gerakan dakwah yang berorientasi pada seruan sufiyyah.
Ketiga, Jama’ah Hizb at-Tahrir yang lahir dan bermula di Yordania. Jamaah ini berorientasi pada
seruan Politik (as-siyasi). Keempat, Jama’ah al-Ikhwan al-Muslimun yang didirikan di Mesir. Penulis
menganggap bahwa jamaah ini mewakili gerkan dakwah yang memiliki karakteristik Syamil
(Menyeluruh). Tidak hanya memperhatikan aspek sosial dan ilmu pengetahuan semata, melainkan
juga aspek sufiyyah dan aspek siasiyyah, bahkan juga meliputi aspek harakiyyah dan jihadiyyah
(pergerakan dan Jihad). Sedangkan yang dimaksud dengan Jama'atul muslimin adalah seluruh kaum
muslimin. Bila ada muslim yang keluar dari Jama'atul muslimin, maka ia adalah orang kafir. Terdapat
beberapa golongan yang menamakan dirinya Jama'atul muslimin, misalnya di Indonesia: Ahmadiyah,
NII. Bila keluar dari Jama'ah tersebut, maka orang itu sudah disebut kafir oleh golongannya.
Teringat nasihat dari Khulafaur Rasyidin, Ummar bin Al Khathab ra:
"Tidak ada islam tanpa jama'ah, dan tidak ada jama'ah tanpa pemimpin"
Khalifah Ummar bin Abdul Aziz telah mengingatkan kita:
"Kekeruhan dalam jama'ah lebih baik daripada kebeningan dalam kesendirian"
Begitulah betapa besar urgensi dari berjama'ah.
Mengapa kita perlu berjama'ah? Jawaban paling sederhananya adalah karena ketaatan sulit
dilakukan dengan bersendirian. Allah, dalam Al - Qur'an surah Al Asr sudah mengingatkan kita akan
kerugian manusia. Agar tidak merugi, maka kita diwajibkan untuk saling mengingatkan dalam
kebenaran dan kesabaran. Agama adalah nasihat, agama adalah nasihat, agama adalah nasihat
(HR Muslim).
Menurut al-Ustadz Husain Jabir rahimahullah terdapat empat tujuan khusus jama’atul
Muslimin, yaitu:
1. Pembentukan pribadi-pribadi Muslim (binaa’al-fard al-muslim)
2. Pembentukan rumah tangga Muslim (binaa’al-usrah-al-Muslimah)
3. Pembentukan masyarakat Muslim (binaa’al-mujtama’al-Muslim)
4. Penyatuan umat Muslim (Tauhid al-ummah al-Islamiyah)
Adapun tujuan umum Jama’atul Muslimin, menurut penulis buku ini, yaitu:
1. Agar seluruh manusia mengabdi kepada Rabb Nya yang Maha Esa
2. Agar senantiasa memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar
3. Agar menyampaikan dakwah Islam kepada segenap umat Manusia
4. Agar menghapuskan fitnah dari segenap muka bumi
5. Agar memerangi segenap umat Manusia sehingga mereka bersaksi dengan persaksian yang benar
(syahadatain)
Setelah itu beliau membahas “Rambu-rambu dari sirah Nabi dalam Menegakkan Jama’ah”
yang berisi enam karakteristik pokok sebuah jamaah, antara lain:
* Nasyr mabaadi’ ad-dakwah (menyebarkan prinsip-prinsip dakwah)
* At-takwin ‘alaa ad-dakwah (Pembentukan Dakwah)
* Al-mujabahah al-Musallahah (konfrontasi bersenjata)
* Al-sirriyah fi binaa’al-jamaah (sirriyah dalam membina jama’ah)
* Ash-shabru’ala al-adza (bersabar atas gangguan musuh)
* Al-Ib’aad ‘an saahah al-ma’rakah (menghindari medan pertempuran)

Anda mungkin juga menyukai